Anda di halaman 1dari 4

TOKSIKOLOGI KULIT

Peran Kulit sebagai Pemisah Lingkungan Eksternal dan Internal


Kulit tubuh manusia berperan sebagai pemisah antara lingkungan internal (tubuh) dan
lingkungan eksternal. Selain itu, kulit juga merupakan salah satu pintu masuk (port d’entri)
toksikan. Toksikan masuk melalui kulit dengan cara kontak. Kontak  antara kulit dean
toksikan terlihat simpel atau lokal, namun di balik itu dapat muncul akibat yang kompleks
atau gangguan sistemik. Toksikan yang berhasil kontak dengan kulit dan masuk ke dalam
tubuh mengalami proses distribusi ke seluruh organ tubuh hingga muncul efek sistemik.
Kulit tubuh manusia terbilang cukup bervariasi, mulai dari kulit kepala hingga kulit pada
telapak kaki. Perbedaan tersebut akan menimbulkan reaksi yang berbeda pula pada setiap
kulit yang berbeda lokasi apabila terjadi kontak dengan toksikan. Kulit mempunyai
kemampuan untuk memperbarui diri (replenish) di bagian  epidermis pada periode 2–4
minggu sekali. Kulit juga mempunyai kemampuan untuk memperbaiki diri setelah cedera.
Daya tahan kulit terhadap penetrasi zat asing (terutama toksikan) bergantung pada
• ketebalan dan pori-pori epidermis;
• langsung atau tidak langsungnya toksikan masuk ke dalam tubuh; • karakteristik fisik
toksikan (berat molekul dan kelarutan);
• konsentrasi cairan saat kontak dengan kulit;
• area kulit yang terpajan, baik kontak langsung dengan toksikan, maupun kontak tidak
langsung melalui media udara;
• kontamina; • durasi pajanan;
• adanya penghalang/pelindung (barrier);
• peran kulit sebagai tempat penyimpanan toksikan;
• keutuhan kulit atau sebaliknya tingkat kerusakan pada kulit; • tingkat difusi pada epidermis;
• tingkat penyerapan toksikan melalui folikel rambut dan kelenjar keringat; • tingkat
biotransformasi kulit; dan
• aliran darah pada kulit.
Anatomi dan Komposisi Kulit
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas, sekitar 20.000–23.000 cm2. Kulit berfungsi
sebagai alat proteksi diri, pencegah dehidrasi, penjaga temperatur tubuh, ekskresi zat-zat yang
tidak berguna, tempat sintesis vitamin D, dan reseptor stimulus yang datang pada kulit itu
sendiri., Kulit terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan
subkutis. Penjelasannya sebagai berikut: • Epidermis
Epidermis disebut juga dengan lapisan kutikula. Pada epidermis terdapat sel-sel epitel yang
bersifat nonvaskular dan mempunyai ketebalan yang bervariasi. Epidermis juga memiliki sel-
sel keratinosit, yang di antaranya terdapat melanosit untuk membentuk pigmen melanin
(berfungsi memberi warna pada kulit dan melindungi dari sinar ultraviolet). Lapisan ini
mengalami replenish dalam waktu 14 hingga 30 hari. Lapisan epidermis terbagi menjadi
empat stratum dengan ketebalan 0,1– 0,2 mm sebagai berikut:
º Stratum Korneum
Stratum korneum tidak mempunyai inti sel. Protoplasmanya berubah menjadi keratin dan
mengandung material granula yang bersifat tahan air.
º Stratum Lusidum
Stratum lusidum memiliki sel-sel yang berwarna jernih dan tembus sinar. Stratum lusidum
hanya terdapat pada telapak tangan dan kaki.
º Stratum Granulosum
Stratum granulosum terdiri atas 2 hingga 3 lapis sel pipih yang banyak mengandung granula
untuk pembentukan keratin.
º Stratum Spinosum
Stratum spinosum merupakan lapisan yang paling tebal (terdiri atas 5–8 lapisan). Stratum ini
bersifat lembut dan terdapat jembatan interselulear. º Stratum Basal
Stratum basal disebut juga dengan nama stratum malfigi. Sel-sel pada stratum basal hanya
terdapat pada bagian basal dan merupakan lapisan reproduksi yang secara berkesinambungan
melakukan mitosis untuk menggantikan
sel-TARGET ORGAN sel yang tua atau rusak. Pigmen melanin terdapat pada lapisan ini.
• Dermis
Lapisan dermis disebut juga sebagai lapisan korium. Lapisan ini merupakan lapisan kedua
dari kulit dan banyak mengandung pembuluh darah, limfe, dan ujung saraf. Pada lapisan ini
juga terdapat jaringan ikat dengan ketebalan 1–2 mm (kecuali pada telapak tangan dan kaki).
Dermis bersifat kuat, fleksibel, dan elastis; ketebalannya bervariasi dengan komponen utama
berupa protein. Dermis terdiri atas dua lapisan sebagai berikut:
º Stratum Papilaris
Pada stratum ini terdapat jaringan ikat longgar dan kapiler pembuluh darah. Stratum papilaris
memiliki peranan penting dalam mengatur suhu tubuh. º Stratum Retikulularis
Stratum ini terdiri atas jaringan ikat padat yang tidak teratur, kolagen, serat elastis, folikel
rambut, dan kelenjar keringat. Pada lapisan ini terdapat berbagai reseptor yang peka terhadap
rangsangan.
• Subkutan
Subkutan merupakan lanjutan dari dermis, yang terdiri atas kumpulan sel-sel lemak. Sel-sel-
sel lemak tersebut berfungsi sebagai peredam terhadap trauma mekanis serta sebagai isolator
panas dan penimbunan kalori.
Aktivitas Metabolisme Kulit
Kulit juga merupakan organ tempat terjadinya metabolism—walaupun jauh lebih sedikit
metabolisme yang terjadi jika dibandingkan dengan hati. Pada kulit terdapat enzim yang
mengaktivasi toksikan karsinogen, yaitu AAH dan EH. Arilhidrokarbon hidroksilase (AHH)
adalah enzim yang terdapat di jaringan pada semua mamalia. Enzim ini dapat diinduksi oleh
pajanan repetitif dari toksikan coal tar. Pada epidermis,  enzim AHH 5 kali lebih aktif jika
dibandingkan dengan lapisan dermis. Adapun epoksid hidratase (EH) berfungsi aditif dengan
enzim AHH. Enzim ini dapat diinduksi akibat pajanan toksikan hidrokarbon aromatik
polisiklik.
Pada kulit juga terjadi beberapa aktivitas metabolisme lain, seperti sintesis heme  dan
porfirin, produksi protein heme, metabolisme berupa reaksi oksidasi heme dan  toksikan,
reaksi konjugasi, seperti glikoronidasi, sulfation, dan metilasi.
Dermatosis akibat Dermatotoksikan
toksikan. Berikut ini merupakan contoh-contoh dermatosis beserta toksikan penyebabnya:
• Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan terjadi karena iritasi primer (tanpa reaksi imun). Iritasi yang terjadi
dapat bersifat akut, kumulatif, atau korosi.
º Akut biasanya terjadi akibat pajanan tunggal dan berpulih. Contoh toksikan penyebab iritasi
akut antara lain asam kuat, basa kuat, atau pelarut.
º Kumulatif terjadi akibat pajanan berulang dan berpulih.
º Korosi terjadi akibat luka bakar pada kulit dan bersifat nirpulih. Korosi yang terjadi dapat
berupa ulserasi, nekrosis, atau jaringan parut. Toksikan penyebab korosi misalnya HF, CaO,
TiCl 4, SnCl4, fenol, atau nitrogen.
• Dermatitis Kontak Alergik
Dermatitis kontak alergik timbul akibat terjadinya reaksi imun Tipe IV yang spesifik. Reaksi
ini dapat timbul walaupun hanya dengan pajanan toksikan dosis kecil. Pada reaksi ini terjadi
tiga fase kontak pertama, yaitu refrakter, induksi, dan elisitasi.
Reaksi alergi ini sering muncul akibat pajanan berbagai macam toksikan, antara lain logam
(misalnya nikel, krom, kobalt, atau merkuri organik), toksin tumbuhan (misalnya
toksikondrin, catechols, sesquiterpene lactones), aditif karet  (seperti tiuram sulfida,
resorsinol), obat-obatan (seperti neomisin, benzokain), epoksi oligomer, formaldehida, dan
sebagainya. Selain itu, reaksi alergi ini juga sering timbul akibat pemakaian obat-obatan
topikal, misalnya antibiotik (seperti neomisin), anestetik lokal (benzokain), antiseptik
(timeserol), atau stabilisator (misalnya etilendiamin).
• Dermatitis Fotosensitisasi atau Fotoalergi
Dermatitis jenis ini timbul akibat terjadinya reaksi imun Tipe IV. Dermatitis fotosensitisasi
disebabkan oleh sinar ultraviolet, baik A (320–400 nm), B (280–320 nm), atau C (220–280
nm). Sinar UV yang berpotensi menimbulkan dermatitis fotosensitisasi/fotoalergi berkisar
pada panjang gelombang 290–700 nm. Khusus untuk dermatitis fotoalergi, dermatitis
fotoalergi pada umumnya disebabkan oleh sinar UV A. Sementara itu, sinar UV C dapat
menyebabkan kerusakan DNA dan protein.
• Gangguan Pigmen
Gangguan pigmen yang terjadi dapat berupa hipopigmentasi (kekurangan pigmen) atau
hiperpigmentasi (kelebihan pigmen). Hiperpigmentasi dapat
TARGET ORGAN disebabkan oleh toksikan seperti petroleum, senyawa coal tar, buah-
buahan,  sayuran, sinar matahari, atau trauma. Sementara itu, hipopigmentasi, selain dapat
timbul akibat luka bakar, dapat juga disebabkan oleh toksikan golongan fenol dan katekol
seperti butil katekoltertier, amil fenoltertier, atau butil fenoltertier yang dapat menyebabkan
kehilangan pigmentasi dalam jumlah besar.
• Ulserasi
Ulserasi pada kulit dapat disebabkan oleh toksikan berupa semen, logam krom (Cr). atau
asam.
• Kanker Kulit
Telah diketahui bahwa coal tar, sinar ultraviolet dari matahari, dan petrokimia  dapat
menyebabkan kanker kulit, baik pada hewan coba maupun pada manusia. Beberapa
hidrokarbon aromatik polisiklik (misalnya benzo[a]pirena) dan senyawa heterosiklik
diketahui dapat menginduksi kanker kulit setelah pemakaian topikal pada hewan coba.
Arsenik bila tertelan juga dapat menimbulkan kanker kulit. • Chloracne
Chloracne dikenal juga sebagai jerawat batu, yang timbul akibat folikel  tersumbat yang
kemudian berakibat pada terjadinya keratinisasi duktus kelenjar lemak. Chloracne sendiri
merupakan tipe spesifik dari acne yang disebabkan  oleh toksikan halogen aromatic, seperti
polihidroksi naptal, polihidroksi bifenil, atau polihidroksi dibenzofuran. Selain itu, chloracne
juga dapat disebabkan oleh grease, tar, serta waxes hidrokarbon berklorin.
https://123dok.com/article/toksikologi-kulit-target-organ-toksik-kesehatan-konsep-
kurnia.zw1klwgq

Anda mungkin juga menyukai