Anda di halaman 1dari 3

ABSTRAK

Reaksi fotoalergi ialah perubahan reaksi aktivitas kulit untuk bereaksi dengan energy sinar
saja atau dengan adanya fhotosensitizer, dalam hal ini disebut fotoalergen, melalui
mekanisme respon imun humoral atau respon imun selular. Photosensitizer kontak adalah
realsi fotoalergik yang dapat terjadi akibat pemakaian berbagai macam bahan secara
topical seperti lotion tabir surya atau bahan yang mengandung antibakteri maupun
antimikotik. Secara klinis erupsi berbentuk popular, likenoid dan ekzematosa. Dasar reaksi
tersebut adalah hipersensitivitas tipe lambat sehingga lesi timbul dalam waktu beberapa jam
sampai beberapa hari setelah pajanan dengan sinar ultraviolet gelombang panjang. Pada
kasus ini pasien wanita 26 tahun didiagnosa dermatitis foto kontak alergi dan diberikan
terapi kortikosteriod oral dan topical dan anti gatal. Pasien juga diberi edukasi menghindari
paparan sinar matahati langsung.
Keyword: fotoalergi, fhotosensitizer kontak, sinar uv
KASUS
Seorang wanita berusia 28 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Kota
Yogyakarta dalam keadaan sadar. Dari autoanamnesis terhadap pasien didapatkan keterangan
bahwa pasien mengeluh bintik-bintik kemerahan dan gatal pada bagian lengan bawah, tangan
kanan dan kiri serta tungkai kaki kanan dan kiri sejak 2 hari yang lalu. Awalnya bintik-bintik
kecil berisi cairan yang gatal kemudian pecah karena digaruk olah pasien dan menjalar.
Tak ada keluhan serupa sebelumnya di keluarga. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan
dan obat- obatan.
Hasil pemeriksaan fisik pasien di poliklinik kulit dan kelamin, tampak ujud kelainan kulit
berupa patch hiperpigmentasi dengan vesikel berbentuk bulat, ukuran milier multiple dan
menyebar pada lengan bawah, bagian ekstensor tangan kanan dan kiri serta tungkai kaki
kanan dan kiri.
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja pada kasus ini dermatitis foto kontak alergi

TERAPI
Medikamentosa : : - methyl prednisolon 4 mg (3 dd 1)
- bethametason cr tube I (2 dd ue)
- Interhistin tab No.V (0 - 0 1)

Edukasi :
-

Menghindari paparan dengan sinar matahari langsung

Mengenali dan menghindari faktor pencetus

Tidak menggaruk jika gatal karena dapt mengakibatkan luka dan radang.

DISKUSI
Reaksi fotoalergi merupakan kelainan yang jarang ditemui, kemungkinan karena mekanisme
yang mendasari belum diketahui jelas dan hanya terjadi pada individu tertentu. Pajanan
pertama pada fotoalergen tidak akan segera menimbulkan reaksi, reaksi baru akan terlihat
pada pajanan berikutnya. Fotoalergi tidak memerlukan dosis tinggi baik fotoalergen maupun
energy yang dibutuhkan untuk memicu reaksi tersebut. Gambaran klinisnya berbentuk
popular. Likenoid dan ekzematosa. Gambaran histologisnya menunjukan adanya perubahan
pada epidermis berupa akantosis, spongiosis dan pembentukan vesikel disertai infiltrate padat
sel radang bulat di sekitar pembuluh darah. Gambaran klinis dan histologik dari fotoalergik
ini mirip dermatitis kontak alergi. Diagnosis ditegakkan dengan memperhatikan distribusi
serta sifat erupsi dan dengan uji temple sinar. Penanggulangan diharapkan memberi hasil baik
jika diketahui fotosensitizer penyebabnya, dan zat yang bereaksi silang dengannya.
Edukasi yang diberikan pada pasien ini adalah menghindari paparan sinar matahari langsung
dan menghindari pemakaian lotion tabir surya yang menyebabkan iritasi serta tidak
menggaruk jika gatal karena dapt mengakibatkan luka dan radang.
KESIMPULAN
Pada pasien ini, mempunyai factor resiko berjualan di pasar yang sering terpapar sinar
matahari, pasien juga menggunakan lotion tabir surya. Pasien ini didiagnosis dermatitis foto
kontak alergi, dan mendapatkan terapi kortikosteriod dan anti gatal serta edukasi untuk
menghindari paparan sinar matahari langsung dan menghindari pemakaian lotion tabir surya
yang menyebabkan iritasi.

REFERENSI
Djuanda, adhi. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta
Daniel J Hogan, MD, Clinical Professor of Internal Medicine (Dermatology), NOVA
Southeastern University; Investigator, Hill Top Research, Florida Research Center. Updated:

Jun 3, 2010. Contact Dermatitis, Allergic. Diakses tanggal 6 Juli 2010. Dari
http://emedicine.medscape.com
Siregar, R. S. (2004). Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC: Jakarta
PENULIS
Umi Takhwiefa, Program Profesi, Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin, RSUD Kota
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai