SKRIPSI
Oleh
Sulastri Telaumbanua
131101047
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017
ABSTRAK
Verbal abuse yang dilakukan orang tua terhadap anak akan berdampak pada
perkembangan anak, sosoialisasi anak dan juga perilaku anak. Apabila anak terus
menerus mendapatkan perlakuan verbal abuse, anak akan menirukan kekerasan yang
sama dan mempraktekkanya di lingkungan dia berada.Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi hubungan antara verbal abuse orang tua dengan perilaku agresif
anak usia sekolah di SD Negeri No.060891 Medan. Penelitian ini menggunakan
desain deskriptif korelasi dengan pengambilan sampel total sampling dengan jumlah
sampel sebanyak 75 responden. Insrumen yang digunakan berupa kuesioner yang
mencakup data demografi, verbal abuse orang tua dan perilaku agresif anak. Hasil
penelitian didapatkan bahwa mayoritas verbal abuse orang tua yang dialami anak
dalam kategori ringan sebanyak 51 anak (68%). Perilaku agresif anak dalam kategori
ringan sebanyak 50 anak (66.7%). Hasil perhitungan dengan person product moment
antara verbal abuse orang tua dengan perilaku agresif anak didapatkan (r) = 0.849
dengan nilai signifikan p-value = 0.00. disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
verbal abuse orang tua dengan perilaku agresif anak usia sekolah. Diharapkan orang
tua seharusnya tidak melakukan Verbal abuse kepada anak karena akan mengarahkan
anak pada perilaku-perilaku yang agresif dan akan merugikan anak itu sendiri.
Kata Kunci :Verbal Abuse Orang tua, Perilaku Agresif, Anak Usia Sekolah
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik yang berjudul “Hubungan Antara
Verbal Abuse Orang tua dengan Perilaku Agresif Anak Usia Sekolah di SD Negeri
No.060891 Medan”.
Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Utara.
kendala dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati,
perkuliahan
2. Sri Eka, S.Kep, Ns., M.Kep sebagai wakil dekan I dan selaku dosen Fakultas
Keperawatan
6. Achmad Fathi, S.Kep, Ns, MNS dan Rehk Sonya Erienh, S.Kep., Ns., M.Kep
selaku penguji 1 saya yang telah menguji dan memberikan masukan guna
pembelajaran kepada penulis selama kuliah di departemen ini, serta jajaran staf
Zendrato tercinta. Telah banyak berkorban baik secara materil maupun moril,
kasih sayang, perhatian, kepedulian telah penulis terima dari balita hingga
10. Pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dalam
Penulis
Sulastri Telaumbanua
Halaman
HalamanJudul ................................................................................................ i
Halaman Pengesahan ..................................................................................... ii
Abstrak ............................................................................................................ iii
Prakata ............................................................................................................ v
DaftarIsi .......................................................................................................... vii
Daftar Skema .................................................................................................. x
DaftarTabel .................................................................................................... xi
BAB 1 Pendahuluan ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. ...... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4
1.3 TujuanPenelitian .............................................................................. 4
1.3.1TujuanUmum .......................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 4
1.4 ManfaatPenelitian ........................................................................... 4
1.4.1 BagiPendidikan Keperawatan ................................................ 4
1.4.2 BagiPelayanan Keperawatan ................................................. 4
1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan ................................................ 5
BAB 4 MetodePenelitian................................................................................ 35
4.1 Desain Penelitian .............................................................................. 35
4.2 Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling ........................................... 35
4.2.1 Populasi .................................................................................. 35
4.2.2 Sampel ................................................................................... 35
4.2.3 Tehnik Sampling..................................................................... 35
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 35
4.4 Pertimbangan Etik ............................................................................ 36
4.5 Instrumen Penelitian ........................................................................ 36
4.5.1 Data Demografi ...................................................................... 37
4.5.2 Kuesioner verbal Abuse Orangtua .......................................... 37
4.5.3 Kuesioner Perilaku Agresif ................................................... 38
4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen................................................. 39
4.6.1 Validitas Instrumen................................................................. 39
4.6.2 Reliabilitas Instrumen ............................................................. 40
4.7 Rencan Pengumpulan Data .............................................................. 40
4.8 Analisa Data..................................................... ............................... 41
DaftarPustaka................................................................................................. 61
Lampiran
Lampiran 1. Inform consent
Lampiran 2. Instrumen Penelitian
Lampiran3. Jadwal Tentatif Penelitian
Lampiran 4. Uji Normalitas
Lampiran 5. Master Tabel
Lampiran 6. Hasil Univariat
Lampiran 7. Hasil Bivariat
Lampiran 8. Lembar Persetujuan Validitas
Lampiran 9. Surat Persetujuan Etik
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian
Lampiran 11. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 12. Rincian Taksasi Dana
Lampiran 13. Daftar Riwayat Hidup
Tabel Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ....................................................................... 34
Tabel 4.8 Kriteria Penafsiran Korelasi ............................................................. 42
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ........... 43
Tabel 5.2 Deskripsi verbal abuse orang tua ..................................................... 45
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi indikator verbal abuse orang tua ..................... 45
Tabel 5.4 Deskripsi perilaku agresif anak ........................................................ 46
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi perilaku agresif anak ....................................... 46
Tabel 5.6 Hasil uji Hipotesis ............................................................................ 47
Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik
lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan
orang tua. Masa usia sekolah merupakan masa tenang atau masa latent, di mana
apa yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung
terus untuk masa-masa selanjutnya (Gunarsa, 2006). Tumbuh kembang anak usia
sekolah memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas masa depan, karena
periode ini dapat menentukan keberhasilan tumbuh kembang anak (Mansur &
Budiarti, 2014).
menekankan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling
rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan
pembelajaran. Anak tidak akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, anak
emosi juga penting untuk dikembangkan pada anak sejak dini. Fenomena saat ini
banyak anak mengalami child abuse yang merupakan suatu kekerasan yang dapat
abuse merupakan hal yang dianggap biasa bagi masyarakat dan orangtua
paling sering dialami oleh anak-anak adalah emotional abuse dimana bentuk
seperti bicara kasar merupakan hal yang wajar (Sutikno, 2010).Banyak orangtua
mengungkapkan bahwa verbal abuse memiliki efek psikologis yang lebih luas
status ekonomi yang rendah, sosial budaya dan lingkungan. Apabila anak terus
yang didapat anak dari orang tua dan lingkungan. Anak akan mempraktekkan
yaitu suatu kecenderungan untukmeniru tingkah laku orang lain yang dibentuk
membentuk kepribadian anak.Dalam hal ini peran orang tua sangat penting untuk
tersebut, terdapat SD Negeri lain yang berlokasi satu tempat, yaitu SD Negeri No.
060885 dan SD Negeri No. 060895. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan
oleh peneliti ditemukan bahwa ada siswa yang melakukan perilaku agresif verbal
(mengejek, memanggil teman dengan sebutan lain, berbicara kasar), hal ini
Hubungan antara Verbal Abuse Orangtua dengan Perilaku Agresif Anak Usia
Bagaimana hubungan antara verbal abuse orangtua dengan perilaku agresif anak
Tujuan umum dari penlitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
080691 Medan.
khususnya mahasiswa dalam upaya mengendalikan verbal abuse orang tua dalam
perawat berhubungan dengan klien yang latar belakang budaya dan sifatnya yang
Data yang diperoleh dapat menjadi dasar atau data yang mendukung untuk
penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
belas tahun dan sedang berada dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan
khusus, baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Sedangkan anak usia
sekolah dapat diartikan sebagai anak yang berada dalam rentang usia 6 - 12 tahun,
yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak
dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.Usia sekolah
(Wong, 2008).
Tahap usia ini disebut juga sebagai usia kelompok (gangage), di mana
anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga, kerjasama
antara teman dan sikap-sikap terhadap kerja atau belajar (Gunarsa, 2006). Dengan
memasuki SD salah satu hal penting yang perlu dimiliki anak dalam kematangan
sekolah, tidak saja meliputi kecerdasan dan ketrampilan motorik, bahasa, tetapi
juga hal lain seperti dapat menerima otoritas tokoh lain di luar orang tuanya,
dan ejekan teman. Bila pada masa ini ia sering gagal dan merasa cemas, akan
tumbuh rasa rendah diri, sebaliknya bila ia tahu tentang bagaimana dan apa yang
mengatasi masalah dalam hubungan teman dan prestasi sekolahnya, akan timbul
(Gunarsa, 2006).
aspirasi baru, dengan lain perkataan akan muncul lebih banyak tuntutan dari
lingkungan maupun dari dalam anak sendiri yang kesemuanya ingin dipenuhi.
Beberapa keterampilan yang perlu dimiliki anak pada fase ini meliputi antara lain
:Keterampilan menolong diri sendiri (self-help skills) : misalnya dalam hal mandi,
berdandan, makan, sudah jarang atau bahkan tidak perlu ditolong lagi;
ktrampilan dam berbagai jenis permainan seperti main bola, mengendarai sepeda,
ciri-ciri pentingdari periode anak usiasekolah. Label yang digunakan oleh orang
tua sebagai ciri anak usia sekolah yaitu masa yang menyulitkan. Pada masa ini
anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih banyak dipengaruhi oleh teman-
teman sebaya daripada oleh orang tua dananggota kelompok lainnya. Kebanyakan
periode ini sebagai usia tidak rapi, dimana cenderung tidak memperdulikan dan
sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Aktualisasidiri akan dibantu atau
bahwa ada eksistensi atau hambatan lain tinggal (indwelling) didalam (internal)
diri seseorang, yang meliputi: Ketidaktahuan akan potensi diri; Perasaan ragu dan
aktualisasi diri anak sangatlahbesar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang
2.1.7.1 Pengertian
kejadian yangada dalam setiap organ tubuh. Pada proses pertumbuhan terjadi
tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terdiri atas masa pranatal mulai
embrio(mulai konsepsi -8 minggu) dan masa fetus (9 minggu sampai lahir), serta
masapascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari), masa bayi (29 hari-1 tahun),
masaanak (1-2 tahun), dan masa prasekolah (3-6 tahun); Tahap tumbuh kembang
usia 6 tahun ke atas, terdiri atas masa sekolah (6-12 tahun) dan masa remaja (12-
perkembangan pada anak usia sekolah,yaitu pada usia 6-9 tahun atau masa kanak-
kanak tengah dan pada usia 10-12 tahunatau masa kanak-kanak akhir. Setelah
menjalani masa kanak-kanak akhir, anakakan memasuki masa remaja. Pada usia
lebih muda. Perbedaan ini terlihat dariaspek fisik, mental-intelektual, dan sosial-
Perkembangan yang dialami anak pada masa usia sekolah yaitu anak
sudah mulai mandiri, beberapa masalah sudah dapat di selesaikan sendiri dan anak
sudah mampu untuk menunjukan penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada,
rasa tanggung jawab dan percaya diri dalam tugas sudah mulai terwujud.
sudah memiliki perilaku agresif dari bayi, dilanjutkan pada masa pra sekolah,
masa usia sekolah, remaja hingga dewasa. Namun, ditemukanya “periode kritis”
dimana perilaku agresif ini menjadi kecendrungan yang dapat bertahan hingga
dewasa. Masa tersebut adalah masa usia sekolah dan masa remaja. Pada masa usia
sekolah, perilaku agresif dapat menjadi kenakalan kronis pada saat masa remaja.
Dengan melihat perilaku anak pada saat usia 8 tahun, maka dapat diketahui
intelektual dan sosial. Dalam tahap perkembangan tersebut, tak jarang anak
mengalami hambatan atau bahkan melakukan perilaku yang keliru yang dapat
merugikan mereka, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Perilaku yang
dicerminkan dapat berupa perilaku yang positif dan perilaku yang negatif. Salah
satunya yaitu berupa perilaku kenakalan. Kenakalan pada anak dimaknai sebagai
suatu bentuk perilaku yang tidak sesuai dengan norma – norma yang hidup di
tengah masyarakat. Perilaku yang tidak sesuai dengan norma itu dianggap sebagai
anak yang cacat social dan kemudian masyarakat menilai cacat tersebut dianggap
sebagai sebuah kelainan sehingga perilaku mereka pun disebut dengan kenakalan.
konstitusi defektif dari mental dan emosi- emosi, yaitu mental dan emosi anak
muda yang belum matang (labil) dan jadi rusak (defektif) sebagai akibat proses
ciri-ciri jasmaniah dan latar belakang lingkungan; kebutuhan individu dalam hal:
merasa bagian dari kelompok, rasa aman dan perlindungan diri, dan untuk
masalah belajar.
Perilaku ini terjadi pada masa perkembangan, karena pada masa inilah seorang
anak sudah mulai merasa ingin mengetahui dan ingin melakukan sesuatu yang dia
inginkan walaupun tanpa dia sadari sesuatu yang dia lakukan itu dapat berdampak
negatif pada dirinya sendiri ataupun pada orang lain (Hurlock E.B. 2015).
yang dikenai perilaku tersebut baik verbal maupun nonverbal yang dengan
sengaja ditujukkan untuk melukai orang lain baik secara fisik maupun nonfisik
(Anantasari, 2006).
Baron & Byrne (2005) perilaku agresif adalah tingkah laku individu
yang ditunjukan untuk melukai atau memcelakakan individu lain yang tidak
menginginkan datangnya tingkah laku tesebut. Ada 4 faktor tingkah laku yaitu ;
yang menjdi korban dan ketidakinginan korban menerima tingkah laku si pelaku.
dibedakan menjadi dua yaitu agresif verbal dan agresif fisik. Agresif verbal adalah
fisik merupakan perilaku menyerang atau melukai orang lain atau mencakup
agresif itu ditunjukkan untuk menyakiti atau menghukum orang lain atau
menmpengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya
dalam pengaruhnya terhadap perilaku agresif. Konrad Lorenz seorang ahli etiologi
laku agresif adalah perwujudan dari instink agresif yang dibawa sejak lahir dan
berperilaku agresif merupakan bagian sifat bawaan genetika individu. Hal ini
kecenderungan agresif yang satu sama lain lebih serupa dibanding individu-
2002).
merupakan inhibitor utama pada perilaku agresif. Jadi, apabila kadar serotonin
limbik, lobus frontal, dan lobus temporal otak dapat mengubah kemampuan
ilmuwan menyuntikan hormon testosteron pada tikus dan beberapa hewan lainya
(Mutadin, 2002).
Perilaku agresif yang muncul pada individu berkaitan erat dengan rasa
marah yang terjadi dalam diri individu.(Taylors, 2009) perilaku agresif dapat
yaitu individu akan secara refleks memunculkan sikap agresif terhadap seseorang
yang secara tiba-tiba menyerang atau menyakiti baik dengan perkataan (verbal)
balas dendam yaitu ketika individu yang marah mampu untuk melakukan balas
dendam, maka rasa marah akan semakin besar dan kemungkinan untuk
melakukan agresi juga bertambah besar; Kompetisi yaitu Agresi yang tidak
berkaitan dengan keadaan emosional, tetapi mungkin muncul secara tidak sengaja
dari situasi yang melahirkan suatu kompetisi. Secara khusus merujuk pada situasi
kompetitif yang sering memicu pola kemarahan, pembantahan dan agresi yang
dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor personal dan faktor situasional.
situasional mencakup fitur-fitur atau hal-hal yang terjadi di lingkungan yang juga
Sifat tertentu dapat menyebabkan seseorang lebih agresif dari orang lain.
Misalnya, individu yang memiliki sifat pemcemburu akan lebih agresif; Jenis
perempuan, dan pilihan agresi antara laki-laki dan perempuan terbukti berbeda.
Perempuan lebih memilih agresi tidak langsung dan laki-laki lebih banyak terlibat
pada perilaku agresif langsung; Individu yang memiliki keyakinan bahwa dirinya
agresif ketimbang individu yang tidak yakin bahwa dirinya dapat melakukan
tindakan agresif; Sikap adalah evaluasi umum seseorang terhadap diri mereka
sendiri, orang lain, objek-objek ataupun isu-isu tertentu. Sikap positif terhadap
apa yang harus dan sebaiknya dilakukan. Nilai yang dianut seseorang
orang yang menganut nilai bahwa kekerasan itu diperbolehkan untuk mengatasi
terlibat dalam perilaku agresif. Misalnya, tujuan beberapa anggota geng adalah
itu oleh pelaku agresi dilihat sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan respon
agresif untuk meniadakan bahaya yang diisyaratkan oleh ancaman itu. Dalam
pada prinsip bahwa daripada diserang lebih baik mendahului menyerang, atau
sindiran kasar, serta bentuk agresif verbal lainnya, agresi fisik, dan gangguan-
tujuan. Seseorang yang mengalami frustrasi terbukti lebih agresif terhadap agen
tertentu seperti kafein atau alkohol terbukti meningkatkan perilaku agresif secara
tidak langsung. Individu yang berada dibawah pengaruh obat-obatan atau zat-zat
tertentu akan mudah terprovokasi, mudah merasa frustasi, dan mudah menangkap
ada banyak objek yang dapat digunakan sebagai insentif yang dibesrikan pada
dengan memberikan imbalan berupa hal yang dianggap berharga oleh pelaku.
menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan
dialami pada masa kanak-kanak cenderung akan terus dibawa sampai ke masa
dewasa, lebih-lebih bila trauma tersebut tidak pernah disadari oleh lingkungan
sosial anak dan dicoba disembuhkan; kedua deprivasi parental adalah tiadanya
menunjukkan cinta dan kasih sayang, tidak menunjukkan perhatian dan minat dan
meluangkan waktu bersama anak, tidak menghargai hak dan persaan anak,
memperlakukan atau menyiksa anak secara kejam; Overproteksi dan sikap serba
yang ketat, sehingga membatasi otonomi dan kebebasan anak; Menuntut secara
tidak realistik. Memaksakan anak agar memenuhi standar yang sangat tinggi
dalam segala hal, sehingga menimbulkan rasa tak mampu pada anak; Bersikap
salah.Penanaman disiplin yang terlalu keras atau terlalu longgar oleh orangtua.
tahu apa yang dianggap baik atau buruk serta apa yang diharapkan atau tidak
disampaikan secara tidak jelas, dengan cara pesan verbal dan pesan nonverbal
saling bertentangan, atau dari pihak orangtua dengan cara melecehkan pendapat
anak; Teladan buruk dari pihak orangtua. Orangtua memberikan teladan yang
tidak baik kepada anak, misalnya ayah pemabuk, berperan buruk, pemarah, dan
jika marah mengeluarkan kata-kata kotor, besikap kejam dan memukul. Ketiga
(Videbeck 2008).
sosial baik secara individu maupun kelompok besar dapat mengakibatkan agresif
rumahnya, tetapi juga karena seseorang menjadi korban kekerasan dari salah satu
bahkan kedua orangtuanya. Dia juga menjelaskaan proses dari perilaku agresif,
yaitu :
1) Anak meniru perilaku agresif yang dilihatnya, atau adanya imitasi. Hal ini
terjadi karena seorang anak memiliki kecenderungan yang besar sekali untuk
meniru.
lumrah bahkan perlu dilakukan. Hal ini terjadi ketika orangtua sering memaki,
sehingga anak cenderung menganggap makian sebagai hal yang lumrah dan
3) Kekerasan yang dilihat atau yang dialami anak secara terus menerus akan
memmbentuk pola pikir pada anak bahwa lingkungan sekitarnya bukanlah tempat
yang aman baginya. Sehingga anak ini akan cenderung curiga dan menyebabkan
diri rendah. Harga diri rendah menimmbulkan sikap negatif dan menguranngi
koping saat frustasi. Hal ini yang menimbulkan kecenderungan berperilaku agresif
pada anak.
Dampak utama dari perilaku agresif adalah anak tidak mampu berteman
dengan teman sebaya atau lingkungan. Padahal dengan hal ini, perilaku agresif
akan semakin ditampilkan karena mereka tidak dapat diterima oleh teman-
temannya. Perilaku agresif akan berpengaruh terhadap dirinya sendiri dan orang
lain, seperti: dampak bagi dirinya sendiri yaitu akan dijauhi oleh teman-temannya
dan memili konsep diri yang buruk, anak akan dicap sebagai anak yang nakal
sehingga membuatnya merasa kurang aman dan kurang bahagia; Dampak bagi
orang lain (lingkungan), yaitu dapat menimbulkan ketakutan bagi anak-anak lain
dan akan tercipta hubungan sosial yang kurang sehat dengan teman sebayanya.
yaitu :
menggigit.
3. Agresif secara verbal yaitu agresif yang dilakukan dengan kata-kata yang
bertujuan untuk menyakiti orang lain dengan cara mengejek, memaki, memaksa,
4. Agresif menyerang hak orang lain yaitu agresif yang dilakukan dengan
Verbal abuse terjadi ketika ibu sedang sibuk dan anaknya meminta
perhatian namun si ibu malah menyuruh anaknya untuk “Diam” atau “jangan
“kamu kurang ajar”, “kamu menyebalkan”, atau yang lainya. Kata-kata seperti
itulah yang dapat diingat oleh anak, bila dilakukan secara berlangsung oleh ibu
(Rakhmat, 2007). Tidak hanya seorang ibu yang bisa melakukan verbal abuse,
seorang ayah pun bisa melakukan verbal abuse ketika ia merasa kesal. “anak
jadah pakai kuping mu untuk mendengarkan nasihat orangtua. Muak aku melihat
perangai mu itu...” adalah contoh verbal abuse ketika seorang ayah merasa kesal
tujuh, yaitu:
kemampuan.
memanggil nama dengan sebutan tidak baik dan tertutup seperti ungkapan atau
sangat signifikan. Hal ini dapat melalu mencaci maki, merendahkan, dan
komentar menyakitkan.
tujuan dari ucapan kasar dan bagaimana perasaannya. Sebagai contoh mungkin
terdengar sangat jujur dan baik jika mengucapkan apa yang salah dengan
seseorang.
berikut:
menggertak anak.
perlakuan yang senantiasa berdampak jangka panjang, dan menjadi mimpi buruk
yang tidak pernah hilang dari benak anak yang menjadi korban (Suyanto,
1) Gangguan emosi
lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri.Beberapa anak menjadi agresif dan
dicinta, tidak dikehendaki, muram dan tidak bahagia, dan tidak mampu
menyenangi akitfitas.
3) Agresif
diri.
4) Hubungan sosial
mempunyai teman sedikit dan suka mengganggu orang dewasa, misalnya dengan
utama dari kepribadian ini adalah emotional child abuse yang dalam bentuk
umumnya sering disebut juga verbal abuse.Perilaku ini dapat terlihat sering bolos,
mencuri, berbohong, bergaul dengan orang jahat, kejam dengan orang jahat,
5) Bunuh diri
dialami oleh anak. Stres mental ini apabila tidak tertangani maka akanberkembang
oleh anak.
6) Akibat lain
Akibat lain dari perlakuan salah, anak akan melakukan hal yang sama
dikemudian hari terhadap anak-anaknya kelak. Hal ini dipertegas oleh Rakhmat
(2007) bahwa semua tindakan kekerasan kepada anak-anak akan direkam dalam
bawah sadar dan akan dibawa hingga dewasa dan cenderung akan menjadi agresif.
Bahkan setelah mereka menjadi orangtua sifat tersebut masih melekat dan mereka
melakukan hal yang sama kepada anak mereka sehingga terlahir pula anak yang
bersifat agresif.
melakukan sesuatu tetapi dipaksa untuk melakukannya dan ketika anak belum
2) Faktor pengalaman
situasi pencetus terjadinya kekerasan pada anak. Semua tindakan kepada anak–
anak akan direkam dalam bawah sadar mereka dan akan dibawa sampai kepada
kejam dari orang tua akan berlaku kejam kepada anak-anaknya. Orang tua agresif
melahirkan anak agresif, yang pada giliranya akan menjadi dewasa yang menjadi
agresif.
3) Faktor keluarga
dan keluarga. Kakrakteristik anak yang diinginkan, lahir prematur, anak yang
orangtua dan keluarga yang juga turut berperan terhadap terjadinya kekerasan
pada anak seperti; orang tua yang agresif dan impulsif, keluarga hanya dengan
satu orang tua, orang tua yang dipaksa menikah saat belasan tahun sebelum siap
4) Faktor ekonomi
faktor kemiskinan, dan tekanan hidup atau tekanan ekonomi, pengangguran, PHK,
dan beban lain kian memperparah kondisi itu. Faktor kemiskinan dan tekanan
lemah, rentan, dan dianggap milik orangtua, anak paling mudah menjadi
bahwa para pelaku juga korban kekerasan kebanyakan berasal dari kelompok
verbal abuse karena pada masyarakat tidak ada kontrol sosial pada tindakan
6) Faktor lingkungan
surat kabar.
2) Intimidasi
2. Agresif dengan benda.
3) Menakuti
3. Agresif secara verbal
4) Menghina atau
3.2 Hipotesa
hipotesa penelitian yaitu “Ada hubungan antara Verbal Abuse orangtua dengan
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas I, II, III, IV, V dan
4.2.2 Sampel
060891 Medan.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling, dimana
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2016 sampai pada bulan
Juni 2017 untuk pengambilan data awal dan penelitian akhir di SD Negeri No.
060891 yang beralamatkan di Jl. Letjend Jamin Ginnting No.303 Medan. Adapun
No. 060891 Medan dan juga lebih mudah dijangkau oleh peneliti.
A.Rachman Gultom S.pd selaku guru di sekolah tersebut dan teman saya Min
Arlin Manutune ikut serta dalam membantu menjelaskan isi kuesioner dan
jaminan terhadap indentitas diri dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner yang akan dibagikan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan
pekerjaan orangtua.
oleh orangtua pada anak sehingga menyebabkan perilaku agresif pada anak dan
kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori dari bentuk verbal
abuse orang tua menurut Sutikno (2010). Kuesioner verbal abuse orangtua
bernilai satu (1) dan Tidak bernilai nol (0). Nilai tertinggi diperoleh adalah dua
Skala ukur yang digunakan dalam variabel ini adalah skala ordinal, dimana
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑃𝑃 =
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
Keterangan:
P : Panjang kelas
bentuk perilaku agresif yang dilakukan anak secara verbal yang diukur
menakut-nakuti. Kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan dari bentuk
perilaku agresif anak dalam bentuk verbal menurut teori Hamalik (2007).
pertanyaan dan pilihan Ya bernilai satu (1) dan Tidak bernilai nol (0). Nilai
tertinggi yang dapat di peroleh adalah dua puluh (20) dan nilai terendah adalah
nol (0).
Skala ukur yang digunakan dalam variabel ini adalah skala ordinal, dimana
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑃𝑃 =
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
P : Panjang kelas
kelas 20 dan banyak kelas 2 sehingga P = 10. Maka didapatkan interval perilaku
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang di inginkan atau dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Kuesioner ini dibuat
sendiri oleh peneliti dan telah di validasi oleh, Bapak Walter, Ns, M.Kep,
Sp.Kep.J. Suatu instrumen dikatakan valid jika nilai Content Validity Index (CVI)
mencapai 0,70. Hasil uji validitas yang didapat adalah kuesioner hubungan verbal
abuse memiliki nilai CVI = 1 dan kuesioner perilaku agresif anak memiliki nilai
mendapatkan hasil yang konsisten saat dipakai ulang. Suatu instrumen dikatakan
reliabel apabila koefisiennya bernilai >0.70 ( Polit& Beck, 2012). Instrumen telah
(KR 21) untuk item yang nilainya berskala 1 (satu) dan 0 (nol) dan memiliki
jumlah soal yang genap sehingga didapatkan nilai instrumen 1 yaitu 0.78 > 0.70
dan untuk instrumen ke 2 yaitu 0.88 >0.70 maka instrumen dinyatakan reliabel.
tujuan, manfaat, dan proses pengisian kuesioner. Dalam hal ini peneliti di bantu
oleh Bapak A.Rachman Gultom S.pd selaku guru di sekolah tersebut untuk
menjelaskan kepada calon responden kelas 1, 2 dan juga dibantu oleh teman saya
diberikan oleh peneliti dan diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang
univariat ini dilakukan pada tiap-tiap variabel penelitian. Dalam penelitian ini
perilaku verbal abuse yang dilakukan oleh orangtua dan perilaku agresif anak usia
sekolah.
(dependen) yaitu perilaku agresif anak dengan menggunakan uji statistik korelasi
produk moment pearson atau biasa disebut pearson r. Nilai r berkisar antara -1
dan untuk menentukan hubungan yang signifikan antara kedua variabel maka
berikut:
Nilai r Penafsiran
Korelasi negatif tinggi
Diatas -0.5
Hubungan negatif dengan interprestasi kuat.
Korelasi negatif sedang
-0.3 sampai -0.5
Hubungan negatif dengan interprestasi memadai.
Korelasi negatif rendah
-0.1 sampai -0.3
Hubungan negatif dengan interprestasi lemah.
Tidak ada korelasi/hubungan
0
Korelasi positif rendah
0.1 sampai .30
Hubungan positif dengan interprestasi lemah
Korelasi positif sedang
0.30 sampai 0.50
Korelasi positif kuat
>0.50
Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan
mengenai hubungan antara verbal abuse orang tua dengan perilaku agresif anak
responden, verbal abuse orang tua, perilaku agresif anak dan hubungan antara
verbal abuse orang tua dengan perilaku agresif anak usia sekolah.
pekerjaan orang tua dan pendidikan terakhir orang tua. Hasil penelitian mengenai
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Data Demogarafi Anak Usia Sekolah
di SD Negeri No.060891 Medan (n=75)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Usia
6 tahun 8 10,7
7 tahun 8 10,7
8 tahun 13 17,3
9 tahun 6 8
10 tahun 11 14,7
11 tahun 16 21,3
12 tahun 13 17,3
Berdasarkan data yang diperoleh, usia terbanyak berada pada usia 11 tahun
yaitu 16 anak (21,3%). Jenis kelamin anak terbanyak laki-laki sebanyak 40 anak
(26,7%). Pekerjaan orang tua anak didapat, pekerjaan ayah terbanyak sebagai
wiraswasta sebanyak 60 anak (80,0%) dan pekerjaan ibu terbanyak ialah ibu
nilai verbal abuse orang tua diperoleh berdasarkan jumlah dari jawaban
responden terhadap perilaku verbal abuse orang tua. Dapat dilihat pada tabel 5.2
dibawah ini.
orang tua, di temukan bahwa 24 anak (32%) mendapatkan verbal abuse berat dari
orang tua dan 51 anak (68%) mengalami verbal abuse ringandari orang tua
mereka. Padahal verbal abuse menjadi faktor resiko terjadinya perilaku agresif
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi masing-masing indikator verbal abuse orang tua(n=75)
Ya Tidak
No Indikator Verbal Abuse
f % F %
1 Memfitnah anak 22 29,3 53 70,7
2 Intimidasi anak 37 49,3 38 50,7
3 Menakuti anak 32 29,3 43 70,7
4 Menghina atau membesarkan
kesalahan anak 24 32 51 68
Berdasarkan dari tabel diatas, menunjukkan bahwa verbal abuse orang tua
yang banyak di alamai oleh anak adalah verbal abuse dengan cara mengintimidasi
anak dengan frekuensi 37 (49,3%), verbal abuse dengan cara menakuti anak yang
kesalahan anak yang dialami sebanyak 24 anak (68%), dan memfitnah anak
Tabel 5.4.
Deskripsi perilaku agresif anak usia sekolah (n=75)
Perilaku agresif anak usia sekolah Frekuensi (f) Persentase (%)
Ringan 50 66.7
Berat 25 33.3
Total 75 100
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi tiap indikator perilaku agresif dalam bentuk
agresif verbal (n=75)
Ya Tidak
No Indikator perilaku agresif anak
F % F %
1 Mengejek 32 42,7 43 57,3
2 Memaki 29 38,7 46 61,3
3 Memaksa 17 22,7 58 77,3
4 Membentak 25 33,3 50 66,7
5 Menakut-nakuti 28 37,3 47 62,7
berperilaku agresif dalam bentuk verbal. Perilaku agrresif verbal yang paling
banyak dilakukan oleh anak sekolah adalah mengejek sebanyak 32 anak (42,7%),
(22,7%).
5.1.2.1 Hubungan verbal abuse orang tua dengan perilaku agresif anak
verbal abuse orang tua dengan perilaku agresif anak, terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas data dengan metode Skewness dan Kurtosis.Dari hasil uji di dapat
bahwa variabel verbal abuse orang tua dengan perilaku agresif anak terdistribusi
normal. Sehingga uji yang digunakan untuk menganalisis kedua variabel tersebut
adalah uji korelasi product moment pearson. Hasil yang di peroleh dalam
Tabel 5.6.
Hasil Uji Hipotesis Hubungan Antara Verbal abuse Orang tua
dengan Perilaku Agresif Anak Usia Sekolah (n=75)
maka Ha di terima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara verbal abuse
orang tua dengan perilaku agresif anak usia sekolah. Nilai r hitung yang di
hasilkan sebesar 0,849 menunjukkan korelasi positif yang sangat kuat antara
kedua variabel.
5.2 Pembahasan
Medan.
Karakteristik dari responden dalam penelitian ini terdiri dari usia, jenis
kelamin, kelas, pekerjaan orang tua. Gambaran umum dari 75 anak usia sekolah
dalam penelitian ini sebagian besar berusia 11 tahun yaitu sebanyak 16 anak
(21,3%). Usia 10-12 tahun disebut sebagai masa kanak-kanak akhir. Pada usia
dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu (Wong, 2008). Dan masih dalam
maka sering kali dijumpai perilaku agresif. Perilaku agresif ini menjadi
perilaku agresif dapat menjadi kenakalan kronis pada saat masa remaja. Dengan
melihat perilaku anak pada saat usia 8 tahun, maka dapat diketahui seberapa
Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah laki-
laki sebanyak 40 anak (53.3%). Ditinjau dari suatu kelompok, anak laki-laki lebih
sering dan lebih kuat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan jenis kelamin
mereka, misalnya marah, dibandingkan dengan emosi yang dianggap lebih sesuai
bagi perempuan yaitu takut dan cemas dan kasih sayang (Santrock, 2007).
sehingga dari teori tersebut terlihat bahwa laki-laki lebih mudah marah, artinya
laki-laki lebih beresiko terhadap perilaku agresif. Perilaku agresif pada laki-laki
relatif menetap sejak masa prasekolah sampai pada masa remaja. Berbeda dengan
perempuan yang kurang menunjukkan perilaku tersebut pada usia lebih tua
(26.7%) dan kelas 3 sebanyak 15 anak (20%). Penelitian ini dilakukan mulai dari
kelas 1 sampai kelas 6. Dari hasil tentang verbal abuse orang tua kelas yang
paling banyak mengalami perilaku tersebut adalah kelas 6 dan kelas yang paling
60 anak (80%), dan pekerjaan ibu mayoritas ibu rumah tangga sebanyak 61 anak
(81%).Hal ini menunjukkan bahwa bahwa para pelaku juga korban kekerasan
tertentu orangtua bisa meradang dan membentak anak dihadapan banyak orang,
didepan orang lain atau di depan umum, melontarkan ancaman dengan kata-kata
(Bagong Suyanto, 2013).Verbal abuse terjadi ketika ibu sedang sibuk dan
anaknya meminta perhatian namun si ibu malah menyuruh anaknya untuk “Diam”
“kamu cerewet”, “kamu kurang ajar”, “kamu menyebalkan”, atau yang lainya.
Kata-kata seperti itulah yang dapat diingat oleh anak, bila dilakukan secara
berlangsung oleh ibu (Rakhmat, 2007). Tidak hanya seorang ibu yang bisa
melakukan verbal abuse, seorang ayah pun bisa melakukan verbal abuse ketika ia
orangtua. Muak aku melihat perangai mu itu...” adalah contoh verbal abuse ketika
(Sutikno, 2010).
Fenomena tentang kekerasan pada anak terbukti pada penelitian ini yaitu
didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari 75 anak usia sekolah
dalam penelitian ini terdapat 51 anak (68%) yang medapatkan verbal abuse ringan
dan 24 anak lain (32%) mendapatkan verbal abuse berat dari orang tua. Dari hasil
penelitian menunjukkan angka ini masih terlihat sangat tinggi dan dapat dilihat
bahwa verbal abuse merupakan salah satu jenis kekerasan yang masih sering di
alami oleh anak-anak. Hal ini serupa dengan hasil penelitian Munawati (2011)
subyek 98 responden ibu yang mempunyai anak usia prasekolah didapatkan hail
63.3 % (62 responden) menunjukkan adanya tindakan verbal abuse. Hal ini
anak, menghina atau membesarkan kesalahan anak. Dari ke empat bentuk tersebut
tua. Angka ini termasuk angka terbesar bila dibandingkan dengan bentuk yang
menjerit, mengancam anak, dan menggertak anak (Sutikno 2010). Hal ini
dan menggertak anak merupakan hal yang biasa dilakukan dan tindakan yang
ampuh untuk mendidik anak membuat anak patuh, namun ternyata tindakan ini
Tindakan yang sering juga dilakukan oleh orang tua yaitu menakut-nakuti
perlakuan seperti itu, anak akan mengalami hambatan dan gangguan dalam
bereksplorasi akibat dari rasa takut, kemampuan berpikir, tingkah laku dan
kegiatan belajar anak akan terganggu di karenakan anak lebih fokus kepada
(29.3%) mendapatkan perlakukan seperti itu dan tindakan verbal abuse dengan
membesarkan kesalahan anak akan di rekam dalam pita memori anak, makin lama
makin bertambah dan di rasa berat, sehngga aakhirnya anak memiliki citra diri
yang negatif. Anak yang mendapat perlakuan tersebut merasa dirinya jelek, tidak
dicinta, tidak dikehendaki, muram dan tidak bahagia, dan tidak mampu
maka peneliti bertanya kepada setiap wali kelas tentang data siswa yang sering
secara langsung serta memberikan kuesioner yang baru untuk di isikan kembali.
Negeri No. 060891 Medan berperilaku agresif ringan sebanyak 50 anak (66.7%)
dan berperilaku agresif berat sebanyak 25 anak (33.3%). Hal ini terlihat pada nilai
tertinggi kategorik perilaku agresif dalam bentuk verbal yaitu agresif verbal
mengejek untuk menyakiti perasaaan teman ataupun untuk kesenangan sendiri. Ini
membuktikan anak tersebut pernah mendapatkan serangan verbal dari orang lain
berupa mengejek. Perilaku agresif verbal mengejek dapat timbul akibat situasional
seperti Provokasi.Karena provokasi itu oleh pelaku agresi dilihat sebagai ancaman
yang harus dihadapi dengan respon agresif untuk meniadakan bahaya yang
para pelaku agresi cenderung berpegang pada prinsip bahwa daripada diserang
1992).
kamus besar bahasa indonesia (KBBI) (2010), yaitu mengucapkan kata-kata keji,
tidak pantas, kurang adat untuk menyatakan kemarahan atau kejengkelan. Hal ini
berbau tidak sedap dapat membuat individu berperilaku agresif. Dan juga apabila
individu tersebut dihadapakan pada suatu perisitiwa ataupun hal yang sangat luar
biasa dan tidak pernah dilihat, maka individu tersebut akan berprerilaku agresif
verbal.
menjadikan takut akan sesuatu dengan berbagai cara. Perilaku agresif verbal
siswa-siswi sering berperilaku agresif verbal terhadap teman maupun orang lain.
serangan dari orang lain yaitu individu akan secara refleks memunculkan sikap
agresif terhadap seseorang yang secara tiba-tiba menyerang atau menyakiti baik
Ekspektasi pembalasan atau motivasi untuk balas dendam yaitu ketika individu
yang marah mampu untuk melakukan balas dendam, maka rasa marah akan
semakin besar dan kemungkinan untuk melakukan agresi juga bertambah besar;
Kompetisi yaitu Agresi yang tidak berkaitan dengan keadaan emosional, tetapi
mungkin muncul secara tidak sengaja dari situasi yang melahirkan suatu
kompetisi.
Buss & Perry (1992) mengatakan bahwa secara umum perilaku agresif
dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor personal dan faktor
situasional mencakup fitur-fitur atau hal-hal yang terjadi di lingkungan yang juga
Sifat tertentu dapat menyebabkan seseorang lebih agresif dari orang lain.
antara verbal abuse orang tua dengan perilaku agresif anak usia sekolah di SD
Negeri No. 060891 Medan diperoleh bahwa nilai r hitung yang di hasilkan adalah
sebesar 0.849 dan nilai signifikan (p) yang diperoleh adalah 0.00 jika
dibandingkan dengan nilai α = 0.05 dimana p < α maka hipotesis alternatif (Ha)
awal yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara verbal
abuse orang tua dengan perilaku agresif anak usia sekolah diterima. Dengan
antara verbal abuse orang tua dengan perilaku agresif anak usia sekolah ditolak.
Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara verbal
abuse orang tua dengan perilaku agresif anak usia sekolah. Hasil penelitian ini
menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri
Kuspartianingsih (2012) tentang hubungan antara verbal abuse orang tua dengan
perilaku agresif pada remaja di SMA Negeri 129 Jakarta. Hasil penelitian tersebut
mengatakan bahwa dari hasil cross tabel terlihat bahwa dari remaja yang
mendapatkan verbal abuse dari orang tua lebih cenderung berperilaku agresif
bahwa perilaku kemarahan dan agresif atau hukuman yang kasar yang dari orang
tua dapat ditiru oleh anak bila mereka tersakiti baik secara fisik maupun
Hasil yang sama juga dilakukan oleh Suryanignsih & Anggraini (2004)
tentang hubungan kekerasan orang tua terhadap anak dengan perilaku agresif
didapatkan hasil bahwa semakin tinggi kekerasan orang tua terhadap anak maka
semakin tinggi pula perilaku agresif anak.Dimana salah satu jenis kekerasan yang
anak-anak akan direkam dalam bawah sadar dan akan dibawa hingga dewasa dan
hubungan sosial sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian diatas, maka verbal abuse orang
tua harus dicegah, karena akan berdampak buruk pada anak-anak sehingga timbul
abuse orang tua terhadap anak, yaitu anak mengalami gangguan emosi, konsep
diri yang rendah, hubungan sosial terganggu. Anak yang berperilaku agresif tidak
mampu berteman dengan orang lain sehingga perilaku agresif tersebut akan terus
abuse orang tua dapat menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku
agresif kepada anak. Apabila kedua masalah ini tidak segera ditangani, maka
orang tua yang berperilaku agresif akan melahirkan anak yang agresif pula dan
6.1 Kesimpulan
Medan menggambarkan bahwa verbal abuse orang tua dalam kategori ringan
sebanyak 51 anak dan perilaku agresif anak dalam kategori ringan sebanyak 50
anak dan verbal abuse orang tua dalam kategori berat sebanyak 24 anak dan
hubungan antara verbal abuse orang tua dengan perilaku agresif anak usia sekolah
6.2 Saran
untuk tidak memiliki perilaku agresif dalam bentuk verbal ataupun verbal abuse
karena sebagai calaon perawat yang akan terjun ke masyarakat harus mempunyai
cara bicara yang baik dan benar. Serta menunjukkan sikap sebagai seorang
pelajar.
baik.
mendetail.
Medan, ……………….2017
Peneliti, Responden
KUESIONER PENELITIAN
BAGIAN I
Petunjuk pengisian:
Umur : Tahun
Kelas :
Alamat :
Data Orangtua
Pekerjaan : 1. Ayah :
2. Ibu :
2. Ibu :
Petunjuk pengisian:
No. PERTANYAAN Y T
Petunjuk pengisian:
NO PERTANYAAN Y T
JADWAL PENELITIAN
No Aktivitas Penelitian Sept-2016 Okt-2016 Nov-2016 Des-2016 Jan-2017 Feb-2017 Mar-2017 Apr-2017 Mei-2017 Jun-2017 Jul-2017
Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 PengajuanJudul
2 Menyusun Bab 1
3 Menyusun Bab 2
4 Menyusun Bab 3
5 Menyusun Bab 4
6 Menyusun Kuesioner
7 Menyerahkan Proposal
8 Ujian sidang Proposal
9 Revisi Proposal
10 Uji etik penelitian
11 Uji Reliabilitas
12 Analisis hasil uji reliabilitas
13 Revisi instrumen
14 Pengumpulan data
15 Analisa Data
16 Pengajuan Sidang Skripsi
17 Ujian Sidang Skripsi
18 Perbaikan laporan akhir
19 Mengumpulkan Skripsi
Master Tabel
Verbal Abuse Orang tua
Pekerjaan
Kode JK Usia Kelas P1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 total
Ayah Ibu
1 2 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5
2 2 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 3
3 2 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5
4 2 1 1 2 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 6
5 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 9
6 1 2 1 2 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 7
7 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2
8 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 3
9 1 1 1 2 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 6
10 2 1 1 2 2 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 6
11 2 2 2 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 6
12 2 2 2 1 2 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8
13 2 2 2 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2
14 1 2 2 1 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2
15 1 2 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 1 2 2 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 9
17 2 3 2 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 7
18 2 3 2 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 3
19 2 3 2 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
20 1 3 3 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 7
21 1 3 3 2 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 7
Statistics
N Valid 75 75 75 75 75
Missing 0 0 0 0 0
Mode 11 1 5 1 1
usia
jenis kelamin
pekerjaan ayah
pekerjaan ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
N Valid 75 75
Missing 0 0
Mode 2 1
Tingkat
Statistics
N Valid 75 75
Missing 0 0
Mode 0 1
tingkat
perilaku agresif
Correlations
N 75 75
N 75 75
Total Rp.270.000.00
2. PelaksanaanPenelitian
Total Rp.520.000.00
4. Transportasi Rp.20.000.00