Oleh:
FERRY RAMADHAN
20114041357
FERRY RAMADHAN
20114041357
Menyetujui :
Dosen Pembimbing
Mengetahui :
(Zulianti,RO,M.Kes)
KATA PENGANTAR
Rahmat dan Hidayah Nya berupa kesehatan dan kesempatan sehingga penulis
Pemeriksaan Visus Dini Pada Anak Pra Sekolah Di TK Bunga Tanjung Desa
Dalam penulisan proposal karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak
kepada:
Sudama Medan
Sudama Medan
Sudama Medan
Sudama Medan.
5. Ibu Elvi Susanti Lubis, SKM, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang
Sudama Medan yang telah membina dan nendidik penulis selama masa
perkuliahan
kakak, abang dan adik tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa
Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan oleh sebab itu penulis sangat mengharapakan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis
Ferry Ramadhan
20114041357
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 .......................................................................................................................
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................4
1.4.1 Bagi Peneliti.............................................................................................4
1.4.2 Bagi Mahasiswa.......................................................................................5
1.4.3 Bagi Masyarakat......................................................................................5
BAB 2........................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6
2.1 Pemeriksaan Visus.........................................................................................6
2.1.1 Pengertian Visus......................................................................................6
2.1.2 Pengertian Pemeriksaan visus..................................................................7
2.1.3 Teknik Pemeriksaan Visus......................................................................7
2.1.4 Penilaian visus mata..............................................................................12
2.2 Anak.............................................................................................................13
2.2.1 Pengertian Anak.....................................................................................13
2.2.2 Usia Pra Sekolah....................................................................................13
2.2.3 Ciri-ciri anak usia pra sekolah...............................................................14
2.3 Persepsi.........................................................................................................16
2.3.1 Definisi..................................................................................................16
2.3.2 Jenis-jenis persepsi................................................................................17
2.3.3 Faktor yang mempengaruhi persepsi.....................................................18
2.3.4 Pengukuran persepsi..............................................................................19
BAB 3........................................................................................................................
METODE PENELITIAN.......................................................................................21
3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................21
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel....................................21
3.2.1 Populasi Penelitian.................................................................................21
3.2.2 Sampel Penelitian..................................................................................21
3.2.3 Teknik sampling....................................................................................22
3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian.......................................................................23
3.3.1 Lokasi Penelitian..................................................................................23
3.3.2 Waktu Penelitian....................................................................................23
3.4 Metode Pengumpulan Data..........................................................................23
3.5 Pertimbangan Etik........................................................................................23
3.6 Analisis Data................................................................................................24
3.6.1 Teknik Pengolahan Data........................................................................24
BAB 1
PENDAHULUAN
Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia. Namun gangguan
kesehatan yang banyak dijumpai terkhusus pada anak usia pra sekolah. Kelainan
terjadi pada anak-anak karena kurangnya kesadaran orang tua untuk rutin
tajam penglihatan yang buruk. Diperkirakan terdapat 2,5 miliar orang di dunia
VISION 2020, suatu program kerjasama antara International Agency for the
kealinan refraksi yang tidak dikoreksi. Dari 153 juta orang tersebut, sedikitnya
13 juta diantaranya adalah anak usia 5-15 tahun. Di Indonesia prevalensi kelainan
refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata. Menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 proporsi pengguna kaca mata atau lensa
kontak pada penduduk umur di atas 6 tahun di Indonesia adalah sebesar 4,6%,
kaca mata atau lensa kontak pada penduduk dengan umur di atas 6 tahun di
penglihatan sebesar 0,9% dan proporsi kebutaan sebesar 0,3%. Jumlah gangguan
bawah 18 tahun) pada tahun 2010 di dunia diperkirakan 810 juta dengan
berkembang.
World Health Organization (WHO) membuat program Vision 2020, the right to
Vision 2020 adalah suatu inisiatif global untuk penanganan kebutaan dan
refraksi dapat dikoreksi lebih dini dan dapat menurunkan jumlah kebutaan pada
tahun 2020.
komprehensif sejak usia 6 bulan. Kemudian diperiksa lagi pada usia 3 tahun, dan
saat usia pra-sekolah yaitu sekitar usia 5 atau 6 tahun. Anak-anak usia sekolah
harus menjalani pemeriksaan mata setidaknya setiap tahun sekali jika tidak
kacamata harus diperiksa setiap 6 bulan atau seperti yang direkomendasikan oleh
pemeriksaan mata anak sangat penting untuk dilakukan secara dini dan diberikan
informasi terhadap stimulus (Sumanto, 2014). Persepsi juga disebut sebagai inti
komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi
dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan
mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar
Persepsi ibu-ibu yang tidak melakukan pemeriksaan visus dini pada anak
pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan visus dini pada anak dan kurangnya
Bagaimana persepsi ibu tentang pemeriksaan visus dini pada anak pra sekolah di
mengetahui bagaimana persepsi ibu tentang pemeriksaan visus dini pada anak pra
1. Untuk mengetahui karakteristik ibu yang memiliki anak usia pra sekolah di
2. Untuk mengetahui persepsi ibu tentang pemeriksaan visus dini pada anak pra
peneliti tentang persepsi ibu terhadap pemeriksaan visus dini pada anak pra
sekolah.
TINJAUAN PUSTAKA
dengan berbagai ukuran yang terpisah pada jarak standar dari mata. Di kalangan
refraksionis (ahli pemeriksaan refraksi mata) dan kedokteran mata, dikenal deng
an istilah uji visus dasar (visus = tajam penglihatan). Pada prinsipnya, uji visus ini
pengertian tentang optiknya (kacamata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas
(Ilyas, 2018).
benda ditentukan dengan kemampuan melihat benda terkecil yang masih dapat
jarak baku untuk kartu. Hasilnya dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20
untuk penglihatan normal. Nilai pertama adalah jarak tes dalam kaki antara kartu
snellen chart dengan mata pasien dan nilai kedua adalah baris huruf terkecil yang
dapat dibaca mata pasien dari jarak tes. Penglihatan 20/60 berarti mata pasien
hanya dapat membaca dari jarak 20 kaki huruf yang cukup besar dibaca dari jarak
pada setiap mata yang memberikan keluhan mata. Untuk mengetahui tajam
penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan Kartu Snellen dan bila penglihatan
tangan dengan cara menghitung jumlah jari pemeriksa dari jarak satu sampai
berisi tanda, gambar, atau huruf, seperti Snellen chart. Pemeriksaan ini dapat pula
jauh dan jarak dekat. Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara manual maupun
daftar gambar dengan Allen Picture yang diposisikan pada jarak 6 meter dari kursi
pemeriksaan pasien sedangkan LogMar chart pada jarak 4 meter dari kursi
pemeriksaan pasien. Untuk pemeriksaan jarak dekat dengan Jaeger chart atau
Roman test, daftar akan diposisikan pada jarak pandang sekitar 25–33 cm.
menimbulkan komplikasi.
Visus mata biasa dilakukan ketika seseorang kesulitan untuk melihat objek
dengan jelas dalam jarak dekat, jarak jauh, ataupun keduanya. Anak-anak
biasanya melakukan tes visus secara rutin untuk memantau kondisi kesehatan
mata. Apabila Anda memiliki salah satu jenis kelainan refraksi atau mata rabun,
Tes visus umumnya dilakukan dengan bantuan Snellen chart atau bagan
Snellen. Bagan ini dikembangkan oleh seorang dokter spesialis mata dari Belanda,
Herman Snellen, pada tahun 1860-an. Ada banyak variasi dari Snellen chart yang
digunakan dalam tes ketajaman mata. Secara umum Snellen chart yang digunakan
untuk tes mata terdiri dari 11 baris huruf kapital dengan ukuran yang bervariasi.
a. Duduk atau berdiri dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen. Pemeriksaan
b. Tutup salah satu mata dengan menggunakan tangan atau dipasangkan trial
c. Dokter atau ahli optik akan memeriksa mata kiri dan kanan secara terpisah.
Mata dengan pandangan yang lebih buram akan dites terlebih dulu.
d. Saat tes mata dimulai, Anda diminta membaca huruf dari baris paling atas ke
bawah hingga Anda tidak mampu lagi membaca huruf pada baris tersebut.
e. Jika tes mata tidak mencapai huruf pada barisan 20/20 atau 6/6, prosedur akan
dipasangkan lensa korektif yang terus diganti sampai Anda bisa melihat
dengan jelas.
f. Apabila dengan pinhole penglihatan mengalami perbaikan, dapat diketahui
kelainan refraksi yang terjadi, apakah merupakan rabun jauh (miopi), rabun
g. Langkah tes untuk membaca huruf pada Snellen chart ini akan diulangi untuk
Dokter Snellen juga membuat bagan lain untuk tes ketajaman mata yang
anak-anak yang belum mengenal huruf alfabet dengan lengkap. Bagan ini dikenal
juga dengan E chart.Pada bagan untuk tes mata tertera huruf kapital “E” yang
Pemeriksaan visus mata dengan bagan E biasanya akan lebih canggih saat
dilakukan oleh dokter spesialis mata. Bagan akan diproyeksikan layaknya refleksi
cermin, Anda akan diminta melihat bagan tersebut melalui berbagai lensa. Dokter
akan terus mengganti lensa sampai mata bisa melihat huruf E yang tertera pada
Sama halnya dengan tes visus menggunakan Snellen chart, tes mata ini
tetap bisa menentukan kelainan refraksi seperti rabun jauh, rabun dekat, dan mata
penglihatan, dan resep kacamata atau lensa kontak selama pemeriksaan mata.
Metode ini dilakukan dengan menganalisis perubahan jalur sinar cahaya saat
memasuki mata.
dari gambar kemudian melewati lensa autorefractor dan menyerang retina. Sinar
cahaya dipantulkan dari retina, mata, dan melewati lensa optik. Kerusakan pada
2. Pasien diminta meletakkan dagu dan menempatkan dahi di tempat yang sudah
disediakan.
3. Pasien diminta melihat ke depan dan menahan mata terbuka tanpa berkedip
beberapa detik.
4. Pemeriksaan selesai, otomatis hasil print out akan keluar dari alat.
normal manusia dalam ukuran bagan Snellen adalah 20/20 kaki atau dalam satuan
meter adalah 6/6 m. Artinya, dalam jarak 20 kaki, alias 6 meter, mata Anda
seharusnya masih cukup tajam untuk melihat tulisan yang memang normalnya
dapat terbaca dari jarak tersebut. Akan tetapi, jika hasil visus mata Anda
menunjukan 20/40, berarti mata Anda dengan jarak 20 kaki atau 6 meter hanya
mampu membaca huruf yang cukup besar yang dapat dibaca pada jarak 40 kaki
atau 12 meter.
Bagi anak-anak, paling tidak tes mata dilakukan 2 kali setahun. Sementara
untuk Anda yang berumur 40 tahun atau lebih, lakukanlah pemeriksaan segera
2.2 Anak
umur muda dalam jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh
untuk keadaan sekitarnya. Oleh karena itu anak-anak perlu diperhatikan secara
sungguh-sungguh. Akan tetapi, sebagai makhluk sosial yang paling rentan dan
tidak memiliki hak untuk bersuara, dan bahkan mereka sering menjadi korban
Anak Prasekolah adalah anak umur 60 bulan sampai 72 bulan (PMK No.
66, 2014). Usia anak dibawah 5 tahun, orang sering menyebutnya sebagai usia
prasekolah, karena pada usia tersebut anak belum sekolah secara formal tetapi
prasekolah merupakan tahapan usia yang sangat penting, karena pada usia ini
daya serap anak luar biasa tingginya, maka pantas kalau orang menyebutnya
sebagai usia golden age/usia keemasan. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang
sangat besar dan mempunyai kemampuan untuk menyerap informasi yang tinggi,
kebanyakan orang tidak menyadari dan memahami kemampuan magic yang ada
pada anak-anak.
Mereka hanya bisa berkata, saya tahu anak-anak belajar lebih cepat, tetapi
mereka tidak tahu seberapa cepat anak-anak bisa belajar, karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan orang tua dan guru-guru maka potensi luar biasa
yang ada pada setiap anak sebagian besar tersia-siakan. Maka sangatlah penting
bagi orang tua dan para pendidik untuk lebih tahu dan memahami apa saja ciri-ciri
Anak ingin lebih mengenal dunia sekelilingnya, para ahli sering menamakan
“Masa Eksplorasi” pada masa ini anak terlihat tidak mau diam, selalu bergerak
lari, naik turun tangga, selalu ingin tahu dan mendekati benda-benda yang terlihat
disekelilingnya. Bila orang tua tidak bijak dalam membimbing di masa eksplorasi
ini, misalnya, terlalu banyak melarang, dibentak-bentak dan sangat dibatasi, maka
anak akan tumbuh menjadi anak yang tidak berani mencoba dan serba takut.
Pada usia ini sering muncul yang disebut “Negativisme” , yaitu anak mulai
sering membangkang, bila ibunya menyuruh “A” anak melakukan “B”. bila orang
tua melarang, anak malah sengaja melakukan hal-hal yang tidak disukai oleh
orang tua, kejadian ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari antara orang tua
dan anak. Bila orang tua kurang memahami apa yang terjadi pada anak, biasanya
bentak bahkan memukul tentu hal ini bukannya anak menjadi penurut malah
Anak sering berperilaku “Imitatif”, yaitu anak selalu meniru segala perilaku
orang yang ada disekitarnya baik yang terlihat ataupun yang terdengar. Ada orang
yang mengatakan bahwa anak adalah seorang peniru yang ulung, karena anak
tidak berfikir apakah yang ditirunya itu baik atau buruk tetapi anak akan sering
melakukan perilaku yang selalu dilihatnya. Disisi lain, agar kemampuan kognitif
berkembang, tentunya harus ada rangsangan dari luar, karena perilaku imitatif
sangat berkaitan dengan kemampuan kognitif anak. Maka akan sangat bijak bila
orang tua memberikan contoh pertama untuk berperilaku yang positif dari mulai,
cara bicara, cara mengekspresikan emosi. seperti rasa sayang, marah, sedih,
kecewa hal ini semua akan diserap oleh anak, selain kegiatan anggota keluarga
didalam rumah, tentu lingkungan lain akan turut mempengaruhi perilaku imitasi
anak, seperti tayangan TV, teman main dan kegiatan sekolah. Bila menyimak
lebih dalam hal ini maka sebaiknya anak sejak dini diberikan stimulasi-stimulasi
berupa contoh-contoh kegiatan dalam bentuk bermain dan itu semua bisa
didapatkan lewat kelompok bermain dan bisa saja dirumah anak distimulasi
bermain dengan ibu, tetapi bagi ibu yang bekerja atau bagi ibu yang kurang
jawaban yang jelas tetapi dengan bertanya anak seolah mempunyai suatu
kepuasan tersendiri, Sebagai orang tua harus selalu melayani pertanyaan anak,
karena dengan bertanya berarti anak sedang mengembangkan rasa ingin tahunya
yang tinggi dan sikap senang bertanya dapat meningkatkan kreatifitas berfikir
anak .
2.3 Persepsi
2.3.1 Definisi
Persepsi adalah proses pemahaman atau pemberian makna atas suatu informasi
terhadap stimulus (Sumanto, 2014). Persepsi juga disebut sebagai inti komunikasi,
karena jika persepsi tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan
efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan
pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu,
merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga
disebut proses sensoris. Proses penginderaan akan berlangsung setiap saat, pada
waktu individu menerima stimulus melalui alat indera, yaitu melalui mata sebagai
alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengar, hidung sebagai alat perabaan,
stimulus dari luar individu. Stimulus yang diindera itu kemudian oleh individu
tentang apa yang di indera, dan proses ini disebut persepsi (Walgito, 2010).
objek-objek yang dipersepsikan maka hasil persepsi dapat dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Persepsi positif
b. Persepsi negatif
tidaknya) dan tanggapan yang tidak selaras dengan objek yang dipersepsi.
Dapat dikatakan bahwa persepsi itu baik yang positif maupun yang negatif
akan selalu mempengaruhi diri seseorang dalam melakukan suatu persepsi positif
persepsi, dalam diri objek atau target yang di artikan, atau dalam konteks situasi
berikut :
1. Personal Effect
Dalam hal ini disebutkan bahwa karakteristik dari individu akan dihubungkan
dengan perbedaan persepsi terhadap lingkungan. Hal tersebut, sudah jelas akan
masing individu akan berbeda-beda dan melibatkan banyak hal yang berpengaruh
sebagai latar belakang persepsi yang keluar. Proses pengalaman atau pengenalan
melibatkan banyak hal yang berpengaruh sebagai latar belakang persepsi yang
lain yang dihadapi, pada umumnya mempunyai orientasi pada kondisi lingkungan
lain yang telah dikenal sebelumnya dan secara otomatis akan menghasilkan proses
dengan tempat asal atau tempat tinggal seseorang. Budaya yang dibawa dari
tempat asal dan tinggal seseorang akan membentuk cara yang berbeda bagi setiap
orang tersebut dalam “melihat dunia”. Selain itu, Gifford menyebutkan bahwa
3. Physical effect
dengan atribut dan elemen pembentuknya yang menghasilkan karakter atau tipikal
kelas secara otomatis akan dikenal bila dalam ruang tersebut terdapat meja yang
diatur berderet, dan terdapat podium atau mimbarr dan papan tulis di bagian
depannya.
fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya
b) Setuju : S
c) Tidak setuju : TS
a) Persepsi positif jika nilai T skor yang di peroleh responden dari kuesioner ≥ T
mean
b) Persepsi negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner ≤ T
mean.
Menurut Irwanto (1986), dikutip dari Istana (2006), dilihat dari segi individu
setelah melakukan interaksi dengan objek yang dipersepsikan, maka hasil persepsi
1. Persepsi positif
2. Persepsi negatif
kenal tidaknya) serta tanggapan yang tidak selaras dengan objek yang di
persepsikan
BAB 3
METODE PENELITIAN
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen)
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang
penelitian ini populasinya adalah ibu-ibu yang mempunyai anak usia pra sekolah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Gay dalam (Mahmud, 2011),
minimal 20%.
n = populasi x 20%
150 x 20 3000
¿ = =30 orang
100 100
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non
teknik penarikan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis non
accidental.
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan penulis dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok dan sesuai
dengan kriteria sebagai sumber data. Adapun kriteria inklusi sampel dalam
Pada penelitian ini, jenis sumber yang digunakan oleh peneliti adalah sumber
data primer (data yang diperoleh secara langsung) dan data tersebut diperoleh
Penelitian ini mengunakan manusia sebagai objek, oleh karena itu harus
pembimbing dan peneliti yang akan mengetahuinya, data dalam penelitian ini
(Editing), Editing atau penyuntingan data dilakukan oleh peneliti, sebagai peneliti,
kode(coding), pada tahap ini dilakukan pemberian kode nemeric (angka) terhadap
penelitian yang ada di kuesioner yang telah diberi kode tertentu ke dalam program
ini peneliti memastikan kembali bahwa semua data sudah dienrty dengan benar
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563298/
https://www.jogloabang.com/kesehatan/permenkes-66-2014-tumbuh-kembang-
anak
Ilyas, S, & Yulianti, S . R (2015). Ilmu Penyakit Mata ( Vol. 5). Jakarta:Badan
penerbit FK UI.
Ilyas (2010). Anatomi dan Fisiologi Mata Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata
Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi 2. Jakarta:
Sagung Seto pp: 131.134.