Anda di halaman 1dari 35

PERSEPSI IBU TENTANG PEMERIKSAAN VISUS DINI PADA ANAK

PRA SEKOLAH DI TK BUNGA TANJUNG DESA TANJUNG


GELUMPANG ACEH TAMIANG

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

FERRY RAMADHAN

20114041357

PROGRAM STUDI OPTOMETRI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINALITA SUDAMA
MEDAN 2023
PERSEPSI IBU TENTANG PEMERIKSAAN VISUS DINI PADA
ANAK PRA SEKOLAH DI TK BUNGA TANJUNG DESA TANJUNG
GELUMPANG ACEH TAMIANG

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


Oleh :

FERRY RAMADHAN
20114041357

Menyetujui :

Dosen Pembimbing

(Elvi Susanti Lubis, SKM, M.Kes)

Mengetahui :

Ketua Program Studi

(Zulianti,RO,M.Kes)
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas

Rahmat dan Hidayah Nya berupa kesehatan dan kesempatan sehingga penulis

dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Persepsi Ibu Tentang

Pemeriksaan Visus Dini Pada Anak Pra Sekolah Di TK Bunga Tanjung Desa

Tanjung Gelumpang Aceh Tamiang “

Dalam penulisan proposal karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya

kepada:

1. Bapak Rahmad Shah Siregar, SH.M.AP, selaku Pembina Yayasan Binalita

Sudama Medan

2. Ibu dr.Ismi Dian Rochimah Siregar, selaku Ketua Yayasan Binalita

Sudama Medan

3. Ibu Arya Novika Naulista Siregar,RO,M.Pd, selaku Ketua STIKes Binalita

Sudama Medan

4. Ibu Zulianti,RO,M.Kes, selaku ketua Prodi Optometri STIKes Binalita

Sudama Medan.

5. Ibu Elvi Susanti Lubis, SKM, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu dan memberikan pengarahan sehingga

penulisan Karyaa Tulis ilmiah dapat selesai


6. Seluruh Dosen-dosen Program Studi Optometri di STIKes Binalita

Sudama Medan yang telah membina dan nendidik penulis selama masa

perkuliahan

7. Terimakasih kepada Ayahanda Budiman dan Ibunda Nurlela beserta

kakak, abang dan adik tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa

selama penulis menempuh pendidikan dan menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

8. Penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih buat teman seperjuangan

prodi optometri stabuk 2020 yang telah memberikan dorongan dan

dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan oleh sebab itu penulis sangat mengharapakan kritik dan saran

yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan Terima Kasih dan semoga Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini dapat dilanjutkan ke penelitian.

Medan, Februari 2023

Penulis

Ferry Ramadhan

20114041357
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 .......................................................................................................................
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................4
1.4.1 Bagi Peneliti.............................................................................................4
1.4.2 Bagi Mahasiswa.......................................................................................5
1.4.3 Bagi Masyarakat......................................................................................5
BAB 2........................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6
2.1 Pemeriksaan Visus.........................................................................................6
2.1.1 Pengertian Visus......................................................................................6
2.1.2 Pengertian Pemeriksaan visus..................................................................7
2.1.3 Teknik Pemeriksaan Visus......................................................................7
2.1.4 Penilaian visus mata..............................................................................12
2.2 Anak.............................................................................................................13
2.2.1 Pengertian Anak.....................................................................................13
2.2.2 Usia Pra Sekolah....................................................................................13
2.2.3 Ciri-ciri anak usia pra sekolah...............................................................14
2.3 Persepsi.........................................................................................................16
2.3.1 Definisi..................................................................................................16
2.3.2 Jenis-jenis persepsi................................................................................17
2.3.3 Faktor yang mempengaruhi persepsi.....................................................18
2.3.4 Pengukuran persepsi..............................................................................19
BAB 3........................................................................................................................
METODE PENELITIAN.......................................................................................21
3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................21
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel....................................21
3.2.1 Populasi Penelitian.................................................................................21
3.2.2 Sampel Penelitian..................................................................................21
3.2.3 Teknik sampling....................................................................................22
3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian.......................................................................23
3.3.1 Lokasi Penelitian..................................................................................23
3.3.2 Waktu Penelitian....................................................................................23
3.4 Metode Pengumpulan Data..........................................................................23
3.5 Pertimbangan Etik........................................................................................23
3.6 Analisis Data................................................................................................24
3.6.1 Teknik Pengolahan Data........................................................................24
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia. Namun gangguan

terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan berupa

kelainan tajam penglihatan hingga gangguan yang berat yang dapat

mengakibatkan kebutaan. Kelainan tajam penglihatan merupakan masalah

kesehatan yang banyak dijumpai terkhusus pada anak usia pra sekolah. Kelainan

tajam penglihatan yang disebabkan oleh kelainan refraksi menghasilkan

bayangan yang kabur sehingga mengganggu proses melihat yang normal.

Gangguan ketajaman penglihatan yang tidak terkoreksi masih sangat banyak

terjadi pada anak-anak karena kurangnya kesadaran orang tua untuk rutin

melakukan pemeriksaan secara rutin.

Di seluruh dunia, terdapat jumlah yang signifikan yang menderita karena

tajam penglihatan yang buruk. Diperkirakan terdapat 2,5 miliar orang di dunia

dengan permasalahan penglihatan yang tidak mendapatkan koreksi. Data dari

VISION 2020, suatu program kerjasama antara International Agency for the

Prevention of Blindness (IAPB) dan World Health Organication (WHO)

memperkirakan 153 juta penduduk dunia mengalami gangguan visus akibat

kealinan refraksi yang tidak dikoreksi. Dari 153 juta orang tersebut, sedikitnya

13 juta diantaranya adalah anak usia 5-15 tahun. Di Indonesia prevalensi kelainan

refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata. Menurut hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 proporsi pengguna kaca mata atau lensa
kontak pada penduduk umur di atas 6 tahun di Indonesia adalah sebesar 4,6%,

dengan proporsi penurunan tajam penglihatan sebesar 0,9%. Proporsi pengguna

kaca mata atau lensa kontak pada penduduk dengan umur di atas 6 tahun di

provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 4,0%, proporsi penurunan tajam

penglihatan sebesar 0,9% dan proporsi kebutaan sebesar 0,3%. Jumlah gangguan

penglihatan yang tidak terkoreksi pada kelompok usia anak-anak (berusia di

bawah 18 tahun) pada tahun 2010 di dunia diperkirakan 810 juta dengan

presentase sebesar 30%. Presentase tersebut tersebar secara bervariasi di seluruh

dunia, dengan prevalensi yang signifikan terdapat pada beberapa negara

berkembang.

Untuk menangani permasalahan kebutaan dan gangguan penglihatan,

World Health Organization (WHO) membuat program Vision 2020, the right to

sight, yang direkomendasikan untuk diadaptasi oleh negara-negara anggotanya.

Vision 2020 adalah suatu inisiatif global untuk penanganan kebutaan dan

gangguan penglihatan di seluruh dunia. Tujuan program ini untuk menanggulangi

masalah kebutaan yang dapat dicegah atau direhabilitasi. Kegiatan yang

direkomendasikan oleh WHO melalui Vision 2020 adalah ketersediaan data

mengenai keadaan kebutaan dan gangguan penglihatan melalui penelitian yang

diselenggarakan berkesinambungan sampai di tingkat distrik. Sehingga kelainan

refraksi dapat dikoreksi lebih dini dan dapat menurunkan jumlah kebutaan pada

tahun 2020.

Anak-anak sebaiknya sudah menjalani pemeriksaan mata secara

komprehensif sejak usia 6 bulan. Kemudian diperiksa lagi pada usia 3 tahun, dan
saat usia pra-sekolah yaitu sekitar usia 5 atau 6 tahun. Anak-anak usia sekolah

harus menjalani pemeriksaan mata setidaknya setiap tahun sekali jika tidak

diperlukan koreksi penglihatan. Sedangkan anak-anak yang membutuhkan

kacamata harus diperiksa setiap 6 bulan atau seperti yang direkomendasikan oleh

dokter mata (Purba,2021).

Menurut penelitian dari National Institutes of Health, sekitar 35 persen

anak-anak prasekolah di Amerika Serikat memiliki masalah rabun dekat

(hipermetropia), rabun jauh (myopia) astigmat (silindris). Karenanya,

pemeriksaan mata anak sangat penting untuk dilakukan secara dini dan diberikan

penanganan awal apabila terjadi masalah.

Persepsi adalah proses pemahaman atau pemberian makna atas suatu

informasi terhadap stimulus (Sumanto, 2014). Persepsi juga disebut sebagai inti

komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi

dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan

mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar

individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi.

Persepsi ibu-ibu yang tidak melakukan pemeriksaan visus dini pada anak

diasumsikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya kurangnya

pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan visus dini pada anak dan kurangnya

kesadaran ibu-ibu terhadap pemeriksaan visus dini pada anak.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah adalah

Bagaimana persepsi ibu tentang pemeriksaan visus dini pada anak pra sekolah di

TK Bunga Tanjung Desa Tanjung Gelumpang Aceh Tamiang

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian dalam Proposal ini adalah untuk

mengetahui bagaimana persepsi ibu tentang pemeriksaan visus dini pada anak pra

sekolah di TK Bunga Tanjung Desa Tanjung Gelumpang Aceh Tamiang

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik ibu yang memiliki anak usia pra sekolah di

TK Bunga Tanjung Desa Tanjung Gelumpang Aceh Tamiang

2. Untuk mengetahui persepsi ibu tentang pemeriksaan visus dini pada anak pra

sekolah di TK Bunga Tanjung Desa Tanjung Gelumpang Aceh Tamiang

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi

peneliti tentang persepsi ibu terhadap pemeriksaan visus dini pada anak pra

sekolah.

1.4.2 Bagi Mahasiswa

Untuk meningkatkan pemahaman tentang persepsi ibu terkait pemeriksaan

visus dini pada anak pra sekolah.


1.4.3 Bagi Masyarakat

Memberikan gambaran informasi mengenai pemeriksaan visus dini pada

anak pra sekolah.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeriksaan Visus

2.1.1 Pengertian Visus

Penglihatan dapat dibagi menjadi penglihatan sentral dan penglihatan

perifer. Ketajaman penglihatan sentral diukur dengan memperlihatkan sasaran

dengan berbagai ukuran yang terpisah pada jarak standar dari mata. Di kalangan

refraksionis (ahli pemeriksaan refraksi mata) dan kedokteran mata, dikenal deng

an istilah uji visus dasar (visus = tajam penglihatan). Pada prinsipnya, uji visus ini

adalah upaya untuk mengetahui ketajaman penglihatan seseorang dan menilainya

dengan dibandingkan penglihatan normal. Visus penderita bukan saja memberi

pengertian tentang optiknya (kacamata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas

yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata keseluruhannya

(Ilyas, 2018).

Ukuran besarnya kemampuan mata untuk membedakan bentuk dan rincian

benda ditentukan dengan kemampuan melihat benda terkecil yang masih dapat

dilihat pada jarak tetentu. Biasanya pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan

dengan melihat kemampuan mata membaca huruf-huruf berbagai ukuran pada

jarak baku untuk kartu. Hasilnya dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20

untuk penglihatan normal. Nilai pertama adalah jarak tes dalam kaki antara kartu

snellen chart dengan mata pasien dan nilai kedua adalah baris huruf terkecil yang

dapat dibaca mata pasien dari jarak tes. Penglihatan 20/60 berarti mata pasien
hanya dapat membaca dari jarak 20 kaki huruf yang cukup besar dibaca dari jarak

60 kaki oleh mata orang normal.

2.1.2 Pengertian Pemeriksaan visus

Pemeriksaan Visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan

penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata

yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Tajam penglihatan perlu di catat

pada setiap mata yang memberikan keluhan mata. Untuk mengetahui tajam

penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan Kartu Snellen dan bila penglihatan

kurang maka tajam penglihatan diukur dengan menenetukan kemapuan melihat

tangan dengan cara menghitung jumlah jari pemeriksa dari jarak satu sampai

enam meter, ataupun proyeksi sinar (Ilyas & Yulianti, 2015).

2.1.3 Teknik Pemeriksaan Visus

Pemeriksaan visus atau ketajaman penglihatan secara umum dapat

menggunakan teknik sederhana secara manual dengan menggunakan bagan yang

berisi tanda, gambar, atau huruf, seperti Snellen chart. Pemeriksaan ini dapat pula

digunakan menggunakan alat otomatis berupa autorefraktometer (Priscilia 2022).

Pemeriksaan visus dibedakan menjadi pemeriksaan ketajaman mata jarak

jauh dan jarak dekat. Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara manual maupun

dengan alat otomatis atau autorefraktometer. Pemeriksaan dengan

autorefraktometer dapat digunakan untuk memeriksa ketajaman jarak mata jauh

dan dekat secara bersamaan.


Pada pemeriksaan jarak jauh dapat dilakukan dengan menggunakan daftar

huruf dengan Snellen Chart, daftar tanda dengan Landolt chart atau E Chart, atau

daftar gambar dengan Allen Picture yang diposisikan pada jarak 6 meter dari kursi

pemeriksaan pasien sedangkan  LogMar chart  pada jarak 4 meter dari kursi

pemeriksaan pasien. Untuk pemeriksaan jarak dekat dengan Jaeger chart atau

Roman test, daftar akan diposisikan pada jarak pandang sekitar 25–33 cm.

Secara umum, pemeriksaan visus, baik manual maupun otomatis,

tergolong sebagai pemeriksaan yang aman untuk dilakukan dan tidak

menimbulkan komplikasi.

1.Pemeriksaaan dengan Snellen chart

Visus mata biasa dilakukan ketika seseorang kesulitan untuk melihat objek

dengan jelas dalam jarak dekat, jarak jauh, ataupun keduanya. Anak-anak

biasanya melakukan tes visus secara rutin untuk memantau kondisi kesehatan

mata. Apabila Anda memiliki salah satu jenis kelainan refraksi atau mata rabun,

pemeriksaan visus bertujuan untuk menentikan kekuatan atau ketebalan lensa

yang diperlukan untuk mengoreksi penglihatan.

Tes visus umumnya dilakukan dengan bantuan Snellen chart atau bagan

Snellen. Bagan ini dikembangkan oleh seorang dokter spesialis mata dari Belanda,

Herman Snellen, pada tahun 1860-an. Ada banyak variasi dari Snellen chart yang

digunakan dalam tes ketajaman mata. Secara umum Snellen chart yang digunakan

untuk tes mata terdiri dari 11 baris huruf kapital dengan ukuran yang bervariasi.

Semakin ke bawah ukuran huruf akan semakin kecil.


Gambar 2.1 Snellen chart

Berikut ini adalah prosedur tes dengan menggunakan Snellen chart :

a. Duduk atau berdiri dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen. Pemeriksaan

biasanya dilakukan di tempat dengan pencahayaan terang.

b. Tutup salah satu mata dengan menggunakan tangan atau dipasangkan trial

frame yang sudah di pasangkan lensa occluder.

c. Dokter atau ahli optik akan memeriksa mata kiri dan kanan secara terpisah.

Mata dengan pandangan yang lebih buram akan dites terlebih dulu.

d. Saat tes mata dimulai, Anda diminta membaca huruf dari baris paling atas ke

bawah hingga Anda tidak mampu lagi membaca huruf pada baris tersebut.

e. Jika tes mata tidak mencapai huruf pada barisan 20/20 atau 6/6, prosedur akan

diulang dengan menggunakan kacamata pinhole. Pada kacamata ini akan

dipasangkan lensa korektif yang terus diganti sampai Anda bisa melihat

dengan jelas.
f. Apabila dengan pinhole penglihatan mengalami perbaikan, dapat diketahui

kelainan refraksi yang terjadi, apakah merupakan rabun jauh (miopi), rabun

dekat ataupun mata silinder.

g. Langkah tes untuk membaca huruf pada Snellen chart ini akan diulangi untuk

bagian mata lainnya.

2. Pemeriksaan dengan E chart

Dokter Snellen juga membuat bagan lain untuk tes ketajaman mata yang

diperuntukkan untuk orang-orang yang tidak dapat membaca. Terutama untuk

anak-anak yang belum mengenal huruf alfabet dengan lengkap. Bagan ini dikenal

juga dengan E chart.Pada bagan untuk tes mata tertera huruf kapital “E” yang

menghadap ke arah yang berbeda-beda. Anda akan diminta untuk menunjukkan

arah ke mana huruf E menghadap menggunakan jarinya. Apakah huruf E

menghadap ke atas, bawah, kiri, atau kanan.

Pemeriksaan visus mata dengan bagan E biasanya akan lebih canggih saat

dilakukan oleh dokter spesialis mata. Bagan akan diproyeksikan layaknya refleksi

cermin, Anda akan diminta melihat bagan tersebut melalui berbagai lensa. Dokter

akan terus mengganti lensa sampai mata bisa melihat huruf E yang tertera pada

bagan dengan jelas.

Sama halnya dengan tes visus menggunakan Snellen chart, tes mata ini

tetap bisa menentukan kelainan refraksi seperti rabun jauh, rabun dekat, dan mata

silinder. Hasil pemeriksaannya bisa menentukan resep kacamata dengan lensa

korektif yang sesuai untuk gangguan penglihatan yang Anda alami.Tes

iniPemeriksaan refraksi atau ketajaman mata juga merupakan bagian dari


pemeriksaan mata lengkap. Sebaiknya untuk mengetahui kondisi kesehatan mata,

Anda perlu melakukan pemeriksaan secara rutin.

Gambar 2.2 E chart

3. Pemeriksaan dengan Autorefraktometer

Autorefractor adalah instrumen yang dikontrol secara digital yang

digunakan untuk memberikan pengukuran objektif dari kesalahan refraksi, cacat

penglihatan, dan resep kacamata atau lensa kontak selama pemeriksaan mata.

Metode ini dilakukan dengan menganalisis perubahan jalur sinar cahaya saat

memasuki mata.

Refraktor otomatis menampilkan gambar ke mata. Sinar cahaya infra merah

dari gambar kemudian melewati lensa autorefractor dan menyerang retina. Sinar

cahaya dipantulkan dari retina, mata, dan melewati lensa optik. Kerusakan pada

lensa mata mendistorsi dan mengaburkan gambar yang dipantulkan. Autorefractor

merasakan cacat / ketidaksempurnaan ini.

Instrumen kemudian menggunakan lensa dan perangkat lunaknya untuk

memperbaiki gambar yang dikembalikan hingga tidak ada ketidaksempurnaan


yang tersisa. Proses ini dilakukan tiga kali, dan perangkat lunak autorefraktor

menyediakan resep lensa yang dikoreksi untuk mata. Refraktor otomatis

digunakan untuk mengukur komponen lensa aksial, bola, dan silinder.

Gambar 2.3 Autorefractor

Berikut ini adalah prosedur tes dengan menggunakan Autorefractor :

1. Pasien duduk di kursi yang sudah disiapkan di depan alat Autorefractor

2. Pasien diminta meletakkan dagu dan menempatkan dahi di tempat yang sudah

disediakan.

3. Pasien diminta melihat ke depan dan menahan mata terbuka tanpa berkedip

beberapa detik.

4. Pemeriksaan selesai, otomatis hasil print out akan keluar dari alat.

2.1.4 Penilaian visus mata

Menurut American Academy of Ophthalmology (2021), ketajaman penglihatan

normal manusia dalam ukuran bagan Snellen adalah 20/20 kaki atau dalam satuan

meter adalah 6/6 m. Artinya, dalam jarak 20 kaki, alias 6 meter, mata Anda

seharusnya masih cukup tajam untuk melihat tulisan yang memang normalnya
dapat terbaca dari jarak tersebut. Akan tetapi, jika hasil visus mata Anda

menunjukan 20/40, berarti mata Anda dengan jarak 20 kaki atau 6 meter hanya

mampu membaca huruf yang cukup besar yang dapat dibaca pada jarak 40 kaki

atau 12 meter.

Bagi anak-anak, paling tidak tes mata dilakukan 2 kali setahun. Sementara

untuk Anda yang berumur 40 tahun atau lebih, lakukanlah pemeriksaan segera

untuk mendeteksi gangguan atau penyakit mata sedari dini.

2.2 Anak

2.2.1 Pengertian Anak

Menurut R.A. Kosnan (2016), Anak-anak yaitu manusia muda dalam

umur muda dalam jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh

untuk keadaan sekitarnya. Oleh karena itu anak-anak perlu diperhatikan secara

sungguh-sungguh. Akan tetapi, sebagai makhluk sosial yang paling rentan dan

lemah, anak-anak seringkali ditempatkan dalam posisi yang paling dirugikan,

tidak memiliki hak untuk bersuara, dan bahkan mereka sering menjadi korban

tindak kekerasan dan pelanggaran terhadap hak-haknya.

2.2.2 Usia Pra Sekolah

Anak Prasekolah adalah anak umur 60 bulan sampai 72 bulan (PMK No.

66, 2014). Usia anak dibawah 5 tahun, orang sering menyebutnya sebagai usia

prasekolah, karena pada usia tersebut anak belum sekolah secara formal tetapi

anak belajar dengan berbagai macam stimulasi/rangsang dengan cara bermain,


maka biasanya disebut bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Usia

prasekolah merupakan tahapan usia yang sangat penting, karena pada usia ini

daya serap anak luar biasa tingginya, maka pantas kalau orang menyebutnya

sebagai usia golden age/usia keemasan. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang

sangat besar dan mempunyai kemampuan untuk menyerap informasi yang tinggi,

kebanyakan orang tidak menyadari dan memahami kemampuan magic yang ada

pada anak-anak.

Mereka hanya  bisa berkata, saya tahu anak-anak belajar lebih cepat, tetapi

mereka tidak tahu seberapa cepat anak-anak bisa belajar, karena keterbatasan

pengetahuan dan kemampuan orang tua dan guru-guru maka potensi luar biasa

yang ada pada setiap anak sebagian besar tersia-siakan. Maka sangatlah penting 

bagi orang tua dan para pendidik untuk lebih tahu dan memahami apa saja ciri-ciri

anak usia prasekolah itu.

2.2.3 Ciri-ciri anak usia pra sekolah

Anak ingin lebih mengenal dunia sekelilingnya, para ahli sering menamakan

“Masa Eksplorasi” pada masa ini anak terlihat tidak mau diam, selalu bergerak

lari, naik turun tangga, selalu ingin tahu dan mendekati benda-benda yang terlihat

disekelilingnya.  Bila orang tua tidak bijak dalam membimbing di masa eksplorasi

ini, misalnya, terlalu banyak melarang, dibentak-bentak dan sangat dibatasi, maka

anak akan tumbuh menjadi anak yang tidak berani mencoba dan serba takut.

Pada usia ini sering muncul yang disebut “Negativisme” , yaitu anak mulai

sering membangkang, bila ibunya menyuruh “A” anak melakukan “B”. bila orang

tua melarang, anak malah sengaja melakukan hal-hal yang tidak disukai oleh
orang tua,  kejadian ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari antara orang tua

dan anak. Bila orang tua kurang memahami apa yang terjadi pada anak, biasanya 

terpancing emosi sehingga memperlakukan anak dengan cara kasar, membentak-

bentak bahkan memukul tentu hal ini bukannya anak menjadi penurut  malah

kadang anak jadi semakin membangkang.

Anak sering berperilaku “Imitatif”, yaitu anak selalu meniru segala perilaku

orang yang ada disekitarnya baik yang terlihat ataupun yang terdengar. Ada orang

yang mengatakan bahwa anak adalah seorang peniru yang ulung, karena anak

begitu mudahnya mengikuti hal-hal yang sangat menarik perhatiannya, mereka

tidak berfikir apakah yang ditirunya itu baik atau buruk tetapi anak akan sering

melakukan perilaku yang selalu dilihatnya. Disisi lain, agar kemampuan kognitif

berkembang, tentunya harus ada rangsangan dari luar, karena perilaku imitatif

sangat berkaitan dengan kemampuan kognitif anak.  Maka akan sangat bijak bila

orang tua memberikan contoh pertama untuk berperilaku yang positif  dari mulai,

cara bicara, cara mengekspresikan emosi. seperti rasa sayang, marah, sedih,

kecewa hal ini semua akan diserap oleh anak, selain kegiatan anggota keluarga

didalam rumah, tentu lingkungan lain akan turut mempengaruhi perilaku imitasi

anak, seperti tayangan TV, teman main  dan kegiatan sekolah.  Bila menyimak

lebih dalam hal ini maka sebaiknya  anak sejak dini diberikan stimulasi-stimulasi

berupa contoh-contoh kegiatan dalam bentuk bermain dan  itu semua  bisa

didapatkan lewat kelompok bermain dan bisa saja dirumah anak distimulasi

bermain dengan ibu, tetapi  bagi ibu yang bekerja atau bagi ibu yang kurang

kreatif tentu hal ini akan menjadi hambatan.


Usia pra sekolah merupakan “Usia Bertanya’, anak menjadi sering bertanya

tentang apa yang dilihat disekelilingnya, mereka  kadang tidak memerlukan

jawaban yang jelas  tetapi dengan bertanya anak seolah mempunyai suatu

kepuasan tersendiri,  Sebagai orang tua harus selalu melayani pertanyaan anak,

karena dengan bertanya berarti anak  sedang mengembangkan rasa ingin tahunya

yang tinggi dan sikap senang bertanya dapat meningkatkan kreatifitas berfikir

anak .

2.3 Persepsi

2.3.1 Definisi

Persepsi merupakan tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu;

serapan, proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya.

Persepsi adalah proses pemahaman atau pemberian makna atas suatu informasi

terhadap stimulus (Sumanto, 2014). Persepsi juga disebut sebagai inti komunikasi,

karena jika persepsi tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan

efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan

pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu,

semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi.

Kehidupan bermasyarakat tidak akan lepas dari persepsi masyarakat itu

sendiri. Persepsi merupakan tanggapan atau penerimaan langsung dari seseorang.

Menurut (Rackhmat, 2011), persepsi merupakan pengalaman tentang objek,

peristiwa, atau hubungan-hubungan yang di peroleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan menurut Walgito (2010), persepsi


merupakan sebagai suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu

merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga

disebut proses sensoris. Proses penginderaan akan berlangsung setiap saat, pada

waktu individu menerima stimulus melalui alat indera, yaitu melalui mata sebagai

alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengar, hidung sebagai alat perabaan,

yang kesemuanya merupakan alat indera yang digunakan untuk menerima

stimulus dari luar individu. Stimulus yang diindera itu kemudian oleh individu

diorganisasikan dan di interprestasikan, sehingga individu menyadari, mengerti

tentang apa yang di indera, dan proses ini disebut persepsi (Walgito, 2010).

2.3.2 Jenis-jenis persepsi

Menurut Irwanto (2002), setelah individu melakukan interaksi dengan

objek-objek yang dipersepsikan maka hasil persepsi dapat dibagi menjadi dua

yaitu:

a. Persepsi positif

Persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya atau kenal

tidaknya) dan tanggapan yang diteruskan dengan upaya pemanfaatannya.

b. Persepsi negatif

Persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya atau kenal

tidaknya) dan tanggapan yang tidak selaras dengan objek yang dipersepsi.

Dapat dikatakan bahwa persepsi itu baik yang positif maupun yang negatif

akan selalu mempengaruhi diri seseorang dalam melakukan suatu persepsi positif

ataupun persepsi negatif semua itu tergantung padabagaimana cara individu

menggambarkan segala pengetahuannya tentang sesuatu objek yang dipersepsi.


2.3.3 Faktor yang mempengaruhi persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi bisa terletak dalam diri pembentuk

persepsi, dalam diri objek atau target yang di artikan, atau dalam konteks situasi

dimana persepsi tersebut dibuat. Gifford dalam Ariyanti (2005), juga

menyebutkan bahwa persepsi manusia dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai

berikut :

1. Personal Effect

Dalam hal ini disebutkan bahwa karakteristik dari individu akan dihubungkan

dengan perbedaan persepsi terhadap lingkungan. Hal tersebut, sudah jelas akan

melibatkan beberapa faktor antara lain kemampuan perseptual dan pengalaman

atau pengenalan terhadap kondisi lingkungan. Kemampuan perseptual masing-

masing individu akan berbeda-beda dan melibatkan banyak hal yang berpengaruh

sebagai latar belakang persepsi yang keluar. Proses pengalaman atau pengenalan

terhadap kondisi lingkungan.

Kemampuan perseptual masing-masing individu akan berbeda-beda dan

melibatkan banyak hal yang berpengaruh sebagai latar belakang persepsi yang

keluar. Proses pengalaman atau pengenalan individu terhadap kondisi lingkungan

lain yang dihadapi, pada umumnya mempunyai orientasi pada kondisi lingkungan

lain yang telah dikenal sebelumnya dan secara otomatis akan menghasilkan proses

perbandingan yang menjadi dasar persepsi yang dihasilkan. Pembahasan terhadap

hal-hal yang berpengaruh sebagai latar belakang terbentuknya persepsi dan

mencakup pembahasan yang sangat luas dan kompleks.


2. Cultural Effect

Gifford memandang bahwa konteks kebudayaan yang di maksud berhubungan

dengan tempat asal atau tempat tinggal seseorang. Budaya yang dibawa dari

tempat asal dan tinggal seseorang akan membentuk cara yang berbeda bagi setiap

orang tersebut dalam “melihat dunia”. Selain itu, Gifford menyebutkan bahwa

faktor pendidikan juga dapat mempengaruhi pesepsi seseorang terhadap

lingkungan dalam konteks kebudayaan.

3. Physical effect

Kondisi alamiah dari satu lingkungan akan mempengaruhi persepsi seseorang

yang mengamati, mengenal dan berada dalam lingkungan tersebut. Lingkungan

dengan atribut dan elemen pembentuknya yang menghasilkan karakter atau tipikal

tertentu akan menciptakan identitas bagi lingkungan tersebut. Misalnya ruang

kelas secara otomatis akan dikenal bila dalam ruang tersebut terdapat meja yang

diatur berderet, dan terdapat podium atau mimbarr dan papan tulis di bagian

depannya.

2.3.4 Pengukuran persepsi

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,

fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya

disebut sebagai variabel penelitian (Sugianto 2009). Menurut Azwar (2010),

pengukuran persepsi dapat dilakukan dengan menggunakan skala likert, dengan

kategori sebagai berikut :

1. Pernyataan positif/pernyataan negatif


a) Sangat setuju : SS

b) Setuju : S

c) Tidak setuju : TS

d) Sangat tidak setuju : STS

2. Kriteria pengukuran Persepsi

a) Persepsi positif jika nilai T skor yang di peroleh responden dari kuesioner ≥ T

mean

b) Persepsi negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner ≤ T

mean.

Menurut Irwanto (1986), dikutip dari Istana (2006), dilihat dari segi individu

setelah melakukan interaksi dengan objek yang dipersepsikan, maka hasil persepsi

dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Persepsi positif

Merupakan persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya,

kenal tidaknya) dalam tanggapan yang di teruskan pemanfaatannya.

2. Persepsi negatif

Merupakan persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya,

kenal tidaknya) serta tanggapan yang tidak selaras dengan objek yang di

persepsikan
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Menurut

Sugiyono (2012), penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen)

tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain.

Sedangkan tujuan utama penelitian deskriptif menurut Sukardi (2003), adalah

menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang

diteliti secara tepat.

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2002). Dalam

penelitian ini populasinya adalah ibu-ibu yang mempunyai anak usia pra sekolah

di TK Bunga Tanjung Desa Tanjung Gelumpang Aceh Tamiang.

3.2.2 Sampel Penelitian

Menurut Sugiono (2008), sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Gay dalam (Mahmud, 2011),

bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan metode

penelitian yang digunakan yaitu:


a. Metode deskriptif: minimal 10% populasi, bila populasi tersebut kecil

minimal 20%.

b. Metode deskriptif korelasional: minimal 30 subjek.

c. Metode ekspostfacto: minimal 15 subjek perkelompok.

d. Metode ekperimental: dihitung 15 subjek perkelompok.

Jumlah sampel dihitung denganmenggunakan rumus besar sampel minimum

untuk penelitian deskriptif sebagai berikut:

n = populasi x 20%

150 x 20 3000
¿ = =30 orang
100 100

3.2.3 Teknik sampling

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non

probability sampling. Menurut Sugiyono (2015), non probability sampling adalah

teknik penarikan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama

bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis non

probability sampling yang digunakan dalam penelitian adalah sampling

accidental.

Sampel accidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,

yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan penulis dapat digunakan

sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok dan sesuai

dengan kriteria sebagai sumber data. Adapun kriteria inklusi sampel dalam

penelitian ini adalah :


1. Ibu yang memiliki anak usia pra sekolah yang bersekolah di TK Bunga

Tanjung Desa Tanjung Gelumpang Aceh Tamiang

2. Bersedia menjadi responden

3. Bisa membaca dan menulis

3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di TK Bunga Tanjung Dusun Teluk Bayur

Desa Tanjung gelumpang Kabupaten Aceh Tamiang

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan Maret-April 2023

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, jenis sumber yang digunakan oleh peneliti adalah sumber

data primer (data yang diperoleh secara langsung) dan data tersebut diperoleh

melalui kuesioner/angket yang disiapkan oleh penulis.

Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah teknik

kuesioner/angket, yaitu digunakan dengan cara memberikan seperangkat

pertanyaan atau penyataan kepada subjek penelitian yang dijadikan sebagai

responden untuk menjawab.

3.5 Pertimbangan Etik

Penelitian ini mengunakan manusia sebagai objek, oleh karena itu harus

dihormati dan dilindungi haknya sebagai responden bersedia, maka penelitian


akan memberikan lembar persetujuan (Informed Consent) selanjutnya penelitian

akan menjelaskan maksud,tujuan dan manfaat penelitian ini. Kemudian penelitian

akan melakukan wawancara terpimpin.

Untuk menjaga kerahasiaan responden (Confidentiality), peneliti tidak

mencantumkan nama responden (Anonimity) pada lembar pengumpulan data.

Peneliti hanya memberikan kode pada masiang masing lembar kuisioner.

Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti, hanya

pembimbing dan peneliti yang akan mengetahuinya, data dalam penelitian ini

dijadikan secara keseluruhan dan bukan perorangan.

3.6 Analisis Data

Menurut Riwidikdo (2007), dalam proses pengolahan data terdapat

Langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya: setelah kuesioner diisioleh

responden,penelitian melakukan pengolahan data dengan cara mengedit data

(Editing), Editing atau penyuntingan data dilakukan oleh peneliti, sebagai peneliti,

sebelum peneliti meningkatkan responden, hal ini untuk menghindari terjadinya

pengulangan pengisian kuesioner. Kemudian peneliti akan memberikan

kode(coding), pada tahap ini dilakukan pemberian kode nemeric (angka) terhadap

hasil pengamatan sesuai dengan kriteria yang sudan ditentukan.

Peneliti memberikan tanda atau kode tertentu pada setiap jawaban

responden dalam kuesioner yang bertujuan untuk lebih memudahkan penelitian

saat menganalisis data. Selanjutnya peneliti melakukan Enrty yaitu proses

memasukkan jawaban dari masing –masing responden dalam bentuk kode


kedalam program atau sofware komputer . Penelitian memasukkan hasil

penelitian yang ada di kuesioner yang telah diberi kode tertentu ke dalam program

yang terdapat di komputer. Terakhir peneliti membersihkan data (Cleaning)tahap

ini peneliti memastikan kembali bahwa semua data sudah dienrty dengan benar

dan tidak ada kesalahan sehingga data siap untuk dianalisis.

Data yang sudah diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan

menggunakan komputer dan akan disajikan dalam bentuk disrtibusi frekuensi.


DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, E. (2005). Pengembangan Pemanfaatan Polder Kota Lama Semarang


Sebagai Ruang Public yang Rekreatif Berdasarkan Persepsi Masyarakat
dan Pemerintah. Universitas Diponogoro, Jurusan Perencanaan dan Wilayah
dan Kota.

Azwar, S. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Bimo, Walgito. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563298/

https://www.jogloabang.com/kesehatan/permenkes-66-2014-tumbuh-kembang-
anak

Irwanto.1991. Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Irwanto. 2002. Psikologi Umum. Jakarta : PT. Prenhallindo.

Ilyas, S, & Yulianti, S . R (2015). Ilmu Penyakit Mata ( Vol. 5). Jakarta:Badan
penerbit FK UI.
Ilyas (2010). Anatomi dan Fisiologi Mata Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata
Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi 2. Jakarta:
Sagung Seto pp: 131.134.

Rakhmat, Jalaluddin.2011.Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.No.40.Hlm.224.

Riwidikdo. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Bina Pustaka.

Sugianto,2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:Panitia


Sertivikasi Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP

Sumanto. 2014. Psikologi umum. Yogyakarta: PT. Buku seru.


DAFTAR BIMBINGAN PROPOSAL KTI

Nama : Ferry Ramadhan


Nim : 20114041357
Prodi : D-III Optometri
Judul Proposal : PERSEPSI IBU TENTANG PEMERIKSAAN VISUS DINI
PADA ANAK PRA SEKOLAH DI TK BUNGA
TANJUNG DESA TANJUNG GELUMPANG ACEH
TAMIANG
Dosen Pembimbing : Elvi susanti lubis, SKM, M.Kes

No Tanggal Materi Diskusi TTD Dosen


Pembimbing

1 Senin 19 Desember 2 Pengajuan judul


022
2 Rabu 11 januari 2023 Acc Judul

3 Jum’at 13 februari 20 Konsul bab 1,2,3


23
4 Selasa 14 februari 202 Revisi bab 1,2,3
3
5 Jum’at 17 januari 202 Konsul bab 1,2,3
3
6 Rabu 22 Februari 202 acc
3

Anda mungkin juga menyukai