Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

ANALISIS BIAYA

ANESTESI

Oleh :

MUSA BRAHMANA

PPDS ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI

FK UGM/RS Dr SARDJITO

YOGYAKARTA

Pembimbing Moderator

Dr. Bambang Suryono S, SpAn, KNA, KIC, MKes Dr. Yusmein Uyun, SpAn
I. PENDAHULUAN

Analisis biaya Anestesi (ABA) lebih sering disebut dengan Cost-

effectiveness Analysis (CEA) of Anesthesia, didefinisikan sebagai :

Alat analisis yang digunakan untuk menelaah outcome/keluaran klinis

dan ekonomis yang berkaitan dengan intervensi alternatif yang didisain

untuk meningkatkan derajat kesehatan. (1)

CEA sendiri pertama dikembangkan di Amerika pada tahun 1950

oleh Departemen Pertahanan Amerika sebagai sarana untuk memilah

kebutuhan persenjataan yang sangat mahal sehingga penempatan

persenjataan bisa sesuai dengan kebutuhan dan misinya. Baru pada

tahun 1990 Departemen Pendidikan mengadoptasi CEA ini di bidang

pendidikan yang kemudian banyak diikuti oleh bidang lain, termasuk

bidang kesehatan pada umumnya dan bidang anestesiologi pada

khususnya. (2)

Jadi CEA jugs memiliki arti pertimbangan untuk pengambilan

keputusan alternatif dimana dipertimbangkan dengan seksama antara

biaya dan konsekwensinya dengan cara yang sistematik. Jadi CEA

adalah suatu alat yang berorientasi pada pembuatan keputusan,

tentang sesuatu dengan lebih efisien. Untuk lebih mudahnya dalam

referat ini akan lebih banyak digunakan istilah ABA. (1,2)

Tujuan dari ABA adalah membandingkan nilai relatif dari

intervensi yang berbeda dengan hasil yang diekspresikan sebagai rasio

Biaya dan Efektivitas (rasio BE). Rasio BE ini di Amerika biasanya

1
dilaporkan sebagai "Dolar per efek terhadap kesehatan". Pembilangnya

menyatakan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan

kesehatan tertentu, sedangkan penyebutnya menyatakan efek

pelayanan kesehatan dari intervensi atternatif. (1)

Membengkaknya biaya pelayanan kesehatan membuat perubahan

besar pada pembiayaan don pemberian pelayanan kesehatan. Kondisi di

mana dokter dan rumah sakit mendapatkan ganti dari asuransi telah

banyak ditinggalkan. Paradigma lama yang menyatakan kamar operasi

sebagai unit penarik keuntungan bisa berbalik menjadi unit yang

memerlukan biaya tinggi, dan manajemen rumah sakit berlomba untuk

memangkas biaya yang dikeluarkan oleh kamar operasi yang demikian

membengkak. Pemberi jasa anestesi harus menjadi terbiasa dengan

prinsip-prinsip dasar ekonomi kesehatan dan mengambil peran aktif

dalam mengendalikan biaya untuk menghindari terjadinya pengurangan

personil anestesi, obat, maupun alat anestesi yang tidak tepat. (1)

Besarnya perkiraan biaya anestesi selama intra operatif adalah

sekitar 5-6 persen dari total biaya yang dikeluarkan untuk pasien yang

menjalani pembedahan, dengan catatan jasa anestesi dan jasa farmasi

tidak termasuk di dolamnya. Pemberi jasa pelayanan anestesi memiliki

peluang yang terbuka untuk mengurangi biaya ini. Tetapi bagaimanapun

juga, tujuan dari pemanfaatan peluang ini hendaknya didasarkan pada

keseimbangkan manfaat, keamanan dan biaya. Jodi hal ini bukan hanya

semata untuk menghemat biaya pengeluaran. (3)

Kebanyakan penelitian dalam bidang anestesi dilakukan atas

dasar efiksi dari penelitian yang dilakukan. Penelitian yang dilakukan

2
baik itu mengenai teknik, obat, maupun alat, maka pertanyaan

penelitiannya adalah 'Apakah teknik/obat/alat ini bisa diterapkan?".

Sangat jarang penelitian yang mengkombinasikan klinis dan ekonomis,

sehingga pertanyaan penelitiannya bisa dirubah menjadi "Apakah

teknik/obat/alat ini bisa bermanfaat?". Semua komponen yang relevan

dengan masalah ekonomi harus dijelaskan dalam penelitian efektivitas

semacam ini. Contoh komponennya adalah variabilitas, biaya langsung

maupun tidak langsung, waktu dan sebagainya, (4)

II. ANALISIS BIAYA ANESTESI (ABA)

Ada berbagai macam cara analisis ekonomi dalam bidang

pelayanan kesehatan, salah satunya adalah Analisis Biaya Anestesi yang

berkaitan langsung dengan efektivitas biaya. Istilah efektivitas biaya

sering digunakan secara salah sebagai sinonim dari penghematan biaya.

Analisis Biaya Anestesi menelaah efisiensi dimana pelayanan kesehatan

mempergunakan sarana yang terbatas untuk menghasilkan output/

keluaran yang spesifik. Dengan istilah yang lebih mudah. Analisis Biaya

Anestesi adalah metode untuk mengevaluasi outcome/keluaran dan

biaya dari intervensi yang telah didisain, untuk meningkatkan derajat

kesehatan. Hal ini melibatkan perbandingan dari dua jenis terapi. Rasio

Analisis Biaya Anestesi sering dirumuskan sebagai : (1,2)

Biaya terapi A – Biaya terapi B


Rasio efektivitas biaya =
Efek terapi A – Efek terapi B

3
Pusat pelayanan kesehatan di Amerika pada tahun 1993 membuat

mengenai sebuah Panel tentang Efektivitas biaya bidang kesehatan dan

pengobatan. Tugas dari Panel ini adalah meneliti kembali dasar teori

bagi Analisis Biaya Kesehatan untuk menghasilkan rekomendasi yang

bisa jadi pegawangan dan laporan efektivitas pembiayaan. Panel ini

merekomendasikan suatu kasus untuk referensi atau suatu standar

metodologi, yang bias dijadikan perbandingan dari intervensi

terapeutik tanpa memandang bidang spesialisasi kesehatannya. Analisis

biaya biasa dilaporkan sebagai “cost quality-adjusted-life-year” atau

disingkat QALY. (5)

Dalam bidang anestesi, terapi jarang mempengaruhi QALY.

Sebagai akibatnya hampir semua analisis ekonomi yang berhubungan

dengan anestesi hanya dilaporkan dalam perspektif fasilitas kesehatan

saja. Sebagai contohnya, pada pasien muntah pasca anestesi hanya

dilaporkan sebagai biaya yang bisa ditekan bila pasien bebas dari

muntah. Meskipun analisis biaya dilaporkan dari berbagai perspektif,

tetapi karena sudah ada pedoman dari Panel Kesehatan dan Pengobatan

maka semua analisi ekonomi bidang anestesi akan diarahkan ke QALY

(biaya /QALY). (6)

Sebelum melakukan Analisis Biaya Anestesi maka perlu diketahui

faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan biaya yang dikeluarkan

untuk pelayanan kesehatan, yang meliputi antara lain : (7)

a . Peningkatan jumlah populasi

4
b. Pergeseran pola umur populasi

c. Beratnya penyakit

d. Inflasi bidang medis karena inflasi bidang ekonomi yang lain

e. Inovasi teknologi yang mahal bila digunakan

f. Ketidakefektivan pengukuran biaya

g. Administrasi pelayanan kesehatan.

Tetapi disisi lain perlu pula diingat beberapa antisipasi sudah

dilakukan oleh dokter-dokter Anestesi, yang antara lain : (1,7)

a. Menseleksi pasien yang dapat dilakukan pembedahan rawat jalan

b. Memilih monitor hanya yang benar-benar penting

c. Tujuan dari intervensi yang direncanakan, dan memikirkan

konsekwensi ekonomis dari intervensi tersebut

d. Mengerti harapan pasien akan tindakan yang dilakukan.

Agar kita lebih mengerti tentang Analisis Biaya Anesthesi maka

perlu dipahami beberapa jenis metode penelitian dari sisi medis-

ekonomis. Tipetipe itu adalah: (7,8)

a. COST-MINIMATION ANALYSIS

Mengidentifikasi alternatif terapi atau tindakan dengan biaya yang

lebih murah atau paling lebih sama. Aplikasinya yang tepat adalah

dengan memilih secara selektif berbagai alternatif yang tersedia

dengan biaya yang sama. Metode ini memiliki keterbatasan bahwa

efektifitas klinis yang identik sangat jarang ada, bahkan jarang pula

5
sama pada pasien yang identik.

b. COST-BENEFIT ANALYSIS

Membandingkan efektivitas dengan unit moneter. Mengukur nilai

moneter dibandingkan outcome. Memilih intervensi yang mempunyai

harga terbaik. Rasio keuntungan dilakukan antara beberapa regimen

dengan outcome yang berbeda. Keterbatasan penelitian ini adalah

kesulitan untuk mengukur nilai moneter dengan status kesehatan.

c. COST-EFFECTIVENESS ANALYSIS

Menganalisis secara unidimensional keuntungan tambahan yang

didapat dari adanya tambahan biaya. Mengukur efektivitas dalam

unit fisik (harapan hidup yang didapat, menjadikan bahan untuk

membandingkan cost-efectiveness ratio dari beberapa regimen yang

ada). Aplikasi penelitian ini adalah untuk memilih regimen yang

secara klinis memiliki efektivitas yang berbeda-beda, tetapi

memiliki outcome yang bisa terukur dan seragam. Keterbatasan

penelitian ini, tidak bisa diaplikasikan untuk semua intervensi yang

berbeda-beda dan stadium penyakit yang berbeda.

d. COST-UTILITY ANALYSIS

Evaluasi multidimensional terhadap efek intervensi pada kualitas

dan kuantitas kehidupan, serta mengukur efektivitas dalam

pandangan "Quality-Adjusted Life Years" (QALY). Penelitian ini

tepat diaplikasikan pada beberapa outcome yang berbeda yang

6
kemudian disatukan dalam satu ukuran efektivitas. Dapat digunakan

sebagai perbandingan antara bidang kedokteran yang berbeda.

Keterbatasan penelitian ini sulit membandingkan secara individual,

dan adanya status kesehatan dan kondisi sakit yang berbeda-beda.

III. CONTOH ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA DARI ALAT

ANESTESI DAN TEKNIK ANESTESI

A, SPINAL DIBANDINGKAN EPIDURAL UNTUK SEKSIO SESARIA

ELEKTIF (9)

Penelitian dilakukan oleh Riley et al., 1995 tentang efektivitas

biaya anestesi spinal dibandingkan anestesi epidural pada seksio

sesaria. Jarum spinalstandar "pencil-point" dibandingkan dengan jarum

epidural Tuohy. Sudut pandang dari adalah dari sudut pandang rumah

sakit. Perbandingan waktu di kamar operasi, waktu perawatan pasca

anestesi, biaya alat dan obat, serta komplikasinya dibandingkan antara

kelompok spinal dan kelompok epidural. Hasil menunjukkan bahwa,

pasien yang menerima anestesi epidural menunjukkan waktu dalam

kamar operasi yang lebih lama (101 ± 20 dilbandingkan 83 ± 16).

Perpanjangan waktu ini terutama disebabkan oleh lamanya waktu dari

mulai anestesi sampai mulai insisi kulit. Total lama di PACU sama antara

kedua grup. Analgesik intra operatif suplemental secara intra

venalebih banyak pada grup epidural daripada grup spinal ( 38%

dibandingkan 17%). Komplikasi seperti PDPH, kateter intravaskuler,

blok yang kurang adekuat lebih banyak terjadi pada grup epidural

(6/47 dibandingkan 0/47). Pengeluaran Rumah Sakit langsung untuk

7
alat, obat, dan biaya perawatan sama antara kedua grup.

B. ANALI5I5 BIAYA ANESTESI DARI 3 MACAM JARUM SPINAL

YANG SERING DIGUNAKAN (10)

Penelitian di atas telah menunjukkan efektivitas biaya dari spinal

bila dibandingkan dengan epidural. Evaluasi yang lebih lanjut

dibutuhkan untuk membedakan besar biaya yang paling efektif jika

ditinjau dari jarum yangdigunakan. Matieu et al., 1995 menganalisis

dengan sistematic review tentang kejodian PDPH berdasarkan Analisis

biaya Anestesi. Dengan menggunakan jarum spinal jenis Quincke (Q),

Whitacre (W) dan Sprottle (S). Analisis biayaAnestesi ditinjau dari

sudut pandang fasilitas pelayanan kesehatan dengan ratio efektivitas

biaya.

Hasil yang didapat adalah sebagai berikut : Bila dibandingan

jarum Q, Jarum W membutuhkan 4400 dolor untuk bisa mencegah

1000 PDPH, dengan ratio efektivitas 44 dolar per 1 PDPH.

Dibandingkan dengan Jarum Q, Jarum S membutuhkan 9800 dolar

untuk mencegah 87 PDPH, dengan rasio efektivitas 112,64 dolar per

PDPH. Jarum W membutuhkan 5400 dolar lebih sedikit jika

dibandingkan dengan Jarum S per 1000 pasien, untuk mencegah 13

PDPH. Sebagai kesimpulan, maka Jarum W adalah yang memiliki

efektivitas biaya yang paling baik jika dibandingkan dengan dua jenis

jarum yang lainnya. Perbandingan yang digunakan dengan menghitung

semua biaya langsung maupun tidak langsung yang dikeluarkan, tetapi

tidak termasuk biaya umum dan biaya tenaga profesional untuk

mencegah PDPH.

8
C. LMA DIBANDINGKAN DENGAN ETT (1)

Penggunaan LMA menjadi lebih banyak dan lebih dikenal di

Amerika sejak pertama kali alat ini diperkenalkan pada 1991. Macario

et al., 1995 mengevaluasi biaya yang dikaitkan dengan pemakaian LMA

dengan 3 teknik manajemen jalan nafas. Ada 4 teknik yang dievaluasi,

di antaranya adalah:

1. LMA dengan ventilasi spontan

2. Face mask dengan ventilasi spontan

3. Trakeal intubasi dengan suksinil kolin diikuti dengan ventilasi

spontan

4. Trakeal intubasi dengan blok nodepolarisasi diikuti dengan

ventilasi kontrol

Populasi penelitian adalah pasien yang sehat yang menjalani operasi

elektif rawat jalan dengan teknik Isofluran-N 2O-O2. Analisis biaya

dilakukan dengan menghitung semua biaya, kecuali biaya yang

dikeluarkan secara umum untuk masing-masing prosedur. Analisis biaya

yang terpisah juga dilakukan dengan berdasarkan LMA re-use 10, 25

dan 40 kali. Sudut pandang diambil dari fasilitas pelayanan kesehatan.

Dengan menggunakan LMA re-use 40 X, maka biaya yang bisa

dihemat adalah 22,93 dolar jika dibandingkan dengan ETT ventilasi

kontrol dengan blokade neuromuskuler dalam jangka waktu 90 menit.

Dengan kondisi yang sama, LMA re-use bila dibandingkan dengan ETT

ventilasi spontan selama 90 menit bisa dihemat 7,16 dolar. Peneliti

9
mengambil kesimpulan bahwa Face Mask dengan ventilasi spontan

adalah yang paling baik dari segi efektivitas biaya untuk operasi 40

menit atau kurang, jika dibandingkan dengan apapun LMA yang

digunakan, tanpa memandang berapa kali re-use. Jika LMA digunakan

40 X sebelum dibuang, maka LMA ini menjadi alat yang paling tinggi

efektivitas dalam menghemat biaya untuk operasi yang berlangsung 40

menit atau lebih.

IV. COST-EFFECTIVE PRAKTEK PRE-OPERATIF (7,12)

Diperkirakan lebih dari 50% dari biaya laboratorium pre-operasi

dapat dipangkas dengan permintaan pemeriksaan laboratorium yang

selektif berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan

laboratorium yang tidak didasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

tidak hanya akan meningkatkan biaya langsung, tetapi juga biaya tidak

langsung karena kelainan pre operatif yang tidak segera ditangani.

Pendekatan yang terorganisasi pada waktu preoperatif sangat

jelas membantu pasien, dokter dan rumah sakit. Ada bukti yang bisa

dipercaya bahwa tes laboratorium yang dipandu oleh dokter anestesi

akan secara bermakna menurunkan biaya yang harus dibayar oleh

pasien. Selain memandu jenis laboratorium yang harus dilakukan,

dokter anestesi juga harus selalu siap untuk dikonsul setiap saat pada

periode pre operatif.

10
V. KESIMPULAN

Dalam melakukan pembiusan, dokter anestesi tidak hanya

mempertimbangkan teknik yang akan dilakukan, tetapi juga apakah

teknik ini cost-efektif, Cost-benefit, Cost-minimation atau Cost-

utility-nya cukup baik. Beberapa teknik yang berbeda dan penghematan

biaya yang didapat selalu tergantung pada dokter anestesi dalam

pengambilan keputusan. Keputusan ini tidak bisa digeneralisasi, tetapi

diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi pasien sebagai individu

yang khusus, sehingga bermanfaat baik untuk pasien secara langsung,

dokter anestesi maupun Rumah Sakit.

11
DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Watcha MF, White PF: Economics of Anesthetic Practice.


Anesthesiologi 1997.
2. Martin Carmoy: International Encyclopedia of Economics of
Education. Oxford Pergamon 2nd edition 1995.
3. Sperry RJ: Principles of Economics Analysis. Anesthesiology 1997.
4. Freemantle N, Drummond M: Blinding of Clinicals trial with
Concurrent Economics Analysis. JAMA 1997.
5. Siegel JE, Weinstein MC, Russel RB, Gold MR, Panels on Cost-
Effectiveness in Health and Medicine. JAMA 1996.
6. Wactha MF, Smith I: Cost-Effectiveness Analysis of Antiemetic
Therapy for Ambulatory Surgery. Anesthesia-Analgesia 1996
7. Paul G. Barash, Bruce F. Cullen, Robert K. Stoelting. Hand Book of
Clinical Anesthesia. Third Edition 1997.
8. Detsky AS, Naglie IG, A Clinician’s Guide to Cost Effectiveness
Analysis/ Ann. Intern. Med. 1990.
9. Riley ET, Cohen SE, Macario A, Desai JB, Ratner EF: Spinal Versus
Epidural Anesthesia for Cesarean Section: A Comparison of time
efficiency, costs, charges and complications. Anesthesia and
Analgesia. 1995.
10.Matheiu A, Gafni A: A Cost-Effectiveness Analysis of Three of The
Most Commonly Used Spinal Needle. Canadian Journal of
Anesthesia 1995.
11. Macario A, Chang PC, Stempel DB, Brock-Uthe JG, A Cost Analysis
of The Laryngeal Mask Airway for Elective Surgery in Adult
Outpatient. 1995.
12.Lee A. Fleisher. Evidence Base Practice of Anesthesiology. Elsevier
Inc. 2004.

12

Anda mungkin juga menyukai