Anda di halaman 1dari 31

Lomba Karya Tulis Ilmiah V Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Andalas

PENGEMBANGAN FORMULA NANOSPHERE MUCOADEHSIVE


DELIVERY SYSTEM ANTIDIABETES EKSTRAK DAUN SAMBILOTO
(Andrographis paniculata) DARI KITOSAN LIMBAH CANGKANG
KEPITING (Scylla sp)

Diusulkan Oleh :

Muslim N111 14010 (Angkatan 2014)


Muhammad Rahmatullah N111 14079 (Angkatan 2014)
Eka Tri Saputri N111 14016 (Angkatan 2014)

UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
LEMBAR PENGESAHAN LKTI V NASIONAL FKM UNAND

1. Judul Karya Tulis : Pengembangan Formula Nanosphere


Mucoadehsive Delivery System
Antidiabetes Ekstrak Daun sambiloto
(Andrographis paniculata) Dari
Kitosan Limbah Cangkang Kepiting
(Scylla Sp)
2. Tingkat : Perguruan Tinggi
3. Sub Tema Karya Tulis : Pemanfaatan tanaman herbal
Indonesia dalam pengembangan obat
tradisional
4. Ketua Pelaksana
a. Nama Lengkap : Muslim
b. NIM : N111 14 010
c. Jurusan : Farmasi
d. Universitas : Universitas Hasanuddin
e. Alamat E-mail : ulling.muslimmm@yahoo.com
f. Alamat Rumah dan No. HP : Jl. Sahabat 2, Makassar/
082393051486
g. Alamat Email : ulling.muslimmm@yahoo.com
5. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Andi Dian Permana, S.Si., M.Si., Apt.
b. NIDN : 0005028901
c. Alamat Rumah dan No HP : Bumi Sudiang Permai Blok P/280/
08991848922

Makassar, 24 Oktober 2016

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Ketua Tim,

(Andi Dian Permana, S.Si., M.Si.,Apt.) (Muslim)


NIDN. 0005028901 NIM. N111 14 010

Mengetahui,
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Wakil Dekan Bidang KARYA
Kemahasiswaan dan Alumni

Judul Karya
(Dr. Sartini, M. Si., Apt.) :Penge
NIP. 19611111 198703 2 001 mbangan
Formula
Nanosphere
Mucoadehsive Delivery System Antidiabetes Ekstrak Daun
sambiloto (Andrographis paniculata) Dari Kitosan Limbah
Cangkang Kepiting (Scylla Sp)
Nama Penulis : Muslim
Muhammad Rahmatullah
Eka Tri Saputri
Institusi : Universitas Hasanuddin
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa memang benar
karya dengan judul yang tersebut di atas merupakan karya orisinal dan belum
pernah dipublikasikan dan/atau dilombakan diluar kegiatan “LKTI V Nasional
FKM Unand”.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dan apabila
terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya, maka saya siap untuk didiskualifikasi
dari kompetisi ini sebagai bentuk tanggung jawab saya.

Makassar, 24 Oktober 2016

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Ketua Tim,

(Andi Dian Permana, S.Si., M.Si.,Apt.) (Muslim)


NIDN. 0005028901 NIM. N111 14 010

Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni

(Dr. Sartini, M. Si., Apt.)


NIP. 19611111 198703 2 001

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
atas berkat dan penyertaan-Nya Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Pengembangan Formula Nanosphere Mucoadehsive Delivery System
Antidiabetes Ekstrak Daun sambiloto (Andrographis paniculata) Dari
Kitosan Limbah Cangkang Kepiting (Scylla Sp)” dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan hingga terselesaikannya
Karya Tulis Ilmiah ini, khususnya kepada :
1. Bapak Andi Dian Permana, S.Si.,M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang
senantiasa memberikan arahan, bimbingan serta masukan-masukan yang
membangun kepada penulis dari awal hingga selesainya Karya Tulis Ilmiah
ini.
2. Orangtua yang selalu mendukung dan senantiasa mendoakan penulis.
3. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik secara
langsung maupun tidak langung.
Tentunya ada hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil
karya karya ilmiah ini. Karena itu kami berharap semoga karya ilmiah ini dapat
menjadi ssesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya karya ilmiah ini. Penulis berharap semoga
karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umunya.

Makassar, 24 Oktober
2016

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Lembar Orisinalitas iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Daftar Gambar................................................................................................ vi
Abstrak........................................................................................................... vii
BAB I Pendahuluan 1
I.1 Latar belakang 1
I.2 Rumusan Masalah 3
I.3 Tujuan Penulisan 3
I.3 Manfaat Penulisan 3
BAB II Tinjauan Pustaka 4
II.1 Kepiting 4
II.2 Kitin dan Kitosan 5
II.3 Sambiloto (Andrographis paniculata) 6
II.4 Diabetes Mellitus 7
II.5 Nanosphere 8
II.6 Mucoadehsive................................................................................ 9
BAB III Metode Penulisan 10
BAB IV Pembahasan 11
BAB V Penutup 15
V.1 Kesimpulan 15
V.2 Saran 15
Daftar Pustaka 16
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Kepiting Bakau (Scylla serrata) 4


Gambar 2. Struktur kitin 6
Gambar 3. Struktur kitosan 6
Gambar 4. Sambiloto (Andrographis paniculata) 7
Pengembangan Formula Nanosphere Mucoadehsive Delivery System
Antidiabetes Ekstrak Daun sambiloto (Andrographis paniculata) Dari
Kitosan Limbah Cangkang Kepiting (Scylla Sp)

Muslim, Muhammad Rahmatullah, Eka Tri Saputri


Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin
Ulling.muslimmm@yahoo.com

ABSTRAK
Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
hiperglikemia dan intoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak
dapat memproduksi insulin. Penggunaan obat-obat sintesis dalam mengobati
penyakit ini menimbulkan beberapa reaksi yang tidak diinginkan. Penelitian
terhadap bahan alam telah menarik perhatian beberapa peneliti, termasuk
pencarian bahan alam yang memiliki aktivitas antidiabetes. Salah satu bahan alam
yang terbukti memiliki aktivitas antidiabetes adalah sambiloto (Andrographis
paniculata). Andrografolid adalah metabolit aktif dan terbesar dari herba
sambiloto (Andrographis paniculata) yang berkhasiat sebagai antidiabetes dengan
mekanisme meningkatkan kadar b-endorphin dalam plasma dan menurunkan
glukoneogenesis, sehingga merupakan senyawa yang sangat poten untuk
diformulasikan dalam bentuk sediaan. Salah satu pengembangan drug delivery
system adalah mucoadhesive nanosphere chitosan. Sistem ini akan meningkatkan
efikasi dari aktivitas antidiabetes dari ekstrak sambiloto (Andrographis
paniculata) karena ukuran yang nanometer sehingga mudah mencapai target dan
sifat mucoadhesive yang meningkatkan bioavailabilitas dalam tubuh. Limbah
kepiting merupakan salah satu sumber kitosan yang berpeluang untuk
dikembangkan. Untuk mengembangkan sistem formulasi, dilakukan inovasi dari
limbah cangkang kulit kepiting (Scylla sp) sebagai penghasil kitin yang akan
diubah menjadi kitosan yang merupakan polimer utama dalam formula
nanosphere mucoadhesive yang berpotensi untuk melokalisasi obat pada daerah
tertentu sehingga memperbaiki dan meningkatkan bioavailabilitas obat yang
diharapkan dapat mengurangi penderita diabetes melitus di indonesia.

Kata kunci : Diabetes melitus, Andrographis paniculata, Kepiting, Mucoadhesive


nanosphere chitosan
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus merupakan penyakit yang banyak ditemui di Indonesia.
Penyakit ini disebabkan oleh gen/keturunan karena pengaruh gaya hidup. Diabetes
berasal dari bahasa Yunani siphon yang berarti “mengalirkan”. Mellitus berasal
dari bahasa latin yang bermakna madu atau manis. Diabetes mellitus ditandai
hiperglikemia yang berhubungan dengan gangguan metabolisme yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
(Sukandar, et al, 2008).
Penyakit diabetes mellitus yang sering juga disingkat DM ini bisa timbul
secara mendadak pada anak- anak dan orang dewasa. Pada orang telah berumur,
penyakit ini sering muncul tanpa gejala dan kerap baru diketahui bila yang
bersangkutan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Gejala yang
ditimbulkannya adalah rasa haus, sering kecil, banyak makan tetapi berat badan
menurun, gatal-gatal dan badan terasa lemah (Sri Murti Sari Syamsuddin dkk,
2013).
Menurut WHO, 2004 menyatakan Indonesia menempati urutan ke 4 di
dunia sebagai Negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak setelah
India, China, Amerika Serikat. Tercatat pada tahun 2000 jumlah penderita
Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta. Diperkirakan pada tahun 2030,
angka penderita diabetes di Indonesia mencapai 21,3 juta penderita, dengan
peningkatan sebanyak 430 ribu penderita pertahun. Berdasarkan data, prevalensi
dalam kasus diabetes ini berada pada rentan umur 18-69 tahun. WHO memastikan
peningkatan pada penderita Diabetes Melitus terutama tipe II paling banyak
dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Wild, 2004).
Pemanfaatan limbah menjadi suatu produk yang bermanfaat yaitu salah
satunya hasil yang lebih banyak dibudidayakan dan potensial adalah kepiting.
Dalam satu ekor kepiting menghasilkan limbah 57% cangkang dan air rebusan
20%. Kepiting dengan bobot 100-350 gram menghasilkan limbah cangkang 51-
150 gram. Jika produksi kepiting meningkat mencapai 60 kg/hari diperkirakan
menghasilkan limbah 350 kg. Meningkatnya limbah kepiting akan berdampak
pada pencemaran lingkungan (Multazam 2002).
Salah satu cara lain memanfaatkan limbah ini adalah dengan mengektraksi
senyawa kitin yang terdapat di dalamnya, lalu dengan proses deasetilasi kitin
diolah menjadi kitosan. Proses ekstraksi kitin dari cangkang kepiting secara kimia
merupakan proses yang relatif sederhana, karena Kitin masih terikat dengan
unsur-unsur lainnya antara lain protein dan mineral
Pembuatan kitosan dilakukan dengan serangkaian proses utama yang dapat
mengeliminasi pengotor yang ada pada cangkang kepiting tersebut, dimana proses
tersebut berturut-turut Isolasi Kitin, Deasetilasi dan pembuatan nanokitosan.
Proses isolasi kitin terdiri dari deproteinasi dan demineralisasi dengan
memanfaatkan larutan NaOH dan HCl sebagai reaktan pembantu. Masing masing
bahan baku tersebut diproduksi di Indonesia sehingga cukup mudah untuk
diperoleh. Proses pembuatan nanokitosan dilakukan dengan cara membuat larutan
Kitosan dengan pelarut asam asetat, kemudian mengondisikan pHnya pada
kondisi hampir mendekati pKanya sehingga kitosan hampir mengendap dan
membentuk nanopartikel (Salman Umar, dkk. 2014).
Kitosan merupakan pilihan yang baik untuk pemberian obat spesifik.
Kitosan telah luas digunakan dalam perkembangan sistem penghantaran obat
karena sifat mukoadhesifnya (Shivashankar, Mandal, Yerappagari, &
Kumar,2011)
Sistem mukoadhesif telah banyak digunakan untuk merancang
penghantaran obat menuju organ spesifik seperti untuk penggunaan oral, bukal,
nasal, rektal, dan rute vaginal untuk efek sistemik dan lokal. Sistem penghantaran
obat mukoadhesif merupakan salah satu bentuk sistem penghantaran obat
terkendali (Rajput, et al., 2010).
Bentuk sediaan mukoadhesif berpotensi untuk melokalisasi obat pada
daerah tertentu sehingga memperbaiki dan meningkatkan bioavailabilitas obat
tersebut. Selain itu, bentuk sediaan tersebut memunculkan interaksi yang kuat
antara polimer dan lapisan mukus jaringan untuk membantu meningkatkan waktu
kontak (Rajput, et al., 2010)
Salah satu tanaman yang dapat menanggulangi diabetes melitus adalah
sambiloto. Sambiloto (Andrographis paniculata) secara tradisional dikenal
memiliki berbagai macam khasiat farmakologi, antara lain sebagai antidiabetes.
Andrografolid adalah metabolit aktif dan terbesar dari herba sambiloto
(Andrographis paniculata). Senyawa andrografolid ini antara lain berkhasiat
sebagai antidiabetes dengan mekanisme meningkatkan kadar b-endorphin dalam
plasma dan menurunkan glukoneogenesis, sehingga merupakan senyawa yang
sangat poten untuk diformulasikan dalam bentuk sediaan per oral sebagai
alternatif antidiabetes dari bahan alam (Soetarno, dkk, 1999) (Soedigdo, dkk,
1972).
Berdasarkan potensi yang telah diuraikan di atas, maka penulis melakukan
inovasi pemanfaatan kitin yang terdapat pada limbah cangkang kepiting untuk
diubah menjadi kitosan yang merupakan polimer utama dalam sistem
penghantaran nanospehere mucoadhesive dengan bahan aktif ekstrak daun
sambiloto yang memiliki aktivitas antidiabetes. Hasil ini diharapkan dapat
menjadi inovasi baru dalam meningkatkan efikasi pengobatan diabetes melitus.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses memperoleh kitin menjadi kitosan dari limbah
cangkang kepiting ?
2. Bagaimana proses ekstraksi daun sambiloto (Andrographis paniculata) ?
3. Bagaimana memformulasikan kitosan dari cangkang kepiting dengan
ekstrak daun sambiloto (Andrographis paniculata) sebagai antidiabetes?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitian ini untuk memformulasikan kitosan dari cangkang
kepiting dengan ekstrak daun sambiloto (Andrographis paniculata) sebagai anti
diabetes.
I.4 Manfaat Penulisan
Dengan adanya sediaan berbahan alam ekstrak daun sambiloto
(Andrographis paniculata) yang diformulasi dalam bentuk Nanosphere
Mucoadehsive Delivery System ini, diharapkan dapat menjadi solusi dalam
menurunkan prevalensi penyakit Diabetes Melitus di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kepiting
Scylla serrata adalah spesies kepiting bakau yang dominan di Indonesia.
Diperkirakan sekitar 80% dari total pendaratan kepiting bakau adalah dari spesies
ini (Cholik & Hanafi 1991). Perikanan kepiting di Indonesia diharapkan dapat
terus tumbuh di masa yang akan datang karena beberapa alasan, yaitu: adanya
peningkatan permintaan pada komoditas ini yang diindikasikan dengan
peningkatan harga di pasar lokal maupun internasional; sumberdaya perikanan
mendukung spesies ini baik untuk penangkapan dari alam maupun budidaya;
pengetahuan dan pengalaman teknik budidaya kepiting semakin berkembang
(Cholik & Hanafi 1991).
Klasifikasi ilmiah bagi spesies Scylla serrata dalam menurut Motoh
(1979) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia, Filum : Arthropoda,
Subfilum : Mandibulata, Kelas : Crustacea, Subkelas : Malacostraca, Ordo :
Decapoda, Subordo : Pleocyemata, Seksi : Brachyura, Famili : Portunidae,
Subfamili : Portuninae, Genus : Scylla, Species : Scylla serrata.
Morfologi kepiting bakau dapat dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Anatomi Kepiting Bakau (Scylla serrata)
Daging kepiting mengandung nutrisi penting bagi kesehatan. Meskipun
mengandung kolesterol, makanan ini rendah kandungan lemak jenuh dan
merupakan sumber Niacin, Folate, dan Potassium. Selain itu juga merupakan
sumber protein, Vitamin B12, Phosphorous, Zinc, Copper, dan Selenium.
Selenium diyakini berperan dalam mencegah kanker dan perusakan kromosom,
juga meningkatkan daya tahan terhadap infeksi virus dan bakteri (Muskar 2007).
Bukan hanya daging kepiting yang mempunyai nilai komersil, kulitnya
pun mempunyai nilai ekonomis tinggi. Kulit kepiting diekspor dalam bentuk
kering sebagai sumber chitin, chitosan dan karotenoid yang dimanfaatkan oleh
berbagai industri sebagai bahan baku obat, kosmetik, pangan, dan lain-lain.
Bahan-bahan tersebut memegang peran sebagai antivirus dan antibakteri dan juga
digunakan sebagai obat untuk meringankan dan mengobati luka bakar, selain
dapat digunakan sebagai pengawet makanan yang murah dan aman (Muskar
2007).
II.2 Kitin dan Kitosan
Kitin merupakan homopolimer dari residu N - asetil - D – glukosamin
yang terikat melalui ikatan β-1,4 glikosidik dan merupakan sumber daya alam
yang dapat diperbaharui dan paling melimpah setelah selulosa. Sebagai contoh,
diperkirakan bahwa setiap tahun di dunia, ditemukan 37.300 ton kubik kitin yang
berasal dari pengolahan invertebrata laut. Jumlah kitin yang berlimpah di alam ini
memungkinkan dimanfaatkan secara luas terutama dalam bidang bioteknologi
dan industri (Wang dan Chang, 2000).
Enzim pendegradasi kitin secara langsung adalah kitinase dan kitin
deasetilase. Kitinase adalah enzim yang dapat menghidrolisis kitin secara
acak pada ikatan glikosidiknya, sedang kitin deasetilase adalah enzim yang
dapat mengkonversi kitin menjadi kitosan (Gooday, 1990). Teknik produksi
kitosan secara ensimatik, dibanding secara termokimia, relatif lebih baik karena
mudah dikendalikan, terurai biologis (biodegradable), dan sesuai lingkungan
(biocompatible), serta dapat membentuk oligomer atau polimer (Tsigos, 2000).
Kitosan merupakan polisakarida rantai lurus yang tersusun oleh monomer
glukosamin yang terhubung melalui ikatan (1-4) β-glikosidik. Kitosan diperoleh
dari proses deasetilasi kitin. Struktur kitin dan kitosan ditampilkan secara
berurutan pada gambar 1 dan 2.

Gambar.2 Struktur kitin

Gambar.3 Struktur kitosan


Kitosan merupakan biopolumer yang sumbernya melimpah dan dapat
terbarukan sehingga termasuk sumber daya alternatif yang harus dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Sifat polikationik kitosan menjadi dasar pemanfaatan
kitosan dalam menjadi dasar pemanfaatan kitosan dalam berbagai bidang. Kitosan
dimanfaatkan dalam bidang pertanian karena sifatnya yang biodegradable.
Tanaman yang diperlakukan dengan kitosan memiliki ketahanan yang baik
terhadap serangan jamur. Dalam bidang kesehatan, kitosan bermanfaat dalam
program diet karena kemampuannya menurunkan jumlah kolesterol , antikoagulan
dalam darah serta digunakan sebagai agent antibakteri. Bidang bioteknologi
memanfaatkan kitosan sebagai zat yang berperan dalam imobilisasi enzim,
pemisahan protein dan regenerasi sel. Dalam industri makanan, kitosan digunakan
sebagai antioksidan, pengawet alami, penyerap zat warna dan pengemulsi.
Kitosan juga dimanfaatkan sebagai adsorben/pengkhelat logam. (Khan dkk.,
2002).
II.3 Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)
Taksonomi sambiloto adalah sebagai berikut (Chandrasekar, 1996) :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata Nees

Gambar 4. Sambiloto (Andrographis paniculata)


Sambiloto (Andrographis paniculata) memiliki komponen aktif yaitu
andrographolide atau 14-deoxyandro-grapholide dan 14-deoxy-11, 12-dide-
hydroandrographolide. Dimana senyawa ini memiliki efek antihiperglikemia.
Senyawa andrographolide merupakan metabolit utama dari tanaman sambiloto
(Chandrasekar, 1996).
II.4 Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus merupakan suatu sindroma klinik yang ditandai oleh
poliuria, polidipsi dan polifagi, disertai dengan peningkatan kadar glukosa darah
atau hiperglikemia (glukosa puasa lebih besar dari 126 mg/dl atau postprandial
lebih besar dari 200 mg/dl). Bila DM tidak segera diatasi akan terjadi gangguan
metabolisme lemak dan protein serta resiko timbulnya gangguan mikrovaskular
atau makrovaskular meningkat (Reyes, dkk, 2006).
Melihat etiologinya, DM dapat dibedakan menjadi (Reyes, dkk, 2006) :
1. Diabetes Melitus Tipe I
Etiologi DM tipe I diakibatkan oleh kerusakan sel beta pankreas karena
paparan agen infeksi atau lingkungan, yaitu racun, virus (Rubella kongenital,
Mumps, Coxsackievirus dan Cytomegalovirus) dan makanan (gula, kopi, kedelai,
gandum dan susu sapi). Tipe I menunjukkan gejala klasik defisiensi insulin
(polidipsia, polifagia dan poliurea).
Penatalaksanaannya diberikan insulin. Untuk memenuhi kebutuhan insulin
basal digunakan insulin kerja menengah (intermediate acting insulin) atau kerja
panjang (long-acting insulin) sementara untuk memenuhi kebutuhan insulin
prandial (setelah makan) digunakan insulin kerja cepat (reguler/short-acting
insulin) atau insulin kerja sangat cepat (rapid-atau ultra-rapid acting insulin).
2. Diabetes Melitus Tipe II
Etiologi DM tipe II dapat diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin dan
penurunan aktivitas insulin atau resistensi insulin. Resistensi insulin terutama
terjadi pada jaringan otot dan adiposa. Hal ini dapat terjadi akibat adanya aktivitas
tinggi dari insulin untuk mempertahankan kondisi gula normal dalam darah
(euglycaemia), selanjutnya sekresi insulin akan menurun dan menyebabkan
hiperglikemia progresif.
Obat-obat hipoglikemik oral terutama diajukan untuk membentu
penanganan pasien DM tipe II. Ada 5 golongan antidiabetik oral (ADO) yang
dapat digunakan untuk mengobati DM yaitu golongan : sulfonylurea, meglitinid,
biguanid, penghambat α-glikosidase dan tiazolidinedion. Kelima golongan obat
ini dapat diberikan pada DM tipe II yang tidak dapat dikontrol dengan diet dan
latihan fisik saja.
II.5 Nanosphere
Nanopartikel adalah partikel padat yang dapat membentuk koloid, terdiri
dari makromolekul berukuran antara 10 nm sampai 1000 nm. Keunggulan
pemakaian nanopartikel ini ada dua hal yaitu nanopartikel karena ukurannya yang
kecil dapat menembus kapiler yang sempit dan berinteraksi langsung dengan cell
yang memungkinkan akumulasi obat secara efektif pada target yang dituju.
Kedua, pemakaian bahan biodegradabel untuk pembuatan nanopartikel
memungkinkan pelepasan obat secara bertahap, dalam jangka waktu yang dapat
dikendalikan. Obat yang hendak dikirim bisa dilarutkan, dikungkung oleh lapisan
polimer biodegradabel ataupun dicangkokkan pada permukaan nanopartikel.
Bergantung pada jenis bahan serta metode yang digunakan, nanopartikel dalam
bentuk nanosfer ataupun nanokapsul dapat diperoleh dengan sifat dan
karakteristik pelepasan obat yang berbeda. Bahan pelapis yang digunakan juga
harus bersifat biokompatibel ketika dimasukkan kedalam tubuh. Contoh bahan
yang sering dipakai adalah golongan poliester seperti polilaktat (PLA),
poliglikolat (PGA), dan kopolimernya (Anonim).
Untuk mencapai ukuran yang kecil, disamping berbagai parameter bahan
(komposisi, viskositas dan jenis bahan), maka hal yang perlu diperhatikan adalah
metode/proses pembuatannya. Berbagai macam proses pembuatan
mikrosfer/nanosfer yang biasa digunakan meliputi proses emulsi-evaporasi, proses
emulsi-difusi, proses inversi fasa dan presipitasi interfasial (Florence Delie and
Blanco-Prieto M. J., 2005).
II.6 Mucoadehsive
Bioadhesif didefinisikan sebagai suatu kemampuan bahan (sintetis atau
biologis) untuk melekat pada suatu jaringan biologi untuk periode waktu yang
lama (Ahuja, A., dkk. 1997). Untuk tujuan penghantaran obat, terminologi
bioadhesif menunjukkan terikatnya suatu sistem pembawa obat pada lokasi
spesifik biologis. Permukaan biologis dapat berupa jaringan epitel atau mukus
yang melapisi jaringan. Apabila sasaran adhesif adalah suatu mukus yang
melapisi jaringan, fenomena ini disebut mukoadhesif. Mukoadhesif adalah suatu
interaksi antara permukaan mukus dengan polimer sintetis atau alami .
Sediaan mukoadhesif dapat dibuat menggunakan polimer alam dan sintesis
(Ungell, A.L., dkk. 1997) (Salsa, T., dkk. 1997). Polimer alam yang prospektif
untuk diteliti adalah karboksimetilselulosa, gom arab dan natrium alginat, sedang
polimer sintesis adalah poliakrilat dan turunan selulosa, seperti Carbopol
934P,hytgf 940P,1342, polikarbofil, hidroksipropil selulosa, hidroksipropil
metilselulosa dan hidroksietilselulosa (Schnüch, A.B., dkk. 2000) (Haruta, S.,
dkk. 2001).

BAB III
METODE PENULISAN

III.1 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data


Dalam menyelesaikan Karya ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data
primer dan data sekunder. Untuk mengumpulkan data primer dan sekunder
peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu
1. Studi pustaka
Mengumpulkan informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang
sesuai dengan pembahasan yang diperoleh dari buku-buku ilmiah, Jurnal
Penelitian, skripsi dan tesis, Ensiklopedia Kesehatan, dam sumber- sumber tertulis
yang bersifat valid baik dalam media cetak maupun elektronik.
2. Diskusi
Untuk lebih memahami Secara langsung permasalahan yang ada maka
dilakukan diskusi langsung dengan pihak-pihak terkait dalam hal ini Dosen
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin yang mengetahui mengenai pokok
pembahasan tersebut serta observasi secara langsung.
III.2 Analisis Data
Analisis Data dilakukan dengan Mengumpulkan beberapa data- data Valid
yang ada dalam berbagai buku-buku ilmiah, Jurnal Penelitian, Ensiklopedia
Kesehatan, dan sumber-sumber tertulis yang bersifat valid baik dalam media cetak
maupun elektronik. Data kasar yang didapatkan kemudian diedit dan
dihubungkan dengan beberapa penelitian-penelitian sebelumnya, guna
memperkuat penelitian tersebut serta mengoptimalkan hasil penelitian tersebut.
Berdasarkan Hasil Analisis data yang dilakukan, Tim penulis mencoba
mengkaitkan beberapa hasil penelitian yang valid dengan Inovasi Baru yakni
berupa Formula Nanosphere Mucoadehsive Delivery System Antidiabetes Ekstrak
Daun sambiloto (Andrographis paniculata) Dari Kitosan Limbah Cangkang
Kepiting (Scylla Sp).
BAB IV
PEMBAHASAN

Menurut WHO, 2004 menyatakan Indonesia menempati urutan ke 4 di


dunia sebagai Negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak setelah
India, China, Amerika Serikat. Tercatat pada tahun 2000 jumlah penderita
Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta. Diperkirakan pada tahun 2030,
angka penderita diabetes di Indonesia mencapai 21,3 juta penderita, dengan
peningkatan sebanyak 430 ribu penderita pertahun. Berdasarkan data, prevalensi
dalam kasus diabetes ini berada pada rentan umur 18-69 tahun. WHO memastikan
peningkatan pada penderita Diabetes Melitus terutama tipe II paling banyak
dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Wild,2004).
Penggunaan obat-obat sintesis dalam mengobati penyakit diabetes melitus
dapat menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan sehingga bahan alam semakin
dilirik oleh peneliti. Berbagai macam penelitian telah menunjukkan Sambiloto
(Andrographis paniculata) secara tradisional dikenal memiliki berbagai macam
khasiat farmakologi, antara lain sebagai antidiabetes. Andrografolid adalah
metabolit aktif dan terbesar dari herba sambiloto (Andrographis paniculata).
Senyawa andrografolid ini antara lain berkhasiat sebagai antidiabetes dengan
mekanisme meningkatkan kadar b-endorphin dalam plasma dan menurunkan
glukoneogenesis, sehingga merupakan senyawa yang sangat poten untuk
diformulasikan dalam bentuk sediaan per oral sebagai alternatif antidiabetes dari
bahan alam (Soetarno, dkk, 1999) (Soedigdo, dkk, 1972).
Salah satu pengembangan drug delivery system adalah mucoadhesive
nanosphere chitosan. Sistem ini akan meningkatkan efikasi dari aktivitas
antidiabetes dari ekstrak daun sambiloto karena ukuran yang nanometer sehingga
dapat menembus kapiler yang sempit dan berinteraksi langsung dengan cell
yang memungkinkan akumulasi obat secara efektif pada target yang dituju serta
pada pemakaian bahan biodegradabel untuk pembuatan nanopartikel
memungkinkan pelepasan obat secara bertahap, dalam jangka waktu yang dapat
dikendalikan selain itu sifat mucoadhesive yang merupakan suatu interaksi antara
permukaan mukus dengan polimer sintetis atau alami yang dapat meningkatkan
bioavailabilitas obat dalam tubuh. Limbah kepiting merupakan salah satu sumber
kitosan yang berpeluang untuk dikembangkan dalam sistem formulasi yang
merupakan polimer utama dalam formula nanosphere mucoadhesive yang
berpotensi untuk melokalisasi obat pada daerah tertentu sehingga memperbaiki
dan meningkatkan bioavailabilitas obat.
Pembuatan ekstrak daun sambiloto dilakukan dengan cara maserasi
dimana daun sambiloto yang telah bersih dirajang kemudian dikeringkan didalam
oven pada suhu 37-40°C hingga berat konstan. Setelah kering kemudian
dilakukan maserasi dengan etanol 96% selama 1-2 hari. Setelah dimaserasi
kemudian dilakukan penyaringan. Filtrat yang diperoleh selanjutnya diuapkan
dengan menggunakan Rotary Vaccum Evaporator, sehingga didapatkan ekstrak
kental/kering.
Pembuatan kitosan dari limbah cangkang kulit kepiting dengan cara
mengubah kitin menjadi kitosan dengan enzim kitin deastilase melalui beberapa
tahapan. Koleksi mikroba penghasil enzim kitinolitik diremajakan pada medium
padat dengan komposisi: Bakto agar 1,5 %, Yeast ekstrak 0,05 %, NaCl 0,1 %,
(NH4)2SO4 0,7 %, K2HPO4 0,1 %, MgSO4 7H2O 0,01 %, CaCl2 0,025 %, koloidal
khitin 2,0 %. Inkubasi dilakukan pada suhu 55 oC selama 4–5 hari, kemudian
mikroba tesebut ditumbuhkan dalam medium cair pada kondisi 55oC, 170 rpm
selama enam hari dengan komposisi medium adalah : Yeast ekstrak 0,05 %, NaCl
0,1%, (NH4)2SO4 0,7 %, K2HPO4 0,1 %, MgSO47H2O 0,01 %, CaCl2 0,025 % dan
koloidal khitin 0,5 %. Kemudian dilakukan fermentasi dan sampling setiap 12
jam. Sampel yang diambil diukur OD-nya pada 660 nm dan pengujian aktivitas
enzim khitin deasetilase serta analisis kadar protein dengan metode Biuret yang
diukur pada daerah maksimum 544 nm.
Setelah itu dilakukan pengujian aktifitas enzim khitin deasetilase lalu
dikonversi khitin menjadi khitosan menggunakan enzim khitin daesetilase dimana
enzim yang telah diperoleh diinkubasikan dengan koloidal khitin sebagai
substratnya dengan perbandingan koloidal khitin : enzim (2 : 1), yang dilakukan
variasi waktu inkubasi yaitu 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 4 jam pada kondisi suhu
55°C, 175 rpm. Setelah diinkubasi campuran tersebut disentrifugasi selama 30
menit 170 rpm. Endapan (khitosan) diambil dan ditimbang kemudian disimpan
dalam suhu 4°C untuk analisis selanjutnya dengan menggunakan spektrofotometer
IR atau FTIR.
Pembuatan Nanopartikel
Pembuatan nanopartikel ekstrak daun sambiloto dilakukan dalam beberapa
perbandingan lesitin/chitosan (20:1, 10:1 dan 5:1, w/w) yang disiapkan dengan
metode gelasi ionik. Dimana lesitin dilarutkan dalam metanol dengan konsentrasi
2,5% (b/v) kemudian ditambahkan dengan ekstrak sebanyak 1 gram. Dalam
wadah lain chitosan yang dilarutkan dengan larutan asam asetat dengan
konsentrasi 1 % (b/v). Lesitin yang telah dilarutkan dengan metanol ditambahkan
pada campuran chitosan sebelumnya, kemudian diaduk secara magnetik pada
1000 rpm selama 2 jam.Suspensi selanjutnya disentrifugasi pada 3000 × selama
30 menit untuk memisahkan polimer yang mengendap. Supernatan yang terbentuk
di lanjutkan dengan Ultrasentrifugasi pada 100.000 × gselama 1 jam untuk
memisahkan nanopartikel.
Karateristik Nanopartikel
1. Ukuran partikel dan potensi zeta
Distribusi ukuran nanopartikel dan potensi zeta ditentukan dengan
menggunakan Spektroskopi Korelasi Foton dengan ukuran zeta 3000 (Malvern
Instrumen, Malvern, Inggris). Analisis distribusi ukuran dilakukan dengan
menggunakan particle size analyzer.
2. Morfologi Nanopartikel
Evaluasi morfologi nanopartikel dilakukan dengan menggunakan teknik
transmisi pewarnaan negative dengan mikroskop elektron. Sekitar 6 µL suspensi
yang digunakan bersinar habis dilapisi pioloform kisi Cu dan memungkinkan
untuk menyerap selama dua menit. setelah kelebihan larutan mencukupi, kisi
terwarnai oleh asam fosfotungstat 1% pH 7.0.
3. Stabilitas Nanopartikel
Stabilitas Nanopartikel dalam kondisi penyimpanan yang berbeda
dievaluasi. Sampel disegeldi botol kaca tertutup berwarna kuning dan disimpan
pada 4 ± 2°C dan 25 ± 2ºC selama 60 hari. Botol dijauhkan dari paparan cahaya
langsung untuk menghindari degradasi cahaya dan diinterval yang telah
ditetapkan aliquot dari sampel untuk mengambil ukuran partikel, potensial zeta
danefisiensi enkapsulasi.
Uji Mucoadhesive In Vitro
Pengujian dilakukan menggunakan mukosa lambung dan usus tikus putih.
Lambung dan usus dicuci dengan larutan natrium klorida fisiologis kemudian
masing-masing direndam dalam cairan lambung dan cairan usus buatan. Jaringan
lambung dibuka, dipotong kira-kira 1 x 1 cm dan jaringan usus dibelah dan
dipotong kira-kira 4 cm. Jaringan lambung dilekatkan pada penyokong teflon
dengan bantuan lem akrilat. Sejumlah nanopartikel diletakkan diatas jaringan
tersebut, dibiarkan berkontak selama 20 menit kemudian ditempatkan pada sel
silindris dengan kemiringan 45°.
Nanopartikel yang telah melekat pada jaringan lambung dielusi dengan
cairan lambung buatan selama 10 menit dengan kecepatan 2 ml/menit. Untuk
nanopartikel yang melekat di usus dielusi dengan cairan usus buatan selama 10
menit dengan kecepatan 22 ml/menit. Nanopartikel yang melekat dihitung setiap
5 menit.
Evaluasi Mukoadesif: zeta potential and turbidimetry evaluation
Dalam penelitian ini, karakteristik mukoadhesif Nanopartikel dievaluasi
dengan mengukur perubahan interaksi pada potensial zeta dengan musin
bermuatan negatif (de Campos et al., 2004). NP diinkubasi pada suhu 35°C pada
dispersi musin berair 0,1% b/b. Potensi zeta NPS diukur hingga 6 jam selama
inkubasi. Perubahan potensial zeta dari NPS menunjukkan interaksi dengan
musin. Kekeruhan dispersi musin berair Nanopartikel berbentuk tongkol
dibandingkan dengan musin asli pada 650 nm dengan spektrofotometer UV-Vis
(Thermo Scientific, USA) (Yoncheva et al., 2009). Nanopartikel ditimbang secara
akurat (10 mg) lalu ditambahkan ke 10 mL dispersi musin berair (0,1% b / v) dan
diaduk dengan kecepatan 200 rpm. Peningkatan kekeruhan dispersi musin
Nanopartikel menunjukkan karakteristik mukoadhesif.
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa
daun sambiloto (Andrographis paniculata) mengandung senyawa andrografolid
yang memiliki aktivitas antidiabetes dan diformulsikan dengan Nanosphere
Mucoadehsive Delivery System dari kitosan limbah cangkang kepiting (Scylla Sp).

V.2 Saran
Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut kedepannya terkait
dengan gagasan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ahuja, A., Khar, R.K., & Ali, J. 1997. “Mucoadhesive Drug Delivery
System”, Drug Dev. Ind. Pharm. 23:5, 489-515.
Anonim, Macro Pore Resorbable Technology: An Overview, Scientific
Data Series in Resorbable Fixation
Boutayeb A, Twizell EH, Achouayb K, & Chetouani A. 2004. A
Mathematical model for the burden of diabetes and its complications.
BioMedical Engineering 3:20
Cab Soetarno, S., Sukandar, E. Y., Sukrasno & Yuwono, A. 1999.
Aktivitas Hipoglisemik Ekstrak Herba Sanbiloto (Andrographis paniculata
Nees, Acanthaceae), J.M.S., 4:2, 62-69
Chandrasekar, F. 1996. Penggunaan pankreas tikus terisolasi dalam uji
aktivitas ekstrak sambiloto, Andrographis paniculata Nees (Acanthaceae)
terhadap sekresi insulin. Tugas akhir: Jurusan Farmasi FMIPA ITB. Bandung
Cholik F, A Hanafi. 1991. A review of the mud crab (Scylla sp.) fishery
and culture in Indonesia. Reports of The Seminar on The Mud Crab Culture and
Trade. Surat Thani, Thailand.
Cholik F. 1999. Review of Mud Crab Culture Research in Indonesia. In
Mud Crab Aquaculture and Biology. ACIAR Proceedings No. 78. Canberra.
Australia.
Florence Delie and M.J. 2005. Blanco-Prieto, Polymeric Particulates to
Improve Oral Bioavailability of Peptide Drugs, Molecules, 10 65-80
Gooday W. Graham. 1990. The Ecology Of Chitin Degradation
Advance In Microbial. Ecot. Vol. 11 editor K.C. Marshall
Haruta, S., Kawai, K., Jinnouchi S., Ogawara, K.. Higaki, K., Tamura,
S., Arimori, K., & Kimura, T. 2001. “Evaluation of Absorption Kinetics of
Orrally Administered Theophylline in Rat Based on Gastrointestinal Transit
Monitoring by Gamma Scintigraphy”, J.Pharm. Sci. 90:4, 464-473.
Khan, T. A., Peh, K. K., dan Chang, H. S. 2002. Reporting Degree of
Deacetylation Values of Chitosan ; The Influence of Analytical Methods. J.
Pharm. Sci Vol 5 (3) : 205-212
Motoh H. 1979. Edible crustaceans in Philippines, 11th in A series. Asian
Aquacultuture.
Muskar YF. 2007. Mempersiapkan Kepiting menjadi Komoditas Andalan.
Pusat Informasi & Data PSDA Sulawesi. http://www.lestari-m3.org
Multazam. 2002. Prospek pemanfaatan cangkang sebagi suplemen pakan
ikan yang tidak dipublikasikan Fakultas kehutanan dan Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Rajput, G. C., et al.. 2010. Stomach specific mucoadhesive tablets as a
controlled drug delivery system–a review work. International Journal on
Pharmaceutical and Biological Research, 1, 1, 30 – 41.
Reyes, B. A., Bautista, N. D., Tanquilut, N. C., Anunciado, R. V., Leung,
A. B., Sanchez, G. C., et al. 2006. Anti-diabetic potentials of Momordica
charantia and Andrographis paniculata and their effects on estrous cyclicity of
alloxan-induced diabetic rats, J Ethnopharmacol 105, 196-200.
Salsa, T., Veiga, F., & Pina, M.E. 1997. “Oral Controlled-Release
Dossage Form.I. Cellulose Ether Polymers in Hydrophilic Matrices”, Drug Dev.
Ind. Pharm. 23:9, ,929-938
Soedigdo, P., Kurniasari, A. A., & Kiao, T. L. 1972. Penghambatan
Respirasi Jaringan Oleh Ekstrak Daun Sambiloto, Andrographis paniculata Ness,
Proceeding ITB, 6:4, 127-132
Schnüch, A.B., & Gilge, B. 2000. ”Anionic Mucoadhesive Polymer as
Auxiliary Agent for The Peroral Administration of (poly) Peptide Drug :
Influence of Gastric Juice“, Drug Dev. Ind. Pharm. 26:2, 107-113
Shivashankar, M., Mandal, B. K., Yerappagari, R., & Kumar, V. P. 2011.
A review on chitosan – based hydrogels for the drug delivery system.
International Research Journal of Pharmacy, 2, 2, 1 – 6
Sukandar ,E.Y.,et al. Iso Farmakoterapi Farmakope , 2008. PT.ISFI.
Penerbitan, Jakarta.
Syamsuddin, S. M. S., Edy, H. J., Supriati, H. S. 2013. Uji Efektivitas
Ekstrak Kulit Pisang Goroho (Musa Acuminate L.) Terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang diinduksi Sukrosa
Tiwari, A. K., Rao J. M. (2002). Diabetes mellitus and multiple
therapeutic approaches of phytochemicals : Present status and future prospect.
Current Science. 83(1): 30-38
Tsigost, Lason. 2000. Aggeliki Martinou, Dimitris kafetzoupolos and
Vassillis Bouriotis. Chitin deactylases: New Versatile tools in biotechnoligy.
Umar, S. Ningsih, W. Meliana, M. 2014. Formulasi Granul Mukoadhesif
Ketoprofen Menggunakan Polimer Kitosan. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis, 1(1),
48-54
Ungell, A.L. 1997. “In vitro Absorption Studies and Their Relevance
to Absorption from The GI Tract”,Drug Dev. Ind. Pharm. 23:9, 879-892
Wang San-Lang, and Wen-Tsu Chang. 2000. Purification and
characterization of two fungctionanl chittinase/lysosymes extacellularly
produced by pseudomonas aerugionass K-187 in a shrimp and crab shel
powder medium. Departemen of Food Engineering. Da-yeh Institute of
Technology: Chang-Hwa Taiwang 51505, Republic of China.
Widowati, W. 2008. Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes. JKM. 7(2):
1-10
Daftar Riwayat Hidup
1. Ketua
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Muslim
2. Jenis Kelamin Laki-laki
3. Program Studi Farmasi
4. NIM N11114010
5. Tempat dan Tanggal Lahir Bontominasa, 27 Juli 1995
6. Email Ulling.muslimmm@yahoo.com
7. Nomor Telepon/HP 082393051486

B. Karya Yang Pernah Dibuat dan Penghargaan Yang Pernah Diraih

No. Jenis Penghargaan Tahun


1. Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional Dalam 2015
Kegiatan Call For Paper Bali Health Students Meeting In
Prevention Issue (BHSMPI)
2. Finalis Lomba Karya Tulis Mahasiswa Tingkat Nasional 2016
Dalam Pharmaceutical Science and Research Competition
(Prescription) Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
(Makassar)
3. Penerima Hibah Penelitian “Inovasi Produk Minuman Olahan
dan studi in vivo Antihiperkolesterolemik dari Kefir
Terfortifikasi Sari Srikaya dan Tepung Kulit Pisang” (Tanoto 2016
Student Research Award)
4. Juara Harapan II Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional 2016
Dalam Kegiatan Call For Paper Bali Health Students Meeting
In Prevention Issue (BHSMPI)
5. Juara Harapan III Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional 2016
Dalam PEMA Agriculture Fair, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara (Medan)
6. Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional Dalam 2016
Gebyar Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Andalas
(Padang)

Makassar, 24 Oktober 2016


Pengusul,

(Muslim)
NIM. N11114010
2. Anggota
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Muh. Rahmatullah
2. Jenis Kelamin Laki-laki
3. Program Studi Farmasi
4. NIM N11114079
5. Tempat dan Tanggal Lahir Palu, 01 Agustus 1996
6. Email Rahmat_eyeshield@yahoo.co.id
7. Nomor Telepon/HP 082348771873

B. Karya Yang Pernah Dibuat dan Penghargaan Yang Pernah Diraih

No. Jenis Penghargaan Tahun


1. Finalis Lomba Karya Tulis Mahasiswa Tingkat Nasional 2016
Dalam Pharmaceutical Science and Research Competition
(Prescription) Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
(Makassar)
2. Penerima Hibah Penelitian “Floating Gel In Situ Delivery
System sebagai Inovasi Formula Senyawa Antioksidan-
Antigastritis Ekstrak Rosela (Hibiscus sabdarifa L.)” (DIKTI) 2015
3. Juara Harapan III Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional 2016
Dalam PEMA Agriculture Fair, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara (Medan)

Makassar, 24 Oktober 2016


Pengusul,

(Muh. Rahmatullah)
NIM. N11114079
3. Anggota
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Eka Tri Saputri
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Program Studi Farmasi
4. NIM N11114016
5. Tempat dan Tanggal Lahir Cabenge, 07 November 1996
6. Email trisaputrieka@gmail.com
7. Nomor Telepon/HP 085315007703

B. Karya Yang Pernah Dibuat dan Penghargaan Yang Pernah Diraih

No. Jenis Penghargaan Tahun


1. Juara Harapan III Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional 2016
Dalam PEMA Agriculture Fair, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara (Medan)

Makassar, 24 Oktober 2016


Pengusul,

(Eka Tri Saputri)


NIM. N11114016

Anda mungkin juga menyukai