Anda di halaman 1dari 82

HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN


KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PUUWATU KOTA
KENDARI

MUH. REINALDI

K201801035

Hasil Penelitian ini diajukan sebagai Salah Satu Syarat


Untuk mengikuti Ujian Skripsi

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN HASIL

Hasil penelitian ini telah kami setujui untuk disajikan dihadapan tim Penguji

pada Seminar Hasil Penelitian Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas

Mandala Waluya Kendari dalam rangka penyempurnaan Penulisan.

Tim Pembimbing :

Pembimbing I Pembimbing II

La Ode Tasrun, SKM., M.Kes Leniarti Ali, SKM., M.Kes


NIDN : 09 0802 9202 NIDN: 09 0609 8901

Kendari, Oktober 2022

LEMBAR PERBAIKAN HASIL

Nama : Muh. Reinaldi


NIM : K201801035
Program Studi : SI Kesehatan Masyarakat Universitas Mandala Waluya
Judul Penelitian : Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian

Mengetahui ;
Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Dr. Rahmawati, SKM., M.Kes


NIDN : 09 2302 8503
Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari
Tanda
No Nama Pembimbing/Penguji Hal-Hal yang Harus Diperbaiki
Tangan

1. La Ode Tasrun, SKM.,M.Kes Saran perbaikan mengikuti saran penguji

2. Leniarti Ali, SKM,.M.Kes Saran perbaikan mengikuti saran penguji

3. Abd. Rahim Syaban, SKM., M.Sc 1. Penulisan


2. Uji pearson harus dihapus
3. Tambahkan Tabel 2 X 2 Pada Hasil
Penelitian
4. Ubah f menjadi n pada sampel
responden

1. Penulisan
2. Margin Harus 4 cm dari tepi kiri
maupun tepi atas dan 3 cm dari tepi
kanan dan bawah
3. Tabel penulisan harus minimal 12
font
4. Rumus Diketik Ulang
4. Muh. Sainal Abidin, S.Si., M.Si 5. Tambahkan Lokasi Geografis (Peta)
6. Klasifikasi Umur pada hasil
penelitian
7. Tahun tabel Dibawah pada Hasil
Penelitian
8. Daftar Pustaka

5. Noviati, SKM., MPH 1. Spasi penulisan cover Hasil


diperbaiki
2. Tabel kebaruan penelitian harus
Portait
3. Desain penelitian Harus diubah
menjadi Cross Sectional
4. Ubah kembali cara analisa data
bivariat
5. Kejadian diare pada hasil masih
termasuk Analisis Univariat
6. Ubah kembali Pembahasan pada
Hasil Penelitian
7. Kesimpulan pada penelitian perlu
diubah
8. Lampiran kuesioner harus konsisten
dan sejajar
9. Lampiran hasil analisa SPSS
Dilampirkan

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Hasil Penelitian ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Hasil

Penelitian Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Mandala Waluya

pada tanggal 28 Oktober 2022.


Ketua : La Ode Tasrun, SKM,.M.Kes (...…...........…….)
NIDN : 09 0802 9202

Sekretaris : Leniarti Ali, SKM,.M.Kes (..………………..)


NIDN : 09 0609 8901

Anggota : 1. Abd. Rahim Syaban SKM., M.Kes (..………………..)


NIDN : 09 1406 8202

: 2. Muh. Sainal Abidin, S.Si., M.Si (...…...........…….)


NIDN: 09 1612 8702

: 3. Noviati, SKM., MPH (..…..…………..)


NIDN : 09 2111 8901

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Hasil penelitian yang berjudul : “Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan

Kejadian Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari” Guna


memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program

Studi Kesehatan Masyarakat di Universitas Mandala Waluya.

Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa pula menghaturkan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Bapak La Ode Tasrun, SKM.,M.Kes selaku

Pembimbing I dan kepada Ibu Leniarti Ali, SKM, .M.Kes selaku Pembimbing II

atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikannya dalam

membimbing, mengarahkan, memberi saran maupun kritik sehingga Hasil

Penelitian ini menjadi lebih baik.

Untuk itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas semua

bantuan dan dukungannya selama proses penyusunan Hasil Penelitian ini kepada.

1. Badan Pengurus Yayasan Mandala Waluya

2. Rektor Universitas Mandala Waluya

3. Wakil Rektor Universitas Mandala Waluya (Bidang Akademik, Non

Akademik, dan Kemahasiswaan)

4. Ketua Lembaga Universitas Mandala Waluya (LPPM, LPM dan LPPKA)

5. Dekan Fakultas ilmu-ilmu kesehatan Universitas Mandala Waluya

6. Ketua Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Mandala

Waluya

7. Tim penguji masing-masing Bapak Abd. Rahim Syaban SKM., M.Sc,

selaku penguji I, Bapak Muh. Sainal Abidin S.Si., M.Si, selaku penguji II

dan Ibu Noviati SKM., M.PH selaku penguji III


8. Kepada Staf/Petugas Puskesmas Puuwatu Kota Kendari yang telah banyak

membantu Pengambilan data awal Diare.

9. Kepada Staf/Petugas Dinas Kesehatan Kota Kendari yang telah banyak

membantu Pengambilan Data Distribusi Penyakit Diare Pada Semua

Puskesmas Kota Kendari.

10. Seluruh dosen dan Staf/Karyawan Universitas Mandala Waluya yang telah

banyak membantu Penulisan selama pendidikan

11. Kedua orangtua tercinta yang telah memberikan dukungan, kasih sayang,

serta motivasi

12. Seluruh teman-teman khususnya Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis hingga

selesainya Hasil Penelitian ini.

Penulis menyadari Hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,

sehingga segala kekurangan dan ketidak lengkapan Hasil Penelitian ini, penulis

berharap sumbangsih dan saran, kritik dan masukan untuk penyempurnaan

Hasil Penelitian ini. Semoga semua apa yang telah dikerjakan penulis menjadi

amal yang bermanfaat bagi upaya peningkatan kesehatan masyarakat, serta

dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Mandala Waluya.


Kendari, September 2022

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…......................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR…...................................................................................viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................ix
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN...................................................x
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................8
1.5 Kebaruan Penelitian............................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Umum Variabel Independen...….............................................13
2.2 Tinjauan Umum Variabel Dependen…...................................................36

BAB III KERANGKA KONSEP


3.1 Dasar Pikir Penelitian........................................................................44
3.2 Bagan Kerangka Konsep Penelitian...................................................45
3.3 Variebel Penelitian.............................................................................46
3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif......................................46

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Jenis dan Desain Penelitian.................................................................
4.2 Waktu dan lokasi penelitian................................................................
4.3 Populasi dan Sampel...........................................................................
4.4 Sumber Dan Metode Pengumpulan Data...........................................
4.5 Pengolahan Data.................................................................................
4.6 Penyajian Data....................................................................................
4.7 Analisis Data......................................................................................
4.8 Etika Penelitian...................................................................................

BAB V HASIL PENELITIAN


5.1 Hasil Penelitian....................................................................................
5.2 Pembahasan..........................................................................................

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan.........................................................................................
6.2 Saran...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Skema Penyebaran Penyakit Melalui Tinja.........................................
2. Bagan Kerangka Konsep Penelitian....................................................
DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1. Kebaruan Penelitian…....................................................................................
2. Tabel Kotigensi (2x2).....................................................................................
3. Distribusi Penduduk Menurut Jumlah KK dan Jumlah Penduduk.................
4. Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Puuwatu Kecamatan Puuwatu.........
5. Tenaga Kesehatan Puskesmas Puuwatu Kecamatan Puuwatu.........................
6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Klasifikasi Umur......................
7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin..........................
8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan...............................
9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan..................................
10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Diare.........................
11. Distribusi Frekuensi Sarana Air Bersih Responden........................................
12. Distribusi Frekuensi Pengelolaan Tempat Sampah Responden......................
13. Distribusi Frekuensi Sarana Jamban Keluarga Responden.............................
14. Distribusi Frekuensi Higiene dan Sanitasi Makanan Responden....................
15. Hasil Analisis Frekuensi Responden Sarana Air bersih...................................

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN


Simbol :

> : Lebih Besar


< : Lebih Kecil
= : Sama Dengan
C : Celcius
% : Persen
n : Besar Sampel
N : Besar Populasi

Singkatan :

1. Dinkes : Dinas Kesehatan


2. Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
3. KLB : Kejadian Luar Biasa
4. HIV : Human Immunodeficiency Virus
5. AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome
6. UMW : Universitas Mandala Waluya
7. Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
8. CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun
9. FAO : Food and Agriculture Organization
10. E.Coli : Escherichia coli
11. Riskesdas :

13. Kepmenkes RI : Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia
14. Permenkes RI : Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia
15. WHO : World Health Organization
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Permintaan menjadi Responden Penelitian

Lampiran 2. Lembar Persetujuan menjadi Responden Penelitian

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

Lampiran 4. Hasil Analisis SPSS

Lampiran 5. Master Tabel Penelitian

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Dari Universitas Mandala Waluya


Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Dari Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Kendari

Lampiran 8. Surat Izin Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 10. Daftar Riwayat Hidup

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan lingkungan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan

kesehatan masyarakat, sala satu masalah kesehatan lingkungan adalah sanitasi

yang buruk (Depkes, 2010). Pebaikan sanitasi termasuk dalam target

perbaikan di Indonesia untuk mencapai Sustainable Development Goals

(SDG’s) tahun 2030, Saat ini masih menjadi kendala karena kurang kesadaran
masyarakat akan sanitasi lingkungan seperti masalah buang air besar

sembarangan, pengelolahan limbah rumah tangga, serta pengolahan air bersih

dan sampah (Kemenkes RI, 2015). Sanitasi yang buruk dapat menyebabkan

penyakit. Salah satu penyakit yang dapat disebabkan oleh sanitasi lingkungan

yang buruk adalah diare. Kurangnya kebersihan dapat menyebabkan penyakit.

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh sanitasi yang buruk adalah diare.

Diare merupakan penyakit endemik dengan frekuensi yang tidak biasa di

Indonesia yang dapat menyerang semua kelompok umur (Depkes,.2010).

Diare merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi

kesehatan masyarakat, karena morbiditasnya masih tinggi dan sebagai akibat

kematian terutama jika pengobatannya terlambat. Diare adalah penyakit yang

ditandai dengan perubahan bentuk, konsistensi tinja melembek sampai cair,

dan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya 3 kali atau lebih dalam

sehari, (Mega, 2020).

Faktor resiko diare yang paling sering diteliti adalah faktor lingkungan yang

meliputi sarana air bersih, sanitasi lingkungan, jamban, maupun kondisi

rumah. Sanitasi yang buruk dapat menyebabkan berkembangnya bakteri

sehingga menimbulkan banyak masalah kesehatan (Kemenkes, 2017). Sanitasi

lingkungan yang buruk merupakan faktor dominan dalam terjadinya penyakit

diare, karena apabila lingkungan tersebut tidak sehat maka membuat perilaku

manusia tidak sehat pula dan dengan mudah penyakit tersebut menyerang

manusia tersebut (Astuti, 2015).


Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan global

terutama di negara berkembang. Beratnya masalah tersebut tercermin dari

tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan

bahwa 4 miliar kasus diare terjadi di seluruh dunia pada tahun 2000, dan 2,2

juta di antaranya meninggal, sebagian besar menderita diare pada anak di

bawah usia 5 tahun. Ini sama dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik atau 20

kecelakaan truk berat per hari. Di Indonesia, diare masih menjadi salah satu

masalah kesehatan masyarakat yang utama. Memang morbiditasnya tetap

tinggi dan menyebabkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, dan

sering menyebabkan kejadian Luar Biasa (KLB) (Mega Pur, 2020).

Menurut Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, diare merupakan salah

satu penyakit lingkungan, dengan tiga faktor dominan yaitu sarana air minum,

pembuangan.tinja,.pembuangan.limbah..serta..pengelolaan.dan.penangananya.

.Ketiga faktor tersebut akan berinteraksi dengan perilaku buruk manusia,

sehingga menimbulkan kejadian diare,..Ditinjau dari sudut kesehatan

lingkungan, kotoran manusia merupakan masalah yang sangat penting.

Pembuangan tinja yang tepat merupakan kebutuhan kesehatan prioritas.

Pembuangan tinja yang tidak tepat dan sembarangan dapat mencemari air dan

tanah serta menjadi sumber penyakit dan bahaya kesehatan, karena penyakit

yang diklasifikasikan sebagai penyakit yang ditularkan melalui air (Raharjo,

2005).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

416/MenKes/Per/IX/1990 yang dimaksud air bersih adalah air bersih yang


digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat

kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Pemerintah indosesia

memiliki suatu program kegiatan sebagai tanggung jawab untuk memberikan

pelayanan dasar kepada masyarakat termasuk pelayanan air minum dan

sanitasi yang Dinamakan PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Berbasis Masyarakat) (Alamsyah, 2013).

Sampah Seringkali menjadi permasalahan yang rumit bagi masyarakat.

Ketidakdisplinan mengenai kebersihan dapat menciptakan suanana semrawut

akibat timbunan sampah. Begitu banyak kondisi tidak menyenangkan akan

muncul, seperti bau tidak sedap, lalat beterbangan, dan gangguan berbagai

macam penyakit (Muliawati, 2013). Jamban Merupakan salah satu kebutuhan

utama manusia, pembuatan jamban merupakan salah satu upaya manusia

untuk memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup yang

bersih dan sehat. Dalam pembuatan jamban, Sedapat mungkin harus

diusahakan agar jamban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu,

konstruksi jamban yang kokoh dan biaya yang terjangkau juga perlu

dipikirkan dalam membuat Jamban (Alamsyah, 2013).

Hygene atau higiene makanan ialah upaya untuk mengendalikan faktor

makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang bisa atau mungkin dapat

menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan yang berasal dari makanan

tertentu (Kepmenkes RI No. 1098, 2003). Sanitasi Makanan yang buruk dapat

menimbulkan gangguan kesehatan pada orang yang mengkonsumsinya.

Gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat makanan dapat dikelompokkan


menjadi keracunan makanan, dan penyakit bawaan makanan (Alamsyah,

2013). Mikroorganisme yang menjadi salah satu penyebab diare adalah

Escherichia coli atau yang sering disebut E.coli merupakan bakteri yang

secara normal berada pada tubuh manusia maupun hewan berdarah panas

khusunya pada saluran pencernaan. Bakteri ini akan menjadi patogen apabila

jumlahnya meningkat pada saluran pencernaan atau apabila bakteri ini berada

diluar usus (Sanjaya, 2013). E.coli adalah bakteri dengan jenis spesies gram

negatif, berbentuk batang pendek (coccobasil) dan dapat bergerak

menggunakan flagella. E.coli juga menjadi indikator sanitasi makanan dan

minuman karena keberadaan E.coli pada pada makanan dan minuman

menunjukkan sanitasi yang tidak baik dan merupakan indikasi terjadinya

kontaminasi tinja manusia pada air. E.coli yang terdapat pada makanan dan

minuman dapat menimbulkan gejala penyakit seperti diare, kholera,

gastroenteritis dan beberapa penyakit saluran pencernaan lainnya (Kurniadi,

2013).

Hasil Riskesdas Sultra Pada Tahun 2018, Menunjukkan Bahwa Prevalensi

Diare Menurut Kab/Kota Adalah sebanyak 22. 982 orang, Prevalensi Diare

menurut Kab/Kota Diatas Menunjukkan bahwa Kasus Diare Tahun 2018,

Dengan Jumlah Kasus Diare Tertinggi Pada Kota Kendari (3.297) Sedangkan,

Jumlah Kasus Diare Terendah Pada Konawe Kepulauan (292). Dari Hasil

Prevalensi Diare Menurut Karakteristik Diatas Menunjukkan Bahwa Kasus

Diare Tahun 2018, Kelompok Umur Pada Jumlah Kasus Diare yang tertinggi

adalah Kelompok Umur 5 – 14 (5.071 Kasus), Jenis Kelamin adalah Laki-laki


(11.511 Kasus), Pendidikan adalah Tamat SLTA/MA (4.509 Kasus),

Pekerjaan adalah Tidak bekerja (5.020 Kasus), Dan Lingkungan Tempat

Tinggal yaitu Pedesaan (14.178 Kasus).

Puskesmas Puuwatu Merupakan Salah satu Wilayah Kerja Yang memiliki

Kasus Diare yang sangat tinggi dari Semua Kecamatan Kota Kendari,

Terjadinya Kasus diare Dimulai pada 3 Tahun Sebelumnya yaitu 2019,

Cakupan Pelayanan Diare Sebanyak 89.55% (Profil Kesehatan Kota Kendari,

2019). Data yang diperoleh dari Puskesmas Puuwatu menunjukkan bahwa

Pada Tahun 2019 Sebanyak (883 Kasus), Tahun 2020 Sebanyak (473 Kasus),

Dan pada Tahun 2021 (669 Kasus). (Profil Puskesmas Puuwatu Kota Kendari

2021).

Berdasarkan data yang diperoleh diatas, Menunjukkan bahwa kasus diare

Pada wilayah Kerja puskesmas Puuwatu masih sangat tinggi. Dikarenakan

Sebagian besar Masyarakat di sekitar Kecamatan Puuwatu, Masih memiliki

kekurangan Terhadap Sanitasi Lingkungan yang berdampak pada penyakit

diare, Seperti Kondisi Lingkungan sekitar rumah tempat tinggal yang masih

saja terlihat kurang seperti Belum memiliki Tempat Sampah, dan Sumber air

bersih yang masih sangat kurang, Serta Sarana Jamban Keluarga yang tidak

memadai dan Kondisi Dapur yang masih saja terlihat kotor dan jarang

dibersihkan. Perilaku masyarakat juga dapat mempengaruhi terjadinya Diare,

Seperti tidak selalu mencuci tangan sebelum makan dan minum, Cara

pengolahan makanannya juga sangat mempengaruhi, Serta Membiarkan


makanan selalu tidak tertutup Dan Membuat makanan itu berkerumunan

dengan lalat, Sehingga tidak layak untuk dimakan. Dan pengetahuan yang

kurang dapat mempengaruhi terjadinya Penyakit Diare.

Data distribusi kasus diare menurut Dinas Kesehatan Kota Kendari tahun

2021, Peringkat tertinggi terjadinya diare di Kota kendari adalah Puskesmas

Puuwatu (669 kasus), Puskesmas Abeli (239), Puskesmas Poasia (227 kasus),

Puskesmas Mekar (172 kasus), Puskesmas Labibia (161 kasus), Puskesmas

Lepo-lepo (153 kasus) Dan Puskesmas Jati Raya (136 kasus).

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, penulis sangat tertarik dengan judul

penelitian “ Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit

Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, Maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah :

1) Apakah ada hubungan Sarana Air Bersih dengan kejadian diare pada

wilayah kerja Puskesmas Puuwatu Kendari?

2) Apakah ada hubungan Pengelolaan Sampah dengan kejadian diare pada

wilayah kerja Puskesmas Puuwatu Kendari?


3) Apakah ada hubungan Sarana Jamban keluarga dengan kejadian diare pada

wilayah kerja Puskesmas Puuwatu Kendari?

4) Apakah ada hubungan Higiene dan Sanitasi Makanan dengan kejadian

diare pada wilayah kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk tujuan secara umum pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui

Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada

Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara sarana air bersih dengan kejadian

diare Pada Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari.

2. Untuk mengetahui hubungan antara pengelolaan tempat sampah

dengan kejadian diare Pada Wilayah Kerja Puskesmas puuwatu Kota

Kendari.

3. Untuk mengetahui hubungan antara kepemilikan jamban dengan

kejadian diare Pada Wilayah Kerja Puskesmas puuwatu Kota Kendari.

4. Untuk mengetahui hubungan antara Higiene dan Sanitasi Makanan

dengan kejadian diare Pada Wilayah Kerja Puskesmas puuwatu Kota

Kendari.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa di dapatkan pada penelitian ini adalah Sebagai Berikut :

a. IPTEK
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang hubungan

antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada suatu

instansi kesehatan seperti Dinas yang dapat digunakan sebagai

dasar perencanaan untuk menciptakan program penanggulangan

penyakit diare.

b. Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan Dapat dijadikan bahan pustaka,

Acuan dan dapat dijadikan Arsip pada puskesmas, serta dapat

digunakan sebagai perencanaan dan menentukan intervensi dalam

program penanggulangan kejadian diare.

c. Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menambah bahan pustaka, dan acuan

untuk kepada peneliti selanjunya, serta dapat dijadikan koleksi

pustaka yang tujuannya untuk saran dan masukan yang relevan

dengan penelitian ini khususnya untuk mahasiswa Jurusan

Kesehatan Masyarakat.

d. Masyarakat

Memberikan masukan dan informasi kepada masyarakat tentang

sanitasi lingkungan yang berakibat dapat menyebabkan penyakit

diare sehingga masyarakat dapat melakukan pencegahan terhadap

penyakit diare.
1.5 Kebaruan Penelitian

Tabel 1. Kebaruan Penelitian

No Nama Peneliti Dan Judul Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun penelitian

1. Faktor Yang Yaitu Jenis Judul, desain


Fatmawati, 2015 Mempengaruhi Kejadian penelitian ini penelitian dan
Diare Anak Usia 3-6 adalah penelitian Metode penelitian,
Tahun di TK Raudhatul analitik deskriptif jumlah sampel
Athfal Alauddin dengan Gabungan berbeda, waktu,
Makassar Desain Cross tempat penelitian,
Sectional study serta teknik
pengambilan
sampel.

Persamaan pada
Judul,
penelitian ini yaitu
Desain dan Metode
ada pada Jenis
Faktor-Faktor Yang Penelitian Teknik
penelitian
Berhubungan Dengan Pengambilan
2. Menggunakan
Sitti Munawarah, 2016 Kejadian Diare Pada Sampel serta Waktu
Cross Sectional
Anak Usia 4-6 Tahun dan Tempat
dengan uji
Penelitian
statistik chi
square.
Perbedaannya yaitu
Hubungan Sanitasi pada judul Metode
Persamaan pada
Lingkungan Dengan dan Desain
penelitian ini yaitu
Kejadian Diare Pada Penelitian
Desain penelitian
3. Azmi Dan Herlina Anak Balita Di Wilayah Teknik
Deskriptif, Dan
Yusuf, 2018 Kerja Puskesmas Pengambilan
Metode Cross
Bambaira Kabupaten Sampel Serta
sectional.
Pasangkayu Waktu dan Tempat
Penelitian
Persamaan ada
pada jenis Perbedaannya ada
penelitian yang Pada judul, Metode
Hubungan Perilaku Cuci dimana jenis dan Desain
Tangan Terhadap penelitian Penelitian
4. Alif Nurul Rosyidah, Kejadian Diare Pada kuantitatif dengan Teknik
2019 Siswa di Sekolah Dasar desain deskriptif Pengambilan
Negeri Ciputat 02 correlation yang Sampel Serta
menggunakan Waktu dan Tempat
pendekatan cross Penelitian
sectional.
5. Hubungan Sanitasi Penelitian ini Perbedaannya,
Henny Arwina Bangun Dasar Dengan Kejadian merupakan judul, Metode dan
Dan Hestina, 2020 Diare Pada Balita Di penelitian Desain Penelitian
Desa Durian Kecamatan deskriptif dengan Teknik
Pantai Labu Kabupaten pendekatan Pengambilan
Deli Serdang kuantitatif. Sampel Serta
Desain penelitian Waktu dan Tempat
ini menggunakan Penelitian
cross sectional

Metode yang Judul, Desain dan


Pengaruh Sanitasi digunakan adalah Metode
Makanan dan menggunakan penelitian.Tidak
6. Dion Pardameian Kontaminasi Bakteri studi literatur dari menggunakan
Hutasoit, 2020 Escherichia coli berbagai jurnal sampel dan tidak
Terhadap Penyakit Diare internasional ada memiliki tempat
maupun nasional. penelitian

Perbedaannya,
Persamaan pada judul, Metode dan
Gambaran Faktor penelitian ini Desain Penelitian
Penyebab Kejadian menggunakan Teknik
7. AKBID Bina Sehat Diare Pada Balita Di jenis penelitian Pengambilan
Nusantara Bone, 2021 Wilayah Kerja Uptd deskriptif dengan Sampel Serta
Puskesmas Sibulue pendekatan cross- Waktu dan Tempat
sectional Penelitian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Variabel Independen

2.1.1. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status

kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut

antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja),

penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembungan air kotor (air limbah),

kandang dan sebagainya (Anwar, 1999). Sanitasi lingkungan mengutamakan

pencegahan terhadap faktor lingkungan sedemikian rupa sehingga munculnya


penyakit akan dapat dihindari. Usaha sanitasi dapat berarti pula suatu usaha

untuk menurunkan jumlah bibit penyakit yang terdapat di lingkungan

sehingga derajat kesehatan manusia terpelihara dengan sempurna (Azwar,

1990).

Menurut WHO, sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan semua faktor

lingkungan fisik manusia yang dapat menyebabkan atau dapat membahayakan

perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia (Umar,

2003). Sanitasi juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk

meningkatkan dan memelihara kondisi lingkungan dasar yang mempengaruhi

kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut meliputi akses terhadap air bersih dan

aman; efisiensi penggunaan limbah manusia, hewan dan industri,

perlindungan makanan terhadap kontaminasi biologis dan kimia, udara bersih

dan aman; Rumah bersih dan aman. Berdasarkan pengertian tersebut, sangat

jelas bahwa tujuan sanitasi adalah untuk memenuhi syarat lingkungan yang

bersih dan nyaman. Lingkungan yang tidak sehat dapat menjadi sumber

berbagai penyakit yang mengancam kesehatan manusia. Akhirnya, ketika

kesehatan masyarakat menurun, kesejahteraan masyarakat juga menurun. Oleh

karena itu, upaya perbaikan lingkungan sangat penting untuk meningkatkan

taraf hidup (Setiawan, 2008).

Sanitasi lingkungan sangat menekankan pada pemantauan dan pengendalian

faktor lingkungan manusia seperti:

a. Penyediaan Air bersih dapat memastikan bahwa air yang digunakan

masyarakat bersih dan sehat.


b. Pembuangan kotoran manusia, limbah dan sampah.

c. Individu dan masyarakat terbiasa hidup sehat dan bersih.

d. Higiene Makanan menjamin bahwa makanan aman, bersih dan sehat.

e. Arthropoda, hewan pengerat, dan mikroorganisme pengerat lainnya.

f. Kondisi udara yang bebas dari bahan-bahan yang berbahaya bagi

manusia.

g. Pabrik, kantor, dan sebagainya bebas dari bahaya ataupula kecelakaan

kerja diakibatkan oleh sanitasi lingkungan yang buruk.

Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan

untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang

mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut

mencakup.:

A. Sarana Air Bersih

Air merupakan sumber daya mutlak yang harus ada bagi kehidupan. Ini

dibuktikan dengan adanya air dalam tubuh organisme, tubuh manusia

terdiri dari sekitar 70% air, karena air adalah pelarut universal. Di sisi

lain, keberadaan organisme hidup di suatu badan air sangat menentukan

sifat-sifat air, baik secara kimia, fisik, maupun biologis (Soemirat, 2013).

Air bersih yang digunakan untuk air minum harus memenuhi persyaratan

tertentu sebagai berikut: Persyaratan fisik tidak berwarna, tidak berasa,

tidak berbau, jernih, dengan suhu di bawah suhu udara sehingga nyaman.

Persyaratan kimia yaitu pH netral, kandungan mineral terbatas dan tidak

ada bahan kimia atau mineral berbahaya seperti CO2, H2S, NH dll.
Persyaratan mikrobiologi khususnya tidak boleh mengandung bakteri

patogen (patogen) di luar batas yang diperbolehkan.

Bakteri patogen seperti E.coli yang dapat menyebabkan diare dan

Salmonella sp. penyebab tifus. Kedua jenis bakteri tersebut banyak

ditemukan pada kotoran manusia. Dalam kondisi normal, air tidak

memiliki kedua jenis bakteri ini. Jika diketahui mengandung bakteri

tersebut, berarti air tersebut telah tercemar kotoran manusia (Winarsih,

2009).

Dari siklus hidrologi ini dapat pula dilihat adanya berbagai sumber air

tawar yang dapat pula diperkirakan kualitas dan kuantitasnya secara

sepintas. sumber - sumber air tersebut adalah :

a. air permukaan sungai, danau dan laut

b. Air tanah menurut kedalamannya bisa disebut air tanah air tanah

dangkal atau air tanah dalam, dan

c. air luar angkasa (hujan, salju, dan es).

Kualitas sumber air yang berbeda ini sangat bervariasi sesuai dengan

kondisi alam dan aktivitas manusia di sekitarnya. Air tanah dan air

permukaan berbeda kualitasnya (Soemirat, 2011).

B. Pengelolaan Tempat Sampah

Sampah adalah suatu bahan atau benda yang sudah tidak digunakan lagi

oleh manusia, atau benda padat yang digunakan kembali dalam suatu

kegiatan manusia dan dibuang (Tribowo, 2015).


Definisi tersebut, Maka sampah tersebut dibedakan atas dasar sifat - sifat

biologi maupun kimia, sehingga mempermudah pengelolaannya, sebagai

berikut :

1. Sampah yang dapat membusuk seperti sisa makanan, daun, sampah

kebun, pertanian dan lainnya.

2. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, gelas, logam dan

lainnya.

3. sampah yang berupa debu/abu, dan

4. sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah sampah

berasalkan industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisik

berbahaya (Soemirat, 2013).

Menurut Azwar (1979) tempat pembuangan sampah harus memenuhi

syarat yaitu :

a. Tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber lain yang

digunakan oleh manusia (mandi, mencuci, dan sebagainya)

b. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir

c. Di tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia, jarak yang

dipakai sebagai pedoman adalah sekitar 2 km dari perumahan

penduduk atau sekitar 15 km dari laut (Tribowo, 2015).

C. Sarana Jamban Keluarga

Jamban adalah salah satu alat kebersihan dasar manusia yang dibutuhkan

setiap rumah untuk menjaga kesehatan di dalam rumah, yang digunakan


sebagai tempat pembuangan kotoran manusia, terdiri dari jongkok atau

tempat duduk dengan atau tanpa leher angsa dan saluran pembuangan.

dan alat pengumpul air untuk membersihkannya. Pruverawati, 2012).

Menurut Madjid (2009) jamban adalah bangunan yang digunakan untuk

membuang kotoran atau feses manusia yang sering disebut jamban.

Menurut Chandra (2007), toilet sangat berguna bagi manusia dan

merupakan bagian dari kehidupan manusia karena toilet ataupula jamban

dapat mencegah penyebaran berbagai penyakit manusia yang tidak

ditangani dengan baik. Sebaliknya jika pembuangan tinja disembarangan

tempat, maka dapat mencemari air, tanah dan menjadi sumber infeksi dan

membahayakan kesehatan karena penyakit yang tergolong penyakit air

seperti diare, kolera dan penyakit kulit mudah menyebar.

Yang dimaksud dengan kotoran disini adalah feses atau najis manusia.

Feses manusia selalu dipandang sebagai benda yang membahayakan

kesehatan, sebagai sumber penularan penyakit perut. Di dalam kotoran

manusia dapat terdapat berbagai macam bibit penyakit perut serta

berbagai macam cacing. Dengan bertambahnya penduduk yang tidak

sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran

manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah

pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok untuk sedini

mungkin diatasi. Karena kotoran manusia (feses), adalah sumber

penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang

bersumber pada feses dapat melalui berbagai macam jalan atau cara. Hal
ini dapat diilustrasikan pada gambar berikut ini.

Gambar 1.Skema Penyebaran Penyakit Melalui Tinja

Dari gambar tersebut nampak bahwa peranan tinja dalam penyebaran

penyakit jelas. Disamping dapat mengkontaminasi makanan/minuman

secara langsung, air, tanah, anggota badan, dan lalat juga terkontaminasi

oleh tinja (Priyoto, 2015).

Menurut Depkes RI (2009), Jamban keluarga sehat adalah jamban yang

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung

berjarak 10-15 meter dari sumber air minum.

b) Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.

c) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan

berwarna.

d) Penerangan dan ventilasi cukup

e) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun

tikus.

f) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga


tidak mencemari tanah di sekitarnya.

g) Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan

h) Lantai kedap air

i) Ventilasi cukup baik

j) Tersedia air dan alat pembersih.

k) Murah dapat diterima pemakainya

D. Higiene Dan Sanitasi Makanan

1. Definisi Dan Prinsip

Sanitasi Makanan adalah salah satu upaya preventif yang

menitikberatkan pada kegiatan dan prosedur yang diperlukan untuk

membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang

merugikan, mulai sebelum persiapan makanan, penanganan,

penyimpanan, pengangkutan, hingga makanan dan minuman tersebut jadi.

publik atau konsumen. Tujuan dari sanitasi makanan ini adalah untuk

menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari

penyakit akibat makanan yang tidak layak serta tidak memenuhi syarat
dan mencegah penjualan makanan yang merugikan pembeli (Prabu,

2008).

Higiene sanitasi makanan dan minuman adalah upaya pengendalian

tempat, peralatan, orang dan faktor makanan yang dapat atau

kemungkinan besar dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan

keracunan makanan (Sari.Nurmala,.2012). Khusus untuk pengolahan

makanan harus memperhatikan kaidah cara pengolahan makanan yang

baik yaitu sebagai berikut :

1. Pemilihan bahan makanan

a) Bahan makanan mentah (segar) yaitu makanan yang perlu

pengolahan sebelum dihidangkan seperti :

1) Daging, susu, telor, ikan/udang, buah dan sayuran harus dalam

keadaan baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna

dan rasa, serta sebaiknya berasal dari tempat resmi yang

diawasi.

2) Jenis tepung dan biji-bijian harus dalam keadaan baik, tidak

berubah warna, tidak bernoda dan tidak berjamur.

3) Makanan fermentasi yaitu makanan yang diolah dengan

bantuan Mikroba seperti ragi atau cendawan, harus dalam

keadaan baik, tercium aroma fermentasi, tidak berubah

warna, aroma, rasa serta tidak bernoda dan tidak berjamur.

b) Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dipakai harus memenuhi

persyaratan sesuai peraturan yang berlaku.


c) Makanan olahan pabrik yaitu makanan yang dapat langsung

dimakan tetapi di gunakan untuk proses pengolahan makanan

lebih lanjut yaitu:

1) Makanan dikemas :

a) Mempunyai label dan merk

b) Terdaftar dan mempunyai nomor daftar

c) Kemasan tidak rusak/pecah atau kembung

d) Belum kadaluwarsa

e) Kemasan digunakan hanya untuk satu kali penggunaan

2) Makanan tidak dikemas

a) Baru dan segar

b) Tidak basi, busuk, rusak atau berjamur

c) Tidak mengandung bahan berbahaya

2. Penyimpanan bahan makanan

a) Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari

kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan

hewan lainnya maupun bahan berbahaya.

b) Penyimpanan harus memperhatikan prinsip First In First Out (FIFO)

dan First Expired First Out (FEFO) yaitu bahan makanan yang

disimpan terlebih dahulu dan yang mendekati masa kadaluarsa

dimanfaatkan/digunakan lebih dahulu.

c) Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan

makanan contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan


dalam lemari pendingin dan bahan makanan kering disimpan

ditempat yang kering dan tidak lembab.

d) Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu dengan

baik.

e) Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm

f) Kelembaban penyimpanan dalam ruangan : 80% – 90%

g) Penyimpanan bahan makanan olahan pabrik makanan dalam kemasan

tertutup disimpan pada suhu + 10 0C.

h) Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan

ketentuan sebagai berikut :

1) Jarak bahan makanan dengan lantai : 15 cm

2) Jarak bahan makanan dengan dinding : 5 cm

3) Jarak bahan makanan dengan langit-langit : 60 cm

3. Pengolahan makanan

Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan

mentah menjadi makanan jadi/masak atau siap santap, dengan

memperhatikan kaidah cara pengolahan makanan yang baik yaitu:

a. Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi

persyaratan teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko

pencemaran terhadap makanan dan dapat mencegah masuknya lalat,

kecoa, tikus dan hewan lainnya.

b. Menu disusun dengan memperhatikan :

1) Pemesanan dari konsumen


2) Ketersediaan bahan, jenis dan jumlahnya

3) Keragaman variasi dari setiap menu

4) Proses dan lama waktu pengolahannya

5) Keahlian dalam mengolah makanan dari menu terkait

c. Pemilihan bahan sortir untuk memisahkan/membuang bagian bahan

yang rusak/afkir dan untuk menjaga mutu dan keawetan makanan

serta mengurangi risiko pencemaran makanan.

d. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan priori-

tas dalam memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus

higienis dan semua bahan yang siap dimasak harus dicuci dengan air

mengalir

e. Peralatan :

1) Peralatan yang kontak dengan makanan :

a. Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan

tara pangan (food grade) yaitu peralatan yang aman dan tidak

berbahaya bagi kesehatan.

b. Lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam /

basa atau garam yang lazim terdapat dalam makanan dan tidak

mengeluarkan bahan berbahaya dan logam berat beracun seperti,

a. Timah Hitam (Pb)

b. Arsenikum (As)
c. Tembaga (Cu)

d. Seng (Zn)

e. Cadmium (Cd)

f. Antimon (Stibium)

g. dan lain-lain

c. Talenan terbuat dari bahan selain kayu, kuat dan tidak melepas

bahan beracun.

2) Wadah penyimpanan makanan

a. Wadah yang digunakan harus mempunyai tutup yang dapat

menutup sempurna dan dapat mengeluarkan udara panas dari

makanan untuk mencegah pengembunan (kondensasi).

b. Terpisah untuk setiap jenis makanan, makanan jadi/masak serta

makanan basah dan kering.

f. Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan menyiapkan semua

peralatan yang akan digunakan dan bahan makanan yang akan diolah

sesuai urutan prioritas.

g. Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena setiap bahan

makanan mempunyai waktu kematangan yang berbeda. Suhu pen-

golahan minimal 9000C agar kuman patogen mati dan tidak boleh

terlalu lama agar kandungan zat gizi tidak hilang akibat penguapan.

1) Dahulukan memasak makanan yang tahan lama seperti goreng-

gorengan yang kering.

2) Makanan rawan seperti makanan berkuah dimasak paling akhir.


3) Simpan bahan makanan yang belum waktunya dimasak Pada

kulkas/lemari es.

4) Simpan makanan jadi/masak yang belum waktunya Dihidangkan

dalam keadaan panas.

5) Perhatikan uap makanan jangan sampai masuk ke dalam Makanan

Karena akan menyebabkan kontaminasi ulang.

6) Tidak menjamah makanan jadi/masak dengan tangan tetapi Harus

menggunakan alat seperti penjepit atau sendok.

7) Mencicipi makanan menggunakan sendok khusus yang Selalu

dicuci.

i. Higiene penanganan makanan :

1) Memperlakukan makanan secara hati - hati dan seksama sesuai

dengan prinsip higiene sanitasi makanan.

2) Menempatkan makanan dalam wadah tertutup dan Menghindari

penempatan makanan terbuka dengan tumpang - tindih karena

akan mengotori makanan dalam wadah di bawahnya.

4. Penyimpanan makanan jadi/masak

a. Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dar rasa, bau,

berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya cemar-

aran lain.
b. Memenuhi persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang ber-

laku.

1. Angka kuman E.coli pada makanan harus 0/gr contoh makanan

2. Angka kuman E.coli pada minuman harus 0/gr contoh minuman

c. Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida, tidak boleh

melebihi ambang batas yang di perkenankan menurut ketentuan yang

berlaku.

d. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip First in First out (FIFO)

dan First expired First out (FEFO) yaitu makanan yang disimpan

terlebih dahulu dan yang mendekati masa kedaluwarsa dikonsumsi

lebih dahulu.

e. Tempat atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis

makanan jadi dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna

tetapi berventilasi yang dapat mengeluarkan uap air.

f. Makanan jadi tidak dicampur dengan bahan makanan mentah.

g. Penyimpanan makanan jadi harus memperhatikan suhu dengan

baik dan benar.

5. Pengangkutan makanan

a. Pengangkutan bahan makanan

1) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).

2) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut bahan makanan yang


higienis.

3) Bahan makanan tidak boleh diinjak, dibanting dan diduduki.

4) Bahan makanan yang selama pengangkutan harus selalu dalam

Keadaan dingin, diangkut dengan menggunakan alat pendingin

sehingga bahan makanan tidak rusak seperti daging, susu cair

dan sebagainya.

b. Pengangkutan makanan jadi/masak/siap santap

1) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).

2) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan jadi/masak

dan harus selalu higienis.

3) Setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing Dan

bertutup.

4) Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya memadai

dengan jumlah makanan yang akan ditempatkan.

5) Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadi uap makanan yang

mencair (kondensasi).

6. Penyajian makanan

a. Makanan dinyatakan layak santap apabila telah dilakukan uji

organoleptik dan uji biologis dan uji laboratorium dilakukan bila

ada kecurigaan.

1) Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara

meneliti dan menggunakan 5 (lima) indera manusia yaitu


dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur, keempukan),

mencium (aroma), mendengar (bunyi misal telur), menjilat

(rasa). Apabila secara organoleptik baik maka makanan

dinyatakan laik santap.

2) Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara

sempurna dan apabila dalam waktu 2 (dua) jam tidak terjadi

tanda – tanda kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman.

3) Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat

cemaran makanan baik kimia maupun mikroba. Untuk

pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan yang diambil

mengikuti standar / prosedur yang benar dan hasilnya

dibandingkan dengan standar yang telah baku.

b. Tempat penyajian Perhatikan jarak dan waktu tempuh dari tempat

pengolahan makanan ke tempat penyajian serta hambatan yang

mungkin terjadi selama pengangkutan karena akan mempengaruhi

kondisi penyajian.

c. Cara penyajian

Penyajian makanan jadi/siap santap banyak ragam tergantung dari

pesanan konsumen yaitu :

1.) Penyajian meja (table service) yaitu penyajian di meja secara

bersama, umum nya untuk acara keluarga atau pertemuan

kelompok dengan jumlah terbatas 10 sampai 20 orang.


2.) Prasmanan (buffet) yaitu penyajian terpusat untuk semua Jenis

makanan yang di hidangkan dan makanan dapat dipilih sendiri

untuk dibawa ke tempat masingmasing.

3.) Saung (ala carte) yaitu penyajian terpisah untuk setiap jenis

makanan dan setiap orang dapat mengambil makanan sesuai

dengan kesukaannya.

4.) Dus (box) yaitu penyajian dengan kotak kertas atau kotak

plastik yang sudah berisi menu makanan lengkap termasuk air

minum dan buah yang biasanya untuk acara makan siang.

5.) Nasi bungkus (pack/wrap) yaitu penyajian makan dalam satu

campuran menu (mix) yang dibungkus dan siap santap.

6.) Layanan cepat (fast food) yaitu penyajian makanan dalam satu

rak makanan (food counter) di rumah makan dengan cara

mengambil sendiri makanan yang dikehendaki dan membayar

sebelum makanan tersebut dimakan.

7.) Lesehan yaitu penyajian makanan dengan cara hidangan

dilantai atau meja rendah dengan duduk di lantai dengan menu

lengkap.

d. Prinsip penyajian

1.) Wadah yaitu setiap jenis makanan di tempatkan dalam wadah

terpisah,tertutup agar tidak terjadi kontaminasi silang dan dapat

memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat

kerawanan makanan.
2.) Kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi

(makanan berkuah) baru di campur pada saat menjelang

dihidangkan untuk mencegah makanan cepat rusak dan basi.

3.) Pemisah yaitu makanan yang ditempatkan dalam wadah yang

sama seperti dus atau rantang harus dipisah dari setiap jenis

makanan agar tidak saling campur aduk.

4.) Panas yaitu makanan yang harus disajikan panas diusahakan

Tetap dalam keadaan panas dengan memperhatikan suhu

makanan, sebelum ditempatkan dalam alat saji panas (food

warmer / bean merry) makanan harus berada pada suhu >

6000C.

5.) Bersih yaitu semua peralatan yang digunakan harus higienis,

utuh, tidak cacat atau rusak.

6.) Handling yaitu setiap penanganan makanan maupun alat

makan tidak kontak langsung dengan anggota tubuh ter-

utama tangan dan bibir.

7.) Edible part yaitu semua yang disajikan adalah makanan yang

dapat dimakan, bahan yang tidak dapat dimakan harus di

singkirkan.

8.) Tepat penyajian yaitu pelaksanaan penyajian makanan harus

tepat sesuai dengan seharusnya yaitu tepat menu, tepat waktu,

tepat tata hidang dan tepat volume (sesuai jumlah).

2. Makanan Jajanan
Makanan jajanan Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) yang

dikutip oleh Puspitasari (2013) makanan jajanan adalah makanan dan

minuman yang disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di pinggir jalan,

tempat umum atau tempat lainnya, yang terlebih dahulu sudah dipersiapkan

atau dimasak di tempat produksi, di rumah atau di tempat berjualan. Makanan

jajanan dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: Makanan utama atau

main dish, contohnya nasi rames, nasi rawon, nasi pecel, dan lain sebagainya.

Makanan snacks, contohnya kue-kue, onde-onde, pisang goreng, dan lain

sebagainya. Minuman, contohnya es teler, es buah, teh, kopi, es dawet, dan

lain sebagainya. Buah-buahan segar seperti mangga, durian, jeruk, dan lain

sebagainya (Winarno, 2004).

Kandungan gizi makanan jajanan terdiri dari :

a. Energi

Merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak,

yang berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, dan

kegiatan fisik. Kandungan energi pada makanan jajanan berkisar antara

231-1.024 kkal per porsi makanan jajanan (Winarno, 2004).

b. Protein

Protein terdiri dari asam amino. Fungsi dari protein antara lain, yaitu

sebagai pengganti jaringan yang rusak, untuk pertumbuhan serta sebagai


antibody (kekebalan tubuh). Kandungan protein pada makanan jajanan

berkisar antara 0,8-15,6 gram per porsi makanan jajanan (Winarno, 2004).

c. Lemak

Lemak banyak terdapat pada jenis makanan yang bersumber dari hewani

dan nabati. Fungsi dari lemak adalah sebagai sumber energi, pelindung

organ tubuh, pembentukan sel, sumber asam lemak essensial, memberi

rasa kenyang, lezat, dan memelihara suhu tubuh. Kandungan lemak pada

makanan jajanan berkisar antara 0,8-19,3 gram per porsi makanan jajanan

(Winarno, 2004).

d. Karbohidrat

Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon, hidrogen,

dan oksigen, terdapat dalam tumbuhan seperti beras, jagung, dan umbi-

umbian, dan terbentuk melalui proses asimilasi dalam tumbuhan. Fungsi

dari karbohidrat antara lain sebagai sumber energi utama yang diperlukan

untuk gerak, memberi rasa kenyang, pembentukan cadangan sumber

energi. Kelebihan karbohidrat dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk

lemak sebagai cadangan sumber energi yang sewaktu-waktu dapat

digunakan. Kandungan karbohidrat pada makanan jajanan berkisar antara

7,4-57,6 gram per porsi makanan jajanan (Winarno, 2004).


2.2 Tinjauan Umum Variabel Dependen

2.2.1. Definisi Diare

Menurut WHO (World Health Organization), Diare adalah kejadian buang

air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga

kali atau lebih dalam periode 24 jam. disebabkan oleh infeksi

mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit, protozoa, dan penularannya

secara fekal-oral. di katakan diare bila keluarnya tinja yang lunak atau cair

dengan frekuensi tiga kali atau lebih sehari semalam dengan atau tanpa darah

atau lendir dalam tinja (WHO, 2014).


Sedangkan menurut Kemenkes (Kementrian Kesehatan) Diare adalah suatu

penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi pada

tinja yakni lebih lembek atau lebih cair serta frekuensi buang air besar lebih

banyak dari biasanya.

2.2.2. Penyebab Penyakit Diare

Penyebab diare terutama diare yang disertai lendir atau darah (disentri) di

Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, dan

Escherichia coli. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentry,

kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan

Enteroinvasive (Depkes, 2015). Beberapa faktor epidemiologis dipandang

penting untuk mendekati pasien diare akut yang disebabkan oleh infeksi.

Makanan atau minuman yang terkontaminasi, bepergian, penggunaan

antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk penting dalam

mengidentifikasi pasien berisiko tinggi untuk diare infeksi (Kolopaking,

2002).

Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada

yang menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini beberapa

faktor penyebab diare yaitu faktor infeksi disebabkan oleh bakteri

Escherichia coli, Vibrio cholerae (kolera) dan bakteri lain yang jumlahnya

berlebihan. Faktor makanan, makanan yang tercemar, basi, beracun dan

kurang matang. Faktor psikologis dapat menyebabkan diare karena rasa

takut pada anak, cemas dan tegang dapat mengakibatkan diare kronis pada

anak (Widjaja, 2002).


Menurut Widjaja (2013) ada beberapa penyebab diare salah satunya :

1. Faktor Infeksi Jenis bakteri dan virus yang biasanya menyerang dan

menyebabkan infeksi adalah E.coli, Salmonella, Vibrio cholerae

(cholera) Shigella, Yersinia enterocolitica, Enterovirus echovirus,

retrovirus manusia seperti Agen, Rotavirus dan parasit yang

disebabkan oleh cacing (Askaris), Giardia calmbia, Crytosporidium,

jamur (Candidiasis).

2. Faktor makanan penyebab diare adalah makanan yang

terkontaminasi, basi, beracun, terlalu berlemak, mentah (sayuran) dan

kurang matang. Astuti dkk. (2011) penelitian menunjukkan bahwa

masih banyak pola perilaku yang membahayakan kesehatan ibu, salah

satunya kurang memperhatikan kebersihan makanan, seperti

menyediakan makanan di kamar kecil, menyimpan makanan,

menyimpan bahan baku dan makanan. perlindungan terhadap debu.

3. Faktor Lingkungan Menurut penelitian (Agus,..et.al 2009), diare

dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti kurangnya air bersih

dan sanitasi yang buruk, penyakit menular, penggunaan fasilitas air

yang terkontaminasi, pembuangan tinja dan cuci tangan yang tidak

memadai. . setelah buang air besar, lingkungan sekitar menjadi kotor

dan tidak dianggap bersih (Ngastiyah, 2012).

2.2.3. Tanda dan Gejala Diare

Tanda awal terjadinya penyakit diare yaitu gelisah, suhu tubuh meningkat,

nafsu makan menurun, tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai lendir
ataupun darah, anus dan daerah disekitarnya lecet karena seringnya defekasi,

tinja semakin lama semakin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang

berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama kejadian

diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat

disebabkan oleh radang lambung atau akibat gangguan asam basa dan cairan

elektrolit tubuh (Kliegman, 2006).

Gejala diare dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan kondisi dehidrasi

pasien, yaitu :

a. Diare tanpa dehidrasi, tanda-tanda diare tanpa dehidrasi bila terdapat 2

atau lebih gejala berikut :

1. Keadaan umum : Baik

2. Mata : Normal

3. Haus : Normal, minum normal

4. Turgor kulit : Kembali cepat

b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang bila terdapat 2 atau lebih gejala

berikut :

1. Keadaan umum : gelisah, mudah tersinggung

2. Mata : cekung

3. Haus : Haus, ingin banyak minum

4. Turgor kulit : Punggung pelan-pelan

c. Diare berat karena dehidrasi Diare berat karena dehidrasi, jika

terdapat 2 atau gejala berikut :

1. Keadaan umum : mengantuk, pincang atau tidak sadar


2. Mata : cekung

3. Haus : Tidak bisa minum atau terlalu malas


untuk minum

4. Turgor kulit : Luka bakar sangat lambat (lebih dari 2 detik)

2.2.4. Pencegahan Penularan Diare

Adapun beberapa upaya pencegahan diare yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Menjaga kebersihan air, sanitasi makanan dari vektor penyebar kuman

seperti lalat, kebiasaan mencuci tangan.

b. Mengkonsumsi makanan yang dimasak secara matang

c. Vaksinasi (terutama untuk wisatawan)

Kebersihan yang baik, mencuci tangan, makanan yang aman, dan akses

ke air bersih adalah faktor kunci dalam mencegah diare. Intervensi

kesehatan masyarakat untuk mempromosikan mencuci tangan saja

dapat mengurangi angka kejadian diare sekitar sepertiga persen.

Pengembangan vaksin masih menjadi prioritas tinggi untuk

pencegahan penyakit, terutama di negara berkembang. Vaksin yang

efektif dan aman ada untuk rotavirus, demam tifoid, dan kolera, dan

untuk infeksi Campylobacter, enterotoxigenic E. coli, dan Shigella

masih dalam tahap penelitian. Terjadinya wabah harus dilaporkan

kepada otoritas kesehatan masyarakat (Barr & Smith, 2014).

Sebagai tenaga kesehatan, beberapa hal yang dapat kita lakukan

seperti, mempromosikan cuci tangan dengan sabun, menyusui untuk


mengurangi pajanan terhadap air yang terkontaminasi, memberikan

tatalaksana yang tepat dengan terapi rehidrasi oral dan antibiotik,

melatih penyedia layanan kesehatan dan petugas kesehatan masyarakat

tentang pengobatan diare, mendidik ibu dan pengasuh tentang merawat

anak yang sakit dan kapan harus mencari bantuan medis, membangun

kemampuan diagnostik laboratorium dan mengidentifikasi penyebab

diare (Centers for Disease Control and Prevention, 2015).

2.2.5. Pengobatan Penyakit Diare

Pada dasarnya, pengobatan diare dikelompokkan dalam beberapa jenis

yaitu pengobatan cairan, pengobatan kausal, pengobatan simptomatik dan

pengobatan dietetik (suraatmaja, 2010).

a. Pengobatan Cairan

Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen penting dalam

terapi efektif pada diare akut (Booth, 1984). Tujuan dari terapi rehidrasi

adalah untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat

(terapi rehidrasi) kemudian menggantikan cairan yang hilang hingga

diare nya berhenti. Kehilangan cairan dapat diganti dengan melalui oral

maupun parenteral (WHO, 2009).

Terdapat dua jenis cairan yang dapat digunakan dalam pengobatan

diare yaitu Cairan Rehidrasi Oral (CRO) seperti oralit dan cairan rumah

tangga (larutan garam-gula, larutan tepung berasgaram, air tajin, air

kelapa) dan Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) seperti Ringer Laktat,

KAEN3A, KAEN3B, Asering, D5%,KCl, dan sebagainya. Keuntungan


dari cairan rehidrasi oral adalah relatif murah, tidak invasif, dan juga

dapat diberikan di rumah. Komponen utama dari CRO yaitu glukosa,

natrium, kalium, klorida dan air. Pemberian CRP dilakukan jika pasien

mengalami muntah yang hebat dan tidak memungkinkan untuk

diberikan cairan secara oral (Martin dan Jung, 2008).

b. Pengobatan Kausal

Pengobatan yang tepat terhadap kausal diare diberikan setelah

mengetahui penyebabnya yang pasti. Jika kausal ini penyakit

parenteral, dapat diberikan antibiotik sistemik. Jika tidak terdapat

infeksi parenteral, sebenarnya antibiotik baru boleh diberikan

padapemeriksan laboratorium ditemukan bakteri patogen. Karena

pemeriksaan untuk menemukan bakteri terkadang sulit atau hasil

pemeriksaan datang terlambat. Anibiotik dapat diberikan dengan

memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja dan

sebagainya. Pemberian antibiotik pada pasien hanya boleh diberikan

jika ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopis pada

biakan, ditemukan darah pada tinja pada pemeriksaan makroskopis dan

mikroskopis, didaerah endemik kholera (suraatmaja, 2010).

Sebagian besar penyakit diare tidak memerlukan pengobatan dengan

antibiotik karena pada umumnya akan sembuh sendiri (self limiting)

(Hegar dan Kadim, 2003).

c. Pengobatan simptomatik

1. Obat antidiare
Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat, seperti

antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, ekstrak belladon,

loperamid, kodein dan sebagainya) obat tersebut akan memperburuk

keadaan. Karena ketika terkena diare tubuh akan memberikan reaksi

berupa penigkatan motilitas atau pergerakan usus untuk mengeluarkan

kotoran atau racun. Antidiare akan menghambat gerakan itu sehingga

kotoran yang seharusnya dikeluarkan, akan dihambat keluar, oleh

karena itu anti diare seharusnya tidak boleh diberikan (Depkes RI,

2011).

2. Antipiretika

Obat antipiretika seperti preparat salisilat (asetosal, aspirin) dalam

dosis rendah (25 mg/tahun/kali) ternyata selain berguna untuk

menurunkan panas yang terjadi sebagai akibat dehidrasi atau panas

karena infeksi penyerta, juga dapat mengurangi sekresi cairan yang

keluar bersama tinja (Suraatmaja, 2010).

3. Stimulan

Obat-obat stimulan seperti adrenalin, nikotinamid dan sebagainya

tidak akan memperbaiki dehidrasi, karena penyebab dehidrasi ini

adalah kehilangan cairan (hypovolemic stock) sehingga pengobatan

yang paling tepat adalah pemberian cairan secepatnya (Suraatmaja,

2010).
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Dasar Pikir Penelitian

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang

mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan

sebaginya. tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi

persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya

buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu

kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, maka

kesejahteraannya juga akan berkurang. Karena itu, upaya sanitasi lingkungan


menjadi bagian penting dalam meningkatkan kesejahteraan. Kebiasaan hidup

sehat adalah gaya hidup yang lebih fokus pada kesehatan, baik itu dalam

perilaku, makanan dan sebagainya yang mengarah pada hidup lebih sehat baik

jasmani maupun rohani.

Diare adalah buang air besar dengan tinja encer atau berair dengan frekuensi

lebih sering dari biasanya (normalnya). Sehingga orang yang mengalami diare

akan lebih sering ke toilet untuk buang air besar dengan volume feses yang

lebih banyak dari biasanya. Diare dikenal juga dengan istilah mencet. Penyakit

Diare biasanya berlangsung beberapa hari dan sering sembuh atau hilang

tanpa pengobatan Akan tetapi adapula penyakit diare yang berlangsung selama

berminggu-minggu atau lebih. Atas dasar itulah penyakit diare digolongkan

menjadi diare akut dan kronis. Diare Akut adalah diare yang berlangsung

kurang dari dua minggu. Sedangkan Diare Kronis adalah diare yang

berlangsung lebih dari 2 minggu. Faktor diare Berhubungan juga dengan

Sanitasi lingkungan, Seperti Sarana Air bersih tidak memenuhi syarat, Tempat

pembuangan sampah tidak memenuhi syarat, Kondisi Sarana jamban Keluarga

yang tidak memenuhi syarat, Higiene dan Sanitasi Makanan kurang memenuhi

syarat.

3.2 Bagan Kerangka Konsep Penelitian

Pada rumusan masalah di atas, Maka bagan kerangka konsep pada penelitian

ini, Adalah sebagai berikut :

Sarana Air Bersih


Pengelolaan Tempat Kejadian
Sampah
Diare

Sarana Jamban
Keluarga

Higiene dan Sanitasi


Makanan

Ket.

= Variabel Independen

= Variabel Dependen

= Penghubung Antar-Variabel

Gambar. 2 Bagan Kerangka Konsep Penelitian

3.3 Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independen) Dalam penelitian ini adalah Sanitasi

Lingkungan yang memiliki Hubungan erat terkait dengan Kejadian Diare

Pada Semua Golongan Umur, yaitu meliputi Sarana air bersih,

Pengelolaan Tempat Sampah, Sarana Jamban Keluarga, Serta Higiene dan

Sanitasi Makanan.

2. Variabel Terikat (Dependen) Dalam penelitian ini adalah kejadian diare

Di wilayah kerja Puskesmas Puuwatu.

3.4 Definisi Operasional Dan Kriteria Obyektif


3.4.1. Kejadian Diare

a. Definisi Operasional

Diare adalah. Penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk,

konsistensi tinja melembek sampai cair, dan bertambahnya frekuensi

berak lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari)

b. Kriteria Obyektif

Diare : Jika Responden menunjukan gejala diare dengan buang air

besar 3 kali atau lebih dalam periode 24 jam atau sehari

yang mungkin disertai dengan muntah dan tinja berdarah

Tidak Menderita : Jika responden tidak menunjukan gejala Diare

dengan buang air besar 3 kali atau lebih

dalam periode 24 jam atau sehari yang mungkin

disertai dengan muntah dan tinja berdarah

3.4.2. Sarana Air Bersih

a. Definisi Operasional

Air merupakan sumber daya yang mutlak harus ada bagi

kehidupan. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan air dalam tubuh

organisme, Tubuh manusia kurang lebih 70% terdiri atas air,

Karena air merupakan pelarut yang universal.

b. Kriteria Obyektif

Memenuhi Syarat : Apabila Jenis Sarana Air bersih yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti Air

Sumur gali, Sumur Pompa, Sumur Bor dan


PAM / PDAM.

Tidak Memenuhi Syarat : Apabila Jenis Sarana Air Bersih yang di

gunakan tidak memenuhi syarat seperti Air dari

sungai / kali, Air PAM / PDAM yang keruh

dan Air Kemasan /Galon yang tidak memenuhi

syarat.

3.4.3. Pengelolaan Tempat Sampah

a. Definisi Operasional

Tempat sampah adalah wadah sementara untuk menampung

sampah yang selanjutnya nanti akan diolah .

b. Kriteria Obyektif

Memenuhi Syarat : Apabila Jenis Tempat sampah yang digunakan

untuk membuang sampah pada tempatnya

Terbuat dari bahan yang tidak mudah Rusak,

Mempunyai penutup dan Mudah dibersihkan.

Tidak Memenuhi Syarat : Apabila Jenis Tempat sampah yang

di gunakan tidak memenuhi syarat seperti

diatas.

3.4.4. Sarana Jamban Keluarga

a. Definisi Operasional

Jamban merupakan salah satu fasilitas sanitasi dasar yang dibutuhkan

dalam setiap rumah untuk mendukung kesehatan penghuninya


sebagai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas

tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa

leher angsa yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan

air untuk membersihkanya.

b. Kriteria Obyektif

Memenuhi Syarat : Apabila Lingkungan Jamban Memenuhi syarat,

Seperti Pondasi Mempunyai Dinding dan atap

pelindung, dan terjaga selalu kebersihan Jamban

serta tersedianya Sabun Khusus Pembersih Jamban

tempat pembuangan sampah di dalam WC/Toilet.

Tidak Memenuhi Syarat : Apabila Lingkungan Jamban tersebut

tidak memenuhi syarat yang ada diatas.

3.4.5. Higiene dan Sanitasi Makanan

a. Definisi Operasional
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang

menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk

membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat

mengganggu yaitu mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama

dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan sampai pada

saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk

dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen.

b. Kriteria Obyektif
Memenuhi syarat : Apabila makanan yang sehat memenuhi syarat

seperti Higienis, Tidak mengandung bahan kimia,

bahan pengawet dan pewarna buatan, Tidak

mengandung bakteri dan kuman, Memiliki

kandungan gizi yang seimbang, Serta

mengandung Bahan yang natural dan Organik

Dan alat makan maupun alat mengolah makanan

harus bersih agar nantinya tidak terjadi penularan

bakteri yang dapat menyebabkan diare.

Tidak Memenuhi syarat : Apabila Ditemukan Makanan tersebut yang

tidak memenuhi syarat seperti diatas.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif selain Deskriptif

penelitian ini dapat digabungkan dengan pendekatan kuantitatif, Desain Penelitian

yang digunakan adalah Cross Sectional Study, Tujuan pada Desain penelitian ini

yaitu untuk melihat serta mengetahui hubungan antara sanitasi lingkungan dengan

kejadian diare seperti sarana air bersih, pengelolaan tempat sampah, sarana

jamban keluarga serta Higiene dan Sanitasi Makanan.


4.2 Waktu Dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada Bulan Juli - Agustus 2022, Di Wilayah

Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di UPTD Puskesmas Puuwatu Kota Kendari

4.3 Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh objek penelitian (Arikunto, 2017). Populasi

penelitian ini adalah jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Puuwatu,

yaitu berjumlah 39.999 jiwa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang diteliti (Arikunto,

2010). Sampel penelitian ini adalah sebagian populasi pada wilayah kerja

Puskesmas Puuwatu.

Dalam menentukan jumlah sampel, pada penelitian ini menggunakan

Rumus yang digunakan adalah Rumus Slovin, Tahap – tahap untuk

menentukan sampel pada penelitian adalah sebagai berikut :

N
n = ----------------
1 + N (e2)
Keterangan :
n = Sampel
N = Populasi
e2 = Error margin = 1% atau 0,01

39.999 39.999
=> n= => n=
1+39.999 . 10 % 1+39.999 . 0,1

39.999
=> n=
1+399.9

39.999
=> n= =¿ 99.75% =>100
400.99

Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak

100 Responden. Teknik Pengambilan Sampel yang digunakan pada

penelitian ini adalah menggunakan Simple Random Sampling, Pada

penelitian ini teknik pengambilan sampel secara acak yang di mana

sebagian dari populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih

sebagai sampel (Murti, 2006).

4.4 Sumber Dan Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang

diperoleh langsung di lapangan dengan cara menghitung tingkat sanitasi

lingkungan di sekitar rumah, seperti sarana air bersih, pengelolaan tempat

sampah, sarana jamban keluarga, dan higiene dan sanitasi makanan.

b. Data sekunder
Data ini diperoleh dari UPTD Puskesmas Dan Dinas Kesehatan, yang terkait

dengan penelitian ini, seperti Dinas Kesehatan Kota Kendari, Profil

Puskesmas Puuwatu, Serta Data Penduduk Dari Kecamatan Puuwatu Kota

kendari.

2. Metode Pengumpulan Data

Pada Penelitian Ini, Metode Pengumpulan Data yang Dapat Dilakukan

Sebagai Berikut :

1. Survei

Angket/Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang berisi

daftar pertanyaan yang tujuannya memberikan pertanyaan kepada

responden yang terstruktur dengan baik, responden hanya perlu

mendengarkan pertanyaan yang diberikan peneliti dan peneliti

memberikan skor yang dijawab oleh responden. Pada saat yang sama

peneliti mewawancarai responden yang terkait dengan sanitasi lingkungan

dengan kejadian diare, seperti sarana air bersih, tempat pengelolaan

sampah, sarana jamban keluarga, serta higiene dan sanitasi makanan.

2. Observasi

Selain wawancara menggunakan Kuesioner diatas, Peneliti Juga

mengumpulkan data dengan menggunakan Metode Observasi sambil

melihat dan mengamati keadaan halaman rumah masyarakat mengenai

Sanitasi lingkungan dengan kejadian diare, Peneliti juga wawancara

langsung kepada Masyarakat yang terkait dengan Sanitasi Lingkungan.

3. Dokumentasi
Setelah Dilakukan Observasi, Dokumentasi juga diperlukan, Yang

dimaksud dengan Dokumentasi Yaitu Catatan, Gambar, Dan data profil

atau biografi. Jadi, Dokumentasi yang digunakan Pada Penelitian ini

adalah Gambar, Karena Gambar Dapat dijadikan Bukti nyata Setelah

melakukan Observasi Rumah masyarakat Serta wawancara Pada

Kecamatan Puuwatu yang terkait Dengan Sanitasi Lingkungan dengan

Kejadian Diare.

4.5 Pengolahan Data

Data diperoleh dari data primer kemudian diperiksa kembali dan diteliti ulang

pada kuesioner yang telah dijawab oleh responden yang sudah terkumpul

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing ; Seleksi atau memisahkan data primer yang sudah dikumpulkan

pada kuesioner.

b Coding ; Memberikan tanda jawaban dari pertanyaan oleh responden

dengan angka 1 dan angka 0.

c. Entry Data ; Menginput data primer di komputer pada software

MS.EXCEL

d. Tabulating ; Proses menabulasi data primer dari jawaban responden dalam

bentuk tabel.

4.6 Penyajian Data

Penyajian data dilakukan setelah data telah diolah dan disajikan dalam bentuk

tabel, dan grafik yang memperlihatkan Hubungan antara Sanitasi Lingkungan


Dengan Kejadian Diare Pada wilayah kerja Puskesmas Puuwatu Kota

Kendari.

4.7 Analisis Data

Setelah data terkumpul, Data ini dapat diolah dan di analisis secara manual

menggunakan rumus pearson untuk menyatakan nlai hubungan, Peneliti

menggunakan Dua Jenis Analisis Data yaitu Analisis Univariat dan Bivariat.

a. Analisis Univariat

Metode analisis ini bertujuan menjelaskan secara deskriptif mengenai data

karakteristik seseorang (umur, pendidikan terakhir, dan pekerjaan), Serta

distribusi Yang berhubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare

seperti Sarana air bersih, Pengelolaan Tempat Sampah, Kepemilikan Jamban

serta Sanitasi Makanan. Kemudian, Untuk Rumus yang digunakan pada

Analisis Univariat adalah sebagai berikut :

f
x= k
n

Ket.

X = Persentase Hasil yang Dicapai

f = Frekuensi Variabel yang diteliti

n = Jumlah Sampel Penelitian

k = konstanta (100%) , (Chandra, 2007).

Data yang telah didapatkan akan diolah, Kemudian di analisis menggunakan

Rumus Perhitungan Di atas dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
b. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat digunakan untuk melihat serta mengetahui hubungan

masing-masing variabel independen dan variabel dependen dengan

menggunakan uji Chi Square (x2).


2
2 n( ad−bc)
x=
( a+b ) (c+ d)

Ket.

x2 = nilai Chi Square

n = Jumlah Sampel

a,b,c dan d = sel – sel dalam tabel 2x2

Tabel. 2 : Tabel Kontigensi 2x2

Variabel Variabel Terikat


Jumlah
Independen (+) (-)
(+) A B a+b
(-) C D c+d
Σ a+c b+d N

Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis adalah sebagai berikut:

a) Jika X2 hitung > X2 tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima yang

berarti ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).

b) Jika X2 hitung < X2 tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak yang

berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen dengan taraf kepercayaan 95 % (α = 0,05).


Jika Ha diterima kemudian dilanjutkan dengan uji keeratan hubungan

dilakukan dengan kontigensi phi (φ) dengan rumus :

φ= √
2
x
n

Keterangan :

X2 = Nilai Chi-Square

n = Jumlah Sampel (Sugiyono, 2017)

φ = Kontigensi phi

Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi.

Besarnya nilai Phi (φ) berada diantara 0-1. Syarat penggunaan uji

keeratan hubungan jika Ha diterima adalah :

a) 0,80 -1,000 = Hubungan sangat kuat

b) 0,60 - 0,799 = Hubungan kuat

c) 0,40 - 0,599 = Hubungan cukup kuat

d) 0,20 – 0,399 = Hubungan lemah

e) 0,00- 0,199 = Hubungan sangat lemah (Sugiyono,2017)

4.8 Etika Penelitian

Ketika melakukan penelitian, peneliti sebelumnya akan mengajukan

permohonan izin kepada Tata Usaha Puskesmas Puuwatu Kota Kendari

untuk mendapat persetujuan melakukan penelitian. Kemudian, peneliti akan

melakukan serangkaian kegiatan penelitian dengan berpatokan pada etika

penelitian yang meliputi :


1. Informed consent

Informed consent merupakan lembar persetujuan utuk menjadi responden

dan diberikan kepada calon responden sebelum penelitian dilakukan.

dengan memberikan lembar persetujuan agar sebjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian yang akan dilakukan. Kemudian, Bilamana calon

responden setuju maka harus menanda-tangani lembar persetujuan. Tapi

jika calon responden menolak maka peneliti harus menghormati hak

subjek.

2. Anonymity

Anonymity (tanpa nama) merupakan masalah etika dalam penelitian yang

dimana tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data atau ketika menyajikan hasil penelitian.

3. Confidentiality

Confidentiality (kerahasiaan) merupakan masalah etika dengan

memberikan jaminan kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi

maupun dari masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan akan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, dan hanya

beberapa kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

penelitian nanti.
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Peneitian

1. Keadaan Geografis
Puskesmas Puuwatu merupakan puskesmas plus yang melayani rawat jalan

dan rawat inap yang berkedudukan di Kelurahan Puuwatu Kecamatan

Puuwatu Kota Kendari. Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu meliputi 6

kelurahan yaitu: Kelurahan Puuwatu, Kelurahan Watulondo, Kelurahan

Lalodati, Kelurahan Puunggolaka, Kelurahan Tobuuha dan Kelurahan Abeli

dalam. Jumlah posyandu sebanyak 29 yang tersebar dalam 6 kelurahan,

dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Wawombalata

Kecamatan Mandonga.

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Lepo-lepo

Kecamatan Baruga.

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Mandonga


Kecamatan Mandonga

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Abelisawah Keca -

matan Anggalomoare Kabupaten Konawe.

2. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu pada Tahun 2021

adalah 39.999 jiwa, yang terdiri dari 20.368 jiwa laki-laki dan 19.631 jiwa

perempuan, dengan jumlah kepala keluarga 8.169 KK. Jumlah penduduk

tersebut terdistribusi di 6 (enam) kelurahan, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Jumlah KK dan Jumlah Penduduk


pada Masing-Masing Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas
Puuwatu Kota Kendari

Jumlah Jumlah
Nama Jumlah Jumlah
NO Penduduk Penduduk
Kelurahan KK Penduduk
Laki-Laki Perempuan

1 Puuwatu 1.422 3.997 3.787 7.784

2 Watulondo 1.701 4.785 4.531 9.316

3 Tobuuha 1.565 4.070 3.983 8.053

4 Lalodati 776 2.303 2.270 4.573

5 Puunggolaka 2.462 4.861 4.726 9.587

6 Abeli Dalam 159 352 334 686

Jumlah 8.169 20.368 19.631 39.999


Sumber : Profil Puskesmas Puuwatu, 2021
Pada tabel 2 diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk di wilayah

kerja puskesmas Puuwatu sebanyak 39.999. Jumlah penduduk terbanyak

yaitu Kelurahan Puunggolaka sebanyak 9.587 Jiwa dengan Jumlah KK

2.462, yang kedua Kelurahan Watulondo sebanyak 9.316 Jiwa dengan

Jumlah, Kelurahan Tobuuha sebanyak 8.053, Kelurahan Puuwatu sebanyak

7.784 Jiwa, Kelurahan Lalodati sebanyak 4.573 Jiwa, Dan yang terakhir

Kelurahan Abeli Dalam Sebanyak 686 Jiwa.

3. Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Puuwatu di Wilayah Kerja

Puskesmas Puuwatu sebagian besar Tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Atau SMA (Sekolah Menengah Atas) dan sebagian kecil tamatan S1

Atau Strata 1. (Sumber : Data Primer 2022)

4. Keadaan Sosial Ekonomi

Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu sebagian besar bermata

pencaharian sebagai Ibu Rumah Tangga Dan Wiraswasta Sebagian kecil

bermata pecaharian sebagai petani, Pegawai honorer, serabutan, Pensiunan

dan yang lainnya ada yang tidak memiliki Pekerjaan, yang secara umum

tingkat pendapatannya atau penghasilan rata-ratanya masih sangat rendah.

Sumber : Data Primer 2022

5. Sumberdaya Puskesmas

a) Sarana Pelayanan Kesehatan


Sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Puuwatu dapat dilihat pada

tabel di bawah :

Tabel. 4 Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Puuwatu


Kecamatan Puuwatu

No Jenis Sarana Pelayanan Jumlah Sarana


1 Puskesmas Induk 1
2. Pustu 1
3. Rumah Sakit Pemerintah Rumah 1
Sakit Jiwa (RSJ)

Sumber : Profil Puskesmas Puuwatu 2021

Pada Tabel 4. menunjukkan bahwa sarana pelayanan kesehatan di

Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari tahun 2022 memiliki

1 puskesmas induk, 1 puskesmas pembantu (Pustu) dan 1 Rumah sakit

Pemerintah atau Rumah Sakit Jiwa (RSJ).

b) Tenaga Kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan adalah jumlah orang yang mengabdikan diri

dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis

tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Untuk Tenaga kesehatan di Puskesmas Puuwatu dapat dilihat pada tabel

di bawah :

Tabel 5. Tenaga Kesehatan Puskesmas Puuwatu Kecamatan Puuwatu

No Jenis Tenaga Jumlah Tenaga


1. Dokter 3
2. Dokter Gigi 1
3. Bidan 31
4. Perawat 47
5. Perawat Gigi 3
6. Sanitarian 6
7. Nutrisionis 9
8. Asisten Apoteker 8
9. Analis Kesehatan 3
10. Penyuluh Kesehatan 3
11. AdminKes 11
12. Umum 13
Jumlah 135
Sumber : Profil Puskesmas Puuwatu Tahun 2021

Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa dengan melihat sarana dan prasarana

diatas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah dan jenis yang dibutuhkan

untuk melaksanakan kegiatan puskesmas cukup terpenuhi.

5.1.2 Karakteristik Responden

Distribusi mengenai karakteristik responden digunakan untuk mengetahui

gambaran umum dan melihat detail responden yang berdasarkan atas Umur,

Jenis Kelamin, pekerjaan, dan Pendidikan Serta Kejadian Diare Dan

disajikan dalam bentuk Tabel.

1. Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur dari 99 responden

dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu kurang < 19 Tahun, 20 -30 Tahun,


30 - 40 Tahun dan umur yang lebih dari 40 tahun. Hasil kelompok umur

ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok


Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari

Responden
Umur
n %
< 19 Tahun 7 Orang 7
20 - 29 Tahun 23 Orang 23
30 - 39 Tahun 25 Orang 25
> 40 Tahun 44 Orang 44
Total 99 100%
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa umur responden di antaranya

adalah < 19 Tahun kebawah yaitu sebanyak 7 Responden (7%), 20-29

Tahun, yaitu sebanyak 23 responden (23%), kemudian responden

dengan umur 30-39 Tahun yaitu sebanyak 25 responden (25%) dan

paling banyak berumur lebih dari 40 tahun, yaitu sebanyak 44 responden

(44%).

2. Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis Kelamin dari 99 responden

ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel. 7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari
Responden
Jenis Kelamin
n %
Laki-Laki 40 Orang 40
Perempuan 59 Orang 60
Total 99 100%
Sumber : Data Primer 2022
Berdasarkan Tabel 7. Diketahui bahwa jenis kelamin responden Paling

banyak adalah perempuan sebanyak 59 Responden (60%) dan paling

sedikit adalah Laki - laki sebanyak 40 Responden (40%).

3. Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan dari 82 responden

dapat ditampilkan pada Tabel 8.

Tabel. 8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat


Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota
Kendari
Responden
Pendidikan
n %
Tidak Ada 2 2
SD 14 14
SMP 15 15
SMA 52 53
D3 1 1
S1 15 15
Total 99 100%
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan Tabel 8 Bahwa Pendidikan responden Paling tinggi yaitu

SMA (Sekolah Menengah Atas) Sebanyak 52 Responden (53%).


4. Pekerjaan
Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan dari 99 responden

ditampilkan pada Tabel 9.

Tabel. 9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan


Di wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu

Responden
Pekerjaan
n %
IRT 47 47
Lainnya 19 19
Wiraswasta 17 17
Pensiun 5 5
Tidak Ada 11 11
Total 99 100%
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa jenis pekerjaan responden paling

banyak adalah IRT, yaitu sebanyak 39 responden (48%), kemudian

responden dengan Jenis pekerjaan Lainnya yaitu sebanyak 17 Responden

(21%) Wiraswasta sebanyak 14 responden (17%) dan paling sedikit

dengan jenis pekerjaan Petani, Dan Honorer, yaitu sebanyak 2 responden

(2%).
5.1.3 Sanitasi Lingkungan

A. Analisis Univariat

Pada analisis ini dapat mengetahui Distribusi mengenai Sanitasi

Lingkungan digunakan untuk mengetahui gambaran umum dan melihat

detail responden yang berdasarkan atas Sarana Air Bersih, Pengelolaan

Tempat Sampah, Sarana Jamban Keluarga Serta Higiene dan Sanitasi

Makanan Dan disajikan dalam bentuk Tabel.

1. Kejadian Diare

Hasil Penelitian mengenai Kejadian Diare Pada Semua golongan Umur,

Untuk Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Berikut ini.

Tabel. 10 Distribusi Frekuensi Responden Kejadian Diare Di


wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari.

Responden
Kejadian Diare
n %
Pernah 32 32
Tidak Pernah 67 68
Total 99 100%
Sumber : Data Primer 2022
Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa responden paling sedikit

pernah menderita diare adalah 32 Responden (32%), Dan yang tidak

Menderita diare adalah 67 Responden (68%).

2. Sarana Air Bersih

Hasil Penelitian Mengenai Air bersih Dapat Dilihat pada tabel berikut

ini.

Tabel. 11 Distribusi Frekuensi Responden Sarana air Bersih


Di wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari.

Responden
Sarana Air Bersih
n %
Memenuhi Syarat 37 37
Tidak Memenuhi Syarat 62 63
Total 99 100%
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa Sarana Air Bersih yang

Memenuhi Syarat responden adalah 37 Responden (37%), Dan yang

tidak Memenuhi syarat adalah 62 Responden (63%).

3. Pengelolaan Tempat Sampah

Hasil Penelitian mengenai Pengelolaan Tempat Sampah Dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel. 12 Distribusi Frekuensi Responden Pengelolaan Tempat


Sampah Di wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota
Kendari.

Pengelolaan Tempat Responden


Sampah n %
Memenuhi Syarat 28 28
Tidak Memenuhi Syarat 71 72
Total 99 100%
Sumber : Data Primer 2022
Berdasarkan Tabel 12, diketahui bahwa Pengelolaan Tempat

Sampah yang Memenuhi Syarat responden adalah 28 Responden

(28%), Dan yang tidak Memenuhi syarat adalah 71 Responden (72%).

4. Sarana Jamban Keluarga

Hasil Penelitian mengenai Sarana Jamban Keluarga dapat dilihat Pada

Tabel berikut ini.

Tabel. 13 Distribusi Frekuensi Responden Sarana jamban Keluarga


Di wilayah kerja puskesmas puuwatu Kota kendari.
Responden
Sarana Jamban Keluarga
n %
Memenuhi Syarat 70 71

Tidak Memenuhi Syarat 29 29

Total 99 100%
Sumber : Data Primer 2022
B

erdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa Sarana Jamban Keluarga yang

Memenuhi Syarat responden adalah 70 Responden (71%), Dan yang

tidak Memenuhi syarat adalah 29 Responden (29%).

5. Higiene dan Sanitasi Makanan

Hasil Penelitian mengenai Higiene dan Sanitasi Makanan dapat dilihat

Pada Tabel berikut ini.

Tabel. 14 Distribusi Frekuensi Responden Higiene dan Sanitasi


Makanan Di wilayah kerja Puskesmas Puuwatu Kota
kendari.

Higiene Dan Sanitasi Responden


Makanan n %
Memenuhi Syarat 85 86
Tidak Memenuhi Syarat 14 14
Total 82 100%
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa Higiene dan Sanitasi Makanan

yang Memenuhi syarat adalah 85 Responden (86%), Dan yang Tidak

memenuhi syarat adalah 14 Responden (14%).

B. Analisis Bivariat

Kemudian, Di analisis menggunakan Uji Chi Square yang dimana

tujuannya untuk mengetahui dan melihat Hubungan antara variabel

independen dan dependen.

a. Hubungan Sarana air Bersih dengan Kejadian Diare

Distribusi hubungan Sarana air bersih dengan kejadian diare di wilayah

kerja puskesmas puuwatu Kota kendari dapat dilihat tabel berikut ini.

Tabel. 14 Distribusi Kejadian Diare ditinjau dari Sarana Air Bersih


Di wilayah kerja Puskesmas Puuwatu Kota kendari

Kejadian Diare
Sarana Air
Jumlah
Bersih Pernah Tidak Pernah

Memenuhi
32 5 37
Syarat
Tidak
Memenuhi 0 62 62
Syarat
Total 32 67 99

Anda mungkin juga menyukai