Anda di halaman 1dari 136

NILAI – NILAI PENDIDIKAN AKHLAK ANAK YANG TERDAPAT DI

DALAM MAJALAH ANAK SAHABAT (EDISI 71 AGUSTUS 2019 – EDISI


80 APRIL 2020)
Skripsi
Diajukan kepada Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
Shalahuddin Al-Ayyubi Jakarta untuk memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.I)

OLEH:
FAJRI HIDAYAT
NIM: 201639734

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
SHALAHUDDIN AL-AYYUBI JAKARTA
1442 H/2020 M
ii

NILAI – NILAI PENDIDIKAN AKHLAK ANAK YANG TERDAPAT DI


DALAM MAJALAH ANAK SAHABAT (EDISI 71 AGUSTUS 2019 – EDISI
80 APRIL 2020)

Skripsi
Diajukan kepada Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
Shalahuddin Al-Ayyubi Jakarta untuk memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.I)

OLEH:
FAJRI HIDAYAT
NIM: 201639734
Di bawah bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II

(Drs. M. H. Suryantoro, M.A) (H. Ahmad Asrori, LC. M.Pd.I)

Mengetahui,
Ketua STAISA

(Drs. H. Eno Syafrudien, M.Si


iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Anak Yang Terdapat Didalam

Majalah Anak Sahabat Edisi 71 Agustus 2019 – Edisi 80 April 2020, disusun

oleh Fajri Hidayat, NIM : 201639734 Program Studi Pendidikan Agama Islam

STAI Shalahuddin Al Ayyubi Jakarta. Telah melalui bimbingan dan disetujui

serta dinyatakan syah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada

sidang munaqosyah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh STAISA.

Jakarta, 24 Januari 2021

Yang mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. M. H. Suryantoro, M.A. H. Ahmad Asrori, Lc, M.Pd.I


iv

PENGESAHAN PANITIA SIDANG

Skripsi yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Anak Yang


Terdapat Di Dalam Majalah Anak Sahabat Edisi 71 Agustus 2019-Edisi 80
April 2020” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Sekolah Tinggi Islam
(STAI) Shalahuddin Al-Ayyubi Jakarta pada 07 Februari 2021

Skripsi ini telah diterima sebagia salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Srata Satu (S.1) Jurusan Pendidikan Agama
Islam.

Jakarta, 07 Februari 2021

Sidang Munaqosah

Ketua Sekretaris

(...........................) (.............................)

Penguji I Penguji II

(..........................) (..............................)

Pembimbing I Pembimbing II

(Drs.M.H. Suryantoro, M.A) (H. Ahmad Asrori, Lc.M.Pd.I)

Mengetahui

Ketua STAISA

(Drs. H. Eno Syafrudien, M.Si)


v

LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS

Bismillahirahmanirrahim,

Yang bertanda tanggan di bawah ini :

Nama : Fajri Hidayat

NIM/NIMKO : 201639734

Jurusan/Prodi : Strata Satu (SI) Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Anak Yang Terdapat Di Dalam

Majalah Anak Sahabat Edisi 71 Agustus 2019 – Edisi 80 April

2020

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.I) di
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Shaluhuddin Al-Ayyubi Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di STAISA Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain (hasil plagiasi), maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di STAISA Jakarta sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 25 ayat 2
dan pasal 70.

Jakarta, 07 Februari 2021

(Fajri Hidayat)
vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, yang telah

memberikan nikmat, taufik dan hidayah-Nya serta yang telah memberikan

manusia akal yang membedakan makhluk lainnya. Sehingga manusia dapat

mengembangkan pikirannya dan mampu menjalani hidup ini dengan lebih baik.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Selama menulis skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,

motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Ayah dan Ibu yang tidak henti-hentinya memberikan bantuan moral,

materil kepada penulis dan selalu menyemangati penulis agar selalu

bersabar dalam menyelesaikan studi S1 di Sekolah Tinggi Agama Islam

Shalahuddin Al Ayyubi.

2. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Shalahuddin Al Ayyubi Jakarta Drs.

H. Eno Syafrudien, M.Si

3. Bapak Drs. M. H. Suryantoro, M.A dan H. Ahmad Asrori, Lc. M.Pd.I

sebagai pembimbing skripsi penulis.

4. Dosen-dosen pengajar di STAISA

5. Pimpinan Umum Majalah Anak Sahabat Ustadz Imam Saridho yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk di wawancara, memberikan segala

bantuan dan yang selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.


vii

6. Amriadi, S.Sos yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

diwawancarai, yang memotivasi, mengingatkan agar skripsi ini cepat

selasai dan terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan

7. Teman-teman seperjuangan pada Jurusan Pendidikan Agama Islam

Kampus di Bekasi

8. Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan, penulis ucapkan

terimakasih atas segala bantuan dan motivasinya.

Demikian kata pengantar yang penulis sajikan, semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya.

Bekasi, 7 Februari 2021

(Fajri Hidayat)
viii

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL ........................................................................................ ii


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA SIDANG MUNAQOSYAH .... iv
HALAMAN ORISINILITAS .................................................................... v
HALAMAN KATA PENGANTAR .......................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 16
C. Rumusan Masalah ............................................................................ 17
D. Tujuan dan Signifikasi Penelitian .................................................... 18
E. Sistematika Penulisan ....................................................................... 19

BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN ........................................... 20


A. Nilai .................................................................................................. 20
1. Pengertian Nilai .......................................................................... 20
2. Konsep Nilai ............................................................................... 22
3. Ciri-ciri Nilai .............................................................................. 23
4. Fungsi Nilai ................................................................................ 24
5. Nilai dalam Islam ....................................................................... 25
6. Nilai-nilai yang Tercakup dalam Sistem Nilai Islami ................ 26

B. Akhlak .............................................................................................. 27
1. Pengertian Akhlak ...................................................................... 27
2. Landasan Akhlak ........................................................................ 30
3. Klasifikasi Akhlak ...................................................................... 31

C. Pendidikan Akhlak ........................................................................... 32


1. Pengertian Pendidikan Akhlak ................................................... 32
2. Dasar Pendidikan Akhlak ........................................................... 34
3. Metode Pendididkan Akhlak ...................................................... 37
4. Tujuan Pendidikan Akhlak ......................................................... 40
ix

D. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak .......................................................... 44


1. Nilai Akhlak ............................................................................... 44
2. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak ........................................... 44
3. Akhlak dan Pendidikan Agama Islam ........................................ 51

E. Anak ................................................................................................. 54
1. Pengertian Anak ......................................................................... 54
2. Ciri-ciri Utama Masa Anak-anak ............................................... 55
3. Masa Kanak-kanak Akhir .......................................................... 56

BAB III METODELOGI PENELITIAN .................................................. 57


A. Metode Penelitian ............................................................................. 57
B. Tempat Penelitian ............................................................................. 57
C. Sampel Sumber Data ........................................................................ 58
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 60
E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 62
F. Uji Kesholehan Data ........................................................................ 63

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................. 64


A. Profil Majalah Sahabat ..................................................................... 64
1. Selayang Pandang ...................................................................... 64
2. Susunan Redaksi Majalah Anak Sahabat .................................... 66
3. Spesifikasi Majalah Anak Sahabat ............................................. 67
4. Rubrikasi dalam Majalah Anak Sahabat .................................... 67
5. Daerah Persebaran ...................................................................... 69
6. Majalah Anak Sahabat Edisi 71 Agustus 2019-Edisi 80
April 2020 ................................................................................... 69

B. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Anak yang Terdapat di dalam


Majalah Anak Sahabat (Edisi 71 Agustus 2019-Edisi 80 April
2020) ................................................................................................ 70
1. Materi dalam Majalah Anak Sahabat Edisi 71 Agustus 2019-
Edisi 80 April 2020 yang Mengandung Nilai-nilai Pendidikan
Akhlak Anak .................................................................................... 70
2. Analisis Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Anak yang Terdapat di
dalam Majalah Anak Sahabat Edisi 71 Agustus 2019-Edisi 80
April 2020 ........................................................................................ 74
x

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 103


A. Kesimpulan ...................................................................................... 103
B. Rekomendasi .................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 108


LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 115
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................. 126
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam menempatkan akhlak dalam posisi penting yang harus

dipegang teguh para pemeluknya. Bahkan, tiap aspek dari ajaran Islam

selalu berorientasi pada pembinaan akhlak yang mulia (akhlakul karimah).

''Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia,'' demikian

sabda Rasulullah SAW. yang sering kita dengar dan diajarkan disekolah-

sekolah.

Karena itu Pendidikan Akhlak sangat penting dalam membentuk

karakter manusia yang berakhlakul Karimah. Selain itu Pendidikan aqidah

juga sangat penting dalam menyembah atau beribadah kepada Allah.

Pendidikan Aqidah memiliki arti ketundukan, ketaatan, dan kesetiaan

manusia pada aturan-aturan Allah. Sehingga dalam pelaksanaanya

menuntut adanya pendidikan bagi manusia, agar manusia dapat memikul

amanat serta mampu menjalankan perannya sebagai khalifatullah fil ardh

(wakil Allah di muka bumi) serta sebagai, Abdullah (hamba Allah).

Pendidikan yang dimaksud dalam hal ini adalah Pendidikan Islam. 1

Pendidikan itu sendiri diartikan sebagai latihan mental, moral, dan

fisik yang dapat menghasilkan manusia berbudaya tinggi sehingga dapat

1
Asnelly Ilyas, medambakan anak sholeh, (Bandung: Al-Bayan, 1996), h.11
2

menumbuhkan kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab.2

Pendidikan sebagai suatu proses yang memiliki tujuan, dimana yang

menjadi fokus utamanya adalah menciptakan pola-pola tingkah laku

tertentu pada diri peserta didik.3

Pendidikan Islam berperan untuk membina manusia secara kaffah

(utuh) dan tawazun (seimbang) baik dari segi aspek rohani maupun

jasmani, sehingga dapat terwujudnya tujuan yang diharapkan yaitu ‘insan

kamil’.4 Hal tersebut sesuai dengan pendapat Syed Muhammad Naquib al-

Attas yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah ‘manusia

yang baik’ atau terwujudnya individu yang berkepribadian muslim.

Pendidikan Akhlak adalah dasar pendidikan yang mesti ditempuh

dan harus diraih oleh individu anak sebagai bentuk usaha dalam

menyiapkan generasi agar menjadi manusia dewasa sebagai pondasi yang

kokoh, yang bersikap adil, dan memiliki jiwa serata bermental kuat.

Begitu penting keberadaan dan peran akhlak pada kehidupan orang

Islam/muslim, baik itu yang berhubungan dengan sesama umat manusia

ataupun hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta (Allah Swt).

Setiap individu dianjukarkan agar memilki budi pekerti yang luhur seperti

contoh yang telah disampaikan oleh Rasulullah Saw. Beliau merupakan

2
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner (Jakarta: PT Bumi Aksara,2008), h.7
3
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan
(Jakarta: PT. Al-Husna Zikra,1995), h.32
4
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2004), h. 29
3

sosok teladan yang diutus oleh Allah ke dunia sebagai pemimpin yang

menyempurnakan sifat akhlak manusia.5

Upaya menumbuhkan kemapuan dasar Aqidah serta Ahklak yang

kuat pada anak hal demikian tergantung keberadaan keluarga dan

lingkungan. Dari segi keluarga yang berperan penting adalah kedua

orangtua, karena merekalah yang akan menentukan tanggung jawab pada

menyambut masa depan yang akan datang. Pendidikan pada anak adalah

tugas orang tua, baik tanggung jawab kedua orang tua pada anak yang

telah dibesarkan sejak mereka dilahirkan hingga mereka menginjak usia

dewasa.

Kewajiban orang tua dalam memelihara anak telah diingatkan oleh

Allah Swt, sebagaiman firmanya dalam Al-Qur’an yang artinya:

“Wahai orang yang beriman, jagalah keluargamu dan dirimu darisiksa api

neraka yang bahan bakarnya dari batu dan manusia; yang menjaganya

malaikat yang keras, kasar, dan tidak durhaka kepadaAllah pada apa

diperintahkanya pada mereka dan mereka mengerjakan apa saja yang

diperintahkanya”. (QS. Surah At-Tahrim:6)

Orang tua yang merupakan pendidik yang pertama kali bagi anak,

kerena mereka lahir di dunia dan hidup dalam keluarganya. Anak juga

merupakan titipan Allah untuk orang tua yang harus dipelihara dengan

baik untuk menjadi manusia teladan bagi orang banyak. Pada dasarnya

5
Yazid Bin Abdul Qodir Jawas, Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah Waljama’ah, (Cet 1
Agustus 2004), H. 1-2
4

anak tidak akan bisa tumbuh kembang dengan sendirinya, melainkan anak

memerlukan peran dan arahan dari orang tua dan mengajarnya dengan

benar. Seiring dengan masalah Akhlak pada anak, posisi Aqidah

menempati bagian terpenting dalam Islam.

Aqidah dibaratkan sebuah pondasi yang kokoh dalam bangunan.

Apabila aqidah pada anak telah rusak, maka akan rusak juga seluruh

pondasi Islam pada individu anak, baik yang berkaitan dengan bagian

Islam berupa syariat, mu’amalah maka ahklak pada anak juga tak bisa

dibendungi dan tidak dapat ditegakkan pada lingkungan masyarakat sosial.

Hal demikian akan terwujud dan dapat ditegakkan setelah ahklak dan

aqidah anak tertanam kuat dalam sanubarinya. Aqidah adalah bagian yang

menentukan terbentuknya syari’at Islam serta akhlak umat muslim.

Akhlak merupakan misi utama ajaran Islam disamping tauhid,

keduanya mempunyai implikasi simbiosis yang besar dalam prinsip ajaran

Islam. Karenanya tidaklah sempurna iman seseorang, sebelum mereka

mampu menunjukkan akhlak yang baik dalam kehidupannya sehari-hari,

baik dengan sesama manusia maupun juga kepada lingkungan. Dunia

pendidikan atau sekolah, adalah lembaga yang formal dan penyelenggara

pendidikan dengan cara sengaja, tersistematis serta terarah oleh pendidik

yang profesional dan program kegiatan yang dituangkan ke dalam jenjang

dan waktu tertentu serta dituangkan dalam kurikulum dan akan diikuti oleh

siswa dalam setiap jenjang yang ditentukan. Lewat pendidikan yang

formal peran dan fungsi dari setiap pendidikan yang diarahkan oleh guru
5

dan orang tua semakin jelas dan terarah pada anak didiknya. Keluarga

menyerahkan dengan sepenuhnya pendidikan anak mereka pada sekolah,

dan pihak sekolah akan bertanggungjawab untuk menerima serta

menjalankan amanah tersebut.

Pendidik/guru tetap berusaha untuk mengembangkan kepribadian

peserta didik dengan kreatif serta dengan cara yang inovatif untuk

memberikan pembelajaran Aqidah Aklak dengan cara pendekatan

pengalaman oleh guru melalui emosi dan pembiasaan yang fungsional

serta menggunakan pedekatan keteladanan guru terhadap siswa. Orang tua

sebagai first school dianjurkan mampu memotivasi perkembangan anak

secara total yang mencakup fisik, emosi, intelektual, dan religius. Bahwa

perkembangan intelektual senantiasa bareng dan seirama dengan

perkembangan religius adalah satu keniscayaan dalam pendidikan Islam.6

Dari berbagai penjelasan tentang tujuan pendidikan Islam, dapat

terlihat jelas bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya

manusia yang berakhlak mulia (akhlak al-karimah). Karena tujuan

pendidikan dan pengajaran tidak hanya sebatas memenuhi otak anak

dengan berbagai macam ilmu pengetahuan saja, akan tetapi tujuan utama

dari pendidikan yaitu mendidik akhlak dan jiwa anak.7 Berbicara tentang

pendidikan akhlak, pendidikan akhlak adalah suatu upaya yang dilakukan

dengan sadar untuk memberikan pendidikan secara lengkap yang tidak

6
Indah Qomariyah, Belajar dan pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2012), h.3-4
7
Moh. Slamet Untung, Menelusuri Metode Pendidikan Ala Rasulloh, (Semarang: Pustaka
Riki Putra 2007), h.96
6

hanya sekedar jasmani melainkan juga rohani berdasarkan ajaran Islam

berupa penanaman akhlak mulia sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah.

Sehingga pendidikan tidak akan sempurna tanpa pendidikan akhlak,

pendidikan dapat dikatakan sempurna jika ia menjadikan pendidikan

akhlak sebagai dasarnya. 8

Pembentukan akhlak mulia pada diri individu menjadi fokus dalam

sebuah proses pendidikan. Mengingat bahwasannya akhlak merupakan

cerminan setiap individu yang merupakan kristalisasi nilai-nilai yang

diwujudkan dalam sebuah sikap atau tindakan.9 Bagaimana dengan

pendidikan Islam? Dapat disimpulkan bahwa, tujuan pendidikan Islam

adalah membentuk individu yang memiliki akhlak yang mulia, iman yang

terwujud dalam perilaku-perilaku yang terpuji, sehingga terbentuklah

pribadi yang “insan kamil” yang memiliki kualitas hubungan yang baik,

baik hubungan kepada Allah, hubungan kepada sesama manusia, dan

lingkungannya.

Kaitannya dengan hal di atas, dari berbagai perspektif pendidikan

menjelaskan tentang adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tercapainya

tujuan pendidikan. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah faktor usia,

dimana pada masa anak-anak menjadi masa yang paling tepat untuk

menanamkan nilai-nilai positif serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari. Sesuai dengan pendapat Athiyah Al-Abrasy dalam buku At-

8
Erwati Azis, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
2003), h.102
9
Sa’ad Riyadh, Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah, (Jakarta: Gema Insani 2007), h.93
7

Tarbiyyah Al-Islamiyyah wa Falsafatuha, Athiyah Al-Abrasy menyatakan

bahwa masa yang paling penting dalam mendidik adalah masa anak-anak.

Anak terlahir di dunia ini memiliki potensi (fitrah) yang dibawa

sejak lahir, sebagaimana disebutkan dalam hadist:

ْ ِ‫ُكل َم ْولُ ْود ي ُْولَ ُد َعلَى ْالف‬


‫ فَأَبَ َواهُ يُهَ ِّو َدانِ ِه أَ ْو يُ َم ِّج َسانِ ِه أَ ْو يُنَصِّ َرانِ ِه‬،‫ط َر ِة‬

Dari Abu Hurairah radliallahu anhu berkata: Nabi SAW bersabda:

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang


tuanya lah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau
Majusi”. (HR. Muslim)
Penjelasan tersebut sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Ar-Rum : 30.

‫اس َعلَ ۡيهَ ۚا ََل تَ ۡب ِدي َل‬


َ ‫ٱَّللِ ٱلهتِي فَطَ َر ٱلن ه‬
‫ت ه‬ َ ‫ين َحنِ ٗيف ۚا فِ ۡط َر‬
ِ ‫ك لِل ِّد‬َ َ‫فَأَقِمۡ َو ۡجه‬
َٰ َ ِ‫ٱَّللِ َٰ َذل‬
ۡ ُ ‫ك ٱل ِّد‬ ۡ
ِ ‫ين ٱلقَيِّ ُم َولَ ِك هن أَ ۡكثَ َر ٱلنه‬
َ ‫اس ََل يَ ۡعلَ ُم‬
‫ون‬ ۚ‫ق ه‬ ِ ‫لِ َخل‬
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus...”
Ayat tersebut menjelaskan, bahwa manusia diciptakan dilengkapi

dengan fitrah Allah yang sekaligus merupakan pembeda antara manusia

dengan makhluk lainnya. Fitrah yang dalam hal ini dapat diartikan bahwa

manusia memiliki potensi dapat dididik dan mendidik. Pikiran, perasaan,

dan kemampuan bertindak, dapat terus berkembang merupakan komponen

dari fitrah itu.10

10
Asnelly Ilyas, medambakan anak sholeh, h.14
8

Potensi (fitrah) tersebut, sangat potensial untuk dikembangkan.

Agar potensi tersebut dapat berkembang dengan baik, maka harus

dilakukan proses pendidikan. Pendidikan adalah suatu hal yang esensial

dalam perkembangan anak-anak menuju kedewasaannya. Dimana dalam

pelaksanaannya, yang menjadi fokus utama adalah penanaman nilai-nilai

akhlak yang terpuji ke dalam jiwa anak serta anak dapat mengamalkan

nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Hadist di atas, sekaligus menjelaskan bahwa orang tua adalah

sebagai pendidik utama bagi anak-anaknya. Mengapa demikian?

Mengingat bahwasannya, orang tua merupakan lingkungan pertama bagi

seorang anak serta memiliki pengaruh besar bagi perkembangan anak-

anaknya. Anak merupakan amanah dari Allah dan sekaligus tanggung

jawab bagi kedua orang tuanya, yaitu tanggung jawab dalam hal

pengasuhan, pemeliharaan, bimbingan dan pendidikan.11 Setiap orang tua

hendaknya menyadari bahwa pada hakikatnya pendidikan adalah hak anak

yang menjadi kewajiban orang tua. Karena itu, sebagai orang tua

hendaklah memberikan pendidikan dan pengajaran pada anak-anaknya

dengan baik dan benar.

Dalam pandangan Islam, pendidikan yang diberikan orang tua

kepada anak memiliki porsi penting serta mejadi fokus tersendiri dalam

pembahasannya. Mengingat pendidikan dalam keluarga memiliki peranan

11
Mahmud dkk, Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga, (Jakarta: Akademia 2013),
h.132
9

penting dalam penanaman nilai-nilai akhlak sejak usia dini. Di sinilah

pentingnya pendidikan kepada anak usia dini pada umumnya dan

penanaman nilai-nilai akhlak sejak usia dini pada khususnya. 12 Diharapkan

melalui pendidikan dalam keluarga, mampu menumbuhkan fitrah Islamiah

anak serta mampu mencetak generasi yang berakhlak mulia sesuai dengan

tujuan pendidikan dalam Islam.

Kaitannya dengan hal tersebut, munculnya berbagai masalah yang

berhubungan dengan krisis karakter akhir-akhir ini dimana tingkat

kejahatan yang semakin tidak terkendali, kasus kenakalan remaja menjadi

hal yang biasa di lingkungan masyarakat, serta munculnya berbagai kasus

yang melibatkan anak-anak usia tingkat sekolah dasar. Semua hal tersebut

menggambarkan bahwa akhlak bangsa kita mulai tergoncang dan

melenceng dari tujuan pendidikan Islam. Tentulah hal tersebut perlu

menjadi perhatian serta tanggung jawab bersama dari berbagai pihak. Serta

disinilah pentingnya pendidikan sebagai sarana penanaman nilai-nilai,

menjadi garda depan dalam membendung arus degradasi akhlak.

Pada usia akhir masa kanak-kanak atau usia tujuh tahun, salah satu

ciri yang terpenting dalam perkembangan ini adalah timbulnya minat

belajar yang kuat dalam diri seorang individu. Masa ini termasuk masa

yang paling penting dalam pendidikan anak. 13 Sehingga orang tua dapat

memanfaatkan fase tersebut dengan memberikan pendidikan atau


12
Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Pra Sekolah (upayamengefektifkan nilai-
nilai pendidikan Islam dalam keluarga), (Jogjakarta: CV. Venus Corporation 2006), h.11
13
Imas Kurniasih, Mendidik SQ anak menurut Nabi Muhammad SAW, (Yogyakarta:
Pustaka Marwa, 2010), h.77
10

pengajaran kepada anak melalui media yang tepat. Mengapa? Karena

untuk mendukung keberhasilan proses pendidikan, pendidikan

membutuhkan sumber pendukung dan penunjang materi seperti media

pendidikan.

Di era global ini, tidak dapat dipungkiri bahwa media turut andil

atau menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada perkembangan

kepribadian seseorang. Dimana dalam kesehariannya, individu sering

berhadapan dengan media, baik media cetak atau media elektronik. Begitu

juga dengan anak-anak, yang mana belum memiliki kemampuan dalam

menyeleksi dan menyaring apa-apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan.

Bagaimana dengan dunia pendidikan? Sekarang ini terdapat

berbagai media pendidikan yang tersebar, seperti media audio, media

visual, media audio-visual, serta media cetak. Anak-anak pada masa

sekarang, dikelilingi oleh berbagai media pendidikan yang dapat

mendukung proses pendidikannya. Disinilah peran orang tua dalam

memilih, membimbing, serta mengarahkan anak agar memperoleh media

pendidikan yang tepat. Salah satu media pendidikan yang dapat digunakan

sebagai penunjang atau pendukung proses pendidikan anak adalah media

cetak, seperti buku, jurnal, majalah, koran, dll. Dimana pada anak-anak

usia sekolah, media cetak seperti buku-buku pelajaran menjadi hal yang

biasa ditemui dalam kesehariannya.


11

Dalam belajar peserta didik selain mendapatkan pendidikan Islam

dilingkungan formal dengan berbagai fasilitas dan sumber belajar yang

telah disediakan, peserta didik juga dapat mendapatkan pendidikan Islam

dilingkungan non-formal (lingkungan masyarakat) seperti media-media

yang tersebar di masyarakat. Dalam hal ini, orang tua yang bertanggung

jawab atas pendidikan anak dalam keluarga, turut andil dalam memberikan

atau mengenalkan anak pada buku bacaan yang bermanfaat, selain buku-

buku pelajaran sekolah. Sebagai upaya dalam mengoptimalkan pendidikan

anak dalam keluarga sekaligus membiasakan anak dalam kegiatan

membaca.

Al-Qur’an telah menjelaskan betapa pentingnya membaca, hal ini

termaktub dalam Q.S. Al-‘Alaq: 1-5

َ ُّ‫ ۡٱق َر ۡأ َو َرب‬٢ ‫ق‬


‫ك‬ ٍ َ‫ٱۡلن َٰ َس َن ِم ۡن َعل‬ ِۡ ‫ق‬ َ َ‫ َخل‬١ ‫ق‬ َ َ‫ك ٱله ِذي َخل‬ ۡ ِ‫ۡٱق َر ۡأ ب‬
َ ِّ‫ٱس ِم َرب‬
ِ ۡ ‫ َعله َم‬٤ ‫ ٱله ِذي َعله َم بِ ۡٱلقَلَ ِم‬٣ ‫ۡٱۡلَ ۡك َر ُم‬
ۡ‫ٱۡلن َٰ َس َن َما لَمۡ يَ ۡعلَم‬
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
Karena dengan membaca, manusia akan memperoleh ilmu dan

pengetahuan. Diharapkan melalui kegiatan membaca, seseorang dapat

memperoleh nilai-nilai positif serta nilai-nilai tersebut dapat tertanam pada

diri individu dan tercermin pada perilaku yang positif.


12

Majalah sebagai salah satu media massa memiliki berbagai fungsi,

salah satu fungsinya adalah mendidik. Karena majalah merupakan media

cetak yang menyajikan pesan-pesan atau tulisan-tulisan yang mengandung

pengetahuan, sehingga dapat dijadikan sebagai media pendidikan massa.14

Sehingga, dalam hal mendidik anak dalam keluarga, majalah dapat

dijadikan sebagai sumber alternatif bacaan yang bermanfaat bagi anak.

Diharapkan melalui rubrik-rubrik yang terdapat dalam majalah, pembaca

dapat mengambil pesan-pesan positif atau nilai-nilai yang sifatnya

edukatif.

Pada awalnya, majalah hadir sebagai media hiburan massa dan

seiring perkembangan zaman, majalah berkembang sebagai media da’wah.

Dimana majalah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan da’wah

kepada umat muslim, berikut adalah contoh nama-nama majalah da’wah

yang terkemuka: Ummi, Hidayah, Hidayatullah, Amanah, dll. Bahkan

untuk saat ini, majalah muslim memiliki berbagai varian berdasarkan usia

pembaca. Salah satu diantara banyak majalah Islam yang beredar di

berbagai daerah di wilayah Indonesia saat ini adalah Majalah Anak

Sahabat, yang merupakan bacaan untuk anak-anak usia sekolah dasar.

Majalah Anak Sahabat merupakan majalah Islam terbitan Sahabat

Press di daerah Bekasi yang telah beredar di berbagai dareah di Indonesia,

seperti, Aceh, Palembang, Jambi, Lampung, Jakarta, Banten, Jawa Barat,

14
Ahmad Zaini, Dakwah Melalui Media Cetak: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam Vol.
2 Nomor 2, (STAIN Kudus: At-Tabsyir 2014), h. 60
13

Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan dan Papua. Majalah

Anak Sahabat menyajikan berbagai rubrik yang isinya sesuai dengan

perkembangan anak, setingkat anak sekolah dasar (7 s/d 12 tahun).

Diantaranya adalah Rubrik Jendela, teknologi, hidup sehat, puisi, sains,

dan lain-lain.15 Majalah Anak Sahabat terbit satu bulan sekali dan pertama

kali terbit pada tahun 2012. Namun jauh sebelum itu Majalah Anak

Sahabat sudah hadir di era 1970an, yang di pimpin langsung oleh Dr

Moehammad Natsir, Ramlan Mardjoned dan tokoh-tokoh Dewan Da’wah

lainnya.

Selain menyajikan berbagai pembahasan yang mudah dipahami

anak-anak usia tingkat sekolah dasar yang merupakan target utama sebagai

pembaca, majalah ini juga menyajikan berbagai pembahasan yang

dikemas dengan sangat menarik. Sehingga anak-anak tertarik untuk

membaca dan mudah memahami isi bacaan. Materi yang disajikan dalam

majalah ini mengandung nilai-nilai positif yang sesuai dengan ajaran

agama Islam, karena merujuk pada Al-Qur’an dan As-Sunnah/Al-Hadist.

Sehingga majalah ini dapat menjadi salah satu media belajar peserta didik

yang memudahkan dalam proses belajar, selain materi yang telah di

dapatkan di sekolah.

Suatu keharusan bahwa media pendidikan haruslah memiliki

kualitas yang baik. Begitu pula dengan majalah Islam, bacaan atau materi-

materi yang terdapat di dalamnya harus sesuai dengan ajaran agama Islam.

15
Company Profile Majalah Anak Sahabat
14

Karena majalah merupakan media massa yang di dalamnya terdapat pesan-

pesan atau informasi bagi pembaca. Media pendidikan Islam yang terjamin

kualitasnya adalah merujuk kepada sumber pokok pendidikan Islam yaitu

Al-Qur’an dan As-Sunnah/Al-Hadist. Karena Al-Qur’an dan Al-Hadist

merupakan sumber ajaran yang menjadi rujukan dari segala persoalan

pendidikan Islam.16

Majalah Anak Sahabat sebagai salah satu media belajar bagi anak-

anak dengan harapan, bahwa pembaca dapat memperoleh nilai atau pesan

positif yang terdapat dalam bacaan, berupa nasehat Islami, hikmah atau

pembelajaran yang terkandung dalam cerita, dan seterusnya. Sekaligus

dapat berdampak pada pribadi peserta didik, dimana peserta didik dapat

mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berikut

contoh bacaan yang mengandung nilai-nilai pendidikan akhlak yang

terdapat dalam Majalah Sahabat:

“Sifat pamer sangatlah tidak disukai oleh Allah SWT. Begitu pula dengan
Rasullah SAW yang amat sangat tidak menganjurkan umatnya untuk tetap
bersikap rendah hati terhadap semua makhluk. Sehingga tidak ada timbul
perselisihan dan rasa iri yang menyebabkan renggangnya silaturahmi antar
umat Rasullah SAW.” 17

Dari penjelasan diatas, berikut beberapa kelebihan yang dimiliki

Majalah Anak Sahabat dibandingkan dengan media baca/majalah lainnya

sekaligus hal tersebut sebagai alasan penulis dalam memilih Majalah

16
Syamsul Huda Rohmadi, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta: Araska 2012), h.143
17
Majalah Anak Sahabat edisi 76, Riya’-penghapus amal, (Bekasi: Menara Press 2019),
h.26
15

Sahabat sebagai bahan kajian: Pertama, media belajar seperti buku-buku

pelajaran atau buku bacaan lainnya, seharusnya memiliki daya tarik atau

mampu menumbuhkan minat baca pada diri individu. Sehingga selain

pembaca mendapatkan pesan-pesan pembelajaran, sekaligus hal tersebut

juga dapat menumbuhkan minat baca pada diri individu.

Sebagai salah satu bentuk perhatian dalam bidang pendidikan

khususnya pendidikan agama untuk anak-anak usia sekolah dasar, Majalah

ini menyajikan bacaan-bacaan yang dikemas secara menarik serta konten

di dalamnya sesuai dengan perkembangan usia pembaca, mulai dari

tampilan fisik yang dilengkapi dengan ilustrasi gambar yang menarik,

bacaan yang mudah dipahami, serta materi yang disajikan merujuk pada

Al-Qur’an dan As-Sunnah/Al-Hadist sehingga setiap bacaan mengandung

nilai-nilai edukatif yang diharapkan mampu memudahkan peserta didik

dalam proses belajar.

Kedua, majalah ini memiliki konten yang berbeda dengan majalah

anak lainnya. Dilihat dari isinya, Majalah Sahabat memuat pengetahuan

agama dan pengetahuan umum yang dipadukan dengan rubrik anak yang

menyenangkan. Seperti dalam rubrik kuis, materi dalam rubrik ini

disajikan dalam bentuk kuis atau permainan yang secara umum digemari

oleh anak-anak. Dalam kuis atau permainan tersebut, terdapat gambar atau

ilustrasi yang mengandung pesan-pesan edukatif.


16

Selain itu juga ada rubrik Teladan yang membahas tentang

perjalanan kisah para tokoh-tokoh Islam, dimana para tokoh ini bisa

menginspirasi atau meneladani mereka. Selain itu juga ada rubrik Cerdik

(Cerita Mendidik) dan Kisah Sahabat, dimana disini terdapat kisah-kisah

yang penuh hikmah dan memiliki ibrah kepada pembaca. Dari itu penulis

tertarik untuk meneliti tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat

dalam Majalah Anak Sahabat, untuk membuktikan bahwa majalah ini

adalah majalah yang sifatnya mendidik bagi pembaca. Dimana dalam hal

ini penulis akan melakukan analisis tentang nilai-nilai pendidikan akhlak

anak yang ada di dalam Majalah Anak Sahabat, sekaligus sebagai fokus

dalam penelitian ini. Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

ANAK YANG TERDAPAT DI DALAM MAJALAH ANAK

SAHABAT (EDISI 71-80 TAHUN 2019-2020)

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian diatas, maka permasalahan yang muncul dalam

pembahasan ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pengaruh media massa terhadap perkembangan individu, mengingat

dalam keseharian individu sering berhadapan dengan media, baik

media cetak atau media elektronik. Begitu juga dengan anak-anak,

yang mana belum memiliki kemampuan dalam menyeleksi dan

menyaring apa-apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan.


17

2. Bahan bacaan peserta didik yang hanya terbatas pada buku-buku

pelajaran sekolah. Hal demikian dapat terjadi karena orang tua

mempercayakan sepenuhnya pendidikan anak kepada pihak sekolah

dan menganggap bahwa proses pendidikan hanya berlangsung di

dalam lingkungan sekolah saja, sehingga dalam keseharian peserta

didik hanya terbatas pada buku-buku pelajaran sekolah serta tidak

mendapat media pendukung dalam proses pembelajaran (misal:

majalah atau buku bacaan lainnya).

3. Kurang optimalnya pendidikan anak dalam keluarga yang disebabkan

karena minimnya kesadaran orang tua sebagai pendidik utama.

Dimana dalam praktiknya, tidak semua orang tua yang beragama

Islam, mampu melaksanakan pendidikan agama dalam keluarga secara

optimal. Karena pengetahuan agama yang minim sehingga

menyebabkan rendahnya kesadaran orang tua dalam hal pendidikan

agama dalam keluarga.

4. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang termuat dalam Majalah Anak

Sahabat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan

masalah, yaitu: “Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak anak yang

terdapat di dalam Majalah Anak Sahabat ( Edisi 71-80 Tahun 2019-2020)


18

D. Tujuan dan Signifikasi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak

dicapai penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai

pendidikan akhlak di dalam Majalah Anak Sahabat (Edisi 71-80 Tahun

2019-2020)

2. Signifikasi Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara

teoritis maupun secara praktis, dengan penjabaran sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan

tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat

dalam Majalah Anak Sahabat bagi pihak yang berkenan

membaca, terutama peneliti.

2) Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai pedoman

untuk kegiatan penelitian selanjutnya.

b. Secara Praktis

1) Penelitian karya ilmiah ini diharapkan menjadi sebuah

inspirasi, sumbangan pengetahuan atau informasi bagi

peneliti selanjutnya tentang nilai-nilai pendidikan akhlak.

2) Penelitian ini sebagai gambaran secara umum mengenai

konten dari Majalah Anak Sahabat, sehingga membuka

wawasan baru lewat Majalah Anak Sahabat.


19

E. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini disusun secara sistematis sesuai dengan hasil

penelitian. Adapun sistematika penulisannya terdiri dari lima Bab dan

beberapa Sub bab, diuraikan sebagai berikut:

Bab I meliputi pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan

dan signifikasi penelitian serta sistematika penulisan.

Bab 2 meliputi landasan teori penelitian berisi tentang deskripsi

teori kerangka berfikir dan hipotesis.

Bab 3 meliputi kerangka metodelogis berisi tentang metode

penelitian, populasi, sampel, dan teknik penarikan sampel, instrumentasi

penelitian, Teknik pengumpulan data dan Teknik Analisa data.

Bab 4 meliputi hasil penelitian, yang berisi tentang deskripsi

daerah/institusi, deskripsi karakteristik responden, penyajian analisis data

dan interprestasi hasil penelitian.

Bab 5 meliputi penutup, berisi tentang kesimpulan dan

rekomendasi.
20

BAB II

LANDASAN TEORI PENELITIAN

A. Nilai

1. Pengertian Nilai

Perkembangan penyelidikan ilmu pengetahuan tentang nilai,

menyebabkan bermacam-macam pandangan manusia tentang nilai.

Nilai adalah harga. Bernilai artinya berharga. Nilai adalah ukuran

untuk menghukum atau memilih tindakan dan tujuan tertentu. Nilai

adalah citra, ide, dan bukan fakta, sebab itu tidak ada ukuran pasti

tentang nilai dan tidak bisa dipastikan secara kaku.1

Nilai apabila mengacu pada kata-kata, misalnya “apa yang

dihargai, sama artinya dengan yang dianggap baik, atau dikehendaki.”

Dalam kehidupan manusia, nilai berperan sebagai standar yang

mengarahkan tingkah laku. Nilai juga menjadi kriteria yang dipegang

oleh individu dalam memilih dan memutuskan sesuatu.2 Danandjaja

mengemukakan bahwa nilai memberi arah pada sikap, keyakinan, dan

tingkah laku seseorang, serta memberi pedoman untuk memilih

tingkah laku yang diinginkan pada setiap individu.

Untuk memahami pengertian nilai, berikut adalah definisi nilai

dari beberapa ahli:

1
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012),
h.49
2
Muhammad Alfan, Pengantar Filsafat Nilai, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), h.42
21

a. Nilai, artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna

bagi kemanusiaan. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa

dan tindakan manusia dan melembaga secara objektif di

dalam masyarakat.

b. Menurut Sidi Galzaba, nilai adalah sesuatu yang bersifat

abstrak, ideal, bukan benda konkret, bukan fakta, tidak

hanya persoalan benar dan salah yang menuntut

pembuktian empiris, melainkan penghayatan yang

dikehendaki dan tidak dikehendaki.

c. Menurut Chabib Thoha, nilai merupakan sifat yang melekat

pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan

dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini).

Jadi, nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi

manusia sebagai acuan tingkah laku.3

Nilai adalah prinsip, standar, landasan, atau kualitas yang

dipandang bermanfaat dan sangat diperlukan pada suatu keyakinan

yang menjadi dasar bagi seseorang atau sekelompok orang untuk

memilih tindakannya atau menilai suatu hal yang bermakna bagi

kehidupannya. Nilai juga mengandung makna keyakinan yang

bersumber pada sistem nilai seseorang, bahkan masyarakat, tentang

apa yang patut dilakukan atau mengenai hal-hal yang berharga dan

hal-hal yang tidak berharga.

3
Ibid, h.54
22

Maka dapat dirumuskan bahwa nilai adalah suatu jenis

kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan

yang ada dalam hati, kemudian seseorang harus memilih untuk

melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan, ataupun mengenai

sesuatu yang tidak pantas atau yang pantas dikerjakan, dimiliki dan

dipercayai.4

2. Konsep Nilai

Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau

motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Sehingga, perilaku

atau tindakan seseorang merupakan cerminan dari nilai-nilai yang dianut

oleh orang tersebut. Dimana, nilai-nilai dapat mendorong seseorang untuk

melakukan suatu tindakan, baik atau buruk, salah atau benar. Seseorang

akan melakukan suatu tindakan yang diyakininya benar dan tidak akan

melakukan suatu tindakan yang diyakininya tidak benar.

Kaitannya dengan akhlak, permasalahan pokok yang terdapat

dalam akhlak atau pun etika dan moral adalah tentang standar nilai

kebaikan dan keburukan. Pada dasarnya kebaikan adalah sesuatu yang

enak dirasa, enak dipandang, dan memberikan manfaat, sebaliknya

keburukan adalah sesuatu yang tidak enak dirasa, dipandang, dan tidak

memberikan manfaat.5

4
Qiqi Yuliati Zakiyah dan A.Russdiana, Pendidikan Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia,
2014), h.148
5
Manpan Drajat dan Ridwan Effendi, Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2014),
h.24-25
23

3. Ciri-ciri Nilai

Sebagai sesuatu yang berharga dan berguna bagi manusia, nilai

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan

manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal

yang dapat diamati hanya objek yang bernilai. Misalnya, orang

yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai, tetapi kita

tidak bisa mengindra kejujuran itu.

2) Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung

harapan, cita-cita, dan keharusan sehingga nilai memiliki sifat

ideal. Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan

manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua

orang berharap mendapatkan dan berperilaku yang

mencerminkan nilai keadilan.

3) Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia

adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasarkan nilai

yang diyakininya. Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini

menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai

derajat ketakwaan. Dalam kajian filsafat, nilai dibedakan dalam

tiga macam, yaitu: nilai logika adalah nilai benar-salah, nilai

estetika adalah nilai indah tidak indah (jelek), dan nilai

etika/moral adalah nilai baik-buruk.6

6
Muhammad Alfan, Pengantar Filsafat Nilai, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), h.65
24

4. Fungsi Nilai

Fungsi utama nilai dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Nilai sebagai standar Menurut Rokeach dan Schwartz yang

dikutip, fungsi nilai dalam membimbing individu dalam

mengambil posisi tertentu dalam social issues tertentu, yaitu:

1) Memengaruhi individu untuk lebih menyukai

ideologi tertentu disbanding ideologi yang lain.

2) Mengarahkan cara menampilkan diri pada orang

lain.

3) Melakukan evaluasi dalam membuat keputusan, dan

4) Mengarahkan tampilan tingkah laku seorang

individu.

b. Sistem nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan konflik

dan pengambilan keputusan.

c. Fungsi Motivasional

Fungsi langsung dari nilai adalah mengarahkan tingkah

laku individu, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah

mengekspresikan kebutuhan dasar sehingga nilai dikatakan

memiliki fungsi motivasional. Nilai dapat memotivasi individu

untuk melakukan tindakan tertentu, memberi arah dan

intensitas emosional tertentu terhadap tingkah laku.7

7
Ibid, h.101-102
25

5. Nilai dalam Islam

Konsep nilai dalam Islam, nilai-nilai keislaman memiliki dua segi

yaitu segi normatif dan segi operatif. Segi normatif menitik beratkan

pada pertimbangan baik buruk, benar salah, haq bathil, atau diridho

tidak diridhoi. Adapun segi operatif mangandung lima kategori yang

menjadi prinsip standarisasi perilaku manusia, yaitu:

a. Wajib yaitu nilai yang harus yang dilakukan oleh setiap

manusia, jika tidak melaksanakan maka akan mendapatkan

sanksi.

b. Sunnah nilai yang apabila mengerjakan hal tersebut akan

mendapatkan hasil dari nilai tersebut (pahala) dan apabila tidak

melaksanakan tidak akan mendapatkan apa-apa.

c. Mubah yaitu nilai yang apabila dikerjakan atau tidak

dikerjakan, tidak akan mendapatkan balasan pahala atau sanksi.

d. Makruh yaitu nilai yang sebaiknya ditinggalkan tetapi apabila

dikerjakan, pelaku tidak medapatkan sanksi.

e. Haram yaitu nilai yang buruk untuk dilakukan karena

membawa kemudharatan dan kerugian bagi diri maupun bagi

ketentraman orang lain sehingga pelaku bisa dikenakan sanksi

baik didunia maupun diakhirat.8

f. Kaitannya dengan pendidikan, nilai tidak dapat dipisahkan

terutama dalam hal kualitas, moral, dan agama yang

8
Qiqi Yuliati Zakiyah dan A.Russdiana, Pendidikan Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia,
2014), h.148-149
26

kesemuanya akan tersimpan dalam tujuan pendidikan, yakni

meningkatkan kemampuan, prestasi, pembentukan akhlak, dan

membina kepribadian yang ideal.9

Akhlak merupakan tingkah laku yang dipengaruhi oleh

nilai-nilai yang diyakini oleh seseorang dan sikap yang menjadi

sebagian dari pada kepribadiannya. Nilai-nilai dan sikap itu

pula terpancar daripada konsepsi dan gambaran seseorang

terhadap hidup. Dengan kata lain, nilai-nilai dan sikap itu

terpancar dari pada aqidah seseorang yaitu gambaran tentang

kehidupan yang dipegang dan diyakininya. Nilai-nilai ini akan

mempengaruhi pembentukan sistem akhlak mulia pada diri

individu.

6. Nilai-nilai yang tercakup dalam sistem nilai Islami

1) Berikut adalah nilai-nilai yang tercakup dalam sistem nilai

Islami, yaitu: Sistem nilai budaya (cara hidup) yang sama dengan

Islam.

2) Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak yang

berorientassi kepada kehidupan didunia dan diakhirat.

3) Sistem nilai yang bersifat psiklogis yang berasal dari masing-

masing individu yang didorong oleh fitrahnya untuk berperilaku

secara terkontrol oleh nilai yang menjadi sumber rujukan yaitu

nilai Islam.

9
Jalaludin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat, dan Pendidikan,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007) h.178
27

4) Sistem nilai tingkah laku dari manusia yang mengandung

hubungan relasi atau hubungan komunikasi antara satu dengan

yang lainnya. Nilai lebih mengutamakan pemeliharaan pola

hubungan antar manusia dalam sistem sosial.10

B. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Berbagai persoalan bangsa yang terjadi seperti kasus KKN di

kalangan pejabat negara, kriminalitas yang semakin merajalela,

merebaknya pornografi, dan semakin meningkatnya kasus kenakalan

remaja, menggambarkan terjadinya kemerosotan akhlak warga

negara. Kemerosotan akhlak terjadi di semua lapisan masyarakat,

yang mana pada lapisan remaja dan anak-anaklah kemerosotan

akhlak lebih nyata terlihat. Hal itu tentulah menjadi keprihatinan

bersama dari berbagai pihak, terutama para pemerhati pendidikan.11

Sehingga, pembenahan dan pembentukan akhlak menjadi fokus

utama dalam proses pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Athiyah Al-Ibrasy dalam buku Ruh Al-Tarbiyyah Wa Al Ta’lim

yang menyatakan bahwa inti dari tujuan pendidikan adalah

pendidikan akhlak. 12

10
Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004). h.113
11
Muhammad Arifuddin, Duhai Anakku! Mendidik Anak Agar Tidak Durhaka,
(Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009), h.8
12
Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung:
PT. Remaja Rodakarya, 2014). H.11
28

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu “khuluqun” (‫)أخالق‬

bentuk jamak dari kata “khuluq” ( ‫ )خلق‬yang memiliki arti budi

pekerti, tabi’at, perangai, adat kebiasaan, tingkah laku.13

Berikut adalah pengertian akhlak menurut beberapa ahli:

a. Ibnu Maskawaih

“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan

pikiran terlebih dahulu. Keadaan ini terbagi dua, ada yang

berasal dari tabi’at aslinya, ada pula yang diperoleh dari

kebiasaan yang berulangulang.” 14

b. Imam Al-Ghazali

“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang

menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan gampang/

mudah tanpa memerlukan pemikiran dan timbangan.”15

c. Prof. Dr. Ahmad Amin

Mendefinisikan bahwa akhlak adalah kehendak yang

dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu,

kebiasaan itu dinamakan akhlak.16

13
Al-Ghozali, Mengobati Penyakit Hati terjemahan Ihya, Ulum Ad-Din (dalam Tahdzib
al-Akhlaq wa Mu’ajalat Amradh Al-Qulub), (Bandung: Karisma, 2000), h.31
14
Ibn Maskawaih, Tahzib al-Akhlaq (ed. Syekh. Hasan Tamir), (Beirut: Mansyurat Dar
Maktabat Al-Hayat, 1398 H), h.32
15
Al-Ghozali, Mengobati Penyakit Hati terjemahan Ihya, Ulum Ad-Din (dalam Tahdzib
al-Akhlaq wa Mu’ajalat Amradh Al-Qulub), (Bandung: Karisma, 2000), h. 31
16
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlaq), Penerjemah Farid Ma’ruf, (Jakarta: Bulan Bintang,
1975), h. 43
29

Definisi-definisi tersebut secara substansial tampak

saling melengkapi, dan dapat disimpulkan bahwa suatu

perbuatan atau sikap dapat dikategorikan sebagai akhlak

apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: Pertama,

perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat

dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi

kepribadiannya.

Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang

dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak

berarti bahwa saat melakukan suatu perbuatan, yang

bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan,

tidur, atau gila. Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan

yang timbul dari dalam diri seseorang yang melakuakannya,

tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat,

perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan

sesungguhnya. Kelima, perbuatan akhlak adalah perbuatan

yang dilakukan dengan ikhlas semata-mata karena Allah,

bukan karena ingin mendapat pujian.17

Menurut Muslim Nurdin, akhalak adalah sistem

nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan manusia di

muka bumi. Sistem nilai yang dimaksud adalah ajaran

Islam yang berpedoman kepada Al-Qur’an dan Al-

17
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan dan Kepribadian
Muslim, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h.151
30

Sunnah sebagai sumber utama, ijtihad sebagai sumber

berpikir Islami.18 Tujuan pokok akhlak adalah agar setiap

individu berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai

yang baik sesuai dengan ajaran Islam.19

2. Landasan Akhlak

Dalam Islam, dasar atau alat ukur yang menyatakan bahwa sifat

seseorang itu baik atau buruk adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Segala

sesuatu yang baik menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, itulah yang baik

untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Dan begitu

juga sebaliknya, segala sesuatu yang buruk menurut Al-Qur’an dan

As-Sunnah adalah tidak baik20 Berikut penjelasannya:

a. Al-Qur’an

Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an, Rasulullah sebagai suri

tauladan juga diibaratkan sebagai Al-Qur’an yang berjalan.

Rasulullah sebagai standar moral tertinggi atau ahsaan al-nas

khuluqan.21

18
Manpan Drajat dan Ridwan Effendi, Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2014),
h.19
19
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h. 25
20
Ibid, h.20
21
Moh. Slamet Untung, Menelusuri Metode Pendidikan Ala Rasulullah, (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2007), h.97
31

b. As-Sunnah

Mengikuti sunnah berarti mengikuti cara Rasulullah bersikap,

bertindak, berpikir, dan memutuskan.22 Al-Qur’an dan As-

Sunnah sebagai dasar atau landasan akhlak dalam islam,

menunjukkan tentang pentingnya kedudukan akhlak dalam

Islam.23

3. Klasifikasi Akhlak

Akhlak terbagi menjadi dua macam, yaitu akhlak terpuji (akhlakul

mahmudah) dan akhlak tercela (akhlakul madzmumah).24 Berikut

penjabarannya:

a. Akhlak Terpuji

Akhlak terpuji atau akhlak yang baik memiliki banyak

keutamaan, karena tidak akan keluar dari seseorang yang

memiliki akhlak mulia kecuali sikap dan perilaku yang baik,

terpuji, dan membawa manfaat.25

Contohnya adalah: baik perilaku, amanah, rendah hati, tepat

janji, jujur, sabar, syukur, zuhud, tawakal pada Allah, pemaaf,

kasih sayang, adil, baik hati, rajin, menghargai orang lain, dan

lain-lain.

22
Aminuddin, dkk, Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Agama
Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h.96
23
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h.23
24
Ibid, h.97
25
Imam Syafe’i, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter di Perguruan Tinggi,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), h.140
32

b. Akhlak Tercela

Yaitu tindakan atau perbuatan yang tidak sesuai dengan Al-

Qur’an dan As-Sunnah atau suatu hal yang dilarang oleh Allah.

Sehingga termasuk dalam perbuatan yang tidak baik dan tidak

boleh dilakukan.

Contohnya adalah: buruk perilaku, takabur, malas, bohong/

dusta, khianat, sombong, putus asa, ghibah, suka mencela,

buruk sangka, pemarah, riya’, aniaya, dzalim, dan lain-lain.

C. Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan berasal dari kata didik yang berarti bimbingan, arahan,

pembinaan, dan pelatihan: kemudian mendapat awalan pen dan

akhiran an, yang berarti memberikan bimbingan, arahan, pelajaran dan

sebagainya. Di dalam Islam, terdapat kosakata Al-tarbiyah yang berarti

pendidikan, pengembangan, pengajaran, perintah, pembinaan

kepribadian, memberi makan dan menumbuhkan, al-ta’lim yang

berarti pemberitahuan tentang sesuatu, nasihat, perintah, pengarahan,

pengajaran, pelatihan, pembelajaran, pendidikan, dan pekerjaan

sebagai magang, masa dan masa belajar suatu keahlian: juga kosakata

Al-ta’dib yang berarti pendidikan, disiplin, patuh dan tunduk pada

aturan, peringatan atau hukuman, serta penyucian.26

26
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2003) h.59
33

Pendidikan sebagai suatu proses yang mempunyai tujuan yang

biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku

tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang di didik.27 Serta

dapat diartikan sebagai suatu usaha pengembangan kualitas diri

manusia dalam segala aspeknya. 28

Dari beberapa penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa

pendidikan adalah suatu usaha sadar dalam membimbing,

menanamkan, memelihara, dan membentuk watak pribadi atau tingkah

laku individu, sehingga dapat membentuk individu yang

berkepribadian luhur.

Bagaimana dengan pendidikan akhlak? Berikut penjelasannya,

pendidikan akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan anak untuk mengenal, memahami, menghayati, dan

mengimani Allah, serta merealisasikannya dalam perilaku akhlak

mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan, dan

pembiasaan.29

Pendidikan akhlak juga dapat dipahami sebagai upaya yang

dilakukan dengan sadar untuk memberikan pendidikan secara lengkap,

yang tidak hanya sekedar jasmani melainkan juga rohani berdasarkan

27
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1995), h.32
28
Syamsul Huda Rohmadi, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta: Araska, 2012), h.139
29
Taufiqurrahman, dkk, Pendidikan Akhlak: Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 Nomor
2, (IAIN Antasari: Mu’adalah, 2013), h.66
34

ajaran Islam berupa penanaman akhlak mulia sesuai Al-Qur’an dan

sunnah.30 Dimana dalam prosesnya, peserta didik diajarkan mengenai

dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai, perilaku, dan sikap yang

harus dimiliki serta dijadikan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Dasar Pendidikan Akhlak

Dalam Islam, yang menjadi landasan atau dasar pelaksanaan

pendidikan akhlak adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Al-Qur’an dan

Sunnah/ Al-Hadist adalah alat ukur atau sebagai tolak ukur yang

menyatakan bahwa sifat seseorang itu baik atau buruk.31 Perbuatan apa

saja yang diperintahkan dan dianjurkan dalam Al-Qur’an dan sunnah

merupakan akhlak baik, dan sebaliknya, perbuatan apa saja yang

dilarang dalam Al-Qur’an dan sunnah adalah termasuk akhlak

tercela.32 Berikut penjelasannya:

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan kitab suci agama Islam yang

diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. melalui

perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an diturunkan sebagai

pedoman hidup umat manusia serta penyempurna kitab-kitab

sebelumnya.

30
Fajar Shodiq, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Surakarta: Fataba
Press, 2013), h.41
31
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h.20
32
Imam Syafe’I, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter di Perguruan Tinggi,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), h.139
35

Sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Ma’idah ayat

15-16:

ٗ ِ‫ب قَ ۡد َجآَٰ َء ُكمۡ َرسُولُنَا يُبَي ُِّن لَ ُكمۡ َكث‬


ۡ‫يرا ِّم َّما ُكنتُم‬ ِ َ‫َٰيََٰٓأ َ ۡه َل ۡٱل ِك َٰت‬
ِ َّ ‫ير قَ ۡد َجآَٰ َء ُكم ِّم َن‬
‫ٱَّلل‬ ٖۚ ِ‫وا َعن َكث‬ ْ ُ‫ب َويَ ۡعف‬ ِ َ‫ون ِم َن ۡٱل ِك َٰت‬ َ ُ‫تُ ۡخف‬
‫ض َٰ َونَ ۥه ُ ُسب ُ َل‬ َّ ‫ يَ ۡه ِدي بِ ِه‬١٥ ‫ين‬ٞ ِ‫ب ُّمب‬ٞ َ‫ور َو ِك َٰت‬
ۡ ‫ٱَّللُ َم ِن ٱتَّبَ َع ِر‬ ٞ ُ‫ن‬
ۡ‫ور بِإ ِ ۡذنِِۦه َويَ ۡه ِدي ِهم‬
ِ ُّ‫ت إِلَى ٱلن‬ ُّ ‫ٱل َّس َٰلَ ِم َوي ُۡخ ِر ُجهُم ِّم َن‬
ِ ‫ٱلظلُ َٰ َم‬
١٦ ‫ص َٰ َرط ُّم ۡستَقِيم‬
ِ ‫إِلَ َٰى‬
Artinya: “Hai Ahli Kitab! Sesungguhnya telah datang
kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari
(isi) Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang)
dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya
dari Allah, dan Kitab yang menjelaskan. Dengan Kitab itulah
Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu
pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan
menunjukkan mereka ke jalan yang lurus”.
Sebagai wahyu Allah yang disampaikan kepada manusia

secara pasti (qath’i), serta tidak ada keraguan sedikitpun di

dalamnya, ketentuan-ketentuan Al-Qur’an merupakan hukum

yang wajib ditaati dan tidak boleh diganti dengan ketentuan-

ketentuan lainnya.33

Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an, Rasulullah sebagai

suri tauladan juga diibaratkan sebagai Al-Qur’an yang

33
Alaiddin Koto, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h.68
36

berjalan. Rasulullah sebagai standar moral tertinggi atau

ahsaan Al-nas khuluqan.34

a. As-Sunnah

Sunnah dapat diartikan sebagai jalan. Sedangkan

dari sudut terminologi, para ahli hadis tidak

membedakan antara hadis dan sunnah. Menurut mereka,

hadis atau sunnah adalah hal-hal yang berasal dari Nabi

Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan,

penetapan, maupun sifat beliau, dan sifat-sifat ini, baik

berupa sifat-sifat fisik, moral, maupun perilaku,

sebelum beliau menjadi Nabi maupun sesudahnya. 35

Mengikuti sunnah berarti mengikuti cara Rasulullah

bersikap, bertindak, berpikir, dan memutuskan.36

Penjelasan tersebut sesuai dengan firman Allah

dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 21:

َ ‫ة لِّ َمن َك‬ٞ َ‫ٱَّللِ أُ ۡس َوة ٌ َح َسن‬


‫ان‬ َّ ‫ان لَ ُكمۡ فِي َرسُو ِل‬ َ ‫لقَ ۡد َك‬
٢١ ‫يرا‬ َّ ‫ٱَّللَ َو ۡٱليَ ۡو َم ۡٱۡلَٰٓ ِخ َر َو َذ َك َر‬
ٗ ِ‫ٱَّللَ َكث‬ ْ ‫يَ ۡرج‬
َّ ‫ُوا‬

Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu


suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mangharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.

34
Moh. Slamet Untung, Menelusuri Metode Pendidikan Ala Rasulullah, (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2007), h.97
35
Agus Solahudin dan Agus Suyadi, ’Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia,2009),
h.17
36
Aminuddin, dkk, Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Agama
Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h.96
37

3. Metode Pendidikan Akhlak

Muhammad Athiyah Al-Abrasyi menjelaskan tentang cara

pendidikan akhlak dalam islam, yaitu sebagai berikut:37

a. Pendidikan secara langsung

Yang dimaksud dengan pendidikan secara langsung adalah

memberi petunjuk berupa nasehat dengan menyebutkan

manfaat dan bahaya suatu perbuatan, dimana pendidik

menjelaskan kepada peserta didik tentang ha-hal yang

bermanfaat atau tidak dengan tujuan untuk menuntun ke arah

yang baik. Atau dapat dilakukan dengan cara praktik atau

melakukannya secara langsung, dimana pendidik memberi

contoh kepada peserta didik sebagai bentuk keteladanan.38

Menurut Sayid Usman dalam buku Manhaj Istiqamah Fi

Al-Din39, Nabi Muhammad SAW. sebagai Mu’allim Al-nas Al-

akhair yaitu sebagai guru yang terbaik. Oleh karena itu, dalam

menyampaikan ajaran-ajaran di bidang akhlak secara langsung

dapat dengan menggunakan ayat-ayat Al-qur’an dan Al-hadis

tentang akhlak dari Nabi Muhammad SAW.

b. Pendidikan akhlak secara tidak langsung

Arti pendidikan akhlak secara tidak langsung, adalah

dengan cara memberi sugesti kepada peserta didik melalui

37
Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Saleh: Prinsip-prinsip Pendidikan Anak dalam
Islam, (Bandung: Al-Bayyan, 1996), h.75
38
Ibid
39
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),
h.258
38

nasehat, bacaan yang mengandung nasehat, seperti cerita atau

kisah yang mengandung nilai-nilai positif.

Ahli pendidikan Islam, meyakini bahwa kata-kata hikmah,

nasehat, dan kisah-kisah nyata memiliki pengaruh besar

terhadap peserta didik, khususnya anak-anak.40

Berikut metode pendidikan akhlak secara tidak langsung

menurut Sayid Usman dalam buku Al-zuhrul Al-Basim fi Al-

atwar Abi Al qasim saw.41 yaitu:

1) Kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai akhlak

Kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai akhlak

banyak dikemukakan dalam ajaran Islam antara lain

kisah Nabi-nabi terdahulu, kisah perjalanan Isra’ Mi’raj

Nabi Muhammad SAW. Kisah Ashabul Kahfi, dll.

Kisah mempunyai kedudukan dan peranan yang besar

dalam mempengaruhi kehidupan manusia.

Cerita atau dongeng termasuk dalam metode

pendidikan yang sangat efektif, begitu juga dengan

kisah karena dengan kisah-kisah yang diberikan kepada

peserta didik dapat memberikan pengaruh yang kuat

40
Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Saleh: Prinsip-prinsip Pendidikan Anak dalam
Islam, (Bandung: Al-Bayyan, 1996), h.76
41
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),
h.263
39

serta dapat memperkokoh ingatan dan kesadaran

berfikir peserta didik.42

2) Latihan-latihan atau pembiasaan

Pendidikan dan pembinaan akhlak anak, baik di

lingkungan formal atau nonformal dapat dilakukan

dengan adanya contoh atau teladan dari pendidik dan

selanjutnya diaplikasikan dalam bentuk latihan-latihan

atau pembiasaan.43 Melalui proses pendidikan dan

pembiasaan atau latihan dapat meningkatkan

pemahaman tentang akhlak Islami serta merupakan

salah satu bentuk usaha pembinaan akhlak pada diri

peserta didik.44 Rachmat Djatmika berpendapat bahwa

jika seseorang sudah memahami akhlak, dan akan

menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni

perbuatan itu diulang-ulang dengan kecenderungan hati

(sadar).45

Bahwa dalam proses penanaman nilai akhlak pada

diri individu, pembiasaan memegang peranan yang

sangat penting. Sebab nilai-nilai tidak bisa hanya

42
Tadkiroatun Musfiroh, Memilih, Menyusun, dan Menyajikan Cerita Untuk Anak Usia
Dini, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), h.19
43
Mahmud, dkk, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga, (Jakarta: Akademia,2013),
h.137
44
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama,
1995), h.11
45
Khozin, Khazanah Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2013), h.124
40

sebatas diajarkan, melainkan juga dipraktikkan.

Sehingga sebagai seorang pendidik, baik orang tua atau

guru harus mampu menjadi teladan bagi peserta

didiknya.46

4. Tujuan Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak merupakan bagian yang penting dalam

pendidikan, sehingga Shalih Abdul Aziz mengatakan bahwa

pendidikan tidak akan sempurna tanpa pendidikan akhlak, dan

sebaliknya pendidikan baru akan sempurna apabila menjadikan

pendidikan akhlak sebagai dasarnya. 47

Pendapat tersebut tidaklah berlebihan mengingat pada

kenyataannya kasus kejahatan atau kriminalitas dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan, dimana hal tersebut menggambarkan

terjadinya kemerosotan akhlak atau moral penduduk bangsa. Disinilah

letak urgensi pendidikan akhlak bagi peserta didik dalam proses

pendidikan. Melalui pendidikan akhlak, diharapakan dapat mencetak

generasi yang berakhlak mulia, yaitu terbentuknya pribadi yang “insan

kamil” yang memiliki kualitas hubungan yang baik, baik hubungan

kepada Allah, hubungan kepada sesama manusia, dan lingkungannya.

46
Abdul Rohman, Jurnal Nadwa: Pembiasaan Sebagai Basis Penanaman Nilainilai
Akhlak Remaja Vol. 6 Nomor 1, (IAIN Walisongo Semarang, 2012), h.159
47
Erwati Aziz, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2003), h.102
41

Tujuan utama pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar manusia

berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus (Al-

shirat al-mustaqim), yakni jalan yang telah digariskan oleh Allah. Jalan

yang lurus (Al-shirat Al-mustaqim) sebagaimana firman Allah dalam

Q. S. Al-Fatihah ayat 7:

َ ِّ‫ضآَٰل‬
‫ين‬ ِ ‫ت َعلَ ۡي ِهمۡ َغ ۡي ِر ۡٱل َم ۡغضُو‬
َّ ‫ب َعلَ ۡي ِهمۡ َو ََل ٱل‬ َ ۡ‫ين أَ ۡن َعم‬
َ ‫ص َٰ َرطَ ٱلَّ ِذ‬
ِ
٧
Artinya: “(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat
kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula
jalan) mereka yang sesat”.
Jalan inilah yang akan mengantarkan manusia menuju kebahagiaan

dunia dan akhirat.48

Menurut pendapat Ali Abdul Halim Mahmud dalam buku “Al-

Tarbiyah Al-Khuluqiyah” yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan

akhlak diantaranya adalah sebagai berikut:49

a. Mempersiapkan manusia-manusia beriman agar selalu beramal

saleh.

b. Mempersiapkan manusia beriman dan beramal saleh agar

menjalani kehidupannya sesuai dengan ajaran Islam.

c. Mempersiapkan manusia beriman dan saleh agar bisa

berinteraksi secara baik dengan sesamanya.

48
Mahmud, dkk, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga, (Jakarta: Akademia,2013),
h.192
49
Ibid
42

d. Mempersiapkan manusia beriman dan saleh mampu dan mau

mengajak orang lain ke jalan Allah SWT, melaksanakan amar

makruf nahi mungkar, dan berjuang di jalan Allah SWT.

e. Mempersiapkan manusia beriman dan saleh agar merasa

bangga dengan persaudaraannya sesama muslim dan selalu

memberikan hak-hak persaudaraannya tersebut.

f. Mempersiapkan manusia beriman dan saleh yang merasa

bangga bahwa dia merupakan bagian dari seluruh umat Islam

yang berasal dari berbagai wilayah, suku, dan bahasa.

g. Mempersiapkan manusia beriman dan saleh yang merasa

bangga dengan loyalitasnya pada agama Islam dan berusaha

sekuat tenaga demi tegaknya agama Islam di muka bumi.

Selanjutnya, bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah untuk

menyelamatkan manusia agar terhindar dari suatu kehancuran,

sehingga kebahagiaan hidup dapat tercapai. Bila manusia itu

mengerti akan tujuan diturunkannya ia kedunia sebagai

khalifah, maka ia akan berupaya memperbaiki diri dalam

kebaikan, karena pada dasarnya mencapai surga dan terhindar

dari neraka adalah tujuan akhir manusia. Tujuan pendidikan

akhlak adalah penanaman akhlak itu sendiri, yaitu agar

tercipta:50

50
Fajar Shodiq, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Surakarta: Fataba
Press, 2013), h.43
43

1) Setiap kegiatan, perilaku mendapat ridha Allah.

Langkah manusia bila disertai ikhlas dan hanya

mengharap ridha Allah, hasilnya akan jauh lebih baik

daripada melakukan sesuatu karena mengharap imbalan

berupa uang, barang, atau jasa. Semua jika diarahkan

hanya ingin mencari ridha Allah, maka hasilnya akan

lebih maksimal dan optimal dan juga mendapat kasih

sayang Allah yang berlimpah.

2) Terbentuk pribadi yang mulia dan luhur

Pribadi luhur tak bisa dicapai hanya dengan sekejap

mata dan nasehat yang hanya beberapa kali saja. Perlu

intens untuk membentuknya, perlu perhatian ekstra dari

para pendidik, ulama, umara dan terutama sekali oleh

orang tua untuk membentuk karakter anak yang

berakhlak mulia.

3) Terhindar dari perbuatan hina dan tercela

Tak dipungkiri berakhlak mulia dapat menyelamatkan

dirinya dan orang lain, serta memiliki kekuatan untuk

menebar kebaikan kepada banyak orang dan bisa

menyelamatkan kehidupan orang secara umum, baik di

dunia maupun di akhirat. Dengan kata lain, pendidikan


44

akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang

memiliki keutamaan (Al-fadhilah).51

D. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

1. Nilai Akhlak

Menurut Muslim Nurdin, akhalak adalah sistem nilai yang

mengatur pola sikap dan tindakan manusia di muka bumi. Sistem nilai

yang dimaksud adalah ajaran Islam yang berpedoman kepada Al-

Qur’an dan Al-Sunnah sebagai sumber utama, ijtihad sebagai sumber

berpikir Islami.52 Tujuan pokok akhlak adalah agar setiap individu

berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai yang baik sesuai dengan

ajaran Islam.53

2. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak

Ruang lingkup ajaran akhlak adalah sama dengan ruang lingkup

pendidikan Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola

hubungan. Akhlak dalam ajaran Islam mencakup berbagai aspek,

dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk

(manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak

51
Khozin, Khazanah Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2013), h.143
52
Manpan Drajat dan Ridwan Effendi, Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta,2014),
h.19
53
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h.25
45

bernyawa).54 Untuk lebih jelasnya, berikut adalah penjelasan terkait

dengan hal tersebut:

a. Akhlak terhadap Allah

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau

perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai

makluk, kepada Allah. Akhlak kepada Allah, merupakan

akhlak yang paling pokok diantara yang lainnya, yakni

mencakup segala ketaatan kepadaNya, taat menjalankan

perintah Allah dan meninggalkan laranagan Allah. 55

Menurut Quraish Shihab, titik tolak akhlak terhadap Allah

adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain

Allah. Berikut contoh berakhlak kepada Allah:56

1) Beriman kepada Allah (Q.S. An-Nisa, 4: 116)

َ ِ‫ون َٰ َذل‬
‫ك‬ َ ‫ك بِِۦه َويَ ۡغفِ ُر َما ُد‬ َ ‫ٱَّللَ ََل يَ ۡغفِ ُر أَن ي ُۡش َر‬َّ ‫إِ َّن‬
‫ض َٰلَ ا ََل بَ ِعي ًدا‬ َّ ِ‫لِ َمن يَ َشآَٰ ٖۚ ُء َو َمن ي ُۡش ِر ۡك ب‬
َ ‫ٱَّللِ فَقَ ۡد‬
َ ‫ض َّل‬
١١٦
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya”.

54
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan dan Kepribadian
Muslim, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2011), h.152
55
Imam Syafe’I dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter di Perguruan Tinggi,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2014), h.141
56
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan dan Kepribadian
Muslim, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2011), h.154
46

2) Takwa kepada Allah (Q.S. An-Nur: 35)

‫ور ِهۦ َك ِم ۡش َك َٰوة‬ ۡ ِ ‫ٱَّللُ نُو ُر ٱل َّس َٰ َم َٰ َو‬


ِ ُ‫ن‬ ‫ض َمثَ ُل‬ ِ ٖۚ ‫ت َوٱۡلَ ۡر‬ َّ
‫اجة ُ َكأَنَّهَا‬ ُّ
َ ‫ٱلز َج‬ ‫اج ٌۖة‬َ ‫صبَا ُح فِي ُز َج‬ ۡ ‫صبَا ٌۖ ٌح ۡٱل ِم‬ۡ ‫فِيهَا ِم‬
‫ِّي يُوقَ ُد ِمن َش َج َرة ُّم َٰبَ َر َكة َز ۡيتُونَة ََّل‬
ٞ ‫ب ُدر‬ٞ ‫َك ۡو َك‬
ۡ‫ض َٰٓي ُء َولَ ۡو لَم‬ ِ ُ‫َش ۡرقِيَّة َو ََل َغ ۡربِيَّة يَ َكا ُد َز ۡيتُهَا ي‬
َّ ‫ور يَ ۡه ِدي‬ ٖۚ ُ‫ار نُّو ٌر َعلَ َٰى ن‬ ٖۚٞ َ‫تَمۡ َس ۡسهُ ن‬
‫ورِۦه َمن‬ ِ ُ‫ٱَّللُ لِن‬
َٰ ۡ َ‫يَ َشآَٰ ٖۚ ُء َوي‬
َّ ‫اس َو‬
‫ٱَّللُ بِ ُكلِّ َش ۡيء‬ ِ ِۗ َّ ‫ٱَّللُ ۡٱۡلَمۡ ثَ َل لِلن‬
َّ ُ‫ض ِرب‬
٣٥ ‫يم‬ٞ ِ‫َعل‬
Artinya: “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan
bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti
sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada
pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu
seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara,
yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di
sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah
barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir
menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas
cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada
cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi
manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

3) Bersyukur kepada Allah (Q.S. Al-Baqarah: 152)

ِ ‫ُوا لِي َو ََل تَ ۡكفُر‬


‫ُون‬ ۡ ‫فَ ۡٱذ ُكرُونِ َٰٓي أَ ۡذ ُك ۡر ُكمۡ َو‬
ْ ‫ٱش ُكر‬

Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya


Aku ingat (pula) kepadamu, danbersyukurlah kepada-
Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”.
47

4) Beribadah kepada Allah (Q.S. Ad-Dzariyat: 56)

ِ ‫نس إِ ََّل لِيَ ۡعبُ ُد‬


‫ون‬ ِ ۡ ‫ت ۡٱل ِج َّن َو‬
َ ‫ٱۡل‬ ُ ‫َو َما َخلَ ۡق‬

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia


melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

5) Ridha dan ikhlas kepada Allah (Q.S. An-Nisa’: 146)

َّ ِ‫وا ب‬
ِ‫ٱَّلل‬ ْ ‫ص ُم‬ َ َ‫ٱعت‬ ۡ ‫َو‬ ْ‫صلَحُوا‬ ۡ َ‫َوأ‬ ْ‫ين تَابُوا‬َ ‫إِ ََّل ٱلَّ ِذ‬
َٰٓ
‫ف‬َ ‫ين َو َس ۡو‬ َ ٌۖ ِ‫ۡٱل ُم ۡؤ ِمن‬ ‫ك َم َع‬ َ ِ‫فَأ ُ ْو َٰلَئ‬ ِ‫َوأَ ۡخلَصُواْ ِدينَهُمۡ ِ ََّّلل‬
َ ِ‫ٱَّللُ ۡٱل ُم ۡؤ ِمن‬
‫ين أَ ۡجرًا َع ِظ ٗيما‬ َّ ‫ت‬ِ ‫ي ُۡؤ‬
Artinya: “Kecuali orang-orang yang taubat dan
mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada
(agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama
mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-
sama orang yang beriman dan kelak Allah akan
memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala
yang besar”.

6) Taubat dan istighfar (Q.S. At-Tahrim: 8)

‫ٱَّللِ تَ ۡوبَ ٗة نَّصُوحًا‬ َّ ‫وا تُوب َُٰٓو ْا إِلَى‬ ْ ُ‫ين َءا َمن‬َ ‫َٰيََٰٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
‫َع َس َٰى َربُّ ُكمۡ أَن يُ َكفِّ َر َعن ُكمۡ َسيَِّاتِ ُكمۡ َوي ُۡد ِخلَ ُكمۡ َج َٰنَّت‬
َّ ‫تَ ۡج ِري ِمن تَ ۡحتِهَا ۡٱۡلَ ۡن َٰهَ ُر يَ ۡو َم ََل ي ُۡخ ِزي‬
َّ ِ‫ٱَّللُ ٱلنَّب‬
‫ي‬
ۡ‫ين َءا َمنُواْ َم َع ٌۖۥهُ نُو ُرهُمۡ يَ ۡس َعىَٰ بَ ۡي َن أَ ۡي ِدي ِهم‬ َ ‫َوٱلَّ ِذ‬
َ َّ‫ٱغفِ ۡر لَنَ ٌۖآَٰ إِن‬
‫ك‬ ۡ ‫ورنَا َو‬
َ ُ‫ون َربَّنَآَٰ أَ ۡت ِممۡ لَنَا ن‬
َ ُ‫َوبِأ َ ۡي َٰ َمنِ ِهمۡ يَقُول‬
ٞ ‫َعلَ َٰى ُكلِّ َش ۡيء قَ ِد‬
٨ ‫ير‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
48

semurnimurninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan


menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu
ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi
dan orang-orang mukmin yang bersama dia: sedang
cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah
kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb
kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami: Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu”.

b. Akhlak terhadap sesama manusia

Akhlak terhadap sesama manusia adalah sikap dan

perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia terhadap

sesama manusia pula. Berikut contoh berakhlak kepada sesama

manusia:

1) Akhlak terhadap diri sendiri, yaitu menjaga kesucian

diri. (Q.S. At-Taubah: 108)

‫ِّس َعلَى ٱلت َّ ۡق َو َٰى ِم ۡن أَ َّو ِل‬ ‫ََل تَقُمۡ فِي ِه أَبَ ٗد ٖۚا‬
َ ‫لَّ َم ۡس ِج ٌد أُس‬
‫ُّون أَن‬ َ ‫ال ي ُِحب‬ ‫ق أَن‬
ٞ ‫تَقُو َم فِي ٖۚ ِه فِي ِه ِر َج‬ ُّ ‫يَ ۡوم أَ َح‬
َ ‫ٱَّللُ ي ُِحبُّ ۡٱل ُمطَّه ِِّر‬
١٠٨ ‫ين‬ َّ ‫ُوا َو‬ ْ ٖۚ ‫طهَّر‬
َ َ‫يَت‬
Artinya: “Janganlah kamu bersembah yang dalam
mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang
didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba), sejak hari
pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di
dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bersih”.
49

2) Tidak menjerumuskan diri kepada kehancuran (Q.S. Al-


Baqarah: 195)

‫ٱَّللِ َو ََل تُ ۡلقُواْ بِأ َ ۡي ِدي ُكمۡ إِلَى ٱلتَّ ۡهلُ َك ِة‬
َّ ‫َوأَنفِقُواْ فِي َسبِي ِل‬
١٩٥ ‫ين‬ َّ ‫َوأَ ۡح ِسنُ َٰٓو ٖۚ ْا إِ َّن‬
َ ِ‫ٱَّللَ ي ُِحبُّ ۡٱل ُم ۡح ِسن‬
Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan
Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri
ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik”.

3) Membangun silaturahmi (Q.S. An-Nisaa: 1)

‫َٰيََٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ َربَّ ُك ُم ٱلَّ ِذي َخلَقَ ُكم ِّمن نَّ ۡفس َٰ َو ِح َدة‬
‫يرا‬ٗ ِ‫ث ِم ۡنهُ َما ِر َج ٗاَل َكث‬ َّ َ‫ق ِم ۡنهَا َز ۡو َجهَا َوب‬ َ َ‫َو َخل‬
‫ون بِِۦه َو ۡٱۡلَ ۡر َحا ٖۚ َم إِ َّن‬ َّ ْ‫َونِ َسآَٰءٖٗۚ َوٱتَّقُوا‬
َ ُ‫ٱَّللَ ٱلَّ ِذي تَ َسآَٰ َءل‬
١ ‫رقِيبٗ ا‬ َ ۡ‫ان َعلَ ۡي ُكم‬ َّ
َ ‫ٱَّللَ َك‬
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya: dan
dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.

4) Berbuat baik kepada semua orang (Q.S. An-Nisaa: 36)

‫وا بِِۦه َش ٗۡي ٌۖا َوبِ ۡٱل َٰ َولِ َد ۡي ِن إِ ۡح َٰ َس ٗنا‬


ْ ‫ٱَّللَ َو ََل ت ُ ۡش ِر ُك‬َّ ‫وا‬ ْ ‫ٱعبُ ُد‬
ۡ ‫َو‬
‫ار ِذي‬ ۡ
ِ ‫ين َوٱل َج‬ ِ ‫َوبِ ِذي ۡٱلقُ ۡربَ َٰى َو ۡٱليَ َٰتَ َم َٰى َو ۡٱل َم َٰ َس ِك‬
‫ب َو ۡٱب ِن‬ ِ ‫ب بِ ۡٱل َج ان‬ ِ ‫َّاح‬
ِ ‫ب َوٱلص‬ ِ ُ‫ار ۡٱل ُجن‬ ۡ
ِ ‫ٱلقُ ۡربَىَٰ َوٱل َج‬
ۡ
50

َّ ‫ٱل َّسبِي ِل َو َما َملَ َك ۡت أَ ۡي َٰ َمنُ ُكمۡ ِۗ إِ َّن‬


َ ‫ٱَّللَ ََل ي ُ ِحبُّ َمن َك‬
‫ان‬
‫ُم ۡختَ ٗاَل فَ ُخورًا‬
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat,
ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri”.

5) Menjaga pergaulan (Q.S. An-Nuur: 30)

ْ‫ص ِر ِهمۡ َويَ ۡحفَظُوا‬ َ َٰ ‫وا ِم ۡن أَ ۡب‬ ْ ُّ‫ين يَ ُغض‬ َ ِ‫قل لِّ ۡل ُم ۡؤ ِمن‬
َ ‫صنَع‬
‫ُون‬ ۡ َ‫ٱَّللَ َخبِي ا ُر بِ َما ي‬
َّ ‫ك أَ ۡز َك َٰى لَهُمٖۡۚ إِ َّن‬َ ِ‫ُوجهُمٖۡۚ َٰ َذل‬
َ ‫فُر‬
Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang
beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya,
dan memelihara kemaluannya: yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.

c. Akhlak terhadap lingkungan

Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap

lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.

Dimana, kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara

manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam. Akhlak

terhadap lingkungan, memperlihatkan bahwa akhlak dalam

Islam sangat komprehensif, menyeluruh, dan mencakup

berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan.


51

Sebagai contohnya adalah tidak berbuat kerusakan di muka

bumi, sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an, (Q.S. Al-

Qashash ayat: 77)

‫ك ِم َن‬ ِ َ‫نس ن‬
َ َ ‫صيب‬ َ َ‫ٱۡل ِخ َر ٌۖةَ َو ََل ت‬ َٰٓ ۡ ‫ٱَّللُ ٱل َّدا َر‬
َّ ‫ك‬ َ ‫َو ۡٱبتَغِ فِي َمآَٰ َءاتَ َٰى‬
‫ك َو ََل تَ ۡب ِغ ۡٱلفَ َسا َد فِي‬ َّ ‫ٱل ُّد ۡنيَ ٌۖا َوأَ ۡح ِسن َك َمآَٰ أَ ۡح َس َن‬
َ ٌۖ ‫ٱَّلل ُ إِلَ ۡي‬
َ ‫ٱَّللَ ََل ي ُِحبُّ ۡٱل ُم ۡف ِس ِد‬
‫ين‬ َّ ‫ض إِ َّن‬ ِ ٌۖ ‫ٱۡلَ ۡر‬
ۡ
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan”.

3. Akhlak dan Pendidikan Agama Islam

Dewasa ini, terjadi peningkatan kasus kejahaatan dan tindak

kriminal. Seperti, kasus korupsi dikalangan pejabat, kenakalan remaja,

merebaknya pornografi, tindak kriminalitas yang semakin merajalela,

pembunuhan, bahkan kasus-kasus yang melibatkan anak-anak di

bawah umur yang mulai bermunculan. Kenyataan tersebut, sangatlah

meprihatinkan dan menjadi kekhawatiran bersama. Mengapa semua itu

bisa terjadi? Jawabanya adalah karena rendahnya akhlak/ moral warga

negara, yang sekaligus menggambarkan terjadinya kemerosotan akhlak

warga negara. Disinilah urgensi pembentukan akhlak dalam diri setiap

individu.
52

Berbicara tentang pembentukan akhlak, sama dengan berbicara

tentang tujuan pendidikan karena banyak pendapat yang mengatakan

bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak.57 Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Athiyah Al-Ibrasy dalam buku Ruh Al-

Tarbiyyah wa Al-Ta’lim, Athiyah Al-Ibrasy menyatakan bahwa inti

dari tujuan pendidikan adalah pendidikan akhlak.58

Akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan, dan

kesungguhan atau hasil usaha.59 Pada intinya adalah upaya

menginternalisasikan nilai-nilai, ajaran, pengalaman, dan sikap

sehingga menjadi sifat, karakter, dan kepribadian peserta didik. Usaha

pembentukan dan pembinaan akhlak semakin dibutuhkan di era

modern sekarang ini, dimana semakin banyak tantangan dan godaan

sebagai dampak dari kemajuan zaman.

Pendidikan akhlak merupakan jiwa pendidikan Islam. Karena

tujuan tertinggi dari pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan

akhlak. Sehingga dalam sebuah proses pendidikan, bukan hanya

bertujuan untuk transfer of knowledge ke dalam otak peserta didik,

akan tetapi lebih dari itu yaitu tujuan utamanya adalah mendidik

akhlak peserta didik. Disinilai dapat disimpulkan bahwa pembentukan

57
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.155
58
Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung:
PT. Remaja Rodakarya,2014), h.11
59
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.156
53

akhlak pada diri peserta didik menjadi fokus utama dalam proses

pendidikan.60

Menurut GBPP PAI, mengemukakan bahwa Pendidikan Agama

Islam secara umum bertujuan untuk meningkatkan keimanan,

pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang

agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan

bertakwa kepada Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.61

Menurut Al-Abrasyi, tujuan pendidikan Islam dapat dirumuskan

dalam lima kelompok, yaitu:

a. Pembentukan akhlak

b. Persiapan untuk dunia dan akhirat

c. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi

pemanfaatannya

d. Menumbuhkan roh ilmiah para pelajar dan memenuhi

keinginan untuk mengetahui serta memiliki kesanggupan untuk

mengkaji ilmu pengetahuan

e. Mempersiapkan para pelajar untuk suatu profesi tertentu

sehingga ia mudah mencari rezeki.62

60
Juwariyah, Dasar-dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: Teras,
2010), h.97
61
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012),
h.78
62
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.91
54

Pembentukan akhlak mulia pada diri individu menjadi tujuan

utama dalam proses Pendidikan Agama Islam. Mengingat

bahwasannya, akhlak merupakan cerminan setiap individu yang

merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diwujudkan dalam sebuah sikap

atau tindakan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan

Agama Islam adalah membentuk individu yang berakhlak mulia,

terwujud dalam perilaku-perilaku yang terpuji, sehingga terbentuklah

pribadi yang “insan kamil” yang memiliki kualitas hubungan yang

baik, baik hubungan kepada Allah, hubungan kepada sesama, dan

lingkungannya.63

E. Anak

1. Pengertian Anak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi dari anak adalah

keturunan yang kedua atau manusia yang masih kecil.64 Anak bukan

orang dewasa dalam ukuran mini karena anak memiliki taraf dan

pencapaian perkembangan tersendiri yang berbeda dengan individu

yang berada pada tahapan remaja dan dewasa, sehingga harus

memperoleh perlakuan yang tepat sesuai dengan perkembangannya.

Anak dalam pembahasan skripsi ini adalah pembatasan

berdasarkan pembagian fase perkembangan anak oleh Al-Hadi Al Afifi

63
Sa’ad Riyadh, Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah, (Jakarta: Gema Insani, 2007), h.93
64
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, KBBI: File PDF, (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008), h. 57
55

dan Najid Yusuf Badawi dalam buku Usul At-Tarbiyah wa Ilmu An-

Nafsi, yaitu sebagai berikut:65

a. Awal masa kanak-kanak umur 0-5 tahun.

b. Akhir masa kanak-kanak umur 6-12 tahun.

c. Masa remaja dan dewasa umur 13-18 tahun.

Anak dalam pembahasan skripsi ini adalah anak pada fase akhir

masa kanak-kanak (6-12 tahun) atau anak usia sekolah dasar.

2. Ciri-ciri Utama Masa Anak-anak

Berikut adalah ciri-ciri utama masa anak-anak late childhood (anak

umur 6-12 tahun) menurut Robert Havigurst dalam buku Paradigma

Pendidikan Anak dalam Islam, yaitu:66

a. Memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki

kelompok sebaya (per group).

b. Keadaan fisik yang memungkinkan atau mendorong anak

memasuki dunia permainan dan pekerjaan yang membutuhkan

keterampilan jasmani.

c. Memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep,

logika, simbol, dan komunikasi yang luas.

Menurut Whitehead, masa anak-anak atau anak pada rentan

usia 0-12 tahun adalah usia produktif untuk memberikan stimulasi

65
Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Saleh: Prinsip-prinsip Pendidikan Anak dalam
Islam, (Bandung: Al-Bayyan, 1996), h.48
66
Didin Jamaluddin, Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2013), h.17
56

pada anak dalam hal pengembangan diri anak.67 Bagian penting dalam

stimulasi yang dilakukan pendidik pada anak yang memasuki fase atau

masa ini adalah pembentukan karakter. Sehingga masa anak-anak

menjadi masa yang paling tepat untuk menginternalisasikan nilai-nilai

yang diyakini kemanfaatannya, agar dapat diaplikasiakn dalam

kehidupan sehari-hari.68

3. Masa Kanak-kanak Akhir

Masa kanak-kanak akhir atau masa anak sekolah berlangsung dari

umur 6 tahun sampai umur 12 tahun. Menurut Kohnstam dalam buku

Psikologi Perkembangan Anak, mengemukakan bahwa masa kanak-

kanak akhir atau masa anak sekolah merupakan masa intelektual yang

berarti bahwa anak-anak telah siap untuk mendapatkan pendidikan di

sekolah dan perkembangannya berpusat pada aspek intelek.

67
Ibid
68
M. Fauzi Rachman, Islamic Parenting, (Surabaya: Penerbit Erlangga,2011), h.3
57

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah library research atau penelitian

keperpustakaan, yaitu suatu teknik pengumpulan data melalui perpustakaan.1

Kajian pustaka disebut juga kajian literatur, yang merupakan bahasan atau

bahan-bahan bacaan yang terkait dengan suatu topik atau temuan. Riset

keperpustakaan atau sering disebut studi pustaka, membaca dan mencatat

serta mengolah bahan penelitian. Dalam riset ini memanfaatkan sumber

perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Sehingga riset pustaka

membatasi kegiatan hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa

memerlukan riset lapangan.2 Artinya, dalam penelitian ini penulis

memfokuskan kajian atas dokumen-dokumen yang berkaitan dengan nilai-

nilai pendidikan akhlak anak dalam Majalah Anak Sahabat.

B. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang dijadikan penelitian untuk

memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini dilaksanakan di Kantor

1
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1995), h.61
2
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2013), h.95
58

Majalah Anak Sahabat, yang beralamat: Di komplek Pusdiklat Dewan

Da’wah, jl.kp. Bulu Ds. Setia Mekar Tambun Selatan, Bekasi- Jawa Barat

C. Sampel Sumber Data

Data adalah sumber informasi yang diseleksi sebagai bahan analisis.

Data dapat berupa catatan-catatan dalam kertas, buku, atau tersimpan sebagai

file dalam database. Data akan menjadi bahan dalam suatu proses pengolahan

data.3 Oleh karena itu, kualitas dan ketepatan pengambilan data tergantung

pada ketajaman menyeleksi yang dipandu oleh penguassan konsep atau teori.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

primer dan sekunder. Adapun sumber data yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

1. Sumber Data Primer

Data primer adalah data utama yaitu data yang diseleksi atau

diperoleh langsung dari sumbernya tanpa perantara.4 Dalam

penelitian ini, yang menjadi sumber data utama adalah Majalah

Anak Sahabat Edisi 71-80 Tahun 2019-2020.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber sekunder adalah buku-buku dan tulisan-tulisan lainnya

yang mempunyai pembahasan yang erat hubungannya dengan

sumber primer yang dapat membantu menganalisa dan memahami

3
Mohammad Bisri, Statistika Sosial & Pendidikan, (Surakarta: FATABA Press, 2014),
h.12

4
Siswantoro, Metode penelitain sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.70
59

bahan-bahan yang ada dalam sumber primer. Menurut Data

sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau

lewat perantara, tetapi tetap bersandar kepada kategori atau

parameter yang menjadi rujukan.5 Sumber pendukung dalam

penelitian ini adalah buku-buku yang membahas tentang nilai,

akhlak, dan pendidikan akhlak. Yaitu sebagai berikut:

3. Imas Kurniasih. 2010. Mendidik SQ Anak Menurut Nabi

Muhammad Saw. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Marwa.

4. Muhammad Arifuddin. 2009. Duhai Anakku! (Mendidik Anak

Agar Tidak Durhaka). Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

5. Asnelly Ilyas. 1996. Mendambakan Anak Saleh: Prinsip-prinsip

Pendidikan Anak dalam Islam. Bandung: Al-Bayan.

6. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid. 2010. Prophetic

Parenting “Cara Nabi Mendidik Anak”. Yogyakarta: Pro-U

Media.

7. Dian Faturrahman. 2002. Pendidikan Agama Dalam Keluarga.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

8. Haryanto Al-Fandi. 2011. Etika Bermuamalah Berdasarkan

Alquran dan Sunnah. Jakarta: Amzah.

5
Ibid, h.71
60

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kepustakaan ini, metode pengumpulan data

menggunakan metode dokumentasi yaitu alat pengumpulan data dengan cara

menyelediki benda-benda seperti: majalah, dokumen, peraturan-peraturan,

notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. 6 Pengumpulan data dalam

penelitian ini berdasarkan:

1. Sumber data primer yaitu Majalah Anak Sahabat Edisi 71-80

Tahun 2019-2020.

2. Sumber data sekunder yaitu sebagai berikut:

a. Imas Kurniasih. 2010. Mendidik SQ Anak Menurut Nabi

Muhammad Saw. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Marwa.

b. Muhammad Arifuddin. 2009. Duhai Anakku! (Mendidik

Anak Agar Tidak Durhaka). Sidoarjo: Masmedia Buana

Pustaka.

c. Asnelly Ilyas. 1996. Mendambakan Anak Saleh: Prinsip-

prinsip Pendidikan Anak dalam Islam. Bandung: Al-

Bayan.

d. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid. 2010. Prophetic

Parenting “Cara Nabi Mendidik Anak”. Yogyakarta: Pro-

U Media.

6
Esti Ismawati, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta: Ombak,
2012), h.81
61

e. Dian Faturrahman. 2002. Pendidikan Agama Dalam

Keluarga. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

f. Haryanto Al-Fandi. 2011. Etika Bermuamalah

Berdasarkan Alquran dan Sunnah. Jakarta: Amzah.

g. Sumber data lainnya yang terdiri dari buku-buku

penelitian, jurnal, internet, dll.

Dari ketiga sumber di atas, penulis melakukan pengumpulan data

melalui dokumentasi, sehingga dapat menemukan teori-teori yang bias

dijadikan bahan pertimbangan berkenaan dengan masalah nilai-nilai

pendidikan akhlak anak yang terdapat dalam Majalah Anak Sahabat

Berikut adalah tahapan pengumpulan data yang ditempuh peneliti

dalam penelitian library research.7

1) Menghimpun/mencari literatur yang berkaitan dengan objek

penelitian.

2) Mengklasifikasi buku berdasarkan content/jenisnya (primer/

sekunder).

3) Mengutip data/teori atau konsep lengkap dengan sumbernya.

4) Mengecek/melakukan konfirmasi atau cross check data/ teori

dari sumber lainnya, dalam rangka memperoleh

keterpercayaan data.

5) Mengelompokkan data berdassarkan outline/sistematika

penelitian yang telah disiapkan.


7
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis, dan Artikel Ilmiah, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2007), h.198
62

E. Teknik Analisis Data

Data-data yang terkumpul selanjutnya diolah dengan baik dan sesuai

dengan permasalahan. Dan langkah atau tahap selanjutnya adalah peneliti

mengadakan analisis data dengan pendekatan berpikir. Analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori,menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih nama penting dan yang

akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri.8

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik content analysis

atau kajian isi. Teknik ini digunakan untuk menarik kesimpulan melalui

usaha untuk menemukan karakteristik pesan, dilakukan secara objektif dan

sistematis.9 Teknik content analisis atau kajian isi dilakukan untuk

mempelajari dan mengkaji terhadap pesan yang tampak dalam Majalah Anak

Sahabat.

Berikut tahapan-tahapan penelitian dengan menggunakan teknik

content analisis atau kajian isi :10

8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), H.244
9
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h.163
10
Esti Ismawati, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta: Ombak,
2012), h.70
63

a. Memilih teks yang akan dianalisis

b. Memperhatikan tujuan penelitian yang akan dicapai

c. Mendeskripsikan isi secara objektif dan sistematik sehingga

ditemukan karakteristik-karakteristik khusus

F. Uji Kesholehan Data

Untuk memeriksa kesholehan data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik ketekunan pengamatan. Ketekunan pengamatan berarti

bahwa peneliti melakukan pengamatan dengan cara teliti dan rinci serta

berkesinambungan, dimana peneliti mengamati secara mendalam pada objek

penelitian agar data yang digunakan dapat dikelompokkan dengan tepat.11

Dalam hal meningkatkan ketekunan pengamatan dalam penelitian,

peneliti harus membaca berbagai referensi yang berkaitan dengan penelitian.

Baik berdasarkan sumber primer maupun sekunder dalam penelitian ini.

11
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), h.177
64

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profile Majalah Sahabat

1. Selayang Pandang

Majalah Anak Sahabat adalah majalah anak Islam yang aman,

kreatif dan asyik. Majalah Anak Sahabat sempat terbit pada tahun 1970-an

yang terkenal dengan komik si Bandel. Namun kemudian sempat terhenti

dalam waktu yang lama. Baru kemudian pada tahun 2012 Majalah Anak

Sahabat kembali terbit.

Kini komik si Bandel diganti dengan 3 Sahabat yaitu Pen, Paper dan

Hadid. Majalah Sahabat terus berusaha berinovasi untuk menjadi media

anak yang tedepan di pentas nasional. Majalah Anak Sahabat sudah beredar

di berbagai daerah dan kota di Indonesia seperti, Bekasi, Jakarta, Bandung,

Banten, Cilacap, Sumatera Selatan, Bengkulu, hingga Kalimantan dan

Papua.

Media merupakan paling central dalam memegang peranan

penbentukan karakter hingga pola pikir pembaca. Karena media saat ini

sudah menjadi kiblat baru bagi perkembangan zaman. Dengan media

tersebut mereka dapat menyerang kita sampai kedalam rumah tangga.

Korbannya tidak hanya orang tua tetapi juga anak-anak. Karena anak-anak

paling mudah untuk ditaklukkan. Hal ini dapat kita ketahui dari berbagai
65

media yang beredar, dan yang paling banyak dikhawatirkan dari dampaknya

adalah anak-anak.

Khusus di Indonesia, jumlah media Islam masih sangat sedikit.

Kalaupun banyak, maka skala dan jumlah oplahnya sangat sedikit.

Sehingga, jika dibandingkan dengan media non-muslim, maka media Islam

belum bisa bersaing! Karena itu pelu sinergitas, perlu kesungguhan, perlu

keistiqomahan serta wajib keiklasan untuk menciptakan sebuah terobasan

da’wah bilqolam melalui media.

Majalah Anak Sahabat berusaha menjadikan bacaan alternatif untuk

anak-anak, agar mereka terhindara dari perusakan moral oleh Televisi yang

tidak mendidik, Internet, game dan media social yang tidak bisa dipantau

terus menerus oleh orangtua. Kerena itu Majalah Sahabat hadir untuk

megatasi perusakan moral tersebut. Majalah Anak Sahabat mengajak Anak-

anak untuk lebih kreatif dalam berkarya yang lebih asyik.

Selain itu Majalah Anak juga mengajak anak-anak untuk mengikuti

tantangan dalam menjawab kuis, menulis cerita, puisi, mewarnai, barani

bercita-cita tinggi, praktek sains, praktek tangan terampil dan lain-lain.

Adapun visi misi dan motto dari Majalah Anak Sahabat sebagai

berikut:

a. Visi

Menjadi Menara bagi sahabat (media edukatif bagi anak yang

aman, kreatif dan asyik).


66

b. Misi

✓ Memberikan ilmu pengetahuan sesuai dengan Al-Qur’an

dan As-Sunnah bagi anak

✓ Memfasilitiasi kreatifitas anak Indonesia

✓ Memberikan alternatif bacaan yang terdepan dan

menyenangkan bagi anak.

c. Motto

Aman, kreatif dan asyik

2. Susunan Redaksi Majalah Anak Sahabat

a. Penerbit : Menara Press

b. Penanggung Jawab : Deni Wahyudi, S.Sos.I

c. Pimpinan Umum : Imam Saridho, S.Sos.I

d. Pimpinan Radaksi : Amriadi Al Masjidiy

e. Redaktur Pelaksana : Mohammad Sobirin

f. Editor : Amriadi, Emiliana

g. Dewan Redaksi : Mohammad Sobirin

Wiwik Winarsih

Yusuf Solihin

Emiliana

Amriadi

h. Ilustrator : Bilqisthi Putri

i. Design dan Lay Out: Abdurrahman Ibnu Hakim


67

3. Spesifikasi Majalah Anak Sahabat

Nama Majalah : Majalah Anak Sahabat

Oplah Cetak : Minimal 3.000 eksemplar dan terus bertambah

Bentuk : Majalah

Ukuran : 23,5 cm x15,5 cm

Jumlah Halaman : 40 isi + 4 cover

Kertas Cover : cover art paper 190 gram

Kertas isi : isi hvs 70 gram

Harga dasar : Rp. 7000,-/majalah

Harga jual : Rp. 10.000,-/majalah

Frekwensi terbit : 1 bulan sekali

Tanggal terbit : 1 setiap bulannya

4. Rubrikasi dalam Majalah Anak Sahabat

Setiap majalah memiliki rubrik yang berbeda-beda di dalamnya, sehingga

meskipun isi pemberitaannya sama tetepi dari segi rubrikasi memiliki

karakteristik khasnya masing-masing. Begitu juga dengan Majalah Anak

Sahabat, yang mana mana di dalamnya terdapat dua puluh lima rubrik yang

disajikan kepada para pembaca. Berikut rubrik-rubrik yang terdapat dalam

Majalah Anak Sahabat:

No Daftar rubrik Majalah Anak Sahabat

1 Sapa Sahabat
68

2 Surat Pembaca

3 Tahukah Sahabat

4 Teknologi

5 Mutiara Sahabat

6 Jendela Sahabat

7 Tips & Triks

8 Quote

9 Cita-cita

10 Flaura & Fauna

11 Kamus

12 Hidup Sehat

13 Kreasi Sahabat

14 Puisi

15 Tanggan Trampil

16 Buku Pilihan

17 Cerdik

18 Aqidah

19 Teladan

20 Sains

21 Kisah Sahabat

22 Galeri

23 Sahabat Ummi
69

24 Kuis

25 Mewarnai

26 Komik

5. Daerah Persebaran

No Nama Daerah Persebaran

1 Aceh

2 Palembang

3 Jambi

4 Lampung

5 Jakarta

6 Banten

7 Jawa Barat

8 Jawa Timur

9 Kalimantan Barat

10 Sulawesi Selatan

11 Papua

6. Majalah Anak Sahabat Edisi 71 Agustus 2019- Edisi 80 April 2020

Beriku adalah daftar Majalah Anak Sahabat edisi 71 Agustus 2019 sampai

dengan edisi 80 April 2020 beserta tema atau judul bahasan utama pada

masing-masing edisi, yaitu sebagai berikut:


70

No Daftar Edisi Tema atau Judul Bahasan Utama


1 Edisi 71 – Agustus 2019 Pahala Manis Puasa Senin-kamis

2 Edisi 72 – September 2019 Sedekah Perisai di Hari Kiamat

3 Edisi 73 – Oktober 2019 Berkata Baik! Atau Diam!

4 Edisi 74 – November 2019 Jadilah Muslim Anthophila

5 Edisi 75 – November 2019 Fast Food? No Way!

6 Edisi 76 – Desember 2019 Trend Makan

7 Edisi 77 – Januari 2020 Beauty in Syar’i

8 Edisi 79 – Maret 2020 My Fashion My Style

9 Edisi 80 – April 2020 Ada Apa dengan Game Online

B. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Anak yang terdapat di dalam Majalah

Sahabat (Edisi 71 Agustus 2019-Edisi 80 April 2020)

1. Materi dalam Majalah Anak Sahabat Edisi 71 Agustus 2019 –

Edisi 80 April 2020 yang Mengandung Nilai-nilai Pendidikan

Akhlak Anak

Bagian dalam Materi yang

No Daftar Edisi Judul Materi Mengandung Nilai-nilai

Pendidikan Akhlah Anak

1 Edisi 71 – Agustus 2019 Saya Kuat Nah sahabatku, yuk mulai

“Pahala Manis Puasa sekarang kita rajin shaum

Senin-Kamis” senin kamis agar tubuh sehat

dan kuat. Pengen kan, punya


71

badan yang kuat dan sehat

seperti jagoanmu?

2 Edisi 72 – September Do’a untuk Manusia sebagai makhluk

2019 “Sedekah Perisai Orang Sakit social ketika mengetahui

Di Hari kiamat” saudaranya ada yang sakit

maka dianjurkan untuk

mendo’akannya.Mendo’a-

kan baik ketika mengunjugi-

nya maupun tidak.

3 Edisi 73 – Oktober 2019 Memaki saat Perlu Ananda ketahui bahwa

“Berkata Baik Atau kita kesal? mengumpat atau memaki

Diam!” merupakan hal buruk yang

tidak disukai oleh Allah. Dan

merupakan hal yang sia-sia,

alangkah baiknya bilamana

Ananda mengucapkan

kalimat-kalimat yang

bermakna baik.

4 Edisi 74 – November Berpisah dengan Terkadang aku juga ikut

2019 “Jadilah Muslim sahabat shalat berjamaah Bersama

Anthophila” kakak-kakak santri dan

mengaji Bersama.
72

5 Edisi 75 – November Aku senang Alasan kak nayla ingin

2019 “Fast Food? No menjadi santri melanjutkan ke pesantren

Way!” karena kak nayla ingin

belajar mendalami ilmu

agama termasuk

menghafal Al-Qur’an

6 Edisi 76 – Desember lihat shalatnya berkata Umar bin Al-

2019 “Trend Makanan, Khathathab Radiyallahu

Makan bukan untuk ‘anhu “jika engkau melihat

viewers” seseorang menyia-nyaikan

shalatnya, maka demi Allah,

ia akan lebih menyia-nyikan

terhadap yang lainnya”

7 Edisi 77 – Januari happy weekend Anak banin dan banat

“Beauty In Syar’I” camp melakukan persiapan shalat

mangrib dan shalat insya,

dengan berpakaian rapi dan

sudah mengambil air wudhu.

Kemudian kami melakukan

shalat berjama’ah dengan di

jamak, dikarenakan acara

selanjutnya ada kegiatan

game
73

8 Edisi 79 – Maret “My sederhana itu Ami sayang… agama Islam

Fashion My Style” mengesankan melarang kita berhias

berlebihan. Pengantin juga

dilarang berdandan

berlebihan. Kita harus

berdandan yang sesuai

syari’at atau aturan Islam.

Islam menganjurkan kita

untuk sederhana dalam

berhias.

9 Edisi 80 – April “Ada Tips mengatur Jangan lewatkan waktumu

Apa Dengan Game waktu untuk ibadah seperti shalat 5

Online?” waktu, tilawah, dan lain-lain

oh… Rayen iya bu, Rayen minta maaf.

Rayen khilaf…
74

2. Analisis Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Anak yang terdapat di

dalam Majalah Anak Sahabat Edisi 71 Agustus 2019-Edisi 80 April

2020

Setelah dilakukan penelitian dan pengkajian terhadap Majalah Edisi

71 Agustus 2019-Edisi 80 April 2020, serta dari berbagai sumber yang

mendukung, maka ditemukan nilai-nilai pendidikan akhlak anak dalam

majalah yang di sajikan. Diantaranya adalah sifat syukur, sifat sabar,

sifat ikhlas, sifat pemaaf, dan sifat lainnya. Untuk lebih jelasnya,

berikut adalah analisis materi yang mengandung nilai-nilai pendidikan

akhlak anak yang terdapat di dalamMajalah Anak Sahabat:

a. Akhlak Terhadap Allah SWT

1) Beriman dan Bertaqwa (Beribadah Kepada Allah SWT)

Dalam Majalah Anak Sahabat terdapat materi yang memuat

nilai pendidikan akhlak beribadah kepada Allah SWT.

Beribadah kepada Allah SWT merupakan salah satu bentuk

ketaatan kepada Allah SWT, yang mana ketaatan kepada Allah

SWT. termasuk dalam salah satu bentuk akhlak terhadap Allah

SWT. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan berikut:

Akhlak kepada Allah SWT. dapat diartikan sebagai sikap

atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia

sebagai makluk, kepada Allah SWT. Akhlak kepada Allah

SWT., merupakan akhlak yang paling pokok diantara yang

lainnya, yakni mencakup segala ketaatan kepada-Nya, taat


75

menjalankan perintah Allah SWT. dan meninggalkan

laranagannya.1

Ibadah kepada Allah SWT. memainkan peranan yang

menakjubkan dalam diri seorang anak. Ibadah menjadikan anak

merasa memiliki ikatan dengan Rabb-nya. Serta menjadikannya

dapat mengontrol jiwanya atau pun hikmah-hikmah di balik

ibadahnya, yang mana memberikan dampak positif pada

aktivitas anak.2 Perintah beribadah kepada Allah SWT. terdapat

dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56, yaitu sebagai berikut:

‫س اِ َّْل لِيَ ْعبُ ُد ْو ِن‬ ِ ْ ‫ت ْال ِج َّن َو‬


َ ‫اْل ْن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia


melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Berikut nukilan kisah yang mengandung nilai pendidikan

akhlak tentang akhlak kepada Allah SWT. (beribadah kepada

Allah SWT.) yang terdapat yang terdapat di dalam Majalah

Anak Sahabat:

“Abdullah seorang ahli yang zuhud, banyak berpuasa di

siang hari dan shalat di malam hari. Sehingga tak heran apabilah

Rasullah memberikan nasihat kepadanya untuk memberikan

1
Imam Syafi’I dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter di Perguruan Tinggi,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), h.141
2
M. Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting “Cara Nabi Mendidik Anak”,
(Yogyakarta: Pro-U Media,2010), h.354
76

hak-hak tubuh, yaitu istirahan.” (Majalah Anak Sahabat Edisi

71 - Agustus 2019)

“Jangan lewatkan waktumu untuk ibadah seperti shalat 5

waktu, tilawah, dan lain-lain.” (Majalah Anak Sahabat Edisi 80

- April 2020)

Dalam nukilan cerita di atas memuat pesan yang sifatnya

mendidik, yaitu menggambarkan atau menjelaskan tentang

aktvitas ibadah yang dilakukan tokoh dalam cerita. Sehingga,

melalui bacaan yang di dalamnya memuat tentang kebiasaan-

kebiasaan baik yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita,

diharapkan dapat memberi pengaruh positif pada pembaca.

Berikut ulasan terkait tentang hal tersebut:

Pembangunan karakter diri dengan selalu mendekatkan diri

kepada Allah dalam wujud shalat.3

Dalil tentang perintah shalat terdapat dalam QS. Thaha ayat

14, yaitu sebagai berikut:

ْ‫ْل اَنَ ۠ا فَا ْعبُ ْدنِ ْۙ ْي َواَقِ ِم الص هَّلوةَ لِ ِذ ْك ِري‬ ٰ ‫اِنَّنِ ْْٓي اَنَا ه‬
ْٓ َّ ِ‫ّللاُ َْلْٓ اِ هلهَ ا‬

Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan


(yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah
shalat untuk mengingat Aku.”

3
Imas Kurniasih, Mendidik SQ Anak Menurut Nabi Muhammad SAW, (Yogyakarta:
Pustaka Marwa,2010), h.129
77

Atau dalam QS. Thaha ayat 132, berikut kutipan artinya:

“Dan Perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan


bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta
rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki. Dan akibat
(yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”

Ayat di atas jelas memberikan pemahaman kepada para

pendidik bahwa kewajiban shalat adalah mutlak perintah Allah,

dan tidak ada tendensi apapun untuk melakukannya kecuali

hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.4 Dan prinsip inilah

yang harus diajarkan kepada peserta didik (anak), bahwa

mereka harus mengerjakan shalat karena merupakan sebuah

kewajiban dan bentuk taat kepada perintah Allah SWT.

Mengajarkan shalat kepada anak tentu tidak bisa instan dan

tidak mungkin dengan serta merta anak akan mengikutinya.

Sehingga butuh adanya proses dalam mengenalkan atau

membiasakan shalat pada diri anak. Selain mengajarkan shalat

melalui metode keteladanan, salah satu upaya yang dapat

dilakukan pendidik adalah dengan cara memberikan bacaan-

bacaan yang di dalamnya memuat pesan pengajaran tentang

shalat. Berikut nukilan kisah dalam Majalah Anak Sahabat yang

memuat pesan pengajaran tentang shalat:

4
Ibid
78

“Terkadang aku juga ikut shalat berjamaah Bersama kakak-

kakak santri dan mengaji Bersama.” (Majalah Anak Sahabat

Edisi 74 – November 2019)

“Anak banin dan banat melakukan persiapan shalat dan

shalat insya, dengan berpakaian rapi dan sudah mengambil air

wudhu. Kemudian kami melakukan shalat berjama’ah dengan

di jamak, dikarenakan acara selanjutnya ada kegiatan game.”

(Majalah Anak Sahabat Edisi 77 – Januari 2020)

Dalam nukilan cerita di atas, terdapat gambaran atau

penjelasan tentang aktivitas ibadah (shalat) yang dilakukan oleh

tokoh dalam cerita serta memuat pesan pengajaran tentang

keutamaan shalat berjamaah dan keutamaan shalat tepat waktu.

Selain itu, dalam Majalah Anak Sahabat juga terdapat materi

cerita yang memuat pesan pengajaran tentang keutamaan

membaca dan menghafal Al-Qur’an. Berikut nukilan cerita

yang memuat pesan pengajaran tentang keutamaan membaca

dan menghafal Al-Qur’an:

“Alasan kak nayla ingin melanjutkan ke pesantren karena

kak nayla ingin belajar mendalami ilmu agama termasuk

menghafal Al-Qur’an.” (Majalah Anak Sahabat Edisi 75 –

November 2019)

Membentuk fitrah Islamiyah pada diri peserta didik (anak)

dapat juga dilakukan dengan cara mengajarakan Al-Qur’an


79

kepada anak. Dalam buku Prophetic Parenting “Cara Nabi

Mendidik Anak” dijelaskan bahwa mengajarkan Al-Qur’an

kepada anak dapat menumbuhkan fitrah Islamiyah anak.5 Hal

tersebut sesuai dengan Al-Hafizh as-Suyuthi yang dikutip oleh

M. Nur Abdul Hafizh Suwaiddalam buku Prophetic Parenting

“Cara Nabi Mendidik Anak”, yang mengatakan bahwa:

“Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak adalah salah satu

dasar Islam. Agar mereka dapat tumbuh sesuai dengan fitrah,

dan cahaya hikmah dapat lebih cepat meresap dalam hati

mereka sebelum didahului oleh hawa nafsu dan kegelapannya

yang berupa kemaksiatan dan kesesatan.”

Pendidik, dalam hal ini orangtua sepatutnya mengajarkan

Al-Qur’an kepada anak sejak kecil. Sehingga menumbuhkan

rasa cinta kepada Al-Qur’an pada diri anak dan pesan-pesan

yang tekandung di dalamnya dapat meresap yang terwujud

dalam ketaatan kepada Allah SWT. (menjalankan perintah

Allah SWT. dan menjauhi laranangan Allah SWT.) serta

perilaku dan akhlaknya sesuai dengan Al-Qur’an.

Menurut uraian di atas, dijelaskan pula mengenai salah

bentuk metode pendidikan akhlak bagi peserta didik yaitu

metode Al-Mau’idzoh atau nasihat. (Metode pendidikan akhlak

5
M Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting “Cara Nabi Mendidik Anak”,
(Yogyakarta: Pro-U Media,2010), h.331
80

melalui nasihat merupakan salah satu cara yang berpengaruh

pada diri peserta didik, dimana pendidik memberikan pesan-

pesan atau sugesti-sugesti positif kepada peserta didik sehingga

diharapkan melalui hal tersebut dapat menanamkan sifat-sifat

terpuji pada diri peserta didik dan peserta didik mampu

mengimplementasikan pada kehidupan sehari-hari serta

terwujud kebiasaan baik pada diri individu.

2) Bersyukur Kepada Allah SWT

Dalam Majalah Anak Sahabat terdapat materi cerita yang

memuat nilai pendidikan akhlak tentang syukur kepada Allah

SWT. Berikut nukilan cerita yang di dalamnya memuat nilai

pendidikan akhlak tentang syukur kepada Allah SWT.:

“wah, indah sekali ya paduan warna yang Allah ciptakan

dalam fisik harimau Sumatera”

“Alhamdulillah… akhirnya selasai juga tugasku, bu. Kata

Shalika.” (Majalah Anak Sahabat Edisi 76 – Desember 2019)

“Alhamdulillah sampai tujuan sekitar jam 14.12” (Majalah

Anak Sahabat Edisi 77 – Januari 2019)

Dalam nukilan cerita tersebut, terdapat gambaran tentang

rasa syukur dalam bentuk ucapan hamdallah yang diucapkan

oleh salah satu tokoh dalam cerita. Hal tersebut menunjukkan


81

adanya pesan pengajaran yang terkandung dalam materi cerita,

yaitu mengajarkan tentang syukur dalam bentuk pujian kepada

Allah SWT. berupa ucapan hamdallah. Untuk lebih jelasnya,

berikut adalah penjelasan tentang syukur kepada Allah SWT.:

Menurut bahasa, syukur artinya berterima kasih. Adapun

menurut istilah, adalah merasa gembira dan puas serta berterima

kasih atas segala nikmat dan anugerah Allah yang dilimpahkan

kepada hamba-Nya, meskipun tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Pengertian syukur yang paling dasar adalah

memenuhi hati dengan pengakuan atas keagungan Allah dan

mengakui bahwa nikmat yang diberikan benar-benar agung,

serta pengakuan tersebut mendorong anggota badan untuk

melakukan ketaatan kepada-Nya.

Syukur kepada Allah dapat diungkapkan dengan hati, lisan,

dan tindakan atau perbuatan. Dalam materi cerita Majalah Anak

Sahabat selain memuat pesan pengajaran tentang syukur kepada

Allah SWT. melalui lisan, juga terdapat materi cerita yang

memuat pesan pengajaran tentang syukur kepada Allah SWT.

melalui perbuatan.

Bersyukur kepada Allah SWT. termasuk dalam amalan

mulia yang perlu ditanamkan pada diri peserta didik sejak dini.

Selain melalui contoh langsung (metode keteladanan) dari

pendidik, syukur kepada Allah SWT. dapat diajarkan melalui


82

cerita-cerita yang di dalamnya memuat nilai pendidikan akhlak

tentang syukur kepada Allah SWT. Sehingga, melalui cerita

tersebut diharapakan anak dapat memperoleh nilai-nilai luhur

yang selanjutnya dapat terwujud dalam perilaku yang baik atau

kebiasaan baik. Berikut dalil tentang perintah syukur yang

terdapat dalam Al-Qur’an: QS. Al-Baqarah ayat 172

‫ه‬
ِ ‫هيْٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ها َمنُ ْوا ُكلُ ْوا ِم ْن طَيِّ هب‬
ِ‫ت َما َر َز ْق هن ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوا ِ ٰلِل‬
‫اِ ْن ُك ْنتُ ْم اِيَّاهُ تَ ْعبُ ُد ْو َن‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara
rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah, jika benarbenar kepada-Nya kamu
menyembah.”

b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia

1) Akhlak terhadap diri sendiri

a) Sabar

Dalam materi cerita yang terdapat di dalam Majalah

Anak Sahabat, terdapat kisah yang memuat pesan

pengajaran tentang sifat sabar. Berikut nukilan kisah yang

di dalamnya menggambarkan atau menjelaskan tentang sifat

sabar:

“Urwah bin Zubair terkenal dengan kesabaran dalam

mengahadapi ujian yang berat. Hal ini bisa kita lihat dari

beberapa kali beliau mengalami ujian yang tidak ringan, dan

beliau tetap sabar dengan keimanan yang kuat. Misalnya


83

ketika anaknya meninggal dunia dan kakinya harus di

amputasi” (Majalah Anak Sahabat Edisi 77 – Januari 2020)

Nukilan cerita tersebut, di dalamnya

menggambarkan tentang sifat sabar yang dimiliki oleh salah

satu tokoh dalam cerita. Sekaligus juga menjelaskan bahwa,

dengan sifat sabar yang dimiliki oleh tokoh tersebut akan

berdampak positif pada dirinya sendiri. Hal tersebut

menunjukkan adanya pesan pengajaran yang termuat dalam

materi cerita, yaitu mengajarkan tentang sifat sabar. Sabar

merupakan salah satu akhlak terpuji yang

diperintahkan Allah SWT. Berikut penjelasan atau uraian

tentang sifat sabar:

Menurut pendapat Abu Thalib Al-Makky, sabar

adalah menahan diri dari dorongan hawa nafsu demi

menggapai keridhaan Tuhannya dan menggantikannya

dengan bersungguhsungguh menjalani cobaan-cobaan

Allah SWT. terhadapnya. 6 Berikut dalil tentang perintah

sabar dalam Al-Qur’an: QS. Al-Imran ayat 200

‫صابِر ُْوا َو َرابِطُ ْو ۗا َواتَّقُوا‬


َ ‫هيْٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ها َمنُوا اصْ بِر ُْوا َو‬
ٰ‫ه‬
‫ّللاَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح ُْو َن‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu
dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu beruntung.”

6
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h.96
84

Dalam Al-Qur’an, kata sabar di ulang lebih dari tujuh

puluh tempat. Di dalam berbagai ayat tersebut dapat dilihat

bahwa Allah menganugrahi orang-orang yang memegang

teguh sifat sabar.7 Dan dari banyak ayat Al-Qur’an yang

menjelaskan tentang sabar, terdapat gambaran jelas tentang

begitu mulianya kesabaran.

2) Akhlak Terhadap Orangtua

a) Berbakti kepada orangtua

Materi dalam Majalah Anak Sahabat juga memuat

nilai pendidikan akhlak terhadap orangtua yaitu berbakti

kepada orang tua. Berikut nukilan cerita yang terdapat

dalam Majalah Anak Sahabat yang memuat pesan

pengajaran berupa gambaran atau penjelasan tentang

berbakti kepada orangtua:

“Setelah pulang sekolah aku bergegas mandi dan

membantu ibu…” (Majalah Anak Sahabat Edisi 72 –

September 2019)

“kesini nak, tolong aduk rata adonan ini ya…, pinta

ibu. ‘baik bu...’ balas Kania.” (Majalah Anak Sahabat Edisi

74 – November 2019)

7
Sa’ad Riyadh, Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah, (Jakarta: Gema Insani, 2007), h.133
85

Nukilan cerita diatas merupakan nukilan-nukilan dari

cerita yang terdapat di dalam Majalah Anak Sahabat, di

dalamnya memuat nilai pendidikan akhlak terhadap

orangtua yaitu berbakti kepada orangtua. Berbakti kepada

orang tua, dalam cerita digambarakan sebagai sikap terpuji

yang dimiliki tokoh dalam cerita. Berikut penjelasan tentang

berbakti kepada orang tua:

Berbakti kepada orang tua merupakan amal saleh,8

Berbakti kepada orangtua adalah kewajiban atas setiap

muslim atau merupakan suatu hal yang diwajibkan oleh

Allah SWT.9 Berikut dalil tentang perintah berbakti kepada

orangtua yang terdapat dalam Al-Qur’an: QS. An-Nisa ayat

36

ٰ ‫َوا ْعبُ ُدوا ه‬


‫ّللاَ َو َْل تُ ْش ِر ُك ْوا بِ ٖه َشيْـًٔا َّوبِالْ َوالِ َدي ِْن اِحْ َسانًٔا‬
‫ار ِذى الْقُرْ هبى‬ ِ ‫َّوبِ ِذى ْالقُرْ هبى َو ْاليَ هتمه ى َو ْال َم هس ِكي ِْن َو ْال َج‬
‫ب َوابْ ِن ال َّسبِي ْۙ ِْل َو َما‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ْۢ ْن‬
ِ ‫َّاح‬
ِ ‫ب َوالص‬ ِ ُ‫ار ْال ُجن‬ ِ ‫َو ْال َج‬
‫ان ُم ْختَ ًٔاْل‬
َ ‫ّللاَ َْل ي ُ ِحبُّ َم ْن َك‬ ٰ ‫ت اَ ْي َمانُ ُك ْم ۗ اِ َّن ه‬
ْ ‫َملَ َك‬

ۙ‫فَ ُخ ْورًٔ ا‬
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anakanak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan

8
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h.107
9
M. Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting “Cara Nabi Mendidik Anak”,
(Yogyakarta: Pro-U Media, 2010), h.219
86

hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai


orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri.”

QS. Lukmat ayat 14-15

‫ان بِ َوالِ َد ْي ِۚ ِه َح َملَ ْتهُ اُ ُّمهٗ َو ْهنًٔا َع هلى َو ْه ٍن‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬


َ ‫اْلنْ َس‬ َّ ‫َو َو‬
َ ۗ ‫صالُهٗ فِ ْي َعا َمي ِْن اَ ِن ا ْش ُكرْ لِ ْي َولِ َوالِ َدي‬
‫ْك اِلَ َّي‬ َ ِ‫َّوف‬
ِ ‫ْال َم‬
‫ص ْي ُر‬
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar
berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.
Hanya kepada Aku kembalimu”

‫ك بِ ٖه ِع ْل ٌم‬ َ َ‫ْس ل‬
َ ‫ك بِ ْي َما لَي‬ َ ‫ك َع هلْٓى اَ ْن تُ ْش ِر‬ َ ‫َواِ ْن َجاهَ هد‬
‫اح ْبهُ َما فِى ال ُّد ْنيَا َم ْعر ُْوفًٔا ۖ َّواتَّبِ ْع َسبِ ْي َل‬ ِ ‫ص‬ َ ‫فَ ََل تُ ِط ْعهُ َما َو‬
‫اب اِلَ ِۚ َّي ثُ َّم اِلَ َّي َمرْ ِج ُع ُك ْم فَاُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم‬
َ َ‫َم ْن اَن‬
‫تَ ْع َملُ ْو َن‬
Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak
mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau
menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-
Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka
akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan”
87

3) Akhlak Terhadap Oranglain

a) Menasehati dalam hal kebaikan

Dalam Majalah Anak Sahabat, terdapat materi yang

memuat nilai pendidikan akhlak terhadap sesama manusia

yaitu menasehati dalam hal kebaikan. Berikut pesan

pengajaran tentang akhlak kepada sesama manusia yaitu

menasehati dalam hal kebaikan:

“Benar itu Did, kaka Paper. Kamu tidak boleh makan

berlebihan, apalagi ikut-ikutan pamer di medsos juga ngak

boleh.” (Majalah Anak Sahabat Edisi 77 – Januari 2020)

Dalam cerita di atas, terdapat gambaran atau

penjelasan tentang sikap saling menasehati dalam hal

kebaikan yang di miliki oleh tokoh dalam cerita. Sikap

saling menasehati dalam hal kebaikan yang termuat dalam

cerita digambarkan sebagai salah satu sikap terpuji yang

harus dimiliki seorang muslim. Berikut penjelasannya:

Ketahuilah bahwa kita semua akan menjadi golongan

yang akan mendapatkan kerugian besar di dunia dan akhirat,

apabila kita tidak beriman kepada Allah SWT., tidak mau

mengerjakan amal shaleh, tidak mau nasehat menasehati

supaya menaati kebenaran dan nasihat menasehati

kebenaran. Sesuai firman Allah SWT. Dalam QS. Al-Ashr

ayat 1-3, yaitu sebagai berikut:


88

‫َو ْال َعصْ ْۙ ِر‬


“Demi masa,

ٍ ْۙ ‫ان لَفِ ْي ُخس‬


‫ْر‬ ِ ْ ‫اِ َّن‬
َ ‫اْل ْن َس‬
Sungguh, manusia berada dalam kerugian,

ِّ ‫اص ْوا بِ ْال َح‬


ْۙ‫ق ە‬ ٰ ‫َّْل الَّ ِذي َْن ها َمنُ ْوا َو َع ِملُوا ال ه‬
ِ ‫صلِ هح‬
َ ‫ت َوتَ َو‬
‫صب ِْر‬ َ ‫َوتَ َوا‬
َّ ‫ص ْوا بِال‬
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan
saling menasihati untuk kesabaran.”

Ayat di atas merupakan salah satu ayat dalam Al-

Qur’an yang menjelaskan tentang perintah untuk nasehat-

menasehati antar sesama manusia. Menasehati dalam hal

kebaikan atau kebenaran merupakan salah satu bentuk cinta

antara muslim satu dengan muslim yang lainnya. 10

b) Mengucap dan menjawab salam

Dalam Majalah Anak Sahabat terdapat cerita yang di

dalamnya memuat nilai pendidikan akhlak tentang

mengucap dan menjawab salam. Berikut cerita yang

memuat nilai pendidikan akhlak tentang berbagi salam

(mengucapkan dan menjawab salam):

10
M. Ali Al-Hasyimi, Menjadi Muslim Ideal, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), h.340
89

“assalamu’alaikum…’ sapa ayah dan ibu miaru yang

baru saja pulang kerja.

“walaikumsalam…’ jawab Miaru dan kania yang

kebetulan sore ini masih bermain Bersama di teras.”

(Majalah Anak Sahabat Edisi 74 – November 2019)

“Assalamualaikum… Salwa… main yuk….!

“walaikumsalam iya sebentar aku selesaikan dulu

pekerjaanku” (Majalah Anak Sahabat Edisi 72 – September

2019)

Dalam nukilan cerita di atas, mengucapkan dan

menjawab salam digambarkan sebagai kebiasaan terpuji

yang di miliki oleh tokoh dalam cerita. Sehingga melalui

bacaan-bacaan yang memuat pesan pengajaran tentang

kebiasaan-kebiasaan terpuji, diharapkan dapat memberikan

sugesti positif pada pembaca dan berdampak pada tindakan

atau kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Berbagi salam (afsyu as-salam) merupakan syiar

Islam, sekaligus hak dan kewajiban kita terhadap sesama

muslim. Menurut Jumhur ulama memberi salam hukumnya

sunnah, sedang menjawab salam hukumnya wajib.11 Sesuai

11
Haryanto Al Fandi, Etika Bermuamalah Berdasarkan Alquran dan Sunnah, (Jakarta:
Amzah, 2011), h.3
90

dengan firman Allah SWT. dalam QS. An-Nisa’ ayat 86,

sebagai berikut:

‫َواِ َذا ُحيِّ ْيتُ ْم بِتَ ِحيَّ ٍة فَ َحي ُّْوا بِاَحْ َس َن ِم ْنهَآْ اَ ْو ُر ُّد ْوهَا ۗ اِ َّن‬
‫ان َع هلى ُك ِّل َش ْي ٍء َح ِس ْيبًٔا‬ ٰ‫ه‬
َ ‫ّللاَ َك‬
Artinya: “Apabila kamu diberi penghormatan dengan
sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu
dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya
Allah memperhitungankan segala sesuatu.”

Orangtua sebagai seorang pendidik hendaknya

mengajarkan perihal salam kepada anak, sebagai upaya

menyebarluaskan syiar Islam sehingga anak mendapatkan

kebiasaan yang baik yaitu senantiasa mengucapkan salam

ketika bertemu atau berpisah dengan saudara muslim

lainnya. Berbagi salam memiliki banyak manfaat,

diantaranya adalah: salam merupakan amalan sunnah,

amalan bernilai pahala, amalan yang dapat menumbuhkan

rasa cinta kasih terhadap sesama. Sesuai dengan sabda

Rasulullah:

“Maukah kamu aku tunjukkan suatu amalan yang


dapat memupuk rasa kasih sayang antar sesamamu? Yaitu
senantiasa mengucapkan salam antarsesamamu.”. (HR.
Muslim)

c) Tepat Janji

Dalam Majalah Anak Sahabat, terdapat juga berita

yang di dalamnya memuat nilai pendidikan akhlak tentang


91

menepati janji. Berikut cerita yang di dalamnya terdapat

gambaran atau penjelasan tentang sikap tepat janji:

“Insya Allah kami akan datangkan pelatih dan juga

kudanya sehingga anak-anak tidak perlu jauh-jauh ke

tempat berkuda, jelas kang Ucu paska acara lomba

memanah sambil berkuda. ….. Disini Platinum Archery

menepati janjinya dengan membawa 4 kuda dan pelatih

berkuda sambil memanah” (Majalah Anak Sahabat Edisi 74

– November 2019)

Dalam berita di atas, terdapat gambaran atau

penjelasan tentang tepat janji yang merupakan salah satu

bentuk sikap terpuji. Gambaran sikap terpuji (tepat janji)

dalam berita yang digambarkan sebagai kebiasaan terpuji

yang dimiliki oleh Narasumber. Berikut penjelasan

mengenai tepat janji:

Menepati janji (Al-wafa’) merupakan salah satu

sikap atau tindakan terpuji. Dalam buku Akhlak Tasawuf

dijelaskan bahwa janji mengandung tanggung jawab.12

Menepati janji adalah termasuk akhlak utama bagi seorang

muslim.13

12
Rosihan Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h.104
13
Fajar Shodiq, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Surakarta: Fataba
Press, 2013), h.48
92

Berikut dalil tentang perintah menepati janji yang

terdapat dalam Al-Qur’an: QS. An-Nahl ayat 91

‫ّللاِ اِ َذا َعاهَ ْدتُّ ْم َو َْل تَ ْنقُضُوا‬ ٰ ‫َواَ ْوفُ ْوا بِ َع ْه ِد ه‬


ٰ ‫ْاْلَ ْي َما َن بَ ْع َد تَ ْو ِك ْي ِدهَا َوقَ ْد َج َع ْلتُ ُم ه‬
‫ّللاَ َعلَ ْي ُك ْم َكفِي ًَْٔل ۗاِ َّن‬
ٰ‫ه‬
‫ّللاَ يَ ْعلَ ُم َما تَ ْف َعلُ ْو َن‬
Artinya: “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila
kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-
sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu
telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-
sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
kamu perbuat.”

d) Sopan Santun

Dalam Majalah Anak Sahabat juga terdapat cerita

yang memuat nilai pendidikan akhlak tentang anjuran untuk

bersikap sopan-santun. Berikut nukilan cerita yang di

dalamnya memuat nilai pendidikan akhlak tentang anjuran

untuk bersikap sopan-santun:

“Tiba saatnya untuk berpisah. Aku izin pamit dengan

ibu guru sekolahku, ibu guruku banyak memberi pesan dan

motivasi serta perkembanganku selama di sekolah, semua

itu tertulis di buku raporku.” (Majalah Anak Sahabat Edisi

74 – November 2019)

Dalam nukilan cerita tersebut menggambarkan

tentang sikap sopan santun yang dimiliki oleh tokoh dalam

cerita tersebut. Sikap sopan-santun digambarkan dalam


93

bentuk tindakan dan ucapan pamit pada temannya saat

berpisah.

Bersikap sopan-santun terhadap sesama merupakan

ajaran Islam dan merupakan salah satu syarat dalam

menjaga hubungan baik antar sesama manusia.14 Sehingga

sikap sopan santun termasuk dalam kebiasaan baik yang

perlu ditanamkan sejak dini pada diri peserta didik (anak).

Salah satu upaya mengajarkan sikap sopan-santun pada

anak adalah melalui metode keteladanan berupa contoh

langsung dari orang tua, seperti membiasakan anak bersikap

ramah pada orang lain atau menghindarkan anak pada sikap

dan perbuatan yang kasar seperti mencela, memaki,

mengolok-olok, dll. Sesuai firman Allah SWT. dalam QS.

An-Nisa’ ayat 148 tentang larangan berucap atau bersikap

kasar:

ۗ ‫ّللاُ ْال َجه َْر بِالس ْۤ ُّْو ِء ِم َن الْقَ ْو ِل اِ َّْل َم ْن ظُلِ َم‬ ٰ ‫َْل يُ ِحبُّ ه‬
ٰ ‫ان ه‬
‫ّللاُ َس ِم ْيعًٔا َعلِ ْي ًٔما‬ َ ‫َو َك‬
Artinya: “Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang
diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang
dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”

14
Haryanto Al-Fandi, Etika Bermuamalah Berdasarkan Alquran dan Sunnah, (Jakarta:
Amzah, 2011), h.129
94

Selain itu, sikap sopan-santun dapat di tanamkan

pada diri anak didik melalui sugesti-sugesti positif seperti

memberikan cerita-cerita yang di dalamnya memuat nilai

pendidikan akhlak tentang anjuran bersikap sopan-santun.

e) Menunjukkan Wajah yang Berseri-seri (Tersenyum)

Materi lain yang terdapat dalam Majalah Anak

Sahabat juga memuat tentang nilai pendidikan akhlak

terhadap orang lain, salah satunya adalah menunjukkan

wajah yang berseri-seri (tersenyum). Berikut nukilan cerita

yang di dalamnya memuat tentang gambaran atau

penjelasan akhlak terhadap orang lain (menunjukkan wajah

yang berseri-seri/ tersenyum):

“Setelah itu ia bergegas menghapiri ibu yang sedari

tadi di dapur. “Ibuku Cantiikkk…” Goda Shalika. Ada apa

sayang, pasti ada maunya nih…” balas ibu dengan

tersenyum padanya.” (Majalah Anak Sahabat Edisi 76 –

Desember 2019)

Islam sangat menaruh perhatian terhadap masalah

pergaulan antar manusia. Dalam Islam, menganjurkan agar

hubungan antar manusia dapat berlangsung harmonis dan

penuh kasih saying. Contohnya adalah apabila salah seorang


95

bertemu dengan orang lain, maka dia menyapa dengan

ramah, wajah berseri-seri, atau dengan senyuman.

Istri Abu Darda’ pernah berkata, “Setiap kali Abu

Darda’ menyampaikan sesuatu, maka ia selalu

menyampaikannya seraya tersenyum sehingga saya sampai

berkata kepadanya, “Saya Khawatir orang-orang nanti akan

menganggapmu kurang waras.” Akan tetapi, dia lalu

menjawab, “Setiap kali Rasulullah Saw. menyampaikan

suatu perkataan maka beliau selalu tersenyum.” (HR.

Ahmad)

f) Maaf – Memaafkan

Dalam Majalah Anak Sahabat terdapat materi yang

memuat tentang akhlak terhadap orang lain, salah satunya

adalah maaf-memaafkan. Berikut nukilan yang memuat

tentang nilai pendidikan akhlak terhadap orang lain yaitu

maaf-memaafkan:

“Maaf adikku cantik, tadi HP kakak lowbat…”

(Majalah Anak Sahabat Edisi 77 – Januari 2020)

“iya bu, Rayen minta maaf. Rayen khilaf…”

(Majalah Anak Sahabat Edisi 80 – April 2020)

Dari kisah diatas menggambarkan tentang sifat maaf-

memaafkan yang di gambarkan melalui tindakan atau


96

perbuatan yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita. Berikut

penjelasan terkait:

Islam mengajarkan tentang maaf-memaafkan

terhadap sesama manusia. Maaf-memaafkan merupakan

salah satu sikap terpuji atau mulia dan juga merupakan suatu

amalan baik.

Quraish Shihab dalam buku “Membumikan Al-

Qur’an” menjelaskan: Kata maaf berasal dari bahasa Al-

Qur’an alafwu yang berarti “menghapus”. Yang dimaksud

adalah menghilangkan atau menghapus kesalahan-

kesalahan, baik kesalahan yang dilakukan seseorang

terhadap orang lain atau pun sebaliknya.

Berikut dalil tentang maaf-memaafkan yang terdapat

dalam Al-Qur’an:

QS. Al-Imran ayat 133

ُ ْ‫ار ُع ْْٓوا اِ هلى َم ْغفِ َر ٍة ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو َجنَّ ٍة َعر‬


‫ضهَا‬ ِ ‫َو َس‬
‫ت لِ ْل ُمتَّقِي ْۙ َْن‬ ُ ْۙ ْ‫ت َو ْاْلَر‬
ْ ‫ض اُ ِع َّد‬ ُ ‫السَّمه هو‬
Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari
Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan
bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”

QS. Asy-Syura ayat 43

َ ِ‫صبَ َر َو َغفَ َر اِ َّن هذل‬


‫ك لَ ِم ْن َع ْز ِم ْاْلُ ُم ْو ِر‬ َ ‫َولَ َم ْن‬
97

Artinya: “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan,


sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-
hal yang diutamakan.”

g) Tolong-menolong

Dalam Majalah Anak Sahabat terdapat komik yang

memuat nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap orang lain

yaitu sikap saling tolong-menolong.

“Paper: Alhamdulillah, dana yang sudah terkumpul

untuk korban banjir mencapai 10 juta, lho!... Pen: Masya

Allah... Berutungnya orang yang menginfakan hartanya

dijalan Allah. Nah, sama halnya dengan infak jum’at yang

biasa diadakan disekolah kita, hal itu mengajarkan kita

untuk mengeluarkan sedikit harta kita untuk membantu

sesame.” (Majalah Anak Sahabat Edisi 75 – November

2019)

“Majalah Anak Sahabat juga turut mengirim Majalah

Sahabat ke berbagai pelosok Nusantara lewat kerjasama

dengan Laznas Dewan Da’wah.” (Majalah Anak Sahabat

Edisi 72 – September 2019)

Dalam komik dan berita di atas terdapat gambaran

sikap saling tolong-menolong atau membantu sesama yang

saling membutuhkan. Sikap saling tolong-menolong dalam

komik dan berita tersebut terdapat nilai-nilai terpuji yang

seharusnya dimiliki oleh setiap individu.


98

Sikap tolong-menolong adalah ciri khas umat muslim

sejak zaman Rasulullah saw. Pada masa itu tak ada seorang

muslim pun yang membiarkan muslim yang lainnya dalam

keadaan susah, hal ini tergambar jelas pada peristiwa hijrah

umat muslim Makkah ke Madinah dimanakaum Anshor

atau umat muslim Madinah menerima dengan baik

kedatangan umat muslim Makkah serta memberikan

sambutan dan perlakuan yang sangat baik.

Islam mengajarkan tentang tolong-menolong dalam

hal kebaikan, saling bantu-membantu, dan menjalin

hubungan baik antar sesama. Memberi bantuan atau

pertolongan pada sesama merupakan perbuatan terpuji atau

amalan baik yang sangat dianjurkan dalam agama Islam,

karena dengan tolong-menolong mampu menumbuhuhkan

dan mempererat hubungan silaturahmi yang baik.15 Berikut

dalil tentang tolong-menolong yang terdapat dalam Al-

Qur’an: QS. At-Taubah ayat 71

‫ْض يَأْ ُمر ُْو َن‬ ْۤ ُ ‫َو ْال ُم ْؤ ِمنُ ْو َن َو ْال ُم ْؤ ِم هن‬
ٍ ٍۘ ‫ضهُ ْم اَ ْولِيَا ُء بَع‬ ُ ‫ت بَ ْع‬
َ‫ف َويَ ْنهَ ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َويُقِ ْي ُم ْو َن الص هَّلوة‬ ِ ‫بِ ْال َم ْعر ُْو‬
ْۤ‫ُ ه‬ ٰ ‫َوي ُْؤتُ ْو َن ال َّز هكوةَ َوي ُِط ْيع ُْو َن ه‬
‫ك‬
َ ‫ول ِى‬ ‫ّللاَ َو َرس ُْولَهٗ ۗا‬
‫ّللاَ َع ِز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم‬ ٰ ‫ّللاُ ۗاِ َّن ه‬
ٰ ‫َسيَرْ َح ُمهُ ُم ه‬

15
Ibid, h.144
99

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki


danperempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada
Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh
Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”

3. Akhlak Terhadap Lingkungan

Akhlak terhadap lingkungan, memperlihatkan bahwa akhlak

dalam Islam sangat komprehensif, menyeluruh, dan mencakup

berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan.

Sebagai contohnya adalah tidak berbuat kerusakan di muka

bumi, sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran, (Q.S. Al-Qashash

ayat: 77). Dalam Majalah Anak Sahabat juga sangat banyak terdapat

Akhlak terhadap lingkungan hidup. Bahkan dalam Majalah ini ada

Rubrik khusus yang membahas tentang ini yaitu Rubrik Tangan

Terampil.

Pada Rubrik ini Majalah Anak Sahabat menyajikan cara

mengolah sampah agar bermanfaat dan bernilai. Selain itu juga sabagai

bentuk menjaga lingkungan agar anak-anak tidak membuat kerusakan

di lingkungan ini. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara

langsung dengan Pimpinan Redaksi.

“Di sini Majalah Sahabat mengajak anak-anak semua untuk

tidak membuang sampah botol plastik sembarangan. Tapi botol-botol

itu di simpan disuatu tempat, agar ketika sahabat butuh untuk membuat
100

kerajinan tinggal digunakan. Selain itu dengan menabung sampah botol

plastik itu, jika sudah banyak tinggal di jual atau bisa kasih kepada

pemulung. Agar sampah tersebut bermanfaat dan bernilai. Namun,

disini rubrik ini ditekankan untuk membuat kerajinan yang bermanfaat.

Contohnya, botol plastik diolah menjadi tempat pencil, diolah menjadi

mobil-mobilan, diolah menjadi bunga dan yang lainnya.”16

Walaupun tidak spesifik membahas tentang Akhlak terhadap

lingkungan, tetapi secara esensinya mengarah kesana. Dimana anak-

anak arahkan agar senantiasa untuk menjaga lingkungan dengan cara

yang lebih asyik dan bermanfaat untuk mereka. Saat ini kita tidak bisa

terlepas yang nama sampah, karena itu kita berikan solusi untuk yang

lebih bermanfaat, terang Amriadi Al Masjidiy.

Selain dalam rubrik khusus itu, akhlak terhadap lingkungan

juga terdapat dalam rubrik lainnya, seperti Flaura Fauna yang mana

memperkenalkan aneka hayati makhluk hidup di Indonesia yang patut

untuk dijaga oleh kita semua.

“Tetapi sungguh menyedihkan sahabat, populasi mamalia

terbesar di Indonesia ini semakin menurun dan menjadi spesies yang

sangat terancam kepunahannya. Salah satu penyebab terancamnya

kepunahan gajah Sumatera ini adalah karena ulah manusia-manusia

yang tidak bertanggung jawab yang hanya memetingkan keuntungan

sendiri tanpa mempertimbangkan akibat rusaknya ekosistem

16
Amriadi Al Masjidiy, Wawancara, 20 Januari 2020
101

kehidupan. Allah benar-benar melarang umat manusia untuk membuat

kerusakan di muka bumi ini, karena jika ekosistem kehidupan manusia

dan alam rusak maka tidaklah mengherankan jika alam ini sudah tidak

bersahabat dengan kita. Bencana alam sering terjadi di negeri kita ini.

Hal ini bisa disebabkan oleh rusaknya alam. Menurut penelitian, sekitar

83 % habitat gajah Sumatera telah rusak dan menjadi wilayah

perkebunan sawit akibat perambahan hutan yang berlebihan, akhirnya

sekitar 2000 sampai 2700 ekor gajah Sumatera yang tersisa di alam liar

berdasarkan survei pada tahun 2000. Sebanyak 65 % populasi gajah

Sumatera lenyap akibat dibunuh manusia, dan 30 % kemungkinan

dibunuh dengan cara diracuni oleh manusia. (Majalah Anak Sahabat

Edisi 80 – April 2020)

Selajutnya di dalam rubrik Jendela juga membahas tentang

ibrah dari lebah yang hinggap di tempat yang bersih dan menghasilkan

madu yang berjuta manfaat. Berikut cuplikannya.

“Lebah selalu hinggap di tempat yang bersih, sedangkan

serangga lain amat mudah dijumpai di tempat sampah atau yang busuk.

Seseorang muslim haruslah seperti lebah dalam hal mendapatkan

makanan. Mengapa demikian? Karana hewan lebah selalu mencari

makanan yang baik, termasuk tempatnya.” (Majalah Anak Sahabat

Edisi 74 – November 2019)

Allah SWT berfiman Q.S. Al-Qashash ayat: 77


102

‫ك ِم َن‬ ِ َ‫نس ن‬
َ َ ‫صيب‬ َ َ‫ٱۡل ِخ َر ۖةَ َو َْل ت‬ ْٓ ۡ ‫ٱلِلُ ٱل َّدا َر‬
َّ ‫ك‬ َ ‫َو ۡٱبتَغِ فِي َمآْ َءاتَ هى‬
‫ك َو َْل تَ ۡب ِغ ۡٱلفَ َسا َد فِي‬ َّ ‫ٱل ُّد ۡنيَ ۖا َوأَ ۡح ِسن َك َمآْ أَ ۡح َس َن‬
َ ۖ ‫ٱلِل ُ إِلَ ۡي‬
َ ‫ٱلِلَ َْل ي ُِحبُّ ۡٱل ُم ۡف ِس ِد‬
‫ين‬ َّ ‫ض إِ َّن‬ِ ۖ ‫ٱۡلَ ۡر‬
ۡ
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan”.

Dari ayat diatas jelas Allah melarang kita untuk membuat

kerusakan dimuka bumi. Tetapi kita harus melestarikan bumi ini

agar tetap hijau. Kalau kita tidak menjaganya dengan baik, maka

Allah murka, diturunkanlah banjir, longsor dan gempa bumi.

Karena gunung dikeruk, pohon-pohon ditebang, dari itu Allah

murka dan menurunkan bencana seperti hujan lebat yang

membuat banjir. Dari itu maka sangat penting pendidikan akhlak

terhadap lingkungan di tanamkan sejak dini pada anak-anak kita.


103

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pengkajian dan analisis dalam Majalah

Anak Sahabat dengan fokus kajian dan analisis pada nilai-nilai

pendidikan akhlak anak yang terdapat didalam Majalah Anak

Sahabat edisi 71 Agustus 2019 sampai dengan edisi 80 April

2020, sehingga diperoleh hasil penelitian yang dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Hampir semua edisi Majalah Anak Sahabat terdapat

pembahasan masalah akhlak walaupun tidak spesifik.

Tetapi esensi dan nilai-nilai akhlak selalu ditanamkan

dalam pembahasan.

2. Majalah Anak Sahabat tidak ada rubrik khusus tentang

akhlak, tetapi soal aqidah ada rubrik khusus. Namun

Pemimpin Redaksi Majalah Anak Sahabat membantah

hal ini. Karena ada Rubrik Teladan yang membahas

tentang tokoh-tokoh Islam. Menurutnya meneladani

para tokoh Islam seperti sahabat nabi, tabi’in dan lain-

lain bagian dari akhlak. Karena nabi Muhammad sendiri

adalah teladan kita, sedang Nabi Muhammad diutus

secara tidak langsung untuk memperbaiki akhlak.


104

3. Berdasarkan kajian Mapan Drajat dan Ridwan Efendi

dalam Buku Etika Profesi Guru menjelaskan ruang

lingkup pendidikan akhlak terdiri dari 3 yaitu:

pendidikan akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama

Manusia dan akhlak terhadap lingkungan. Ketiga

pendidikan akhlak ini terdapat didalam Majalah Anak

Sahabat. Berikut ini pendidikan akhlak yang yang

terdapat dalam Majalah Anak Sahabat.

a. Pendidikan Akhlak Terhadap Allah

- Beribadah kepada Allah Swt

- Bersyukur kepada Allah Swt

b. Pendidikan Akhlak Terhadap Sesama Manusia

- Akhlak terhadap diri sendiri

- Akhlak terhadap orangtua

- Akhlak terhadap orang lain

c. Pendidikan Akhlak Terhadap Lingkungan

- Menjaga lingkungan dengan kerajinan

- Menjadikan lingkungan sebagai ibrah dalam

kehidupan sehari-hari.

- Melestarikan lingkungan hidup, menjaga alam

agar tidak mendatangkan bencana.


105

B. Rekomendasi

Setelah penulis melakukan penelitian berupa kajian dan

analisis terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak anak yang

terdapat didalam majalah anak sahabat edisi 71 agustus 2019 –

edisi 80 april 2020. Penulis ingin menyampaikan beberapa

saran, khususnya dalam bidang pendidikan. Diantaranya:

1. Majalah merupakan salah satu media yang efektif

dan menarik untuk menyampaikan pesan-pesan

Islam kepada masyarakat luas, maka diharapkan

kepada redaksi Majalah Anak Sahabat untuk dapat

menghasilkan karya-karya berikutnya yang lebih

baik lagi, melalui rubrik-rubrik dalam Majalah

Anak Sahabat. Serta perlu adanya pengembangan

tema-tema menarik yang diangkat dalam Majalah

Sahabat tentu saja tema yang diangkat sesuai

dengan perkembangan zaman saat ini.

2. Perlunya muncul majalah-majalah yang serupa yang

menyampaikan ajaran Islam sesusai dengan Al-

Qur’an dan As-Sunnah. Karena begitu banyak

media yang seharusnya tidak pantas untuk

ditayangkan atau diterbitkan, justru menjadi

tontonan atau bacaan untuk anak-anak sekarang ini.


106

3. Majalah Anak Sahabat diharapkan tetap menjaga

konsistensi serta spesialisnya sebagai majalah Islam

untuk mencegah lajunya gempuran kerusakan yang

ada pada saat ini. Tidak sedikit kejadian-kejadian

yang terjadi merusak akhlak, aqidah dan pola piker

anak-anak dari sejak dini. Maka dari itu sangat

penting untuk mengajarkan sesuatu yang sesuai

dengan Al-Qur’an kapada anak-anak dari sejak dini.

4. Majalah Anak Sahabat diharapkan agar lebih

variatif dan inovatif dalam menuangkan nilai-nilai

pendidikan akhlak ke dalam materi cerita serta

pengemasan cerita yang lebih menarik sehingga

anak-anak sebagai pembaca dapat terangsang rasa

keingintahuannya dan menumbuhkan minat baca

pada diri anak.

5. Majalah Anak Sahabat merupakan bacaan bagi anak

usia sekolah dasar (usia 7 sampai dengan 12 tahun),

sehingga perlu adanya bimbingan dari pendidik

khusunya orangtua dalam hal membaca konten/ isi

Majalah Anak Sahabat. Agar pembaca dapat

mengambil hikmah atau pesan-pesan yang termuat

dalam bacaan-bacaan yang disajikan serta dapat


107

berdampak pada kehidupan sehari-hari pembaca,

berupa tindakan atau kebiasaan yang baik.

6. Untuk media-media Islam atau media yang serupa

dengan Majalah Anak Sahabat jangan pernah

terpengaruh untuk mundur karena media-media

asing terus eksis dengan tidak mengedepankan

berita-berita tentang keislaman.


108

DAFTAR PUSTAKA

Al-Fandi, Haryanto, Etika Bermuamalah Berdasarkan Al-Quran dan Sunnah,

Jakarta: Amzah, 2011

Alfan, Muhammad, Pengantar Filsafat Nilai, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013

Al-Ghozali, Mengobati Penyakit Hati terjemahan Ihya ‘Ulum Ad-Din (dalam

Tahdzib al-Akhlaq wa Mu’ajalat Amradh Al-Qulub), Bandung: Karisma,

2000

Ali al-Hasyimi, Muhammad, Menjadi Muslim Ideal, Yogyakarta: Mitra Pustaka,

1999

Alim, Muhammad, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan dan

Kepribadian Muslim, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011

Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Akhlaq), Penerjemah Farid Ma’ruf Jakarta: Bulan

Bintang, 1975

Aminuddin, dkk, Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan

Agama Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006

Anwar, Rosihon, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008

Arifuddin, Muhammad, Duhai Anakku! Mendidik Anak Agar Tidak Durhaka.

Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009


109

Aziz, Erwati, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri, 2003

Azmi, Muhammad, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra-Sekolah: Upaya

Mengefektifkan Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Keluarga,

Yogyakarta: Belukar, 2006

Bisri, Mohammad, Statistika Sosial & Pendidikan, Surakarta: FATABA Press,

2014

Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta:

Ruhama, 1995

………………Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004

Daulay, H. Putra, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di

Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007

Drajat, Manpan dan Ridwan Effendi, Etika Profesi Guru, Bandung: Alfabeta,

2014

Faturrahman, Dian, Pendidikan Agama dalam Keluarga, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2002

Fauzi Rachman, M, Islamic Parenting, Surabaya: Penerbit Erlangga, 2011

Gunawan, Heri, Pendidikan Islam: Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,

Bandung: PT. Remaja Rodakarya, 2014


110

Halim, M. Nipan Abdul, Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji, Yogyakarta:

Mitra Pustaka, 2000

Ibn Maskawaih, Tahzib al-Akhlaq (ed. Syekh. Hasan Tamir), Beirut: Mansyurat

Dar Maktabat Al-Hayat, 1398 H

Ilyas, Asnelly, Mendambakan Anak Saleh: Prinsip-prinsip Pendidikan Anak

dalam Islam, Bandung: Al-Bayyan, 1996

Imam Al Mundziri, Ringkasan Hadis Shahih Muslim, Jakarta: Pustaka Amani,

2003

Ismawati, Esti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra, Yogyakarta:

Ombak, 2012

Jalaludin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat, dan Pendidikan,

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007

Jamaluddin, Didin, Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam, Bandung: Pustaka

Setia, 2013

Juwariyah, Dasar-dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur’an. Yogyakarta: Teras,

2010

Khozin, Khazanah Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2013

Koto, Alaiddin, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014
111

Kurniasih, Imas, Mendidik SQ Anak Menurut Nabi Muhammad SAW, Yogyakarta:

Pustaka Marwa, 2010

Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan

Pendidikan, Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1995

Mahmud, dkk, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga, Jakarta: Akademia,

2013

Majalah Anak Sahabat Edisi 71 Agustus 2019, Pahala Manis Puasa Senin-

Kamis, Bekasi: Sahabat Press

Majalah Anak Sahabat Edisi 72 September 2019, Sedekah Perisai Dihari Kiamat,

Bekasi: Sahabat Press

Majalah Anak Sahabat Edisi 73 Oktober 2019, Berkata Baik Atau Diam, Bekasi:

Sahabat Press

Majalah Anak Sahabat Edisi 74 November 2019, Jadilah Muslim Anthophila,

Bekasi: Sahabat Press

Majalah Anak Sahabat Edisi 75 November 2019, Fast Food No Way, Bekasi:

Sahabat Press

Majalah Anak Sahabat Edisi 76 Desember 2019, Trend Makan, Bekasi: Sahabat

Press

Majalah Anak Sahabat Edisi 77 Januari 2020, Beuty in Syar’I, Bekasi: Sahabat

Press
112

Majalah Anak Sahabat Edisi 79 Maret 2020, My Fashion My Style, Bekasi:

Sahabat Press

Majalah Anak Sahabat Edisi 80 April 2020, Ada Apa Dengan Game Online,

Sahabat Press

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2014

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya,2012

Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis, dan Artikel Ilmiah, Jakarta: Gaung Persada

Press, 2007

Musfiroh, Tadkiroatun, Memilih, Menyusun, dan Menyajikan Cerita Untuk Anak

Usia Dini, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003

………….. Sosiologi Pendidikan, Islam Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014

Riyadh, Sa’ad, Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah, Jakarta: Gema Insani, 2007

Rohmadi, S. Huda, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam,

Yogyakarta: Araska, 2012


113

Rohman, Abdul, Jurnal Nadwa: Pembiasaan Sebagai Basis Penanaman Nilai-

nilai Akhlak Remaja Vol. 6 Nomor 1, IAIN Walisongo Semarang, 2012

Rohmat, Media Pembelajaran dalam Pelajaran Agama Islam (PAI), Yogyakarta:

CV. Gerbang Media Aksara, 2015

Rosyadi, Khoiron, Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Setyosari, Punaji, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jakarta:

Kencana Prenadamedia Group, 2013

Shodiq, Fajar, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, Surakarta:

Fataba Press, 2013

Siswantoro, Metode penelitain sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010

Solahudin, Agus dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, Bandung: Pustaka Setia, 2009

Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: PT Rineka Cipta,

1993

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,

2011

Suwaid, Muh. Nur Abdul Hafizh, Prophetic Parenting “Cara Nabi Mendidik

Anak”, Yogyakarta: Pro-U Media, 2010

Syafe’i, Imam dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter di Perguruan

Tinggi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014


114

Tafsir, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islami, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2012

Taufiqurrahman, dkk, Pendidikan Akhlak: Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1

Nomor 2, IAIN Antasari: Mu’adalah, 2013

Untung, Moh. Slamet, Menelusuri Metode Pendidikan Ala Rasulullah, Semarang:

Pustaka Rizki Putra, 2007

Zaini, Ahmad, Dakwah Melalui Media Cetak: Jurnal Komunikasi Penyiaran

Islam Vol. 2 Nomor 2, STAIN Kudus: At-Tabsyir, 2014

Zakiyah, Q. Yulianti dan Russdiana, Pendidikan Akhlak, Bandung: Pustaka Setia,

2014
115

LAMPIRAN – LAMPIRAN
116
117

Daftar Pernyataan Wawancara

Nama Responden : Imam Saridho

Jabatan : Pimpinan Umun

Tanggal : 29 Desember 2020

Pertanyaan: Apa alasannya memelih atau menerbitkan majalah sahabat?

Jawaban: sebenarnya dulu sebelum terbitnya majalah sahabat yang sekarang ini,
di SDIT Menera Kuwait ada majalah yang Namanya Menaraku. Namun karena
adanya masukan-masukan dari rekan Dewan Da’wah agar majalah Menaraku
diganti dengan majalah sahabat, yang mana nama majalah sahabat dahulu sudah
dikenal. Akhirnya dengan masukan tersebut majalah Menaraku digantilah dengan
majalah sahabat.

Pertanyaan: Mulai kapan majalah sahabat diterbitkan kembali?

Jawaban: Peresmian nama tersebut diadakan di REKERNAS Dewan Da’wah di


Bogor oleh Ust. Syuhada Bahri. Majalah Sahabat kemudian menjadi majalah Anak
Nasional.

Pertanyaan: Apa visi dan misi majalah sahabat?

Jawabab: Majalah sahabat merupakan majalah yang berusaha menjadi sebaik-


baik majalah yang bisa menjadi acuan, patokan dan pegangan bagi anak-anak.
Dalam majalah sahabat setiap bacaan dijadikan bahan bacaan yang aman,
sehingga tidak ada kekhwatiran bagi anak-anak untuk membacanya. Majalah
sahabat berusaha juga memberikan kreatifitas yang baik untuk anak-anak, dalam
hal ini tentunya bukan sembarang kreatifitas yang disajikan. Majalah sahabat
118

berusaha menjadikan apa-apa yang dibahas itu sesuatu yang asyik agar anak-anak
tidak bosan dalam membacanya.

Pertanyaan: Siapa yang mempunyai usul menerbitkan majalah sahabat?

Jawaban: Yang mempunyai usul pertama kali untuk menertbitkan majalah sahabat
adalah Mohammad Natsir

Pertanyaan: Apa latar belakang diterbitkan majalah sahabat?

Jawaban: Pada saat itu Pak Natsir melihat tidak adanya majalah untuk anak-anak
Islam, yang banyak pada saat itu adalah majalah Kristen, seperti majalah bobo
dan lain sebagainya. Latar belakang diterbitkannya majalah sahabat yaitu
banyaknya masyarakat yang mengadukan keresahan kepada Pak Natsir yang mana
anak-anak pada saat itu sangat mengkhawatirkan.

Pertanyaan: Pembahasan apa saja yang dibahas di dalam majalah sahabat?

Jawaban: Di dalam majalah sahabat tentunya yang banyak dibahas adalah tentang
Islam. Majalah sahabat merupakan salah satu majalah anak yang berupaya
membentengi anak dari media yang tidak aman bagi aqidah, ibadah, dan akhlak
anak, memberikan ilmu pengetahuan sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah bagi
anak, menampilkan setiap karya tulis yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-
Sunnah.
119

Daftar Berita Wawancara


Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Imam Saridho
Tempat/Tanggal Lahir : Cintamanis Baru, 09 Oktober 1984
Pekerjaan : Pimpinan Umum Majalah Anak Sahabat
Alamat : Kp. Bulu, Desa. Setia Mekar, Tambun, Bekasi
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa,
Nama : Fajri Hidayat
NIM/NIMKO : 201639734
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Kp. Bulu, Desa. Setia Mekar, Tambun, Bekasi
Benar-benar telah melakukan wawancara pada:
Hari/Tanggal : Selasa, 29 Desember 2020
Waktu : 09.00 – 10.30 WIB
Tempat : Kantor Majalah Anak Sahabat

Wawancara tersebut dilaksanakan untuk menyelesaikan skripsi dengan


judul “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Anak Yang Terdapat Di Dalam Majalah Anak
Sahabat Edisi 71 Agustus 2019 – Edisi 80 April 2020”.

Bekasi, 29 Desember 2020

Narasumber

Imam Saridho
120

Daftar Pernyataan Wawancara

Nama Responden : Amriadi Al Masjidiy

Jabatan : Pimpinan Redaksi Majalah Anak Sahabat

Tanggal : 3 Januari 2021

Pertanyaan: Apa saja pembahasan di Majalah Anak Sahabat?

Jawaban: Ada sekitar 27 rubrik di Majalah Anak Sahabat. Diantaranya rubrik


Jendela sebagai pembahasan utama, ada rubrik Cerita Mendidik (Cerdik), ada
juga Teladan, Aqidah dan yang lainnya.

Pertanyaan: Apa ada pembahasan masalah Akhlak di Majalah Anak


Sahabat?

Jawaban: Hampir semua edisi ada pembahasan Akhlak yang kita angkat, karena
masalah ini penting bagi pertumbuhan perilaku anak-anak. Walaupun tidak secara
spesifik kita membahasnya namun nilai-nilai dan contoh akhlak selalu ada. Hal ini
diharapkan agar anak-anak mudah mengetahui, mengerti dan juga bisa diterapkan
di dalam kehidupan sehari-hari.

Pertanyaan: Kenapa di Majalah Sahabat tidak ada rubrik khusus Akhlak


padahal Aqidah tersedia?

Jawaban: Di Majalah Anak Sahabat ada rubrik Teladan. Disini dibahas tentang
Sirah Nabi, Sirah Sahabat, dan tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena meneladani
baginda Nabi, para sahabat dan tokoh Islam itu penting. Nabi saja diutus ke dunia
ini untuk memperbaiki Akhlak dan sugguh pada nabi itu suri teladan yang baik.
121

Jadi para tokoh Islam dapat kita teladani mulai dari segi Akhlak itu sendiri maupun
aqidah, perjuangannya dan lain-lainnya.

Pertanyaan: Masalah Akhlak apa saja yang di bahas dalam Majalah Anak
Sahabat?

Jawaban: Semua Akhlak ada. Mulai dari sikap, adab, pergaulan dan yang lainnya.
Bahkan terakhir-terakhir ini kita juga membahas soal Akhlak dalam bermedia
sosial.

Pertanyaan: Apakah ada pembahas soal Akhlak terhadap lingkungan?

Jawaban: Ini mungkin salah satu pembahasan yang sering ada di Majalah Anak
Sahabat dan pasti ada. Walaupun tidak secara langsung kita membahasnya.
Misalnya di rubrik Tangan Terampil kita sering membahas bagaimana
memanfaatkan sampah dengan baik dan dimanfaatkan untuk kerajinan tangan.
Seperti membuat bunga, kotak pensil, tempat lampu dan yang lainnya. Dimana
disini mengajarkan mereka untuk menjaga lingkungan, sekaligus memanfaatkan
barang-barang bekas untuk hal yang bermanfaat. Selain itu juga ada rubrik Flora-
Fauna, disini diharapkan anak-anak dapat menjaga dan melestarikan apa yang
ada disekitar mereka agar tidak punah. Sekaligus bersyukur atas aneka ragaman
hayati di Indonesia ini yang begitu indah.
122

Daftar Berita Wawancara


Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Amriadi Al Masjidiy
Tempat/Tanggal Lahir : Cintamanis Baru, 09 Oktober 1984
Pekerjaan : Pimpinan Redaksi Majalah Anak Sahabat
Alamat : Kp. Bulu, Desa. Setia Mekar, Tambun, Bekasi
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa,
Nama : Fajri Hidayat
NIM/NIMKO : 201639734
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Kp. Bulu, Desa. Setia Mekar, Tambun, Bekasi
Benar-benar telah melakukan wawancara pada:
Hari/Tanggal : Selasa, 5 Januari 2021
Waktu : 09.00 – 10.30 WIB
Tempat : Kantor Majalah Anak Sahabat

Wawancara tersebut dilaksanakan untuk menyelesaikan skripsi dengan


judul “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Anak Yang Terdapat Di Dalam Majalah Anak
Sahabat Edisi 71 Agustus 2019 – Edisi 80 April 2020”.

Bekasi, Selasa, 5 Januari 2021


Narasumber

Amriadi Al Masjidiy
123
124
125
126

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI
Nama : Fajri Hidayat

Tempat,tanggal lahir : Cot.Ara, 18 November 1996

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum kawin

Alamat : Kp. Bulu, Desa, Setia Mekar, Tambun, Bekasi

No. phone : 082289201770

B. DATA PENDIDIKAN
2004 – 2009 SDN 2 Gigieng – Aceh
2009 – 2012 SMPN 2 Sigli – Aceh
2012 – 2015 SMA IT Al-Fityan School – Aceh
2015 – 2018 STID Mohammad Natsir Jakarta
2018 – Sekarang STAI Shalahuddin Al-Ayyubi Jakarta

C. HOBBY
• Olahraga
• Game
• Traveling
• Membaca

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan dapat
dipertanggungjawabkan

Bekasi, 6 Februari 2021


Fajri Hidayat

Anda mungkin juga menyukai