Anda di halaman 1dari 3

Apa itu Nur Muhammad?

Oleh Redaktur Selasa, 6 Agu 2019

Dalam ilmu tasawuf, Nur Muhammad mempunyai pembahasan mendalam. Nur Muhammad
disebut juga hakikat Muhammad.

Sering dihubungkan pula dengan beberapa istilah seperti al qalam al a’la (pena tertinggi), al
‘aqlul awwal (akal utama), Amr Allah (urusan Allah), al ruh, al malak, al ruh al ilahi, al ruh al
quddus.

Tentu saja, sebutan lainnya adalah insan kamil. Secara umum istilah-istilah itu berarti makhluk
Allah yang paling tinggi, mulia, paling pertama dan utama. Seluruh makhluk berasal dan melalui
dirinya. Itulah sebabnya Nur Muhammad pun disebut al Haq al makhluk bih atau al syajarah al
baidha’ karena seluruh makhluk memancar darinya.

Ia bagaikan pohon yang daripadanya muncul berbagai planet dengan segala kompleksitasnya
masing-masing. Nur Muhammad tidak persis identik pribadi Nabi Muhammad saw. Nur
Muhammad sesungguhnya bukanlah persona manusia yang lebih dikenal sebagai nabi dan rasul
terakhir.

Namun tak bisa dipisahkan dengan Nabi Muhammad sebagai person, karena representasi Nur
Muhammad dan atau insan kamil adalah pribadi Muhammad yang penuh pesona. Manusia
sesungguhnya adalah representasi insan kamil. Oleh karena itu, dalam artikel terdahulu, manusia
dikenal sebagai makhluk miksrokosmos.

Sebab, manusia merupakan miniatur alam makrokosmos. Posisi Muhammad sebagai Nabi dan
rasul dapat dikatakan sebagai miniatur makhluk miksrokosmos karena pada diri beliau
merupakan tajalli Tuhan paling sempurna. Itu pula sebabnya, mengapa Nabi Muhammad
mendapatkan berbagai macam keutamaan dibanding nabi-nabi sebelumnya.

Bahkan hadits-hadits Isra’ Mikraj menyebutkan Rasulullah pernah mengimami nabi yang pernah
hidup sebelumnya. Melalui Nur Muhammad Tuhan menciptakan segala sesuatu. Dari segi ini, al
Jilli menganggapnya Qadim dan Ibnu ‘Arabi menganggapnya qadim dalam kapasitasnya sebagai
ilmu Tuhan dan baharu ketika ia berwujud makhluk.

Namun perlu diingat bahwa konsep keqadiman, menurut Ibnu Arabi, ada dua macam, yaitu
qadim dari segi dzat dan qadim dari segi sesuatu itu masuk ke wilayah ilmu Tuhan. Nur
Muhammad menurut Ibnu Arabi, masuk kategori qadim jenis kedua, yaitu bagian dari ilmu
Tuhan (qadim al hukmi) bukan dalam qadim al dzati.

Dengan demikian, Nur Muhammad dapat dianggap qadim dalam perspektif qadim al hukmi,
namun juga dapat dianggap sebagai baharu dalam perspektif qadim al dzati. Dalam satu riwayat
juga pernah diungkapkan bahwa Nabi Muhammad adalah sebagai nabi pertama dan terakhir.
Ia disebut sebagai nabi pertama dalam arti bapaknya para ruh (abu al arwah alwahidah), nabi
terakhir karena memang ia sebagai khatam an nubuwwah wal mursalin. Sedangkan, Nabi Adam
hanya dikenang sebagai bapak biologis (Abu al jasad). Jika dikatakan Muhammad Saw nabi
pertama dan terakhir bagi Allah swt, tidak ada masalah.

Nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang kelihatan paradoks, seperti al awwal wal akhir, adz dzahir
wa al bathin, al jalal wa al kamal, juga tidak ada masalah bagi-Nya, karena itu semua hanya di
level puncak (al a’yan ats tsabitah) atau wujud potensial, tidak dalam wujud aktual (wujud Al
kharij).

Dasar keberadaan Nur Muhammad dihubungkan dengan sejumlah ayat dan hadits. Di antaranya,
“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya (nur) dari Allah dan kitab yang menerangkan”
(QS. Al Maidah 15).

Ayat lainnya, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu), bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak
menyebut Allah” (QS. Al ahzab 21). Ada pula hadits, “Saya adalah penghulu keturunan Adama
pada hari kiamat.”

Hadits riwayat Bukhari menjadi dasar lainnya, yaitu “Aku telah menjadi Nabi , sementara Adam
masih berada di antara air dan tanah berlumpur.” Ada lagi suatu riwayat panjang yang banyak
ditemukan dalam literatur tasawuf dan literatur-literatur Syiah adalah pertanyaan Sayyidina Ali
ra kepada Rasulullah.

“Wahai Rasulullah, mohon dijelaskan apa yang diciptakan Allah sebelum semua makhluk
diciptakan?”

Rasul menjawab, “Sebelum Allah menciptakan yang lain, terlebih dahulu ia menciptakan Nur
Nabi-mu (Nur Muhammad). Waktu itu belum ada lauh al mahfudz, pena (qalam), neraka,
malaikat, langit, bumi, matahari, bulan, bintang, jin, dan manusia.

Kemudian dengan iradat-Nya, Dia menghendaki adanya ciptaan. Ia membagi Nur itu menjadi
empat bagian. Dari bagian pertama, Ia menciptakan qalam, lauh al-mahfuz, dan Arasy. Ketika Ia
menciptakan lauh al-mahfuz dan qalam, pada qalam itu terdapat seratus simpul.

Jarak antar simpul sejauh dua tahun perjalanan. Lalu, Allah memerintahkan qalam menulis dan
qalam bertanya, ‘Ya Allah, apa yang harus saya tulis?’ Allah menjawab, ‘Tulis La Ilaha illa
Allah, Muhammadan Rasul Allah.’ Qalam menjawab, ‘Alangkah agung dan indahnya nama itu,
ia disebut bersama asma-Mu Yang Maha Suci.’

Allah kemudian berkata agar qalam menjaga perilakunya. Menurut Allah, nama tersebut adalah
nama kekasih-Nya. Dari nur-Nya, Allah menciptakan Arasy, qalam, dan lauh al-mahfuz. Jika
bukan karena dia, ujar Allah, dirinya tak akan menciptakan apa pun. Saat Allah menyatakan hal
itu, qalam terbelah dua karena takutnya kepada Allah.”
“Sampai hari ini, ujung qalam itu tetap terbelah dua dan tersumbat sehingga dia tidak menulis,
sebagai tanda dari rahasia Ilahi.”

“Oleh karena itu, jangan ada seorang pun gagal dalam memuliakan dan menghormati nabinya
atau menjadi lalai dalam meneladaninya. Selanjutnya, Allah memerintahkan qalam untuk
menulis.”

“Qalam bertanya, Apa yang harus saya tulis, ya Allah? Dijawab oleh Allah, Tulislah semua yang
akan terjadi sampai hari pengadilan. Qalam pun kembali bertanya tentang apa yang harus ia
mulia tuliskan. Allah menegaskan, agar qalam memulai dengan kata-kata, Bismillah Ar-Rahman
Ar-Rahim.”

“Dengan rasa hormat dan takut yang sempurna, kemudian qalam bersiap menulis kata-kata itu
pada Lauh Al-Mahfudz dan menyelesaikan tulisan itu dalam kurun waktu 700 tahun. Saat qalam
telah menulis kata itu, Allah menyatakan bahwa qalam telah menghabiskan 700 tahun menulis
tiga nama-Nya.”

Ketiga nama itu adalah nama keagungan-Nya, kasih sayang-Nya, dan empati-Nya. Tiga kata-
kata yang penuh barakah ini dibuat sebagai hadiah bagi umat kekasih-Nya, yaitu Muhammad. Di
samping ayat dan hadis tersebut di atas juga masih ada nasihat atau perkataan yang menarik
untuk dikaji bersama.

Antara lain, ungkapan yang disampaikan Al-Khallaj sebagai berikut, “Maha Suci (dzat) yang
nasut-Nya telah melahirkan rahasia cahaya lahut-Nya yang cemerlang; kemudian ia kelihatan
bagi makhluk-Nya secara nyata dan dalam bentuk (manusia) yang makan dan minum.”

Mungkin inilah sebabnya mengapa Nabi Muhammad memiliki berbagai keutamaan, seperti satu-
satunya yang bisa mengakses langsung Sidrah Al-Muntaha, maqam paling puncak, diberi Lailah
Al-Qadr, diberi hak memberi syafaat di hari kiamat, umatnya paling pertama dihisab, paling
pertama masuk surga, dan paling berhasil misinya.

Dalam kitab Fushush Al-Hikam karya Ibnu Arabi, dibahas lebih mendalam hakikat Nur
Muhammad (Haqiqah Al-Muhammadiyyah). Yang menarik di dalam pembahasan itu, kita semua
umat manusia mempunyai  unsur-unsur kemuhammadan (Muhammadiyyah) seperti halnya di
dalam diri manusia terdapat unsur-unsur keadaman (Adamiyyah).

Muhammadiyyah, Adamiyyah, dan sejumlah manusia suci lainnya, ternyata bermakna fisik dan
simbolis, atau makna esoteris di samping eksoteris. Uraian tentang Nabi Muhammad,
kemuhammadan, dan Nur Muhammad serta relasinya dengan kita sebagai sebagai makhluk
mikrokosmos sangat menarik disimak.

Terlepas apakah nanti setuju atau tidak setuju keseluruhannya, itu wilayah otonomi
intelektualitas kita masing-masing. Wallahua’lam.

Anda mungkin juga menyukai