Anda di halaman 1dari 88

AKHLAK PARA NABI

Oleh:

Nur Fadhillah Mukarrami


(2208261)
Email: nurfadhillahmukarrami@upi.edu

Abstrak

Salah satu kewajiban umat muslim adalah iman kepada Nabi dan Rasul-Rasul Allah SWT
dengan cara mengetahui dan meyakini adanya Nabi dan Rasul-Rasul Allah SWT serta
mencontoh akhlak baik yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul karena iman kepada Nabi dan
Rasul merupakan salah satu dari rukun iman. Kisah Nabi dan Rasul dalam Islam merupakan
kisah yang dapat dijadikan teladan terutama dalam mencontoh akhlak para Nabi dan Rasul.
Dalam ajaran Islam kita wajib mengetahui dan mengenal 25 Nabi dan Rasul yang terdapat di
dalam Al-Quran mulai dari Nabi Adam AS sampai dengan Nabi Muhammad SAW. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan model penelitian perpustakaan library
research. Hasil penelitian ini dapat diketahui diantara hikmah dan pelajaran yang bisa diambil
dari mereka (Para Nabi dan Rasul) adalah kesabaran mereka dalam mengemban amanah risalah
dan da’wah, kesabaran terhadap perlakuan buruk kaumnya ketika mendengar dakwah mereka,
kesabaran untuk tidak tergoda oleh berbagai tarikan-tarikan dunia yang dapat menyimpangkan
mereka dari jalan risalah dan dakwah serta sifat-sifat mulia lainnya yang ada didalam diri orang-
orang mulia itu. Bagaimana Allah menolong para Rasul dan Nabi-Nya serta orang-orang yang
bersamanya? tentunya Allah swt lebih mengetahui hal ini, karena ditangan-Nya lah segala
kebaikan dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Sementara manusia hanya
dituntut untuk bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah kepahlawanan mereka dan menghiasi
kehidupannya dengan itu semua.

Kata Kunci: Akhlak, 25 Nabi dan Rasul


Pendahuluan

Nabi (bahasa Arab: ‫)نبي‬. Kata "nabi" berasal dari kata naba yang berarti "dari tempat
yang tinggi". Nabi dan Rasul adalah manusia-manusia pilihan yang bertugas memberi petunjuk
kepada manusia tentang keesaan Allah SWT dan membina mereka agar melaksanakan ajaran-
Nya. Ciri-ciri mereka dikemukakan dalam Al-Qur’an.

"... ialah orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah. Mereka takut kepada-Nya dan
mereka tiada takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai
pembuat perhitungan." (Q.S. Al Ahzab : 39).

Rasul (Arab:‫ رسول‬Rasūl; Plural ‫ رسل‬Rusul) adalah seorang yang mendapat wahyu dari
Allah dengan suatu syari'at dan ia diperintahkan untuk menyampaikannya dan mengamalkannya.
Setiap rasul pasti seorang nabi, namun tidak setiap nabi itu seorang rasul. Jadi jumlah para nabi
itu jauh lebih banyak ketimbang para rasul.

Perbedaan antara Nabi dan Rasul adalah : seorang Nabi menerima wahyu dari Allah
SWT untuk dirinya sendiri, sedangkan Rasul menerima wahyu dari Allah SWT guna
disampaikan kepada segenap umatnya.

Kriteria nabi dan rasul

- Dipilih dan diangkat oleh Allah.


- Mendapat mandat (wahyu) dari Allah.
- Bersifat cerdas.
- Dari umat Bani Adam (Manusia).
- Nabi dan Rasul adalah seorang pria.

Dalam Islam terdapat banyak nabi, tetapi yang harus diketahui hanya 25 nabi dan 4 di antaranya
adalah penerima Kitab Suci:
- Musa as (Taurat),
- Daud as (Zabur),
- Isa as (Injil),
- Muhammad SAW (Al-Quran).
Muhammad adalah Khataman Nabiyyin atau Penutup Para Nabi. "Muhammad itu sekali-kali
bukanlah Bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup
nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.S. Al Ahzab : 40).

Ulul Azmi

Ulu al-Azmi (Arab ‫ )أولوالعزم‬adalah sebuah gelar kenabian istimewa yang diberikan kepada para
rasul yang memiliki kedudukan khusus karena ketabahan dan kesabaran yang luar biasa dalam
menyebarkan ajaran tauhid. Dari 25 nabi yang wajib diketahui dalam agama Islam, terdapat 5
nabi yang mendapatkan gelar Ulul Azmi, yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad. Gelar
Ulul Azmi dijelaskan dalam Al Quran pada Surah Al-Ahqaf ayat 35 dan Surah Asy-Syura ayat
13.

Akhlak Para Nabi dan Rasul

1. NABI ADAM A.S

BIOGRAFI DAN KISAH NABI ADAM A.S

Salah satu kisah yang dijelaskan dalam al-Qur’an adalah kisah Nabi Adam AS. Allah
SWT telah menerangkan di dalam al-Qur’an bahwasanya manusia yang pertama kali diciptakan
secara langsung adalah Nabi Adam AS. Asal penciptaan manusia merupakan hasil percampuran
dari tanah, tanah debu, tanah liat, dan tanah lumpur hitam yang disaring sampai halus seperti
tembikar. Allah SWT membentuk dengan bentuk yang seindah-indahnya, dan di akhir
penciptaannya Allah SWT meniupkan ruh ke dalam diri manusia. Proses penciptaan manusia
telah diterangkan di dalam al-Qur’an surat Ali Imran/3 ayat 59:
Artinya: “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan)
Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah"
(seorang manusia), maka jadilah dia.” (Q. S. Ali Imran: 59).
Allah SWT juga menjelaskan tentang Nabi Adam AS sebagai manusia pertama kali yang
diciptakan dari tanah yaitu dalam al-Qur’an surat Al-Hijr ayat 28-29, Ar-Rahman ayat 14 dan
surat Shad ayat 71-72. (Ath-Thahir: 2003) Adapun tahapan-tahapan proses penciptaan Nabi
Adam AS yang dijelaskan dalam surat-surat tersebut yaitu:
1. Turab (tanah),
2. Thin (tanah liat yang bercampur air),
3. Hama’ Masnun (tanah yang sudah berubah dan berbau),
4. Shalshalka al-Fakhkhar (tanah yang sudah kering bagaikan tembikar),
5. Peniupan ruh.
Dalam proses penciptaan manusia ini, tujuan Allah SWT dalam pandangan Hadhiri
adalah menciptakan manusia sebagai ‘abdillah dan khalifah. (Hadhiri: 2002) Kata abdilah
dijadikan sebagai salah satu istilah yang menunjukkan bahwa manusia merupakan hamba Allah
SWT yang memiliki tugas untuk mengabdi kepada-Nya. Pengabdian manusia sebagai abdillah
atau hamba Allah SWT bisa dilakukan dengan cara beribadah kepada-Nya. Ibadah disini berarti
manusia harus mampu menjalankan semua peraturan-peraturan yang bisa mempererat hubungan
antara hamba dan Penciptanya melalui aturan yang telah dirinci dalam al-Qur’an dan hadis.
Adapun tujuan penciptaan manusia yang kedua yaitu sebagai khalifah Allah SWT di
bumi. Secara bahasa, dalam kamus Al-Munawwir kata khalifah berarti menggantikan.
(Munawir:1997) Sedangkan secara istilah, Al-Maraghi berpendapat, “Khalifah merupakan
pengganti Allah yang mendapatkan amanah melaksanakan perintah-perintah-Nya terkait
keberlangsungan umat manusia.” (Hayat: 2017) Pendapat tersebut, sesuai dengan pendapat
Muhammad Quraisy Shihab, bahwa lafazkhalifah diartikan sebagai makhluk yang menggantikan
Allah SWT dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketentuan-ketentuan-Nya.
Pemberian amanah kepada manusia ini bukan berarti Allah SWT tidak mampu menjalankan
semua yang dihendaki-Nya. Allah SWT mengangkat manusia menjadi khalifah di bumi itu
sebagai wujud memberikan penghormatan dan ujian untuknya. Oleh sebab itu, mereka harus
melaksanakan perintah tersebut dengan penuh tanggung jawab. Bukan terbatas pada sebuah
jabatan tertentu. (Shihab: 2012)
Hal ini sejalan pula dengan penegasan Allah SWT di dalam surat Al-Baqarah ayat 30,
tatkala Allah SWT akan menjadikan manusia sebagai pemimpin (khalifah) di bumi. Sebelum
fase itu, dijelaskan para malaikat lebih dahulu bertanya kepada Allah SWT terkait makna, tujuan
dan dampak dari penciptaan tersebut. Pertanyaan ini dilontarkan sebagaimana gambaran manusia
yang terbayangkan adalah makhluk yang gemar berperang dan saling menumpahkan darah.
Untuk menjawab pertanyaan dari malaikat dan membuktikan bahwa manusia layak menjadi
khalifah di bumi, Allah SWT menjelaskan di dalam surat Al-Baqarah/2 ayat 31-33:
Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!. Mereka menjawab:
"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha engetahui lagi Maha Bijaksana". Allah
berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah
diberitahukannya kepada mereka namanama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku
katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan
mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?".
Berdasarkan penjelasan ayat di atas, Allah SWT memberitahukan malaikat bahwa Dia telah
memberikan keistimewaan berupa pengajaran tentang ilmu pengetahuan. Selain itu, Allah SWT
memberi perintah kepada Nabi Adam AS untuk menyebutkan nama-nama dari sebagian ilmu
pengetahuan yang telah diajarkan-Nya di hadapan para malaikat. Setelah mendengar nama-nama
yang telah disebutkan oleh Nabi Adam AS, para malaikat menyadari bahwa mereka tidak akan
pernah mampu untuk menyebutkannya, hal ini disebabkan karena mereka hanya memiliki
pengetahuan yang terbatas. Setelah malaikat mengetahui dan menyadari akan keterbatasannya,
Allah SWT memerintahkan kepada seluruh makhluk Allah SWT untuk sujud kepada Nabi Adam
AS.
Sebelum Nabi Adam AS diturunkan ke bumi untuk mengemban amanah sebagai
khalifah, Allah memberikan kesempatan kepadanya untuk tinggal di surga. Setelah cukup lama
tinggal sendiri di surga, Allah SWT menciptakan yang bernama Siti Hawa sebagai pendamping
yang berasal dari tulang rusuk Nabi Adam AS. Selama hidup di surga, Nabi Adam AS diberi
kebabasan oleh Allah SWT untuk bersenang-senang dan menikmati semua fasilitas di dalamnya.
Selain diberi kebebasan Allah SWT pun memberikan larangan kepada Nabi Adam AS dan Siti
Hawa untuk tidak memakan buah dari salah satu pohon yang ada di surga. Peristiwa ini sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah/2 ayat 35-39:
Artinya: Dan kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini,
dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orangorang yang
zalim.Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan
semula dan kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain,
dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang
ditentukan." Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah menerima
taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. Kami berfirman:
"Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka
barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan
tidak (pula) mereka bersedih hati". Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat
kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Ayat ini menjelaskan bahwa selama di surga Nabi Adam AS dan Hawa hidup dengan
penuh kebahagiaan. Dalam kisahnya, melihat kebahagiaan mereka, iblis sangatlah geram dan
berusaha mencari cara agar bisa mengeluarkan mereka dari surga. Hingga pada suatu saat, iblis
berhasil mengetahui larangan Allah SWT kepada Nabi Adam AS dan Siti Hawa. Seketika itu,
iblis berusaha membujuk dengan segala cara agar bisa menggoda mereka. Pada mulanya, Nabi
Adam AS sama sekali tidak merasa tergoda dengan segala tipu daya yang dilakukan oleh iblis.
Hingga pada suatu hari, mereka berdua-pun tergoda untuk memakan salah satu buah yang telah
dilarang oleh Allah SWT. Mengetahui hal tersebut, Allah SWT merasa sangat murka hingga
kemudian Dia membuka seluruh pakaian indah yang awalnya menutupi aurat Nabi Adam AS
dan Siti Hawa.
Ketika Nabi Adam AS dan Siti Hawa menyadari akan kesalahannya, mereka sangat dan terus
berusaha meminta ampun kepada Allah SWT. Melihat kesungguhan mereka, Allah SWT
mengampuninya dan memerintahkan mereka untuk turun ke bumi. Allah menurunkan Nabi
Adam AS dan Siti Hawa di wilayah yang berbeda. Salah satu ulama yang bernama Hasan
sebagaimana dikutip Ibnu Katsir berpendapat bahwa “Nabi Adam AS diturunkan di wilayah
India dan Hawa diturunkan di wilayah Jeddah. (Katsir: 2015). Meskipun mereka diturunkan di
suatu wilayah yang berbeda, dengan bekal ilmu pengetahuan keduanya sama sekali tidak
merasakan kesulitan untuk memulai kehidupan baru dan mengelola bumi sebagaimana yang
dikhawatirkan para malaikat. Setelah terpisahkan selama empat puluh tahun, akhirnya mereka
dipertemukan oleh Allah SWT di Padang Arafah. (Muchtam: 2019) Mereka mulai menjalin
kehidupan secara bersama-sama hingga pada suatu saat Allah SWT memberi anugerah kepada
Nabi Adam AS berupa sepasang anak kembar, yang diberi nama Qobil dan Iqlima. Pada tahun
berikutnya, Allah SWT kembali mengaruniai Nabi Adam AS dan Hawa dengan sepasang anak
kembar yang diberi nama Habil dan Labuda.
Ketika putra-putrinya menginjak usia dewasa, Allah SWT memberikan petunjuk kepada
Nabi Adam AS untuk menikahkannya. Qobil harus dinikahkan dengan Labuda, sedangkan Habil
harus dinikahkan dengan Iqlima. Mendengar apa yang disampaikan oleh Bapaknya, Qobil
seketika langsung menolak, ia tidak mau dinikahkan dengan Labuda yang tak secantik adiknya.
Mengetahui sikap putranya tersebut, Nabi Adam AS langsung memerintahkan Qobil dan Habil
untuk mempersembahkan kurban. Allah SWT lah yang akan langsung menentukan dan
menyelesaikan masalah tersebut. Setelah keduanya selesai menyiapkan kurban, tampaklah api
besar yang menyambar kambing persembahan dari Habil, sedangkan gandum persembahan dari
Qobil masih utuh. Kejadian tersebut memberikan isyarat bahwa kurbannya Habil diterima dan
kurbannya Qobil tidak diterima. Meskipun demikian, Qobil masih saja merasa tidak terima dan
menaruh rasa dendam kepada Habil. Untuk melampiaskan rasa dendamnya Qobil memukul
kepala Habil dengan batu hingga meninggal. Setelah menyadari hal itu, ia sangat menyesal dan
tak tahu apa yang harus dilakukan terhadap jenazah adiknya.Ketika mayat Habil telah digendong
kesana-kemari, tiba-tiba datanglah sepasang burung gagak yang saling berebut untuk mematuk
mayat Habil. Kedua burung tersebut bertarung, hingga salah satu diantaranya mati. Melihat
kawannya telah mati, burung gagak yang masih hidup segera menggali tanah dengan
menggunakan paruhnya. Setelah berhasil menggali tanah cukup dalam, dimasukkanlah burung
gagak yang mati tersebut kedalam lubang dan kembali menimbunnya dengan tanah. Mengetahui
hal demikian, Qobil langsung mengikuti apa yang telah dilakukan oleh burung gagak.

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI ADAM A.S


Peristiwa Adam a.s merupakan peristiwa yang besar dan sebagai penyempurna alam,
sekaligus sebagai pewaris alam. Allah swt telah menghendaki untuk meramaikan dunia, dengan
itulah Allah menciptakan Adam a.s untuk merawat dunia, mengemban alam sekitar, sebagaian
rahasia bumi dan langit dan sampai hancurnya sebagian bumi karena sebab tangan-tangan anak
cucu Adam a.s.1 Beberapa hikmah dapat diambil dalam kisah Adam a.s diantaranya adalah:
1. Rendah Hati
Dalam kisah nabi Adam as dengan Iblis yang merasa sombong bahwa dirinya lebih baik
karena diciptkan dari api sementara Nabi Adam hanya dari tanah. Ketahuilah dua kesesatan

1
Jefry Iang, Bahkan Malaikat pun Bertanya, Membangun Sikap Berislam yang Kritis (Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2001), h. 177
inilah yang sering menghiasi hidup manusia, memiliki kelebihan, lalu merasa dirinya paling
semourna dengan segala kelebihan yang dimilikinya, serta memandang remeh mereka, kemudian
dengan kesombongannya (iblis), Allah swt melaknatnya.
Hal ini juga telah dicantumkan dalam Q.S. Al Baqarah/2 ayat 34:
Artinya: “dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah kamu
kepada Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia
Termasuk golongan orangorang yang kafir”.2
Dan dalam Q.S. Al Isra’/17 ayat 61:
Artinya: “dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah
kamu semua kepada Adam”, lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: “Apakah aku akan
sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?”3
Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud
memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada
Allah. Sifat sombong dan tidak mempunyai sedikit pun sikap rendah hati ini umumnya muncul
karena adanya pikiran mebandingkan dua hal yang berbeda dengan pola pikir seseorang karena
mereka akan menanggap bahwa dirinya lebih baik dari orang lain, merasa bahwa dirinya paling
utama dari orang lain bahkan sesamanya sekalipun.
Berdasarkan hal yang telah dijelaskan di atas, dapat dipahami bahwa seorang musli yang
mempunyai sikap rendah hati mampu memposisikan dirinya sebagai makhluk yang konsisten
dengan sikapnya, maka Allah swt akan menangkat derajat hamba-Nya. Begitu juga sebaliknya
bagi orang-orang yang sombong bagi mereka akan direndahkan derajatnya sebagaimana yang
menimpa iblis yang sombong dan takabur kepada Allah swt, maka Allah akan tempatkan mereka
sesuai dengan sikapnya, yaitu neraka jahannam.
Sombong merupakan Sombong Adalah Sifat Allah Dan Tawadhu Adalah Sifat Makhluk.
Salah satu Nama Allah adalah mutakabbir (sombong). Allah menghendaki hanya Ia sendiri yang
layak untuk menyombongkan diri. Ia melarang semua makhluk untuk bersifat sombong.
Kesombongan merupakan sikap yang sangat tidak terpuji, yang dapat berakibat pada
“diharamkannya” seseorang masuk ke dalam surga, Bahkan cukuplah seseorang yang memiliki
sifat sombong ini sedikit saja.

2
Q.S. al Baqarah/2:34
3
Q.S. al Isra’/17:61
2. Larangan Sombong
Sombong menjadi sifat dan karakter Iblis, yang oleh karenanya Iblis dilaknat oleh Allah
swt, serta diturunkan martabatnya menjadi makhluk yang sangat hina dina, bahkan dilaknat
Allah swt serta dijanjikan masuk neraka jahanam. Iblis mengucapkan kata-kata ketika Allah
memerintahkan kepada malaikat dan iblis untuk sujud kepada Adam as.4Sebagaimana tertera
dalam QS. Al Baqarah/2 ayat 23:
Artinya: dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah kamu
kepada Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia
Termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Seorang muslim yang benar hendaknya tidak berlaku sombong tidak memalingkan
mukanya dihadapan orang lain, dan tidak angkuh terhadap mereka. Petunjuk Alquran telah
memenuhi pendengarannya, hatinya, dan ruhnya, sehingga ia sadar bahwa kesombongan hanya
akan merugikan dirinya di dunia maupun di akhirat. Allah swt menyukai orang-orang yang tidak
ingin menyombongkan diri dan berjalan dengan angkuh dan memalingkan muka (karena
sombong) dihadapan orang lain.5 Seorang yang takabbur, merasa dirinya lebih tinggi lebih
mampu dan lebih sempurna daripada orang lain, sehingga tertanamlah dalam hatinya bahwa dia
benar-benar demikian. karena itu dia selalu menghina orang lain, menganggapnya enteng. Dia
enggan duduk bersama orang lain dan enggan bergaul. Bila ada orang yang berani mengkritik
pendirianya, argumennya atau bahkan menasehatinya, maka dia menjadi marah dan terus
menghardik. Bila ia bergaul dengan orang banyak maka orang-orang lain dianggap bodoh dan
lebih rendah derajatya. Bila ia memegang suatu pekerjaan dia berlaku sewenang-wenang dan
sebagai seorang diktator.
3. Larangan Dengki
Sifat ini tidak pantas menyertai seorang muslim yang beriman kepada Allah, Rasul, dan
hari akhir. Rasulullah saw selalu meningatkan umatnya agar selalu waspada kepada sifat dengki
ini.6 Beliau bersabda:
Dari Abu Hurairah ra Rasulullah saw bersabda: “Hati-hatilah kamu sekalian terhadap
hasad, karena sesungguhnya hasad, akan memakan habis seluruh kebikan sebagaimana api
melahap habis kayu bakar”. (H.R. Abu Daud)

4
Q.S. Al Baqarah/2:23
5
Muhammad Ali Hasyim, Apakah Anda Berkepribadian Muslim?.... h.82.
6
Muhammad Ali Hasyim, Apakah Anda Berkepribadian Muslim?.... h. 16
Manusia yang berjiwa besar tidak mungkin memiliki sifat dengki ataupun iri hati, sebab
dengki hanyalah sifat yang dipunyai golongan manusia yang berjiwa kecil, berdaya iradah yang
sangat lemah, lagi berwatak jahat dan amat buruk. Untuk itu maka setiap orang besar, namanya
tersohor keseluruh penjuru dunia, berjiwa agung serta enggan kalau cita-citanya patah di tengah
jalan, sudah dapat dipastikan bahwa jauh sekali jaraknya antara pribadinya sendiri antara akhlak
dan budi pekerti dengan akhlak dan budi pekerti yang rendah, hina dina benar-benar tercela itu.7
Jika kita tidak menyimpan kedengkian kepada seseorang, biasanya selain kita membencinya juga
diam-diam dalam hati kita menginginkan orang itu celaka, dan kalau sudah begitu besar
kemungkinan kita langsung atau tidak langsung berusaha mencelakakanya.8
Apakah kebahagiaannya itu hanyalah ilusi kita akibat merasa diri sendiri kurang bahagia,
sehingga membuat kita mempunyai gambaran terlalu besar tentang orang lain dan terlalu kecil
tentang diri kita sendiri. Ini berarti bahwa kebahagiaan orang lain dan terlalu kecil tentang diri
kita sendiri. Pada akhirnya, bahwa “kebahagiaa” orang lain itu hanyalah refleksi atau pantulan
kaca situasi batin kita sendiri yang merasa tidak bahagia.
4. Pemaaf
Mempunyai sikap pemaaf merupakan bagian akhlak yang luhur, yang harus menyertai
seorang muslim yang bertakwa, nas-nas Alquran dan contoh-contoh perbuatan Nabi Muhammad
saw banyak menekankan keutamaan sifat ini. Sikap pemaaf merupakan memberi maaf dan
memberi ampun terhadap kesalahan orang tanpa ada rasa benci terhadap orang yang bersalah
atau sakit hati bahkan tidak ada keinginan membalas walaupun terkadang mampu membalasnya.9
Dilihat dari segi pendidikan, seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap muridnya, ia
sanggup menahan diri, menahan kemarahan, lapang hati, banyak sabar dan jangan pernah
menjadi seorang guru yang pemarah karena sebab kecil bisa mrubah bahkan mewakili
kepribadian dan harga diri.10 Jadikan Alquran sebagai sumber utama budi pekerti Nabi, aplikasi
sifat-sifat beliau adalah pemaaf, banyak memebri maaf, dan sifat maaf itu disaat beliau mampu
membalas yang timbul dari jiwa yang paling dalam.

7
Syekh Mustafa Ghalayani, Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur (Semarang: Toha Putra, 1976), h. 212.
8
Ya’kub, Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mukmin ... h.126
9
Ahmad Muhammad Al Hufy, Akhlak....,. h.257
10
Athiyah al Abrasyi, dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam Terj. Bustami A. Ghani dan Johar Bahri (Jakarta: Bulan
Bintang, 1970) h. 141
5. Adil
Nilai ini bisa diambil dari peristiwa ketika Nabi Adam AS memerintahkan kedua anaknya
yaitu Qobil dan Habil untuk memepersembahkan kurban. Persembahan kurban ini bertujuan
untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT, terkait masalah Qobil yang enggan dinikahkan
dengan Labuda. Berdasarkan peristiwa ini, kita bisa mengambil ibrah bahwa Nabi Adam AS
memiliki sikap hati-hati, tidak mau memihak kepada salah satu putranya, dan tidak mau
mengambil keputusan terkait permasalahan putranya.
6. Anjuran Menuntut Ilmu
Nilai ini diambil dari peristiwa ketika Allah SWT menjawab keraguan malaikat kepada
Nabi Adam AS yang hendak dijadikan sebagai khalifah di bumi. Allah SWT menjawab bahwa
Dia telah memberikan keistimewaan kepada Nabi Adam AS yang berupa ilmu pengetahuan.
Pemberian Allah SWT kepada Nabi Adam AS memberikan isyarat bahwa ilmu pengetahuan itu
sangat penting. Oleh karena itu, kita diwajibkan untuk menuntut ilmu dan menghayati setiap
nilai yang terkandung di dalam ilmu tersebut.
7. Syukur dan Tolong Menolong
Sikap tolong menolong merupakan salah satu nilai moral yang diambil dari peristiwa
ketika Allah SWT mengutus Nabi Adam untuk tinggal di surge dan menikmati semua fasilitas
yang tersedia. Ketika tinggal di surge Nabi Adam AS merasa kesepian, hingga kemudian Allah
SWT menciptakan manusia kedua yang berasal dari tulang rusuk Nabi Adam AS, yaitu Siti
Hawa. Berdasarkan peristiwa ini kitab isa menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang bisa
memberikan nikmat kecuali Allah SWT, sehingga kita harus mensyukuri setiap pemberian-Nya.
Selain itu, dari kisah ini kita bisa menyadari bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Sebagai salah satu makhluk yang
memiliki rasa membutuhkan pada orang lain akan cenderung membuat seseorang saling
berinteraksi dan melakukan tolong menolong.
8. Anjuran Berhati-Hati dengan Tipu Muslihat
Sebab Nabi Adam AS dan Siti Hawa diturunkan kebumi karena telah menurut bujuk
rayuan iblis. Iblis berusaha menggoda Nabi Adam AS dan Siti Hawa untuk melakukan larangan
yang telah ditetapkan Allah SWT, yaitu memakan buah dari salah satu pohon yang ada di surga.
Pada awalnya, Nabi Adam AS dan Siti Hawa sama sekali tidak tergoda dengan godaan iblis.
Namun, iblis tetap terus berusaha untuk menggodanya, hingga pada akhirnya Nabi Adam AS dan
Siti Hawa berhasil terbujuk untuk memakan buah tersebut. Setelah mereka selesai memakannya,
terbukalah seluruh aurat. Menyadari akan kesalahannya, mereka sangat menyesal dan berusaha
meminta ampunan kepada Allah SWT dengan penuh pengibaan. Berdasarkan peristiwa ini, kita
bisa mengambil ibrah bahwa jika kita mendengarkan bujuk rayuan iblis, maka kita akan
terjerumus kejalan yang tidak di ridhai oleh Allah SWT.
9. Anjuran Segera Bertaubat Atas Kesalahan
Nilai ini diambil dari peristiwa ketika Nabi Adam AS dan Siti Hawa menya dari akan
kekhilafannya. Mereka segera memohon ampunan dengan terus berdo’a kepada Allah SWT.
Manusia yang sempurna bukanlah mereka yang tak pernah berbuat kesalahan. Akan tetapi
mereka yang ketika melakukan kesalahan, ia sadar dan segera memohon ampunan kepada Allah
SWT serta berjanji untuk tidak mengulanginya.
Do’a Nabi Adam dan Hawa memohon ampun kepada Allah SWT, dalam Q.S. Al A’raf/7 ayat
23:

ِ ْ ‫قَ َاَل ربَّنَا ظَلَمنَآ أَن ُفسنَا وإِن ََّّل تَ ْغ ِفر لَنَا وتَر ََحْنَا لَنَ ُكونَ َّن ِمن‬
َ ‫ٱلََٰس ِر‬
‫ين‬ َ َْ ْ ْ َ َ ْ َ

Artinya: Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami
termasuk orang-orang yang merugi.

10. Sabar dan Tawakkal


Sikap ini diambil dari peristiwa ketika Allah SWT menurunkan Nabi Adam AS dan Siti
Hawa di wilayah yang berbeda. Meskipun mereka diturunkan di suatu wilayah yang berbeda,
dengan bekal ilmu pengetahuan keduanya sama sekali tidak merasakan kesulitan untuk memulai
kehidupan baru dan mengelola bumi. Setelah terpisahkan selama empat puluh tahun, akhirnya
mereka dipertemukan oleh Allah SWT di Padang Arafah. Mereka kembali dipertemukan karena
berkat rasa sabar dan tawakalnya selama empat puluh tahun. Berdasarkan peristiwa ini, kita bisa
mengambil ibrah bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan penuh kesabaran dan kita
menyerahkan semuanya kepada Allah SWT (tawakkal), pasti Dia akan segera memberikan hasil
yang sesuai dengan usahanya.
2. NABI IDRIS A.S
BIOGRAFI DAN KISAH NABI IDRIS A.S
Nabi Idris merupakan salah satu nabi yang mewariskan banyak pengetahuan dan masih
berguna hingga saat ini. Kenabiannya perlu diimani oleh umat Islam sebagai bentuk taqwa atas
perintah Allah SWT. Secara garis keturunan Nabi Idris memiliki jarak enam generasi dari Nabi
Muhammad. Urutannya adalah

Adam, Syits, Anusy, Qinan, Mihlail, Yarid, baru kemudian Idris.

Nama Idris berasal dari kata ‘Darasa’ yang berarti belajar. Sebab, Nabi Idris dikenal
sebagai sosok yang sangat senang belajar dan suka mengkaji fenomena alam semesta. Nabi Idris
juga dikenal dengan nama Akhnukh bin Yarid. Dia dilahirkan dari seorang perempuan bernama
Iqlima. Selama 345 tahun Nabi Idris hidup di dunia, dia diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah
di Irak Kuno (Babilonia) dan Mesir (Memphis). Berikut kisah Nabi Idris selengkapnya. Nabi
Idris adalah manusia pertama yang menerima wahyu lewat Malaikat Jibril ketika dirinya
menginjak usia 82 tahun.

Pada mulanya, Nabi Idris diutus oleh Allah SWT untuk menyebarkan agama di
Babilonia, Irak Kuno. Nabi Idris sendiri merupakan sosok yang rajin beribadah dan beramal salih
seperti halnya yang diceritakan dalam buku Nabi Idris. Namun, akhirnya dia berhijrah ke Mesir
lantaran penduduk Babilonia tidak bisa menerima apa yang diajarkan Nabi Idris. Dalam
kehidupan sehari-hari, Nabi Idris dikenal sebagai orang yang gemar bertasbih kepada Allah. Dia
juga selalu melakukan perbuatan baik seperti belajar, menulis, dan menjahit. Keterampilan-
keterampilan itu perlahan-lahan dia ajarkan kepada kaumnya.

Selain baik budinya, Nabi Idris juga dikenal sebagai pribadi yang tidak pernah merasa
takut ketika berhadapan dengan umatnya yang kafir. Oleh karena itu, dia digelari ‘Singa Allah’.
Nabi Idris juga dikenal sebagai sosok pemaaf dan tidak pernah sombong. Bahkan, Allah SWT
memberinya gelar ‘Asadul Usud’ karena tidak pernah berputus asa ketika Allah
memerintahkannya untuk menyebarkan agama.
Pesan-Pesan Nabi Idris Kepada Umat Manusia

Sebelum meninggal dunia, Nabi Idris meninggalkan banyak pesan kepada umat manusia.
Pesan-pesan tersebut berisi ajaran-ajaran agar manusia dapat hidup lebih baik. Di antaranya salat
jenazah sebagai bentuk penghhormatan, karena pemberi syafaat hanyalah Allah SWT sesuai
amal dan perbuatan.Dia juga mengingatkan kaumnya bahwa sebesar apa pun rasa syukur yang
kita ucapkan tidak akan mampu menandingi nikmat Allah SWT yang telah diberikan. Selain itu,
Nabi Idris juga mengingatkan umat manusia untuk selalu menyambut seruan Allah SWT secara
ikhlas untuk shalat, puasa, menaati semua perintah-Nya, serta menjauhi larangan-Nya.
Kemudian, umat manusia juga diminta untuk menghindari hasad atau dengki kepada sesama
manusia yang mendapat rezeki. Nabi Idris juga mengingatkan bahwa kegiatan menumpuk harta
sama sekali tidak bermanfaat bagi diri sendiri, kecuali membagikan harta tersebut kepada orang
yang membutuhkan. Terakhir, kehidupan hendaknya dijalani dengan penuh hikmah dan
kebajikan.

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI IDRIS A.S


1. Cerdas dan Berpengetahuan Luas

Nabi Idris merupakan manusia pertama yang bisa membaca dan menulis. Hal itu
dijelaskan dalam QS. Al-Alaq:4-5. Surat tersebut mengisahkan Nabi Idris adalah manusia
pertama yang mengajarakan cara menulis dan membaca kepada umat manusia. Allah SWT
memberikan banyak ilmu pengetahuan yang berlimpah. Selain membaca dan menulis, Nabi Idris
juga pandai merawat kuda, paham ilmu falaq atau perbintangan hingga pandai matematika atau
ilmu berhitung. Karena mukjizat yang diberikan Allah itu lah Nabi Idris dikenal sebagai sosok
yang cerdas, pandai, dan bijaksana.

2. Pandai dalam Ilmu Perbintangan

Pengetahuan Nabi Idris sangat luas karena dia rajin mengkaji dan mempelajari banyak
hal, termasuk segala hal yang diajarkan Allah SWT kepada Nabi Adam. Selain itu, Nabi Idris
juga sangat tertarik dengan fenomena-fenomena alam yang terjadi di muka bumi. Oleh sebab
itulah, banyak yang bertanya kepadanya apabila terjadi fenomena alam tertentu. Nabi Idris sering
menjadi rujukan terhadap suatu permasalahan.
3. Manusia Pertama yang Bisa Membuat Pakaian

Sebelum Nabi Idris terlahir di dunia, manusia sebelumnya terbiasa membuat dan
memakai kulit binatang sebagai pakaian. Nabi Idris diberikan Allah mukjizat berupa orang
pertama yang bisa menjahit kulit binatang menjadi baju layak pakai. Saat ada waktu luang, Nabi
Ibrahim menjahit pakaian lalu diberikan kepada kaum fakir miskin.

4. Manusia Pertama yang Bisa Menulis

Nabi Idris juga dikenal sebagai manusia pertama yang bisa menulis menggunakan pena.
Bahkan, para ilmuwan pernah menemukan beberapa potongan naskah kuno yang diklaim
berkaitan dengan Nabi Idris. Naskah itu bernama Kitab Henokh. Salah satu kisah dalam kitab itu
adalah tentang peradaban tertua di bumi Lemuria, Atlantis yang hilang ditelan bumi. Selain itu,
prediksi tentang banjir besar yang akan terjadi di muka bumi. Para ilmuwan itu menduga Kitab
Henokh tersebut ditulis oleh Nabi Idris.

5. Nabi yang Merasakan Mati dan Hidup Lagi

Pada suatu malam, Nabi Idris kedatangan tamu seorang pria. Dia membawa sangat
banyak buah-buahan. Nabi Idris tidak sadar, pria tersebut adalah Malaikat Izrail yang menyamar.
Nabi Idris menawarkan makanan itu kepada Izrail, namun ditolak. Pada akhirnya, mereka
berbincang-bincang dan berjalan-jalan melihat pemandangan sekitar. Setelah empat hari bersama
dan sudah cukup akrab, Nabi Idris mulai curiga dengan sang tamu. Sebab, tamu itu tidak
menyentuh jamuannya sama sekali. Nabi Idris lantas mengajukan pertanyaan karena diliputi rasa
penasaran.

“Sebenarnya siapa kamu?” tanya Nabi Idris.

“Maaf Ya Nabi Allah. Aku sebenarnya adalah Malaikat Izrail,” jawab sang malaikat.

Tentu saja Nabi Idris terkejut mendengarnya, sebab Malaikat Izrail bertugas mencabut nyawa
manusia. “Kau sudah empat hari bersamaku. Apakah kau sedang bertugas untuk mencabut
nyawa makhluk di dunia ini?”
“Wahai Idris, selama empat hari ini memang banyak sekali nyawa yang telah kucabut. Roh
makhluk-makhluk itu bagaikan hidangan di hadapanku. Kuambil mereka bagaikan seseorang
sedang menyuap makanan.”

“Lantas apa maksud kedatanganmu kemari? Apakah kau ingin mencabut nyawaku?”

Malaikat Izrail menggeleng. “Tidak, Ya Idris. Kedatanganku memang untuk mengunjungimu


karena saya rindu dan Allah telah memberikan izin.”

Setelah percakapan itu, Nabi Idris membuat satu permintaan. Dia ingin Malaikat Izrail mencabut
nyawanya, kemudian menghidupkannya kembali. Nabi Idris penasaran dengan rasa sakratul
maut yang konon sangat dahysat sakitnya. Namun, permintaan itu tidak segera dituruti oleh
Malaikat Izrail. Sebab, segala hal yang dia lakukan hanya atas perintah Allah SWT.

“Saya tidak mencabut nyawa seseorang selain atas izin Allah,” kata Malaikat Izrail.

Namun, Allah SWT pada akhirnya mengabulkan permintaan Nabi Idris. Seketika, Malaikat Izrail
pun mencabut nyawa Nabi Idris. Melihat sahabatnya kesakitan sedemikian rupa, Malaikat Izrail
menangis. Setelah mati, Allah menghidupkan kembali Nabi Idris.

Nabi Idris lantas menangis sejadi-jadinya. Dia tidak bisa membayangkan apabila manusia-
manusia lain mengalami sakaratul maut yang terasa sakit seperti dirinya. Rasanya sungguh
dahsyat, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Nabi Idris pun merasa tidak tega apabila ada
umatnya yang harus merasakan sengsara di ujung hidup dan mati.

Sejak saat itu, Nabi Idris semakin giat mengajak umatnya untuk senantiasa berbuat kebaikan, taat
kepada Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya.

Kematian Nabi Idris A.S

Ada banyak pendapat terkait akhir hayat Nabi Idris. Dalam tafsir Ibnu Katsir, dituliskan
pendapat Ibnu Jarir tentang Kaab yang menceritakan proses kematian Nabi Idris. Kaab berkata
Allah SWT telah mewahyukan kepada Idris akan mengangkat amal bagi Idris setiap harinya
sebanding dengan semua amal anak-anak adam. Kemudian, datanglah seorang malaikat
kepadanya. Idris lantas meminta agar ajalnya ditangguhkan.
Mendengar itu, Idris menginginkan amalnya terus bertambah. Kemudian datang seorang
malaikat yang terdekat dengannya. Idris berkata kepada malaikat itu, “Sesungguhnya Allah telah
mewahyukan ini dan ini kepadaku, maka bicaralah kamu kepada malaikat maut agar sudilah dia
menangguhkan ajalku supaya amalku makin bertambah”.

Malaikat itu akhirnya membawa Nabi Idris di antara kedua sayapnya, kemudian naik ke
langit. Sesampainya di langit keempat, Malaikat Izrail berjumpa dengannya. Malaikat yang
membawa Nabi Idris mengemukakan pesan dari Nabi Idris.

Malaikat Izrail bertanya, “Sekarang Nabi Idris di mana?”

Dijawablah oleh malaikat itu, “Dia ada di pundakku.”

Terjawab sudah rasa heran Malaikat Izrail. Sebab, mulanya dia ditugaskan mencabut
nyawa Nabi Idris di langit keempat, padahal yang dia tahu Nabi Idris ada di bumi. Ternyata,
Nabi Idris telah dibawa lebih dulu oleh malaikat lainnya. Pada akhirnya, Nabi Idris dicabut
nyawanya di langit keempat.

Berdasarkan tafsir Ibnu Katsir, cerita tersebut adalah salah bagian dari Ka’bul Ahbar,
yang dikutipnya dari kisah-kisah Israiliya. Namun, dalam cerita tersebut sebagian terkandung hal
yang tidak bisa diterima. Ibnu Katsir pun menyebutkan bahwa hanya Allah SWT yang
mengetahui segala kebenarannya.

3. NABI NUH A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI NUH A.S
Setelah berabad-abad lamanya zaman nabi Idris AS berlalu dan manusia sudah banyak
menyimpang dari ajaran moral dan akidah yang dibawa oleh nabi Adam AS, Allah SWT
mengutus seorang nabi bernama nabi Nuh AS ia merupakan keturunan kesembilan dari Adam
AS, ayahnya adalah lamik bin metusyalih bin idris.11 Nama asli Nabi Nuh adalah Abdul Ghaffar,
karena seringnya menangis, maka diberilah nama Nuh ia diangkat menjadi nabi dan rasul ketika
berumur 480 tahun, ia menjalankan misinya selama lima abad dan meninggal ketika berumur

11
Muhammad Ali. Sejarah Para Nabi Studi Banding Al-Qur*an & Al-Kitab, (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah,
2007), hlm 26-27
950 tahun, Nabi Nuh AS, terkenal sebagai nabi yang fasih berbicara bijaksana dan sabar.dalam
menjalankan tugas risalahnya, walaupun ia telah berdakwah dengan sekuat tenaga menggunakan
kecakapan, kebijaksanaan, dan kesabarannya sekalipun waktu menjalankan misinya sangat lama,
nabi Nuh AS hanya mendapatkan pengikut antara 70 sampai 80 orang itupun hanya dari
kalangan orang-orang lemah.12
Nabi Nuh AS adalah seorang nabi dan rasul yang banyak disebut-sebut dalam Al-Qur’an
di mana penyebutannya sampai mencapai 43 kali, secara garis besar keturunan beliau adalah
puteri dari Amik bin Matusalam bin Indris AS dan naik sampai kepada Nabi Syait dan Nabi
Adam AS, jarak antara Nabi Adam AS dengan Nabi Nuh AS adalah seribu tahun lebih dalam
kita Taurat disebutkan bahwa jarak keduanya adalah 1056 tahun. Nabi Nuh AS adalah orang
yang pertama dijadikan Rasul yang menduduki ulul azmi dia di utus untuk memberikan
peringatan tentang bagi kaum pembangkang13
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Nuh/ ayat 1:
Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan
memerintahkan): berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih, (QS.
Nuh:1).14
Berdasarkan ayat tersebut maka dapat di ketahui bahwa (sesungguhnya Kami telah
mengutus Nuh kepada kaumnya, dengan memerintahkan, berilah peringatan) dengan
memperingatkan (kepada kaummu sebelum datang kepada mereka) jika mereka tetap tidak mau
beriman (azab yang pedih) siksaan yang menyakitkan di dunia dan akhirat.
a. Tentang keimanan
Kontrak antara Allah dan para Rasul-Nya berupa keimanan. Hal ini dapat dipahami ketika Allah
SWT mengambil perjanjian dari para Nabi-nabi dan Rasul-Nya (Muhammad SAW) dan Nuh As
serta Ibrahim As misalnya firman Allah. QS. Al-Ahzab (33): 7
Artinya: Dan (Ingatlah) ketika kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu
(sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan kami Telah mengambil dari
mereka perjanjian yang teguh.

12
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Cet 4, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2007), hlm.527
13
Rafi’Udin dan In’am Fadhali, Lentara Kisan 25 Nabi dan Rasul (Radar Jaya Offset, 2013), h.21
14
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid II, Juz4,5,6.
(Yagyakarta : PT. Verisia Yogya Graraka, 2011)
5Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, (Sinar Baru Algensindo, Bandung,
2000)
Maksud dari perjanjian yang teguh adalah kesanggupan para Rasul menyampaikan amanat
keimanan kepada umatnya masing-masing.
b. Tidak ada paksaan dalam soal iman. QS. Yunus (10): 99
Artinya: Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di
muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya?
c. Orang beriman tidak akan bertambah. QS. Huud (11): 36
Artinya: Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di
antara kaummu, kecuali orang yang Telah beriman (saja), Karena itu janganlah kamu bersedih
hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan.
d. Jangan memuja selain Allah. QS. Huud (11): 26
Artinya: Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya Aku takut kamu akan
ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan".
e. Hanya memberikan penjelasan tidak memaksakan iman. QS. Huud (11): 28
Artinya: Berkata Nuh: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika Aku ada mempunyai
bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya Aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu
disamarkan bagimu. apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada
menyukainya?"
f. Nuh tidak mau mengusir orang-orang beriman. QS. Huud (11): 30 dan surah (26): 144
Artinya: Dan (Dia berkata): "Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab)
Allah jika Aku mengusir mereka. Maka Tidakkah kamu mengambil pelajaran?
QS. (26): 114
Artinya: Dan Aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman.
g. Tidak mengenal dispensasi dalam iman. QS. Huud (11): 43
- Nuh memanggil anaknya QS. Huud (11): 42
Artinya: Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung.
dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai
anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang
yang kafir."
- Anak Nuh menolak panggilan ayahnya QS. Huud (11): 43
Artinya: Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat
memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari Ini dari azab Allah
selain Allah (saja) yang Maha penyayang". dan gelombang menjadi penghalang antara
keduanya; Maka jadilah anak itu termasuk orangorang yang ditenggelamkan.
- Nuh mengadu kepada Tuhan tentang anaknya QS. Huud /11: 45
Artinya: Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku,
Sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan Sesungguhnya janji Engkau Itulah yang benar.
dan Engkau adalah hakim yang seadiladilnya."
- Istri Nuh tiada beriman. QS. At-Tahrim /66: 10
Artinya: Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-
orang kafir. keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara
hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka
suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada
keduanya): "Masuklah ke dalam Jahannam bersama orangorang yang masuk (jahannam)".
- Nuh menyesal tentang pengaduannya kepada keselamatan anak dan istrinya. Dan Allah
perkenankan do’a Nabi Nuh sebagai suatu kesatuan agama dan aqidah seluruh Nabi. 15 QS. Huud
(11): 47
Artinya: Nuh berkata: Ya Tuhanku, Sesungguhnya Aku berlindung kepada Engkau dari
memohon kepada Engkau sesuatu yang Aku tiada mengetahui (hakekat)nya. dan sekiranya
Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya
Aku akan termasuk orang-orang yang merugi."
h. Sikap pembangkangan kaum Nuh sama dengan kaum sesudahnya. QS. Mu’min (40): 31,
misalnya Aad, kaum Nabi Hud, Tsamud, Kaum Nabi Shaleh, Madyan, Kaum Nabi
Syuaib dan sebagainya. Mereka adalah orang-orang fasik QS. Adz-Dzariyat (51): 46 paling
dzalim dan paling durhaka. QS. An-Najm (53): 52
i. Cobaan Nabi Nuh As yang paling besar adalah menghadapi pendusta yang menyatakan
bahwa Nabi Nuh adalah gila, hal itu sebagai bentuk tipu daya dan maker yang yang besar QS.
Nuh (71): 22
Artinya: Dan melakukan tipu-daya yang amat besar".

15
M. Baqir, h. 525
j. Keputusan Allah terhadap kaum Nabi Nuh berupa siksaan QS. Hud (11): 39
Artinya: Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang
menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal."
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI NUH A.S
a. Lemah Lembut dalam Berdakwah
Nabi Nuh AS dalam berdakwah mengajak kaumnya menggunakan kata yang lembut,
yaitu menggunakan kata Akhuun yang berati saudaraku. Hal ini seperti yang terdapat dalam QS.
Al-A’raf ayat 59 pada ayat ini menjelaskan bahwa, dalam mengajak kaumnya untuk semata-mata
menyembah Allah, Nabi Nuh berdialog dengan kaumnya dengan cara yang lemah lembut Nabi
Nuh memanggil kaumnya dengan sebutan wahai kaumku dengan panggilan itu, ia hendak
menggugah mereka bahwa mereka semua adalah kaumnya dan dirinya bagian dari mereka.
Dalam ayat lain Allah taala berfirman, ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka,”
mengapa kamu tidak bertakwa? (QS. Asy-Syu’araa:106). Kata akhuuhum (saudara mereka)
yakni saudara senasab bukan agama, kata ini menggugah rasa persaudaraan nasab dan
menunjukkan kepada mereka bahwa dirinya menginginkan kebaikan, dia tidak jauh dari mereka
juga tidak asing bagi mereka karena dia adalah saudara mereka.16
Bersikap lemah lembut kepada sesama manusia merupakan ahlak mahmudah yang
diajakan oleh Rasulullah. Allah menegaskan kepada Nabi Muhammad kalau seandainya
Rasulullah tidak berlaku lemah lembut dalam berdakwah niscaya orang-orang kafir akan
meninggalkannya. Allah berfirman dalam QS. Ali-Imran ayat 159 yang berbunyi:
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabilakamu telah membulatkan
tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.17
Rasulullah adalah orang yang menjadi suri tauladan (uswatun hasanah) bagi umatnya,
baik sebagai pemimpin maupun orang tua. Beliau mengajarkan pada umatnya bagaimana

16
Abdul Karim Zaidan, Hikmah Kisah-Kisah dalam Al-Quran, terj., M. Syuaib Al-Faiz, Thoriq Abd. Aziz at-
Tamini, Op. Cit. h. 152
17
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid II, Juz4,5,6. (Yagyakarta : PT. Verisia
Yogya Graraka, 2011)
menanamkan nilai-nilai keimanan pada anakanaknya ada lima pola dasar pembinaan iman
(aqidah) yang harus diberikan kepada anak, yaitu membacakan kalimat tauhid pada anak,
menanamkan kecintaan kepada Allah SWT dan Rasulnya, mengajarkan Al-Quran dan
menanamkan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan.18 Bersikap lemah lembut merupakan
metode dalam berdakwah untuk menyebarkan ajaran Allah sudah sepantasnya bagi seorang Da’i
(pendakwah) untuk menerapkan metode ini dalam menyampaikan ajaran Allah kepada Mad’u
(objek dakwah).
b. Berbaik Sangka (Husnudhan)
Orang-orang yang terhormat dari kalangan umatnya Nabi Nuh tidak mau menerima
ajakan Nabi Nuh karena mereka menuduh Nabi Nuh adalah orang yang sesat mereka sangat y
akin bahwa Nuh berada dalam kesesatan yang jelas. Seperti penjelasan Imam jalaluddin
al Mahally dan As Suyuthy (Pemuka-pemuka) orang-orang terhormat (dari kaumnya berkata,
sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata) yang jelas.19
Hal ini juga seperti yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Kasir dalam tafsirnya dalam
menafsiri ayat ini firmannya pemuka-pemuka dari kaumnya berkata maksudnya, para tokoh
orang-orang terhormat dan para pembesar diantara mereka, sesungguhnya kami memandangmu
berada dalam kesesatan yang nyata yaitu, seruanmu (Nuh) kepada kami untuk meninggalkan
peribadatan terhadap berhala-berhala ini, yang kami peroleh dari nenek moyang kami. Demikian
itulah keadaan orang-orang yang berdosa (kafir), mereka memandang orang-orang yang baik
berada dalam kesesatan. Seperti firman Allah. dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin,
mereka mengatakan: sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat, (QS Al-
Muthofifin:32) dan ayat-ayat lain yang semakna.20 Nuh menjawab Hai kaumku, tak ada padaku
kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Maksudnya, aku (Nuh)
bukanlah seorang yang sesat, tetapi aku adalah seorang Rasul dari Rabb pemilik dan penguasa
segala sesuatu. Bahkan Imam Thabari didalam tafsirnnya berkata bahwa, mereka orang kafir
kaumnya Nabi Nuh mengenggap seruan Nabi Nuh adalah perkara yang tidak mengandung
kebenaran sangat jelas tidak mengandung kebenaran bagi orang yang memikirkannya.21

18
M. Nur Abdul Hafizh, Manhaj Tarbiyah Al Nabawiyah Li al-Thif, terj, Kuswandini: Mendidik Anak bersama
Rasulullah SAW, (Bandung: Al Bayan, 2007), h. 110
19
Imam Jalaluddin al Mahalli dan Jalaluddin as Suyuthi, Tafsir Jalalain, terj., Bahrun Abubakar, Op. Cit, h. 611
20
Imam Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Kasir, terj., M. Abdul Ghoffar E.M dkk, Op.Cit., h. 399, jilid 3
21
Abu ja’far Muhammad bin jarir At-Thabari,Tafsir At-Thabari, terj., Abdul Somad dan Yusuf Hamdani, Op.Cit.,
h.221
Sangat jelas sekali bahwa, pelajaran yang dapat diambil dari penafsiran ayat ini adalah
larangan bagi seorang muslim untuk menuduh orang lain yang bukan-bukan. Segala sesuatu
yang hanya berdasarkan dengan dugaan harus dibuktikan dulu kebenarannya, hal ini seperti
perintah QS:Al-Hujuraat ayat 6:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa
suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada
suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu
itu.22
c. Belas Kasih dan Saling Menasehati
Nuh AS tidak cukup berlemah lembut kepada mereka dalam berdialog dengan kaumnya,
tetapi ia juga menampakkan rasa iba pada mereka dan usaha kerasnya untuk menasehati dan
memberikan kebaikan kepada mereka. diantarabukti rasa belas kasihannya tehadap mereka
adalah dengan memperingatkan mereka dari azab Allah jika menolak dakwahnya. Orang yang
sayang tentu akan memperingatkan orang yang disayanginya dari hal-hal yang
membahayakannya dan hal-hal yang mengantarkannya kepada bahaya.23 Sesungguhnya Kami
telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-
kali tak ada Tuhanbagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku
takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat). (QS. Al-A’raf:59) artinya aku takut
pada azab hari kiamat jika kalian berjumpa dengan Allah dalam keadaan menyekutukannya.24
Ketika mayoritas dari kaumnya yaitu para pemimpin, pembesar dan panglima menjawab
seruan Nabi Nuh dengan perkataan sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar dalam
kesesatan yang nyata, (QS. Al-A’raf:60) maka Nuh berkata kepada mereka, hai kaumku, tak ada
padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku sampaikan
kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu. dan aku mengetahui
dari Allah apa yang tidak kamuketahui, (QS. Al-A’raf:61-62) Perkataan Nuh aku memberi
nasehat kepadamu yaitu saya maksudkan kebaikan kalian dengan ihlas.25

22
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid II, Juz4,5,6. (Yagyakarta : PT. Verisia
Yogya Graraka, 2011)
23
Abdul Karim Zaidan, Hikmah Kisah-Kisah Dalam Al-Quran, terj., M. Syuaib Al-Faiz,
Thoriq Abd. Aziz at-Tamini, Op. Cit. h.152
24
Tafsir Ibnu Kasir Jilid 2 h. 223
25
Tafsir Al-Qosimi jilid 7 h.160
Perasaan belas kasih muncul dari seseorang kepada orang yang dia sayangi, sudah
menjadi sifat manusia jika dia mencintai orangyang juga berbuat baik kepadanya. Oleh karena
itu akan sangat istimewa sekali nilainya jika kita bisa berbelas kasih kepada orang yang justru
memusuhi kita, berbuat jahat kepada kita, hal inilah yang selalu diajarkan oleh para Rasul.
Sebagai seseorang yang menjadikan Rasul sebagai tauladannya, sudah sepantasnya kita juga
meiliki sifat belas kasih dan saling menasehati kepada sesame muslim. Seperti yang disyaratkan
Allah kepada manusia dalam QS. Al-Asr. jika ingin masuk surga paling tidak harus memiliki 4
kriteria:
1) Beriman kepada Allah
2) Beramal Soleh
3) Saling Menasehati
4) Sabar
d. Sabar
Imam Ibnu Kasir berkata dalam menafsiri QS. Nuh:5-9: Allah taala mengabarkan seorang
hamba sekaligus Rasulnya, Nuh, dimana Nuh pernah mengadu kepada rabbnya yang maha
Perkasa lagi maha mulia tentang perlakuan tidak menyenangkan yang dia terima dari kaumnya
dan juga kesabarannya menghadap mereka selama masa yang cukup panjang, yaitu selama 950
tahun. Juga apa yang telah dia jelaskan dan terangkan kepada kaumnya serta seruannyakepada
kebenaran dan jalan yang lurus.26 Allah telah menganugrahkan kesabaran kepada para Rasulnya
untuk menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan dia memberi kekuatan untuk menghadapi
musuh sehingga dapat menyampaikan risalah dengan sempurna. Dia juga menyempernukan
mereka dengan kasih sayang tak terbatas dan hati yang selalu berharap rahmatnya dengan begitu,
tak ada alasan lagi bagi manusia untuk mengelak dihadapan Allah setelah Dia mengutus para
Rasul tidak ada lagi dalih bagi orang-orang kafir setelah mereka mendatangi mereka.27
e. Larangan Besikap Sombong dan Tidak Menghargai Orang Lain
Imam Jalaluddin al Mahally dan Jalaluddi As Suyuthy dalam menafsiri QS. Nuh ayat 7
menuturkan, (Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka, agar Engkau mengampuni
mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya) supaya mereka tidak dapat
mendengar seruanku (dan menutupkan bajunya ke mukanya) supaya mereka tidak melihatku

26
Imam Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Kasir, terj., M. Abdul Ghoffar E.M dkk, Op.Cit., h. 299, jilid 8
27
Muhammad Ahmad Jadul Maula, dkk. Kisah-kisah Al-Quran, terj., Abdurrahman Assegaf,
(Jakarta: Zaman, 2009), h.40
(dan mereka tetap) dalam kekafiran mereka (dan menyombongkan diri) tidak mau beriman
(dengan sangat), hal ini adalah perbuatan kaumnya Nabi Nuh yang menyombongkan diri dan
tidak mahu mendengarkan dakwahnya Nabi Nuh, mereka selalu memusuhi Nabi Nuh AS.
Imam Ibnu Kasir dalam menafsiri ayat ini mengatakan: Dan sesungguhnya setiap kali aku
menyeru mereka, agar engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke
dalam telinganya dan menutupkan bajunya. Maksudnya, mereka menutupi telinga mereka agar
tidak mendengar apa yang dia sampaikan. Sebagaimana yang dikabarkan oleh Allah Taala
mengenaiorang-orang kafir Quraisy: dan orang-orang yang kafir berkata, janganlah kamu
mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Quran ini dan buatlah hirup pikuk terhadapnya,
supaya kamu dapat mengalahkan (mereka) (QS Al-Fussilat:26), dan menutupkan bajunya Ibnu
Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas Mereka mengingkarinya agar dia tidak mengetahui mereka.
Said bin Jubair dan as Suddi mengatakan: Mereka menutup kepala agar tidak mendengarapa
yang dia katakan dan mereka tetap yakni mereka tetap menjalankan kemusyrikan dan kekufuran
yang sangat seperti yang sedang mereka jalani dan menyombongkan diri dengan sangat
maksudnya, enggan mengikuti kebenaran dan tidak tunduk kepadanya.28
Sifat sombong merupakan sifat tercela yang pertama kali dilakukan oleh Iblis ketika
menolak bersujud kepada Adam dengan alasan dia lebih mulia daripada Adam. Sombong adalah
sikap meremehkan orang lain dan menolak kebenaran. Allah taala berfirman dalam QS. Al-
Isra’:37 yang berbunyi:
Artinya: dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karen
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan
sampai setinggi gunung.

4. NABI HUD A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI HUD A.S
Nabi Hud adalah orang yang terhormat yang berasal dari kalangan kaum yang terhormat
pula, dan memiliki moral yang tinggi. Diatas segalanya, ia sangat penyabar dan penuh kasih
sayang. Allah Swt memilihnya sebagai Rasul-Nya agar ia dapat menghindarkan umat dari
kemusyrikan dan kesombongan.29

28
Imam Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Kasir, terj., M. Abdul Ghoffar E.M dkk, Op.Cit., h. 299, jilid 8
29
S.M. Suhufi, Stories From Qur’an, Terj, Alwiyah Abdurrahman Bandung: Al-Bayan, 1994, Cet. 1, h. 32
Allah Swt mengutus Nabi Hud yang berasal dari suku Khulud dan beliau adalah pemilik
sebaik-baik nasab dan sebaik-baik rupa (tampan). Al-Thabari menjelaskan nasab Nabi Hud,
sebagaimana yang dikutip oleh al-Shabuni yaitu, Hud Bin ‘Abdillah bin Rabbah bin al-Khulud
bin ‘Ad, dan nasabnya berakhir sampai Sam bin Nuh. Menurut Ibnu ‘Abbas seperti yang dikutip
oleh Syauqi, Bahwa Nabi Hud ialah orang yang mula-mula menggunakan bahasa Arab.30 Ulama
sepakat Nabi Hud adalah saudara kaum ‘Ad, Imam al-Kalbi berpendapat bahwa Nabi Hud adalah
satu kesatuan dari kabilah yang bernama ‘Ad tersebut, artinya Allah Swt mengutus seorang rasul
kepada kaum ‘Ad dalam atu jenis yang serupa agar perkataan dan perbuatannya lebih mudah
dipahami.31 Menurut keterangan penduduk Hadramaut, bahwa Nabi Hud pada akhirnya tinggal
di Hadramaut, setelah kehancuran kaum ‘Ad sampai beliau wafat. Dan dimakamkan di sekitar
lembah Burhut, 2 km dari kota Tarim.32 sekitar 90 mil (148 km) utara Mukalla. Puing-puing dan
prasasti-prasati di sekitar tempat itu masih ada. Setiap tahun dalam bulan Rajab orang datang
berziarah ke tempat itu. Lihat Hadramaut Some Of Its Mysteries Unveiled, oleh D. Van Der
Meulen dan H. Von Wissman, leydeyn, 1932.33
Kaum ‘Ad sendiri adalah suatu kabilah yang cukup besar, yang garis keturunannya
bertemu dengan Sam bin Nuh. Kaum ‘Ad merupakan kabilah Arab kuno.34 Dan merupakan
kaum yang paling lama tinggal dan berpengaruh di muka bumi, mereka lebih tua dari kaumnya
Nabi Ibrahim.35 Pada saat itu system penanggalan belum banyak dipakai, sehingga masa hidup
mereka sulit ditentukan. Namun, kaum ‘Ad diperkirakan hidup sekitar tahun 2200 sampai 1500
SM sebelum kelahiran Musa.36 Nama ‘Ad diambil dari salah satu nama kakek mereka, ‘Ad bin
‘Aud bin Iram bin Sam Kaum ‘Ad adalah kabilah besar dari kabilah ‘Amaliqah yang bertempat
tinggal di Yaman di daerah Ahqaf, sebelah selatan hadramaut. Adapun arah selatan Ahqaf adalah
al-Rab al-Khali dan sebelah timurnya adalah Amman.37 Mereka menyembah patung-patung,
inilah generasi awal Kaum ‘Ad. Sedangkan generasi kedua kaum ‘Ad adalah penduduk Yaman
dari suku Qahthan dan Saba’. Kisah kaum ‘Ad tidak terdapat pada kitab-kitab suci kecuali Al-

30
Syauqi Abu Khalil, Atlas al-Qur`an: Amakin, Aqwam wa A’lam, Syria : Dar al-Fikr, 2003, h. 29
31
Fakhruddin al-Razi, Tafsir al-Kabir Mafatihul Ghaib, Beirut, Darul Kutub al-Alamiyyah, 2000, Cet.1, Jilid.7, Juz.
14, h. 125-126.
32
Syauqi Abu Khalil, al-Qur`an: Amakin, Aqwam wa A’lam, h. 31
33
Ali Audah, Nama Dan Kata Dalam Al-Quran Jakarta: PT. Mitra Kerjaya Indonesia, 2011, Cet. Pertama, h.56
34
Al-Shabuni, h.245
35
Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munir, Damaskus: Darul Fikr, 2003, Cet. 2, jilid. 4, juz. 8, h. 628-629
36
Sayyid Muzaffaruddin Nadvi, Sejarah Geografi Qur’an, Terj, Jum’an Basalim, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997)
h. 97
37
Syauqi Abu Khalil, al-Qur`an: Amakin, Aqwam wa A’lam, h. 31
Qur`an. Mereka senantiasa berbuat kerusakan, berbuat semena-mena dengan kakuatan fisik yang
Allah lebihkan kepada mereka.38
"dan kepada kaum 'Ad (kami utus) saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah mengada-
adakan saja. Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak
lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka, tidakkah kamu memikirkannya)?"
dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-
Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan
kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS. Hüd:
50-52)
Nabi Hud adalah dari golongan kaum 'Ad. Maka, dia adalah saudara mereka dan salah
seorang dari mereka, yang telah dipersatukan oleh unsur kekerabatan umum antara orang-orang
yang satu kabilah. Unsur kekerabatan ini sangat menonjol di sini karena dengannya akan timbul
kepercayaan dan saling mencintai serta dapat saling menasihati di antara mereka. Akan tetapi,
kemudian sikap kaum itu terhadap saudara dan nabinya itu tampak sangat aneh dan buruk.
Akhirnya, terjadilah pemisahan antara kaum tersebut dengan saudaranya karena perbedaan
prinsip akidah."39
Supaya hubungan ini unik dan menonjol dalam hubungan-hubungan masyarakat Islam,
kemudian supaya jelas karakter agama ini dan langkah geraknya, maka dimulailah dakwah itu.
Sedangkan, rasul dan kaumnya itu adalah dari satu umat yang telah dipersatukan oleh unsur
kekerabatan, darah, keturunan, kekeluargaan, dan ketanahairan. Akan tetapi, kemudian terjadilah
pemisahan, dan terbentuklah dua umat yang berbeda dari satu kaum, yaitu umat Islam dan umat
musyrik. Di antara mereka terdapat garis pembeda dan pemisah. Atas asas pemisahan inilah
Allah menunaikan janji Allah dengan menolong orang-orang mukmin dan membinasakan orang-
orang musyrik.40
Sebuah perkataan yang dibawa oleh setiap rasul. Sedangkan, kaumnya telah menyimpang
dari beribadah kepada Allah Yang Maha Esa, ibadah yang dahulu dilakukan oleh orang-orang
yang beriman bersama Nabi Nuh setelah mereka turun dari bahtera. Boleh jadi langkah pertama

38
Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munir, cet. 2, jilid. 4, juz. 8, h. 629
39
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur'an: di Bawah Naungan al-Qur'an, Jilid 6, terj. As'ad Yasin et al: Jakarta Gema
Insani Press, 2003), 240.
40
Ibid., 240
penyimpangan tersebut terjadi dikarenakan berlebih-lebihan di dalam mengenang golongan
minoritas mukmin yang dimuat dalam bahtera bersama Nabi Nuh. Lantas pengagungan ini
berkembang dari generasi ke generasi. Kemudian, roh-roh mereka yang suci digambarkan berada
dalam pohon-pohon dan batu-batu yang bermanfaat. dan selanjutnya benda-benda ini dijadikan
sembahan. Di balik hal itu terdapat dukun-dukun dan pemuka-pemuka yang memperbudak
manusia atas nama sembahan-sembahan yang mereka telah dakwakan tersebut, dalam salah satu
bentuk dari bentuk-bentuk kejahiliahan yang banyak ragamnya."41
Bagaimanapun juga, kaum Nabi Hud adalah orang-orang musyrik yang tidak tunduk
beribadah kepada Allah Yang Maha Esa. Oleh karena itulah, ia menyeru kepada mereka dengan
seruan yang dibawa oleh setiap rasul, "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada
bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah mengada-adakan saja." (QS. Hüd: 50)
Akan tetapi, setelah lama waktu berjalan dan mereka telah berpencar ke berbagai belahan
bumi, mereka dipermainkan oleh setan untuk disesatkan. Dituntunlah mereka untuk mengikuti
nafsu syahwat. Adapun yang pertama tama ialah syahwat atau keinginan terhadap kekuasaan dan
kekayaan, sesuai dengan nafsunya, bukan sesuai dengan syariat.42
Kaum 'Ad adalah kaum Nabi Hud yang menolak mengikuti seruan Nabi Hud untuk
menyembah Allah kembali, "dan (kami telah mengutus) kepada kaum 'Ad saudara mereka, Hud.
Ia berkata: Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya.
Maka, mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" (QS. al-A'raf 65)
Ini juga perkataan yang telah disampaikan Nabi Nuh kepada kaumnya sebelumnya, lantas
mereka dustakan. Kemudian Allah menimpakan kepada mereka apa yang telah menimpa mereka
itu. Lalu Allah Swt menggantikannya dengan kaum Ad sesudah mereka, mereka berdomisili di
bukit-bukit pasir, di dataran tinggi pada perbatasan Yaman antara Yamamah dan Hadramaut.43
Saudara 'Ad adalah Nabi Hud tatkala ia memperingatkan kaumnya di al-Ahqaf. Di sini
al-Qur'an menceritakan sifat Nabi Hud, sifat persaudaraan dengan kaumnya. Sehingga,
tergambarlah hubungan kasih sayang antara dia dan mereka hubungan kekerabatan yang
menjamin mereka untuk bersimpati dan berbaik sangka atas dakwahnya. Hubungan ini seperti
hubungan antara Nabi Muhammad dan kaumnya yang bersikap garang dan memusuhinya.

41
Ibid., 240-241
42
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilail Qur'an: di Bawah Naungan al-Qur'an. Jilid 4, terj. As'ad Yasin et al. (Jakarta Gema
Insani Press, 2002), 340.
43
Ibid., 340
Ahqaf merupakan jamak dari haqfun yang berarti pasir yang tinggi dan tebal. Tempat
tinggal kaum 'Ad berupa bukit-bukit pasir yang terpencar di selatan Jazirah Arah. Ada pula yang
mengatakannya di Hadramaut. Allah Swt mengarahkan Nabi Muhammad Saw agar
menceritakan tentang saudara 'Ad dan peringatan yang disampaikan kepada kaumnya di al-
Ahqaf agar beliau merasa terhibur oleh saudaranya sesama rasul yang menerima penyimpangan
mereka, padahal Nabi Hud itu saudara mereka. Cerita ini dimaksudkan untuk memperingatkan
kaum musyrikin Mekah dari kesudahan yang dialami kaum terdahulu yang setipe dengan
mereka, yang posisinya dekat dan berada di sekitar wilayah mereka.44
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI HUD A.S
Akhlak kepada Allah
a. Mentauhidkan Allah
Nabi Hud mengajak kaumnya untuk Mentauhidkan Allah menyembah hanya kepada Allah Yang
Maha Esa saja.
b. Beriman kepada Allah
Allah menyelamatkan Nabi Hud dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat dari
Allah. Diselamatkan pula mereka di akhirat dari azab yang berat.
c. Beribadah kepada Allah
Hendaknya seorang hamba beribadah kepada Allah semata dan beragama secara total hanya
untuk Allah saja, baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat.
d. Larangan Mempersekutukan Allah
Kaum 'Ad mempersekutukan Allah dengan berhala-berhala yang diciptakannya sendiri dan
mereka sembah. Tuhan-tuhan itulah yang menyebabkan turunnya murka dan siksa Allah.
e. Bertakwa kepada Allah
Nabi Hud berupaya mengembalikan kaumnya untuk bertakwa kepada Allah. Nabi Hud takut
mereka akan ditimpa azab pada hari kiamat.
f. Bertakwa kepada Allah
Nabi Hud berserah diri kepada kehendak Allah setelah menyampaikan peringatan dan nasihatnya
kepada kaumnya. Hanya Allah yang berkuasa atas keberhasilan usahanya dalam melakukan
dakwah kepada kaumnya

44
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilaiti Qur'an: di Bawah Naungan al-Qur'an, Jilid 10, terj. As ad Yasin et al. (Jakarta:
Gema Insani Press, 2004), 412
g. Bertobat kepada Allah
Nabi Hud memberikan arahan kepada kaumnya agar meminta ampun dan bertobat ke pada
Allah.
h. Mensyukuri Nikmat-nikmat Allah
Nabi Hud mengingatkan kepada kaumnya agar mensyukuri nikmat nikmat Allah dengan
menjadikan mereka sebagai pengganti orang yang berkuasa sesudah kaum Nabi Nuh.
i. Larangan Mendustakan
Penghancuran total kaum 'Ad akibat mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mengingkari
tanda-tanda kekuasaan Allah.
Akhlak kepada Nabi Allah
a. Beriman kepada Nabi Allah
Kaum 'Ad tidak pernah mempercayai Nabi Hud adalah utusan Allah. Lantas, mereka dibinasakan
oleh Allah dengan ditimpakannya azab yang berat.
b. Menaati Nabi Allah
Nabi Hud berupaya mengembalikan kaumnya untuk taat kepada rasulullah dan menegurnya dari
kebengisan, kekejaman, dan kekerasan mereka
c. Larangan Mendustakan Nabi Allah
Kaum 'Ad bersekutu menentang dan mendustakan para rasul Allah. Lantas, azab Allah
membinasakan mereka tanpa meninggalkan suatu bekas kecuali tanda-tanda yang menunjukkan
kekalahan dan kebinasaan mereka
d. Larangan Menentang Peringatan Nabi Allah
Nabi Hud memperingatkan kaumnya agar jangan menyembah selain Allah. Namun, kaum 'Ad
menentang dan tidak mau mendengarkan peringatan tersebut. Lantas, mereka disiksa dengan
azab yang menghancurkan.
e. Larangan Mengolok-ngolok Nabi Allah
Kaum 'Ad tidak peduli apakah Nabi Hud menasihati mereka atau tidak sama sekali. Mereka
menghina, mengolok-olok, dan memilih hidup dalam kebatilan dan keangkuhan. Lantas, Allah
membinasakan mereka.
f. Larangan Memfitnah Nabi Allah
Kaum 'Ad menuduh Nabi Hud sebagai orang yang bodoh, pembohong dan gila karena
ditimpakan berhala sembahan palsu mereka Nabi Hud menyangkal dirinya dikatakan bodoh dan
sesat.
Akhlak Kepada Sesama Manusia
a. Kasih Sayang
Nabi Hud menyeru kaumnya dengan penuh cinta kasih dengan menyebut "kaumku". Barangkali
hal ini dapat memberikan kesan dan menimbulkan ketenangan hati untuk menerima apa yang
akan dikatakan oleh Nabi Hud.
b. Menyampaikan Amanat
Nabi Hud telah menunaikan kewajiban menyampaikan amanat risalah Allah dan supaya
kaumnya berhadapan langsung dengan kekuatan Allah.
c. Larangan Menuruti Perintah Penguasa yang Sewenang-wenang
Mengikuti perintah penguasa yang zalim, sewenang-wenang, dan sombong adalah suatu
kejahatan, syirik, dan kufur yang para pelakunya layak mendapatkan kehancuran di dunia dan
azab di akhirat. Kaum 'Ad binasa karena mengikuti perintah penguasa yang sewenang-wenang
lagi menentang kebenaran.
d. Larangan Menjadi Orang yang Kejam
Kaum 'Ad adalah orang-orang yang kejam dan keras. Mereka sangat kejam, tidak merasa
bersalah dan tanpa belas kasih ketika menyiksa orang. Lalu, datanglah azab dari atas dan dari
bawah membinasakan mereka.
e. Larangan Berbuat Sombong
Hendaklah seorang hamba tunduk kepada Allah dan tidak sombong di muka bumi. Karena, Allah
yang telah memberi kekuatan dan kekuasaan.
Akhlak Kepada Alam
a. Mengelola Sumber Daya Alam
Kaum Ad mampu membangun benteng-benteng dengan memahat gunung untuk dijadikan istana
dan menara yang tinggi serta membuat bendungan untuk irigasi. Dengan tanah yang produktif
dan subur mereka dapat bercocok tanam dan berkebun.
b. Memanfaatkan Sumber Daya Alam
Kaum Ad sangat memerlukan hujan untuk menyirami tanaman-tanaman dan lembah mereka di
padang serta menyuburkan tanahnya dengan air hujan yang turun di lembah mereka Dengan
adanya bendungan maka mereka mampu memasok kebutuhan air bersih untuk keberlangsungan
hidup masyarakat kota Iram.

5. NABI SALEH A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI SALEH A.S
Sebahagian kecil ulama’ telah mengatakan bahawa Nabi Saleh adalah seorang Nabi yang
telah diutus oleh Allah kepada satu kaum yang digelar dengan nama Thamud. Nama penuh Nabi
Saleh ialah, Saleh bin Abir bin Auf bin Masih bin Ubaid bin Hadir bin Thamud bin ‘Asirth bin
‘Iram bin Sam bin Nuh (Khalil Daryan 2013).
Johari (2009) pula berpendapat Nabi Saleh ialah seorang hamba Allah dan Rasul-Nya
yang memikul tugas dan tanggungjawab sebagai seorang Nabi. Manakala menurut Fadil Hasan
Abbas (2011) pula, Nabi Saleh adalah seorang lelaki yang dikirim Allah kepada kaum Thamud
dengan tujuan tertentu dan dikurniakan mukjizat. Nabi Saleh dianugerahkan seekor unta sebagai
mukjizat yang jelas dan menjadi dalil kepada kaumnya. Selain itu, Ibn Kathir (2017)
menjelaskan tentang Nabi Saleh dalam kitabnya, beliau ialah seorang lelaki dari kaumnya yang
diutuskan oleh Allah bagi tujuan mengajak mereka menyembah Allah semata-mata, menjauhi
penyembahan berhala dan bersyukur kepada nikmat yang diberikan.
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI SALEH A.S
1. Berdakwah menyeru kepada penyembahan Allah semata-mata
Seperti yang dilakukan oleh Nabi Saleh dan nabi-nabi yang terdahulu. Tujuannya hanya
untuk mengesakan Allah dan meninggalkan penyembahan berhala serta lain-lain yang
mensyirikkan Allah. Pendakwah hari ini perlu mencontohi sifat dakwah Nabi Saleh ini agar
dakwah dapat terus dijalankan walau banyak ujian datang melanda. Hal ini seperti yang telah
difirmankan Allah dalam Surah al-A’raf (7: 73):
Artinya: Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia
berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.
Sesungguhnya telah datang kepadamu tanda Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda
bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya
dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih”.
2. Melihat Kebesaran Allah
Hal ini dapat dilihat apabila kaumnya mencibir Nabi Saleh untuk mengeluarkan seekor
unta kepada mereka. Oleh itu Allah terus mengabulkan permintaan dan mengurniakan mukjizat
kepada Nabi Saleh dengan menganugerahkan seekor unta. Pendakwah perlu mengagungkan
kurniaan Allah dan mempercayai mukjizat setiap para Nabi. Mukjizat Nabi Saleh diabadikan
dalam al-Quran, Surah al-‘Araf (7: 73) yang bermaksud; Sesungguhnya telah datang kepada
kamu keterangan yang nyata (mukjizat) daripada tuhan kamu. Iaitu seekor unta betina dari Allah
bagi kamu sebagai membuktikan kebenaran ku. Oleh itu, biarkan unta ini mencari makan di
bumi Allah dan janganlah kamu menyentuh dengan sesuatu yang menyakitinya. Jika kamu
sentuh maka kamu akan ditimpa azab yang seksa dan tidak terperi sakitnya.
3. Orang-orang yang lemah mudah mengikut utusan Allah
Dalam kisah Nabi Saleh ini, kebanyakannya yang mengikuti beliau adalah daripada
golongan yang lemah kerana tidak memberatkan mereka untuk mengikuti kebenaran. Manakala
golongan-golongan pembesar atau yang mempunyai pangkat mereka banyak berdebat dan
mengikut hawa nafsu serta sukar untuk mengikut kebenaran. Buktinya terdapat dalam al-Quran,
Surah al-A’raf (7:74) yang bermaksud ketua-ketua yang sombong takbur dari kaumnya berkata
kepada orang-orang yang dipandang lemah iaitu orang-orang yang telah beriman di antara
mereka “Tahukah kamu bahawa soleh itu diutus oleh tuhannya?” mereka menjawab
sesungguhnya kami beriman kepada apa yang diutus untuk menyampaikannya.
4. Mengingatkan sasaran dakwah kepada nikmat yang telah dikurniakan Allah.
Dalam kisah ini, Nabi Saleh telah banyak mengingatkan kaumnya tentang nikmat-nikmat
yang Allah berikan kepada mereka seperti tanaman, buah-buahan, kebun yang pelbagai,
kekuatan mengukir bukit menjadi rumah dan lain-lain. Oleh itu, hal ini perlu untuk disyukuri dan
memohon pertolongan melalui ketaatan kepada Allah. Seorang pendakwah juga perlulah
mengajak sasaran dakwahnya kepada Allah dengan salah satu caranya iaitu mengingatkan
sasaran dakwahnya kepada nikmat-nikmat yang telah Allah anugerahkan. Perkara ini telah
dirakam oleh Allah dalam al-Quran, Surah al-A’raf (7:74) yang bermaksud:
Dan kenanglah ketika Allah menjadikan kamu khalifah-khalifah selepas kaum Ad, dan di
tempatkan kamu di bumi dengan memberi kemudahan untuk kamu mendirikan istana-istana di
tanahnya yang rata dan memahat gunung-ganangnya untuk dijadikan rumah. Maka kenangkanlah
nikmat-nikmat Allah itu dan janganlah kamu bermaharajalela melakukan kerosakan di muka
bumi
5. Seruan untuk bertaubat dan keampunan Allah
Nabi Saleh mengajak Kaumnya agar segera bertaubat terlebih dahulu sebelum azab Allah
menimpa dan tidak lupa untuk sentiasa memberi semangat tentang keampunan Allah yang luas.
6. Umat terdahulu diazab segera
Kaum terdahulu dibinasakan Allah pada zamannya juga, akan tetapi umat Nabi
Muhammad tidak begitu. Allah menangguhkan balasan dan hukuman kepada umat Nabi
Muhammad sehingga di akhirat kelak. Manakala, kaum terdahulu yang ingkar kepada Allah dan
Rasul tidak akan dapat bertahan lama kerana mereka telah menempah azab Allah secara tidak
langsung. Mereka terus diazab Allah selepas beberapa peringatan telah disampaikan kepada
mereka.
7. Dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekumpulan masyarakat
membuatkan satu kaum menjadi binasa.
Dalam kisah ini juga, dapat dilihat bahawa sekumpulan masyarakat yang melakukan dosa
secara besar-besaran telah mengakibatkan seluruh penduduknya musnah. Allah membinasakan,
menghancurkan dan membersihkan mereka dari atas bumi ini akibat daripada pelanggaran
perintah Allah yang dilakukan oleh segelintir dari mereka.
8. Orang yang angkuh dan sombong tidak kekal lama
Antara kebahagiaan dalam kehidupan adalah bersederhana dalam semua perkara.
Golongan yang sombong dan angkuh akan musnah akibat daripada perbuatan terkutuk mereka
sendiri. Seperti kaum Thamud yang meninggi diri dan tidak mahu beriman kepada Allah telah
dimusnahkan oleh Allah dengan azab-Nya yang pedih.

6. NABI IBRAHIM A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI IBRAHIM A.S
Dilihat dari kuantitas ayat yang bicara kisah Nabi, maka kisah yang menempati urutan
terbanyak adalah kisah Nabi Musa as yang berjumlah 502 ayat. Sementara kisah Nabi Ibrahim
menempati urutan kedua yaitu sebanyak 235 ayat, kemudian diikuti oleh kisah Nabi Nuh as
131 ayat, Nabi Isa as 93 ayat, dan beberapa kisah Nabi lainnya.45
Ibrahim bin Azzar bin Tahur bin Sarush bin Ra’uf bin Falish bin Tabir bin Shaleh bin
Arfakhsad bin Syam bin Nuh. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama Faddam, A’ram, yang
terletak di dalam kawasan kerajaan Babilonia. Pada 2.295 SM. Kerajaan Babilon waktu itu
diperintah oleh seorang raja yang bengis dan mempunyai kekuasaan yang absolut dan zalim, ia
bernama Namrudz bin Kan’aan. Ibrahim dianggap sebagai salah satu nabi Ulul azmi. Kemudian
ia memiliki 2 orang putra yang dikemudian hari menjadi seorang nabi, yaitu Ismail dan Ishaq.
Sedangkan Yaqub adalah cucu dari Ibrahim.
Masa Remaja Nabi Ibrahim
Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan
patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan
kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia
menawarkan patung-patung ayahnya kepada calun pembeli dengan kata-kata:” Siapakah yang
akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini?”
Nabi Ibrahim Mencari Tuhan Yang Sebenarnya
Pada masa Nabi Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama politeisme yaitu
menyembah lebih dari satu Tuhan dan menganut paganisme. Dewa Bulan atau Sin merupakan
salah satu berhala yang paling penting. Bintang, bulan dan matahari menjadi objek utama
penyembahan dan karenanya, astronomi merupakan bidang yang sangat penting. Sewaktu kecil
nabi Ibrahim a.s. sering melihat ayahnya membuat patung-patung tersebut, lalu dia berusaha
mencari kebenaran agama yang dianuti oleh keluarganya itu.
Dalam alkitab (kitab kejadian) menceritakan tentang pencariannya dengan kebenaran.
Pada waktu malam yang gelap, beliau melihat sebuah bintang (bersinar-sinar), lalu ia berkata:
“Inikah Tuhanku?” Kemudian apabila bintang itu terbenam, ia berkata pula: “Aku tidak suka
kepada yang terbenam hilang”. Kemudian apabila dilihatnya bulan terbit (menyinarkan
cahayanya), dia berkata: “Inikah Tuhanku?” Maka setelah bulan itu terbenam, berkatalah dia:
“Demi sesungguhnya, jika aku tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, nescaya menjadilah aku
dari kaum yang sesat”. Kemudian apabila dia melihat matahari sedang terbit (menyinarkan

45
Ahmad Gauf AF, Sang Pelintas Batas: Biografi Djohan Effendi, (Jakarta: ICRP Penerbit Buku Kompas, 2009),
hlm. 310.
cahayanya), berkatalah dia: “Inikah Tuhanku? Ini lebih besar”. Setelah matahari terbenam, dia
berkata pula: “Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yang kamu
sekutukan (Allah dengannya)”. Inilah daya logika yang dianugerahi kepada beliau dalam
menolak agama penyembahan langit yang dipercayai kaumnya serta menerima tuhan yang
sebenarnya.
Nabi Ibrahim Melihat Tanda Kekuasaan Allah
Nabi Ibrahim yang sudah bertekad ingin memerangi kesyirikan dan penyembahan berhala
yang berlaku di dalam kaumnya ingin mempertebal iman dan keyakinannya lebih dulu, untuk
menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin mangganggu
pikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia
menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Ia memohon kepada Allah: “Ya
Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang
sudah mati.” Allah menjawab permohonannya dengan berfirman: Tidakkah engkau beriman dan
percaya kepada kekuasaan-Ku?” Nabi Ibrahim menjawab:”Betul, wahai Tuhanku, aku telah
beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu
dengan mata kepala-ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan hati dan agar
semakin tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu.”
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI IBRAHIM A.S
a. Penafsiran Ayat-Ayat Pesan Moral pada Kisah Nabi Ibrahim As
Ayat-ayat pesan moral pada Kisah Nabi Ibrahim as cukup banyak jumlahnya, namun
yang akan dibahas hanya beberapa ayatsaja. Namun, diusahakan juga memuat beberapa ayat lain
yang dianggap cukup representatif dalam pemahaman terhadap ayat-ayat pesan moral pada kisah
Nabi Ibrahim as. Ayat-ayat yang dimaksud yaitu:
a) QS. Al-Baqarah ayat: 124-130
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat
(perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku
akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim ber-kata: "(Dan saya mohon juga)
dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang za-lim". Dan
(ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan
tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami
perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang
thawaf, yang i´tikaf, yang ruku´ dan yang sujud". Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya
Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-
buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.
Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kese-nangan sementara, kemudian
Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". Dan (ingatlah),
ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa):
"Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui". Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk
patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada
Engkau dan tunjuk-kanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan
terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang. Ya Tu-han kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang
akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab
(Alquran) dan al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensu-cikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim,
melainkan orang yang memperbodoh diri-nya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di
dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.”
b) QS. Al-An’am/6 ayat 74-76
Artinya: Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, “Pantaskah
kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan
kaummu dalam kesesatan yang nyata”. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim
tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya)
agar dia termasuk orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu)
dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka
kepada yang tenggelam".
Ayat tersebut memberi informasi bahwa ayah Nabi Ibrahim as bernama Azar. Namun
dalam tataran pendapat ulama masih ditemukan beda pendapat. Namun, kebanyakan menyatakan
Azarlah nama ayah Nabi Ibrahim as. hal ini diperkuat dengan salah satu riwayat dari Abu
Hurairah, di mana Nabi Muhammad saw pernah menyebutkan pada hari kiamat kelak Nabi
Ibrahim as bertemu dengan ayahnya, Azar. Wajah Azar ketika itu berwarna hitam dan penuh
debu. Maka Ibrahim menyampaikan kepada ayahnya terkait adanya seruan beliau selama masih
di dunia untuk tidak berbuat durhaka kepadanya.46
c) QS. Al-Ṣāfāt ayat 99-113:
Artinya: “Dan Ibrahim berkata: "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku,
dan Dia akan memberi petunjuk kepada-ku. Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang
anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang
anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) beru-saha bersama-
sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
me-nyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia men-jawab: "Hai bapakku, kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim.
sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguh-nya ini benar-benar suatu ujian yang
nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk
Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (yaitu)
"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-
orang yang berbuat baik. Sesungguh-nya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. Dan
Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang
yang saleh. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada
yang berbuat baik dan ada (pula) yang Zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata” (QS. Al-
Ṣāfāt ayat 99-113).
b. Pesan Moral Ayat-Ayat Alquran pada diri Nabi Ibrahim As
Kisah-kisah Nabi Ibrahim as dalam Alquran, setidaknya terdapat tiga pesan moral pada
diri Nabi Ibrahim as, yaitu sikap sabar dan berserah diri kepada Allah, berdakwah harus dengan
lemah lembut dan argumentatif tanpa kekerasan, serta tunduk dan patuh atas perintah Allah.
Masing-masing pesan moral tersebut dapat dianalisa dan dijabarkan kembali sebagai berikut:
a) Pesan keharusan memiliki sikap sabar dan berserah diri kepada Allah
Sikap sabar yang ada pada diri Nabi Ibrahim as terlihat pada saat perintah Allah untuk
menyembelih anaknya Ismail. QS. Al-Ṣāfāt ayat 99-113 sebagaimana telah dikutip sebelumnya

46
Syamsul Rizal Hamid, Hadis dan Sunnah Pilihan, (tp: Kaisya Media, tt), hlm. 380.
memberi informasi bahwa Nabi Ibrahim as dengan sabar dan berserah diri. Ketulusan, sabar dan
berserah diri tersebut bagian dari pesan moral yang dapat dipetik dari kisah Nabi Ibrahim. Pesan
moral lainnya dari cerita penyembelihan tersebut adalah simbolisasi yang mempunyai tujuan
intrinsik yaitu usaha untuk membunuh sifat-sifat kebinatangan seperti sifat buas, rakus, ambisi
yang tak terbatas dan tak terkendali, menindas, sewenang-wenang, serta sifat yang tidak
mengenal hukum dan batasan norma.47
Kesabaran Nabi Ibrahim juga terlihat ketika menghadapi bapaknya yang memberi
perlawanan keras terhadapnya, hal ini sebagaimana disebutkan dalam QS. Maryam ayat 41-48,
juga telah dikutip sebelumnya. Sikap sabar mutlak ada pada diri setiap muslim. Banyak temuan
ayat yang menyebutkan bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar. Bahkan, sikap sabar
menjadi ajaran dan perintah dalam Alquran. Selain itu, disebutkan juga dalam surat al-Baqarah
ayat 153. Ayat ini menyebutkan bahwa Allah menyuruh orang yang beriman agar menjadikan
kesabaran sebagai penolong, karena Allah bersama orang yang sabar.
Ayat-ayat yang serupa masih banyak ditemukan, misalnya ketentuan QS. Al-Baqarah
ayat 155, QS. Al-Zumar ayat 10, QS. Al-Syūrā ayat 43, QS. Muhammad ayat 31, QS. Ṭāhā ayat
132, dan masih banyak ayat lainnya yang menyerukan sikap sabar dan keutamaannya. Kisah
Nabi Ibrahim adalah salah satu contoh praktis-aplikatif dari sikap sabar tersebut. Ujian yang
ditimpakan kepada Nabi Ibrahim adalah ujian yang berat. Untuk itu, sikap kesabaran Nabi
Ibrahim di samping sebagai bukti kerasulan beliau, juga menjadi contoh aplikatif beberapa ayat
Alquran yang meme-rintahkan kaum mulim bersiko sabar dalam keadaan apapun.
b) Pesan berdakwah harus dengan lemah lembut dan argumentatif tanpa kekerasan
Pesan moral selanjutnya adalah bahwa Nabi Ibrahim dalam berdakwah dilakukan dengan
cara lemah lembut, artinya tidak dilakukan dengan cara kasar baik tindakan maupun perkataan.
Kaitannya dengan QS. Maryam ayat 46-47, Nabi Ibrahim berusaha mengajak ayahnya yang
berada dalam kesesatan untuk kembali ke jalan yang benar. Namun, ajakan dakwah kepada
ayahnya tidak membuahkan hasil sama sekali, bahkan pihak ayah mengusir dan ingin melempari
dengan batu (rajam). Dalam keadaan inilah, sikap lemah lembut Nabi Ibraim tampak dengan
tetap mendoakan ayahnya dari keburukan dan azab Allah.

47
Zaprulkhan, Islam yang Santun dan Ramah, Toleran dan Menyejukkan, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2017),
hlm. 40.
Ibn Katsir menyebutkan, kisah Nabi Ibrahim dalam surat Maryam menjadi bukti dakwah
dilakukan dengan cara yang lemah lembut dan persuasi yang santun. Adapun dakwah yang dan
argumentatif tanpa kekerasan juga dilakukan oleh Nabi Ibrahim terhadap kaumnya. Hal ini
tergambar dalam QS. Al-Anbiyā‟ ayat 51-72. Dalam ayat 58 hingga 63, jelas disebutkan
bagimana Nabi Ibrahim mengemukakan argumentasi dakwah untuk mengajak ayah dan kaumnya
ke dalam kebenaran. Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala yang disembah ayah dan
kaumnya, kecuali ditinggalkan hanya satu patung besar.48Alasan Nabi Ibrahim meninggalkan
satu patung besar karena jika kaumnya bertanya tentang kerusakan yang terjadi atas berhala,
maka patung besar itu yang melakukannya. Dalam konteks ayat tersebut, ayah dan kaum Nabi
Ibrahim justru menyatakan patung besar tersebut tidak bisa bergerak, inilah menjadi bukti bahwa
berhala-berhala yang disembah tidak pantas dijadikan tuhan, karena terbebas dari sifat kuasa.
Mengacu pada ayat-ayat pesan moral di atas, dapat diketa-hui bahwa sikap yang diterapkan
dalam berdakwah adalah dengan cara lemah lembut.
c) Pesan agar tunduk dan patuh atas perintah Allah
Aksentuasi atau titik tekan yang dibangun dalam beberapa kisah kehidupan Nabi Ibrahim
adalah pesan moral mengenai sikap agar tetap tunduk dan patuh atas perintah Allah, hal ini
bagian dari nilai keimanan dan ketakwaan. Bukti kepatuhan Nabi Ibrahim adalah menjalankan
perintah Allah, di antaranya menyembelih anaknya dan membangun ka’bah.49 Bahkan, dalam
QS. Al-Baqarah ayat 128 terdapat doa Nabi Ibrahim agar ia termasuk orang-orang yang tunduk
dan patuh terhadap perintah Allah.
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan
(jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjuk-kanlah
kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami.” (QS. Al-
Baqarah: 128).
Dalam konteks ayat di atas, maka kepatuhan Nabi Ibrahim as dalam melaksanakan
penyembelihan terhadap anaknya juga menjadi pesan moral bagi kaum muslim. Berkorban juga
bermakna bahwa rela mengorbankan apapun yang dimiliki sekalipun sangat dicintai demi
menunaikan perintah Allah Swt.50 Untuk konteks umat Nabi Muhammad saw, representasi dari

48
Adil Mustafa Abdul Halim, Kisah Bapak dan Anak dalam Alquran, (terj: Abdul Hayyie al-Kattani dan Fithiah
Wardie), (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), hlm. 37
49
Siswo Sanyoto, Membuka Tabir Pintu Langit, (tp: Misykat, tt), hlm. 161
50
Zaprulkhan, Islam yang Santun..., hlm. 40.
ketundukan tersebut adalah melaksanakan perintah dengan menyembelih hewan kurban pada
hari raya idul adha, selain itu sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah (qurbah ilallāh).51

7. NABI LUTH A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI LUTH A.S
Nabi Luth adalah keponakan nabi Ibrahim.ayah Nabi Luth bernama Haran. Haran dan
Nahur adalah saudara Nabi Ibrahim tinggal nya di babilonia lalu pindah ke palestina.tetapi
kaduanya berpisah nabi Ibrahim tetap tinggal di palestina karena mendapat tugas dari Allah
untuk berdakwah.

Nabi Luth tinggal di Yordania karena beliau harus berdakwah. Di Yordania terdapat dua
buah kota yang bernama Sodum dan Amurah. Kaum sodum dan amurah adalah kaum yang rusak
moralnya mereka tidak mengetahui Tuhan yang sebenarnya perilaku nya adalah perilaku yang
tidak pernah dikerjakan oleh manusia yang lain perilaku kebiasaan mereka adalah:
memanjangkan pakaian, melombakan burung merpati dan lain sebagainya

Nabi Luth menasehati kaum nya agar meninggal kan perbuatan menjijikkan itu sedang
kan istri nabi luth sendiri juga berkianat yang bernama wahilah.saat Nabi Luth berdakwah kaum
Nabi Luth menantang Nabi Luth dan mereka menyuruh Nabi Luth menurun kan adzab
Allah. Penduduk Sodom tidak menyembah Allah. Mereka adalah kaum yang tunduk pada hawa
nafsu. Kota itu berisi orang-orang yang menyukai hubungan sesama jenis (homoseksual dan
lesbian). Mereka tidak hanya menyalahi fitrah agama, tetapi juga fitrahnya sebagai manusia.

“Wahai kaumku, sungguh aku adalah rasul yang diutus kepada kalian. Bertakwalah kepada
Allah, dan taatlah kepada-Nya,” seru Nabi Luth pada penduduk Sodom.

Kaum Nabi Luth tentu tidak langsung percaya kepada beliau. Mereka awalnya
mengabaikan ajakan Nabi Luth. Beberapa di antaranya menuduh Nabi Luth hanya mencari
perhatian dan keuntungan. Nabi Luth tak putus asa dan tetap berusaha mendapatkan kepercayaan
dari kaumnya. Nabi Luth berkata, “Aku tidak meminta imbalan kepada kalian untuk dakwahku.
Imbalanku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.”

51
Yusuf al-Qaradhawi, Fatwa..., hlm. 516.
Dalam tafsir Al-Azhar surat Al-Ankabut ayat 31 Allah memerintahkan untuk
membinasakan Negeri Sadum, karena kaum negeri tersebut telah menantang Nabi Luth “Karena
sesungguhnya penduduknya adalah zalim belaka.” (ujung ayat 31). Zalim yang dimaksud di sini
adalah karena mengerjakan perbuatan-perbuatan yang sesat. Di antara perbuatan tersebut adalah
bersetubuh dengan sesama laki-laki (homoseksual), merampok, menyamun, dan meminum
minuman keras.
Dalam tafsir Al-Azhar surat Hud ayat 82 Allah mendatangkan azab yang dijanjikan di
waktu subuh. “...Kami menjungkirbalikkan negeri kaum Luth, dan kami hujani bertubi-tubi
dengan batu dari tanah yang terbakar.” (QS Hud (11): 82). Dijungkirbalikkan kedua negeri
tersebut, Sadum dan Gamurrah. Dan Kami hujani dengan batu dari tanah yang terbakar. “Yang
diberi tanda oleh Tuhanmu dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zalim.” (QS. Hud
(11): 83). Bahwa azab-azab yang seperti itu tidaklah jauh dari orang-orang yang berlaku zalim di
segala masa. Jangan dikira bahwa ini akan terjadi di zaman Nabi Luth saja, akan tetapi sangat
mungkin akan terjadi di zaman yang akan datang.
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI LUTH A.S
a. Tauhid
b. Syari’at
Inti dakwah Nabi Luth, sama dengan risalah para Nabi yang lainnya, yaitu men-Tauhid-
kan Allah swt. Selain itu, ada ajaran-ajaran lain (syariat) baik berupa pelaksanaan suatu ibadah,
ataupun larangan atas suatu hal, diantaranya perintah tentang pernikahan, dan larangan
homoseksual.
Azab Allah swt yang Ia timpakan kepada kaum Nabi Luth as, terkait dengan pelanggaran
terhadap ajaran tauhid dan juga terhadap syari’at, yang dalam hal ini, termasuk keingkaran atau
maksiat terbesar adalah perilaku homoseksual.
Ada beberapa ulama yang berbeda pendapat dalam menetapkan hukuman bagi pelaku
homoseksual.Yaitu terdapat tiga pendapat: pertama, pelaku homoseks harus dibunuh. Kedua,
pelaku homoseks harus dirajam tanpa membedakan pelakunya masih bujang atau sudah
menikah. Ketiga, hukumannya diserahkan kepada penguasa.
8. NABI ISMAIL A.S
BIOGRAFI DAN KISAH NABI ISMAIL A.S
Nabi Ismail (sekitar 1911-1779 SM) adalah seorang nabi dalam kepercayaan agama
samawi. Ismail adalah putera dari Ibrahim dan Hajar, kakak kandung dari Ishaq. Nabi ismail
dianggkap menjadi nabi pada tahun 1850 SM. la tinggal di Amaliq dan berdakwah untuk Qabilah
Yaman, Mekkah. Nabi Ismail namanya disebutkan sebanyak 12 kali dalam Al-Quran. Ia
meninggal pada tahun 1779 SM di Mekkah. Secara tradisional ia dianggap sebagai Bapak
Bangsa Arab. Ismail berasal dari dua kata "dengarkan (ishma) dan "Tuhan" (al/il), yang artinya
"Dengarkan (doa kami wahai) Tuhan."
Ismail bin Ibrahim menikah dengan Umara binti Yasar bin Aqil kemudian diceraikan lalu
menikah lagi dengan Sayiida binti Mazaz bin Umru. Pernikahan dengan Meriba dan Malchut,
diketahui memiliki sejumlah anak dan hanya ada seorang anak wanita yang bernama Bashemath.

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI ISMAIL A.S


Komunikasi Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il dalam Al-Qur’an dan Tafsirannya. Komunikasi yang
terjadi antara Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il terdapat dalam Q.S. ash-Shaffat ayat 102-107. Ayat
tersebut secara kronologis memuat penjelasan tentang mimpi Nabi Ibrahim menyembelih Nabi
Isma’il. Nabi Ibrahim mendialogkan mimpinya dengan Nabi Isma’il, pelaksanaan
penyembelihan dan diakhiri dengan keselamatan Isma’il.
Berdasarkan komunikasi Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il dalam Q.S. ash- Shaffat ayat
102-107 dapat kita lihat pula bahwa Nabi Ibrahim adalah sosok yang demokratis. Untuk tugas
berat mengenai wahyu Allah melalui mimpi untuk menyembelih Isma’il, Nabi Ibrahim berusaha
memahami kejiwaan Isma’il tentang bagaimana kesanggupannya menjalankan perintah Allah.
Demrokatisasi Nabi Ibrahim dalam mendidik Isma’il merupakan kearifan orang tua dalam
mendidik anak-anaknya. Sikap demokratis yang ditunjukkan Nabi Ibrahim berujung kepatuhan
dari Isma’il. Kebebasan memilih yang ditawarkan Nabi Ibrahim membuat Nabi Isma’il justru
dengan bangga dan patuh mempersilahkan Nabi Ibrahim melaksanakan perintah tersebut.
Pada ayat ini, Nabi Ibrahim memberitahu Nabi Isma’il tentang mimpinya agar dapat
dipahami oleh Nabi Isma’il yang masih kecil. Selain untuk melatih kesabaran, ketangguhan, dan
keteguhannya untuk patu kepada Allah dan taat kepada orang tua. Menurut al-Farra’, usia Nabi
Isma’il pada saat itu adalah 13 tahun. Sedangkan menurut Ibn Abbas adalah menginjak usia
pubertas (ihtilam).52
Nilai-Nilai Kehidupan dari Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang Taat Menjalankan
Perintah Allah

Dalam suatu kisah nabi dan rasul pasti selalu terkandung nilai-nilai kehidupan yang dapat
menambah amalan baik manusia. Begitu juga dari kisah tentang anak saleh Nabi Ismail AS dan
ayahnya yang tegar, Nabi Ibrahim AS.

a. Selalu menjalankan segala perintah Allah walaupun perintah itu sulit untuk diterima oleh akal
manusia.

b. Selalu percaya bahwa Allah selalu memberikan cobaan kepada hambanya sesuai dengan
kemampuan hamba itu sendiri.

c. Percaya bahwa setiap ujian atau cobaan dari Allah menandakan bahwa Allah itu sangat cinta
terhadap diri kita.

d. Dalam keluarga, setiap mengambil keputusan untuk menjalankan perintah Allah harus
dilakukan musyawarah terelebih dahulu.

e. Selalu Berbakti Kepada Orang Tua, seperti Nabi Ismail AS yang selalu taat kepada ayah dan
ibunya untuk menjalankan segala perintah Allah.

f. Selalu percaya bahwa kesabaran dan ketabahan akan membawa diri kita ke arah bahagia.

g. Jangan mudah tergoda rayuan-rayuan syaitan.

9. NABI ISHAQ A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI ISHAQ A.S

Nama Ishaq atau Ishak berasal dari bahasa Ibrani dengan arti tersenyum atau tertawa.
Kata Ishaq sendiri terinspirasi dari ibunda Nabi Ishaq ‘alaihis salam. Di mana Sarah yang
merupakan ibunda Ishaq pada saat itu tersenyum dengan lebar karena tidak percaya kabar
gembira akan hadirnya Ishaq sebagai buah hatinya yang disampaikan oleh malaikat Jibril.

Nabi Ishaq ‘alaihis salam dilahirkan di Kota Kan’an pada tahun 1761 SM. Nabi Ishaq
‘alaihis salam adalah putra kedua dari Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dengan Sarah setelah lahirnya

52
Abi Abd Allah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, Al-Jami’ Li Al-Ahkam Al-Qur’an, vol. 15 (Beirut:
Dar Fikr, 1988), 99.
Nabi Ismail ‘alaihis salam. Pada saat Nabi Ishaq ‘alaihis salam terlahir di dunia, usia Nabi
Ibrahim ‘alaihis salam sudah terbilang sangat tua yaitu berumur 100 tahun. Nabi Ishaq ‘alaihis
salam dilahirkan 14 tahun setelah Nabi Ismail ‘alaihis salam.

Nabi Ishaq, ayahnya (Nabi Ibrahim ‘alaihis salam), dan anaknya (Nabi Ya’qub ‘alaihis
salam) adalah orang-orang yang diberkahi dan dipuji oleh Allah Ta’ala seperti yang difirmankan
Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an surat Shaad ayat 45-47.

Artinya: “Dan ingatlah hamba-hamba kami: Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub yang
mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami
telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu
selalu mengingatkan (manusia) pada negeri akhirat. Sesungguhnya mereka pada sisi Kami
benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (Q.S. Shaad ayat 45-47).

Nabi Ishaq ‘alaihis salam ditugaskan untuk meneruskan dakwah Nabi Ibrahim di tanah
Palestina. Beliau menyeru kepada kaum di sana untuk menyembah dan mengesakan Allah
Ta’ala, mendirikan shalat, menunaikan zakat, serta mengerjakan kebajikan-kebajikan lainnya
sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala.

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI ISHAQ A.S

a. Memiliki Ilmu dan Akhlak yang Tinggi

Nabi Ishaq ‘alaihissalam adalah salah satu Nabi dan Rasul yang memiliki akhlak yang
tinggi. Dalam surat Shaad ayat 45-47 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

“Dan ingatlah hamba-hamba Kami : Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-
perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka
dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan
(manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar
termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.”QS. Shaad: 45-47
b. Nabi dan Rasul yang Shaleh

Nabi Ishaq ‘alaihis salam adalah Nabi dan Rasul yang shaleh. Keshalehannya bahkan
mendapat pujian dari Allah subhanahu wa ta’ala. Dalam surat Ash-Shaaffaat ayat 112 Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman,

“Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq, seorang Nabi yang termasuk
orang-orang yang shaleh.“QS. Ash- Shaaffaat : 112

c. Bapak Bangsa Bani Israil dan Romawi

Nabi Ishaq ‘alaihis salam merupakan bapak bangsa Bani Israil dan Romawi. Dalam surat
Ash-Shaaffaat ayat 113 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

Dan Kami limpahkan keberkahan kepadanya dan kepada Ishaq. Dan di antara keturunan
keduanya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang terang-terangan berbuat zalim terhadap
dirinya sendiri.” QS. Ash-Shaaffaat : 113

Menurut Tafsir Al Qur’an Hidayatul Insan, yang dimaksud dengan keberkahan yang
diberikan kepada Nabi Ismail ‘alaihis salam dan Nabi Ishaq ‘alaihis salam adalah ilmu, amal, dan
keturunan yang menjadi para nabi.

Karena itulah Allah menyebarkan dari kedua putera Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tersebut
tiga bangsa yang besar yaitu bangsa Arab dari keturunan Ismail, bangsa Bani Israil dan bangsa
Romawi dari keturunan Ishaq.

10. NABI YA’KUB A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI YA’KUB A.S

Dengan kebesaran dan kekuasaan Allah Ta’ala maka Ribka/Rifqah dapat hamil dan Nabi
Ishaq ‘alaihis salam memperoleh keturunan saat beliau menginjak usia enam puluh tahun. Ribka
melahirkan bayi laki-laki kembar. Bayi laki-laki pertama diberi nama Esau (Ishu). Sedangkan
bayi laki-laki kedua diberikan nama Ya’qub yang mana ketika dilahirkan dalam posisi
memegang tumit kakaknya.
Allah Ta’ala juga mengabadikan kisah kelahiran Ya’qub dalam Al-Qur’an surat Al-
Anbiya’/21 ayat 72:

Artinya: “Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim), Ishaq, dan Ya’qub sebagai
anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh”.
(Q.S. Al-Anbiya’/21 ayat 72).

Saat bertumbuh dewasa, Ishu dan Ya’qub memiliki ketertarikan yang cenderung bertolak
belakang. Esau lebih suka mengasah kemampuannya dalam hal berburu hingga menjadi pemburu
yang handal, maka ia lebih suka tinggal di padang. Sedangkan Ya’qub lebih berperangai lemah
lembut. Ia lebih suka tinggal di rumah untuk membantu ibunya memasak. Ya’qub juga suka
berkemah di sekitar rumahnya.

Nabi Ya’qub A.S. adalah putra Nabi Ishak A.S. dan istrinya Rifqah binti A’zar. Ia
dilahirkan di Palestina, Sami bin Abdullah Al-Maghluts dalam bukunya, Atlas sejarah nabi dan
rasul, menyebutkan, Nabi Ya’qub A.S. diutus kepada kaum bani Israil pada tahun 1750 SM atau
saat berusia sekitar 87 tahun, ia diperkirakan lahir pada tahun 1837 SM dan wafat pada tahun
1690 SM. Nabi Ya’qub A.S. dimakamkan di Al-Khalil, Hebron, Palestina.53

Setelah menikah dengan Laiya dan Rahil, Ya’qub menikahi dua perempuan lain yakni
budak Laiya dan badak Rahil, dari empat istrinya itu, Ya’qub dikaruniai 12 orang anak.

Nabi Ya’qub A.S. memberikan perhatian dan kasih sayang yang sama untuk semua anak-
anaknya, termasuk dua orang paling bungsu Yusuf dan Bunyamin, namun pada mereka berdua,
Nabi Ya’qub A.S. melihat kelebihan dibandingkan sepuluh anaknya yang lain, hingga pada suatu
hari, Nabi Ya’qub A.S. memanggil anak-anaknya dan berpesan agar tidak berlaku zhalim pada
saudara sendiri, sepuluh anak tidak terima dengan nasehat ayahnya karena mereka dituduh
menzholimi saudara mereka.

53
El-Fikri Syahruddin. “Berapa Kali Nama Nabi Yakub disebut Alquran?” dalam
https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/berapa-kali-nama-nabi-yakub-disebut-alqur‟an.
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI YA’KUB A.S
a. Cinta Dan Kasih Sayang Kepada Anak
Para ahli pendidikan sepakat bahwa kasih sayang, cinta, kelembutan, kehangatan, dan
ketulusan merupakan dasar yang penting dalam pendidikan anak. Sikap ini terpancar kehangatan
dalam komunikasi antara anak dan ayah, sebagai bekal yang pada saatnya nanti diberikan kepada
orang-orang sekitar.54 Sikap penuh cinta yang dilakukan Nabi Ya‘qub tergambarkan melalui
ungkapan Ya Bunayya merupakan panggilan kesayangan terhadap seorang anak. sebagaimana
yang telah dijelaskan bahwa panggilan ya bunayya adalah wujud kasih sayang dari seorang ayah
kepada anaknya. Dan sebaliknya, Nabi Ya‘qub dipanggil dengan Yaa Abati. Kedua panggilan
tersebut melibatkan perasaan, emosi juga kasih sayang yang erat di antara keduanya.
Sikap ini juga dipraktikkan Rasulullah saw., di mana beliau selalu memperlihatkan
kecintaannya kepada anak cucunya16 dan sikap ini digambarkan dalam hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari:
Musaddad menyampaikan kepada kami dari Mutamir dari ayah, dari Abu Utsman, dari
Usamah bin Zaid ra. dari Nabi saw., bahwa sesungguhnya beliau memegang dia beserta Hasan
ra. dan beliau bersabda: Wahai Allah, sesungguhnya, aku mencintai mereka berdua, amat
cintailah keduanya‖. Atau, dengan redaksi yang beliau sabdakan (HR. Bukhari)55
b. Sabar dan Pemaaf Terhadap Anak-anak
Dalam keluarga, tentu tidak semua anak memiliki karakter yang sama, memiliki
kecenderungan yang sama, hal ini yang membuat orang tua harus memperhatikan dengan baik
perilaku setiap anak. Tidak semua anak memperlihatkan perilaku baik dan sebaliknya. Untuk itu,
orang tua harus memperlihatkan sikap yang positif dalam menghadapi perilaku-perilaku anak,
sikap sabar seharusnya menonjol dalam situasi seperti ini, karena memungkin seorang anak
bersikap lebih buruk akibat dari ketidaksabaran seorang ayah.56 Bersikap sabar dalam mendidik
anak dengan senantiasa berusaha berfikir positif terhadap segala tingkah laku anak.
c. Tawakal
Secara bahasa tawakal diambil dari kata َ‫ َو َك َل‬yang berarti lemah. Sedangkan menurut
Istilah sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah, tawakal adalah amalan

54
Adnan Hasan Shalih Baharits, Mendidik Anak Laki-Laki, 1st ed. (Jakarta: Gema Insani, 2007).
55
Abu Abdullah Muhammad bin Isma‘il Ak-Bukhari, Shahih Al-Bukhari (Jakarta: Almahira, 2011), 885
56
Muhammad Suadi Yusuf dan Humam Fikri Muzafar, ―Karakter Ideal Seorang Ayah Dalam Surah Yusuf,‖
Pendidikan Luar Sekolah, no. 1 (2020): 40.
dan penghambaan diri dengan menyandarkan segala urusan hanya kepada Allah semata, percaya,
berlindung kepada-Nya dan ridha terhadap segala sesuatu yang menimpanya, dengan keyakinan
bahwa Allah akan memberikannya segalanya dengan cukup dan tetap bekerja keras untuk
mendapatkannya.57 Tawakal adalah menjadikan Allah sebagai wakil dari segala urusan dan
mengandalkan Allah dalam menyelesaikan setiap masalah.
d. Tidak putus asa terhadap rahmat Allah swt.
Putus asa merupakan suatu kondisi kejiwaan yang tidak menyenangkan dengan hilangnya
harapan akan berhasilnya usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan atau memuaskan
keinginan yang telah dirancang sebelumnya. al-Qur`an menyebutkan bahwa putus asa adalah
sikap iblis, di mana iblis menciptakan situasi yang mendorong manusia pada keterpurukan.58
Seseorang bisa merasa putus asa ketika ia menggantungkan harapan pada sesuatu, tetapi ia bisa
saja menggantungkan pada sesuatu yang lain. Islam menganjurkan manusia untuk optimis dan
sabar dalam menghadapi hebatnya masa kritis, karena saat datangnya kemudahan itu tidak
lama.59

11. NABI YUSUF A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI YUSUF A.S
Nabi Yusuf 'alaihis salam (sekitar 1745-1635 SM) adalah nabi Islam yang diutus setelah
Nabi Ya'qub as. Nabi Yusuf 'alaihis salam merupakan anak Nabi Ya'qub 'alaihis salam dan
merupakan buyut dari Nabi Ibrahim 'alaihis salam. Kisah Nabi Yusuf dijelaskan dalam satu surat
khusus dalam Al Qur-an surat ke 12 yakni" Surat Yusuf" yang terdiri dari 111 surat.
Nabi Yusuf 'alaihis salam adalah cucu dari Nabi Ishaq 'alaihi salam, silsilah lengkapnya
adalah Yusuf bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azar bin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij
bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh. Nabi Yusuf 'alaihis salam merupakan putra
urutan ke tujuh dari dua belas putra puteri Nabi Ya’qub as. Merupakan anak dari istri Nabi
Ya’qub yang bernama Rahil. Dari Ibu Rahil ini Nabi Yusuf 'alaihis salam juga mempunyai adik
bernama Benyamin. Nabi Yusuf dianugrahi wajah yang sangat tampan oleh Allah SWT, juga
dengan tubuh yang tegap sehingga bisa membuat para wanita terpesona kepadanya.

57
Abdul Aziz Ajhari Dkk, Jalan Menggapai Ridho Allah (Bandung: Bahasa dan Sastra Arab, 2019).
58
Muhammad Ramdhani M, ―Perspektif Al-Qur`an Tentang Keputusasaan: Telaah Tafsir Tematik Ayat-Ayat
Yang Menggambarkan ‗Berputus Asa‘ Dan Pencegahannya Dalam Al-Qur`an‖ (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2011), 15.
59
M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama Al-Qur`an, (Bandung: Mizan, 2007), 258.
Beliau menghadapi persekongkolan jahat yang justru datang dari orang-orang yang dekat
dengannya, yaitu saudara-saudaranya. Mereka merencanakan untuk membunuhnya. Rencana itu
mereka buat saat Nabi Yusuf 'alaihis salam masih kecil, mereka memasukkan Nabi Yusuf 'alaihi
salam ke dalam sebuah sumur. Setelah seseorang menemukannya kemudian Nabi Yusuf 'alaihis
salam dijual di pasar mesir lalu dia dibeli dengan harga yang sangar murah. Kemudian beliau
menghadapi rayuan dari isteri seorang pria yang mempunyai jabatan penting saat itu. Ketika ia
menolak rayuannya, ia pun dimasukkan ke dalam penjara. Dalam beberapa waktu, beliau
menjadi tahanan di penjara. Setelah mampu mentakwilkan mimpi sang raja iapun dibebaskan
dari penjara dan akhirnya Beliau menjadi menteri dari raja yang pertama.
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI YUSUF A.S
Nilai-nilai yang terkandung dalam kisah nabi Yusuf AS ini terbagi menjadi 6 periode yang
melahirkan karakter-karakter Nabi Yusuf AS :
a. Yusuf dan ayahnya melahirkan karakter: sopan santun, menghormati orang tua, terbuka
terhadap orang tua dan kasih sayang kepada orang tua.

b. Yusuf dan saudaranya melahirkan karakter: sabar, mandiri, memaafkan.

c. Yusuf dan Zulaikha melahirkan karakter: bertakwa pada Allah (religius), teguh pendirian,
menjauhi perbuatan zina, tidak berkhianat (amanah).

d. Yusuf dipenjara melahirkan karakter: sabar, takwa, berdakwah, membantu kawan (setia
kawan), berbuat baik, teguh memegang prinsip.

e. Yusuf mendapat kepercayaan Raja melahirkan karakter: amanah, berbuat baik, jujur, kerja
keras, kreatif, peduli kepada sesama, tanggung jawab, menghargai orang lain.

f. Yusuf berkumpul kembali dengan ayah dan saudara-saudaranya melahirkan karakter:


memafkan, rendah hati, bersyukur, kasih sayang terhadap orang tua, saudara dan sesama.

12. NABI AYYUB A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI AYYUB A.S
Nabi Ayyub 'alaihis salam (sekitar 1540-1420 SM) adalah seorang nabi yang ditugaskan
berdakwah kepada Bani Israil dan Kaum Amoria (Aramin) di Haran, Syam. Ia diangkat menjadi
nabi pada tahun 1500 SM dan Namanya disebutkan sebanyak 4 kali di dalam Al-Quran. Ia
mempunyai 26 anak dan wafat di Huran, Syam. Nabi Ayyub dikisahkan sebagai seorang Nabi
yang paling sabar. Ia menjalani segala cobaan yang berat dengan sabarnya, mulai dari cobaan
hilang kekayaan, hilang anak-anak, penyakit, sampai kehilangan ditinggalkan istri tercintanya.
Ayyub berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti "menggantikan." Ayyub adalah putra
dari Aish (Eswa) bin Ishaq bin Ibrahim. Sebagaimana disebutkan dalam kisah Ya'qub, Aish
adalah saudara kembar Ya'qub, jadi Ayyub masih kemenakan Yaqub dan sepupu Yusuf. Dalam
situs web Tayibah.com dijabarkan bahwa silsilah Ayyub adalah sebagai berikut, Ayyub bin
Amush bin Tawih bin Rum bin Ais (Eswa) bin Ishaq bin Ibrahim. Sumber lain mengatakan
bahwa silsilah Ayyub adalah sebagai berikut, Ayyub bin Amwas bin Zarih dari
keturunan Ibrahim.
Setan menggoda kepada Nabi Ayyub 'alaihis salam
Nabi Ayyub 'alaihis salam telah dipilih Allah menjadi nabi yang dikaruniai harta benda
dan anak-pinak. Dan ketika itu setanpun meneggodanya dengan membisikan kepada Ayyub
bahwa beliau kaya raya, anak-anak dan keluarga cukup banyak, serta kesehatan yang sangat baik
pula, tujuannya supaya timbul dalam hati nabi Ayyub rasa takabbur dan angkuh, seperti yang
diriwayatkan dalam ayat Al Qur'an berikut,
Artinya: Dan ingatlah kepada hamba Kami Ayyub, ketika ia mengadukan halnya kepada
Tuhannya: "Bahwa setan telah menggangguku sampai menderita dan tersiksa". (Qur'an surat
Shaad ayat 41)
Ujian itupun datang
Kemudian ia diberi ujian oleh tuhan. Dengan didatangkanya penyakit, sehingga harta benda
tersia-sia, anak-anak dan keluarga berantakan sampai meninggalkan kampung halaman. beliau
tinggal sendiri diamuk rasa duka yang mendalam dan penderitaan yang tak terperikan.
Dan ingat pula kisah Ayyub ketika ia berdo'a kepada Tuhannya: "Ya Tuhanku! aku telah
dirundung malang, sedangkan Engkau Maha Penyayang dari semua penyayang" (Qur'an surat
Al An Biyaa' ayat:83)
Kemudian Allah mengabulkan Do'a nabi Ayyub tersebut seperti dalam ayat selanjutnya,
Maka Kami perkenankan doa'anya, Kami lenyapkan kemalangan yang menimpa dirinya, dan
kami karuniai keluarga seimbang dengan yang hilang. Bahkan ada pula tambahannya seiringan
dengan mereka. Semuanya, adalah rahmat dari Kami, dan sebagai peringatan untuk menjadi
teladan bagi hamba-hamba Tuhan lainnya. (Qur'an surat Al An Biyaa' ayat:84)
Nabi Ayyub memukul Isterinya
Diceritakan, bahwa isteri nabi Ayyub (Rahmah binti Ifraim) pergi meningalkan rumah
tanpa izin suami, dan tak kunjung kembali. Setelah nabi Ayyub mulai sembuh beliau bersumpah
untuk memukul isterinya itu seratus kali. Setelah isteri beliau kembali, timbul rasa kasihan,
padahal sumpah untuk memukulnya sudah terlanjur diucapkan. Maka Tuhan menunjukkan jalan
keluar supaya isteri beliau dipukul dengan beberapa helai rumput, bukan dengan cambuk atau
cemeti. Dengan demikian, sumpah Nabi Ayyub terlaksana, sedangkan isteri beliau tidak begitu
merasakan sakit.
Peristiwa ini dapat dijadikan pelajaran oleh para isteri, bahwa meninggalkan rumah
tangga tanpa seizin suami, adalah kejahatan yang melampaui kesabaran seorang nabi. Ambillah
segenggam rumput dengan tanganmu, lalu pukullah ia dengan rumput itu! dan jangan melanggar
sumpah" Kami menilainya sangat tabah menghadapi penderitaan. Hamba yang baik, selalu
kembali kepada Tuhan. (Qur'an surat Shaad ayat 44)
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI AYYUB A.S
a. Penghambaan diri terhadap Allah
1) Taubat
Taubat berakar dari kata taba yang berarti kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah
adalah orang yang kembali dari segala sesuatu, kembali dari sifat-sifat yang tercela menuju sifat
yang terpuji, kembali dari larang Allah menuju ke petintah-Nya (Ilyas, 1999: 57). Taubat adalah
kembali dari segala sesuatu yang tercela kepada segala sesuatu yang terpuji. Taubat merupakan
prinsip pokok dalam kegiatan spiritual para sufi, kunci kebahagian bagi para murid dan syarat
sahnya perjalanan menuju Allah. (Isa, 2005: 194).
2) Ikhlas
Ikhlas berasal dari kata khalasha dengan arti bersih, jernih, murni. Ikhlas adalah beramal
semata-mata mengharap ridha dari Allah atau berbuat tanpa pamrih. Dalam beribadah ada tiga
unsur keikhlasan yaitu niat yang ikhlas, beramal dengan sebaik-baiknya, dan pemanfaatan hasil
usaha dengan tepat (Ilyas, 1999: 32). Allah memerintahkan kepada umatnya untuk beribadah
kepada Allah dengan penuh keikhlasan dan lagi beramal semata-mata mengharap ridho dari
Allah. Ikhlas juga memperingatkan manusia agar jangan sampai tujuan dari ibadahnya adalah
untuk meraih penghargaan dan pujian dari manusia.
3) Syukur
Menurut Sayyid (Isa, 2005: 267) syukur adalah mempergunakan semua nikmat yang
telah diberikan Allah, berupa pendengan, penglihatan dan lainnya sesuai dengan tujuan
penciptaannya. Manusia diperintahkan untuk bersyukur kepada Allah bukan untuk kepentingan
Allah sendiri, tapi untuk kepentingan manusia sendiri (Ilyas, 1999: 53).
b. Sikap ketergantungan kepada Allah bukan kepada makhluk

Ketika Nabi Ayyub diuji oleh Allah dengan berbagai cobaan, Nabi Ayyub
menggantungkan semuanya kepada Allah, beliau tidak meminta pertolongan kepada selain
Allah. Nabi Ayyub menyebut Allah dalam do’anya tersebut. Allah merupakan tempat
bergantung semua makhluk. Tidak ada yang dapat menandingi kekuasaan Allah dalam
memperoleh apapun. Allah Ta’ala sendiri mensifati diri-Nya sebagai tempat bergantung segala
sesuatu. Dalam Alqur’an surat Al-Ikhlas ayat 2:

٢ ‫ٱلص َم ُد‬
َّ ‫ٱُلل‬
ّ
c. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Oleh sebab itu, sebaiknya kita menghindarkan diri dari berbagaiََhal yang menjerumuskan
kita pada apa yang disebut dengan kemusyrikan.ََSerahkan semua permasalahan kepada Allah,
memohon kepada-Nya, banyak-banyakََberdoa. Dengan demikian kehidupan kita akan mendapat
banyakََkeberkahan (Zainudin, 2012:114). Bila benar-benar telah bergantung kepadaََAllah, maka
akan menyadari, bahwa Allah yang lebih berkuasa dari segalanya.
d. Larangan mengingkari janji/sumpah

Dalam Islam menepati janji baik hal yang kecil maupun yangََbesar merupakan kewajiban,
karena janji merupakan hutang yang harusََdilunasi. Janji adalah ketetapan yang dibuat oleh diri
kita sendiri dan untukََdilaksanakan oleh kita sendiri baik itu janji terhadap Allahََmaupunََorang
lain (Al-Gazali, 1985: 161).ََKeharusan menepati janji apabila berjanji danََhendaknya mereka
yang telah berjanji senantiasa menepati atau menunaikan janjinya tersebutََpada waktu yang
sudah dijanjikan. Dan dari ayat di atas juga telah jelasََbahwa janji yang telahََdiucapkan harus
ditepati, karena semuanya akanَ َdimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.َ َJika kita
mengingkariََjanji yang telah diucapkan berarti kita telah berbuat khianat. Khianatََmerupakan
perbuatan keji yang dibenci Allah.
13. NABI SYU’AIB A.S
BIOGRAFI DAN KISAH NABI SYU’AIB A.S
Nabi Syu'aib 'alaihis salam (sekitar 1600 SM - 1500 SM) adalah seorang nabi yang diutus
kepada kaum Madyan dan Aikah. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1550 SM. Namanya
disebutkan sebanyak 11 kali di dalam Al-Qur'an dan ia wafat di Madyan. Dia diyakini
merupakan cicit laki-laki Ibrahim. Syu'aib secara harafiah artinya "Yang Menunjukkan Jalan
Kebenaran". Karena, Syu'aib telah berusaha untuk menujukkan jalan yang lurus kepada umatnya
yaitu penduduk Madyan dan Aykah. Ia putra dari Mikiel bin Yasyjun. Menurut Ibnu Ishak, ahli
sejarah Islam klasik, ia disebut Siryani.60 Ibnu Asyakir berkata: disebutkan bahwa neneknya - ada
yang mengatakan ibunya-, adalah putri Nabi Luth. Ia termasuk pengikut Nabi Ibrahim, ikut
hijrah dan masuk ke Damaskus bersamanya. Dikisahkan oleh Wahab bin Munabbih, bahwa
Syu`aib dan Mulgham adalah di antara orang yang beriman kepada Nabi Ibrahim, saat dibakar.
Keduanya berhijrah ke Syam kemudian dinikahkan dengan dua putri Nabi Luth. Syu’aib yang
dimaksud dalam al-Qur’an -menurut versi Ibnu Khaldun61
Di zaman Syu`aib-lah pergumulan pemikiran tentang etika ekonomi terjadi cukup panas.
Model intimidasinya adalah dengan cara memberi satu alternatif, murtad dari agama tauhid yang
telah dianutnya atau ekstradisi dari wilayah kekuasaan kaum Madyan. Namun Nabi Syu’aib tetap
memilih bertauhid dan terus melakukan perlawanan ideologis dan intelektual. Adapun penduduk
Madyan adalah bangsa Arab yang tinggal di kota Madyan, sebuah kota dekat wilayah Mu`an,
pinggiran Syam (Syria), juga tidak jauh dari wilayah Hijaz, tepatnya dekat dengan danau Kaum
Luth. Kaum Madyan hidup setelah Kaum Luth dalam rentang waktu yang relatif dekat, sebelum
Nabi Musa as. Seperti yang dijelaskan al-Qur’an langsung:
“Kemudian kami utus Musa setelah mereka (para rasul) kepada Fir’aun dan para
pengikutnya, lalu mereka berbuat zhalim, maka lihatlah bagaimana akhir para pelaku
kerusakan”17. Menurut Ibnu Kaṡīr para Rasul/Nabi yang dimaksud di ayat tersebut adalah Nabi
Nuh, Hud, Saleh, Lūth, dan termasuk Nabi Syu’aib62.

60
Menurut Ibnu Katsir yang menukil dari Ibnu Ishak, tentang silsilah Nabi Syu`aib sejarah, menyebutkan secara
berbeda. Ada juga yang menyebutkan bahwa Syu`aib adalah putra dari Yaskhar ibn Lawi ibn Ya`kub, di lain tempat
disebutkan ia putra Aifah ibn Madyan ibn Ibrahim, sumber lain menyebutnya putra dari Shaifun ibn `Aifa ibn Tsabit
ibn Madyan ibn Ibrahim. Lihat Imam Abu al-Fida al Hafizh Ibnu Katsir (774 H), tahqiq Muhammad Ahmad Abd.
Aziz,, Qisshat al-Anbiyâ`, Dar al Kutub al `Ilmiyah, Beirut 190-191.
61
Abdu al-Rahman ibn Khaldun (733-858/1332-1406), Târîkh Ibnu Khaldun, 50
62
Ibnu Kaṡīr (2000) Tafsīr al-Qur’ān al-‘AÐīm,Beirut: Dār Ibnu Hazm 775
Nabi Syu’aib ‘alaihissalam, Beliau berdakwah dengan argumentasi yang kuat, sehingga
Beliau disebut Khathibul Anbiya’ (Ahli Pidato dari kalangan para nabi).
Nabi Syu'aib mengerti bahwa kaumnya telah ditutup hatinya. Ia berdoa kepada Allah agar
diturunkan azab pada kaum Madyan. ...Hingga akhirnya Nabi Syu’aib ‘alaihissalam berdoa
kepada Tuhannya, “Ya Tuhan Kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan haq
(adil) dan Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.” (QS. Al A’raaf: 89)
Namun kaumnya mengolok-olok adzab yang beliau ancamkan, bahkan meminta
disegerakan adzab. Para pemuka mereka juga berkata kepada yang lain, Berkatalah orang-orang
kafir terkemuka dari kaum Syu'aib kepada sesamanya, "Jika kamu mengikuti Syu'aib, niscaya
kamu akan merugi". (QS. Al A’raaf: 90)
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh Nabi syu’aib ‘alaihissalam agar keluar dari
kota itu bersama orang-orang yang beriman karena adzab akan turun menimpa kaumnya,
selanjutnya Allah mengirimkan kepada mereka cuaca yang begitu panas yang membuat tanaman
kering, sumur kering, dan susu hewan habis, maka orang-orang pun keluar mencari kesejukan,
lalu mereka menemukan awan hitam yang sebelumnya mereka kira sebagai hujan dan rahmat,
sehingga mereka berkumpul di bawahnya,
Kemudian mereka diganyang oleh gempa bumi, lalu mayat-mayat mereka
bergelimpangan dalam rumahnya masing-masing. (QS. Al A’raaf: 91). Kemudian ditimpakan
kepada mereka bunga api yang membakar dan api yang bergejolak sehingga membakar mereka
semua, bumi pun berguncang dan mereka ditimpa suara yang mengguntur yang mencabut nyawa
mereka sehingga mereka menjadi jasad-jasad yang mati bergelimpangan.
Dia juga menimpakan suara yang mengguntur sebagai balasan atas olok-olokkan
mereka kepada Nabi mereka (QS. Hud: 87). Dan begitulah mereka telah Mendustakan Syu'aib
sesuai dengan kebiasaaannya. lalu mereka diganyang oleh siksaan suatu hari berselubung asap.
Itulah siksaan hari yang amat dahsiat. (QS. Asy Syuuraa’: 189).
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI SYU’AIB A.S

a. Anjuran Berlaku Amanah


Amanah ialah segala hak yang dipertanggung jawabkan kepada seseorang. Baik hak itu
milik Allah haqqullah maupun hak hamba (haqqul adami), baik berupa pekerjaan maupun
perkataan dan kepercayaan hati. Di antara yang dapat kita simak dari ajaran Nabi Syu’aib adalah
tuntunan amanah dan istiqomah dalam transaksi jual beli, larangan penipuan/kecurangan dalam
takaran dan timbangan serta berbuat kerusakan di dunia. Sebab semua itu mengakibatkakn
kemurkaan Allah dengan siksa yang pedih sebagaimana telah ditimpakan kepada kaum Syu‟aib.
Q.S. Hud/11:84-85.
Larangan Berlaku Curang dalam Bermuamalah
Mereka bermuamalah buruk dengan manusia, menipu dalam melakukan jual beli dan
mengurangi takaran dan timbangan. Maka Allah mengutus kepada mereka seorang rasul dari
kalangan mereka bernama Nabi Syu’aib ‘alaihissalam. Beliau mengajak mereka beribadah
kepada Allah dan tidak berbuat syirik, melarang mereka mengurangi takaran dan timbangan serta
melarang melakukan pembajakan, dan melarang berbuat buruk lainnya. Nabi Syu’ab
‘alaihissalam berkata kepada mereka.
Dan kepada penduduk Madyan Kami utus saudara sebangsanya: Syu'aib. Dia berkata
"Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah bagimu selain Dia.
Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah
takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran
dan timbangannya, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah Allah
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu betul-betul orang-orang yang
beriman.” (QS. Al A’raaf: 85)
b. Shalat Merupakan Sebab Terlaksananya Suatu Kebaikan dan Meninggalkannya Merupakan
Suatu Kemungkaran.
Dalam kisah Nabi Syu‟aib, terkandung suatu penjelasan tentang pengaruh shalat terhadap
tingkah laku manusia, seperti dikatakan oleh kaumnya. Mereka berkata, “Hai Syu‟aib, apakah
shalatmu menyuruh kamu agar meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami tau
melarang kami berbuat apa-apa yang kami kehendaki tentang harta kami”. (QS. Hûd [11]: 87)
Kaum Nabi Syu’aib mengamati pengaruh shalat terhadap diri Nabi Syu’aib dan para
pengikutnya. Bagaimana shalat dapat merubah tingkah laku dan membebaskan dari menyembah
selain Allah, meninggalkan perbuatan menipu dalam menimbang dan menakar. Sehingga mereka
sangat marah terhadap Nabi Syu‟aib dengan mengucapkan perkataan tersebut. Karena mereka
sendiri masih tetap dalam pendirian semula, tidak mau merubah tingkah laku dan keyakinannya.
14. NABI MUSA A.S
BIOGRAFI DAN KISAH NABI MUSA A.S
Musa bin Imran bin Khohath bin Levi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azara bin
Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad binSyam bin Nuh.Nabi
Musa 'alaihissalam adalah nabi yang diutus di daerah mesir yang pada saat itu dipimpin oleh
raja yang zalim yakni Fir'aun. Ia mendapat julukan Kalim Allah (‫كليمَهللا‬, Kalimullah) yang artinya
orang yang diajak bicara oleh Allah. Bahkan tidak jarang dia berdialog dengan Allah, dialog
antara seorang hamba yang sangat dekat dengan Sang Kekasih Yang Maha Pengasih. Nabi Musa
'alaihissalam mendapat ktab suci bernama Taurat.
Suatu ketika Fir’aun bermimpi, bahwa ada sebuah api yang datang dari Baitul Maqdis
lalu membakar negeri Mesir selain rumah-rumah Bani Israil. Peramal dan pesihir yang dipanggil
Fir’aun memberitahukan bahwa akan lahir seorang anak dari kalangan Bani Israil yang akan
menjadi sebab binasanya penduduk Mesir. Maka Fir’aun merasa takut terhadap mimpi tersebut,
ia pun memerintahkan untuk menyembelih anak-anak laki-laki Bani Israil.
Pada masa inilah Musa lahir, saat ibunya takut kalau anaknya dibunuh oleh tentara Fir’aun, Allah
mengilhamkan kepadanya untuk menyusuinya dan meletakkannya ke dalam peti, lalu peti itu
ditaruh ke sungai saat tentara Fir’aun datang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan
janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu,
dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.” (QS. Al Qashash: 7)
Suatu ketika, Asiyah istri Fir’aun menemukannya, lalu ia mengambilnya dan
memeluknya dan bertekad untuk menjaganya dari pembunuhan dan penyembelihan, lalu ia
membawanya ke suaminya dan berkata dengan penuh rasa kasihan, “(Ia) adalah penyejuk mata
hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat
kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak.” (QS. Al Qashash: 9).
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI MUSA A.S

Perlawanan Nabi Musa ‘Alaihissalam dengan Para Penyihir dan Masuk Islamnya Para
Penyihir

Ketika ditunjukkan bukti-bukti itu, Fir’aun malah menuduhnya sebagai penyihir, lalu ia
meminta untuk dikumpulkan para penyihirnya dari segenap tempat untuk melawan Musa. Maka
ditetapkanlah hari raya sebagai hari pertunjukan itu yang dimulai pada waktu dhuha di tempat
yang lapang di hadapan Fir’aun. Fir’aun juga mengumumkan pertemuan itu kepada kaumnya
agar mereka semua hadir menyaksikan. Tibalah hari pertunjukan itu dalam keadaan ramai
dihadiri oleh banyak manusia, para penyihir pun melempar tali dan tongkat, sambil menyihir
mata manusia sehingga menurut pandangan manusai bahwa tongkat dan tali tersebut berubah
menjadi ular yang gesit dan bergerak di hadapan mereka, sehingga orang-orang takut
terhadapnya, bahkan Nabi Musa dan Harun merasa takut terhadapnya, lalu Alllah memberikan
wahyu kepada Musa agar ia tidak takut dan melempar tongkatnya, maka Nabi Musa dan
saudaranya (Nabi Harun) tenang karena perintah Allah itu. Nabi Musa pun melempar
tongkatnya, maka tongkat itu berubah menjadi ular yang besar yang menelan tali para penyihir
dan tongkat mereka. Ketika para penyihir melihat apa yang ditunjukkan Nabi Musa
‘alaihissalam, maka mereka pun mengakui, bahwa itu adalah mukjizat dari Allah dan bukan
sihir. Kemudian Allah melapangkan hati mereka untuk beriman kepada Allah dan membenarkan
apa yang dibawa Nabi Musa ‘alaihissalam, mereka pun akhirnya hanya bersujud kepada Allah
sambil menyatakan keimanan mereka kepada Tuhan Musa dan Harun.

Ketika itulah Fir’aun semakin geram dan mulai mengancam para penyihir (QS. Thaahaa:
71). Meskipun begitu, para penyihir tidak takut terhadap ancaman itu setelah Allah
mengaruniakan keimanan kepada mereka, (QS. Thaahaa: 72-76)

Kesombongan akan harta dunia (Kisah Nabi Musa dengan Qarun)

Qorun termasuk kaum Nabi Musa ‘alaihissalam. Ia adalah seorang yang kaya, harta dan
simpanannya banyak, bahkan kunci-kunci simpanan kekayaannya tidak dapat dibawa kecuali
oleh orang-orang yang kuat. Akan tetapi, Qarun mendurhakai Nabi Musa dan Harun, ia tidak
menerima nasihat keduanya, dan ia menyangka bahwa harta dan kenikmatan yang didapatkannya
adalah karena ia berhak memilikinya dan bahwa ia memperolehnya karena ilmunya.
(QS. Al Qashash: 76-77) Maka Qarun menolak nasihat itu dengan sombong, ia berkata,
“Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” Ia menyangka bahwa
harta yang diperolehnya ini karena kecerdasan dan kemampuannya.

Ketika Qarun terus bersikap sombong dan congkak, maka Allah benamkan Qarun dan
rumahnya ke dalam bumi, dan tidak ada seorang pun yang mampu menolongnya, dan ketika itu,
orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu, berkata, “Aduhai, benarlah
Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan
menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah
membenamkan kita (pula). Wahai, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat
Allah).” (QS. Al Qashash: 82)

Sopan Santun dalam Bertanya (Kisah Sapi Betina)

Nabi s.a.w. akan bersedia menjawab pertanyaan -pertanyaan, dan mana yang
musykil akan ditunggunya wahyu ilahi memberikan penjelasan. Tetapi dapatlah
difahami bahwa dia pula orang yang datang bertanya hendak menyoal guru, hendak
mengukur dalam dangkal ilmunya. Adapun yang bertanya karena hendak mencari
celah dan memutar-mutar. Ada pula yang bertanya di hadapan orang banyak, supaya
kelihatan bahwa dia orang istimewa. Semuanya ini telah dilakukan oleh Bani Israil
kepada Musa.

Sekarang timbul pertanyaan kepada orang yang beriman, apakah kamu akan
bertanya seperti itu pula kepada Nabi kamu Muhammad s.a.w. Apakah perangai
demikian akan kamu contoh pula? Maka dengan adanya pertanyaan secara demikian,
jelas sajalah maksudnya bahwa orang yang beriman jangan menanya secara Bani
Israil kepada Musa itu terhadap Muhammad s.a.w. Sebab perbuatan yang demikian
nyatalah bukan timbul dari iman, melainkan dari perangai kufur jua adanya.

Berguru dalam mencari dan mendalami ilmu (Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir)

Kisah Nabi Musa As, yang mencari Nabi Khidir As, dan pertemuan dengannya,
merupakan kisah yang mengandung nilai karakter rasa ingin tahu yang besar yang dimiliki oleh
Nabi Musa As. Nabi Musa As, merasa ilmunya sudah sangat tinggi dan luas, tetapi Allah Swt
memberitahukan kepadanya bahwa masih ada orang yang berilmu selain dia. Nabi Musa As
ingin tahu siapakan orang tersebut dan ilmu seperti apa yang dimilikinya. Keingintahuan yang
besar membuat Nabi Musa As dan satu muridnya menempuh suatu perjalanan panjang. Dengan
petunjuk Allah sampailah mereka di pinggir lautan. “Pertemuan Nabi Musa As dengan Nabi
Khidir As, membuat Nabi Musa As menemukan banyak hal baru yang tidak dipahaminya.”

15. NABI HARUN A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI HARUN A.S
Nabi Harun alaihissalam (sekitar 1531-1408 SM) adalah salah seorang nabi yang telah
diminta oleh Nabi Musa pada Allah dalam membantu menegakkan agama Allah. Kisahnya tidak
bisa lepas dari kisah Nabi Musa, karena ia adalah juru bicara Nabi Musa ketika menghadapi
Fir’aun ataupun umat Nabi Musa sendiri, Bani Israil di Sina. Kisahnya dimulai ketika Nabi
Musa berhasil membawa umatnya keluar dari Mesir dan selamat dari kejaran Fir’aun yang ingin
membunuh mereka. Namanya disebutkan sebanyak 19 kali di dalam Al-Quran dan wafat di
Tanah Tih. Ia menikah dengan dua orang wanita yang bernama Elisheba dan Miriam.
Nabi Harun lahir pada tahun ketika anak-anak tidak dibunuh, sedangkan Musa lahir pada
tahun terjadinya pembunuhan. Nabi Harun alaihissalam adalah kakak kandung (kakak satu ibu)
dari Musa, maka silsilahnya adalah sebagai berikut Harun bin Imran bin Khahath bin Lawi
bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim. Menurut situs web scribd.com, silsilahnya adalah sebagai
berikut, Harun bin Imran bin Khohath bin Levi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azara bin
Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.
Nabi Harun diutus oleh Allah SWT membantu Nabi Musa dalam menyebarkan agama
Islam kepada kaum ingkar. Hal ini tercantum dalam firman Allah SWT, Surat Thaahaa ayat 29-
35:
Artinya: “Dan adakanlah penolong bagiku dari keluargaku, Yaitu Harun saudaraku,
Kuatkanlah aku dengannya dan teguhkanlah kekuatanku dengannya, Dan jadikanlah dia partner
bersamaku dalam kenabian dan penyampaian risalah (Mu), Agar kami bisa menyucikanMu
dengan bertasbih banyak-banyak, Dan kami banyak mengingatMu, dan kemudian kami
memujiMu. Sesungguhnya Engkau Maha Melihat kami, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi
bagiMu dari perbuatan-perbuatan kami.”
Nabi Harun hidup selama 122 tahun. Beliau wafat 11 bulan sebelum kematian Musa, di
daerah al Tiih, yaitu sebelum Bani Israil memasuki Palestina. Mengenai Bani Israil, mereka
memang bandel, banyak permasalahan dan sulit dipimpin, namun dengan kesabaran Musa dan
Harun, mereka dapat dipimpin agar mengikuti syariat Allah, seperti terkandung dalam Taurat
ketika itu.
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI HARUN A.S

1. Pandai Berbicara

Mukjizat yang dimiliki Nabi Harun adalah pandai berbicara. Ia lebih fasih berbicara
daripada Nabi Musa. Nabi Harun sangat piawai dalam berdakwah dan berkomunikasi, bahasa
yang digunakan sangat jelas dan tegas. Keberadaan Nabi Harun sangat membantu untuk
menghadapi Bani Israil yang ahli berdebat.

Selain itu, Nabi Harun juga berperan penting dalam perdebatan yang terjadi antara Nabi
Musa dengan Raja Fir’aun. Perdebatan yang terjadi sangat sengit, namun dengan bantuan Nabi
Harun, Nabi Musa berhasil membawa Bani Israil dari Negeri Mesir.

Sebagaimana do’a Nabi Musa dalam Q.S. Thaahaa ayat 25-28

‫ يَ ْف َق ُهوا قَ ْوِِل‬.‫احلُ ْل عُ ْق َدةً ِم ْن لِ َس ِاِن‬ ِ


ْ ‫ َو‬.‫ َويَسْر ِِل أ َْم ِري‬. ‫ص ْد ِري‬ ِ
َ ‫َرب ا ْشَر ْح ِِل‬

Tetap Menasehati dan Mengingatkan (Kisah Samiri dan Patung Sapi)

Sepeninggal Musa, ternyata Bani Israil telah disimpangkan oleh seorang yang bernama
Samiri, ia mengumpulkan perhiasan dan emas mereka serta membuatkan patung yang berongga
dalam bentuk anak sapi, dimana jika angin masuk ke dalamnya dari lubang yang satu dan keluar
dari lubang yang lain, maka akan keluar suara yang mirip suara anak sapi, lalu Samiri
memberitahukan mereka, bahwa itu adalah tuhan mereka dan tuhan Musa, akhirnya Bani Israil
percaya dan menyembah patung tersebut meninggalkan menyembah Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Maka Nabi Harun menasihati dan mengingatkan mereka, tetapi mereka tetap saja di atas
kebodohan itu, tidak sadar dan tidak memperhatikan nasihat Harun, bahkan mereka
menyanggahnya dan hampir saja membunuhnya. Mereka juga memberitahukan, bahwa mereka
tidak akan meninggalkan penyembahan kepada patung itu sampai Musa kembali.
Ketika Nabi Musa ‘alaihissalam kembali, ia mendapati kaumnya dalam keadaan seperti
itu, ia pun kecewa bercampur sedih, lalu ia mendatangi Nabi Harun, memegang kepala dan
janggutnya sambil menariknya dan berkata, Musa menegur Harun : “Hai Harun! Apa yang
menghalangi ketika kau melihat mereka telah sesat, (Qur'an surat Thaahaa 92) Untuk
mengikutiku ke gunung Sinai bersama-sama dengan orang yang beriman? Apakah engkau
sengaja melanggar perintahku?" (Qur'an surat Thaahaa 93)

Harun menjawab, “Wahai putera ibuku! Janganlah direnggut janggut dan rambut di
kepalaku! Aku sungguh takut kau akan berkata : “Kau telah memecah belah Bani Israil, dan tak
mengindahkan perkataanku lagi.” (Qur'an surat Thaahaa 94) Beliau juga memberitahukan Nabi
Musa bahwa kaumnya hampir saja membunuhnya, maka Musa pun meninggalkannya dan pergi
mendatangi Samiri; orang yang membuat patung tersebut dan bertanya tentang alasannya, lalu
Samiri memberitahukan alasannya, kemudian Musa membakar patung itu hingga habis dan
membuang ampasnya ke laut.

Kemudian Nabi Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu
telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu),
maka bertobatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah
lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima tobatmu.
Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (Lihat Al Baqarah: 54)

Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla memberitahukan kepada Musa, bahwa Harun telah
berlepas diri dari mereka dan ia telah berusaha keras untuk menjauhkan mereka dari menyembah
patung anak sapi, maka hati Nabi Musa pun tenang karena ternyata saudaranya tidak ikut serta
dalam perbuatan dosa itu, maka Nabi Musa ‘alaihissalam menghadapkan dirinya kepada Allah
‘Azza wa Jalla memintakan ampunan untuk dirinya dan saudaranya, Beliau berkata, “Ya
Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan
Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.”(lihat Al A’raaf: 151)

Kemudian Nabi Musa ‘alaihissalam memilih tujuh puluh orang yang terbaik dari
kalangan mereka untuk pergi bersamanya ke sebuah tempat yang ditentukan Allah‘Azza wa
Jalla. Pada saat mereka telah sampai di tempat tersebut, mereka malah meminta untuk melihat
Allah secara nyata, maka Nabi Musa marah kepada mereka dengan keras, dan Allah menurunkan
halilintar yang membinasakan mereka hingga ruh-ruh mereka melayang. Lalu Nabi Musa
‘alaihissalam berdoa kepada Allah dan merendahkan diri kepada-Nya meminta agar Dia
memberikan rahmat kepada mereka itu. Maka Allah mengabulkan permohonan Nabi Musa
‘alaihissalam dan Dia menghidupkan mereka yang mati karena tersambar halilintar agar mereka
bersyukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla karena telah menghidupkan mereka setelah matinya
(lihat Al Baqarah: 55-56).

Kemudian Nabi Musa as membawa mereka kembali kepada kaumnya dan membacakan
kitab Taurat kepada mereka serta menerangkan nasihat dan hukum-hukum yang terkandung di
dalamnya. Beliau juga mengambil perjanjian dari mereka untuk mau mengamalkan isinya,
mereka pun mau berjanji dengan terpaksa setelah Allah mengangkat gunung di atas mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit
(Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman), “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan
kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab, “Kami mendengar tetapi tidak mentaati.”
Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena
kekafirannya. Katakanlah, “Sangat jahat perbuatan yang telah diperintahkan imanmu
kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).” (QS. Al Baqarah: 93)

16. NABI ZULKIFLI A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI ZULKIFLI A.S
Dan ingat pula kisah Ismail, Idris, dan DzulKifli. Mereka semuanya terbilang orang-
orang yang sabar. (Qur’an surat Al-Anbiyaa':85) Kami telah memasukkan mereka ke dalam
rahmat Kami. sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh. (Qur’an surat Al-
Anbiyaa':86) Dan ingat pula Ismail, Ilyasa, dan Dzul Kifli, masing-masing tergolong juga
orang-orang pilihan utama. (Qur’an surat Shaad':48)

Nabi Dzulkifli memiliki nama Basyar bin Ayyub. Para ulama berbeda pendapat
tentang Dzulkifli. Sebagian besar mengatakan ia seorang nabi, anak dari nabi Ayyub 'alaihis
salam. Dia diangkat menjadi nabi sesudah bapaknya (dikatakan, Dzulkifli adalah putra nabi
Ayyub 'alaihis salam yang selamat dari hancurnya rumah keluarga nabi Ayyub). Ia diwajibkan
berpuasa di siang hari dan beribadat di waktu malam. Beban itu diterimanya dengan sabar, dan
dilaksanakannya dengan sempurna. Karena itu ia dijuluki dengan nama Dzul Kifli yang berarti:
Mempunyai beban).

Seorang nabi mengambil tanggung jawab besar sebagai pemimpin. Jadi beliau Nabi
Dzulkifli yang kala itu masih muda mau mengambil peran tersebut.

Sebutan “Dzul” sebenarnya sudah digunakan ketika waktu itu Nabi Yunus ditelan oleh ikan. Ia
dijuluki sebagai “Dzun-Nun” artinya yang bersama (ikan) Nun. Sedangkan untuk “Dzulkifli”
yang punya dua kata “Dzul” dan “kifli” berarti “orang dengan ganjaran ganda”. Berasal dari kata
kuno bahasa Arab “Kifli” sendiri diartikan sebagai “ganda”. Karena jiwa kepemimpinan Basyar
akhirnya dia mendapat julukan sebagai “Dzulkifli” atau sang pemilik ganjaran ganda. Lantas
bagaimana ceritanya beliau Nabi Dzulkifli sampai mendapat gelar tersebut?

Padahal banyak diantara usia yang jauh lebih tua dari Nabi Dzulkifli tidak mau dan tidak
berani mengambil keputusan itu. Jangankan mengangkat tangan dan siap bertanggung jawab atas
segala keputusan yang dia ambil, kebanyakan mereka berniat saja tidak berani.

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI ZULKIFLI A.S

Nasionalis dan Pemimpin yang Bertanggungjawab


Kisah Nabi Zulkifli seorang Raja di daerah Damaskus yang bijaksana dan taat beribadah.
Nabi yang sangat mencintai negrinya juga rakyatnya. Ia adalah raja yang disenangi oleh seluruh
rakyatnya karena selalu berusaha membantu menyelesaikan masalah yang dialami oleh
rakyatnya. Nabi Zulfikli disebutkan dalam Al-Qur‟an dalam surat Al-Anbiya‟ ayat 85-86 dan
surat Shaad ayat 48.
Pemimpin yang Menepati Janji
Sesuai dengan janji Nabi Dzulkifli kepada raja sebelumnya agar berpuasa di siang hari,
beribadah di malam hari dan tidak marah ketika melayani rakyat di negeri Syam. Nabi Dzulkifli
menepati janjinya melakukan itu semua ketika ia memimpin sebagai raja di negeri Syam.

Kebijaksanaan beliau adalah salah satu dakwah yang dikedepankan selama ia memimpin.
Terbukti ketika suatu waktu kerajaan Syam akan diserang oleh kerajaan luar. Para pemberontak
itu ingin menghancurkan dan merebut kejayaan negeri Syam. Otomatis sang raja Nabi Dzulkifli
As mengajak seluruh rakyat agar ikut berpartisipasi melawan serangan musuh. Namun tak
dinyana rakyat yang telah difikirkan kesejahteraannya itu justru mengajukan syarat kalau sang
raja ingin rakyat ikut berperang. Syarat mereka adalah tidak ada korban jiwa dari rakyat ketika
melawan kaum pemberontak.

Akhirnya Nabi Dzulkifli sebagai pemimpin berjanji bahwa tidak akan ada korban jiwa
yang meninggalkan istri dan anak di rumah. Nabi Dzulkifli berdoa agar Allah SWT selamatkan
seluruh rakyat negeri Syam. Pertarungan terhadap pemberontak pun terjadi dan tidak ada korban
dari pihak kerajaan Syam. Dari sini kita belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik adalah
menepati janjinya sendiri. Bukan sekadar omong kosong yang segera menguap. Sang raja Nabi
Dzulkifli telah menjadikan tanah Syam tinggi tingkat kesejahteraannya.

17. NABI DAUD A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI DAUD A.S
Nabi Daud as (bahasa Arab: ‫ داوود‬atau ‫ داود‬Dāwūd) (sekitar 1041-971 SM) adalah nabi
dan rasul Allah yang diberi kitab Zabur. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1010 SM. Daud bin
Uwaid bin Aisya (Eeshia) dari keturunan Yahuda bin Ya'qub. Ia merupakan keturunan ke-13
dari Ibrahim melalui Ishaq.
Diperkirakan Daud hidup selama 70 hingga 106 tahun. Dia diangkat menjadi nabi pada
tahun 1010 SM. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa ia orang yang dapat mengalahkan Jalut dan
diberi mukjizat dapat melunakkan dan membengkokkan besi. Dawud juga disebutkan di dalam
Al-Qur'an sebagai anak muda yang berhasil membunuh Jalut (Goliath), ketika Bani Israil sangat
takut untuk berhadapan dengannya.
Allah s.w.t berfirman: "Tatkala mereka tampak oleh jalut dan tenteranya, mereka pun
berdoa: 'Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kukuhkanlah pendirian
kami terhadap orang-orang kafir.' Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan
izin Allah memberinya kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya
Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak
menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rosaklah bumi
ini. Tetapi Allah mempunyai kurnia (yang dicurahkan) atas semesta alam." (QS. al-Baqarah:
250-251)
Allah s.w.t berfirman: "Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia
Kami. (Kami berfirman): 'Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang
bersama Daud', dan Kami telah melunakkan besi padanya. (Yaitu) buatlah baju besi yang besar-
besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang soleh. Sesungguhnya Aku melihat
apa yang kamu kerjakan." (QS. Saba': 10- 11) "Dan telah Kami tundukan gunung-gunung dan
burung-burung, semua bertasbih bersama Daud, dan Kamilah yang melakukannya. Dan telah
Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi kepada kamu, guna memelihara kamu dalam
peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah)." (QS. al-Anbiya': 79-80)
Disebutkan di dalam kisah israiliyat bahwa Daud membunuh Jalut dengan katapel yang
ada di tangannya; ia membidiknya dengan katapel itu dan mengenainya hingga Jalut terbunuh.
Sebelum itu Talut menjanjikan kepada Daud, bahwa jika Daud dapat membunuh Jalut, maka ia
akan menikahkan Daud dengan anak perempuannya dan membagi-bagi kesenangan bersamanya
serta berserikat dengannya dalam semua urusan. Maka Talut menunaikan janjinya itu kepada
Daud. Setelah itu pemerintahan pindah ke tangan Daud as di samping kenabian yang
dianugerahkan Allah kepadanya.

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI DAUD A.S

Pemberani

Nabi Daud memberanikan diri melawan raja Jalut yang bertubuh besar, bersenjatakan
pedang dan tameng di tangan kirinya. Sedangkan nabi Daud AS hanya ketapel dengan tubuh
kecil. Banyak orang yang meremehkannya karena tidak mungkin sanggup menaklukan raja Jalut
yang ditakuti itu.

Tapi melalui izin Allah SWT ketika nabi Daud AS melontarkan batu ketapel, ternyata
langsung mengenai kepala raja Jalut. Seketika raja Jalut rubuh akibat kerasnya batu ketapel yang
mengenai kepalanya. Raja Jalut pun tewas karena ketapel nabi Daud AS.

Pemimpin yang Kuat, Jujur dan Adil

Selama menjadi panglima tempur Israel ia melaksanakan tugasnya dengan baik. Sampai
suatu ketika ada sisa-sisa perlawanan musuh yang ingin menyerang Bani Israil, ia mampu
memukul mundur musuh. Namun sayangnya sang raja Thalut gugur di Medan peperangan.
Akhirnya Nabi Daud AS didapuk menjadi raja setelah drama perpecahan dua kubu ada
yang memilih anak raja Thalut sebagai penggantinya. Anak raja Thalut dinilai tidak berlaku adil
sehingga terjadi dua kubu yang akhirnya dimenangkan oleh kubu nabi Daud AS.

Nabi Daud AS akhirnya memimpin kerajaan dengan jujur dan adil. Ia bahkan menjadikan Baitul
Maqdis (Jerusalem) sebagai ibukota kerajaan.

Selalu Bertasbih kepada Allah

Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami
berfirman), "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama
Daud, " dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar
dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa
yang kamu kerjakan. (QS. Saba: 10-11)

Allah juga telah memberinya suara yang indah apabila ia bertasbih, maka ikut bertasbih
pula bersamanya gunung-gunung yang terpancang dengan kokohnya lagi tinggi-tinggi itu, dan
semua burung yang terbang terhenti karenanya, lalu menjawab tasbihnya dengan berbagai
bahasa.

Puasa Daud

Populernya puasa Daud AS, yang sehari puasa sehari berbuka dipraktekkan hingga
sekarang. Beliau gemar sekali beribadah dan berpuasa kepada Allah SWT. Karenanya, Allah
SWT amat menyukai jika seseorang mengamalkan puasa Daud. Amalan puasa Daud AS
dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr:

“Puasa yang lebih disukai oleh Allah ialah puasa Daud, dan shalat yang paling
disukai Allah, ialah shalat Daud. Beliau tidur seperdua malam, bangun sepertiganya, lalu
tidur seperenamnya. Beliau berpuasa satu hari, lalu berbuka satu hari.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
18. NABI SULAIMAN A.S
BIOGRAFI DAN KISAH NABI SULAIMAN A.S
Sulaiman bin Daud (sekitar 975-935 SM) adalah putra dari raja Daud, beliau diangkat menjadi
nabi dan rasul pada tahun 970 SM. Nabi Sulaiman 'alaihissalam wafat di Rahbaam, Baitul
Maqdis-Palestina.
Nabi Sulaiman 'alaihissalam sejak kecil telah menunjukkan kecerdasan dan ketajaman
pikirannya. Sulaiman diangkat menjadi raja di kerajaan Israil setelah cukup umur menggantikan
ayahandanya yang wafat. Ia berkuasa tak hanya atas manusia, namun juga atas binatang dan
makhluk halus seperti jin dan lain-lain. Baginda dapat memahami bahasa semua binatang. Nabi
Sulaiman dianugerahkan Allah kebijaksanaan sejak remaja. Ia juga memiliki berbagai
keistimewaan, termasuk mampu berbicara dan memahami bahasa hewan sehingga semua
makhluk itu mengikuti kehendaknya.
QS. Al-'Anbya': 79 maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang
hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan
ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama
Daud. Dan kamilah yang melakukannya.
QS. An-Naml: 16 Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: "Hai Manusia,
kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu.
Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata".
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI SULAIMAN A.S

Bijaksana
Bijaksana adalah bertindak sesuai dengan pikiran, akal sehat sehingga menghasilkan
perilaku yang tepat, sesuai dan pas. Biasanya, sebelum bertindak disertai pemikiran yang cukup
matang sehingga perilaku yang dihasilkan tidak menyimpang. Kebijaksanan yang ditampilkan
Nabi Sulaiman sebagai seorang raja ataupun pemimpin adalah sikap yang ditunjukkan ketika
beliau mendapatkan hikmah, beliau tetap mawas diri, tetap bisa memposisikan diri sebagai
makhluq yang selalu bersyukur atas karunia Tuhan, menjalankan segala perintah dan menjauhi
larangan-Nya.
Gotong-royong
Sebagaimana yang dicontohkan oleh seekor semut dalam ayat 18 tentang bagaimana
sekumpulan semut yang saling bergotong-royong dalam mencari makanan ataupun menbuat
jalan-jalan, seorang muslim seharusnya bisa mengambil pelajaran dari semut, dengan bergotong-
royong dalam membantu sesama, membersihkan masjid-masjid dan lain sebagainya.
Semut merupakan makhluk kecil yang lemah namun memiliki etos kerja yang tinggi dengan
saling membantu dalam menyelesaikan tugasnya. Dan kelebihan semut lainnya adalah mereka
merupakan hewan yang sangat berhati-hati.
Teliti dan Tegas dalam Memimpin
Disebutkan dalam Al qur'an surat An Naml ayat 20 sampai 27 bahwa nabi Sulaiman tidak
menemukan burung Hud-hud dalam barisan burung, namun tak lama kemudian burung hud-hud
datang dengan membawa berita bahwa ia telah pergi ke suatu negeri yang megah yang belum
diketahui oleh Sulaiman maupun bala tentaranya, negeri itu dipimpin oleh seorang ratu. Selain
itu hud hud menceritakan bahwa seluruh rakyatnya menyembah matahari. setelah mendengar
berita tersebut kemudian Nabi Sulaiman menyelidiki kebenarannya dengan mengirim surat
kepada sang ratu.

19. NABI ILYAS A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI ILYAS A.S
Ilyas merupakan keturunan keempat Nabi Harun. Ia adalah putra Yasin bin Fanhash bin
Aizar bin Harun. Ilyas adalah Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah Swt. untuk mengingatkan
kaum Bani Israil yang kufur, yaitu penduduk negeri Baalbek, sebuah darah di Libanon. Mereka
menyembah berhala bernama Baal.
Nabi Ilyas 'alaihissalam berdakwah agar kaumnya mau meninggalkan kebiasaan buruk
mereka menyembah berhala. Berkali-kali Nabi Ilyas mengingatkan, namun mereka tidak pernah
menghiraukan. Menyadari kaumnya tidak mematuhi seruannya, Nabi Ilyas meminta agar Allah
Swt. menurunkan azab-Nya. Maka datanglah bencana kekeringan melanda negeri Baalbek.
Kisah Nabi Ilyas ini tidak banyak diceritakan dalam Al Qur'an. Nama Ilyas hanya disebut empat
kali, yaitu dalam surah al-An'am ayat 85 serta surah as-Saffat ayat 123, 129 dan 130.
Nabi Ilyas berdakwah agar umatnya meninggalkan kebiasaan buruknya yaitu menyembah
berhala. Kaumnya tidak pernah menghiraukan ajakan Nabi Ilyas padahal Nabi Ilyas sudah
berulang kali mengingatkan. Kaum tersebut tidak peduli dengan ajakan yang disampaikan Nabi
dan rasulnya.
Mereka tetap hidup berfoya-foya, bermewah-mewahan dan menghamburkan harta,
bahkan terang-terangan menciptakan tuhan baru. Mereka menyembah berhala yang terbuat dari
emas dan diberi nama Ba’al. Ba’al dianggap oleh mereka sebagai tempat perlindungan, tempat
meminta serta memohon pertolongan. Kaumnya ini rela mendaki gunung demi memohon kepada
Ba’al karena mereka menempatkan Ba’al di atas gunung Karmal, seperti dikisahkan dalam Al-
Qur’an surat As-Saffat (37: 123-130)

Nabi Ilyas khawatir kejadian dari kaum Bani Israil ini membuat Allah murka. Nabi Ilyas
selalu mengingatkan agar umatnya terhindar dari kemusyrikan. Sudah tiga tahun tidak ada hujan
di lingkungan kaum Bani israil dan Nabi Ilyas pun mendapatkan wahyu dari Allah “Hai Ilyas,
pergilah kepada mereka dan beritahukanlah bahwa tidak lama lagi akan turun hujan di Bani Israil
ini”.

Maka Nabi Ilyas pun mendatangi mereka tetapi mereka tetap saja membangkang dan
malah mengatakan Nabi Ilyas si pengacau. Nabi Ilyas pun menjawab “Saya bukan pengacau,
justru kalianlah, mengapa menyembah berhala Ba’al? kalian telah melanggar perintah Allah
SWT”. Nabi Ilyas langsung berdoa kepada Allah SWT “Ya Allah hentikan musibah kekeringan
ini”. Musibah pun berhenti dan Allah menurunkan hujan kepada Bani Israil.

Berhari-hari kaum Bani Israil hidup bahagia karena mendapatkan anugerah hujan setelah
sekian lama kekeringan. Perekonomian mereka pun kembali pulih. Dengan adanya kenikmatan
yang diberikan Alllah tersebut, justru mereka tidak bersyukur, mereka kembali durhaka kepada
Allah SWT dan kembali melakukan kemaksiatan.

Kaum Bani Israil kembali menyembah Ba’al. Akhirnya kaum Bani Israil pun kembali
ditimpa musibah yang lebih berat yaitu gempa bumi yang dahsyat. Mereka pun gelimpangan dan
tidak bernyawa lagi.

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI ILYAS A.S

a. Sabar

Nabi Ilyas diberikan keistimewaan oleh Allah berupa kesabaran yang sangat tinggi
terutama dalam menghadapi kaum Bani Israil yang selalu membangkang pada ajaran yang Nabi
Ilyas sampaikan dan selalu menentang ajaran Allah SWT. Dengan kesabaran yang kuat akhirnya
Nabi Ilyas dapat menjalankan dakwahnya dengan lancar.

b. Taat Beribadah

Nabi Ilyas merupakan sosok yang taat dalam beribadah kepada Allah SWT. Nabi Ilyas
selalu mematuhi ajaran yang diperintahkan Allah SWT dan selalu menjauhi laranganNya. Dalam
perjalanan hidupnya, Nabi Ilyas selalu mengutamakan beribadah dan meninggalkan
keduniawian.

c. Suka Menolong Sesama

Nabi Ilyas diberikan keistimewaan oleh Allah berupa hati yang lapang dan suka
menolong sesamanya. Orang-orang yang telah menyakiti dan mencoba membunuhnya pun tetap
ia tolong dengan penuh keikhlasan.

20. NABI ILYASA’ A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI ILYASA’ A.S
Nabi Ilyasa 'alaihissalam adalah anak Ukhtub bin ‘Ajuz, yang diangkat anak oleh Nabi
Ilyas 'alaiohissalam. Ilyasa adalah rasul dari kalangan Bani Israil dari garis keturunan yang sama
dengan Musa, Harun serta Ilyas. Beliau diangkat oleh Allah menjadi rasul sebagaimana telah
tersebut di dalam AI Qur’an surat Al An’aam: 86.
Nabi Ilyasa sering menemani Nabi Ilyas dalam melaksanakan tugasnya berdakwah,
terutama ketika Nabi Ilyas sudah menginjak usia tua. Setelah Nabi Ilyas meninggal dunia, Allah
Swt. mengutus Ilyasa untuk melanjutkan tugas ayahnya menyampaikan dakwah kepada kaumnya
yang angkuh yakni kaum Bamni Israil.
Nama Ilyasa disebut dalam kisah Ilyas, saat rasul itu dikejar-kejar kaumnya dan
bersembunyi di rumah Ilyasa. Maka besar kemungkinan Ilyasa juga tinggal di seputar lembah
sungai Yordania. Ketika Ilyas bersembunyi di rumahnya, Ilyasa masih seorang belia. Saat itu ia
tengah menderita sakit. Ilyas membantu menyembuhkan penyakitnya. Setelah sembuh, Ilyasa
pun menjadi sahabat Ilyas yang selalu mendampingi untuk menyeru ke jalan kebaikan. Ilyasa
melanjutkan tugas tersebut begitu Ilyas meninggal.
Nabi Ilyassa AS juga menjadi raja dan pemimpin tertinggi pada masa pemerintahannya.
Nabi Ilyassa AS mampu membangun masyarakat yang sejahtera dan sejahtera. Menurut
beberapa hadis, ada banyak klaim bahwa Nabi Ilyasa AS adalah raja yang memberikan
kerajaannya kepada Nabi Zulkifli AS.

Nabi Ilyassa AS dikatakan tidak memiliki keturunan, maka ia mewariskan kerajaannya


kepada seseorang yang dapat memenuhi syarat tersebut. Adapun syarat- syarat yang harus
dipenuhi, hal itu disampaikan melalui pengumuman bahwa puasa di siang hari, beribadah di
malam hari, dan tahta akan diberikan kepada mereka yang tidak pernah marah.

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI ILYASA’ A.S

a. Larangan Bersikap Sombong

Salah satu hikmah yang bisa kita ambil dan tiru dari kisah Nabi Illyasa AS adalah jangan
sampai kita meniru sifat sombong dan angkuh orang Balabak yang mengingkari nikmat Allah
SWT. Setelah mendapatkan kembali kemakmuran, hujan, dan sumber daya alam yang telah lama
hilang, mereka melupakan dan mengingkari keberadaan dan kebesaran Allah SWT.

Akhirnya, Allah SWT menawarkan dan memberi mereka pelajaran. Dengan kuasa-Nya,
Allah SWT menghapus semua nikmat dan kebahagiaan hidup mereka, hanya menyisakan
kesengsaraan hingga akhir hayat.

b. Jangan Pantang Menyerah

Nilai dan teladan lain dari Nabi Ilyasa AS yang patut dipercaya dan diteladani adalah
sikap pantang menyerah dan pantang menyerah. Nabi Ilyas AS sering berdakwah dan
memaafkan bani Israil yang menyakitinya. Ia juga memiliki misi untuk meneruskan dakwah bagi
umat Nabi Ilyas AS dan beriman mengikuti Allah SWT selama sisa hidupnya.

21. NABI YUNUS A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI YUNUS A.S
Garis keturunan Nabi Yunus dimulai dari Benyamin bin Ya'qub. Benyamin adalah
saudara kandung Yusuf seibu dan sebapak. Benyamin menurunkan Abumatta, kemudian Matta
dan menurunkan Yunus as, rasul yang ke-21 untuk bangsa Ninawa Irak. Yunus bin Matta, Beliau
mempunyai kunyah yaitu Dzu al-Nun.63 Julukan ini diberikan karena ia ditelan oleh Nun. Al-
Nun adalah al-hut (ikan paus).64 Seperti yang disebutkan dalam firman Allah QS. al-Anbiya' ayat
87: Artinya: Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah,….
Nabi Yunus juga disebut oleh Allah dengan lafazh Sahib al- Hüt yaitu orang yang berada
dalam perut ikan. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah] QS. Al-Qalam ayat 48:
Artinya: Maka Bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah
kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan
marah (kepada kaumnya). Yunus disebut dalam al-Qur'an enam kali empat kali menggunakan
lafazh yunus, dan dua kali menggunakan sifat, yaitu dzu al-Nün dan Sahib al-Hut.
Nabi Yunus berumur 70 tahun, ia hidup pada tahun 820-750 SM. Ia diutus ke Negeri
Ninawa dan meninggal disana. Nama atau sebutan untuk kaumnya adalah bangsa Asyiria di utara
Irak. Nabi Yunus sudah menjadi yatim sejak dalam kandungan ibunya. Ayahnya meninggal
ketika Nabi Yunus berumur empat bulan dalam kandungan Nabi Yunus disebut dalam Taurat
dengan nama Yunan bin Amitai. Nabi Yunus sejak kecil mempunyai semangat yang tinggi dan
pekerja keras tetapi tingkat kesabarannya sedikit. Beliau dari umur sepuluh sampai dua puluh
lima sudah terkenal ahli ibadah, zuhud, menjauhi maksiat dan kemungkaran.
Nabi Yunus mempunyai paman yang bernama Zakariya bin Abdan, setelah pamannya
meninggal kemudian la dibawa oleh istri pamannya ke Baitul Maqdis. Disitulah Beliau diutus
jadi Nabi pada usia 28 tahun. Beliau diutus oleh Allah ke Negeri Ninawa atau sekarang dikenal
dengan Negara Irak.65 Nabi Yunus hidup dan bertugas sebagai Nabi pada masa pemerintahan
raja Yerobeam II (787-744) di kerajaan utara.
Penduduk Ninawa dihuni oleh kaum yang berpaling dari jalan Allah yang lurus, mereka
menyembah patung dan berhala. Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin memberikan petunjuk kepada
mereka dan mengembalikan mereka ke jalan yang lurus, maka Dia mengutus Nabi Yunus
‘alaihissalam untuk mengajak mereka beriman dan meninggalkan sesembahan selain Allah
‘Azza wa Jalla. Ajakan nabi Yunus kepada umatnya untuk beriman kepada Allah ditolak
penduduk Niwana, dan tetap memilih menyembah patung dan berhala. Mereka lebih memilih

63
Hilmi Ali Sya'bani, Silsilah Qasas al-Anbiya': Yunus 'Alaih al-Salam, (Beirut. Dar al Kutub Ilmiyah, t.t.), jilid XI,
h. 3
64
Al-Qurthubi, al-Jami' li Ahkam al-Qur'an, penerjemah Amir Hamzah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), jilid 11, h.
875
65
Sya'bani, Silsilah Qasas al-Anbiya', h. 5
kekafiran dan kesesatan daripada keimanan dan petunjuk, mereka mendustakan Nabi Yunus
‘alaihissalam, mengolok-olok dan menghinanya. Maka Nabi Yunus pun marah kepada kaumnya
dan tidak berharap lagi terhadap keimanan mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun
mewahyukan kepada Yunus untuk memberitahukan kaumnya, bahwa Allah akan mengadzab
mereka karena sikap mereka itu setelah berlalu tiga hari. Lalu Nabi Yunus menyampaikan
perihal adzab itu kepada kaumnya dan mengancam kaumnya dengan adzab Allah, kemudian ia
pergi meninggalkan mereka.
Ketika itu, kaum Yunus telah mengetahui, bahwa Nabi Yunus telah pergi meninggalkan
mereka sehingga mereka yakin adzab akan turun dan bahwa Yunus adalah seorang nabi, maka
mereka segera bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kembali kepada-Nya, dan
menyesali sikap mereka. Ketika itu, kaum lelaki, wanita, dan anak-anak menangis karena takut
adzab menimpa mereka, dan mereka berdoa dengan suara keras kepada Allah ‘Azza wa Jalla
agar adzab itu diangkat dari mereka. Saat Allah melihat jujurnya taubat mereka, maka Dia
menghilangkan adzab itu dari mereka serta menjauhkannya. Allah Ta’ala berfirman, Q.S. Yunus:
98
Setelah peristiwa itu, Yunus tetap meninggalkan kampung kaumnya karena marah
padahal Allah belum mengizinkannya, maka Yunus pergi ke tepi laut dan menaiki kapal. Pada
saat Yunus berada di atas kapal, maka ombak laut menjadi dahsyat, angin menjadi kencang dan
membuat kapal menjadi oleng hingga hampir saja tenggelam. Oleh ketika itu, kapal yang
ditumpangi membawa barang-barang yang berat, lalu sebagiannya dilempar ke laut untuk
meringankan beban. Tetapi ternyata, kapal itu tetap saja oleng hampir tenggelam, maka para
penumpangnya bermusyawarah untuk meringankan beban kapal dengan melempar seseorang ke
laut, maka mereka melakukan undian dan ternyata undian itu jatuh kepada diri Yunus, tetapi
mereka tidak mau jika Yunus harus terjun ke laut, maka undian pun diulangi lagi, dan ternyata
jatuh kepada Yunus lagi, hingga undian itu dilakukan sebanyak tiga kali dan hasilnya tetap sama.
Maka Yunus bangkit dan melepas bajunya, kemudian melempar dirinya ke laut.
Pada saat yang bersamaan, Allah telah mengirimkan ikan besar kepadanya dan
mengilhamkan kepadanya untuk menelan Yunus dengan tidak merobek dagingnya atau
mematahkan tulangnya, maka ikan itu melakukannya. Ia menelan Nabi Yunus ke dalam perutnya
tanpa mematahkan tulang dan merobek dagingnya, dan Yunus pun tinggal di perut ikan itu
dalam beberapa waktu dan dibawa mengarungi lautan oleh ikan itu. Ketika Yunus mendengar
ucapan tasbih dari kerikil di bawah laut, maka di kegelapan itu Yunus berdoa, hal ini
sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala,
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia
menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru
dalam keadaan yang sangat gelap, “Bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain
Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”–Maka Kami
telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah
Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al Anbiyaa’: 87-88).
Setelah Nabi Yunus 'alaihissalam berdo'a, kemudian Allah memerintahkan ikan itu
memuntahkan Yunus ke pinggir pantai, lalu Allah tumbuhkan di sana sebuah pohon sejenis labu
yang memiliki daun yang lebat yang dapat menaungi Nabi Yunus dan menjaganya dari panas
terik matahari. Allah Ta’ala berfirman, “Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus,
sedang ia dalam keadaan sakit.– Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis
labu.” (QS. ash-Shaaffaat: 145-146)
Ketika Yunus dimuntahkan dari perut ikan. Lalu Allah menumbuhkan pohon sejenis
labu, dimana ia dapat berteduh dengannya dan makan darinya. Selanjutnya pohon itu kering, lalu
Yunus menangis karena keringnya pohon itu. Kemudian Allah berfirman kepadanya, “Apakah
kamu menangis karena pohon itu kering. Namun kamu tidak menangis karena seratus ribu orang
atau lebih yang ingin engkau binasakan.”
Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Yunus agar kembali kepada
kaumnya untuk memberitahukan mereka, bahwa Allah Ta’ala telah menerima taubat mereka dan
telah ridha kepada mereka. Maka Nabi Yunus ‘alaihissalam melaksanakan perintah itu, ia pergi
mendatangi kaumnya dan memberitahukan kepada mereka wahyu yang diterimanya dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Kaumnya pun telah beriman dan Allah memberikan berkah kepada harta
dan anak-anak mereka, sebagaimana yang diterangkan Allah dalam firman-Nya, “Dan Kami
utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.–Lalu mereka beriman, karena itu Kami
anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.” (QS. ash-
Shaaffaat: 147-148)
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI YUNUS A.S

Bersabar dan Jangan Marah

Allah mengisahkan tentang Nabi Yunus pada Surah Al-Qalam (68) ayat 48—50:

“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau
seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan ketika dia berdoa dengan hati sedih.
Sekiranya dia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, pastilah dia dicampakkan ke tanah
tandus dalam keadaan tercela. Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang
yang saleh.”

22. NABI ZAKARIA A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI ZAKARIA A.S
Nabi Zakaria 'alaihissalam adalah nabi dan rasul yang diutus di kalangan Bani Israil.
Kepada kaumnya, Zakaria mengajarkan isi Kitab Taurat. menurut Ibnu Katsir dalam bukunya
Qisasal-'Anbiyaa' (kisah para nabi), mengutip pendapat al Hafizh Abu al-Qasim bin 'Asakir
dalam kitab al-Tarikh, Nabi Zakariya a.s. adalah putra dari Bakhiya bin Da'an. Ia merupakan
keturunan Nabi Sulaiman a.s. Zakaria juga diberi tugas oleh Allah Swt. untuk memelihara dan
mendidik keponakannya, Maryam binti Imran. Kisah Nabi Zakaria cukup banyak diceritakan
dalam Al- Qur'an. Nama Zakaria disebut sebanyak tiga belas kali.
Zakaria ditunjuk menjadi wali yang bertanggung jawab untuk memelihara dan mendidik
Maryam. Sejak Maryam lahir, ayahnya sudah meninggal dan Maryam diserahkan ke
Baitulmakdis untuk mengabdi kepada Allah Swt., sebagai nazar dari ibunya. Zakaria
menempatkannya di sebuah kamar di Baitulmakdis. Di situlah Zakaria merasakan bahwa
Maryam memiliki keistimewaan setelah menemukan makanan di mihrab tempat Maryam
beribadah.
Zakaria sangat menginginkan seorang anak untuk melanjutkan tugas dakwahnya. Namun
hingga berusia 90 tahun, ia dan istrinya, Isya, belum juga dikaruniai seorang anak yang
diharapkan. Hasrat untuk memiliki anak semakin kuat, ketika saudara perempuan Isya, Hannah,
yang merupakan istri Imran, melahirkan anak perempuan bernama Maryam. Setiap hari Zakaria
tekun beribadah dan berdoa agar Allah Swt. memberinya seorang anak yang kemudian
dinamai Yahya. Zakaria berdoa kepada Allah dengan suara yang lembut. seperti yang dikisahkan
dalam Al Qur'an surat Maryam ayat 4-10
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI ZAKARIA A.S

Bersabar dalam Menunggu Keturunan

Qur'an Surat Ali Imran

38. Di sinilah Zakaria berdo'a kepada Tuhannya, katanya: "Wahai Tuhanku! Aku mohon
Karunia-Mu, berilah aku seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar
do'a”
39. Kemudian Malaikat memanggil Zakaria, ketika ia sedang berdiri Shalat dimihrab itu.
Katanya: "Sungguh Allah menyampaikan berita gembira kepadamu dengan dikarunia-Nya kamu
dengan seorang anak yang bernama Yahya, yang akan mengakui kerasulan Isa yang dilahirkan
dengan kalimat-Cipta"

maksud dari Kalimat Cipta pada ayat 39 ialah: Nabi Isa yang dilahirkan dengan firman-Nya:
"Kun! Jadilah!" Tanpa bapak. Sedangkan Orang Suci adalah orang yang dapat menahan hawa
nafsu yang menjurus kepada kejahatan.

40. Kata Zakaria: "Wahai Tuhanku! bagaimana aku akan memperoleh anak. Sedang aku sudah
tua begin, lagipula isteriku mandul?" Firman-Nya: "Begitulah Allah berbuat menurut kehendak-
Nya."

41. Kata Zakaria: "Wahai Tuhanku! Aku Mohon diberi tandanya! Allah berfirman: "Tandanya
Ialah engkau tidak akan dapat bercakap-cakap dengan manusia lain selama tiga hari, kecuali
dengan isyarat. Karena itu hendaklah engkau banyak-banyak memuja Tuhanmu dan
bertasbihlah pagi dan petang!" Zakaria dan istrinya dikaruniai seorang anak laki-laki
bernama Yahya. Nama tersebut merupakan pemberian langsung dari Allah Swt. dan sebelumnya
Allah Swt. belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan Yahya (Al Qur'an surat
Maryam:7). Kelak anak Zakaria inilah yang akan membenarkan firman Allah tentang
kedatangan Nabi Isa alaihissalam.
Merawat Anak Imran (Maryam)

Nabi Zakaria AS adalah sosok yang menjaga, mengasuh, dan merawat Maryam (Ibunda
Nabi Isa AS). Beliau merawat dan menjaga Maria Bersama istrinya. Ayah kandung Maryam
bernama Imran (ulama Bani Israil) yang pada saat itu mendatangi Nabi Zakaria AS untuk
menitipkan anak perempuannya, yaitu Maryam.

Sedangkan ibu kandung Maryam adalah Hannah binti Faqudz yang juga merupakan
saudara ipar dari Nabi Zakaria AS. Maryam diasuh dan dirawat oleh Nabi Zakaria dan istrinya
sejak Maryam masih kecil. Meskipun bukan anak kandung, Maryam diperlakukan dengan penuh
kelembutan dan kasih sayang.

Bentuk kasih sayang kepada Maryam salah satunya adalah membuatkan tempat
beribadah khusus untuk Maryam di Baitul Maqdis (sekarang yaitu Masjidil Aqsa). Ruang khusus
untuk Maryam melakukan ibadah yang dibuatkan oleh Nabi Zakaria AS bernama Mihrab.

23. NABI YAHYA A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI YAHYA A.S
Nabi Yahya 'alaihissalam adalah nabi Islam yang ditugaskan berdakwah kepada Bani
Israil di Palestina. Ia adalah putra satu-satunya nabi Zakaria 'alaihissalam yang dilahirkan saat
orang tuanya sudah berusia lanjut. Ibunya yang bernama Isya adalah saudara perempuan Hannah
yang merupakan istri Imran dan ibu dari Maryam. Sejak usia dini Yahya sudah diajari dan hafal
ajaran- ajaran yang terkandung dalam kitab Taurat. Nabi Yahya hidup sekitar sekitar 1 SM - 31
SM.
Ia membantu ayahnya berdakwah dengan mengingatkan kaumnya dan para pemimpin
Bani Israil yang melanggar hukum Taurat. Nama Yahya merupakan pemberian langsung dari
Allah Swt. Nama itu belum pernah digunakan sebelumnya, hal tersebut tercantum dalam Al
Qur'an surat Maryam ayat 7.
Keshalehan Nabi Yahya sudah terlihat sejak maa anak-anak, Abdullah bin al Mubarok
mengatakan : Ma’mar mengatakan bahwa suatu ketika ada seorang anak yang mengatakan
kepada Yahya bin Zakaria,”Mari kita bermain bersama” Lalu Yahya menjawab, “Sesunguhnya
kita diciptakan bukan untuk bermain.”, ada yang mengatakan bahwa ini adalah maksud dari
firman Allah swt: Artinya : “Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak.”
(QS. Maryam: 12)
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI YAHYA A.S

Q.S. Maryam ayat 12-15

Shaleh Sedari Kecil

12. "Hai Yahya! Peganglah teguh-teguh ajaran kitab Torat ini!". Selanjutnya Kami anugerahkan
kepadanya ilmu hikmat selagi ia masih kecil,

Kasih Sayang Terhadap Sesama Manusia

13. dan rasa kasih sayang dari Kami terhadap sesama manusia, suci dari noda dan dosa, dan
iapun bertaqwa,

Berbakti Kepada Orangtua

14. serta berbakti kepada orang tuanya, lagi pula ia tidak sombong dan durhaka.

15. Ucapan selamat dari Tuhan kepadanya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal-
dunia, serta pada hari ia dibangkitkan hidup kembali."

24. NABI ISA A.S


BIOGRAFI DAN KISAH NABI ISA A.S
Isa bin Maryam. Nabi Isa 'alaihissalam (sekitar 1 - 32M) adalah nabi dan rasul dalam
agama Islam yang merupakan salah satu dari Ulul Azmi. Dalam Al-Qur'an, ia disebut Isa bin
Maryam atau Isa almasih. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 29 M dan ditugaskan berdakwah
kepada Bani Israil di Palestina dengan kitabya yakni Injil.
Dalam berdakwah, nabi Isa as didampingi para pengikutnya yang disebut al-Hawâriyyûn,
yang jumlahnya 12 orang, sesuai dengan jumlah suku (sibith) Bani Israil, sehingga masing-
masing hawari ini ditugaskan untuk menyampaikan risalah Injil bagi masing-masing suku Bani
Israil. Namun nama-nama hawari tersebut tidaklah disebutkan di dalam Al-Quran. Kisah para
sahabat Isa ini terdapat dalam surat Al-Mâ'idah: 111-115 dan surat Ãli-'Imrân: 52. Dalam surat
tsb diceritakan bahwa al-Hawâriyyûn meminta Isa untuk menurunkan makanan dari langit. Nama
surat Al-Maidah yang berarti makanan diambil karena mengandung kisah ini. Kejadian turunnya
makanan dari langit ini makin menambah ketebalan iman para pengikut Isa. Namanya
disebutkan sebanyak 25 kali di dalam Al-Quran. Cerita tentang Isa kemudian berlanjut dengan
pengangkatannya sebagai utusan Allah, penolakan oleh Bani Israildan berakhir dengan
pengangkatan dirinya ke surga.
Kisah kelahiran Isa berawal dari dari Maryam binti Imran. Sejak Maryam lahir, ayahnya
sudah meninggal, lalu ia dirawat oleh nabi Zakaria. Maryam mengasingkan diri dari sanak
keluarga ke suatu tempat sebelah timur Baitul Maqdis untuk beribadat.
Dalam ibadahnya, Maryam memasang tabir untuk menutupinya dari dunia luar. Saat
itulah datang di hadapannya malaikat Jibril untuk menyampaikan berita dari Allah bahwa
Maryam akan diberi seorang anak yang suci. Maryam bingung karena dirinya belum disentuh
sekalipun oleh laki-laki, Jibril menerangkan bahwa hal tersebut adalah perkara mudah bagi
Allah, sebagai bukti kekuasaan Allah, dan merupakan hal yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Kemudian Maryam hamil dan pergi mengasingkan diri ke suatu tempat yang jauh.
Saat Maryam merasakan akan melahirkan ia bersandar pada sebuah pohon kurma, lalu
lahirlah Isa. Isa yang baru saja lahir sudah dapat berbicara, ia membesarkan hati ibunya dengan
mengatakan bahwa Allah telah menjadikan seorang anak yang mulia yang lahir dari rahim
Maryam. Lalu Allah memerintahkan kepada Maryam supaya menggoyangkan sebuah pohon
kurma agar berjatuhan buahnya untuk dimakan, serta bila ada orang yang menanyakan tentang
persoalan anaknya, maka Maryam harus mengatakan bahwa ia sedang bernazar untuk berpuasa
tidak berbicara kepada manusia manapun pada hari ini. Kisah kelahiran Isa dalam Al Qur'an
surat Maryam 23-26.
Kemudian maryam membawa anaknya pulang ke kaumnya, namun kaumnya menyangka
Maryam telah melakukan hal yang keji, dan menanyakan dari dari mana asal anaknya tersebut.
Saat itu yang menjawab semua pertanyaan adalah Isa sendiri yang kala itu masih bayi, seperti
yang dijelaskan dalam al Qur'an surat Maryam ayat 27 sampai 34.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani meragukan dan berbeda pendapat tentang Isa. Ada yang
memandangnya sebagai Tuhan, dan ada pula yang memandangnya sebagai oknum yang ketiga
dari Trinitas. sebenarnya mereka tidak tahu bahwa Allah tidak membutuhkan anak. Sekiranya
Allah membutuhkan, tidak perlu mengutus Jibril kepada Maryam, tidak perlu melalui kehamilan,
dan tidak perlu melalui kelahiran dan sebagainya, tapi cukup dengan sebuah kalimat-cipta:
"KUN" Penegasan status Isa oleh Allah dalam Al Qur'an surat Maryam ayat 34-37
Nabi Isa alaihissalam disebutkan dengan banyak nama di dalam Al-Quran. Sebutan yang
paling umum adalah "Isa bin Maryam" (Isa putra Maryam), kadang-kadang diawali dengan
julukan lain. Isa juga diakui sebagai seorang nabi dan utusan (rasul) Allah. Istilah wadjih ("patut
dihargai dalam dunia ini dan selanjutnya"), mubarak ("diberkati" atau "sumber manfaat bagi
orang lain"), `abd-Allah (hamba Allah) adalah semua yang digunakan dalam Al-Qur'an dalam
memberikan nama/julukan kepada Isa.
Isa adalah sebagai seorang nabi pendahulu Nabi Muhammad Salallahu 'alaihissalam, dan
menyatakan bahwa setelah ia akan muncul seorang nabi terakhir, sebagai penutup dari para nabi
utusan Tuhan. Hal ini berdasarkan dari ayat Al-Qur'an, di mana Isa menyatakan tentang seorang
rasul yang akan muncul setelah dia, yang bernama Ahmad. Islam mengasosiasikan Ahmad
sebagai Muhammad sebagai nabi dan Rasul terakhir, penutup seluruh nabi.
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI ISA A.S
Al Qur'an surat Maryam 31-33

Berguna Bagi Umat dimanapun Berada

Mengerjakan Shalat dan Menunaikan Zakat

Berbakti Kepada Ibu

Tidak Durhaka dan Tidak Sombong

31. dan Dia akan menjadikan aku seorang yang berguna bagi umat manusia di manapun aku
berada, dan diperintahkan-Nya aku mengerjakan shalat dan menunaikan zakat selama aku
masih hidup, 32. Serta berbakti kepada ibuku. Sebaliknya Ia tidak menjadikan aku seorang yang
sombong dan durhaka. 33. Semoga keselamatan dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan
dan pada hari aku diwafatkan serta pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".
25. NABI MUHAMMAD SAW
BIOGRAFI DAN KISAH NABI MUHAMMAD SAW
Muhammad bin Abdullah (lahir di Mekkah, 12 Rabiul Awal/20 April 570 (tahun gajah) –
meninggal di Madinah, 12 Rabiul Awal/8 Juni 632 pada umur 62 tahun) adalah seorang nabi dan
rasul yang terakhir bagi umat Muslim. Muhammad menyebarkan ajaran dan ilmu pengetahuan
berupa agama Islam yang diperoleh dari Allah S.W.T melalui perantara Malaikat Jibril. Nabi
Muhammad S.A.W dimasukkan dalam urutan pertama pada buku karya Michael H. Hart yang
berjudul "The 100 ".
Muhammad" (Arab: ‫ ;محمدَبنَعبدَهللا‬Transliterasi: Muḥammad) secara bahasa berasal dari
akar kata semitik 'H-M-D' yang dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Selain itu di dalam
salah satu ayat Al-Qur'an, Muhammad dipanggil dengan nama "Ahmad", yang dalam bahasa
Arab juga berarti "terpuji".
Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapatkan dua julukan dari suku Quraisy (suku
terbesar di Mekkah yang juga suku dari Muhammad) yaitu Al-Amiin yang artinya "orang yang
dapat dipercaya (jujur)" dan As-Saadiq yang artinya "yang benar". Setelah masa kenabian para
sahabatnya memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh (‫)رسولَهللا‬, kemudian menambahkan kalimat
Shalallaahu 'Alayhi Wasallam (‫)صلىَ هللاَ عليهَ وَ سلم‬, yang berarti "semoga Allah memberi
kebahagiaan dan keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau "SAW") setelah
namanya.
Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Muhammad diutus
Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia, sedangkan nabi dan rasul sebelumnya
hanya diutus untuk umatnya masing-masing seperti halnya Nabi Musa yang hanya diutus untuk
Bani Israil.
Sedangkan kesamaan ajaran yang dibawa Muhammad dengan nabi dan rasul sebelumnya
ialah sama-sama mengajarkan keesaan Tuhan, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak
disembah hanyalah Allah.
Kronologi Kehidupan Muhammad - Tanggal dan lokasi penting dalam hidup Muhammad
• 569-Meninggalnya ayah, Abdullah 570-Tanggal lahir (perkiraan), 20 April: Mekkah
• 570-Tahun Gajah, gagalnya Abrahah menyerang Mekkah
• 576-Meninggalnya ibu, Aminah
• 578-Meninggalnya kakek, Abdul Muthalib
• 583-Melakukan perjalanan dagang ke Suriah 595-Bertemu dan menikah dengan
Khadijah
• 610-Wahyu pertama turun dan menjadi Nabi sekaligus Rasul, kemudian mendapatkan
sedikit pengikut: As-Sabiqun al-Awwalun
• 613-Menyebarkan Islam kepada umum: Makkah 614-Mendapatkan banyak pengikut:
• 615-Hijrah pertama ke Habsyah
• 616-Awal dari pemboikotan Quraish terhadap Bani Hasyim 619-Akhir dari pemboikotan
Quraish terhadap Bani Hasyim 619-Tahun kesedihan: Khadijah dan Abu Thalib meninggal
• 620-Dihibur oleh Allah melalui Malaikat Jibril dengan cara Isra' dan Mi'raj sekaligus
menerima perintah salat 5 waktu
• 621-Bai'at 'Aqabah pertama
• 622-Bai'at 'Aqabah kedua
• 622-Hijrah ke Madinah
• 624-Pertempuran Badar
• 624-Pengusiran Bani Qaynuqa
• 625-Pertempuran Uhud 625-Pengusiran Bani Nadir
• 625-Pertempuran Zaturriqa`
• 626-Penyerangan ke Dumat al-Jandal: Suriah
• 627-Pertempuran Khandak
• 627-Penghancuran Bani Quraizhah
• 628-Perjanjian Hudaibiyyah
• 628-Melakukan umrah ke Ka'bah 628-Pertempuran Khaybar
• 629-Melakukan ibadah haji
• 629-Pertempuran Mu'tah
• 630-Pembukaan Kota Makkah
• 630-Pertempuran Hunain 630-Pertempuran Autas
• 630-Pendudukan Thaif
• 631-Menguasai sebagian besar Jazirah Arab
• 632-Pertempuran Tabuk
• 632-Haji Wada'
• 632-Meninggal (8 Juni): Madinah

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI MUHAMMAD SAW

Misi yang dibawa nabi Muhammad SAW adalah cerminan atau panutan bagi seluruh
umat manusia yaitu sebagai berikut:
• Menyiarkan agama Islam - Islam disiarkan atau didakwahkan Rasulullah SAW secara
sempurna terhadap umat manusia yaitu selama 23 tahun.
• Menyampaikan wahyu Allah SWT - Wahyu Allah SWT yaitu berupa Al Qur’an. Al
Qur’an ini di dakwahkan kepada umat manusia dan bangsa sebagai pedoman hidup.
• Menyampaikan kabar gembira dan peringatan kepada umat manusia
• Menyempurnakan akhlak yaitu akhlak Qurani
• Misi nabi Muhammad SAW tidak hanya dikalangan kaum tertentu saja akan tetapi
Rasulullah SAW diutus untuk seluruh kaum dan bangsa dan ajarannya berlaku untuk seluruh
umat manusia sepanjang masa.
KESIMPULAN

Sebagaimana firman Allah swt : Atinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-
buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu,
dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf: 111)

Diantara hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari mereka adalah kesabaran mereka dalam
mengemban amanah risalah dan da’wah, kesabaran terhadap perlakuan buruk kaumnya ketika
mendengar da’wah mereka, kesabaran untuk tidak tergoda oleh berbagai tarikan-tarikan dunia
yang dapat menyimpangkan mereka dari jalan risalah dan da’wah serta sifat-sifat mulia lainnya
yang ada didalam diri orang-orang mulia itu.

Tentunya Allah swt juga senantiasa memberikan pertolongan dan bantuan-Nya kepada mereka
semua ketika mendapatkan kesulitan didalam menyampaikan risalah-risalah-Nya yang hal itu
sudah menjadi janji-Nya kepada mereka sebagaimana firman-Nya: Artinya: “Sesungguhnya
kami menolong rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan
pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (QS. Ghofir: 51 – 52)

Bagaimana Allah menolong para Rasul dan Nabi-Nya serta orang-orang yang bersamanya?
tentunya Allah swt lebih mengetahui hal ini, karena ditangan-Nya lah segala kebaikan dan Dia-
lah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Sementara manusia hanya dituntut untuk bisa
mengambil pelajaran dari kisah-kisah kepahlawanan mereka dan menghiasi kehidupannya
dengan itu semua.
DAFTAR PUSTAKA

Abi Abd Allah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, (1988), Al-Jami’ Li Al-Ahkam Al
Qur’an, vol. 15 (Beirut: Dar Fikr)
Abu Ja’far Muhammad bin jarir At-Thabari,Tafsir At-Thabari, terj., Abdul Somad dan Yusuf
Hamdani, Op.Cit
Abdul Aziz Ajhari Dkk, (2019), Jalan Menggapai Ridho Allah (Bandung: Bahasa dan Sastra
Arab)
Abdul Karim Zaidan, Hikmah Kisah-Kisah dalam Al-Quran, terj., M. Syuaib Al-Faiz, Thoriq
Abd. Aziz at-Tamini, Op. Cit
Adnan Hasan Shalih Baharits, (2007), Mendidik Anak Laki-Laki, 1st ed. (Jakarta: Gema Insani
Ahmad Muhammad Al Hufy, (1991) Akhlak Nabi Muhammad saw Terj. Mashdar Helmy,
(Jakarta: Bulan Bintang)
Ahsin Sakho, Muhammad,.(2018). Oase Al-Qur’an Pencerah Kehidupan Jilid 2, (Jakarta:
PT. Qaf Media Kreativa).
Adil Mustafa Abdul Halim, (2007), Kisah Bapak dan Anak dalam Alquran, (terj: Abdul Hayyie
al-Kattani dan Fithiah Wardie), (Jakarta: Gema Insani Press)
Al-Ghalayain, Musthafa.(tt). Idhotun Nasyi’in, (Surabaya: Al-Miftah)
al-Qaradhawi, Yusuf. Alquran Menyuruh Kita Sabar. t.p, Jakarta: Gama Insani Press, t.t.
Athiyah al Abrasyi, (1970) dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam Terj. Bustami A. Ghani dan
Johar Bahri (Jakarta: Bulan Bintang).
Ath-Thabari, Imam. (2011). Shahih Tarikh Ath-Thabari, (Jakarta Selatan: Pustaka Azzam)
Ath-Thahir, Hamid Ahmad. (tt). Shohih Qashash Al-Qur’an, terj. Umar Mujtahid, Lc,
(Jakarta Timur: Ummul Qura)
Djalal, Abdul. (2008). Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu)
Fadil Hasan Abbas. (2010). Qosos Al-Quran Al-Karim, Jordan. Dar Al-Nafais.
Hadhiri, Choiruddin. (2002). Klasifikasi Kandungan al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press)
Hadi, Sutrisno. (1987). Metode Research, (Yogyakarta: UGM Press)
Halim, Adil Musthafa Abdul. (2007). Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Qur’an, terj. Abdul
Hayyie al-Katani dan Fithriah Wardie, (Depok: Gema Insani)
Hamka. (2006). Tafsir Al-Azhar. (Jakarta: Pustaka Panjimas)
Hilmi Ali Sya'bani, Silsilah Qasas al-Anbiya': Yunus 'Alaih al-Salam, (Beirut. Dar al Kutub
Ilmiyah, t.t.), jilid XI
Imam Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Kasir, terj., M. Abdul Ghoffar E.M dkk, Op.Cit. jilid 3
Imam Jalaluddin al Mahalli dan Jalaluddin as Suyuthi, Tafsir Jalalain, terj., Bahrun Abubakar,
Op. Cit
Jefry Iang, (2001) Bahkan Malaikat pun Bertanya, Membangun Sikap Berislam yang Kritis
(Jakarta: Serambi Ilmu Semesta).
Johari Yaman (Ptrj) Ibn Kathir. 2009. Kisah Para Nabi Pengajaran dan Ikhtibar. Selangor. Nadi
Minda Resources.
Kholil Daryan Al Azhari. (2013). Qosos Al-Anbiya’. Beirut. Syarikah Dar Al Masyari’.
Muhammad Mutawali Sya’rawi. (2005). Qosos Al-Anbiya’ Wa Sirah Al-Rasul Muhammad Wa
Khulafa Al Rasul. Kaherah. Dar Al-Quds.
Muhammad Ahmad Jadul Maula, dkk. (2009) Kisah-kisah Al-Quran, terj., Abdurrahman
Assegaf, (Jakarta: Zaman)
M. Nur Abdul Hafizh, Manhaj Tarbiyah Al Nabawiyah Li al-Thif, terj, Kuswandini: Mendidik
Anak bersama Rasulullah SAW, (Bandung: Al Bayan, 2007),
M. Quraish Shihab, (1997) Mujizat al-Qur’an (ditinjau dari aspek Kebahasaan Isyarat Ilmiyah
dan Pemberitaan gaib), Cet III, (Bandung; Mizan)
Muhammad Ramdhani M, (2011), Perspektif Al-Qur`an Tentang Keputusasaan: Telaah Tafsir
Tematik Ayat-Ayat Yang Menggambarkan ‗Berputus Asa‘ Dan Pencegahannya Dalam
Al-Qur`an‖ (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Muhammad Suadi Yusuf dan Humam Fikri Muzafar, (2020), Karakter Ideal Seorang Ayah
Dalam Surah Yusuf, Pendidikan Luar Sekolah, no. 1.
Sayyid Quthb, (2003) Tafsir Fi Zhilalil Qur'an: di Bawah Naungan al-Qur'an, Jilid 6, terj. As'ad
Yasin et al: Jakarta Gema Insani Press)
Siswo Sanyoto, Membuka Tabir Pintu Langit, (tp: Misykat, tt)
Syamsul Rizal Hamid, Hadis dan Sunnah Pilihan, (tp: Kaisya Media, tt)
Syauqi Abu Khalil, (2003), Atlas al-Qur`an: Amakin, Aqwam wa A’lam, Syria: Dar al-Fikr
Syekh Mustafa Ghalayani, (1976) Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur, Semarang: Toha
Putra
Zaprulkhan, (2017), Islam yang Santun dan Ramah, Toleran dan Menyejukkan, (Jakarta: Elex
Media Komputindo)

Anda mungkin juga menyukai