semesta, kemudian menurunkan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir, terlihatlah segala keistimewaan- keistimewaan bagi para pengikutnya yang belum pernah Allah berikan kepada umat sebelumnya.
Sang Khaliq atau Pencipta menjadikan
umat ini sebagai umat terbaik, kemudian menjadikan mereka sebagai pewaris para nabi dan memberikan keleluasaan untuk menganut aturan yang menghukum apa yang mereka lakukan berdasarkan ijtihad (menetapkan hukum suatu perkara berdasarkan Alquran dan hadis).
Berikut sembilan keuntungan menjadi
umat Nabi Muhammad SAW:
1. Sebagai Umat Akhir Zaman
Allah SWT telah memilih kita sebagai
umat akhir zaman. Dimana tidak ada lagi umat lain yang akan diciptakan oleh Allah setelah kita.
Walaupun demikian, pada hari akhir nanti
di padang mahsyar, Allah menyusun umat Nabi Muhammad di shaf pertama. Walaupun umat Nabi Adam As yang tak lain adalah umat pertama yang dijadikan Allah.
Ini menunjukkan betapa kasih dan sayang
Allah kepada umat Nabi Muhammad SAW karena Allah tidak mau umat kekasih-Nya berada terlalu lama di padang mahsyar.
Coba bayangkan berapa lama umat
manusia perlu berada di padang mahsyar. Karena, ada ribuan juta manusia yang dihisab seorang demi seorang oleh Allah SWT, dan Allah SWT telah memilih umat Nabi Muhammad SAW untuk dihisab terlebih dahulu berada di barisan pertama
2. Pahala Berlipat Ganda
Segala kebaikan yang dilakukan umat
Nabi Muhammad akan dibalas dengan berlipat ganda. Satu amalan dibalas dengan 10 kebijakan. Jika kita salat berjamaah maka pahala yang kita dapatkan 27 derajat.
Begitu tanda sayang Allah SWT terhadap
umat Nabi Muhammad SAW dibandingkan umat terdahulu. Kemudian satu kesalahan yang dilakukan akan mendapatkan ganjaran dengan satu dosa yang setimpal.
3. Syafa'at Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW adalah satu-
satunya Nabi yang dapat memberikan syafaat atau pertolongan untuk umatnya di akhir zaman nanti. Sedangkan umat terdahulu tidak mempunyai pembela sebagaimana umatnya Nabi Muhammad.
Keistimewaan itu merupakan kasih sayang
Allah terhadap umatnya Nabi Muhammad SAW. Maka itu, perbanyaklah membaza dzikir dan salawat untuk Nabi Muhammad sebagai kecintaan kita terhadap beliau.
Rasulullah SAW bersabda, "Aku adalah
pemimpin anak Adam pada hari kiamat." Ini adalah sebuah pernyataan yang menunjukkan kepemimpinannya kepada semua manusia sebagai bentuk kenikmatan Allah dan kemuliaan yang diberikan-Nya kepadanya, bukan bentuk kesombongan. Allah SWT berfirman:
semua manusia di dunia dan akhirat. Di akhirat, semua manusia mengakui kepemimpin dan keutamaannya, baik manusia yang beriman maupun durhaka, manusia yang bahagia maupun celaka. Sementara itu, di dunia, tidak semua manusia mengakui kepemimpinannya kecuali manusia yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
4. Penangguhan Siksaan di Dunia
Umat Nabi Muhammad SAW tidak akan
disiksa oleh Allah hingga tiba hari akhirat kelak. Nabi Muhammad SAW telah memohon kepada Allah supaya memberikan peluang kepada umatnya agar bisa bertaubat kepada Allah terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
Meski demikian, manusia adalah ciptaan
Allah yang mempunyai potensi berbuat baik atau jahat, taat atau durhaka. Setiap orang pernah berbuat dosa, kecuali yang dijaga Allah darinya.
"Dan kalau sekiranya Allah menghukum
manusia disebabkan yang mereka perbuat, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi ini satu makhluk melata pun, akan tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang telah ditentukan. Maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya." (QS. Faathir: 45)
5. Malam Lailatul Qodar
Umat Nabi Muhammad diberikah malam
seribu bulan atau Malam Lailatul Qodar. Malam yang hanya ada pada bulan Ramadan. Karena, sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul tidak ada bulan Ramadan atau bulan Ummatku (umat Nabi Muhammad).
Pada malam Lailatul Qodar juga
diturunkannya Alquran. Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surat Al-Qadar ayat 4-5.
"Pada malam itu turun malaikat-malaikat
dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar"
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
Artinya: "Kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah". (QS. Ali Imran: 110).
Satu kisah berkaitan dengan nabi yang
digelar Kalamullah (nabi yang dapat berkata kata dengan Allah SWT) yaitu nabi Musa As.
Diriwayatkan oleh Abu Nuaim dari Abu
Hurairah Radliyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, bahwa ketika Nabi Musa diberi kitab Taurat, maka di dalamnya ia menemukan kabar tentang umat ini. Lalu Nabi Musa As bertanya kepada Allah:
"Ya Tuhanku!. Aku menemukan dalam
lembaran-lembaran Taurat berita tentang umat yang disebut sebagai umat yang paling akhir dan paling terdepan. Maka jadikanlah mereka sebagai umatku".
Allah menjawab: "Mereka adalah umat
Muhammad".
Nabi Musa bersabda: "Aku menemukan
dalam lembaran Taurat umat yang kitab sucinya berada di hati mereka, sementara mereka membacanya. Jadikan mereka umatku!".
Allah berfirman: "Mereka adalah umat
Muhammad"
Nabi Musa bersabda: "Ya Allah!. Aku
menemukan dalam lembaran Taurat, umat yang dihalalkan makan harta rampasan (fa'i). Jadikan mereka umatku!".
Allah berfirman: "Mereka adalah umat
Muhammad".
Nabi Musa bersabda: Ya Allah! Aku
menemukan dalam Taurat, umat yang menjadikan shadaqah dalam perut mereka, sementara mereka mendapatkan pahala. Jadikan mereka umatku!".
Allah berfirman: "Mereka adalah umat
Muhammad"
Nabi Musa bersabda: "Ya Allah! Aku
menemukan dalam Taurat, umat yang ketika salah satu mereka menginginkan satu kebaikan tetapi tidak melakukankan, maka akan diberi satu pahala. Jika dilakukan, maka akan dicatat dengan 10 kebaikan. Jadikan mereka umatku!".
Allah berfirman: "Mereka adalah umat
Muhammad"
Nabi Musa bersabda: "Ya Allah! Aku
menermukan dalam Taurat, umat yang ketika di antara mereka menginginkan keburukan, lalu tidak dilakukannya, maka tidak akan dicatat baginya sesuatupun. Dan jika ia melakukannya maka hanya dicatatan satu keburukan. Jadikan mereka umatku!"
Allah berfirman: "Mereka adalah umat
Muhammad"
Nabi Musa bersabda: "Ya Allah! Aku
menemukan dalam Taurat umat yang diberi ilmu yang pertama dan ilmu yang terakhir. Lalu mereka memerangi Dajjal. Jadikan mereka umatku!"
Allah berfirman: "Mereka adalah umat
Muhammad"
Nabi Musa bersabda: "Ya Allah!
Jadikanlah aku sebagai umat Muhammad. Jika demikian, maka aku telah diberi dua perkara".
Allah berfirman: "Wahai Musa!
Sesungguhnya Aku telah memilihmu di atas manusia dengan risalah dan kalamKu. Maka ambilah apa yang telah aku beri dan jadilah engkau dari golongan orang-orang yang bersyukur".
Nabi Musa bersabda: "Aku ridho Wahai
Tuhanku!".
6. Dihalalkan Ghanimah
Ghanimah adalah hasil rampasan perang.
Harta ini halal bagi umat Muhammad dengan segala ketentuan yang telah disyariatkan. Bagi umat terdahulu ghanimah tidak dihalalkan
7. Disucikannya Bumi
Bagi umat terdahulu, tidak semua bumi
suci, sehingga mereka tidak melakukan ibadah kecuali di dalam tempat-tempat peribadatan mereka. Bagi umat Muhammad, seluruh bagian bumi suci dan sah untuk dijadikan tempat salat.
Debunya juga suci, sehingga sah untuk
dijadikan alat untuk bertayammum.
Diriwayatkan dari Abu Umamah dalam
kitab Shahih Al-Bukhari, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
"Telah dijadikan bumi kesemuanya bagiku
dan umatku sebagai masjid dan suci"
8. Disyariatkannya Wudlu
Al-Halimi menuturkan dalam hadits Al-
Bukhari
"Sesungguhnya umatku akan dipanggil di
akhirat nanti dengan panggilan Ghurrah muhajjalin, karena atsar wudlu".
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari
mengatakan, bahwa apa yang disampaikan Al-Halimi ini perlu dipertimbangkan. Karena dalam Al- Bukhari juga disebutkan kisah Sarah bersama malaikan yang memberinya Hajar, bahwa Sarah ketika Malaikat ingin mendekatinya, maka ia berdiri, berwudlu dan melakukan salat.
Oleh sebab itu, kesimpulan yang jelas
adalah yang menjadi keistimewaan umat ini adalah Ghurrah dan Tahjil bukan wudlu' itu sendiri. Hal ini telah disharihkan dalam Riwayat Muslim dari Abu Hurairah berupa hadits marfu', Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Bagi kalian sebuah tanda yang tidak
dimiliki oleh seseorangpun dari selain kalian".
Tahjil adalah meratakan membasuh kedua
tangan hingga lengan dan membasuh kaki hingga betis. Ghurrah adalah meratakan membasuh bagian depan kepala dan leher saat membasuh muka dalam wudlu'.
9. Dikumpulkannya Salat Lima Waktu
Bagi umat terdahulu salat lima waktu tidak
diwajibkan.
Subuh, manusia pertama yang melakukan
salat ini adalah Nabi Adam As, yaitu saat Adam diturunkan ke Bumi untuk menjadi khalifah (pengelola) di muka bumi. Konon Adam megerjakan salat dua rakaat, menjelang terbit fajar.
Rakaat pertama, sebagai tanda syukur
karena terlepas dari kegelapan malam. Sedangkan rakaat kedua, bersyukur atas datangnya siang.
Zuhur, manusia yang pertama kali yang
mengerjakan salat ini adalah Nabi Ibrahim As, saat Allah SWT memerintahkan kepadanya untuk menyembelih putranya Nabi Ismail As, dan Allah mengantikannya dengan seekor domba. Seruan itu datang pada waktu tergelincir matahari, lalu sujud Nabi Ibrahim sebanyak empat rakaat.
Rakaat pertama, adalah sebagai tanda
bersyukur bagi penebusan, yang kedua adalah tanda syukur atas dihilangkannya kedukaan dari dirinya dan anaknya, ketiga tanda syukur atas keridhaan Allah, dan keempat tanda syukur karena Allah menganti tebusannya.
Ashar, manusia yang pertama kali
melakukannya adalah Nabi Yunus, saat dia keluar dari perut ikan Nun atau ikan paus. Ikan nun mengeluarkan Nabi Yunus dari perutnya ke tepi pantai, sedangkan waktu itu telah masuk waktu Ashar. Maka, bersyukurlah Nabi Yunus dan mendirikan salat empat rakaat karena terhindar dari empat kegelapan.
Rakaat pertama, kegelapan akibat
kesalahan meninggalkan kaumnya. Kedua, kegelapan malam dalam lautan. Ketiga, kegelapan malam akibat berhari-hari lamanya di dalam perut ikan nun, dan keempat kegelapan dalam perut ikan nun.
Maghrib, manusia yang pertama
mengerjakannya adalah Nabi Isa As, yakni Allah SWT mengeluarkannya dari kejahilan dan kebodohan kaumnya. Sedang waktu itu telah terbenam matahari.
Maka, nabi Isa bersyukur dan bersujud
sebanyak tiga kali. Rakaat pertama adalah untuk menafikkan bahwa tiada tuhan selain Allah yang Maha Esa, kedua menafikkan zina yang dituduhkan atas ibunya, dan yang ketiga untuk meyakinkan kaumnya bahwa tuhan itu hanya satu dan bukan tiga.
Isya, manusia yang pertama
melakukannya adalah Musa As, ketika itu Nabi Musa tersesat mencari jalan keluar dari negeri Madyan, sedang dalam dalam dadanya penuh dengan duka cita. Allah swt menghilang kan semua perasaan duka citanya pada waktu malam.
Lalu, salatlah Nabi Musa empat rakaat
sebagai tanda bersyukur. Rakaat pertama sebagai tanda duka cita terhadap istrinya, kedua sebagai tanda duka cita terhadap Fir’aun, yang ketiga tanda duka cita terhadap saudaranya Harun, dan yang keempat adalah tanda duka cita terhadap anak Fir’aun.
Sebagaimana diketahui bahwa Nabiyullah
Muhammad SAW menerima perintah salat pada 27 Rajab tahun 11 kenabian atau 2 tahun sebelum Nabi berhijrah ke Madinah. Salat lima waktu yang dilakukan adalah Subuh, Zuhur, Asar, Maghrib dan Isya.
Dan waktu salat sudah ditentukan oleh
Allah dalam QS. Al-Isra : 78,
"Dirikanlah salat dari sesudah matahari
tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat)".
Ayat di atas menerangkan tentang waktu
salat, dimana saat matahari tergelincir adalah Zuhur dan Ashar, kemudian salat yang dilakukan saat malam adalah Maghrib dan Isya, kemudian salat Subuh langsung disebutkan di ayat tersebut.
Tulisan ini diolah dari berbagai sumber
dan pengetahuan. Follow Berita SINDOnews di Google News