Anda di halaman 1dari 1

Lapar Kaedah

Menghidupkan Jiwa yang


tidur
Hidupkanlah hatimu dengan sedikit
tertawa dan sedikit kenyang dan
sucikanlah ia dengan lapar, pasti hatimu
menjadi bersih dan lembut.”(Hadis). Lapar
merupakan satu dari cara para sufi untuk
melemahkan syahwat atau keinginan-
keinginan. Termasuk juga untuk
membersihkan hati dan melembutkannya.
Mengosongkan perut merupakan jalan
untuk menghambat laju keinginan-
keinginan/syahwat. Rasulullah selalu
mengutamakan lapar daripada
kekenyangan, Rasulullah makan sebelum
lapar dan berhenti sebelum kenyang.
Tetapi kalau kita rujuk pada sejarah
Rasulullah, kita dapat menemukan fakta
bahawa Rasulullah banyak laparnya
daripada kenyangnya, kalaupun makan
Rasulullah tidak sampai kekenyangan.

Tetapi, Kalau kita perhatikan di sekitar kita


banyak orang tidak sabar menghadapi
cubaan lapar, makanan dan minuman
lazat, manusia banyak tergoda dan
terjebak, sehingga ada kecenderungan
mengabaikan norma agama. Demi makan
dan minum orang bertengkar, rasuah,
mencuri dan masih banyak lagi usaha
manusia yang kotor untuk memenuhi isi
perut dan keinginan-keinginannya
(Syahwatnya). Orang miskin pun
terkadang tidak tahan dengan
kemiskinannya, lapar yang ia rasakan
tidak dimanfaatkan untuk mendekatkan
diri kepada Allah, padahal Allah menyukai
orang-orang lapar, yang dengan
kelaparannya itu ia ikhlas dan tetap
berusaha tanpa mengeluh dan selalu
berusaha berdoa dan mendekatkan
dirinya kepada Allah, dijadikannya lapar
yang menimpa dirinya sebagai jalan
memperbaiki jiwanya, sehingga Allah
redha dan berbangga kepadanya.

Allah berbangga kepada manusia lapar,


lapar merupakan cubaan besar bagi
manusia. Cubaan dilewatinya dengan
penuh kesabaran dan tawakal kepada
Allah, maka Allah akan bangga kepada
manusia tersebut, bahkan Allah akan
memberi derajat-derajat yang tinggi di
dunia apalagi di akhirat,”Sesungguhnya
Allah Taala berbangga kepada para
malaikat dengan yang sedikit makanannya
dan minumnya di dunia. Allah SWT
berfirman: Lihatlah kepada Hamba-Ku!
Aku telah mencubanya dengan makanan
dan minuman di dunia, lalu ia sabar dan
meninggalkan makanan dan minuman itu.
Saksikanlah hai malaikatKu! Tidaklah satu
makan yang ia tinggalkannya melainkan
Aku menggantinya dengan derajat-derajat
di surga,”(HR. Ibnu Adi).

Hadis di atas, memberi harapan dan


kesempatan bagi mereka yang suka lapar
dan mencuba diri untuk menahan diri
untuk tidak kenyang, makan dan minum
hanya sekadar untuk hidup, makan dan
minum bukan tujuan utama, sebab
memenuhi perut adalah keburukan,
kegelapan dan kebuntuan spiritual, tabir
yang akan menghalangi kita bermunajat
kepada Allah, untuk itu lebih baik sedikit
saja kalau mampu, kalau tidak makan
sekadarnya, minum sekadarnya sehingga
perut kita mampu menampung sesuai
kebutuhan dan ada tersisa ruang untuk
bernafas.”Tiadalah anak Adam memenuhi
bencana yang lebih buruk daripada
perutnya. Cukuplah bagi anak Adam
beberapa suap kecil yang menegakkan
tulang pinggulnya. Kalau tidak mampu,
maka sepertiga perut untuk makanannya,
sepertiga untuk minumannya dan
sepertiga untuk nafasnya.”(HR. Tarmidzi).

Orang yang lapar karena Allah, haus


karena Allah kesedihan karena lapar tetapi
ia tetap bertakwa kepada Allah, maka
orang tersebut pada hari kiamat akan
menjadi manusia yang dekat kepada
Allah.”Orang yang dekat di sisi Allah kelak
di hari kiamat adalah orang yang ketika di
dunia lapar, dahaga dan kesedihannya
lama yang berjalan tanpa alas kaki, yang
bertakwa..”(HR.Al-Khatib dari Said bin
Zaid).

Bahkan, ketika kita mati dalam keadaan


lapar, maka Allah memberi kemuliaan dan
kedudukan tinggi bersama para Nabi
Allah, malaikat menyambut dengan
gembira, serta mendapat rahmat Allah,”
Mudah-mudahan kematian datang
kepadamu dalam keadaan perutmu lapar
dan hatimu-hatimu haus, maka
lakukanlah. Sesungguhnya kamu dengan
demikian itu memperoleh kemuliaan
kedudukan dan tempat tinggal bersama
para nabi, para malaikat bergembira
menyambut kedatangan rohmu, dan
Tuhan Yang Maha Perkasa melimpahkan
rahmat kepadamu.”(HR. Al-Khatib dari
said bin Zaid).

Ironisnya, dalam hidup ini sering


menyalahertikan bahawa hidup akan
bahagia kalau sudah makan dan minum
dengan kenyang, apakah dengan cara
menipu atau dengan cara haram lainnya,
padahal kalau manusia menyedari hikmah
dan keutamaan lapar, tentu hal tersebut
tidak akan pernah terjadi. Ia hidup apa
adanya, meskipun kaya tetapi tidak
mempamerkan harta, tidak pesona, biar
semua orang melihat dan kagum, sebab ia
sedar bahawa kesederhanaan dan
kedermawanan akan memberinya peluang
untuk memasuki hikmah langit,”pakailah
kain bulu sisingkanlah lengan bajumu dan
makanlah setengah perut, nescaya kamu
memasuki kerajaan langit.”(HR.Al-Hasan
dari Abu Hurairah).

Kenyang tidak menjamin spiritual manusia


menjadi baik, kenyang tidak menjamin
hidup dan jiwa manusia tenang, tetapi
dengan mengatur makan dan banyak
lapar karena Allah yang akan
menghantarkan manusia kepada
ketenangan jiwa, kenyang hanya akan
menjadi jalan bagi setan untuk masuk ke
dalam aliran darah kita, sebaliknya dengan
lapar akan menghambat laju dan pintu
masuk bagi setan,”Sesungguhnya setan
itu berjalan dalam tubuh manusia melalui
jalan darah, maka sempitkanlah jalan-
jalanya itu dengan lapar dan dahaga.”
(Hadis)

Orang kenyang susah berfikir dan


terkadang mengantuk, dalam pandangan
sufi orang seperti ini tergolong orang
tercela sebab dengan mengantuk dan
tidak dapat memfungsikan otaknya
dengan baik, maka secara umur ia merugi
karena tidak mampu mengoptimalkan
potensinya dengan baik dan maksimal,
lebih bahayanya lagi orang yang selalu
kenyang akan masuk pada jajaran orang
munafik, sebab orang munafik itu selalu
memenuhi tujuh ususnya, sedangkan
orang mukmin hanya memenuhi satu
ususnya, dalam ertian ia lebih
mementingkan makanan atau urusan
dunianya daripada akhirat, atau
setidaknya menyeimbangkan keduanya.”
Orang beriman itu makan dalam satu
usus, dan orang munafik itu makan dalam
tujuh usus.”(HR. Bukhari Muslim).

Hadis di atas, mengandung makna


bahawa orang munafik itu lebih
mementingkan makan atau
mementingkan urusan dunia. Dengan
banyak makan tentunya keinginannya
makin tinggi (Syahwatnya), jadi orang
munafik mempunyai tujuh kali keinginan/
syahwat dibandingkan orang yang
beriman. Kata usus merupakan kiasan dari
nafsu syahwat, karena pada hakikatnya
nafsu syahwat menampung semua
makanan manusia.

Kita hendaknya mencontoh Rasulullah,


Rasulullahlah pernah sampai tiga hari
tidak makan, dan pada hari ketiga baru
makan itu pun ketika fatimah ra.
Memberikan sepotong roti kepada
Rasulullah.”Fatimah ra. Datang dengan
membawa sepotong roti untuk Rasulullah
Saw. Lalu Rasululah bertanya,”Apa. Ini?
Fatimah menjawab,”sepotong roti yang
kubuat dan hatiku tidak enak sehingga
aku membawa sepotong roti ini untukmu
,ayah.”Rasulullah Saw. Bersabda, ”
Ketahuilah, sesungguhnya inilah makan
pertama yang masuk ke dalam mulut
ayahmu sejak tiga hari.”(HR. Al-Harits bin
Abi Usamah).

Dari hadis di atas, dapat kita fahami


bahawa kehidupan Rasululah lebih banyak
lapar daripada kenyangnya, bahkan dalam
hadis lainya Rasulullah tidak pernah
mengenyangkan keluarganya selama tiga
hari berturut-turut dari roti dan sekalipun
sampai ia meninggal dunia,”(HR. Muslim)..

Kesedaran dalam kelaparan hendaknya


menjadi bagian dari kehidupan kita,
dengan laparlah kita mendekatkan diri
kepada Allah, dengan lapar kita akan
dekat kepada Allah, redha Allah , hikmah
akan dapat kita miliki, namun sebaliknya
jika kenyang saja yang kita perturunkan,
maka kehidupan akan menjadi gelap,
sempit, kegelisahan batin, kekasaran hati
dan terjauh dari hikmah dan nikmat
ketenangan batin, bahkan kita dibenci
oleh Allah, sebaliknya orang yang lapar
dicintai oleh Allah, orang yang kenyang di
dunia di akhirat akan menjadi orang yang
lapar, sebaliknya orang yang lapar di dunia
akan kenyang di akhirat, dan
mendapatkan syurga,”Sesungguhnya
orang yang lapar di dunia adalah mereka
yang kenyang di akhirat dan
sesungguhnya orang-orang yang paling
dibenci Allah adalah orang-orang yang
banyak makan serta penuh perutnya. Dan
tidaklah seorang hamba meninggalkan
suatu makanan yang diinginkan melainkan
ia mendapatkan derajat syurga,”(HR.
Thabrani).

Menjadi orang yang lapar, makan


sekadarnya adalah lebih utama, sebab
dengan lapar kita akan dicintai oleh Allah,
mungkin selama ini kita merasa lapar
adalah suatu kesusahan, kesedihan dan
ketersiksaan badan dan jiwa, tetapi itu
hanya sesaat saja, itu semua akan hilang
ketiak kita menyadari bahwa lapar
membawa hikmah yang sangat besar, dan
hikmah itu tidak dirasakan oleh siapapun
kecuali orang yang lapar.

Imam Al-Ghazali mengatakan bahawa


lapar mempunyai sepuluh hikmah iaitu,
pertama, menjadikan hati bersih,
bercahaya yang tercermin dari akhlak,
serta mampu menajamkan mata hati. ”
Hiduplahkanlah hatimu dengan sedikti
tertawa dan sedikit kenyang dan
sucikanlah ia dengan lapar, pasti hatimu
menjadi bersih dan lembut.”Nabi juga
bersabda, Barang siapa melaparkan
perutnya, pasti fikirannya luas dan hatinya
cerdas,”. Barangsiapa kenyang dan tidur,
pasti hatinya keras.”kemudian beliau
bersabda lagi,”Setiap itu mempunyai zakat
dan zakatnya badan adalah lapar.”(HR.
Ibnu Majah). kedua, membuat hati
menjadi lembut dan bersih, sehingga
dengan kebersihan dan kelembutan
hatinya ia siap untuk berdzikir kepada
Allah dan menikmati serta merasakan
nikmatnya berzikir kepada Allah. Ketiga,
dapat menghancurkan sifat
kesombongan. Keempat, dengan lapar ia
tidak melupakan bencana Allah dan siksa-
Nya, dan tidak melupakan orang-orang
yang menerima siksaan. Sehingga ia akan
hati-hati dalam hidup ini. Kelima,
menghancurkan nafsu syahwat dan
mengendalikan hawa nafsu. Keenam,
lapar dapat mencegah seseorang tidur
sehingga dapat membantunya untuk
selalu beribadah di malam hari. Ketujuh,
lapar dapat memudahkan seseorang
untuk beribadah. Kelapan, dengan lapar
akan menyihatkan seseorang dan tidak
mudah terkena penyakit. Kesembilan,
dengan lapar orang akan menjadi hemat,
ia akan hidup sederhana, sehingga
hartanya dapat dialihkan untuk
bersedekah. Kesepuluh, dengan lapar
akan mendorong seseorang lebih
mementingkan orang lain, gemar
bersedekah, memberi makan orang
miskin dan anak-anak yatim. Allahu Alam.

Anda mungkin juga menyukai