Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Empiris

Gilang (2018) meneliti tentang Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) Terhadap Kinerja Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel

Intervening di Bagian Produksi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

Indramayu. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan

instrumen penelitian yaitu kuesioner dengan menggunakan skala likert.

Populasi yaitu karyawan bagian produksi di PT. Pertamina RU VI di

Balongan, Indramayu dengan sampel 68 responden secara acak (random

sampling). Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi

linear dan analisis regresi jalur. Hasil penelitian menunjukan program

keselamatan kerja dan kesehatan kerja berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan kerja dan juga program keselamatan kerja dan kesehatan kerja

berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan sementara kepuasan kerja

berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Pengaruh yang lebih besar

ditunjukan dengan pengaruh langsung program keselamatan kerja dan

kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan. Persamaan peneltian ini adalah

variabel yang ditelitiyaitu kesehatan dan keselamatan kerja serta kinerja

karyawan. Analisa data menggunakan regresi. Perbedaan penelitian ini adalah

lokasi penelitian dan waktu penelitian. Teknik sampling yang digunakan yaitu

total sampling.

10
11

Elphiana (2017) meneliti tentang pengaruh dari kesehatan dan

keselamatan kerja (K3) terhadap kinerja kerja karyawan bagian Safety di PT.

Pertamina Asset 2. Populasi di PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih adalah

semua karyawan yang berjumlah 250 orang dan 72 orang responden diambil

dengan menggunakan teknik pengambilan sampel incidental. Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

yang didapatkan dari kuesioner. Data sekunder sebagai data pendukung

diperoleh dengan wawancara dan dokumentasi. Metode analisis data

menggunakan metode regresi linier sederhana. Data diperoses melalui

program Statistical Product and Service Solution (SPSS) Versi 2.0. hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja

berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Pertamina EP Asset 2

Prabumulih. Persamaan penelitian ini adalah variabel penelitian kesehatan

dan keselamatan kerja sera kinerja karyawan. Analisa data menggunakan

regresi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak

padateknik sampling yaitu total sampling

Firmansyh (2017) tentang PENGARUH KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Pada

Karyawan PT. PLN (Persero) Area Kediri Distribusi Jawa Timur). Jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian penjelasan

(explanatory research) dan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Penelitian penjelesan merupakan penelitian yang menyoroti hubungan antar

variabel dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Populasi


12

dalam penelitian ini adalah karyawan PT PLN (Persero) Area Kediri

Distribusi Jawa Timur, dengan jumlah sampel sebesar 61 (enam puluh satu)

orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner dan dokumentasi dengan menggunakan analisis regresi berganda

dengan bantuan program SPSS for windows 21. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel keselamatan kerja dan kesehatan kerja secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan yang dapat dilihat

dari nilai signifikansi F < α yaitu 0,000 < 0,05 dan nilai Adjusted R square

sebesar 0,189. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi variabel keselamatan

kerja dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 18,9%

sedangkan sisanya sebesar 81,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang

tidak dijelaskan pada penelitian ini. Secara parsial variabel keselamatan kerja

berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 0,001. Sedangkan

variabel kesehatan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan

sebesar 0,004.. Persamaan penelitian ini adalah variabel penelitian kesehatan

dan keselamatan kerja sera kinerja karyawan. Analisa data menggunakan

regresi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak

padateknik sampling yaitu total sampling

Multazam HT (2015) dengan judul Pengaruh Kesehatan Dan

Keselamatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Semen

Tonasa Di Kabupaten Tangkep. Pengujian hipótesis yang diajukan yaitu

diduga bahwa terdapat pengaruh secara simultan kesehatan dan keselamatan

kerja terhadap kinerja karyawan dapat diterima. Diketahui dari hasil analisis
13

regresi diperoleh keterangan bahwa variabel independen kesehatan kerja dan

keselamatan kerja secara simultan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan. Besarnya pengaruh variabel kesehatan dan

keselamatn kerja secara simultan berpengaruh positif terhadap kinerja

karyawan adalah 104.471 dengan nilai signifikasi yaitu sebesar 0,000 (tabel

4.10).

B. Kajian Teori

1. Manajemen Sumber Daya Manusia

a. Pengertian

Menurut (Hamali 2018) menyatakan bahwa : “Manajemen SDM

merupakan suatu pendekatan yang strategis terhadap keterampilan,

motivasi, pengembangan, dan manajemen pengorganisasian sumber

daya”. Menurut (Ricardianto 2018) menyatakan bahwa : “Manajemen

Sumber Daya Manusia adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur

hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh

individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara

maksimal sehingga (goal) bersama perusahaan, karyawan dan

masyarakat maksimal”.

Menurut (H. Suparyadi 2015) menyatakan bahwa : “Manajemen

sumber daya manusia merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk

mempengaruhi, sikap, perilaku, dan kinerja karyawan agar mampu

memberikan kontribusi yang optimal dalam rangka memcapai sasaran-


14

sasaran perusahaan”. Menurut (Bray & Rue 2015) mengatakan bahwa :

“Manajemen sumber daya manusia adalah desain aktivitas yang

mencakup pengadaan dan pengkoordinasian sumber daya manusia”.

Menurut (Mangkunegara 2016) mengatakan bahwa : “MSDM

merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa,

pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam

rangka mencapai tujuan organisasi

b. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Fungsi manajemen sumber daya manusia menurut (Hamali 2018)

yaitu :

1) Perencanaan

Perencanaan adalah kegiatan memperkirakan tentang keadaan

tenaga kerja, agar sesuai dengan kebutuhan organisasi secara

efektif dan efisien, dalam membantu terwujudnya tujuan.

Perencanaan itu menetapkan program kekaryawanan ini meliputi

pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan,

pengembangan, kompensasi, integrase, pemeliharaan, kedisplinan,

dan pemberhentian karyawan.

2) Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengatur karyawan

dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi

wewenang, integrasi dan koordinasi dalam bentuk bagan


15

organisasi. Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai

tujuan. Organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan

secara efektif.

3) Pengarahan dan pengadaan

Pengarahan adalah kegiatan memberi petunjuk kepada karyawan,

agar mau kerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam

membantu tercapainya tujuan organisasi. Pengarahan dilakukan

oleh pemimpin yang dengan kepimimpinannya akan memberi

arahan kepada karyawan agar mengerjakan semua tugasnya dengan

baik. Adapun pengadaan merupakan proses penarikan, seleksi,

penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan

yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pengadaan yang baik

akan membantu terwujudnya tujuan.

4) Pengendalian

Pengendalian merupakan kegiatan mengendalikan karyawan agar

mentaati peraturan organisasi dan bekerja sesuai dengan rencana.

Bila terdapat penyimpanan diadakan tindakan perbaikan dan/atau

penyempurnaan. Pengedalian karyawan meliputi kehadiran,

kedisplinan, perilaku kerja sama, dan menjaga situasi lingkungan

kerja.

5) Pengembangan

Pengembangan merupakan proses peningkatan keterampilan teknis,

teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan


16

pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan hendaknya

sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa yang

akan datang.

6) Kompensasi

Kompensasi merupakan pemberian balas jasa langsung berupa

uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang

diberikan kepada organisasi. Prinsip kompensasi adalah adil dan

layak, adil diartikan sesuai dengan prestasi kerja, sedangkan layak

diartikan dapat memenuhi kebutuhan primer.

7) Pengintegrasian

Pengintegrasian merupakan kegiatan untuk mempersatukan

kepentingan organisasi dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja

sama yang serasi dan saling menguntungkan. Di satu pihak

organisasi 10 memperoleh keberhasilan/keuntungan, sedangkan

dilain pihak karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil

pekerjaannya. Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan

cukup sulit dalam manajemen sumber daya manusia, karena

mempersatukan dua kepentingan yang berbeda.

8) Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan kegiatan pemeliharaan atau

meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas agar mereka tetap

mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik

dilakukan dengan program kesejahteraan berdasarkan kebutuhan


17

sebagian besar karyawan, serta berpedoman kepada internal dan

ekternal konsistensi.

9) Kedisplinan

Kedisplinan merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya

manusia yang penting dan merupakan kunci terwujudnya tujuan

organisasi, karena tanpa adanya kedisplinan maka sulit

terwujudnya tujuan yang maksimal. Kedisplinan merupakan

keinginan dan kesadaran untuk menaati peraturan organisasi dan

norma social.

10) Pemberhentian

Pemberhentian merupakan putusnya hubungan kerja seorang

karyawan dari suatu organisasi. Pemberhentian ini disebabkan oleh

keinginan karyawan, keinginan organisasi, berakhirnya kontrak

kerja, pensiun, atau sebab lainnya. Penerapan fungsi manajemen

dengan sebaikbaiknya dalam mengelola karyawan akan

mempermudah mewujudkan tujuan dan keberhasilan organisasi.

c. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Menurut (Prasadja Ricardianto 2018, 19) menyatakan bahwa:

1) Kegunaan Pengembangan SDM bagi organisasi

a) Peningkatan produktivitas kerja organisasi

b) Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan

c) Terjadinya proses pengembalian keputusan yang lebih cepat dan

tepat
18

d) Meningkatkan semangat kerja dan komitmen organisasi

e) Mendorong sikap keterbukaan manajemen (manajemen

partisipatif)

f) Memperlancar atau mengefektifkan jalannya komunikasi

operasional

g) Penyelesaian konflik secara fungsional

2) Kegunaan Pengembangan SDM bagi Pegawai

a) Keputusan lebih baik

b) Kemampuan menyelesaikan masalah

c) Internalisasi dan operasional faktor motivasional

d) Dorongan meningkatkan kemampuan kerja

e) Memperbesar rasa percaya diri

f) Tersedianya informasi tentang program pengembangan

kemampuan

g) Meningkatkan kepuasan kerja

h) Meningkatkan pengakuan atas kemampuan individu

i) Memperbesar tekad untuk mandiri

d. Tujuan

Menurut (Hamali 2018) menyatakan bahwa manajemen sumber daya

manusia mengandung empat tujuan sebagai berikut:

1) Tujuan sosial

Tujuan sosial manajemen sumber daya manusia adalah agar

organisasi atau perusahaan bertanggung jawab secara sosial dan etis


19

terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat dengan

meminimalkan dampak negatifnya. Organisasi atau perusahaan

bisnis diharapkan dapat meningkatkan kualitas masyarakat dan

membantu memecahkan masalahmasalah sosial. Implikasi dari

tujuan sosial MSDM di perusahaan adalah ditambahkannya

tanggung jawab sosial ke dalam tujuan perusahaan atau yang dikenal

dengan Corporate Social Responbility (CSR) seperti program

kesehatan lingkungan, proyek perbaikan lingkungan, program

pelatihan dan pengembangan (Research & Development), serta

menyelenggarakan gerakan dan mesponsori berbagai kegiatan sosial.

Perusahaan merupakan bagian integrasi dari kehidupan masyarakat.

Perusahaan akan menjadi efektif selama menjalankan aktivitas yang

dibutuhkan masyarakat. Kontribusi perusahaan terhadap masyarakat

mengindikasikan bahwa faktor di luar organisasi akan berpengaruh

terhadap aktivitas dan kemajuan organisasi. Masyarakat

mengharapkan perusahaan bisnis untuk menyediakan produk dan jsa

yang diperlukan dengan tingkat harga yang wajar, bermutu, dan

pengiriman yang tepat waktu. Masyarakat mengharapkan perusahaan

bisnis mematuhi nilai dan normal sosial. Masyarakat menginginkan

setiap perusahaan bisnis dapat menyerap dan mendayagunakan

sumber daya manusia yang ada, dan pada akhirnya masyarakat

mengkehendaki agar setiap karyawan diperlakukan secara adil dan

bijaksana.
20

2) Tujuan Organisasional

Tujuan organisasional adalah sasaran formal yang dibuat untuk

membantu organisasi untuk mencapai tujuannya. Divisi sumber daya

manusia meningkatkan efektivitas organisasional dengan cara-cara

sebagai berikut:

a) Menyediakan tenaga kerja yang terlatih dan bermotivasi tinggi.

b) Mendayagunakan tenaga kerja secara efisien dan efektif.

c) Mengembangkan kualitas kerja dengan membuka kesempatan

bagi terwujudnya aktualisasi diri karyawan.

d) Menyediakan kesempatan kerja yang sama bagi setiap orang,

lingkungan kerja sehat dan aman, serta memberikan

perlindungan terhadap hak-hak karyawan.

e) Mensosialisasikan kebijakan sumber daya manusia kepada semua

karyawan. Kunci kelangsungan hidup organisasi terletak pada

efektivitas organisasi dalam membina dan memanfaatkan

keahilian karyawan dengan berusaha meminimalkan kelemahan

karyawan. Efektivitas organisasional bergantung pada efektivitas

sumber daya manusianya, tanpa adanya tenaga kerja yang

kompeten, suatu organisasi atau perusahaan akan berjalan biasa-

biasa saja, walaupun organisasi itu mampu bertahan.

3) Tujuan Fungsional

Tujuan fungsional adalah tujuan untuk mempertahankan kontribusi

divisi sumber daya manusia pada tingkat yang sesuai dengan


21

kebutuhan organisasi. Divisi sumber daya manusia harus

meningkatkan pengelolaan sumber daya manusia dengan cara

memberikan konsultasi yang baik. Divisi sumber daya manusia

semakin dituntut untuk mampu menyediakan program-program

rekrutmen dan pelatihan ketenagakerjaan. Divisi sumber daya

manusia harus mampu berfungsi sebagai penguji realitas ketika para

manajer lini mengajukan gagasan dan arah yang baru.

4) Tujuan Individual

Tujuan individual adalah tujuan pribadi dari tiap anggota organisasi

atau perusahaan yang hendak dicapai melalui aktivitasnya dalam

organisasi. Karyawan akan keluar dari perusahaan apabila tujuan

pribadi dan tujuan organisasi tidak harmonis. Konflik antar tujuan

organisasi dapat menyebabkan kinerja karyawan rendah,

ketidakhadiran, bahkan sabotase. Perusahaan diharapkan bisa

memuaskan kebutuhan para karyawan yang terkait dengan

pekerjaan. Karyawan akan bekerja efektif apabila tujuan pribadinya

dalam bekerja tercapai. Aktivitas sumber daya manusia haruslah

terfokus pada pencapaian keharmonisan antara pengetahuan,

kemampuan, kebutuhan, dan minat karyawan dengan persyaratan

pekerjaan dan imbalan yang ditawarkan oleh perusahaan.

2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia sebagai salah satu unsur dalam sebuah organisasi

dapat diartikan sebagai manusia yang bekerja dalam suatu organisasi. SDM
22

dapat disebut juga sebagai personil, tenaga kerja, pekerja, karyawan, potensi

manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.

Potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal nonmaterial

dalam organisasi bisnis yang dapat diwujudkan menjadi potensinyata

secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi.

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dapat diartikan sebagai

ilmu yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja secara efektif dan

efisien sehingga tercapai tujuan organisasi atau perusahaan (Mangkunegara,

2022)

Pengertian manajemen sumber daya manusia menurut Menurut Edin

(2018) mengatakan bahwa:

“Personal management is the planning, organizing, directing, and


controlling of the procurement, development, compensation,
integration, maintenance, and separation ofhuman resources to the end
that individual, organizational and societalobjectives are accomplished.

3. Kesehatan Kerja

a. Pengertian

Kesehatan kerja (Health) adalah suatu keadaan seorang pekerja

yang terbebas dari gangguan fisik dan mental sebagai akibat pengaruh

interaksi pekerjaan dan lingkungannya (Kuswana, 2014). Kesehatan

kerja adalah spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta

prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat memperoleh

derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental maupun

sosial dengan usahausaha preventif dan kuratif terhadap


23

penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor

pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit

umum (Santoso, 2012).

Keselamatan kerja (Safety) suatu keadaan yang aman dan

selamat dari penderitaan dan kerusakan serta kerugian di tempat kerja,

baik pada saat memakai alat, bahan, mesin-mesin dalam proses

pengolahan, teknik pengepakan, penyimpanan, maupun menjaga dan

mengamankan tempat serta lingkungan kerja (Kuswana, 2014).

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya

untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko

kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosi terhadap

pekerja, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta perusahaan, masyarakat dan

lingkungan, serta menyangkut berbagai unsur dan pihak (Sucipto,

2014). Menurut Ridley dan John (1983), mengartikan K3 adalah suatu

kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi

pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan

sekitar tempat kerja tersebut (Triwibowo & Pusphandani, 2013)

b. Konsep K3

Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar

dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain

keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan

selama bekerja. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan

terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada


24

jenis, bentuk dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.

Kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja adalah upaya

perlindungan bagi tenaga kerja/pekerja agar selalu dalam keadaan

sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja. Tempat kerja adalah

ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering

digunakan/dimasuki oleh tenaga kerja/pekerja yang di dalamnya

terdapat 3 unsur, yaitu: adanya suatu usaha; adanya sumber bahaya;

adanya tenaga kerja/pekerja yang bekerja di dalamnya, baik secara

terus menerus maupun hanya sewaktu-waktu (Triwibowo &

Pusphandani, 2013).

c. Ruang Lingkup K3

Ruang lingkup K3 sangat luas, di dalamnya termasuk

perlindungan teknis yaitu perlindungan terhadap tenaga kerja/pekerja

agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau

bahan yang dikerjakan, dan sebagai usaha mencegah kemungkinan

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. K3 harus diterapkan

dan dilaksanakan di setiap tempat kerja (Triwibowo & Pusphandani,

2013).

d. Tujuan K3

Tujuan K3 pada intinya adalah untuk melindungi pekerja dari

kecelakaan akibat kerja. Sutrisno dan Ruswandi (2007)

mengemukakan bahwa tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah

untuk tercapainya kesehatan dan keselamatan seseorang saat bekerja


25

dan setelah bekerja (Gayatri, 2014). Budaya K3 yang baik akan

terbentuk setelah usaha-usaha penerapan program K3 dan pencegahan

kecelakaan secara konsisten dan bersifat jangka panjang. K3

merupakan kendaraan untuk melakukan sesuatu secara benar pada

waktu yang tepat. Dapat disimpulkan bahwa pencegahan kecelakaan

merupakan sesuatu yang mutlak harus dilakukan. Tiga alasan yang

menyebabkan aspek K3 harus diperhatikan yaitu: faktor kemanusiaan;

faktor pemenuhan peraturan dan perundang-undangan; dan faktor

biaya. (Somad, 2013)

e. Hazard

Hazard adalah elemen-elemen lingkungan fisik, berbahaya bagi

manusia dan disebabkan oleh kekuatan luar baginya. Hazard suatu

objek yang terdapat energi, zat atau kondisi kerja yang potensial serta

dapat mengancam keselamatan. Hazard dapat berupa bahan-bahan

kimia, bagian-bagian mesin, bentuk energi, metode kerja atau situasi

kerja. Kerusakan atau bentuk kerugian berupa kematian, cedera, sakit

fisik atau mental, kerusakan properti, kerugian produksi, kerusakan

lingkungan atau kombinasi dari kerugian-kerugian tadi. Adapun jenis

potensi bahaya (Hazard) adalah sebagai berikut:

1) Bahaya fisik

Bahaya fisik adalah yang paling umum dan akan hadir di sebagian

besar tempat kerja pada satu waktu tertentu. Hal itu termasuk

kondisi tidak aman yang dapat menyebabkan cedera, penyakit dan


26

kematian. Bahaya ini biasanya paling mudah diidentifikasi

tempatnya, tetapi sering terabaikan karena sudah dipandang akrab

dengan situasi demikian. Bahaya fisik sering dikaitkan dengan

sumber energi yang tidak terkendali seperti kinetik, listrik,

pneumatik dan hidrolik. Contoh bahaya fisik antara lain: kondisi

permukaan lantai basah dan licin; penyimpanan benda di lantai

sembarangan; tata letak kerja area yang tidak tepat; permukaan

lantai yang tidak rata; postur tubuh canggung; desain stasiun kerja

yang kurang cocok; kondisi pencahayaan; suhu ekstrem; bekerja

pada ruang terbatas.

2) Bahaya Bahan Kimia

Bahaya kimia adalah zat yang memiliki karateristik dan efek,

dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia. Bahaya

kimia mencakup paparan dapat berupa, antara lain: penyimpanan

bahan kimia; bahan yang mudah terbakar.

3) Bahaya Biologis

Bahaya biologis adalah organisme atau zat yang dihasilkan oleh

organisme yang mungkin menimbulkan ancaman bagi kesehatan

dan keselamatan manusia. Bahaya biologis mencakup paparan,

antara lain: darah atau cairan tubuh lain atau jaringan; jamur,

bakteri dan virus.


27

4) Bahaya Ergonomi

Bahaya ergonomi terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi tubuh, dan

kondisi kerja meletakkan beban pada tubuh. Penyebabnya paling

sulit untuk diidentifikasi secara langsung karena kita tidak selalu

segera melihat ketegangan pada tubuh atau bahaya-bahaya ini saat

melakukan. Bahaya ergonomi meliputi, antara lain: redup; tempat

kerja tidak tepat dan tidak disesuaikan dengan tubuh pekerja;

postur tubuh yang kurang memadai; mengulangi gerakan yang

sama berulang-ulang.

5) Bahaya Psikologis

Bahaya psikologis menyebabkan pekerja mengalami tekanan

mental atau gangguan. Meskipun termasuk klasifikasi bahaya yang

agak baru, namun sangat penting bahwa bahaya psikologis secara

menyeluruh diidentifikasi dan dikendalikan. Contoh bahaya

psikologis meliputi, antara lain: kecepatan kerja; kurangnya

motivasi; tidak ada prosedur yang jelas; kelelahan (Kuswana,

2014).

f. Pencegahan Keselamatan Kerja

Budaya K3 yang baik akan terbentuk setelah dilakukan usaha-

usaha penerapan program K3 dan pencegahan kecelakaan secara

konsisten dan bersifat jangka panjang. Pada dasarnya tindakan

pencegahan kecelakaan adalah menggunakan konsep “2E+I” yaitu:


28

1) E (Enjiniring), lingkup enjiniring adalah mencari substitusi

material berbahaya, pengurangan penyimpanan material

berbahaya, memodifikasi proses, menggunakan sistim peringatan.

2) E (Edukasi), lingkup edukasi adalah melatih pekerja terkait

tentang prosedur dan praktik kerja aman, mengajarkan cara

pengerjaan suatu pekerjaan secara benar dan penggunaan produk

secara aman, serta aktivitas edukasi lainnya.

3) (Implementasi), lingkup implementasi adalah upaya pencapaian

pemenuhan peraturan perundangan yang berlaku dalam bentuk

undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden,

Keputusan Menteri dan Surat Edaran. Ketiga aspek tersebut harus

dijalankan secara paralel agar kinerja aspek K3 di lapangan bisa

berjalan. Dan bila dilakukan dengan cara yang benar maka kinerja

K3 akan meningkat (Somad, 2013)

4. Kinerja

a. Pengertian

Pengertian kinerja menurut (Mathis dan Jackson 2017, 48)

menyatakan bahwa: “Kinerja pada dasarnya adalah hal-hal yang

dilakukan atau tidak dilakukan oleh pegawai dalam

mengembangakan kinerjanya”. Definisi kinerja menurut

(Ricardianto 2018) yaitu : “Kinerja atau Performance merupakan

gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program

kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan visi dan


29

misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis

suatu organisasi”.

Menurut (Wexley dan Yukl 2016) menyatakan bahwa : “Kinerja

merupakan implementasi dari teori keseimbangan yang

mengatakan bahwa seseorang akan menunjukan prestasi yang

optimal bila ia mendapatkan manfaat (benefit) dan terdapat

rangsangan (inducement) dalam pekerjaannya secara adil dan

masuk akal (reasonable)”.

b. Dimensi Kinerja

Menurut (Bernardin & Russel 2018) berpendapat, a way of

measuring the contribution of individualis to their organization

yaitu untuk mengukur kinerja karyawan dapat digunakan beberapa

kriteria kinerja, antara lain adalah :

1) Kualitas (Quality) merupakan tingkatan dimana proses atau

hasil dari penyelesaian suatu kegiatan mendekati sempurna.

2) Kuantitas (Quantity) merupakan produksi yang dihasilkan

dapat ditunjukkan dalam satuan mata uang, jumlah unit, atau

jumlah siklus kegiatan yang diselesaikan.

3) Ketepatan waktu (Timeliness) merupakan dimana kegiatan

tersebut dapat diselesaikan, atau suatu hasil produksi dapat

dicapai, pada permulaan waktu yang ditetapkan bersamaan

koordinasi dengan hasil produk yang lain dan memaksimalkan

waktu yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan lain.


30

4) Efektivitas biaya (Cost effectiveness) merupakan tingkatan

dimana sumber daya organisasi, seperti manusia, keuangan,

teknologi, bahan baku dapat dimaksimalkan dalam arti untuk

memperoleh keuntungan yang paling tinggi atau mengurangi

kerugian yang timbul dari setiap unit atau contoh penggunaan

dari suatu sumber data yang ada.

c. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja menurut (Sedarmayanti 2017) menyatakan

bahwa terdapat beberapa aspek pengukuran kinerja, yaitu:

1) Produktivitas: kemampuan dalam menghasilkan produk dan jasa

2) Kualitas: memproduksi barang dan jasa dengan memenuhi

standar kualitas

3) Ketepatan waktu: waktu yang diperlukan dalam menghasilkan

produk barang dan jasa

4) Putaran waktu: waktu yang di butuhkan dalam setiap proses

perubahan barang dan jasa, kemudian sampai kepada

konsumen.

5) Penggunaan sumber daya dan biaya: sumber daya yang

diperlukan dalam menghasilkan produk barang dan jasa, serta

biaya yang diperlukan.

Selain itu, menurut (Wirawan 2015) menyatakan beberapa kriteria

untuk mengukur kinerja, yaitu:

1) Kuantitatif (seberapa banyak)


31

Ukuran kuantitatif merupakan ukuran yang paling mudah untuk

disusun dan diukurnya, yaitu hanya dengan menghitung

seberapa banyak unit keluaran kinerja harus dicapai dala, kurun

waktu tertentu.

2) Kualitatif

Melukis seberapa baik atau seberapa lengkap hasil harus dicapai.

Kriteria ini antara lain mengemukakan akurasi, presisi,

penampilan, kemanfaatan atau efektivitas. Standar kualitas dapat

diekspresikan sebagai tingkat kesalahan seperti jumlah atau

persentase kesalahan yang diperbolehkan per unit hasil kerja.

3) Ketepatan waktu pelaksanaan tugas atau penyelesaian

Kriteria yang menentukan keterbatasan waktu untuk

memproduksi suatu produk, membuat sesuatu atau melayani

sesuatu. Kriteria ini menjawab pertanyaan seperti kapan, berapa

cepat, atau dalam periode apa.

4) Efektivitas penggunaan sumber organisasi

Efektivitas penggunaan sumber organisasi dijadikan indikator

jika untuk mengerjakan pekerjaan disyaratkan menggunakan

jumlah sumber tertentu. Contoh: biaya perjalanan tidak

melebihi 5% perjalanan tahun lalu.

5) Cara melakukan pekerjaan

Digunakan sebagai standard kinerja jika kontak personal, sikap

personal, atau perilaku karyawan merupakan faktor penentu


32

keberhasilan melaksanakan pekerjaan misalnya membantu

pelanggan dan menjelaskan produk dengan sabar.

6) Efek atas suatu upaya

Pengukuran yang di ekspresikan akibat akhir yang diharapkan

akan diperoleh dengan bekerja. Standar jenis ini menggunakan

kata-kata sehingga dan agar supaya yang digunakan jika

hasilnya tidak dapat dikualifikasikan. Contoh mematikan lampu

dan ac ketika meninggalkan ruang kerja sehingga biaya listrik

dapat dihemat.

7) Metode melaksanakan tugas

Standar yang digunakan jika ada undang-undang, kebijakan,

prosedur, standard, metode, dan peraturan untuk menyelesaikan

tugas atau jika cara pengecualian ditentukan tidak dapat

diterima, misalnya: pemeriksaan orang yang diduga melakukan

tindak pidana hanya dapat dimulai jika ia di damping

pengacara.

8) Standar sejarah

Standar yang menyatakan hubungan antara standar masa lalu

dengan masa sekarang. Standar masa sekarang dinyatakan lebih

tinggi atau lebih rendah daripada standar masa lalu dalam

pengertian kuantitas dan kualitas.

9) Standar nol atau absolut


33

Standar yang menyatakan tidak akan terjadi sesuatu. Standar ini

dipakai jika tidak ada alternatif lain, misalnya: tidak ada

keluhan dari pelanggan mengenai pelayanan yang diberikan.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja

Menurut (Milkovich dan Boudreau 2017) mengemukakan

bahwa kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sebagai berikut:

1) Kemampuan (ability), artinya kapasitas seorang individu untuk

mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.

Kemampuan keseluruhan orang individu yang pada dasarnya

tersusun dari dua perangkat faktor:

a) Kemampuan fisik (ability), yaitu kemampuan yang

diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut

stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan, berupa

faktor kekuatan dinamis, kekuatan tubuh, kekuatan statik,

keluwesan ekstent, keluwesan dinamis, koordinasi tubuh,

keseimbangan dan stamina.

b) Kemampuan mental/intelektual, yaitu kemampu yang

diperlukan untuk kegiatan intelektual, seperti kecerdasan

numeric, pemahaman verbal, kecepatan percetual, penalaran

induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang dan ingatan.

2) Motivasi (motivation), artinya kesediaan untuk mengeluarkan

tingkat yang tinggi kearah tujuan perusahaan yang dikondisikan


34

oleh kemampuan upaya untuk memenuhi suatu kebutuhan

individual.

3) Peluang (opportunity), berkaitan dengan peluang-peluang yang

dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan karena adanya

halangan yang akan menjadi rintangan dalam bekerja. Peluang

ini meliputi dukungan lingkungan kerja, dukungan peralatan

kerja, ketersediaan bahan dan suplai yang memadai, kondisi

kerja yang mendukung rekan kerja yang membantu, aturan dan

prosedur yang mendukung cukup informasi untuk mengambil

keputusan, dan waktu kerja yang memadai untuk bekerja

dengan baik.

5. Manajeman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja tidak terlepas

pembahasan manajemen secara umum karena manajemen kesehatan

dan keselamatan kerja merupakan bagian dari manajemen secara

keseluruhan. Adapun unsur-unsur manajemen kesehatan dan

keselamatan kerja yang terdiri dari manusia material atau bahan-bahan,

mesin dan peralatan, dana dan metode secara garis besar dengan prinsip

pemecahan masalah yang dianut maka unsur-unsur dapat berupa sumber

bahaya apabila tidak memenuhi persyaratan yang diterapakan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.: PER.05/MEN/ 1996, Sistem

Manajemen Kesehatan dan keselamatan kerja adalah bagian dari sistem

manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, pe-


35

rencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber

daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,

pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan

kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan

kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Sistem manajemen wajib diterapkan pada kontraktor dengan tenaga

kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan/atau mengandung potensi

bahaya.

Program manajemen tentang kesehatan dan keselamatan kerja

meliputi:

a. Kepemimpinan dan administrasinya

b. Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang terpadu

c. Pengawasan

d. Analisis pekerjaan dan prosedural

e. Penelitian dan analisis pekerjaan

f. Latihan bagi tenaga kerja

g. Pelayanan kesehatan kerja

h. Penyediaan alat pelindung diri

i. Peningkatan kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

j. System pemeriksa

k. Laporan dan pendataan

Beberapa negara di dunia sudah mengembangkan sendiri sebuah

sistem Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Berarti ini


36

menunjukkan adanya perhatian yang kuat dari negara-negara tersebut.

Kebanyakan sistem yang ditetapkan di negara bersangkutan di-buat

dalam bentuk sebuah undang-undang atau ketetapan menteri. Di India

dan Malaysia, peraturan kesehatan dan keselamatan kerja yang dibuat

dalam istilah umum hanya menyebutkan bahwa pengusaha bertanggung

jawab dalam mengelola kesehatan dan keselamatan kerja, dan tidak

secara khusus menjelaskan suatu Sistem Manajemen kesehatan dan

keselamatan kerja. Di Australia, penerapan Sistem Manajemen

kesehatan dan keselamatan kerja diatur di tingkat negara bagian.

Pemerintah Australia dan Selandia Baru telah melakukan kesepakatan

normal untuk membuat sebuah organisasi dunia yang dikenal dengan

The Joint Accreditation System of Australia and New Zealand (JAS-

ANZ). China dan Thailand membuat sebuah standar Sistem Manajemen

kesehatan dan keselamatan kerja yang dikenal dengan OHSMS Trial

Standart dan TIS 18000 Series. Jadi setiap negara melakukan

pendekatan yang berbeda termasuk pihak yang bertanggung jawab

dalam menetapkan ketentuan tersebut, walau pada intinya memiliki

tujuan yang sama.

Adapun tujuan dari manajeman kesehatan dan keselamatan kerja:

a. Memberikan jaminan rasa aman dan nyaman bagi karyawan

dalam berkarya pada semua jenis dan tingkat pekerjaan;

b. Menciptakan masyarakat dan ling-kungan kerja yang aman, sehat

dan sejahtera, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja; dan
37

c. Ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan nasional

dengan perinsip pembangunan berwawasan lingkungan.

6. Peraturan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Secara umum kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang

tidak diduga sebelumnya. Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja dapat

diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak

memenuhi persyaratan. Karena itu, kewajiban berbuat secara selamat,

dan mengatur peralatan dan perlengkapan produksi sesuai dengan

standar yang diwajibkan oleh Undang-Undang adalah suatu cara untuk

mencegah terjadinya kecelakaan. Undang-Undang Keselamatan Kerja,

Lembaga Negara Nomor 1 tahun 1970 adalah Undang-Undang

Keselamatan Kerja yang berlaku secara nasional diseluruh wilayah

hukum Republik Indonesia dan merupakan induk dari seluruh peraturan

keselamatan kerja yang berada dibawahnya. Meskipun judulnya disebut

Undang-Undang Keselamatan Kerja sesuai dengan bunyi Pasal 18

namun materi yang diatur termasuk masalah kesehatan kerja.

Tahun 1970 berhasil dikeluarkan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang merupakan penggantian

VR.1910 dengan beberapa perubahan mendasar antara lain :

a. Bersifat lebih preventif

b. Memperluas ruang lingkup

c. Tidak hanya menitikberatkan pengamanan terhadap alat produksi

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamtan kerja yang


38

berlaku secara nasional pada dasarnya tidak menghendaki sikap

kuratif atau korektif atas kecelakaan kerja melainkan menentukan

bahwa kecelakaan kerja harus dicegah jangan sampai terjadi, dan

lingkungan kerja harus memenuhi syarat-syarat kesehatan. Jadi

jelas bahwa usaha-usaha peningkatan keselamatan dan kesehatan

kerja lebih diutamakan dibandingkan penanggulangan. ”Setiap

tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas

keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan

hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional “

Kutipan di atas adalah konsiderans Undang-Undang No.1/1970

yang bersumber dari pasal 27 ayat (2) UUD 1945 dan oleh sebab

itu seluruh faktor penyebab kecelakaan kerja wajib ditanggulangi

oleh pengusaha sebelum mem-bawa korban jiwa. Tujuan dan

sasaran daripada Undang-Undang Keselamatan Kerja seperti pada

pokok-pokok pertimbangan dikeluarkannya Undang-Undang No.1

Tahun 1970 maka dapat diketahui anatara lain sebagai berikut:

1) Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada

dalam tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat;

2) Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan

secara efisien;

3) Agar proses produksi dapat berjalan secara tanpa hambatan

apapun .

Kondisi tersebut dapat dicapai antara lain apabila kecelakaan


39

termasuk kebakaran, peledakan, dan penyakit akibat kerja dapat

dicegah dan ditanggulangi. Oleh karena itu, setiap usaha

keselamtan dan kesehatan kerja tidak lain adalah pencegahan dan

penanggulangan kecelakaan di tempat kerja untuk kesejahteraan

hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

7. Tujuan dan Manfaat Manajeman Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan keselamatan kerja yang termasuk dalam suatu

wadah hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes) terkadang

terlupakan oleh para pengusaha. Padahal kesehatan dan keselamatan

kerja mempunyai tujuan pokok dalam upaya memajukan dan

mengembangkan proses industrialisasi, terutama dalam mewujudkan

kesejahteraan para buruh. Tujuan dari manajemen kesehatan dan

keselamatan kerja adalah:

a. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang

setinggi- tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri,

atau pekerja-pekerja lepas.

b. Sebagai upaya untuk mencegah kecelakaan dan memberantas

penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja, memelihara, dan

meningkatkan kesehatan gizi para tenaga kerja merawat dan

meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia,

memberantas kelelahan dan melipat gandakan gairah serta

kenikmatan manusia.

Lebih jauh lagi sistem ini memberikan perlindungan bagi masyarakat


40

sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya pengotoran bahan-

bahan proses industrialisasi yang bersangkutan, dan perlindungan

masyarakat luas dari bahaya- bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh

produk-produk industri. Manfaat dari pelaksanaan sistem kesehatan dan

keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Dapat memicu kinerja kerja karyawan.

Dari lingkungan kerja yang aman dan sehat terbukti berpengaruh

terhadap kinerja. Dengan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan

kerja, karyawan akan merasa terjamin aman dan terlindungi

sehingga secara tak langsung dapat memicu motivasi dan kinerja

kerja mereka.

b. Meningkatkan efisiensi atau produktivitas perusahaan. Karena

dengan melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja

memungkinkan semakin berkurangnya kecelakan kerja sehingga

akan dapat meningkatkan efisiensi dalam perusahaan.

c. Mengefektifkan pengembangan dan pembinaan SDM. Para

pekerja (karyawan) adalah kekayaan yang amat berharga bagi

perusahaan. Semua pekerjaan ingin diakui martabatnya sebagai

manusia. Melalui penerapan prinsip kesehatan dan keselamatan

kerja pengembangan dan pembinaan terhadap sumber daya

manusia bisa dilakukan sehingga citranya sebagai manusia yang

bermartabat dapat direalisasikan.

d. Meningkatkan daya saing produk perusahaan. Kesehatan dan


41

keselamatan kerja apabila dilaksanakan dalam perusahaan

bermuara pula kepada penentuan harga yang bersaing, hal tersebut

dipacu oleh adanya penghematan biaya produksi perusahaan.

Selain bertujuan untuk menghindari kecelakaan dalam proses

produksi

perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja juga bertujuan untuk

meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja

karyawan. Dengan meningkatnya kegairahan, keserasian kerja dan

partisipasi kerja karyawan maka dapat berdampak pada

meningkatnya kinerja dari karyawan.

8. Proses Sistem Manajeman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Pelaksanaan sistem kesehatan dan keselamatan kerja di

perusahaan sangat tergantung dari rasa tanggungjawab manajemen dan

tenaga kerja terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja

sama dalam pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja. Proses

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja meliputi pelaksanaan

fungsi-fungsi manajemen dibidang kesehatan dan keselamatan kerja,

yaitu fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Fungsi

perencanaan meliputi perkiraan dilanjutkan dengan penetapan tujuan

dan sasaran yang akan dicapai, menganalisa data, fakta dan informasi,

merumuskan masalah serta menyusun program. Fungsi pelaksanaan

mencakup pengorganisasian, penempat-an staf, pendanaan serta

implementasi program. Dan fungsi terakhir adalah fungsi pengawasan


42

yang meliputi pemantauan dan evaluasi hasil kegiatan serta

pengendalian.

Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja bukanlah

manajemen yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari manajemen

perusahaan secara keseluruhan. Karena itu perumusan masalah yang

dihadapi adalah untuk memecahkan hambatan di bidang kesehatan dan

keselamatan kerja, dengan demikian akan mendorong sukses

perusahaan. Pada hakikatnya proses manajemen adalah proses yang

berkelanjutan, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dilanjutkan

dengan pengawasan. Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan

kerja sasarannya adalah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu

semua permasalahan yang menghambat tercapainya tujuan harus

diidentifikasi, dievaluasi, dicari penyebab dasarnya untuk kemudian

diupayakan cara pemecahan yang paling baik.

Langkah-langkah penerapan sistem kesehatan dan keselamatan

kerja (K3) sebagai berikut:

a. Tahap persiapan. Tahap ini merupakan tahap dan langkah awal


yang harus dilakukan oleh suatu organisasi atau perusahaan.
Langkah ini me-libatkan lapisan manajemen dan sejumlah
personil, mulai dari menyata-kan komitmen sampai dengan
menetapkan sumber daya yang diperlukan. Adapun tahap
persiapan ini meliputi: komitmen manajemen puncak, menentukan
ruang lingkup, menetapkan cara penerapan, membentuk kelompok
penerapan, dan menetapkan sumber daya yang diperlukan.
43

b. Tahap Pengembangan dan Penerapan. Dalam tahap ini berisi


langkah- langkah yang harus dilakukan oleh organisasi atau
perusahaan dengan melibatkan banyak personel, mulai dari
meyelenggarakan penyuluhan dan melaksanakan sendiri audit
internal serta tindakan perbaikan sampai dengan melakukan
sertifikasi. Langkah-langkahnya sebagai berikut: me-nyatakan
komitmen, menetapkan cara penetapan, membentuk kelompok
kerja penetapan, menetapkan sumber daya yang diperlukan,
kegiatan penyuluhan, peninjauan sistem, penyusunan jadwal
kegiatan, pengembangan manajemen K3, penerapan sistem, dan
proses spesifikasi.
C. Kerangka Penelitian

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan diatas, maka dapat

disusun kerangka pikir, sebagai berikut:

Kepala UPT Puskesmas


Karangmojo II

Kinerja Karyawan (Y)

Kesehatan Keselamatan
Kerja (X1) Kerja (X2)

HASIL

Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
44

D. Hipotesis Penelitian

Yang dimaksud hipotesis di sini adalah jawaban sementara dari suatu

masalah yang dihadapi dan perlu diuji kebenarannya dengan data yang lebih

lengkap dan menunjang.

1. H1 : diduga bahwa terdapat pengaruh signifikan kesehatan kerja

terhadap kinerja karyawan

2. H2 : diduga bahwa terdapat pengaruh signifikan keselamatan kerja

terhadap kinerja karyawan

3. H3 : diduga bahwa secara simultan terdapat pengaruh signifikan secara

simultan kesehatan dan keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan.

Anda mungkin juga menyukai