SKRIPSI
OLEH :
NIM: 1785/R.IS/17
SANTA URSULA
ENDE
2021
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : 1785/R.IS/17
Ursula Ende
1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri dan tidak
menjiplak karya orang lain, selain nama-nama yang termaksud dalam isi dan
2. Apa bila di kemudian hari ternyata skripsi yang saya tulis terbukti hasil
jiplakan, maka saya akan bersedia menanggung segala resiko yang diberikan
Ende.
Ende, ...........2021
Yang menyatakan,
i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
NIM : 1785/R.IS/17
Ursula Ende
Judul Skripsi : Pengaruh Ritual Adat Sewu Api Terhadap Semangat Bertani
Ende, ............2021
Mengetahui
ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Pada tanggal............2021
Penguji I : : ……………………
Penguji II : : ……………………
iii
MOTO
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
1. Kedua Orang Tuaku, Bapak Thomas Tongge dan Mama Wihelmina Wio
membiayai peneliti
mendukung
Delfina Lanu, Olivia Senggo, Yosef Ano Gere yang ikut mendukung dan
4. Adik tersayang, Rifaldo, Kadi, Gaya, Alfes, Ristin, Paji, Lega, Kero,
Arlan, Putra, Eka, Tika, Titin, Yani Greis, Rein, Rista, Alan, Irma, Marni,
satu persatu, yang telah memberi dorongan untuk peneliti baik suka
maupun duka dalam menuliskan karya ilmiah ini yang tak pernah peneliti
lupakan.
v
6. Bapak Dosen Pembimbing Drs. Abraham Badu, M.Si yang telah
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
oleh karena itu tidak menuntut kemungkinan dalam penyusunan skripsi ini
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai rintangan dan
pengelolaan dan analisis data maupun dalam tahap penulisan. Namun demgan
kesadaran dan ketekunan yang dilandasi dengan rasa tanggung jawab selaku
mahasiswa dan juga bantuan dari berbagai pihak baik materi maupun moril.
Ende, staf pengajar dan pegawai yang telah memberikan bantuan dan
tulisan ini.
vii
3. Dewan penguji (I,II,III) yang telah memperkaya penulis dalam proses
4. Kepada Desa Mukusaki, dan Pemerintah Desa lainnya, Kepala Adat serta
ilmiah ini.
tidak biasa penulis sebutkan satu per satu yang telah memberi dorongan
untuk penulis dalam suka dan duka dalam penyelesaian karya ilmiah ini
dalamnya jika peneliti telah banyak melakukan kesalahan baik dalam bentuk
ucapan maupun tingka laku semenjak peneliti menginjakkan kaki pertama kali di
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat ini hingga selesai studi penulisan ini.
Semua ini murni dari peneliti sebagai manusia baiasa yang tak pernah luput dari
kesalahan.
Akhirnya peneliti berharap bahwa apa yang di sajikan dalam skripsi ini
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN.................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
MOTTO.................................................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................v
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
ABSTRAK............................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1......................................................................................................Latar Belakang
............................................................................................................................1
1.2.................................................................................................Rumusan Masalah
............................................................................................................................6
1.3..................................................................................................Tujuan Penelitian
............................................................................................................................6
1.4................................................................................................Manfaat Penelitian
...........................................................................................................................6
ix
1.5.....................................................................................Ruang Lingkup Penelitian
............................................................................................................................7
2.2.1. Ritual..........................................................................................................10
2.2.2. Adat...............................................................................................................11
2.2.5. Masyarakat....................................................................................................13
2.2.6. Petani............................................................................................................14
3.3. Narasumber.....................................................................................................18
x
4.1.1. Sejarah Desa..............................................................................................23
BAB VI PENUTUP..............................................................................................45
6.1. Kesimpulan.....................................................................................................45
6.2. Saran............................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Kabupaten Ende
xiii
ABSTRAK
xiv
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan, maka
penyimpulan akhir tentang pengaruh ritual adat sewu api terhadap semangat
bertani masyarakat penggarap di desa Mukusaki, kecamatan Wewaria, kabupaten
Ende (studi di desa mukusaki, kecamatan Wewaria, kabupaten Ende) secara
umum telah dilakukan oleh para leluhur dari dulu sebagai bentuk permohonan
sekaligus ucapan syukur atas segala hasil pertanian yang cukup selama setahun,
selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan mosalaki setempat dapat
disimpulkan bahwa pengaruh ritual adat sewu api dipercaya dapat memberikan
hasil bertani yang melimpah.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku
bertindak, dan hasil karya dalam kehidupan. Masyarakat adalah pencipta dan
pewarisan dari nenek moyang sejak dahulu kala kepada generasi secara turun-
temurun dari masa ke masa untuk dilestarikan dan dikembangkan. Selain itu
diwariskan agar tidak punah atau hilang dari kehidupan masyarakat atau suatu
wilayah. Kebudayaan suatu daerah tentu tidak terlepas dari asal mula
kebudayaan itu pada masa lampau. Semua tradisi dan unsur budaya yang
mampu melawan jaman akan dapat berkembang mengiringi waktu. Hal ini
1
dipertahankan sebagai salah satu norma kehidupan yang berperan
Sejalan dengan hal tersebut kita tahu bahwa, gaya hidup masyarakat petani
serta konsepsi masyarakat mengenai upacara adat yang sakral dan sangat
pesat, gaya hidup masyarakat petani desa mulai berubah menjadi sistem
2
hanya ditentukan oleh ilmu pengetahuan, bukan ditentukan oleh hal-hal mistis
atau gaib.
Ende, suku Lio juga merupakan salah satu suku yang dipengaruhi oleh
pedagang yang berada diwilayah pesisir selatan, dimana pada saat itu
Suku Lio sendiri banyak terdapat dibagian timur dari wilayah kabupaten
Ende, berbanding dengan kedua suku yang ada di wilayah kabupaten Ende,
Suku Lio masih mempertahankan budaya dari nenek moyangnya. Hal ini
dapat dilihat dari adanya upacara-upacara adat yang dilaksanakan oleh suku
Lio. Suku Lio yang masih mempertahankan budayanya adalah di desa adat
Mukusaki. Kegiatan upacara adat yang dilakukan setiap tahun mulai dari
bulan Desember sampai dengan puncak acara adat di bulan Januari yang
Sewu api menurut Mosalaki (ketua adat) adalah salah satu upacara yang
garapan fai walu ana kalo hal ini dapat terjadi karena menurut kepercayaan
adat memberi makan nenek moyang dengan hasil panen dai lahan bertanu
maka lahan bertani tersebut akan menjadi sejuk atau menjadi lahan yang
3
memiliki hasil berlimpah. Sewu api dapat diartikan sebagai seremoni adat
hidup dan hubungannya dengan alam dan sang pencipta. Sewu api bisa
bermakna upacara adat untuk mengucapkan terima kasih dan syukur kepada
Dia (kepercayaan asli suku Lio yaitu Du’a Ngga’e) yang tertinggi atau pesta
syukuran seusai panen. Upacara adat sewu api merupakan sebuah rangkaian
ritual yang dimulai sejak awal membuka kebun baru hingga berujung pada
nggua ria dan di tutup dengan tarian gawi. Tarian gawi merupakan simbol
memberikan kehidupan.
Acara pesta adat nggua sewu api merupakan acara yang berkaitan dengan diri
kita sendiri (tebo) mulai lahir hingga dewasa, hidup, kawin dan mati, serta
ola kema tau ola muri (kesejahteraan manusia). Upcara nggua sewu api
merupakan tradisi yang harus tetap di lestarikan dan di jaga, hal ini berkaitan
desa Mukusaki bertambah semangat dan lebih percaya diri serta meyakini
bahwa desa Mukusaki memiliki banyak potensi yang luar biasa dengan
melakukan upacara nggua sewu api setiap tahun pada akhir Desember sampai
4
awal bulan Januari tahun berjalan. Masyarakat di desa Mukusaki masih
sangat menjaga adat istiadat mereka. Makna dalam pelaksanaan nggua sewu
untuk bisa diwarisi pada generasi muda, dengan harapan ikut melestarikan
sejarah adat, asal usul adat dan sejarah tanah adat mukusaki; (2) Mewarisi
seluruh proses ritual adat kepada generasi penerus agar tetap terjaga dan terus
Upacara sewu api setiap tahun terus dijalankan oleh masyrakat di desa
Mukusaki, yang mana upacara ini hanya dilakukan oleh masyarakat Lio yang
wilayah Flores umumnya. Hal ini membuat Peneliti lebih tertarik dan
memilih tema kajian mengenai ritual nggua sewu api. Ritual nggua sewu api
5
Upacara ritual nggua sewu api merupakan ritual khas di suku Lio yang
suku Lio. Sejak zaman dahulu sampai sekarang kebudayaan masyarakat suku
temurun. Perayaan upacara ritual nggua sewu api selalu menjadi pusat
Kabupaten Ende”.
dalam penelitian ini adalah: apa pengaruh ritual adat sewu api terhadap
6
1. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan atau bahan kajian
3. Sebagai upaya pelestarian tradisi lokal yang dimiliki oleh Mayarakat desa
ritual adat nggua sewu api terhadap semangat bertani masyarakat penggarap
7
BAB II
LANDASAN TEORI
tindakan sosial Max Weber yang relevan yang digunakan untuk menganalisis
pelaksanaan ritual adat sewu api yang terjadi di Desa Mukusaki, Kecamatan
pada motif dan tujuan pelaku. Dengan menggunakan teori ini dapat
masing memiliki motif dan tujuan yang berbeda terhadap sebuah tindakan
8
Weber (Pip Jones, 2003: 115) melakukan klasifikasi dari tipe
1. Tindakan Tradisional
ditetapkan oleh adat dan tradisi. Apa yang penting dari tindakan
yang dipandu oleh adat istiadat dan kepercayaan jangka panjang yang
menjadi kebiasaan.
atau materi.
9
mencapai tujuan berbasis nilai etika, estetika, agama atau bentuk
memahami motif dan tujuan dari para pelaku tradisi yang sampai dengan
2.2.Tinjauan Pustaka
2.2.1. Ritual
Ritual adalah bagian dari tingkah laku religius yang masih aktif
dan bisa diamati, misalnya pemujaan nyanyian, doa-doa, tarian dan lain-
sakral dalam ritual, yang tidak tergantung pada ciri-ciri hakiki dari benda
dengan dewa-dewi atau nenek moyang dan juga sebagai simbol dari suatu
10
2.2.2. Adat
terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai
kelakuan. Adat merupakan sebuah norma atau aturan yang tidak tertulis,
akan tetap keberadaanya sangat kuat dan mengikat sehingga siapa saja
menghilangkan tingkah laku atau adat istiadat yang hidup dan berakar
dalam masyarakat.
diperoleh pengerian bahwa Sewu api bahasa Lio berarti memadamkan api.
11
akhir tahun oleh suku Lio, yang sebagian besar warganya mendiami
sewu api dari salah satu kelompok adat suku Lio yakni embu lesu dengan
pu’u, petinggi adat atau mosalaki ria bewa (semacam perdana menteri),
pertanian yang disebut ana kalo fai walu. Dalam struktur adat, mosalaki
pu’u dan mosalaki riabewa adalah pemegang hak ulayat atas tanah-tanah
biasanya sesudah hari raya natal hingga satu Januari. Sebelum acara inti
pada 1 Januarai, pada tanggal 29 sampai 30 Desember ana kalo wai walu
(penggarap), yang kerja di hak ulayat adat (toko wolo tanah watu) wajib
antar (tu), beras (are wati), sebotol tuak(moke boti), serta uang untuk
membeli babi yang telah di sepakati bersama. Hal ini di buat sebagai
simbol hasil kerja penggarap selama satu tahun ke mosalaki. Pada tanggal
12
31 Desember moslaki pu’u melakukan seremonial adat yaitu memberi
sesajian pada leluhur (pati ka tana watu dan kubur nenek moyang di
Desember yaitu :
Wea (emas).
selama tiga puluh menit(30 menit), selesai tarian gawi, seluruh peserta
tarian gawi atau pun para penggarap diundang untuk makan bersama. Usai
waktu untuk penggarap (ana kalo fai walu) beraktifitas (dhawe kema ogo
uma). Dalam waktu yang ditentukan, penggarap (ana kalo fai walu) tidak
2.2.5. Masyarakat
13
Biasanya anggota-anggota masyarakat menghuni suatu wilayah
masyarakat dapat berinteraksi satu sama lain karena faktor budaya dan
a group of human beings living together and working together for the
secara bebas tanpa terbatas, maka akan timbul keadaan yang penuh
2.2.6. Petani
Faizah (2005) petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk
14
memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dibidang
2. Petani penyewa adalah petani yang menyewa tanah orang lain untuk
hidup, baik yang mempunyai lahan atau yang tidak mempunyai lahan
15
sebagai mata pencaharian untuk mencukupi kebutuhan hidup. Jadi antara
petani dan pertanian tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena
saja. Karena dari pertanian, petani akan memperoleh hasil yang setinggi-
16
BAB III
METODE PENELITIAN
data-data berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari para narasumber serta
perilaku yang diamati dan diarahkan pada latar belakang secara utuh
terkait apa pengaruh ritual adat sewu api terhadap semangat bertani
Ende.
Unit analisis menurut Krippendorff (Eriyanto, 2011: 4), sebagai apa yang
dalam penelitian ini adalah individu yaitu para tetua adat dan masyarakat
kampung Mukusaki.
17
3.3. Narasumber
berkaitan erat dengan populasi yang diketahui sebelumnya, dengan kata lain
ini adalah data primer yaitu data yang diambil dari narasumber yang terdiri
dari 2 (dua) orang tetua adat (mosalaki) yang berperan penting dalam ritual
18
3.4.1. Wawancara
yang menggunakan kuisoner atau daftar pertanyaan. Pada metode ini terjadi
diangkat yaitu apa pengaruh ritual adat sewu api terhadap semangat bertani
Kabupaten Ende.
3.4.2. Observasi
belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Lebih lanjut oleh
perilaku subyek (orang), obyek (benda), ataupun kejadian tertentu tanpa ada
pengaruh ritual adat sewu api terhadap semangat bertani masyarakat adat
Mukusaki.
19
3.4.3. Dokumentasi
profil desa Mukusaki yang diperoleh dari kantor desa,serta data-data lain dari
Tabel. 1
Skema Data
Teknik
No Topik Data Set Sumber Pengumpulan
Data
1. Profil Desa Sejarah Desa
Keadaan Geografis
1. Luas wilayah
2. Batas wilayah
3. Topografi
Keadaan Demografis
Kantor Desa Dokumentasi
1. Jumlah penduduk
2. Jenis kelamin
3. Usia
4. Tingkat pendidikan
5. Mata pencaharian
Keadaan sosial budaya
20
2. Apa
Pengaruh
ritual adat
sewu api
Adat budaya
terhadap Wawancara
Religius
semangat Narasumber
Sosial
bertani Dokumentasi
masyarakat
penggarap
di desa
Mukusaki?
Menurut Bogdan (Sugiyono, 2008: 244) Analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan
21
memberikan usul dan saran terhadap pelaksanaan ritual adat sewu api di desa
Sesuai dengan judul yang dibuat oleh peneliti maka lokasi penelitian ini
Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 12 (dua belas) bulan yaitu dari bulan mei
22
BAB IV
4.1.Profil Desa
4. 1. Sejarah Desa
di sebut camat pada waktu itu berkedudukan di Wolowaru (swapraja lio) serta
adalah bagian dari desa Boafeo yang batas hamante Boafeo waktu itu adalah
Ketika pada zaman orde lama oleh pemerintahan orde lama tepatnya
pada tahun 1963, maka struktur pemerintahan yang lama dibubarkan atau di
hapus dan di ganti dengan struktur yang baru yakni Swapraja diganti dengan
1. Boafeo
2. Desa Ratesuba
3. Desa Nabe
4. Desa Mukusaki
23
Adapun wilayah hukum Mukusaki terdiri dari 3 (tiga) dusun yaitu dusun
4. 2. Keadaan Geografis
b. Topolografi Desa
Tabel 2
Topografi Desa
Topologi Desa/Kelurahan Pesisir/Nelayan
Klasifikasi Desa/Kelurahan Swadaya
Kategori Desa/Kelurahan Madya
Komoditas Unggulan Berdasarkan Luas Tanam Tidak Ada
Komoditas Unggulan Berdasarkan Nilai Ekonomi Tidak Ada
Sumber data : kantor desa Mukusaki
madya. Pada desa atau kelurahan Mukusaki diketahui tidak ada komoditas
24
c. Luas Wilayah
Tabel. 3
Luas Wilayah
Luas (Ha)
Lahan
Lahan Sawah 53
Lahan Ladang 117
Lahan Perkebunan 22
Hutan 224
Waduk/Danau/Situ 0
Lahan Lainnya 46
Total 461,97
Sumber data : Kantor Desa Mukusaki
Berdasarkan data tabel di atas dapat di lihat bahwa luas hutan 224, luas
Tabel. 4
25
4. 3. Keadaan Demografi
Tabel. 5
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempua Kepala keluarga Kepadatan Penduduk
n
766 806 390 KK 1.238 per Km
Sumber data : Kantor Desa Mukusaki
dengan laki-laki sebanyak 766 orang dan perempuan 806 orang dengan jumlah
Tabel. 6
1 L 766 49
2 P 806 51
Total 1572 100
Sumber data : Kantor Desa Mukusaki
laki-laki.
26
Tabel. 7
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa petani menduduki tempat
teratas dengan jumlah 684 orang atau 44 persen,sedangkan yang PNS hanya
mencapai 22 orang atau 1 persen.Lebih kurang dari yang belum bekerja yang
Tabel. 8
27
Dari data diatas tercatat bahwa di Desa Mukusaki terdapat dua
1016 orang atau 65 persen lebih banyak dari kepercayaan Islam yang
Tabel. 9
Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende cukup baik di lihat dari
28
yang telah ditetapkan di lingkungan yang mereka tempati. Manfaat
menjunjung tinggi adat istiadat, kebiasaan para leluhur serta sangat terkenal
keunikan geografi, sosial, ekonomi, politik dan budaya dimana wilayah ini
dengan lingkungan alamnya yang masih asli sehingga hal ini memicu hampir
bisnis perikanan. Selain itu, mereka juga dikenal sangat menjunjung tinggi
adat istiadat. Antara desa yang dengan desa lainnya akan mempunyai
29
antar sesama sehingga ketika yang satu sedang tertimpa musibah, mereka
juga akan larut dalam kesedihan. Masyarakat desa Mukusaki yang dengan
mereka lebih memilih patuh terhadap ketentuan nenek moyang mereka dan
30
BAB V
data, peneliti akan mengurai lebih mendalam tentang Pengaruh Ritual Adat
kata dan kalimat dari hasil wawancara serta data hasil dokumentasi lainnya.
temuan penelitian yang didukung oleh teori yang dipandang relevan dengan
temuan penelitian.
dianggap memiliki nilai-nilai yang masih cukup relevan bagi kebutuhan hidup
31
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak mosalaki Pu’u di desa
“Ritual adat Sewu Api itu terdapat dengan penggarapnya, sewu jeju
(yang panas menjadi dingin) dan yang dingin tetap menjadi dingin.
Dan adat ini dari dulu hingga sekarang tetap sama. Saya mengatakan
sama karena ritual sewu api ini merupakan sebagai bentuk untuk
memberi makan kepada nenek moyang”.
“Ritual dulu caranya berbeda dengan yang sekarang, kalau dulu sistem
seremonial adat khusus sewu api hanya dilakukan oleh tokoh mosalaki
dan keluarganya. Karena kebersamaan dibangun komunikasi bersama
masyarakat sehingga ritual adat sewu api yang sekarang dibuat secara
bersama-sama dengan para penggarap. Jadi kesepakatan dan anggaran
dikumpul bersama-sama untuk menjalankan ritual sewu api yang
sekarang kita kenal”.
“Yang saya pahami tentang adat sewu api dari dulu sampai sekarang
adalah: kalau dulu upacara adat sewu api dilaksanakan hanya pihak
mosalaki bersama keluarganya, sedangkan sekarang upacara adat
sewu api dilaksanakan bersama penggarap”.
32
“Orang tua dulu mengimani bahwa leluhur menyatu dengan mereka,
beda dengan sekarang karena melihat dengan jaman yang semakin
berkembang. Kami sebagai penggarap mengakui bahwa yang
melakukan upacara ritual sewu api adalah mosalaki pu’u”
dibenarkan oleh bapak Fabianus Sandi Siga selaku masyarakat terkait jalanya
ritual adat sewu api hanya dipimpin oleh seorang mosalaki. Dari wawancara
pernyataan yang sama terkait jalannya ritual adat yang dipimpin oleh seorang
mosalaki.
33
Selain itu, bapak Ferdinandus Jando selaku mosalaki menjelaskan
rangkaian ritual adat yang stiap tahun dilaksanakan oleh mosalaki dan
sebagai berikut:
ritual adat sewu api merupakan bentuk ucapan syukur atas kehidupan yang
telah diterima dari hasil panen selama setahun. Sehingga syukuran tersebut
dibuat untuk memberi makan kepada nenek moyang atas segala usaha dan
hasil yang telah dicapai selama setahun oleh masyarakat penggarap di desa
Mukusaki.
34
kepada penggarap untuk mengantar persiapan seremonial adat (Mosalaki
keyakinan akan adanya kekuatan di luar diri manusia. Hal ini tentunya
ritual upacara yang disebut sewu api. Ikatan budaya yang begitu kental
syukur kepada leluhur maupun Tuhan atas segala hasil yang telah diperoleh.
35
sangat positif. Ketika ritual sewu api dilaksanakan membuat tatanan budaya
“Sanksi bagi yang melanggar upacara adat ini adalah jika pelanggaran
yang besar maka akan mendapat sangsi berupa satu ekor kerbau dan
satu kumbang moke,sedangkan jika pelangaran yan kecil maka hanya
membawa babi satu ekor dan moke satu botol”
36
“Karena kebersamaan, membangun persaudaraan dan keakraban
sehingga ritual sewu api tetap dilaksanakan dan tidak boleh terlepas
dengan upacara syukur yang pernah dibuat oleh nenek moyang.
Apabila kita tidak mau melaksankannya lagi maka akan banyak
resiko, terkhusus bagi mereka yang garis keturunan mosalaki”.
dan menjelaskan pelanggaran yang dibuat serta denda atau sanksi yang
berikut:
mengatakan bahwa sanksi yang diberi kepada masyarakat juga dilihat dengan
memiliki dua keyakinan yakni agama katholik dan agama islam. Sehingga
“Akan dikenakan poi, akan tetapi karena kami disini terdapat dua
aliran agama yaitu islam dan katholik. Sehingga untuk mereka yang
agama islam akan dikenakan denda kambing, sedangkan untuk yang
beragama katholik akan dikenakan denda seekor babi. Seperti itu
merupakan sanksi yang ringan, sementara untuk sanksi yang besar
dapat berupa seekor kerbau, sanksi tersebut tergantung dengan berat
ringannya pelanggaran yang dibuat oleh masyarakat”.
37
Yang mana ritual merupakan pemberian sesajian kepada nenek moyang,
tersebut.
5.1.3 Pengaruh Kehidupan Sosial Terhadap Ritual Adat Sewu Api Terhadap
ritual adat yang setiap tahun terus dilaksanakan. Sehingga semua masyarakat
yang mendiami wilayah tersebut tidak terlepas dengan ritual adat sewu api,
hal ini merupakan kewajiban dan tuntutan untuk meneruskan kebiasaan yang
telah dibuat oleh leluhur dan menjadi budaya yang sudah melekat.
sewu api, jadi bukan hanya mosalaki sebagai pemilik tanah ulayat. Kemudian
ditentukan.
38
“Yang terlibat di dalam upacara adat sewu api adalah mosalaki,
penggarap, dan pihak pemerintah yang di undang,tokoh adat yang di
undang”.
sebagai berikut:
Senada dengan hal tersebut, bapak Frans Maka selaku mosalaki yang
“Jadi yang terlibat di dalam acara ini adalah ana fai walu yang dalam
istilahnya penggarap yang bertani di desa. Masyarakat setujuh dan
tidak pernah berkeberatan dengan hal ini karena ritual adat ini sudah
di akui sejak dulu dan merupakan haknya mosalaki”.
senang dengan adanya ritual sewu api. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
39
“Sejujur saya pribadi mau mengatakan bahwa ada masyarakat yang
senang dan tidak senang dengan ritual adat ini. Hal ini terjadi karena,
acara adat ini setiap tahun mengalami perubahan. Saya berikan salah
satu contoh terkait anggaran sewu api yang tidak tetap karena saya
sendiri setiap tahun harus mengikuti tiga mosalaki, karena di wilayah
satu desa ketiga mosalaki tersebut menentukan anggaran yang
berbeda-beda, sedangkan di dalam upacara ritual adat ketiga mosalaki
sama saja. Keterlibatan/ peran lembaga adat, pemerintah dan agama
dalam menanggapi ritual ini. Setiap tahun masyarakat selalu terlibat
dan duduk bersama dengan mosalaki, bahkan mosalaki juga meminta
pendapat dari kami sebagai penggarap. Hal ini sudah diketahui untuk
seluruh orang Ende yang dikenal dengan tiga batu tungku, sehingga
tiga batu tungku ini selalu bekerjasama dan berjalan dengan baik.”.
Hal ini diungkapkan oleh bapak Ferdinandus Jando selaku mosalaki, beliau
“Ketika duduk bersama disaat itu akan ada sering tentang kejadian di
masa yang lalu dengan yang sekarang. Sehingga dari situ bisa
menemukan perimbangan titik keselarasan untuk membangun tatanan
budaya kedepan agar kita tidak terpatok pada pola yang lama, tetapi
kita juga harus mengikuti perkembangan jaman”.
sebagai berikut:
40
“Karena dampaknya sangat positif sehingga alur perkembangan baik
kehidupan sosial bermasyarakat di desa mukusaki terarah, terjaga
ketertiban, ketentramannya, tidak ada konflik antar sesama baik
konflik antar agama. Kemudian terjaga juga lahan-lahan kosong masih
tertib, terkhusus lahan yang memiliki mata air, karena orang akan
takut dengan adat disini”
“Saya sebagai penggarap merasa tidak ada dampak, tetapi ini sudah
menjadi warisan leluhur sehingga mosalaki melanjutkan saja karena
untuk wilayah lain kadang merubah lima tahun sekali, kalau untuk
kami di desa setahun sekali dilakukan ritual ini”.
yang terlibat di dalam ritual tersebut adalah tokoh adat, mosalaki di wilayah
acara ritual sewu api, antusias masyarakat muncul karena adanya kesadaran
Dukungan dalam ritual adat ini juga bukan hanya datang dari
agama, dan tokoh masyarakat. Ritual sewu api merupakan rutinitas tahunan
yang setiap tahun harus dilaksankan, karena upacara ini juga dapat menjadi
41
5.2. Analisis Data
terkait judul skripsi yang diangkat terkait Pengaruh Ritual Adat Sewu Api
Ritual adat sewu api merupakan budaya yang masih sangat melekat
untuk memberi makan para leluhur atas hasil dan usaha selama setahun yang
mereka peroleh dari bertani. Sewu api sebagai bentuk mengucap syukur dan
saja yang diberikan sesajian dengan istilah memberi makan kepada nenek
42
moyang, namun disamping itu juga memberikan ucapan syukur kepada
Ritual adat sewu api dipimpin oleh mosalaki pada wilayah tersebut,
karena mosalaki dianggap sebagai pemilik tanah ulayat serta mumpunyai hak
untuk menjalankan ritual adat. Sistem seremonial adat sewu api yang dulu
penggarap untuk ikut terlibat dalam ritual adat. Ketika akan dilangsungkan
penggarap (Mosalaki bo’o belak anak kau fai walu) dan telah disepakti
Rutinitas ini dilaksanakan pada setiap akhir tahun setelah semua hasil
pertanian selesai di panen. Hal ini sudah menjadi kebiasaan sejak dulu yang
telah dilaksanakan oleh nenek moyang sehingga ritual ini menjadi sebuah
warisan kepada masyarakat di desa Mukusaki. Ritual ini masih dijunjung oleh
semakin maju.
simbol dan mitos. Karena itu, ritual ini kemudian digambarkan sebagai suatu
43
tindakan yang dirutinkan atau kebiasaan. Seperti integrasi ritual, kepercayaan
dan perilaku, tradisi dan perubahan, ketertiban dan kekacauan, individu dan
kejadian di masa lampau dan masa depan. Sehingga dari diskusi yang
penting di dalam ritual adat sewu api, selain itu juga tokoh agama, tokoh adat
tersebut. Antusias masyarakat yang tinggi dalam ritual adat sewu api yang
ditunjukan dengan partisipasi penuh. Hal ini terjadi karena budaya yang
masih sangat melekat pada diri masyarakat penggarap dan kesadaran akan
Ritual adat sewu api menjadi tanggung jawab masyarakat penggarap yang
44
lahan yang di garap oleh masyarakat merupakan wilayah kekuasaan mosalaki
Hidup bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan
hubungan. Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara, dari
responnya itu bisa bersifat positif maupun dinamis, atau bisa juga masyarakat
itu bersikap apatis. Dan secara kultural, maka menjadi lumrah belaka jika
bertahan.
generasi muda, dengan harapan ikut melestarikan dengan kreatif dan sesuai
menuruti tatanan yang dibangun oleh mosalaki, jika hal itu dilanggar maka
45
akan dikenakan poi (denda/sanksi) kepada mereka. Poi yang kenakan
yang besar akan membawa seekor kerbau, moke seguci dan beras sekarung,
kemudian pelanggaran kecil akan membawa seekor kambing, seekor babi dan
moke sebotol.
atau magis, yang diperkuat melalui tradisi. Ritual lebih menekankan pada
bentuk ritual sebagai suatu penguatan ikatan tradisi sosial dan individu
dengan struktur sosial dari kelompok. Intergrasi itu dikuatkan dan diabadikan
46
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
penyimpulan akhir tentang pengaruh ritual adat sewu api terhadap semangat
Ende) secara umum telah dilakukan oleh para leluhur dari dulu sebagai
bentuk permohonan sekaligus ucapan syukur atas segala hasil pertanian yang
mosalaki setempat dapat disimpulkan bahwa pengaruh ritual adat sewu api
yang mana upacara ini setiap tahun dilaksanakan oleh masyarakat penggarap
desa, serta tokoh agama pun akan dilibatkan pada ritual adat karena dari
47
Selain itu juga, terdapat nilai yang sangat bermakna bagi kehidupan
selalu tetap eksis serta keamanan dan ketentraman masyarakat terjaga dengan
baik. Maka, setiap rangkaian kegiatan ritual adat menjadi tatanan budaya dan
6.2. Saran
perlu ditingkatkan dan juga keterlibatan dalam ritual harus muncul dari diri
rangkaian kegiatan adat yang ada di desa. Keterlibatan bukan saja pada
48
ritual adat sewu api, tetapi juga rangkaian kegiatan adat lain yang ada diah
desa.
49
DAFTAR PUSTAKA
Anggito, Albi. Johan Setiawan. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. Jawa Barat:
CV Jejak
Utama.
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Da sar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Rosdakarya.
Rahman, M. Taufiq. 2011. Glosari Teori Sosial. Bandung: Ibnu Sina Press.
Alfabeta.
Alfabeta.
Alfabeta.
Wolf, Eric R. 1985. PETANI Suatu Tinjauan Antropologis. Jakarta: CV. Rajawali.