Anda di halaman 1dari 43

Dr. Mulya Rahma Karyanti, Sp.A(K), M.

Sc
Ketua Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik,
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSCM-FKUI
Pendidikan
• Dokter Umum - Fakultas Kedokteran UI, 1988 - 1994
• Spesialis Anak - Fakultas Kedokteran UI, 2004
• Training tropical Infectious disease on public health, WHO-SEARO, April 2009
• Master of Science in Clinical Epidemiology - Utrecht Medical Centre, 2011
• Konsultan Infeksi dan Pediatri Tropis - Fakultas Kedokteran UI, 2011
Pengalaman Organisasi
• Anggota IDAI Jaya, 2004 - Sekarang
• Bendahara PP IDAI 2008 - 2010
• Pengurus UKK Infeksi dan Pediatri Tropik, 2017 - 2024
• Ketua Satgas Farmasi Pediatri PP IDAI, 2017 –2021
• Anggota Asian Society of Pediatric Infectious Disease ( ASPID ), 2005 sampai sekarang
• Ketua Subkomite PRA RSCM-FKUI
• Komite Ahli Kemenkes Dengue, Malaria, Difteri, verifikasi nasional eliminasi campak dan
pengendalian rubella/ CRS
• Anggota Satgas Angka Kematian Bayi (AKB) PP IDAI 2022-2024
Hand foot and mouth disease
in children

Dr. Mulya Rahma Karyanti, SpA(K), MSc

Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik,


Departemen Ilmu Kesehatan Anak
RSCM-FKUI
Topik yang dibahas
• Epidemiologi
• Gejala pada anak
• Laporan kasus-kasus HFMD
• Pemeriksaan penunjang
• Pengobatan
• Upaya pencegahan
Etiologi
• Penyebab: famili Picornavirus, non polio enteroviruses group
• Coxsakie type A ( A1- A24 )
• Coxsakie type B (B1 – B6 )
• Echovirus ( group 1 – 33 )
• Enterovirus ( 68 – 71 )
• KLB
• Bulgaria 1975, Hungaria 1978, Malaysia 1997, Taiwan 1998 and
2000, Singapura 2000
Perjalanan Penyakit
Masa inkubasi 1-5 hari

Viremia 5 hari sebelum onset

Multiplikasi pada sel mononuklear

lidah Lesi membaik


5-7 hari
Demam 1-2 hari
Tinja
Ruam kulit 2 minggu
Epidemiologi
Hand, foot and mouth disease (HFMD)
• Penyakit virus
• Exanthema dan enanthema
• Sering menimbulkan KLB pada anak sekolah
• Kelompok umur yang terkena
• Pada umumnya mengenai umur 1 – 4 th,
• Diikuti oleh 5 – 14 th,
• kadang-kadang terjadi pada dewasa muda dan bayi
• Tidak pernah dilaporkan terdapat pada neonatus dan lansia sangat
jarang
Epidemiologi
Hand, foot and mouth disease (HFMD)
• Penyebaran melalui fecal-oral & saluran nafas, atau dari ibu
ke anak pada periode peripartum
• Fecal viral shedding dapat berlangsung untuk beberapa
minggu setelah awal infeksi.
• Respiratory tract shedding berlangsung seminggu atau
kurang
• Viral shedding dapat terjadi tanpa gejala klinis
• Masa inkubasi 3 - 6 hari
Gejala klinis
• Demam (42%)
• Nyeri tenggorok (67%)
• Anoreksia (52%)

• Enanthem (90%) Exanthem (64%)


• mukosa pipi • telapak tangan
• lidah dan uvula • kaki
• palatum • gluteal
• daerah uvula • muka
Letak vesikel
• Mulut (96%)
• Telapak kaki (96%)
• Telapak tangan (91%)
• Bokong (96%)
• Hanya terdapat pada mulut (9%)

Demam (60%)
Djoko Yuwono, Gunawan S, Wahyuhono G, Rahardjo E, Sehatman.
Seminar Badan Litbangkes, Jakarta, 5 November 2001
Manifestasi Klinis Enterovirus
Manifestasi klinis Polio CA CB Echo EV
Asimtomatik Ö Ö Ö Ö
Demam nonspesifik Ö Ö Ö Ö
Gejala sal.nafas Ö Ö Ö
Ruam kulit/mukosa Ö/Ö Ö Ö
Miokarditis Ö
Meningitis aseptik Ö Ö Ö Ö Ö
Disseminated neonatal Ö Ö
infection
Paralitik Ö Ö Ö Ö Ö
Konjungtivitis hemorhagik Ö Ö
Faktor risiko HFMD berat
• Di Singapore Agustus 2004-Juli 2014
• Faktor risiko: hipoperfusi, kejang, penurunan kesadaran,
iritasi meningeal, takikardia, takipnu, peningkatan sel darah
putih (terutama abolue neutrophil count) dan EVA71 yang
positif
• Penelitian lain: bukti hipoperfusi, peningkatan laju napas,
peningkatan total sel darah putih dan EVA71 positif

Chew SP, et al. BMC infectious disease. 2015;15:486.


Faktor risiko komplikasi SSP
•kejang,
•perubahan kesadaran,
•iritasi meningeal

Chew SP, et al. BMC infectious disease. 2015;15:486.


Distribusi umur di Inggris – Wales, Tahun 1994

Kelompok Jumlah kasus


Umur (tahun) (953)
0–4 713
5 – 14 150
15 – 44 85
45 – 64 4
>65 -
Data hilang 1
Bendig JWA, Fleming DM. CDR Review no. 6; 24 May 1996
Distribusi umur kasus HFMD
di Solo – Jawa Tengah 1994
Kelompok umur Jumlah kasus
(tahun) (%)
0-1 3
1–4 49
5–9 43
>9 5

Djoko Yuwono, Gunawan S, Wahyuhono G, Rahardjo E, Sehatman.


Seminar Badan Litbangkes, Jakarta, 5 November 2001
Kasus HFMD berat di Taiwan, 1999
Daerah Populasi Jumlah Insidens Kematian CFR
kasus

Utara 2.012.802 167 0.083 29 17.4


Tengah 1.293.462 100 0.077 31 31.0
Selatan 1.342.779 125 0.093 17 13.6
Timur 243.397 13 0.055 1 7.70
Jumlah 1.883.440 405 0.083 78 29.3

Ho M, Chen ER, Hsu KH, Twu SJ, Chen KT, Tsai SF et al. The New England
Journal of Medicine 1999, Vol. 341:929-935.
Deaths among children during outbreak of HFMD,
Taiwan, April-July 1998 (MWWR August 1998)
• 90.000 reports, passive surveillance
• 320 hospitalized, 55 cases died
• D/ meningitis, encephalitis, AFP
• 41 cases died within 24 hrs of hospitalization despite respiratory &
cardiovascular support
• 80% died at the ER, comatose 24%.
• 79% cases were aged <3 years
• Chief complaint: resp.distres 31%, decreased of consciousness 25%,
• EV71: Viral isolation 14/55, 1 autopsy from CNS tissue
Enterovirus 71 outbreak in Western Australia
associated with acute flaccid paralysis
• 6 AFP cases (March-June 1999)
• All cases under 2 years
• 3/6 mucle weakness 1-2 months
• 1/6 have mechanical ventilation
• 12 meningitis (1 isolation from csf)
• 4/6 enterovirus, 2 were positive EV71
• 15 mild HFMD : 3 blister fluid isolation

(Communicable diseases Intelligence Vol 23., No 7, 1999)


Epidemiologi klinis
Kasus berat ditemukan pada kultur positif EV-71
• Kasus ensefalitis, 30/39 disebabkan oleh EV-71, 9/39
Coxsacki A/B & Echoviruses

• Kasus meningitis, 5/11 disebabkan oleh EV-71

• Kasus pulmonary hemorrhage, edema, miokarditis dll.


pada umumnya disebabkan oleh EV-71

(Ho M, Chen ER, Hsu KH, Twu SJ, Chen KT, Tsai SF et all)
Epidemiologi klinis
• Dari 78 kasus meninggal
• sebagian besar disebabkan oleh perdarahan/ edema paru
• terjadi pada kurang dari 3 tahun
• 97% positif terhadap EV-71

• Djoko Yuwono melaporkan 3/14 kasus positif terhadap EV-


71, 4/14 EV lain, dan sisanya bukan disebabkan oleh EV.
(Litbangkes 2001)
HMFD berat di Taiwan, 1999
• Diantara 78 kasus meninggal, 91% balita

• CFR tertinggi terjadi pada umur kurang dari 2 tahun


• 6/38 umur < 6 bulan
• 25/58 umur 7 – 12 bulan

Ho M, Chen ER, Hsu KH, Twu SJ, Chen KT, Tsai SF et al.
The New England Journal of Medicine 1999, Vol. 341:929-35.
Kasus HFMD di Indonesia, 2000 - 2001
Periode Tempat Jumlah kasus

Sept – Nov 2000 RS Batam 7


RS Pondok Indah, Jakarta 5
RSCM, Jakarta 1
Des 2000 RS Siloam, Tangerang 3
RS Sardjito, Jogya 2
April 2001 TK , Bojonegoro 14
Mei2001 Solo 57
Jan–Agst 2001 RS Pondok Indah, Jakarta 58
Agst 2001 RS Ps Rebo, Jakarta 2
Sept 2001 TK, Jakarta Utara 5
Djoko Yuwono, Gunawan S, Wahyuhono G, Rahardjo E, Sehatman.
Seminar Badan Litbangkes, Jakarta, 5 November 2001
Penelitian meta-analisis risiko HFMD berat
Dari 19 studi menunjukkan:
• klinis usia muda,
• home care,
• demam lebih 3 hari,
• suhu lebih dari 37,5oC,
• letargi,
• muntah,
• hiperglikemia,
• peningkatan hitung netrofil
• infeksi EVA71 Scand J Infect Dis. 2014;46:515–22.
HFMD di Cina
• Di Cina terjadi 423 kasus HFMD yang dirawat bulan Juli 2010
dengan Enterovirus terdeteksi pada 177(41,8%)
• Etiologi: EV71 89/423(21%) dan CA16 8/423(16,1%)
• Kasus HFMD dengan EV71 lebih banyak yang menderita
gangguan SSP, edema neurogenik pulmoner, sekuele berat
atau kematian, namun CA16 juga dapat mengakibatkan
komplikasi SSP berat

Virology Journal. 2015;12:58-62.


HFMD di Hainan, Cina
• Survei tahun 2011-2012 menunjukkan bahwa faktor risiko terjadinya HFMD
berat:
• adanya infeksi EV71,
• suhu lebih 39oC,
• tinggal di luar kota,
• berkunjung ke klinik desa,
• berat lahir rendah,
• tidak pernah menyusui,
• dirawat nenek atau kakek, caregiver dengan pendidikan kurang dari 6
tahun
Asia-Pacific Journal of Public Health. 2015;27:715-722.
Faktor risiko HFMD berat
• Penelitian di Cina melibatkan 176 anak HFMD berat usia 6-45
bulan selama Maret 2013 sampai Mei 2014
• Faktor risiko terjadinya kolaps kardiopulmoner adalah
muntah, gangguan sirkulasi, infeksi EV71, gangguan ritme
respirasi dan kadar brain natriuretic peptide meningkat
• Anak HFMD yang memiliki ke-5 faktor risiko menunjukkan
prognosis buruk

Infectious Disease. 2015;47:453-457.


Clinical and aetiological study of hand, foot and mouth disease
in southern Vietnam, 2013–2015: Inpatients and outpatients
• July 2013-July 2015, 1547 children HFMD were enrolled.
• Four serotypes of enterovirus A (EV-A71, Coxsackievirus (CV) A6, A10, and
A16) were responsible for 1005 of 1327 diagnosed cases (75.7%).
• An unexpected dominance of EV-A71 was found among both inpatients
and outpatients, strong association with severe illness.
• CV-A6 and CV-A10 emerged in Vietnam during study period and replaced
CV-A16.
• CV-A10 was associated with different clinical and laboratory characteristics.
• During admission, 119 children developed a more severe illness, with skin
rash showed less progression of severity, but when a rash was present, a
macular rash was significantly associated with increased risk of
progression.

Hoang M.T.V. et al. International Journal of Infectious Diseases. 2019;80:1–9


KLB HFMD di Indonesia
• Spesimen kasus2 HFMD dari DKI Jakarta, Jabar, Jatim, Sulteng,
Lampung dan Kepulauan Riau diidentifikasi dengan RT-PCR di
Litbangkes thn 2008-2012
• Didapatkan 26 (54%) dari 48 kasus disebabkan enterovirus
• Sebagian besar disebabkan oleh CA-16, 3 dari 26 merupakan EV-71
(6,25%)
• Insidens tersering pada < 5 tahun
• Gejala HFMD ringan dan self-limiting

J Biotek Medisianans Indonesia 2014;3:77-84


Kasus HFMD berat di Indonesia
• Kasus anak 4 tahun dengan gejala demam, muntah,
sariawan pada mulut sehinggan asupan makan sulit,
mengalami kejang, penurunan kesadaran.
• Pasien diterapi sefotaksim, namun 10 jam berikut
memburuk sp henti nafas dan henti jantung.
• Adik pasien 3 tahun datang ke RS dg sariawan luas dan
ruam pada punggung, tangan dan kaki dg diagnosis
HFMD.
Putri ND, et al. SOUTHEAST ASIAN J TROP MED PUBLIC HEALTH 2021:52:826-835
Kasus HFMD berat di Indonesia
• Adik pasien 3 tahun datang ke RS dg sariawan luas dan
ruam pada punggung, tangan dan kaki dg diagnosis
HFMD.
• Dilakukan pemeriksaan swab nasofaring dan rektal
untukPCR eneterovirus.
• Hasil ditemukan enterovirus 71 subgenogroup B5
• Dua hari kemudian pasien membaik dan pulang
Putri ND, et al. SOUTHEAST ASIAN J TROP MED PUBLIC HEALTH 2021:52:826-835
Vesikel dalam rongga mulut
Vesikel (pecah) di telapak tangan Visikel terdapat di antara
jari-jari tangan
HFMD pada bayi
Diagnosis
• Spektrum gejala klinis
• Negara Barat : summer & early autum, Indonesia?
• Isolasi virus dari sekret tenggorok, tinja, cairan vesikel, cairan
likuor/ pleura/perikard
• Hibridisasi, PCR,
• Titer antibodi: complement fixation, neutralisasi, HI, ELISA
• Rapid test untuk EV-71
Pemeriksaan Penunjang
• Spesimen swab tenggorok, swab vesikel, swab rektal
dan tinja
• Di Laboratorium Virologi Pusat Biomedis dan
Teknologi Dasar Kesehatan (BTDK), Badan Litbangkes
• Jika tidak segera dikirim ke laboratorium, tabung
disimpan suhu 4 oC, tidak pada suhu -20 oC.
• Polymerase chain reaction (PCR) dan isolasi virus
dilakukan untuk deteksi enterovirus dan virus EV71

Badan Litbang Kesehatan Kementrian Kesehatan


Monitor klinis
• Pada umumnya kasus HFMD ringan, tidak perlu perawatan di rumah
sakit
• Suportif dan simtomatik
• Gejala klinis perlu dimonitor untuk mengevaluasi derajat penyakit dan
kemungkinan terjadi komplikasi
• Keterlibatan SSP
• Kegagalan kardiopulmonal
• Isolasi untuk mengurangi penularan
• Sembuh sendiri (self limiting) dalam 7 – 10 hari
Perlu Perawatan
• Demam tetap tinggi selama 5 hari
• Tampak tanda komplikasi
• Kejang
• Kesadaran menurun
• Iritable
• Kelumpuhan
• Tidak dapat makan/ minim sama sekali, bahaya dehidrasi,
perlu cairan parenteral
Pencegahan
• Cuci tangan setiap kali setelah menolong anak buang air
besar atau mengganti popok (pada bayi)
• Rendam semua baju (terutama celana dalam) anak dengan
desinfektan
• Anak yang menderita tidak boleh masuk sekolah (terutama 1
minggu pertama) untuk mengurangi penularan
Pencegahan
• Cuci tangan setiap kali setelah menolong anak buang air
besar atau mengganti popok (pada bayi)
• Rendam semua baju (terutama celana dalam) anak dengan
desinfektan/ sabun
• Anak yang menderita tidak boleh masuk sekolah (terutama 1
minggu pertama) untuk mengurangi penularan
Nasehat untuk Sekolah
• Anak yang sakit tidak boleh masuk sekolah, sampai sembuh
• Bersihkan alat mainan secara berkala dengan
mempergunakan bahan desinfektan
• Sekolah tidak perlu ditutup
• Ceramah untuk guru & orang tua murid
Kesimpulan
• Spektrum klinis bervariasi
• Diagnosis terutama dari gejala klinis
• Pengobatan sesuai gejala yang timbul
• Upaya pencegahan sedini mungkin
• Surveillance harus dilakukan
• Penyuluhan pada masyarakat harus segera diberikan
terutama pada KLB
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai