Paparan Pendanaan Parpol - Pimpinan KPK 11 Des1
Paparan Pendanaan Parpol - Pimpinan KPK 11 Des1
OLEH NEGARA
IMPLIKASI
Posisi Partai politik
Strategis tertatih dalam
1
Partai menata Kader Partai terjerat
organisasi
Politik
beban finansial
Cenderung membenani
Berdasarkan finansial politisi di legislatif
amanat UUD ’45 atau eksekutif 2
sebagai sumber Peluang politisi atau
Membangun organisasi kader partai terjerat
pengisian yang bersih dan
Besaran & Skema
kepemimpinan Perhatian berintegritras, ditentukan kasus korupsi
Kriteria Penerima Dana Langsung dari Negara Kriteria Penerima Pendanaan dari Negara
Kriteria Penerima Contoh Negara
Sebagai badan hukum publik yang memiliki fungsi, tugas, dan tanggung
jawab konstitusional yang begitu besar, parpol berhak memperoleh
pembiayaan atau pendanaan oleh negara.
POSISI DALAM KAJIAN INI: SKEMA PENDANAAN PARPOL OLEH NEGARA MAKSIMAL ADALAH 50 %
ALASANNYA: Agar partai politik masih memiliki otonomi dalam menjalankan fungsinya
Baseline Kebutuhan Partai Politik
Tingkat Kab/Kota
Berdasarkan rata-rata 3 Partai: Kota
Surabaya, Kota Bekasi dan Kab. Dikali 50% karena bantuan keuangan negara maksimal 50% sebagai sumber pembiayaan
Bekasi non-kontestasi partai
Harga Per Suara
Σ Perolehan Suara Estimasi Kebutuhan Harga Per
55% jumlah 2019 Tahunan (2019) Suara
Bappenas hanya
berdasar pada
parpol yang
kebutuhan PDIP—per memiliki kursi 13,570,097 Rp. 366,409,000,000 Rp.27,001
suara Rp48.000,
sebagai basis pemberian
di DPR
dana bantuan negara
kepada parpol 11,493,663 Rp. 194,130,420,000 Rp.16,890
Rp.8,597
27,053,961 Rp. 232,594,417,000
Proses data dan verifikasi:
Partai ∑suara P2019 Keb Estimasi/tahun 1 Keb Estimasi/tahun 2 Keb Estimasi/tahun 3 Keb Estimasi/tahun 3 Keb Estimasi/tahun 3
(dalam Rp) naik 5% (dalam Rp) naik 5% (dalam Rp) naik 5% (dalam Rp) naik 5% (dalam Rp)
Jumlah 126,376,418 2,138,484,763,035 2,245,409,001,187 2,357,679,451,247 2,475,563,423,809 2,599,341,594,999
Harga per suara 16,922 17,768 18,656 19,589 20,568
Pendanaan negara
kepada partai 8,461 8,884 9,328 9,794 10,284
[maksimal 50%]
5 TAHUN
Harga per suara 16,922 17,768 18,656 19,589 20,568
1 Besar nilai pendanaan per
8,461 8,884 9,328 9,794 10,284
2 suara (50%)
Skema TRANSFORMASI
3
pemberian pendanaan 30% 50% 70% 80% 100%
4 [% dari 50%}
5 HARGA PER SUARA 2.538 4.442 6.530 7.836 10.284
ESTIMASI JUMLAH PENDANAAN NEGARA KEPADA PARTAI POLITIK, TINGKAT NASIONAL-PROVINSI-KABUPATEN KOTA
JUMLAH ASUMSI SUARA NILAI SUARA NILAI SUARA NILAI SUARA NILAI SUARA NILAI SUARA JUMLAH
PROVINSI (SAMA) TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3 TAHUN 4 TAHUN 5 TOTAL 5
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) TAHUN (Rp)
34 126,376,418 447,6 M 739.4 M 1,059 T 1,272 T 1,676 T 5.194 T
512 126,376,418 481,1 M 842 M 1,24 T 1,5 T 1,95 T 6T
JUMLAH PROVINSI + KAB 928.7 M 1,581 T 2,299 T 2,772 T 3,626 T 11,194 T
NASIONAL 320 M 561 M 825 M 990 M 1,2 T 3,9 T
JUMLAH KESELURUHAN 1,248 T 2,142 T 3,124 T 3,762 T 4,826 T 15,094 T
Basis Penghitungan
Kebutuhan Parpol di Tingkat Provinsi dan Kabupaten
Lokasi Penelitian
Daerah Wawancara Tanggal Provinsi NTB 9. DPW PKS 9-11 April 2019
Provinsi DKI 1. Pengurus DPD PDI 12 dan 14 Maret 2019 10. DPD Gerindra
Jakarta Perjuangan 11. DPD Golkar
2. Pengurus DPW PKS 12. DPD Demokrat
3. Pengurus DPW Golkar
4. Pengurus DPW Provinsi Kalbar 13. DPD Golkar Kalbar 11-13 April 2019
Gerindra 14. DPD Hanura Kalbar
15. DPD PDIP Kalbar
Provinsi Jawa 5. DPD dan DPC PDIP 21-23 Maret 2019
Timur 6. DPW PKB Provinsi Bengkulu 16. DPD PDIP 21-23 Maret 2019
7. DPW PAN 17. DPD Demokrat
8. DPD Demokrat 18. DPD Gerindra
19. DPW PKS
Kota Bekasi 1. DPD PKS 15 Mei 2019
Kab. Bekasi 2. DPC PDIP 15 Mei 2019
SKEMA PENDANAAN NEGARA KEPADA PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI
BASELINE KEBUTUHAN PARTAI POLITIK: DKI JAKARTA
Suara Sah Harga per Estimasi kebutuhan PKS yang Dari pembagian tersebut diperoleh harga
Estimasi
No Partai DPRD suara dianggap rasional—karena persuaranya adalah Rp21.259. sebagai dasar
Kebutuhan (Rp)
Pemilu 2019 (Rp) mencakup 6 DPW Partai di penghitungan estimasi kebutuhan partai tahun 1 sd 5
1 PKS 917.005 19.495.000.000 21.259 tingkat kota/Kab DKI Jakarta
Tahun1 Tahun 2 (naik 5%) Tahun3 (naik 5%) Tahun 4 (5%) Tahun 5 (5%)
5 TAHUN Nilai per suara (Rp) 21.259 22.322 23.439 24.610 25.841
1
2
Jumlah Pendanaan 50% (Rp) 10.630 11.161 11.719 12.305 12.920
3
4
5 Mengapa Jakarta perlu skema perkecualian?
SKEMA PENDANAAN NEGARA KEPADA PARTAI POLITIK TINGKAT KABUPATEN/PERKECUALIAN (2)
Simulasi Perolehan dana bantuan kepada Partai Politik Kabupaten/Kota Pemilih <200 Ribu
Kabupaten Lebong Jumlah Besar Bantuan Menurut Skema Kenaikan berdasarkan Metode PP No. 1/2018 dan rata-rata 2 Jumlah Total
Suara partai di Kota Bekasi dan Kota Surabaya (dalam Rupiah) (dalam Rupiah)
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Skema Metode PP No.
3,807 6,663 9,794 11,753 15,426
1/2018
Total Pemilh 57,734 219,815,136 384,676,489 565,474,438 678,569,326 890,622,240 2,739,157,629
PDIP (Pemenang 251,453,646
5,300 20,178,947 35,313,158 51,910,342 62,292,410 81,758,789
Pemilu)
Besar Bantuan rata-rata
Simulasi Kota Bekasi dan 7,294 7,659 8,042 8,444 8,886
Surabaya
Total Pemilh 57,734 421,115,005 442,188,076 464,300,366 487,509,611 513,028,234 2,328,199,027
PDIP (Pemenang 5,300 38,658,200 40,592,700 42,622,600 44,753,200 47,095,800 213,727,800
Pemilu)
Alasannya: karena besaran pendanaan untuk partai di kabupaten/kota yang pemilihnya di bawah 200
ribu tidak rasional jika mengikuti skema umum pendanaan kabupaten/kota hasil smiluasi—oleh
karena itu perlu dilakukan pengecualian
SKEMA PENDANAAN NEGARA KEPADA PARTAI POLITIK
KABUPATEN/KOTA DENGAN PEMILIH DI BAWAH 200 RIBU
Formula Besaran Pendanaan kepada Partai Politik di Kabupaten dengan Pemilih < 200 ribu
PERKECUALIAN 2
Sedangkan sisa kekurangannya harus ditanggung dari APBN agar tidak terjadi
kesenjangan (dana dari APBN), adapun sumbernya diserahkan sepenuhnya
kepada Kementerian Keuangan.
PERUNTUKAN PENDANAAN NEGARA KEPADA PARTAI POLITIK
SKEMA PENDANAAN NEGARA KEPADA PARTAI POLITIK
DANA LANGSUNG DANA KINERJA PARTAI (AUDIT) Pada tahun ke-4 dan ke-5
1 80% 20% mulai ada uji coba SIPP
2 70% 30% ke Partai di tingkat
provinsi dan
3 60% 40% kabupaten/kota. sehingga
4 50% secara transisional pada
50%
tahun ke 6-insentif SIPP
5 40% 60% mulai diberlakukan
CONTOH SIMULASI: PERUNTUKAN PENDANAAN NEGARA
KEPADA PARTAI POLITIK
PERUNTUKAN:
Komposisi Peruntukan dari Besaran Pendanaan Negara kepada Parpol Berdasarkan 3 JENIS KEGIATAN PARTAI
Dana Langsung dan Insentif yang diterima oleh Parpol Tiap Tahun
1. Kegiatan Rutin Operasional
Jenis Peruntukan Prosentase atas Ilustrasi Besar Pendanaan Parpol (11 Jenis)
untuk Partai A [tahun 1] 2. Koordinasi Partai (non-
(dalam Rp) kompetisi politik—10 jenis
–bertambah sesuai
Dana Dana Kinerja Dana Dana Kinerja Partai kebutuhan partai)
Langsung Partai Langsung Rp Rp. 65.000.000 3. Program Kerja Partai (4
150.000.000 jenis)
Kegiatan Rutin
30 % 25% 45.000.000,- 16.250.000 Khusus Program Kerja Partai: 15%
Operasional
Koordinasi Partai diperuntukkan untuk program
20% 15% 30.000.000,- 9.750.000 pemberdayaan perempuan—
(non-kompetisi)
dengan komposisi:
Pelaksanaan Program
Kerja 50% 60% 75.000.000,- 32.500.000 15% dari 60 % Dana Program Kerja
Partai
Jumlah 100% 100% 150.000.000 65.000.000
LAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
PENDANAAN NEGARA KEPADA PARTAI POLITIK
PENCAIRAN, PELAPORAN DAN
PENGAWASAN
PENCAIRAN TINGKAT PUSAT
DANA LANGSUNG DANA KINERJA PARTAI PELAPORAN DAN PENGAWASAN
SIPP AUDIT
1. Pemerintah perlu menaikkan pendanaan negara kepada partai politik. Hal ini disebabkan dasar penghitungan
besar “bantuan keuangan partai menurut PP No. 1 Tahun 2018” masih sangat jauh dari estimasi kebutuhan partai politik.
2. Skema pendanaan negara yang diberikan kepada partai politik, bukan bertahap selama 10 tahun, tetapi 5 tahun.
Adapun besaran pendanaan negara kepada partai politik maksimal dapat memenuhi 50 persen dari estimasi kebutuhan
partai politik.
3. Pendanaan negara kepada partai politik langsung diberikan secara terpusat melalui APBN dengan mekanisme
transfer ke masing-masing partai melalui Kementerian Dalam Negeri, baik untuk partai politik di tingkat nasional,
provinsi dan kabupaten/kota.
4. Hasil kajian LIPI dan KPK tahun 2019 memperkirakan untuk selama lima tahun pendanaan negara kepada partai politik
berjumlah sekitar Rp.15,102 Triliun, dengan rincian:
a. Tahun 1: 1,248 T
b. Tahun 2: 2,142 T
c. Tahun 3: 3, 124 T
d. Tahun 4: 3,762 T
e. Tahun 5: 4,826 T
K E S I M P U L A N DA N R E KO M E N DA S I
5. Peningkatan pendanaan negara kepada partai politik di tingkat nasional, secara bertahap adalah sebagai berikut:
a. Pada tahun 1, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp2.538
b. Pada tahun 2, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp4.442
c. Pada tahun 3, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp6.530
d. Pada tahun 4, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp7.836
e. Pada tahun 5, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp10.284.
6. Peningkatan pendanaan negara kepada partai politik di tingkat provinsi, secara bertahap adalah sebagai berikut:
a. Pada tahun 1, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp3.046
b. Pada tahun 2, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp5.330
c. Pada tahun 3, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp7.836
d. Pada tahun 4, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp9.403
e. Pada tahun 5, besaran pendanaan yang diberikan tidak Rp12.341
7. Untuk Provinsi DKI Jakarta skema kenaikannya tidak mengikuti skema tingkat provinsi secara umum tetapi harus diatur secara
khusus—karena bantuan keuangan parpol di DKI perlu mencakup juga bantuan di tingkat kota. Sehingga skema kenaikannya adalah
sebagai berikut:
a. Pada tahun 2019, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp10.630
b. Pada tahun 2020, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp11.161
c. Pada tahun 2021, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp11.719
d. Pada tahun 2022, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp12.305
e. Pada tahun 2023, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp12.920
K E S I M P U L A N DA N R E KO M E N DA S I
8. Adapun besaran nilai per suara yang digunakan untuk menghitung dana bantuan partai di tingkat kabupaten/kota adalah
sebagai berikut:
a. Pada tahun 1, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp3.807
b. Pada tahun 2, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp6.663
c. Pada tahun 3, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp9.794
d. Pada tahun 4, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp11.753
e. Pada tahun 5, besaran pendanaan yang diberikan tidak Rp15.426.
9. Khusus untuk kabupaten/kota dengan pemilih di bawah 200 ribu, skema kenaikan pendanaan negara kepada partai
politik dibagi menjadi 2—yang pertama, adalah sesuai dengan skema umum pendanaan negara kepada partai politik di
tingkat kabupaten kota yang bersumber dari kemampuan APBD. Sedangkan sisanya, agar tidak terjadi kesenjangan mengingat
jumlahnya yang relatif kecil, maka kekurangannya diserahkan kepada Pemerintah Pusat—APBN dengan selisih nilai
tangunggannya sebagai berikut:
a. Pada tahun 1, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp15.230
b. Pada tahun 2, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp19.998
c. Pada tahun 3, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp19.589
d. Pada tahun 4, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp5.877
e. Pada tahun 5, besaran pendanaan yang diberikan adalah Rp7.713.
10. Peruntukan bantuan pendanaan negara kepada parpol dilakukan secara bertahap, sesuai dengan tahapan tahun pertama
hingga tahun kelima, yang komposisinya adalah: (1) Dana Langsung—yang merupakan kinerja elektoral partai yang
didasarkan pada perolehan suara dalam setiap pemilu; dan (2) Dana Kinerja Partai yang dasarnya ditentukan oleh kinerja
kelembagaan partai dalam menerapkan SIPP dan dalam audit keuangan oleh BPK.
K E S I M P U L A N DA N R E KO M E N DA S I
11. Dalam peruntukan pendanaan negara kepada partai politik tersebut harus ada prioritas program untuk
pemberdayaan kader/politisi perempuan sekurang-kurangnya 15 % dari dana yang diperoleh oleh partai
politik.
12. Skema pencairan dana dibagi menjadi 3 untuk tingkat nasional—yaitu secara bertahap mengikuti skema
peruntukan setiap tahun. Dana langsung maksimal dicairkan bulan Maret setiap tahunnya, dan khusus untuk kegiatan
operasional diupayakan bisa dari awal tahun sebagaimana mekanisme di Kementerian/Lembaga. Sedangkan untuk dana
insentif, khususnya dari implementasi Sistem Integritas Partai Politik (SIPP) diberikan pada bulan Juni dan dana kinerja
partai dari audit BPK diberikan pada bulan Juli setiap tahunnya. Pencairan ini tidak boleh melampui batas waktu yang
direkomendasikan karena akan mengganggu tujuan pemberian bantuan anggaran kepada partai politik dari negara.
13. Penerapan Sistem Integritas Partai Politik yang tools nya telah disusun oleh LIPI dan KPK dapat digunakan oleh
pemerintah. Pemerintah perlu membentuk sebuah tim yang khusus melakukan evaluasi penggunaan pendanaan negara
kepada partai politik dengan menggunakan tools SIPP secara berkesinambungan.
14. Skema pencairan dana untuk tingkat provinsi dan kabupaten dibagi menjadi dua. Pertama bersifat sebagai
dana langsung yang diberikan maksimal bulan Maret setiap tahunnya dan khusus untuk kegiatan operasional diupayakan
bisa dari awal tahun, serta dana kinerja partai dari audit BPK diberikan maksimal bulan Juli pada setiap tahunnya.
K E S I M P U L A N DA N R E KO M E N DA S I
15. Pemerintah, melalui Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Keuangan serta Badan Pemeriksa
Keuangan perlu membuat Satuan Besaran Khusus yang digunakan sebagai dasar untuk kegiatan partai
politik dalam menyerap dana bantuan yang diberikan. Kementerian Keuangan perlu menetapkan harga satuan
(unit cost) sebagai dasar dalam penyusunan estimasi kebutuhan partai politik yang transparan, adil dan jujur.
16. Kementerian Keuangan perlu membangun sistem keuangan yang standar yang menjadi dasar dalam
pelaporan pendanaan negara yang harus dipenuhi oleh partai politik dalam melaporkan penggunanaan pendanaan
negara yang diberikan kepada partai politik. Mekanisme pelaporan sebaiknya dilakukan 6 triwulan, agar ada tertib
administrasi dan sesuai dengan tahapan kegiatan yang diberikan oleh partai politik.
17. Pendanaan negara kepada partai politik diaudit oleh BPK. Hasil audit ini harus diumumkan kepada publik
secara berkala.
18. Pemerintah melakukan review dan monitoring penggunaan pendanaan negara kepada partai politik
pada tahun 4 (keempat). Review dan monitoring dimaksudkan untuk menilai apakah pemberian pendanaan negara
kepada partai politik akan dilanjutkan atau dihentikan. Berlanjut atau tidaknya pendanaan negara kepada partai politik
ditentukan oleh sejauh mana skema pemberian dana tersebut dapat mendorong modernisasi kelembagaan partai politik
dan mengubah kinerja (performance based) partai politik dalam kehidupan demokrasi di Indoenesia.