Anda di halaman 1dari 7

Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 ISBN: 978-602-96848-2-7

LAB-ANE FISIP Untirta

AKUNTABILITAS KEUANGAN PARTAI POLITIK DI BANTEN


Dahnil Anzar, SE, ME
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Raya Jakarta KM.4 Serang, Banten
E-mail: dahnilanzar@yahoo.com

ABSTRAK
Political Actor has significant role for made parties financial statement and created accountability, based that
understanding, these research used phenomenological method and observed political parties financial
statement. Political parties in Banten made a financial statement as a reason for avoided from penalty, not as
effort for creating transparency and accountability. The financial statement did not describes a real activities of
political parties, many transaction not recorded in financial statement, it according to evidences found by
auditor.

Kata Kunci: partai politik, transparansi, akuntabilitas, laporan keuangan

1. PENDAHULUAN Peneliti berkeyakinan, untuk membasmi


1.1 Latar Belakang korupsi, harus dimulai dengan menciptakan proses
Karakter dasar partai politik adalah meraih politik yang sehat dan bersih dari politik uang.
kekuasaan atas nama rakyat, yang diperoleh melalui Proses politik yang sehat dan bersih ini harus
Pemilu. Bila menang dalam Pemilu, partai politik dilakukan dengan pembiayaan politik yang
akan memegang kekuasaan melalui jalur pengambil transparan dan bertanggungjawab. Instrumen
keputusan (eksekutif) dan jalur pembuat kebijakan modern yang mampu membahasakan transparan dan
(legislatif). Setiap keputusan yang dibuat oleh partai bertanggungjawab tersebut adalah akuntansi. Namun
politik melalui kedua jalur tersebut selalu atas nama demikian, untuk menciptakan proses politik seperti
rakyat, dan berimplikasi luas terhadap kehidupan ini, Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan
rakyat. Oleh karena itu partai politik seharusnya berat. Lemahnya pengelolaan, pertanggungjawaban,
memastikan bahwa setiap tindakan yang dilakukan dan pengendalian pembiayaan politik merupakan
demi rakyat yang diwakilinya, bebas dari politik persoalan utama yang dihadapi. Hal ini tercermin
uang dan pengaruh kelompok kepentingan (vested dengan tidak transparannya pengelolaan keuangan
interest group). Namun, faktanya, sulit sekali partai politik. Praktek-praktek tidak transparan
melepaskan partai politik dari pengaruh kelompok tersebut diperparah dengan tidak memadainya
kepentingan karena kehidupan partai politik justru laporan keuangan partai-partai politik, baik dalam
tergantung pada sumbangan yang diterima, dan laporan rutin maupun laporan kegiatan Pemilu.
sumbangan ini selalu disertai oleh imbal jasa. Tidak memadainya laporan-laporan ini selain
Bila ini terjadi, orientasi partai politik miskinnya komitmen, juga disebabkan oleh belum
bukan lagi kepada rakyat melainkan kepada adanya standar akuntansi keuangan yang
kepentingan para donaturnya, khusus kelompok komprehensif untuk partai politik. Standar yang
kepentingan, seperti Pengusaha. Untuk alasan inilah, dipakai saat ini yakni PSAK NO.45 Tentang
dibutuhkan akuntabilitas dan transparansi dalam Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba, sangat tidak
pengelolaan sumber keuangan partai politik. Sebagai mencukupi karena tidak mengakomodasi
institusi publik, maka partai politik harus karakteristik partai. (Hafild, 2008). Namun, dibalik
mempertanggungjawabkan seluruh tindakannya kekurangan tersebut partai politik tetap dituntut
kepada publik, termasuk secara transparan untuk menjaga akuntabilitasnya mengelola seluruh
melaporkan kepada publik sumber-sumber keuangan kegiatan partai politik dalam menghadapi kontestasi
yang diperoleh dalam membiayai kegiatan partai politik yakni, pemilihan umum. Penelitian yang
politik bersangkutan. Karena, melalui transparansi dilakukan oleh Emmy Hafild bersama Transparancy
pengelolaan keuangan partai politik maka publik Internasional (2008), menunjukkan partai politik di
akan mudah mengawasi dan menilai affirmasi tingkat pusat sangat rendah kepatuhannya terhadap
kebijakan dan gerakan politik yang dibuat oleh kewajiban menyajikan laporan keuangan partai
partai politik. Dengan Partai politik yang tak politik yang baik dan benar sehingga akuntabilitas
akuntabel dan transparan, jangan pernah berharap partai politik di tingkat pusat rendah, karena
adanya pemerintahan yang akuntabel dan transparan, masyarakat tidak dapat mengakses secara luas
yang bebas korupsi, kolusi, dan nepoteisme. sumber-sumber pendanaan yang digunakan oleh
Disinilah letak, urgennya revitalisasi laporan partai politik.
keuangan partai politik yang baik dan benar.

[40]
Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 ISBN: 978-602-96848-2-7
LAB-ANE FISIP Untirta

Otonomi daerah yang diikuti oleh proses Tabel 1


demokratisasi di daerah menuntut menghadapi Daftar Informan
tantangan yang berat, kualitas partai politik yang Partai Politik Informan Keterangan
buruk menghasilkan proses politik dan Demokrat SAH Gagal
pembangunan di daerah yang juga rendah sehingga Golkar SAG Berhasil
mempengaruhi pembangunan demokratisasi PKS PM Berhasil
nasional. Akuntabilitas partai politik ditingkat lokal, PAN FDH Gagal
akan mendorong akuntabilitas yang lebih baik dalam PBB NBA Gagal
proses dan pelembagaan politik ditingkat nasional. Patriot JLK Gagal
Sumber: Penulis
1.2 Metode Penelitian
Pengamatan dimasing-masing partai dan
Metode Penelitian yang digunakan adalah calon anggota legislatif dilakukan secara terus
penelitian kualitatif, adalah sebuah penelitian yang menerus sepanjang masa kampanye dan setelah
didasarkan pada fenomena, gejala, fakta, atau pemungutan suara dilakukan pada tanggal 9 April
informasi sosial. Menurut Bogdan dan Taylor dalam 2009, dilanjutkan pengamatan sampai dengan
Moleong (2006;3) yaitu prosedur penelitian yang penyusunan laporan keuangan dalam bentuk
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana
tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku Kampanye (LPPDK) oleh partai politik dan calon
yang dapat diamati. anggota legislatif. Terdapat 2 calon legislatif dari 2
Model penelitian ini bersifat deskriptif. partai dimana penyusunan Laporan Penerimaan dan
Menurut Julia Brannen (1992), model penelitian Pengeluaran Dana Kampanye melibatkan peneliti
deskriptif yaitu suatu model yang digunakan untuk sebagai penyusun, sehingga peneliti lebih dalam
menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya memahami prilaku calon anggota legislatif dan
terhadap obyek penelitian yang dimaksudkan untuk Partai politik bersangkutan dalam melakukan
mengumpulkan informasi mengenai gejala atau transaksi selama proses kampanye, pemungutan
keadaan yang ada pada saat penelitian dilakukan. suara pada tanggal 9 april 2009, sampai dengan
Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana masa tenang dan penyampaian Laporan Penerimaan
individu didalam partai politik mengelola keuangan dan Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK) kepada
dan melaporkannya sebagai bentuk perintah undang- KPUD Banten pada tanggal 24 april 2009, yang
undang. akan dilanjutkan proses audit oleh Kantor Akuntan
Untuk memperkuat disain penelitian Publik (KAP) yang telah ditunjuk oleh KPU Pusat.
peneliti juga mengembangkan model partisipasi
peneliti dalam aktivitas politik, dan penyusunan 2.1 Laporan Keuangan dan Akuntabilitas
laporan keuangan untuk memahami lebih dalam
praktek-praktek politik yang melibatkan indikator- Berangkat dari Peraturan dan Undang-undang
indikator keuangan dalam kegiatannya. Penelitian yang berlaku serta merujuk pada kondisi obyektif
dilakukan sepanjang bulan Januari sampai dengan pengelolaan keuangan partai politik. Partai Politik
April 2009. secara institusional tidak melibatkan instrumen
modern yakni akuntansi secara baik dan benar
2. HASIL DAN PEMBAHASAN demikian pula dengan calon anggota legislatif. Dari
Pembahasan pada bagian ini meliputi hasil enam partai politik yang diamati, 5 dari 6 partai
pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti politik sumber keuangannya berasal dari pengurus
sepanjang bulan Januari sampai April 2009. Proses partai politik yang telah menjadi anggota legislatif di
pemungutan suara dilakukan pada tanggal 9 April tingkat propinsi di Banten atau berasal dari
2009, sedangkan proses kampanye telah dilakukan Gubernur, Bupati dan Walikota yang dicalonkan
partai politik baik secara terbuka maupun tertutup oleh partai politik bersangkutan, hanya satu partai
sejak bulan Januari 2009, seluruh kegiatan politik yang mengaku mendapatkan sebagian sumber
kampanye melibatkan transaksi keuangan baik keuangannya dari iuran anggota yang besarannya
melalui partai politik maupun langsung oleh calon tidak sebanding dengan besaran dana yang diperoleh
anggota legislatif. Pengamatan dilakukan terhadap dari anggota legislatif di tingkat propinsi, dari 6
kecenderungan prilaku partai politik dan para calon informan calon anggota legislatif yang diwawancara
anggota legislatif dalam mengelola keuangannya dan diamati. Semuanya menyatakan bahwa sumber
untuk membiayai kegiatan kampanye menarik dana kampanye yang mereka gunakan berasal dari
simpati dari calon pemilih. Berikut partai yang dana pribadi, sumbangan rekan kerja dan keluarga
diamati secara langsung: serta pinjaman. Informan SAH, SAG, PM, FDH,
NBA dan JKL menyatakan bahwa sumber dana
kampanye mereka peroleh dari dana pribadi, dan
sumbangan rekan kerja dan keluarga. Sedangkan

[41]
Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 ISBN: 978-602-96848-2-7
LAB-ANE FISIP Untirta

FDH mengaku selain berasal dari dana pribadi dan menyampaikan laporan awal dana kampanyenya ke
sumbangan rekan kerja dan keluarga, sumber dana KPU, KPUD Propinsi dan KPUD Kabupaten/Kota.
kampanyenya juga berasal dari pinjaman kepada Hasil wawancara dengan ketua Pokja Dana
orang lain dengan menjaminkan tanah yang Kampanye KPUD Propinsi Banten saudara Didih,
dimilikinya. Berangkat dari sumber keuangan yang ditemukan bahwa semua partai politik
diperoleh oleh para calon anggota legislatif ini, yang menyampaikan laporan awal dana kampanye dan
didasari oleh pemikiran bahwa dana yang mereka rekening khusus dana kampanye kepada KPUD
gunakan untuk kepentingan kampanye adalah uang Propinsi Banten, walaupun penyampaian laporannya
mereka sendiri dan sumbangan beberapa rekan yang disampaikan pada batas akhir seperti yang telah
sangat dekat dengan mereka dan bersedia membantu ditetap di Undang-Undang, yakni sebelum tujuh hari
tanpa perlu ada pengganti dan pertanggungjawaban. menjelang kampanye terbuka.
Latarbelakang asal sumber dana kampanye ini Berkaitan dengan Laporan Penerimaan dan
menyebabkan informan merasa tidak perlu membuat Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK) yang wajib
laporan keuangan untuk mempertanggungjawabkan disampaikan oleh partai politik di tingkat propinsi
penerimaan dan pengeluaran dana kampanye kepada Banten, sanksi yang diatur dalam pasal 138 ayat 3
publik. Seperti diungkapkan informan NBA ” Uang- efektif memaksa partai politik untuk menyampaikan
uang saya, digunakan untuk masyarakat malah, laporan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye
untuk sumbang masjid, kegiatan sosial, dan banyak (LPPDK) tepat pada waktunya yakni harus sudah
lagi uang saya yang dinikmati oleh masyarakat, kok diterima paling lambat pada tanggal 24 april 2009.
disuruh lapor”. Pernyataan serupa juga diungkapkan berdasarkan dokumen audit oleh Kantor Akuntan
oleh informan lainnya. Publik (KAP) dan wawancara dengan ketua Pokja
Seluruh calon anggota legislatif yang Dana Kampanye KPUD Propinsi Banten saudara
menjadi informan dalam penelitian ini merasa Didih, semua partai tingkat propinsi peserta pemilu
bahwa tidak ada kewajiban moral bagi mereka untuk di Banten menyampaikan Laporan Penerimaan dan
melaporkan kepada publik seluruh penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK) sesuai
pengeluaran dana kampanye yang telah mereka dengan batas waktu yang telah ditentukan melalui
peroleh dan pergunakan selama masa kampanye dan peraturan KPU NO.1 Tahun 2009 Tentang Pedoman
pada saat pemungutan suara, karena dana yang Pelaporan Dana Kampanye Peserta Pemilihan
mereka peroleh berasal dari dana pribadi dan pihak Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
ketiga yang tidak meminta laporan atas dana yang Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi, Dewan
diterima dan digunakan oleh mereka. Kalau pun Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota serta
pada akhirnya mereka harus menyusun Laporan Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah Tahun
Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye 2009, yakni batas akhir harus sudah diterima pada
(LKPPD), hal itu bukan didasari oleh keinginan tanggal 24 April 2009 atau 15 hari setelah
untuk mendorong akuntabilitas dan transparansi pemungutan suara.
dalam pengelolaan keuangan partai politik tetapi Berdasarkan wawancara dengan ketua,
lebih karena tuntutan dari pimpinan partai politik salah satu partai, saudara NBA ditemukan bahwa
ditingkat atas agar semua calon anggota legislatif sanksi yang diberikan dalam Undang-Undang
membuat laporan penerimaan dan pengeluaran dana NO.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
kampanye, dan perintah menyusun laporan membuat pengurus partai terpaksa menyusun
penerimaan dan pengeluaran dana kampanye laporan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye
tersebut selalu diikuti dengan sanksi oleh partai tepat pada waktunya, semua calon anggota legislatif
politik apabila tidak menyampaikan laporan diinstruksi untuk membuat laporan penerimaan dan
penerimaan dan pengeluaran dana kampanye. Partai pengeluaran dana kampanye masing-masing yang
politik mendesak calon anggota legislaif untuk kemudian dikonsolidasikan/digabungkan menjadi
membuat laporan penerimaan dan pengeluaran dana laporan penerimaan dan pengeluaran dana
kampanye (LKPPD) didasari oleh desakan Undang- kampanye, ditambah dengan penerimaan dan
Undang NO.10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan pengeluaran dana kampanye secara institusional,
Umum Anggota DPD, DPR, dan DPRD. yang juga akan dikonsolidasikan dengan laporan
Berdasarkan Undang-Undang tersebut pasal 138 penerimaan dan pengeluaran dana kampanye partai
ayat 1 dan 3. politik ditingkat kabupaten dan kota. Menurut SAH,
Partai politik menanggung risiko tidak SAG, PM, FDH, NBA dan JKL laporan penerimaan
diikut sertakan dalam pemilihan umum apabila tidak dan pengeluaran dana kampanye mereka susun
segera menyampaikan laporan awal dana kampanye karena takut apabila terpilih nanti dan belum
kepada KPU, KPU Propinsi, dan KPU menyampaikan laporan penerimaan dan pengeluaran
Kabupaten/Kota sampai batas waktu yang telah dana kampanye (LPPDK), keterpilihan mereka dapat
diatur yakni seminggu atau tujuh hari sebelum hari dianulir oleh KPUD Propinsi Banten.
pertama jadwal kampanye dalam bentuk rapat Berdasarkan pengamatan dan peneliti
umum. Sanksi ini efektif mendorong partai politik menjadi bagian langsung proses penyusunan

[42]
Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 ISBN: 978-602-96848-2-7
LAB-ANE FISIP Untirta

Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana bentuk dan menghindari penafsiran yang berbeda
Kampanye (LPPDK) 2 dari 6 partai politik yang dari laporan keuangan yang disajikan. Standar yang
diamati. 2 partai politik tersebut menyusun, Laporan digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye dana kampanye partai politik pada pemilu tahun
masing-masing 4 dan 2 hari sebelum batas akhir 2009 yakni Peraturan KPU NO.1 Tahun 2009
laporan disampaikan kepada KPUD Propinsi tentang Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Partai
Banten. Dalam proses penyusunan laporan Politik Peserta Pemilihan Umum. Standar ini
penerimaan dan pengeluarannya dana kampanye, disusun bersama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
akuntan tidak memperoleh data yang akurat tentang dengan memperhatikan peraturan perundang-
transaksi yang telah dilakukan, sebagian besar undangan, Konsepsi transparansi, akuntabilitas,
transaksi tidak memiliki bukti berupa kwitansi atau sederhana dan praktis, serta mengedepankan sistem
bukti lainnya yang dapat dipercaya, akuntan hanyan pengendalian intern yang memadai bagi peserta
menyusun laporan penerimaan dan pengeluaran dana pemilu. Seperti diungkap dalam pedoman tersebut,
kampanye berdasarkan informasi Lisan calon bahwa Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Partai
anggota legislatif, yang disertai dengan catatan- Politik Peserta Pemilu Anggota DPR, DPRD
catatan kecil penerimaan dan pengeluaran yang Propinsi, DPRD Kabupaten/Kota, serta Calon
dilakukan selama masa kampanye, sedangkan untuk Anggota DPD ini hanya merupakan satu petunjuk
menyusun laporan penerimaan dan pengeluaran dana dalam penyusunan laporan dana kampanye,
kampanye (LPPDK) Tingkat propinsi akuntan hanya sehingga dalam pelaksanaannya menuntut adanya
menyusun didasari oleh dokumen laporan yang kesadaran dari para peserta Pemilu untuk dapat
disampaikan oleh para calon anggota legislatif menyampaikan seluruh aktivitas kampanyenya
tingkat propinsi dan Laporan Penerimaan dan dalam format yang sudah disediakan sehingga
Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK) transparansi dan akuntabilitas yang diharapkan
Kabupaten/Kota yang tidak disertai dengan bukti undang-undang dapat terpenuhi. Dengan adanya
transaksi yang memadai. Daftar penyumbang tidak pelaporan dana kampanye yang baik maka
jelas, karena tidak disertai dengan bukti sumbangan masyarakat dapat menilai tanggungjawab dan
berupa kwitansi dan KTP maupun alamat keinginan peserta pemilu menjunjung azas
penyumbang. transparansi sehingga memberikan kepercayaan atas
Berdasar pengamatan langsung dan penggunaan dan pengelolaan dana masyarakat oleh
keterlibatan langsung pada proses penyusunan peserta pemilu.
laporan keuangan khususnya di 2 partai dari 6 partai Berdasarkan penelitian terhadap dokumen
yang diamati, tergambar jelas bahwa alasan Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana
menyusun laporan penerimaan dan pengeluaran dana Kampanye (LPPDK) Partai politik yang diserahkan
kampanye (LPPDK) bukan karena adanya komitmen oleh 38 partai politik tingkat propinsi kepada KPUD
akan akuntabilitas dan transparansi, hal ini propinsi Banten yang telah diaudit oleh Kantor
dibuktikan dengan tidak tertibnya dari awal proses Akuntan Publik (KAP) ditemukan bahwa Kantor
pengelolaan keuangan oleh partai politik dan para Akuntan Publik (KAP) hanya melaksanakan audit
calon anggota legislatif di propinsi banten terhadap prosedur yang disepakati dalam peraturan
penyusunan laporan penerimaan dan pengeluaran KPU NO.1 Tahun 2009, Auditor tidak melakukan
dana kampanye hanya sebagai usaha untuk perikatan prosedur yang disepakati berdasarkan
menggugurkan kewajiban yang diperintahkan standar auditing yang ditetapkan oleh Institut
undang-undang, karena tingkat validitas dan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Kecukupan dari
kebenaran laporan tersebut tidak menjadi syarat prosedur yang disepakati tersebut merupakan
mutlak, undang-undang hanya mengatur sanksi tanggungjawab KPU. Sebagai konsekuensinya,
apabila tidak menyampaikan laporan penerimaan auditor tidak memberikan representasi tentang
dan pengeluaran dana kampanye, tidak memberikan kecukupan prosedur yang disepakati dengan kata
sanksi secara tegas apabila laporan yang lain, auditor tidak ditugasi dan tidak melakukan
bersangkutan tidak dapat dipertanggungjawabkan perikatan audit berdasarkan standar auditing yang
atau tidak layak berdasarkan audit yang dilakukan ditetapkan IAPI dengan tujuan untuk menyatakan
Kantor Akuntan Publik (KAP), celah ini yang pendapat atas laporan penerimaan dan pengeluaran
berdasarkan wawancara dan pengamatan langsung dana kampanye (LPPDK) Partai Politik di Propinsi
yang dilakukan, dimamfaatkan informan dan partai Banten. Berdasarka penelitian terhadap 38 dokumen
politik yang diteliti untuk tidak melakukan Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana
pengelolaan laporan keuangan secara layak sejak Kampanye (LPPDK) partai politik di propinsi
awal. Banten yang diserahkan kepada KPUD Propinsi
Banten. Ditemukan bahwa semua partai politik
2.2 Standar Laporan Keuangan berdasarkan format mengikuti format pelaporan
Dalam penyusunan laporan keuangan yang disyaratkan dalam peraturan KPU NO.1 Tahun
dibutuhkan standar baku untuk menyeragamkan 2008. Namun, essensi Akuntabilitas dan

[43]
Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 ISBN: 978-602-96848-2-7
LAB-ANE FISIP Untirta

transparansinya tidak dapat dipertanggungjawabkan 2.3 Konsepsi Laporan Keuangan Partai Politik
kesimpulan ini muncul dari ketidak taatan sebagian Partai politik melalui calon anggota
besar partai politik terhadap indikator-indokator legislatif dan pengurus partai politik selalu
yang disepakati melalui peraturan KPU tersebut, memamfaatkan kelemahan Undang-Undang untuk
berikut yang menjadi temuan dalam audit yang menghindarkan partai politik dari praktek-praktek
dilakukan oleh kantor akuntan publik (KAP): yang transparan dan akuntabel. Sanksi administrasi
Tabel 2 dan pembatalan keterpilihan calon anggota legislatif
Temuan Auditor ternyata efektif mendorong partai politik dan calon
NO INDIKATOR Ref. TEMUAN
JUMLAH anggota legislatif untuk menyampaikan laporan
PARTAI penerimaan dan pengeluaran dana kampanye
1 Transaksi via rek. Pasal Partai politik 6 Taat
khusus 129 tidak 32 Tidak (LPPDK) yang diamanatkan dalam Undang-Undang
ayat 6 memiliki Taat NO.10 Tahun 2008 Tentang Pemilu dan Undang-
UU bukti bank Undang NO.2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.
NO. 10 keluar untuk Namun, sanksi dalam kedua undang-undang tersebut
Tahun aktivitas
2008 pengeluaran tidak secara tegas menjelaskan bahwa laporan
2 Akurasi Pasal 90% 7 Taat penerimaan dan pengeluaran dana kampanye yang
Matematis 281 UU penggunaan 31 Tidak disusun harus benar dan layak secara akuntansi.
NO.10 dana Taat Sehingga, partai politik dan calon anggota legislatif
Tahun kampanye
2008 melalui
hanya menyusun laporan penerimaan dan
transaksi pengeluaran dana kampanye seadanya dan
tunai dan mengabaikan kebenaran dan kelayakan laporan
tidak tersebut secara akuntansi, hal ini dilakukan karena
memiliki
bukti
tidak adanya sanksi yang diberikan apabila laporan
transaksi disampaikan secara tidak benar dan layak. Oleh
3 Identitas Lengkap Pasal Bukti 7 Taat sebab itu, idealnya sebelum membenahi standarisasi
Penyumbang 132 identitas 31 Tidak laporan keuangan partai politik publik membutuhkan
ayat 5 penyumbang Taat
UU tidak ada,
good will dari DPR dan Presiden untuk
NO.10 sehingga tak mengamandemen kedua Undang-undang tersebut,
Tahun bisa terutama berkaitan dengan sanksi terhadap
2008, dikonfirmasi, penyampaian laporan keuangan yang tidak benar
Pasal 11 tdk
ayat 3 melampirkan
dan layak berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi.
dan bukti Sehingga dapat mendorong transparansi dan
Peratura rekening akuntabilitas yang tinggi pada entitas akuntansi
n KPU koran partai politik.
NO.1
Tahun
Partai Politik adalah entitas akuntansi yang
2009 masuk pada domain lembaga publik. Layaknya
4 Daftar Lampir Tidak ada 8 Taat lembaga-lembaga publik lainnya di Indonesia maka
Aktivitas/Pengelu an lampiran 30 Tidak partai politik disyaratkan untuk membuat laporan
aran Dana Peratura Laporan Taat keuangan secara periodik yakni setahun sekali dan
Kampanye atau n KPU Aktifitas
Buku Pembantu NO.1 diaudit oleh auditor negara seperti BPK atau Kantor
Tahun Akuntan Publik (KAP), tidak hanya pada saat
2009 kampanye menjelang pemilu, karena aktifitas partai
5 Kelengkapan Peratura Parpol hanya 8 Taat politik tidak hanya berkaitan dengan kampanye
LPPDK n KPU melaporkan 30 Tidak
NO.1 laporan Taat namun aktifitas politik lainnya yang berhubungan
Tahun penerimaan dengan publik sepanjang tahun.
2009 dan Pedoman Penyusunan Laporan Penerimaan
pengeluaran dan Pengeluaran dana kampanye yang dimuat di
dana
kampanye Peraturan KPU NO.1 Tahun 2009, yang disusun
saja. oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) harus direvisi,
Sehingga idealnya standar akuntansi khusus partai politik
tidak bisa disusun oleh IAI dan dapat digunakan dalam jangka
diuji
kelengkapann panjang tidak temporer seperti pada saat ini.
ya Setidak-tidaknya laporan keuangan partai politik
Sumber: diaolah dari hasil audit, Kantor Akuntan terbagi dua yakni laporan keuangan yang
Publik, (2009) disampaikan secara periodik yakni setahun sekali
dan laporan keuangan yang disajikan secara khusus
pada saat kampanye atau disebut sebagai laporan
keuangan kampanye. Sekurang-kurangnya memuat:
1. Neraca

[44]
Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 ISBN: 978-602-96848-2-7
LAB-ANE FISIP Untirta

2. Laporan Penerimaan dan Pengeluaran pengelolaan laporan keuangannya. Partai


Dana/Aktivitas Politik harus menyiapkan staf khusus yang
3. Laporan Arus Kas mengurusi pengelolaan akuntansi partai
4. Laporan Perubahan Aktiva politik, partai politik dan calon anggota
5. Catatan Atas Laporan Keuangan legislatif harus distimulus untuk menjadi
Dengan demikian muncul tuntutan lebih transparan dan akuntabel melalui
profesionalisme yang disertai dengan transparansi pengetatan peraturan perundang-undangan
dan akuntabiltas pada pengelolaan partai politik di melalui sanksi-sanksi yang lebih tegas.
Indonesia, karena partai politik tidak lagi dapat 2. Perlu dilakukan perluasan terhadap auditor
bermain-main dengan pengelolaan keuangannya. dan tugas audit, yang memeriksa laporan
Tuntutan pelaporan keuangan yang layak dan benar keuangan partai politik bisa dilakukan oleh
serta harus disampaikan setiap tahunnya, lengkap BPK, dan Kantor Akuntan Publik (KAP)
dengan sanksi yang tegas apabila tidak karena partai politik adalah lembaga publik.
menyampaikan laporan dengan benar dan layak Selain itu, harus diberikan kewajiban dan
secara akuntansi akan mendorong partai politik hak untuk melakukan perikatan berdasarkan
menjadi lebih transparan dan akuntabel. standar auditing yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
3. SIMPULAN DAN SARAN sehingga auditor berhak menyampaikan
pendapatnya atas laporan keuangan yang
3.1 Simpulan disajikan partai politik, serta prosedur-
1. Argumentasi menyusun laporan dan prosedur lainnya yang dapat mengetahui
pengeluaran dana kampanye (LPPDK) lebih dalam tentang laporan keuangan yang
bukan karena adanya komitmen akan disajikan partai politik.
akuntabilitas dan transparansi, hal ini 3. DPR dan Presiden harus didorong untuk
dibuktikan dengan tidak tertibnya dari awal melakukan amandemen terhadap Undang-
proses pengelolaan keuangan oleh partai Undang NO.2 Tahun 2008 Tentang Partai
politik dan para calon anggota legislatif di Politik dan Undang-Undang NO.10 Tahun
propinsi banten penyusunan laporan 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota
keuangan. Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
2. Partai Politik di Banten tidak mematuhi Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi, Dewan
aturan dan kelayakan laporan penerimaan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten dan
dan pengeluaran dana kampanye (LPPDK) Kota serta Calon Anggota Dewan
dan berdasarkan pengamatan Perwakilan Daerah Tahun 2009. khususnya
fenamenalogis terhadap proses penyusunan yang berkenaan tentang sanksi bagi partai
laporan keuangan partai politik yang politik yang tidak menyampaikan laporan
dilakukan oleh calon anggota legislatif dan keuangan secara baik dan benar sesuai
Partai Politik di Banten, maka dapat dengan prinsip-prinsip akuntansi yang telah
disimpulkan bahwa Partai Politik di disepakati, dan partai politik wajib
propinsi banten memiliki akuntabiltas menyampaikan laporan keuangannya secara
keuangan yang sangat rendah periodik yakni setahun sekali. IAI perlu
mendorong pemerintah untuk menyusun
3. Undang-Undang NO.2 Tahun 2008 standar akuntansi khusus partai politik,
Tentang Partai Politik dan Undang-Undang setidaknya laporan keuangan partai politik
NO.10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan dibagi menjadi dua bagian yakni laporan
Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, keuangan partai politik yang disampaikan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi, secara periodik yakni setahun sekali dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah laporan keuangan khusus dana kampanye,
Kabupaten dan Kota serta Calon Anggota yang disampaikan pada saat pelaksanaan
Dewan Perwakilan Daerah Tahun 2009 pemilihan umum partai politik. Sekurang-
tidak memberikan sanksi tegas terhadap kurangnya laporan keuangan partai politik
laporan penerimaan dan pengeluaran dana terdiri dari Neraca, Laporan Penerimaan
kampanye (LPPDK) yang disusun secara dan Pengeluaran/Aktivitas, Laporan Arus
tidak benar dan tidak layak berdasarkan Kas, Laporan perubahan aktiva dan Catatan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku, atas laporan keuangan.
sehingga memunculkan Moral Hazard.
3.2 Saran PUSTAKA
1. Partai Politik harus didorong untuk Alatas, SyedHussein. (1999). Corruption
berprilaku profesional untuk menciptakan and the Destiny of Asia. Malaysia:
transparansi dan akuntabel dalam

[45]
Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 ISBN: 978-602-96848-2-7
LAB-ANE FISIP Untirta

Prentice Hall (M) Sdn. Bhd. And Simon


& Schuster (Asia) Pte. Ltd.
Hafidl, Emmy.(2008). Kajian Standar
Akuntansi Keuangan Khusus Partai
Politik. Transparancy Internasional.
Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. (1998).
Pelaporan Keuangan Organisasi
Nirlaba PSAK No. 45 Jakarta: Ikatan
Akuntan Indonesia.
Indonesia Corruption Watch.(2001).
Mekanisme Keuangan Partai Politik
dan Implikasinya Terhadap Proses
Demokratisasi di Indonesia. Jakarta:
Indonesia Corruption Watch. Laporan
Hasil Riset.
Lubis, Mochtar dan James C. Scott. (1993).
Korupsi Politik. Yayasan Obor.
Jakarta.
Mardiasmo.(2005). Akuntansi Sektor
Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Prasetyono dan Nurul.(2008). Analisis
Kinerja Rumah Sakit Daerah
Berdasarkan Budaya Organisasi ,
Komitmen Organisasi dan Akuntabilitas
Publik. Simposium Nasional Akuntansi.
Pontianak.
Sorauf, Frank.(2000). Money, Power,
Responsibility. University of Minnesota.
Paper.
Sekretariat Negara. (2008). Undang-
Undang NO.2 Tahun 2008 Tentang
Partai Politik.
Sekretariat Negara. (2008). Undang-
Undang
NO.10 Tahun (2008) Tentang Pemilu.
Tangkilisan, Hessel Nogi. 2005.
Manajemen Publik. Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Biodata Penulis

Dahnil Anzar adalah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi


Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,, lahir di Aceh
Timur 10 April. Pengampu mata kuliah, Akuntansi
Sektor Publik dan Akuntansi Pemerintah, dengan
ketertarikan kajian dan penelitian keuangan publik.
Magister Ekonomi diperoleh dari Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Magister Perencanaan dan
Kebijakan Publik.

[46]

Anda mungkin juga menyukai