Anda di halaman 1dari 18

Nama :Citrawati Baby Litone

Kelas :A
NIM : 12030117420080
Dosen Pengampu : Dr. Warsito Kawedar, Ak, CA
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
RESUME MATERI
AKUNTANSI UNTUK ENTITAS

1. Mengapa demokrasi yang berkredibilitas dianggap modal dasar untuk menciptakan


pemeintahan yang solid dan berwibawa dengan pengawasan efektif dari lembaga
legislatif?
Jawab:
Demokrasi berkredibilitas dibangun dengan cara menciptakan partai politik yang
sehat dan kredibel serta proses pemilihan umum yang diselenggarakan secara
demokratis, jujur, dan adil. Demokrasi berkredibilitas ini tidak mungkin terwujud
tanpa adanya transparansi dan mekanisme pertanggungjawaban yang jelas atas
kegiatan pembiayaan politik, keuangan partai politik maupun pembiayaan kegiatan
pemilihan umum. Pertanggungjawaban keuangan organisasi partai politik, sebagai
suatu entitas yang menggunakan dana publik yang besar, harus transparan sehingga
pertanggungjawaban keuangan merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi.
Transparansi pertanggungjawaban keuangan ini mensyaratkan adanya standar
akuntansi keuangan bagi partai politik, pedoman audit partai politi, dan adanya
pedoman, peraturan, dan prosedur pelaporan dana kampanye pada kegiatan pemilihan
umum bagi partai politik (Hafild, 2008). Pertanggungjawaban keuangan yang
transparan oleh partai politik merupakan bentuk kepatuhan terhadap undang-undang
partai politik dan undang-undang pemilu. Partai politik harus mampu dan
melaksanakan pertanggungjawaban terhadap seluruh sumber daya keuangan yang
digunakan kepada para konstituennya. Bentuk pertanggungjawaban pengelola
keuangan partai politik serta pemilu adalah penyampaian Laporan Dana Kampanye
(semua peserta pemilu) serta Laporan Keuangan (khusus untuk partai politik), yang
harus diaudit Kantor Akuntan Publik, ke KPU serta terbuka untuk diakses publik.
Selain menekan potensi kecurangan dalam penggalangan dana, standarisasi laporan
keuangan partai politik juga bisa dijadikan dasar pertimbangan untuk menetapkan
pilihan secara cerdas dan rasional. Di luar kepentingan untuk menjalankan fungsi
kontrol atas partai politik yang ada, warga negara yang menggunakan hak pilihnya
dapat mencermati derajat sehat-tidaknya sebuah partai politik dari Laporan Keuangan
Tahunan yng disampaikannya secara terbuka kepada publik. Informasi menyangkut
keuangan bisa menjadi dasar penilaian kemampuan partai politik untuk
melangsungkan aktivitasnya dan memperjuangkan kepentingan politik secara
berkelanjutan.

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 1


2. Mengapa aspek keuangan pada partai politik dapat dikatakan sebagai aspek yang
paling penting ?
Jawaban:
Aspek keuangan pada partai politik dapat dikatakan sebagai aspek yang paling
penting karena dapat menentukan kelangsungan hidup dan kredibilitas partai, dan
secara keseluruhan dapat mempengaruhi kualitas proses politik pada suatu negara.
Partai politik dapat melaksanakan fungsinya apabila memiliki pendanaan yang besar
dan berlanjut, sementara di sisi lain partai politik dituntut untu menjaga independensi,
kemandirian dan bersih dari praktik – praktik terlarang. Untuk itu diperlukan
mekanisme akuntabilitas publik pada partai politik. Misalnya, pada kegiatan
kampanye partai politik untuk promosi dan pembentukan opini publik pada momen
Pemilu sudah pasti memerlukan dana yang besar. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan
manajemen keuangan.
Keuangan Partai Politik
Kegiatan manajemen keuangan adalah terkait dengan cara memperoleh dana dan
menggunakan dana. Sumber pendanaan partai politik berasal dari:
1. Iuran anggota;
2. Sumbangan dari pihak lain yang sah menurut hukum; dan
3. Bantuan keuangan dari anggaran negara atau daerah
Aktivitas pencarian dana yang dilarang, antara lain:
1. Menerima sumbangan dari pihak asing dalam bentuk apa pun, yang bertentangan
dengan hukum dan aturan perundang-undangan;
2. Menerima sumbangan, berupa barang maupun uang dari pihak manapun tanpa
mencantumkan identitas yang jelas;
3. Menerima sumbangan dari perseorangan dan/atau perusahaan/badan usaha
melebihi batas yang ditetapkan;
4. Meminta atau menerima dana dari BUMN, BUMND, BUMDes atau dengan
sebutan lainnya, koperasi, yayasan, LSM, Ormas, dan organisasi kemanusiaan;
5. Memperoleh hasil dari aktivitas bisnis, misalnya dengan mendirikan badan usaha
yang dapat menghasilkan laba, atau menanamkan modal berupa saham pada suatu
badan usaha
Sementara penggunaan dana terkait dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
partai politi baik yang bersifat rutin maupun insidental. Pada dasarnya semua
aktivitas, yang berkenaan dengan aktivitas politik secara langsung maupun tidak
langsung boleh dilakukan oleh partai politik selama tidak dilarang oleh hukum atau
aturan perundang-undangan. Aktivitas yang dilarang bagi partai politik adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan kegiatan yang bertentangan dengan UUD RI tahun 1945 atau
peraturan perundang-undangan lainnya
2. Melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan RI
3. Melakukan kegiatan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah dalam
memelihara persahabatan dengan negara lain, dalam rangka ikut memelihara
ketertiban dan perdamaian dunia
4. Mendirikan badan usaha dan/atau memiliki saham suatu badan usaha

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 2


5. Melakukan aktivitas untuk menganut, mengembangkan, dan menyebarkan ajaran
atau paham komunisme/marxisme-leninisme

3. Mengapa kebutuhan untuk menciptakan good political party governance dirasakan


sangat mendesak, terutama bagi para partai politik peserta pemilihan umum?
Jawaban:
Penerapan kewajiban tata administasi keuangan dan sistem pelaporan dana kampanye
secara transparan, akuntabel, dan independen akan sangat menunjang perwujudan
pelaksanaan pemilu yang bersih dalam rangka membangun demoraksi berkredibilitas
di mana dapat menciptakan kepercayaan publik kepada pemerintah dan
pertanggungjawaban peserta pemiluk kepada publik.
Secara filosofis, pembentukan partai politik merupakan perwujudan kedaulatan
rakyat, bukan perwujudan kekuatan ekonomi. Oleh karena itu, perlu pembatasan
sumber keuangan partai politik untuk mencegah penyelagunaan uang demi
kepentingan politik (money politics). Keterbukaan partai politik dala hal keuangan
merupakan informasi penting bagi warga negara untuk menilai dan memutuskan
dukungannya terhadap partai politik.
UU No. 2/2008 pada prinsipnya sudah memberikan prinsip good governance (tata
kelola yang baik) bagi partai politik. Beberapa prinsip yang tercantum antara lain
transparansi, demokratis, adil, akuntabel, dan berbudaya hukum. Prinsip transparansi
terlihat pada kewajiban partai politik membuat pembukuan, memelihara daftar
penyumbang dan jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka kepada masyarakat.
Prinsip demokrasi terlihat pada proses pengambilan keputusan dan pengangkatan
pengurus. Dalam bidang pendidikan politik, partai diminta melakukannya dengan
memerhatikan keadilan dan kesetaraan gender. Di samping itu, partai politik harus
akuntabel dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan
pengeluaran keuangan yang bersumber dari APBN setiap tahun kepada pemerintah,
setelah diperiksa Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Prinsip budaya hukum terlibat
dari ketentuan yang mengatur bahwa dalam banyak hal partai politik harus melakukan
tindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga partai. Prinsip itu sejalan dengan prinsip public governance
yang kita kenal selama ini.
Dalam kenyataannya sulit sekali untuk melepaskan pengaruh kelompok kepentingan
dan partai politik karena justru sifat dari partai politik itu yang hidup dari dukungan
masyarakat. Kelangsungan hidup partai politik sangat tergantung pada sumbangan
yang diterimanya, baik dari anggotanya sendiri maupun dari simpatisannya. Dengan
demikian, cara terbaik untuk memastikan bahwa sebuah partai politik tidak
dipengaruhi oleh kepentingan kelompok-kelompok tertentu adalah dengan membatasi
sumber dana yang boleh diterimanya, menciptakan sistem transparansi dan
bertanggungjawab dalam hal pencatatan mengenai sumber dan tersebut. Seluruh
sumbangan harus tercatat dengan lengkap dengan identitas penyumbang.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam partai politik adalah cara partai tersebut
mendapatkan suara sebanyak-banyaknya. Namun, sering kali yang menjadi “virus
mematikan” bagi kelangsungan demokrasi yang sehat, jujur, dan adil adalah adanya

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 3


praktik politik uang. Praktik ini juga tidak hanya terjadi pada saat pemilu, melainkan
juga dapat terjadi pasca-pemilu, yaitu pada saat proses politik di dalam gedung
Dewan Legislatif. Untuk mempengaruhi keputusan politik dari anggota dewan agar
mendukung suatu keputusan tertentu melalui “transaksi-transaksi politik” berupa
pemberian sejumlah uang maupun jabatan politik di pemerintahan. Praktik ini disebut
dengan “politik daging sapi”. Untuk itu, maka pengeluaran keuangan partai politik
harus dicatat serinci mungkin dan harus dilaporkan dalam laporan keuangan.
Partai politik juga sering memfaatkan fasilitas publik untuk keuntungan partainya. Hal
ini kemungkinan besar terjadi pada partai politik yang memegang kekuasaan
pemerintahan. Hal ini harus dilarang, dan untuk itu maka laporan keuangan partai
politik harus memidahkan dengan jelas mana dana yang didapat dari fasilitas publik
dan mana yang berasal dari dirinya sendiri.

4. Mengapa karakteristik partai politik bisa berbeda dengan organisasi nirlaba lainnya
padahal sama-sama mendanai kebutuhan modalnya dari utang, para penyumbang dan
kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik?
Jawaban:
Pengertian partai politik disebutkan secara khusus dalam UU RI Nomor 2 Tahun 2008
tentang Partai Politik, partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan
dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan
politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara, serta memilihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pada dasarnya aktivitas politik adalah
aktivitas untuk memperoleh, mengelola, dan mengatur kekuasaan sebagai amanat dan
mandat dari konstituennya dengan cara-cara yang demokratis. Untuk itu partai politik
memiliki karakteristik utama yaitu faktor kekuasaan yang dimilikinya dan perannya
dalam mewakili rakyat. Tujuan akhir dari partai politik adalah mendapatkan mandat
dari konstituesnnya untuk memegang kekuasaan lewat cara-cara demokratis, yaitu
lewat pemilihan umum. Setiap keputusan yang dibuat oleh partai politik akan
memiliki dampak yang sangat luas terhadap harkat hidup orang banyak. Dengan
demikian partai politik harus sangat berhati-hati dalam setiap gerak langkahnya dan
harus memastikan bahwa setiap tindakan yang dilakukan adalah demi masyarakat
banyak, bebas dari politik uang dan pengaruh kelompok kepentingan (vested interest
group). Keberhasilan suatu partai politik diukur dengan banyaknya jumlah suara
yang direbutnya lewat pemilihan umum. Hal ini menjadikan salah satu karakteristik
partai politik yang membedakannya dengan organisasi nirlaba lainnya, yaitu bahwa
partai politik memperjuangkan kepentingan baik anggota, bangsa, dan engara melalui
kegiatan pemilu. Kegiatan berpartisipasi dalam pemilu merupakan kegiatan paling
besar yang dilakukan oleh partai politik, sehingga pertanggungjawaban keuangan atas
kegiatan ini perlu dilakukan tersendiri, terpisah dari laporan keuangan yang disajikan
secara periodik. Tabel dibawah ini menampilkan beberapa perbedaan antara
organisasi nirlaba dengan partai politik.
Perbedaan Karakteristik antara Organisasi Nirlaba dan Partai Politik

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 4


Organisasi Nirlaba Partai Politik
Undang-undang Yayasan Undang-Undang Partai Politik dan
Undang-Undang Pemilu
Tidak ada batasan penyumbang Ada batasan penyumbang
Tidak ada batasan maksimal jumlah Ada batasan maksimum jumlah
sumbangan sumbangan
Tidak ada kewajiban melaporkan daftar Daftar penyumbang wajib dilaporkan
penyumbang (terutama individu)
Hasil kegiatan berupa jasa pelayanan Hasil kegiatan berupa kekuasaan politik
untuk kepentingan umum
Akuntabilitas berupa kegiatan sesuai Akuntabilitas berupa bersih dari politik
dengan tujuan organisasi dan manajemen uang, kepatuhan pada hukum dan posisi
yang baik politik sesuai dengan janji kepada rakyat
Kinerjanya dinilai dari rasio biaya Kinerjanya dinilai dari rasio biaya dan
terhadap kualitas jasa dan jasa/produk jumlah suara yang didapatkannya dalam
sosial yang dihasilkan pemilu
Kecuali untuk ormas, pada umumnya Merupakan organisasi publik sehingga
organisasi nirlaba bukan merupakan kebutuhan publik untuk menilai kinerja
organisasi publik sehingga kebutuhan partai politik lebih besar dibandingkan
publik untuk menilai kinerjanya lebih organisasi nirlaba lainnya
kecil dibanding partai politik

5. Mengapa partai politik juga memerlukan struktur dan mekanisme keorganisasian


dalam kegiatannya?
Jawaban:
Setiap partai politik memiliki kepengurusan yang tersebar di berbagai tingkat di
daerah. Pada umumnya, partai politik membentuk kepengurusan tingkat pusat yang
disebut dengan Dewan Pengurusa Pusat (DPP) yang berkedudukan di ibukota negara
Republik Indonesia. Begitu juga dibentuk untuk tingkat provinsi yang disebut dengan
Dewan Pengurus Cabang (DPC) yang berkedudukan di kabupaten atau kota.
Sedangkan kepengurusan tingkat kecamatan disebut dengan pengurus ranting, dan
tingkat desa atau kelurahan disebut anak ranting. Struktur organisasi partai politik
yang meliputi beberapa tingkat di daerah ini menyebabkan perlunya ditentukan entitas
pelaporan keuangan untuk menunjukkan entitas akuntansi yang menjadi pusat-pusat
pertanggungjawaban keuangan partai politik. Oleh karena itu, dari sisi konsep entitas,
mungkin perlu dipertimbangkan mengatur sistem akuntansi untuk entitas partai politik
ini seperti halnya pada sistem akuntansi pemerintahan. Entitas pelaporan dapat
diperlakukan DPP, kecuali untuk laporan dana kampanye harus dilakukan pada
tingkat DPP, DPW, dan DPC secara terpisah, karean sesuai dengan pembagian pada
Pemilu Legislatif yaitu pemilihan anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota. Sedangkan, entitas akuntansi yang berwenang menyusun laporan
keuangan adalah untuk tingkat bidang pada DPP, DPW, dan DPC.
Seperti halnya organisasi-organisasi nirlaba, maka partai politik mempunyai
mekanisme keorganisasian yang memerlukan mekanisme dan manajemen seperti

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 5


halnya organisasi nirlaba lainnya. Perangkat organisasi umum pasti ada dalam partai
politik. Perangkat-perangkat organisasi dan kegiatan-kegiatannya ini antara lain:
1. Sekretariat. Sekretariat ini ada di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, dan desa. Biaya-biaya yang keluar untuk menjalankan sekretariat ini
dapat digolongkan kepada biaya rutin.
2. Rapat-rapat yang diperlukan untuk mengambil keputusan dalam partai. Kongres
yang menentukan kepemimpinan biasanya diadakan dalam jangka waktu tertentu.
Juga ada rapat kerja baik di tingkat nasional, daerah, cabang atau ranting. Ada
pula rapat rutin di sekretariat.
3. Kegiatan pencarian dana. Karena partai politik tidak boleh memiliki badan usaha
dan tidak boleh memiliki saham, maka cara-cara pencarian dana politik adalah
lewat sumbangan-sumbangan pribadi dari anggota, sumbangan yang sah menurut
hukum seperti dari perusahaan atau kegiatan-kegiatan khusus yang dikoordinasi
untuk pencairan dana.
4. Kegiatan kampanye. Kegiatan-kegiatan dalam kampanye ini antara lain perjalanan
kampanye oleh calon legislatif atau calon presiden, rapat akbar, iklan di media
masa (televisi, radio, koran, majalah), pembuatan poster, pembuatan bendera,
rally, dan kegiatan karitatif.
5. Kegiatan pendidikan politik. Partai juga melakukan seminar, lokakarya, diskusi-
diskusi atau pelatihan-pelatihan untuk anggota, pengurus, dan simpatisannya.
6. Kegiatan-kegiatan partai politik di luar kampanye banyak yang spontan dilakukan,
baik oleh calon legislatif dan/atau calon presiden ataupun oleh anggota dan
fungsionaris di tingkat daerah.
7. Partai membentuk yayasan-yayasan atau think-tank untuk menyebarluaskan
ideologi maupun pengaruhnya. Sebenarnya yayasan-yayasan ini dibuat oleh
petinggi-petinggi partai untuk mempengaruhi opini publik.
8. Kekayaan partai. Kekayaan partai bisa berbentuk gedung, kantor, kendaraan , alat-
alat kantor, dan lain-lain. Kekayaan ini bisa didapat dari hibah, membeli sendiri
dari dana partai atau membeli dengan dana dari sumbangan donatur.

6. Mengapa peran dan fungsi akuntansi dalam lingkungan partai politik perlu dibagi
menjadi dua kelompok yaitu bagi pihak internal maupun pihak eksternal partai
politik?
Jawaban:
Peran dan fungsi akuntansi dalam lingkungan partai politik dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu peranan dan fungsi akuntansi bagi pihak internal maupun pihak
eksternal partai politik. Pembagian dalam kedua kelompok tersebut juga
menggambarkan pengguna dari informasi akuntansi.
Pihak Internal
a. Ketua Partai Politik. Ketua partai politik menggunakan akuntansi untuk menyusun
perencanaan, mengevaluasi kemajuan yang dicapai dalam usaha memenuhi
tujuan, dan melakukan tindakan-tindakan koreksi yang diperlukan. Keputusan
yang diambil harus berdasarkan informasi akuntansi, seperti menentukan

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 6


peralatan apa yang sebaiknya dibeli berapa persediaan ATK yang harus ada di
bagian perlengkapan, dan lain-lain.
b. Staf. Staf berkepentingan dengan informasi mengenai transparansi pelaporan
kegiatan dan pelaporan keuangan partai politik. Staf juga tertarik dengan
informasi yang memungkinkan untuk menilai kemampuan organisasinya dalam
melaksanakan administrasi keuangan di tingkat partai politik sebagai cermin
akuntabilitas publik dan miniatur pelaksanaan administrasi publik di tingkat lokal
atau nasional.
c. Anggota. Perbedaan anggota dengan staf adalah pada sifat keaktifannya dalam
partai politik. Staf merupakan anggota partai politik yang ikut mengurusi
operasionalisasi partai politik. Staf merupakan bagian dari struktur pengurus partai
politik. Sedangkan, anggota adalah orang yang menjadi bagian dan pendukung
partai politik, tetapi belum tentu masuk menjadi pengurus partai politik. Jadi, staf
sudah pasti menjadi anggota partai politik, sementara anggota belum tentu
menjadi staf partai politik.

Pihak Eksternal

a. Donatur. Donatur berkepentingan dengan informasi mengenai keseriusan dan


kredibilitas partai politik untuk menjalankan program-program pencerdasan
masyarakat secara politik. Pada donatur juga ingin mengetahui laporan keuangan
atas dana yang telah diberikan untuk partai politik.
b. Supplier/Pemasok/Kreditur. Supplier/kreditur tertarik dengan informasi akuntansi
yang memungkinkannya untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan
dapat dibayar oleh partai politik pada saat jatuh tempo.
c. Konstituen/Basis Massa. Adanya laporan keuangan partai politik yang transparan
dan akuntabel akan mengundang simpati masyarakat, dan akan dapat menepis isu
miring bahwa partai politik hanya aktif sewaktu pemilu dan setelah pemilu
kembali melupakan rakyat.
d. Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK). BPK berkepentingan untuk memeriksa
(mengaudit) laporan pertanggungjawaban partai politik atas penggunaan dana
bantuan keuangan dari pemerintah (pusat dan daerah) sebagaimana amanat dari
PP No. 5 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2).
e. Pemerintah (Pusat dan Daerah). Pemerintah pusat dan daerah berkepentingan
untuk menerima laporan pertanggungjawaban parati politik yang telah diaudit
oleh BPK atas penggunaan dana bantuan keuangan dari APBN atau APBD.

7. Mengapa penerapan PSAK Nomor 45 sebagai standar akuntansi keuangan partai


politik belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan partai politik?
Jawaban:
Organisasi partai politik merupakan organisasi yang tidak bermotif untuk mencari
laba dan bertujuan untuk memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diwujudkan secara konstitusional =,
maka partai politik terumasuk dalam kategori organisasi nirlaba. Kebanyak organisasi

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 7


nirlaba menggunakan beberapa paramater tunggal sebagai ukuran keberhasilannya,
seperti jumlah dana sumbungan yang diperoleh, pertumbuhan jumlah anggota, jumlah
pengunjung, jumlah orang yang dilayani, dan biaya overhead yang mampu
diminimalisasikannya. Untuk itu perlakuan akuntansinya dan pelaporan keuagannya
mengacu pada PSAK Nomor 45 tentang Standar Akuntansi untuk Entitas Nirlaba.
Namun, berdasarkan PP Nomor 05 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Partai
Politik Pasal 14 mensyaratkan kepada partai politik untuk menyusun dan
menyerahkan laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dana bantuan keuangan
tersebut dan telah diaudit oleh BPK. Begitu juga menurut Peraturan KPU Nomor 01
Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Partai Politik Peserta
Pemilu Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Calon
Anggota DPD Tahun 2009 Pasal 3 ayat (1) menyatakan bahwa “laporan dana
kampanye partai politik tahun 2009 merupakan bagian dari laporan keuangan partai
politik...”. Sebenarnya, kedua laporan tersebut merupakan bagian dari informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan partai politik. Namun, kedua laporan tersebut
merupakan amanat aturan perundang-undangan yang bersifat mengikat dan harus
dilaksanakan oleh partai politik. Jika tidak dilaksanakan partai politik akan terkena
sanksi hukum. Hal ini menunjukan bahwa PSAK Nomor 45 belum cukup untuk
meemnuhi kebutuhan pelaporan keuangan partai politik.
Selama ini ada tiga pendapat terkait penerapan PSAK Nomor 45 sebagai standar
akuntansi keuangan partai politik.
a. PSAK Nomor 45 masih bisa dipakai sebagai standar akuntasi keuangan partai
politik, karena karakter partai politik mirip dengan karakter organisasi nirlaba.
Yang perlu dibuat adalah pedoman pembuatan laporan keuangan atau pedoman
audit keuangan partai politik untuk melengkapi PSAK Nomor 45 tersebut.
b. Standar akuntansi keuangan khusus partai politik tidak perlu dibuat tetapi dapat
melakukan modifikasi PSAK Nomor 45, sehingga memenuhi kebutuhan
transparansi dan akuntabilitas keuangan partai politik. Modifikasi dilengkapi
dengan pedoman pembuatan dan pencatatan laporan keuangan.
c. Standar laporan keuangan khusus untuk partai politik perlu dibuat. Hal ini
dikarenakan partai politik yang tidak sama dengan karakter organisasi nirlaba.
Partai politik memerlukan suatu standar akuntansi khusus partai politik. Perbedaan
karakteristik ini mengakibatkan perbedaan transaksi keuangan, bentuk laporan
keuangan dan pengukuran-pengukuran tertentu terhadap pos-pos dalam laporan
keuangan.

Akuntabilitas dari partai politik diukur dari kepatuhannya terhadap undang-unddang


dan peraturan yang mengaturnya, serta apakah ada konflik kepentingan di dalam
manajemen dan keuangan partai politik yang bersangkutan. Sehingga laporan
kegiatan partai politik yang dilaporkan adalah bagaimana menjalankan amanat rakyat
yang telah memilihnya. Laporan keuangan kemudian memberikan informaasi kepada
publik bagaimana partai politik itu dijalankan dan apakah ada dominasi kelompok
tertentu pada partai tersebut yang diakibatkan oleh dominasi keuangan kelompok

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 8


tersebut di dalam partai atau tidak. Partai politik harus menunjukkan kepada publik
bahwa dirinya bersih dan bebas dari politik uang, korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Oleh karena itu, aturan-aturan yang mengatur partai politik membatasi jumlah
sumbangan dan sumber sumbangan, serta mewajibkan seluruh penyumbang
dilaporkan kepada publik. Hal-hal seperti ini tidak diatur dalam undang-undang yang
mengatur organisasi nirlaba (misalnya, undang-undang yayasan). Selain informasi
mengenai kemungkinana konflik kepentingan dan politik uang, laporan keuangan
partai politik juga menunjukkan apakah partai tersebut merupakan partai yang patuh
dan hormat pada aturan-aturan hukum yang mengaturnya. Kepatuhan ini penting
karena bagaimana mungkin sebuah partai dapat menjalankan kekuasaan negara
apabila dia sendiri tidak mematuhi dan menjalankan undang-undang yang
mengaturnya. Sehingga kepatuhan ini merupakan sebuah laporan tersendiri yang
harus dikemukakan oleh auditor dalam laporan keuangan partai politik. Mengenai
konflik kepentingan dan kepatuhan ini tidak diatur dalam PSAK No. 45.

8. Mengapa diperlukan pedoman akuntansi khusus untuk partai politik terutama terkait
pos-pos dana bantuan pemerintah dan laporan parpol?
Jawaban:
Dengan dasar adanya perbedaan karakteristik, perbedaan kepentingan pemakai
laporan keuangan dan adanya transaksi-transaksi khusus partai politik, diperlukan
adanya standar akuntansi keuangan khusus yang mengatur pelaporan keuangan partai
politik. Dengan penyempurnaan standar akuntansi keuangan ini diharapkan laporan
keuangan partai politik dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dapat
diandalkan dan memiliki daya banding yang tinggi. Laporan keuangan yang
dihasilkan dapat dipergunakan oleh para pengguna laporan keuangan dan tidak
menyesatkan. Dengan demikian, transparansi di bidang keuangan dapat diwujudkan
yang pada gilirannya penyalahgunaan dan pelanggaran keuangan oleh partai politik
serta politik uang dapat dicegah atau setidaknya dikurangi. Jelaslah bahwa perlu ada
Standar Akuntansi khusus untuk partai politik. Sampai dengan saat ini, belum ada
standar akuntansi keuangan, baik yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
sebagai wadah organisasi profesi akuntan Indonesia maupun oleh lembaga pengawas
partai politik (Mahkamah Agung dan Komisi Pemilihan Umum), yang secara khusus
dapat dijadikan dasar penyusunan laporan keuangan bagi partai politik.
Untuk membuat standar akuntansi partai poltik, pertama harus ditentukan terlebih
dahulu siapa pengguna laporan tersebut. Setelah itu baru ditentukan bentuk dan jenis
laporan, dan entitas laporan. Laporan keuangan ini merupakan laporan tinggi.
Pengguna Laporan Keuangan Partai Politik
Pihak-pihak yang berkepentingan atas informasi dalam laporan keuangan partai
politik
- Pengurus;
- Anggota;
- Pemerintah, termasuk Mahkamah Agung dan lembaga pengawas partai politik;
- Penyumbang;
- Kreditur; dan

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 9


- Publik atau masyarakat luas, terutama konstituen partai politik

Jenis Laporan Keuangan Partai Politik


(1) Laporan Keuangan Tahunan
Merupakan laporan pertanggungjawaban keuangan secara periodik. Laporan ini
terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan aktifitas, dan laporan arus kas, serta
catatan atas laporan keuangan.
(2) Laporan Keuangan Pemilu
Merupakan laporan pertanggungjawaban keuangan pada kegiatan Pemilu,
terutama pertanggungjawaban dana kampanye.

Entitas Laporan Keuangan


- Tujuan dari entitas pelaporan keuangan untuk menunjukkan entitas akuntansi
yang menjadi pusat-pusat pertanggungjawaban keuangan partai politik.
- Entitas pelaporan keuangan partai politik terdiri dari: (a) pengurus tingkat pusat,
(b) pengurus daerah tingkat I, (c) pengurus daerah tingkat II, (d) pengurus tingkat
kecamatan, dan (e) pengurus tingkat desa/kelurahan.

Laporan Keuangan Konsolidasi


- Laporan keuangan partai politik merupakan laporan keuangan konsolidasi dari
seluruh struktur organisasi partat politik.

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan


Kerangka ini dibuat dengan berdasarkan pada PSAK 45, UU No. 2 dan No. 3 tahun
1999, perdebatan pada proses RUU Parpol dan Pemilu yang sedang terjadi pada saat
laporan ini dibuat, serta beberapa standar akuntansi keuangan dari negara-negara lain,
terutama Inggris.
Tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu partai politik untuk
memenuhi kepentingan para anggota, penyumbang, pemerintah dan pihak lain yang
menyediakan sumber daya bagi partai politik, serta masyarakat luas.16 Informasi
yang perlu diberikan dalam laporan keuangan partai politik adalah mengenai
kepatuhan terhadap undang-undang tentang keuangan partai politik serta indikasi
adanya politik uang dan konflik kepentingan.
Secara lebih rinci, tujuan laporan keuangan partai politik adalah memberikan
informasi keuangan untuk :
a) Akuntabilitas
Mempertanggung jawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepada partai politik dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan melalui laporan keuangan partai politik.

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 10


b) Manajerial
Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan
pengelolaan keuangan partai politik serta memudahkan pengendalian yang efektif
atas seluruh aset, hutang, dan aktiva bersih.
c) Menyediakan informasi bagi kepatuhan terhadap undang-undang (compliance)
dan bebas dari konflik kepentingan dan politik uang.

Dengan demikian pedoman akuntansi khusus untuk partai politik akan diperlukan
terutama untuk mencatat pos-pos berikut:
a) Dana bantuan pemerintah

Dana bantuan yang berasal dari pemerintah sepenuhnya berlaku standar akuntansi
pemerintah (untuk pertanggungjawaban dan penggunaan dana pemilu yang diterima
melalui KPU). Bisa saja laporan penggunaan dana tersebut menggunakan SAP yang
dibuat oleh KPU, selama itu ada konsensus atau peraturan yang mengatur. Karena
sumber dan dari bantuan pemerintah cukup besar peranannya untuk partai politik,
maka perlu adanya penegasan bahwa prosedur anggaran dan perbendaharaan berlaku
penuh dalam pertanggungjawaban dan penggunaan dana tersebut. Sedangkan untuk
sumber dana dari pihak lain akan dipertanggungjawabkan kepada pemiliknya.
Artinya, dana yang diterima dari APBN melalui KPU harus dipertanggungjawabkan
dengan proses dan prosedur pertanggungjawaban yang sudah baku. Misalnya bantuan
dana yang bersifat langsung parpol harus bisa menunjukkan bukti-butki sedangkan
yang bantuannya bersifat blok, sesudah dana tersebut digunakan partai politik harus
menyampaikan laporan (model uang yang harus dipertanggungjawabkan) atau model
pembayaran langsung.

b) Laporan parpol

Laporan parpol tergantung peruntukannya, artinya parpol harus menyampaikan


laporan sesuai dengan undang-undang yang berlaku, hal ini juga berlaku untuk dana
kampanye, bersumber dari APBD (pemda) dan APBN melalui KPU (pemerintah
pusat). Dalam laporan partai politik penyaluran dana dari Dewan Pimpinan Pusat
(DPP) ke Dewan Pimpinan Daerah (DPD) yang berasal dari sumber negara dalam
laporan pertanggungjawaban harus tergambar dengan jelas termasuk penggunaannya
oleh DPD (bukti disertakan) atau laporan keuangan konsolidasi. Sementara bantuan
dalam bentuk natura atau fasilitas harus disesuaikan dengan nilai pasar yang
tergambar dalam laporan KPU kepada pemerintah. Laporan partai politik juga harus
terperinci untuk apa saja dana bantuan dari pemerintah itu apakah digunakan sesuai
dengan peruntukannya. Bantuan ini mengandung dua aspek sebagai berikut:

1. Uang dalam laporan keuangan tergambar jumlah uang yang diterima, dan
penggunaannya
2. Barang atau jasa dalam laporan neraca tergambar sesuai dengan nilai uang barang
dan jasa tersebut

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 11


9. Mengapa diperlukan audit laporan keuangan tahunan dan juga audit dana kampanye
partai politik serta jelaskan bagaimana prosedur audit dana kampanye partai politik?
Jawaban:
Peraturan mengenai partai politik telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun
2011, sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai
Politik. Keuangan partai politik bersumber dari iuran anggota, sumbangan, maupun
bantuan keuangan dari APBN/APBD. Dalam pasal 34A ayat 1 menyebutkan bahwa
partai politik wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan
pengeluaran yang bersumber dari dana bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kepada
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) secara berkala 1 (satu) tahun sekali untuk diaudit
paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Tujuan audit oleh BPK
tersebut adalah untuk menilai kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
terkait dengan bantuan pemerintah dan efektivitas dan operasi penggunaan dana
bantuan pemerintah. Audit dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara (SPKN). Dalam pasal 38 UU No 2 Tahun 2011 dijelaskan bahwa hasil
pemeriksaan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan
partai politik terbuka untuk diketahui masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa
seharusnya masyarakat dapat mengetahui dan mengakses pelaporan keuangan partai.
Namun, kenyataannya masih sangat sulit untuk menerapkan transparansi atas
keuangan partai politik. Pasal 39 dari Undang-Undang ini menyatakan bahwa:
1. Pengelolaan keuangan Partai Politik dilakukan secara transparan dan akuntabel
2. Pengelolaan keuangan Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaudit
oleh akuntan publik setiap 1 tahun dan diumumkan secara periodik
3. Partai politik wajib membuat laporan keuangan untuk keperluan audit dana

Audit yang Dilakukan oleh KAP

Audit atas laporan keuangan tahunan partai politik dilakukan oleh auditor
independen yaitu KAP. Dalam hal ini partai politik melakukan seleksi dan penetapan
KAP sesuai dengan prosedur internal partai. Dalam menentukan KAP, partai politik
harus memperhatikan validitas KAP mengingat banyak terjadi praktik pemalsuan
terhadap KAP. Karena itu sebelum menunjuk KAP, partai dapat melakukan konsultasi
kepada asosiasi profesi akuntan publik yaitu Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
mengenai tata cara dan validitas KAP. Produk dari audit oleh KAP adalah laporan
auditor independen yang memuat pendapat auditor atas laporan keuangan yang
disajikan oleh partai politik. Partai politik dapat meminta KAP untuk melakukan jenis
audit lain yang relevan yang diperlukan oleh partai politik terkait dengan pelaporan
keuangan.

Audit atas laporan pertanggungjawaban bantuan keuangan pemerintah


dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sehubungan dengan bantuan yang
diterima merupakan lingkup keuangan Negara. Tujuan audit tersebut adalah untuk
menilai kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan bantuan
pemerintah dan efektivitas dan operasi penggunaan dana bantuan. Audit oleh BPK

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 12


dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yaitu suatu
standar pemeriksaan yang diterbitkan oleh BPK yang harus dijalankan dan ditaati oleh
setiap pemeriksa keuangan Negara. Karena itu termasuk audit laporan ini, BPK harus
menjalankan audit berdasarkan SPKN. Dua hal utama yang selalu menjadi temuan
BPK atas audit laporan pertanggungjawaban dana bantuan partai politik adalah
penggunaan dana bantuan yang tidak sesuai ketentuan dan tidak adanya bukti-bukti
transaksi yang lengkap dan sah.

Sebagaimana diatur dalam pasal 9 huruf (j) UU No.31 tahun 2002 setiap Partai politik
wajib memiliki rekening khusus dana kampanye yang secara khusus menampung
dana kampanye pemilu yang dipisahkan dari rekening untuk keperluan lain. Menurut
SK KPU No.676 th 2003,setiap Partai politik peserta pemilu wajib melaporkan
rekening khusus dana kampanye pemilu,nama serta alamat bank.Dalam pasal 78 ayat
((4) UU No. 12 tahun 2003 dijelaskan bahwa jumlah sumbangan lebih dari Rp 5 juta
wajib dilaporkan kepada KPU termasuk identitas lengkap pemberi sumbangan.

Prosedur Audit.

Prosedur audit adalah sebagai berikut:

1. Penerapan Prosedur atas pembukaan Rekening khusus Dana Kampanye.


- Dapatkan laporan pembukuan rekening khusus dana kampanye yang disampaikan
peserta pemilu kepada KPU.
- Minta reprentasi tertulis apakah laporan tersebut sudah disampaikan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh KPU.
- Minta reprensentasi tertulis apakah laporan pembukaan rekening khusus dana
kampanye telah dijelaskan sumber perolehan saldo awal serta rincian penerimaan
dan pengeluaran dana kampanye yang dikeluarkan sebelum pembukaan rekening
khusus dana kampanye.
2. Penerapan Prosedur atas saldo awal penerimaan Kas.
- Saldo awal ini merupakan juamlah penerimaan kas dana kampanye yang masuk
kedalam pembukuan pasangan calon presiden dan wakil presiden sebelum
ditetapkan sebagai peserta pemilu.Jumlah saldo awal ini diperoleh dengan
menjumlahkan seluruh kas dana kampanye yang berada disisi debet setiap kali
penjurnalan terhadap transaksi kas dilakukan.
- Dapatkan bukti setoran awal dari sisa penerimaan dana yang disetorkan
kerekening khusus dana kampanye.
- Bandingkan bukti setoran dan rekening koran dengan saldo awal yang dilaporkan
ke KPU .
- Cek akurasi bukti-bukti untuk mengetahui asal sumber dana tersebut sesuai
dengan SK KPU No.676 th 2003 pasal 10 ayat 1 tentang pembukaan rekening
khusus Dana Kampanye.
- Hitung kembali penerimaan dan pengeluaran saldo awal yang berasal dari sisa
penerimaan dan pengeluaran dana kampanye yang diperoleh sebelum periode
pembukuan rekening khusus dana kampanye.

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 13


3. Penerapan Prosedur atas Sumbang dari dana pasangan Calon Presiden dan Wakil
presiden.
- Bandingkan sumbangan dari pasangan calon presiden dan wakil calon presiden
yang tercantum dlam catata dengan bukti sebanyak 30 sampel secara acak.
- Bandingkan jumlah sumbangan pasangan calon presiden dan wakil calon presiden
menurut daftar sumbangan dengan penerimaan menurut rekening koran dana
kampanye.
- Lakukan konfirmasi secara tertulis dari pasangan calon presiden dan wakil calon
presiden mengenai besarnya sumbangan dana kampanye.
4. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan partai politik dan Gabungan
Partai politik.
- Bandingkan sumbangan dari partai politik yang tercantum dalam catatan dengan
bukti penerimaan dana.
- Bandingan Jumlah sumbangan menurut daftar sumbangan partai politik dengan
penerimaan menurut rekening khusus dana kampanye.
- Minta reprensentasi tertulis dari partai politik mengenai besarnya sumbangan
untuk dana kampanye.
5. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan Perorangan.
- Bandingkan nama dan alamat penyumbang yang tercantum dalam daftar
penyumbangan dengan bukti identitas penyumbang tersebut dalam cacatan
sebanyak 30 sampel secara acak.
- Jumlahkan besar sumbangan per nama penyumbang perorangan untuk menilai
apakah secara akumulasi jumlah tidak melampaui ketentuan dalam peraturan
perundangan yang berlaku (maksimum Rp 100.000.000 per penyumbang berupa
kas dan non kos)
- Jika ada penyumbang anonim ,tanyakan apakah sudah masuk ke daftar
sumbangan tidak beridentitas.
- Lakukan observasi apakah jumlah sumabangan dari penyumbang tersebut di atas
melampaui ketentuan jumlah menurut peraturan perundang-undangan.
- Lakukan konfirmasi kepada penyumbang perorangan secara tertulis tentang
jumlah sumbangan sebanyak 30 sampel secara acak.
- Tanyakan apakah terdapat sumbangan yang mengikat partai
6. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan Perusahaan/badan usaha.
- Bandingkan nama dan alamat perusahaan yang tercantum dalam daftar
sumbangan dengan bukti identitas penyumbang tersebut dalam cacatan sebanyak
30 sampel secara acak.
- Jumlahkan besar sumbangan per perusahaan penyumbangan untuk menilai apakah
secara akumulasi jumlahnya tidak terlampaui ketentuan dalam peraturan
perundangan yang berlaku (maksimum Rp.750.000.000 per perusahaan,berupa
kas dan non kas)
- Jika ada penyumbang anonim tanyakan apakah sudah masuk kedaftar sumbangan
tidak beridentitas.
- Lakukan observasi apakah jumlah sumbangan dari penyumbang tersebut di atas
melampaui ketentuan jumlah menurut peraturan perundangan.

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 14


- Lakukan konfirmasi kepada penyumbang perusahaan secara tertulis tentang
jumlah sumbangan sebanyak 30 sampel secara acak.
- Tanyakan apakah pasangan calon presiden dan wakil persiden menerima
sumbangan dana kampanye dari perusahaan/badan usaha asing.
- Dapatkan reprensentasi tertulis dari team kampanye pasangan calon presiden dan
wakil persiden.
7. Penerapan Prosedur atas saldo dana kampanye.
- Dapatkan berita acara penyerahan saldo dana kampanye kas dan non kas diakhir
periode kampanye kepada pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
- Lakukan rekonsiliasi saldo kas dan setara kas untuk memastikan kesesuaian antara
saldo menurut catatan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
- Lakukan konfirmasi ke Bank tentang saldo direkening khusus dana kampanye
pada akhir periode yang diperiksa.
- Lakukan inpeksi terhadap aktiva tetap dan nonkas lainya ,serta cocokan dengan
catatan yang diselenggarakan oleh pasangan calon presiden dan calon wakil
presiden.

10. Mengapa jumlah sumbangan untuk sumber dana politik perlu dilakukan pengawasan
dan pembatasan serta mewajibkan seluruh penyumbang dilaporkan kepada publik?
Jawaban:
Transparansi pendanaan kegiatan partai politik menjadi awal untuk tuntaskan korupsi
politik. Banyaknya kebijakan pemimpin di negeri ini yang tak berpihak kepada rakyat
kecil diyakini karena partai politik tersandera oleh kepentingan bisnis. Maklum
sebagian besar dana partai politik berasal dari ‘sumbangan’ kalangan pengusaha dan
anggota partai politik itu sendiri. Dari hasil pantauan sebagian akademisi dan LSM
pola pendanaan seperti itu sampai saat ini masih digunakan di hampir seluruh partai
politik yang ada di Indonesia. Menurut peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW),
Ade Irawan mekanisme pendanaan partai politik yang seperti itu tidak baik dan dapat
mengarah pada tindak pidana korupsi. Pasalnya anggota partai politik dituntut
mencari cukup uang untuk mendanai kegiatan partai. Setiap anggota yang berhasil
mencari dana untuk partai maka dia akan mendapat posisi yang istimewa di dalam
partai politiknya. Kompensasinya, partai politik akan memberi dukungan terhadap
anggotanya itu untuk menjabat posisi strategis di dalam ataupun di luar partai politik.
Dari pantauan selama ini, sebagian besar penyumbang dana bagi partai politik berasal
dari kalangan pengusaha. Itulah yang mengakibatkan kenapa kebijakan yang
dihasilkan oleh negara, mulai dari eksekutif dan legislatif cenderung tidak berpihak
kepada rakyat. Seharusnya partai politik menggalang dana dari konstituennya dan
tidak mengandalkan dana dari para pengusaha yang sarat kepentingan bisnis,
lanjutnya. Selain itu dana partai politik harus transparan dan diketahui publik.
Mengenai mekanisme pendanaan partai politik sebenarnya sudah diatur dalam UU
Partai Politik bahwa setiap dana yang diperoleh partai politik harus diaudit. Tapi tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Bahkan mengalami kesulitan ketika ICW meminta
laporan penggunaan dana partai politik yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang dimana APBN adalah dana publik dan sudah

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 15


sepantasnya partai politik memberikan pertanggungjawaban kepada publik atas
penggunaan uang itu.
Mekanisme pendanaan seperti itu dapat menimbulkan sejumlah masalah dalam partai
politik itu sendiri misalnya kualitas kader, korupsi dan kemandirian partai politik.
Mengenai kaderisasi mekanisme pendanaan itu hanya menguntungkan bagi kader
yang mempunyai sumber dana yang besar. Sehingga jika dia mau menempati jabatan
strategis maka partai akan mendukungnya. Namun ketika ada kader yang memiliki
kompetensi dan kinerja yang bagus, tapi tidak punya dana yang besar maka
peluangnya untuk dapat menempati jabatan strategis sangat kecil.
Kemudian masalah lain yang timbul adalah potensi korupsi yang dilakukan oleh kader
partai ketika dia menduduki jabatan di lembaga negara. Selain itu partai politik juga
tidak dapat mandiri karena pendanaannya sangat bergantung pada pengusaha atau
hasil usaha lain yang berpotensi bersinggungan dengan tindak pidana korupsi.
Dari rentetan masalah yang ada berujung pada pengambilan kebijakan yang dilakukan
oleh kader-kader partai yang berhasil meraih jabatan di berbagai lembaga negara.
Alih-alih menghasilkan kebijakan yang berpihak pada rakyat tapi yang ada malah
menguntungkan bagi para pendonor dana partai politiknya.
Dalam kesempatan yang sama ahli tindak pidana pencucian uang dari Universitas
Trisakti, Yenti Ganarsih menyebutkan pendanaan partai politik rawan tindak pidana
pencucian uang. Modus pendanaan partai politik yang bersandar dari tindak kejahatan
menurut pantauan Yenti sudah lama dilakukan dan tidak ada perubahan signifikan
sampai hari ini. Walau modus yang digunakan adalah cara-cara konvensional tapi
Yenti belum melihat perangkat hukum yang ada dapat menyentuh dan
menuntaskannya secara menyeluruh. Yenti lalu mencontohkan kasus dugaan korupsi
yang melibatkan mantan anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Demokrat
Muhammad Nazaruddin. Tindak kejahatan korupsi yang dilakukan para pelaku
menurut Yenti sangat terorganisir. Hal ini tentu saja tidak dilakukan sendirian, banyak
pihak yang menurut Yenti ikut bermain dan bukan hanya oknum yang berasal dari
lembaga eksekutif atau legislatif saja tetapi juga yudikatif.
Menurut Yenti, tindak pidana pencucian uang yang berkaitan dengan korupsi politik
adalah uang hasil korupsi yang digunakan untuk kegiatan politik. Para oknum yang
bertindak itu dari pantauan Yenti sudah menyiapkan segala halnya dengan matang.
Jika nanti kasusnya itu tercium, maka para oknum tadi yang berada di tiga pilar
hukum negara yaitu lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif sudah siap untuk
memainkan perannya. Bagi Yenti korupsi menjadi penyebab utama keterpurukan di
Indonesia termasuk penegakan hukumnya dan menyebut tindakan korupsi ini sebagai
kejahatan yang terorganisir (organized crime).
Yenti berharap lembaga yudikatif dapat memainkan peran utama untuk mengubah
situasi yang ada. Selain itu pembenahan terhadap regulasi juga harus dilakukan. Dia
mencontohkan dalam UU Pemilu terkait pendanaan partai politik hanya diatur batasan
pemberian sumbangan untuk partai politik. Tapi dari mana sumber dana itu berasal
tidak diatur. Menurut Yenti itu adalah celah yang harus ditutup untuk mencegah agar
sumber dana partai politik itu tidak berasal dari hasil tindak kejahatan.

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 16


11. Mengapa diperlukan penerapan akuntansi dalam partai politik?
Jawaban:
Pertanggungjawaban keuangan organisasi Partai politik sebagai entitas yang
menggunakan dana publik yang besar harus transparan sehingga pertanggungjawaban
keuangan merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. Bentuk pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan partai politik peserta pemilu adalah penyampaian laporan Dana
Kampanye (semua peserta pemilu) serta laporan keuangan (khusus untuk partai
politik) yang harus diaudit Akuntan publik ke KPU serta terbuka untuk diakses
publik. Selain menekan potensi kecurangan dalam penggalangan dana, standardisasi
laporan keuangan partai politik juga bisa dijadikan dasar pertimbangan untuk
menetapkan pilihan secara cerdas dan rasional. Di luar kepentingan untuk
menjalankan fungsi kontrol atas Partai Politik yang ada, calon pemilih untuk Pemilu
2009 nanti bisa mencermati derajat sehat-tidaknya Partai Politik dari Laporan
Tahunan yang disampaikannya secara terbuka ke publik.Pemilih seperti dihadapkan
dengan perusahaan yang dipercaya bisa membawa aspirasinya secara
berkesinambungan (Haryono Umar, 2003).
Laporan Keuangan yang Dihasilkan
Penyusunan Laporan keuangan tahunan Partai politik mengacu pada PSAK no.45
tentang akuntansi untuk organisasi nirlaba yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dan terdiri atas laporan berikut ini:
- Laporan Posisi Keuangan
- Laporan Aktivita
- Lapora Perubahan dalam aktiva Neto/Ekuitas
- Laporan arus kas
- Catatan atas laporan keuangan.

Selain mengacu pada PSAK No.45, Penyusunan Laporan keuangan Partai politik juga
terikat pada ketentuan yang terdapat dalam perundang-undangan RI mengenai Partai
politik dan pemilu seperti UU No.31 Tahun.2002 tentang partai politik dan UU
No.12 Tahun 2003 tentang pemilu.

Dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 2002 tentang partai politik, pasal 9 sebagai
dasar hukum penyelenggaraan akuntansi bagi partai politik yang menjelaskan bahwa:

- Partai politik diwajibkan untuk membuat pembukuan, memelihara daftar


penyumbang dan jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka untuk diketahui
oleh masyarakat dan pemerintah.
- Partai politik diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan dan laporan
dana kampanye pemilihan umum kepada Komisi Pemilihan Umum.
- Partai politik diwajibkan membuat laporan keuangan secara berkala 1 (satu) tahun
sekali dan memiliki rekening khusus dana kampanye pemilihan umum serta
menyerahkan laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik kepada Komisi
pemilihan Umum paling lambat 6 (enam) bulan setelah hari pemungutan suara.

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 17


Ketentuan teknis tentang pedoman penyusunan laporan keuangan untuk Partai Politik
terdapat dalam SK KPU No. 676 tahun 2003 tentang Tata Administrasi Keuangan dan
Sistem Akuntansi Keuangan Partai Politik, serta Pelaporan Dana Kampanye Peserta
Pemilihan Umum.

Keputusan KPU No. 676 Tahun 2003 tentang Tata Administrasi Keuangan dan
Sistem Akuntansi Keuangan Partai Politik serta Pelaporan Dana Kampanye Peserta
Pemilu, dapat di unduh pada halaman Download kategori Standar dan Peraturan.

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Page 18

Anda mungkin juga menyukai