Kelas :A
NIM : 12030117420080
Dosen Pengampu : Dr. Warsito Kawedar, Ak, CA
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
RESUME MATERI
AKUNTANSI UNTUK ENTITAS
4. Mengapa karakteristik partai politik bisa berbeda dengan organisasi nirlaba lainnya
padahal sama-sama mendanai kebutuhan modalnya dari utang, para penyumbang dan
kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik?
Jawaban:
Pengertian partai politik disebutkan secara khusus dalam UU RI Nomor 2 Tahun 2008
tentang Partai Politik, partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan
dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan
politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara, serta memilihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pada dasarnya aktivitas politik adalah
aktivitas untuk memperoleh, mengelola, dan mengatur kekuasaan sebagai amanat dan
mandat dari konstituennya dengan cara-cara yang demokratis. Untuk itu partai politik
memiliki karakteristik utama yaitu faktor kekuasaan yang dimilikinya dan perannya
dalam mewakili rakyat. Tujuan akhir dari partai politik adalah mendapatkan mandat
dari konstituesnnya untuk memegang kekuasaan lewat cara-cara demokratis, yaitu
lewat pemilihan umum. Setiap keputusan yang dibuat oleh partai politik akan
memiliki dampak yang sangat luas terhadap harkat hidup orang banyak. Dengan
demikian partai politik harus sangat berhati-hati dalam setiap gerak langkahnya dan
harus memastikan bahwa setiap tindakan yang dilakukan adalah demi masyarakat
banyak, bebas dari politik uang dan pengaruh kelompok kepentingan (vested interest
group). Keberhasilan suatu partai politik diukur dengan banyaknya jumlah suara
yang direbutnya lewat pemilihan umum. Hal ini menjadikan salah satu karakteristik
partai politik yang membedakannya dengan organisasi nirlaba lainnya, yaitu bahwa
partai politik memperjuangkan kepentingan baik anggota, bangsa, dan engara melalui
kegiatan pemilu. Kegiatan berpartisipasi dalam pemilu merupakan kegiatan paling
besar yang dilakukan oleh partai politik, sehingga pertanggungjawaban keuangan atas
kegiatan ini perlu dilakukan tersendiri, terpisah dari laporan keuangan yang disajikan
secara periodik. Tabel dibawah ini menampilkan beberapa perbedaan antara
organisasi nirlaba dengan partai politik.
Perbedaan Karakteristik antara Organisasi Nirlaba dan Partai Politik
6. Mengapa peran dan fungsi akuntansi dalam lingkungan partai politik perlu dibagi
menjadi dua kelompok yaitu bagi pihak internal maupun pihak eksternal partai
politik?
Jawaban:
Peran dan fungsi akuntansi dalam lingkungan partai politik dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu peranan dan fungsi akuntansi bagi pihak internal maupun pihak
eksternal partai politik. Pembagian dalam kedua kelompok tersebut juga
menggambarkan pengguna dari informasi akuntansi.
Pihak Internal
a. Ketua Partai Politik. Ketua partai politik menggunakan akuntansi untuk menyusun
perencanaan, mengevaluasi kemajuan yang dicapai dalam usaha memenuhi
tujuan, dan melakukan tindakan-tindakan koreksi yang diperlukan. Keputusan
yang diambil harus berdasarkan informasi akuntansi, seperti menentukan
Pihak Eksternal
8. Mengapa diperlukan pedoman akuntansi khusus untuk partai politik terutama terkait
pos-pos dana bantuan pemerintah dan laporan parpol?
Jawaban:
Dengan dasar adanya perbedaan karakteristik, perbedaan kepentingan pemakai
laporan keuangan dan adanya transaksi-transaksi khusus partai politik, diperlukan
adanya standar akuntansi keuangan khusus yang mengatur pelaporan keuangan partai
politik. Dengan penyempurnaan standar akuntansi keuangan ini diharapkan laporan
keuangan partai politik dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dapat
diandalkan dan memiliki daya banding yang tinggi. Laporan keuangan yang
dihasilkan dapat dipergunakan oleh para pengguna laporan keuangan dan tidak
menyesatkan. Dengan demikian, transparansi di bidang keuangan dapat diwujudkan
yang pada gilirannya penyalahgunaan dan pelanggaran keuangan oleh partai politik
serta politik uang dapat dicegah atau setidaknya dikurangi. Jelaslah bahwa perlu ada
Standar Akuntansi khusus untuk partai politik. Sampai dengan saat ini, belum ada
standar akuntansi keuangan, baik yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
sebagai wadah organisasi profesi akuntan Indonesia maupun oleh lembaga pengawas
partai politik (Mahkamah Agung dan Komisi Pemilihan Umum), yang secara khusus
dapat dijadikan dasar penyusunan laporan keuangan bagi partai politik.
Untuk membuat standar akuntansi partai poltik, pertama harus ditentukan terlebih
dahulu siapa pengguna laporan tersebut. Setelah itu baru ditentukan bentuk dan jenis
laporan, dan entitas laporan. Laporan keuangan ini merupakan laporan tinggi.
Pengguna Laporan Keuangan Partai Politik
Pihak-pihak yang berkepentingan atas informasi dalam laporan keuangan partai
politik
- Pengurus;
- Anggota;
- Pemerintah, termasuk Mahkamah Agung dan lembaga pengawas partai politik;
- Penyumbang;
- Kreditur; dan
Dengan demikian pedoman akuntansi khusus untuk partai politik akan diperlukan
terutama untuk mencatat pos-pos berikut:
a) Dana bantuan pemerintah
Dana bantuan yang berasal dari pemerintah sepenuhnya berlaku standar akuntansi
pemerintah (untuk pertanggungjawaban dan penggunaan dana pemilu yang diterima
melalui KPU). Bisa saja laporan penggunaan dana tersebut menggunakan SAP yang
dibuat oleh KPU, selama itu ada konsensus atau peraturan yang mengatur. Karena
sumber dan dari bantuan pemerintah cukup besar peranannya untuk partai politik,
maka perlu adanya penegasan bahwa prosedur anggaran dan perbendaharaan berlaku
penuh dalam pertanggungjawaban dan penggunaan dana tersebut. Sedangkan untuk
sumber dana dari pihak lain akan dipertanggungjawabkan kepada pemiliknya.
Artinya, dana yang diterima dari APBN melalui KPU harus dipertanggungjawabkan
dengan proses dan prosedur pertanggungjawaban yang sudah baku. Misalnya bantuan
dana yang bersifat langsung parpol harus bisa menunjukkan bukti-butki sedangkan
yang bantuannya bersifat blok, sesudah dana tersebut digunakan partai politik harus
menyampaikan laporan (model uang yang harus dipertanggungjawabkan) atau model
pembayaran langsung.
b) Laporan parpol
1. Uang dalam laporan keuangan tergambar jumlah uang yang diterima, dan
penggunaannya
2. Barang atau jasa dalam laporan neraca tergambar sesuai dengan nilai uang barang
dan jasa tersebut
Audit atas laporan keuangan tahunan partai politik dilakukan oleh auditor
independen yaitu KAP. Dalam hal ini partai politik melakukan seleksi dan penetapan
KAP sesuai dengan prosedur internal partai. Dalam menentukan KAP, partai politik
harus memperhatikan validitas KAP mengingat banyak terjadi praktik pemalsuan
terhadap KAP. Karena itu sebelum menunjuk KAP, partai dapat melakukan konsultasi
kepada asosiasi profesi akuntan publik yaitu Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
mengenai tata cara dan validitas KAP. Produk dari audit oleh KAP adalah laporan
auditor independen yang memuat pendapat auditor atas laporan keuangan yang
disajikan oleh partai politik. Partai politik dapat meminta KAP untuk melakukan jenis
audit lain yang relevan yang diperlukan oleh partai politik terkait dengan pelaporan
keuangan.
Sebagaimana diatur dalam pasal 9 huruf (j) UU No.31 tahun 2002 setiap Partai politik
wajib memiliki rekening khusus dana kampanye yang secara khusus menampung
dana kampanye pemilu yang dipisahkan dari rekening untuk keperluan lain. Menurut
SK KPU No.676 th 2003,setiap Partai politik peserta pemilu wajib melaporkan
rekening khusus dana kampanye pemilu,nama serta alamat bank.Dalam pasal 78 ayat
((4) UU No. 12 tahun 2003 dijelaskan bahwa jumlah sumbangan lebih dari Rp 5 juta
wajib dilaporkan kepada KPU termasuk identitas lengkap pemberi sumbangan.
Prosedur Audit.
10. Mengapa jumlah sumbangan untuk sumber dana politik perlu dilakukan pengawasan
dan pembatasan serta mewajibkan seluruh penyumbang dilaporkan kepada publik?
Jawaban:
Transparansi pendanaan kegiatan partai politik menjadi awal untuk tuntaskan korupsi
politik. Banyaknya kebijakan pemimpin di negeri ini yang tak berpihak kepada rakyat
kecil diyakini karena partai politik tersandera oleh kepentingan bisnis. Maklum
sebagian besar dana partai politik berasal dari ‘sumbangan’ kalangan pengusaha dan
anggota partai politik itu sendiri. Dari hasil pantauan sebagian akademisi dan LSM
pola pendanaan seperti itu sampai saat ini masih digunakan di hampir seluruh partai
politik yang ada di Indonesia. Menurut peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW),
Ade Irawan mekanisme pendanaan partai politik yang seperti itu tidak baik dan dapat
mengarah pada tindak pidana korupsi. Pasalnya anggota partai politik dituntut
mencari cukup uang untuk mendanai kegiatan partai. Setiap anggota yang berhasil
mencari dana untuk partai maka dia akan mendapat posisi yang istimewa di dalam
partai politiknya. Kompensasinya, partai politik akan memberi dukungan terhadap
anggotanya itu untuk menjabat posisi strategis di dalam ataupun di luar partai politik.
Dari pantauan selama ini, sebagian besar penyumbang dana bagi partai politik berasal
dari kalangan pengusaha. Itulah yang mengakibatkan kenapa kebijakan yang
dihasilkan oleh negara, mulai dari eksekutif dan legislatif cenderung tidak berpihak
kepada rakyat. Seharusnya partai politik menggalang dana dari konstituennya dan
tidak mengandalkan dana dari para pengusaha yang sarat kepentingan bisnis,
lanjutnya. Selain itu dana partai politik harus transparan dan diketahui publik.
Mengenai mekanisme pendanaan partai politik sebenarnya sudah diatur dalam UU
Partai Politik bahwa setiap dana yang diperoleh partai politik harus diaudit. Tapi tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Bahkan mengalami kesulitan ketika ICW meminta
laporan penggunaan dana partai politik yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang dimana APBN adalah dana publik dan sudah
Selain mengacu pada PSAK No.45, Penyusunan Laporan keuangan Partai politik juga
terikat pada ketentuan yang terdapat dalam perundang-undangan RI mengenai Partai
politik dan pemilu seperti UU No.31 Tahun.2002 tentang partai politik dan UU
No.12 Tahun 2003 tentang pemilu.
Dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 2002 tentang partai politik, pasal 9 sebagai
dasar hukum penyelenggaraan akuntansi bagi partai politik yang menjelaskan bahwa:
Keputusan KPU No. 676 Tahun 2003 tentang Tata Administrasi Keuangan dan
Sistem Akuntansi Keuangan Partai Politik serta Pelaporan Dana Kampanye Peserta
Pemilu, dapat di unduh pada halaman Download kategori Standar dan Peraturan.