Tugas Proposal Praktikum Terpadu Rifan
Tugas Proposal Praktikum Terpadu Rifan
Oleh
Fatakhu rifan
20.1.70401.1411
2022
PROPOSAL PRAKTIKUM TERPADU
Pengoptimalan size shot pada feature produksi minyak kayu putih
tahura bunder “Kayu Putih Tahura”
Oleh
Fatakhu rifan
20.1.70401.141
Format : Feature
Judul : Kayu Putih Tahura
Oleh
Fatakhu Rifan
20.1.70401.1411
Disetujui oleh
Pembimbing I Pembimbing II
tatri Galif
Mengetahui
Tim Penguji
Nama
NIDN
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dibuat di : Yogyakarta
Pada Tanggal : .................. 2022
Yang menyatakan,
Fatakhu Rifan
HALAMAN MOTTO
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-
Nya, saya dapat menyelesaikan Proposal Praktikum Terpadu dengan judul :
Pengoptimalan Size Shot Pada Feature Produksi Minyak Kayu Putih Tahura
Bunder “Kayu Putih Tahura” dengan tepat waktu tanpa halangan suatu apapun.
Proposal ini guna memenuhi Tugas Akhir Semester IV serta mengajukan produksi
Praktikum Terpadu Akademi Komunikasi Radya Binatama Program Studi
Penyiaran Diploma III pada Semester V.
Dalam penyusunan Desain Produksi Tugas Akhir ini terdapat hambatan
dan tantangan tersendiri, akan tetapi dukungan dan bantuan dari berbagai pihak
maka Desain Produksi Tugas Akhir ini dapat penulis selesaikan dengan sebaik-
baiknya. Untuk itu, dengan penuh kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih
kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya.
2. Arif Budiman, SE. MM, Direktur Akademi Komunikasi Radya Binatama
Yogyakarta
3. Wahyu Sudarmawan,S.E. S.H.,M.M. pembantu Direktur 1 Akademi
Komunikasi Radya Binatama Yogyakarta
4. Fadeyanto Prabowo S, Sos,. M. A. Ketua Program Studi Akademi
Komunikasi Radya Binatama Yogyakarta
5. Fadeyanto Prabowo, S.Sos., M.A. Selaku Dosen Pembimbing 1.
6. Ghalif Putra Sadewa, M.Sn. Selaku Dosen Pembimbing 2.
7. Seluruh Staf Akademik yang selalu memberikan waktu untuk mengurus
keperluan administrasi selama mengikuti perkuliahan
8. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan dan motivasi baik secara
spiritual maupun materi
9. Lulu Khulaida dan Stefiani Merliana selaku rekan satu kelompok dalam
pembuatan Tugas Akhir
DAFTAR ISI
2. Manfaat
a. Manfaat bagi penulis
1) Mendapat pengalaman dalam proses produksi Feature secara
langsung
2) Mampu memahami cara bekerja Tim dalam Produksi Feature
3) Menyalurkan ilmu dan imajinasi dari beberapa mata kuliah yang
telah di dapat
4) Menjadikan produksi ini sebagai Portofolio di masa depan
b. Manfaat bagi masyarakat
1) Menjadi tontonan yang baik bagi masyarakat , mengetahui
keindahan alam
2) Menambah informasi bagi masyarakat
3) Mendapatkan tayangan yang informatif
c. Manfaat bagi dunia pendidikan
1) Menjadi refrensi orang lain dan menjadi pegetahuan lingkup
banyak
2) Sebagai referensi pembuatan Proposal Pembuatan feature
khususnya jobdesk Kamerawan
d. Manfaat bagi dunia pertelevisian
1) Menambah daftar karya feature bagi anak bangsa
2) Menambah program memberbanyak tayangan
Karya Referensi I
Sinopsis :
Menampilkan Vidio produksi sampah dari daun cengkeh yang berserakan
dan di ubah menjadi minyak cengkeh yang bermanfaat bagi masyarakat.
Analisis Karya :
Jejak si gundul adalah sebuah program acara tv berbentuk feature yang
secara rutin oleh stasiun tv Trans 7. Membahas tntang erbagai macam
budaya dari plosok plosok negri yang belom di ketahui oleh masyarakat,
dengan di pandu oleh Heru Gundul.
Penerapan size shot pada program jejak si gundul cukup bervariasi sering
juga mengunakan medium shot, full shoot, medium close up tetapi tidak
melupakan detai detail gambar yang sesuai dengan pesan yang ingin di
sampaikan.
A. Karya Referensi II
Judul Karya :
Program :
Durasi :
Tayang :
Produksi :
Sinopsis :
Analisis Karya :
B. Karya Referensi III
Sinopsis :
Mengangkat kisah dari keunikan dan khas yang ada di sepanjang pesisir
Kabupaten Kulon Progo mulai dari pertanian pesisir, konservasi penyu,
hingga ekowisata mangrove Kulon Progo.
Analisis Karya :
BAB III
LANDASAN TEORI
A. Feature
Secara bahasa, featrure adalah Salah satu jenis tulisan jurnalistik yang
berisi perpaduan berita dan opini, mengandung humam interest, dan
bergaya penulisan sastra. Dengan karangan sesuatu yang tidak
memberikan berita fakual tetapi di tulis dengan gaya menarik dan
terperinci. feature biasanya menjadi sajian utama majalah atau media yang
terbit mingguan atau bulanan
Jenis – Jenis Feature
1. Feature profil atau sketsa pribadi
Menagisahkan tentang karier, pengalaman, hobi, maupun kisah cinta
dari seseaorang yang menjadi tokoh cerita. Isi feature sketsa tidak memuat
penjelasan lengkap soal tokoh yang diceritakan. Namun, dalam feature
profil, tokoh yang diceritakan, dijelaskan dan digambarkan secara lebih
rinci dan jelas.
2. Feature Pengalaman pribadi
Berisi pengalaman pribadi penusil atau meangangkat kisah pengalam
orang lain. Pengalaman yang di ceritakan dalam feature ini sifatnya unik
dan sungguh luar biasa.
3. Feature Sejarah
Berisikan sejarah yang sudah di lupakan pembaca . tulisan ini hanya
menyankut pengungkapan kembali cerita atau cataan sejarah tampa
interprestasi serta pendapat penulisnya.
4. Feature perjalanan
Sebuah feature yang berhubungan dngan petualangan atau perjalanan.
Yang bearisikan laporan kisah perjalaan, fakta yang di temui serta kesan
yang di dapatkan selama menempuh perjalanan.
5. Feature sidebar
Feature ini berhubungan dengan peristiwa actual. Umumnya berbentuk
pengembangan atau tulisan yang lebih mendalam.
B. Fungsi Feature
1. Zain 1993
Feature dalam arti luas yaitu tulisa- tulisan di luar berita, dapat berupa
tulisan ringan, berat dan lainnya.feature juga di artikan tulisan yang
bersifat menghibur, mendidik, memberi informasi, dan lai sebagainya
menenai aspek kehidupan dengan gaya yang bervariasi ( Zain, 1993).
2. Daniel R. Williamson “ dalam Sudarman, 2008:179”
Richard Weiner mendefinisikan feature ialah suatu artikel atau
karangan yang lebih ringan atau lebih umum tentang daya pikat
manusiawai atau gaya hidup, daripada berita lempang yang ditulis dari
peristiwa yang masih hangat.
3. Santana ( 2005)
Merupakan suatu informasi human intrest, terkain dengan ketertarikan
dan minat orang yang mungkin unusual ( tidak lazim) dan ketidakbiasaan
itu yang membuat informasi tersebut menjadi menarik. menurut Santana
(2005) menjadi “hidup”, berwarna, ketika khalayak diajak membayangkan
rincian atau detail, latarbelakang peristiwa, dan tindakan-tindakan terentu.
Cara tersebut seaakan membawa pembaca pendengar dan pemirsa televise
mengikuti apa yang di ketahui dan di rasakan penulis.
4. Alexis Mekinney
Feature menemukan dampaknya di luar bidang dasar-dasar penulisan
berita straight news dan di luar who-what-where-why and how yang tanpa
polesan. Keabsahan, kekuatan, dan ciri pengenal feature terletak pada
penetrasi imaginasinya bukan pada pemisahannya dari kebenaran dan pada
pelonggaran kebenarannya, tetapi pada penembusannya ke dalam
kebenaran yang khas dan khusus yang menggugah perasaan ingin tahu,
perasaan simpati, perasaan skeptic, perasaan humor, perasaan cemas, atau
perasaan takjub orang.
5. Charnley
Feature sebenarnya mencakup juga beragam berita yang mengandung
isi yang nonimaginatif maupun yang nonemotif. Dalam arti yang luas,
katanya, akan amanlah jika dikatakan bahwa feature adalah berita yang
bahannya dipilih untuk disajikan terutama karena unsur beritanya bukan
ditekankan pada aktualitas.
C. Tata Kamera
Tata kamera adalah proses kerja kreatif yang dilakukan oleh penata
kamera untuk melakukan kegiatan pengaturan, pemeliharaan, dan
penempatan posisi kamera yang menjadi bagian dari proses perekaman
objek bergerak dalam media televisi atau perfilman, dengan profesi yang
disebut kameramen (american sinematography manual, john hora : 2005).
Penata kamera bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan perekaman
obyek media bergerak di lokasi produksi hingga dapat disimpan kedalam
media berupa pita kaset, disket data, seluloida, flasdisk maupun harddisk.
Fungsi dari tata kamera
Tata kamera memiliki fungsinya sebagai berikut :
1. Untuk bisa tau bagaimana posisi yang cocok untuk merekam
Seperti saat kita akan merekam pasti kita akan memikirkan cara
bagaimana agar tampak bagus pada posisi posisi tertentu
2. Agar mendapat hasil yang lebih baik daripada merekam dengan asal
asalan
D. Kameramen
Kameramen adalah seseorang yang mengoperasikan kamera film atau
video untuk merawat, melakukan pengaturan hingga merekam gambar.
Dalam produksi film kamera adalah alat yan paling utama yang
dioperasikan oleh kameraman/penata kamera yang dalam prosedurnya
dibantu oleh beberapa asisten berikut ini :
1. First Cameraman sering disebut sebagai Penata Fotografi (Director of
Photography) atau kepala kameramen, bertanggung jawab terhadap
pergerakan dan penempatan kamera dan juga pencahayaan dalam suatu
adegan. Kecuali dalam unit produksi yang kecil, Penata Fotografi tidak
melakukan pengoperasian kamera selama syuting yang sesungguhnya.
2. Second Cameraman sering disebut sebagai asisten kameramen atau
operator kamera, bertindak sesuai instruksi dari kameramen utama dan
melakukan penyesuaian pada kamera atau mengoperasikan kamera
selama syuting.
3. First Assistant Cameramen sering disebut Kepala Asisten untuk pada
operator kamera. Seringkali bertanggung jawab untuk mengatur fokus
kamera (untuk kamera film).
4. Second Assistant Cameraman, menjadi asisten operator kamera. Penata
kamera bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan perekaman obyek
media bergerak di lokasi produksi hingga produksi program acara
tersebut dapat tersimpan ke dalam media berupa pita kaset, disket data,
seluloida, atau live broadcasting. Pada proses kreatif produksi di
lapangan, seorang penata kamera mengemban tugas kerja yang
berhubungan dengan media perekaman berupa kamera, bekerja sama
dengan beberapa asisten kamera, penata cahaya serta penata suara guna
mendapatkan kualitas hasil perekaman yang optimal. Dalam kerangka
kerja produksi program acara, seorang penata kamera bekerja membantu
sutradara merealisasikan visi sinematik sutradara dari naskah program
acara tersebut. (Wahyu Wary, 2010:50)
Tugas dan tanggung jawab kameramen
Tugas dan tanggung jawab kameramen adalah merekam gambar
yang terjadi, melakukan komposisi dan mengatur kamera agar hasil yang
dicapai oleh tim bisa lebih baik pada saat produksi. Adapun tugas dan
tanggung jawab kamerawan sebagai mana Standart Operasional Prosedur.
Menurut (Pintoko dan Umbara, 2010:86) tugas kameramen dalam suatu
produksi memiliki 3 tahapan yaitu :
1. Pra Produksi
Tahap pra produksi meliputi
a. Memahami naskah
b. Menganalisa scenario dan konsep sutradara dengan
melakukan pengarahan
c. Melakukan persiapan dan pemeliharaan peralatan kamera
serta penunjangnya
d. Melakukan hunting lokasi dengan sutradara dan pihak-pihak
yang terkait.
2. Produksi
Tahapan yang paling krusial oleh kameramen adalah tahap produksi,
yang mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Menginterpretasikan naskah kedalam sebuah adegan
b. Melakukan SOP (standart Operational Procedur) pada
kamera
c. Melakukan pengambilan gambar
d. Bekerjasama dengan sutradara dalam pengambilan gambar
agar mendapatkan hasil yang baik.
3. Paska Produksi
Dalam tahap ini, kameraman tidak berperan aktif dalam proses
pengeditan karena, juru kamera hanya bertugas saat pengambilan
gambar pada saat produksi. Tetapi tidak ada salahnya jika juru
kamera memberi masukan kepada editor dalam proses pengeditan.
Aspek pendukung
Hal-hal yang mendukung operasional teknik penataan kamera, antara lain :
1. Studio working conditions.
Menciptakan suasana kerja yang nyaman dan profesional akan sangat
mempengaruhi kinerja dari penata kamera dan tim, baik di studio
maupun indoor.
3. Preparing for rehearsals.
Persiapan operasional maupun peralatan produksi sangat penting
dilakukan. Dalam produksi feature Warisan Budaya Yang Terpendam
tidak terdapat rehearsal untuk statement narasumber. Oleh karena itu
penata kamera harus mampu menggambarkan penempatan shot, kamera
dan talent dengan tepat.
4. Camera operation
Seorang penata kamera harus mampu menampilkan gambar yang
mewakili mata audience. Dalam pengoperasian kamera, fokus dan
pergerakan kamera serta objek ( focusing, moving people, camera
moves) sangat mempengaruhi kesinambungan gambar yang
ditampilkan.
Efektifitas dalam menampilkan subjek gambar membutuhkan teknik
pengoperasian kamera yang tepat. Beberapa hal yang mendukung
terciptanya efektifitas tersebut, antara lain :
a. Shooting style
Setiap penata kamera memiliki style yang berbeda dalam
menampilkan sebuah adegan. Oleh karena itu terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam pengambilan gambar, seperti :
Tentukan viewpoint yang terbaik. Apakah adegan tersebut dapat
dilihat dengan jelas (clearly) dalam jarak tertentu. Fitur mana yang
ingin ditekankan pada saat itu. Apakah kita ingin audience fokus
pada aspek tertentu dari adegan tersebut. Apakah kita ingin
menyampaikan pesan tertentu melalui visual tersebut.
b. Screen size
Ukuran screen hasil produksi yang disaksikan audience akan
mempengaruhi bagaimana mereka memberi respon terhadap
tayangan tersebut. Oleh sebab itu penata kamera harus mengetahui
apakah produksi tersebut akan ditayangkan pada televisi (4:3) atau
widescreen (16:9) sehingga dapat di setting pada kamera sebelum
dioperasikan.
E. Size Shot (Type of Shot)
Terminologi tipe shot (Shot size/type of shot atau ukuran shot),
sampai saat ini memang sangat bervariasi di lingkungan produksi audio
visual, meski demikian tetap ada prinsip-prinsip dasar yang sama dalam
implementasinya. Pemberian nama dan pedoman untuk beragam tipe shot
tersebut sampai saat ini seolah telah menjadi kesepakatan umum di
industri video, film dan televisi.
Dalam produksi video maupun film, ada sekitar 14 tipe shot dalam
pengambilan gambar yang biasa digunakan sebagai acuan para tim
produksi (khususnya departemen kamera), masing-masing tipe shot
tersebut memiliki fungsi berbeda, hal ini disesuaikan dengan isi pesan
yang ingin disampaikan melalui bahasa visual.
Jenis-jenis Size Shot
1. Extreme Long Shot (ELS)
Extreme wide shot merupakan tipe shot yang digunakan untuk
menunjukkan sebuah lingkungan dimana subyek film berada. Tipe
shot ini seringkali dipakai untuk membangun suasana sebuah
adegan, subyek film terkadang hampir tak tampak dalam visual
karena penggunaan sudut pandang lebar yang ekstrim.
2. Very Wide Shot (VWS)
Very Wide Shot merupakan tipe shot sangat luas, namun secara
visual lebih sempit jika dibandingkan dengan tipe Extreme wide
shot.
Pengambilan gambar dengan tipe Very Wide Shot ini masih
sangat memungkinkan untuk mengambil banyak subyek dalam
sebuah frame. Meskipun subjek film sudah dapat terlihat dengan
shot ini, tetapi belum ada penekanan, karena tipe shot ini masih
dalam rangka membangun suasana lingkungan dimana subyek film
berada.
3. Wide Shot (WS)
Wide Shot, subjek sudah dapat diidentifikasikan dengan jelas
karena telah memenuhi frame gambar meski terdapat jarak diatas
kepala dan dibawah kaki. Penggunaan jarak diatas dan dibawah
subyek tersebut digunakan untuk ruang aman agar lebih nyaman
untuk dilihat. Tipe Wide Shot di beberapa lingkungan produksi juga
sering disebut Long Shot, Full Shot dan Total Shot, dimana subyek
ditampilkan secara keseluruhan.
4. Medium Shot (MS)
Medium Shot merupakan shot yang menunjukkan beberapa
bagian dari subjek secara lebih rinci, pada subyek manusia tipe shot
ini akan menampilkan sebatas pinggang sampai atas kepala.
Tipe MediumShot masih memiliki ruang untuk memberi
keleluasaan subyek dalam bergerak, shot ini sering juga digunakan
sebagai permulaan pengambilan gambar sebelum kameraman
mengambil gambar lebih dekat untuk mengekpose reaksi dan emosi
subyek.
Bagi penonton tipe shot ini masih dirasakan seolah-olah mereka
sedang melihat seluruh subjek. Shot ini sering digunakan saat subyek
berbicara untuk memberi informasi, misalnya pada waktu
wawancara, pengambilan gambar presenter televisi maupun saat
dialog dalam film fiksi.
5. Medium Close Up (MCU)
Medium Close Up merupakan jenis shot untuk menunjukkan
wajah subyek agar lebih jelas dengan ukuran shot sebatas dada
hingga kepala. Ekpresi wajah dari tipe shot ini sudah bisa ditangkap
melalui frame kamera.
6. Close Up (CU)
Tipe shot Close Up sering digunakan untuk menekankan keadaan
emosional subyek. Tipe shot ini biasanya mengambil subyek
manusia hanya bagian kepala saja. Close up juga berguna untuk
menampilkan detail dan dapat digunakan sebagai cut-in.
Wide Shot dan Medium Shot biasa digunakan untuk memberikan
fakta-fakta dan informasi umum, sedangkan pengambilan gambar
dengan tipe close up dapat digunakan untuk merekam ekspresi wajah
subyek lebih mendalam, sehingga penonton dapat turut merasakan
emosi yang diutarakan oleh subyek.
7. Extreme Close Up (ECU, XCU)
ECU (juga dikenal sebagai XCU) merupakan tipe shot untuk
menampilkan detail obyek, misalnya mata, hidung, atau telinga.
Melakukan pengambilan gambar dengan Extreme Close Up perlu
pertimbangan khusus, hal ini jarang sekali dilakukan apabila tidak
ada alasan yang kuat.
8. Cut-In (CI)
Cut-In adalah tipe shot yang diambil secara khusus dengan
menunjukkan beberapa bagian dari subjek secara rinci. Hal ini
biasanya digunakan untuk menekankan emosi subyek, misalnya
gerakan tangan, gerakan kaki, atau yang lainnya sehingga bisa
menunjukkan antusiasme, agitasi, kegelisahan, atau apapun yang
dialami subyek.
9. Cutaway (CA)
Cutaway adalah jenis shot yang digunakan untuk membangun
situasi, subjek bisa berbeda, misalnya hewan kesayangan milik
subyek, bagian yang berbeda dari subjek misalnya properti milik
subyek, atau apa pun. Cutaway ini bisa digunakan sebagai penguat
suasana shot dan menambah informasi tertentu tentang subyek
melalui bahasa visual.
10. Two Shot
Two Shot merupakan tipe shot yang menampilkan dua orang
dalam satu frame kamera, tipe shot ini dapat digunakan untuk
membangun hubungan antara subjek satu dengan lainnya, masing-
masing subyek dapat saling berinteraksi dan terlibat dalam gerakan
atau tindakan dalam pengambilan gambar. Tipe shot ini juga sering
digunakan ketika dua presenter sedang membawakan acara ataupun
memperkenalkan dua orang secara bersamaan.
11. Over the Shoulder Shot (OSS)
Over the Shoulder Shot merupakan tipe shot yang dilakuakan
untuk dua subyek, namun pengambilan gambar dilakuakan dari
belakang bahu salah satu subyek. Orang yang dihadapi subjek
biasanya harus menempati sekitar 1/3 frame. Tipe shot ini biasa
digunakan dalam sebuah percakapan dua subyek, Framing gambar
bisa dilakukan bergantian sehingga visual dapat terlihat dinamis.
12. Noddy Shot
Noddy Shot biasanya digunakan dalam wawancara maupun
dialog. Tipe shot ini juga digunakan untuk menangkap respons
maupun reaksi salah satu subyek saat subyek lain bicara dalam
pengambilan gambar Over the Shoulder shot.
13. Point-of-View Shot (POV)
Point-of-view shot adalah tipe shot yang menunjukkan sesuatu
dari sudut pandang subjek, dalam hal ini fungsi kamera sebagai mata
subjek.
14. Weather Shot
Weather Shot merupakan tipe shot yang menjelaskan tentang
cuaca dimana subyek berada. Shot-shot cuaca biasanya juga dapat
digunakan untuk mewakili suasana hati subyek.
BAB IV
PROSES PRODUKSI
Sinopsis
Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu wilayah yang berada di
Yogyalarta. Lebih luas dari kawasan lain di DIY yang menyimpan wisata dan
kebudayaan menarik. Tak hanya itu, terdapat salah satu pabrik minyak kayu
putih yamg berada di kawasan Tahura Gunungkidul. Pabrik tersebut sudah
lama memproduksi bahan mentah untuk dijadikan minyak kayu putih. Semua
bahan-bahannya diolah secara mandiri melalui penanaman pribadi yang
diolah sedemikian rupa. Tentu akan ada proses pembibitan, perawatan pohon
minyak kayu putih, hingga proses pembuatan bahan mentah di pabrik. Pabrik
ini sudah melakukan ekspor ke berbagai wilayah di Indonesia. Tak heran jika
perkembangan pabrik ini memberikan peningkatan ekonomi di Gunungkidul
serta membuka lapangan pekerjaan baru.
B. Media, Peralatan, dan Teknis Produksi
1. Media
Media yang digunakan sutradara untuk mempublikasi karya
dokumenter ini adalah melalui televisi dan internet. Sutradara
menggunakan media televisi karena televisi karena masih menadi
primadona masyarakat untuk mencari asspek informasi, hiburan, dan
pendidikan yang menarik. Selain itu, sutradar menggunakan media internet
(YouTube) untuk mempublikasikan karya ini karena internet mudah
diakses dengan mudah oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun.
Dalam karya ini sutradara menggunakan media elevisi dengan aspek
ratio 16:9 dengan format video HD 128 x 720 dan audio secara stereo.
Alasan sutradara menggunakan foormat video dan audio tersebut karena
memiliki kualitas gambar dan suara yang baik dan mendukung
perkembangan televisi digital.
2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi adalah kamera kamera
DSLR canon 60D, DJI Osmo, DJI Phantom, Go pro hero silver 4 untuk
mengambil gambar, lensa yang digunakan diantaranya lensa fix, lensa
tele, lensa wide, pengambilan audio menggunakan rode microphone dan
audio zoom h4n untuk merekam audio atmosfir stadion, clip on sennheiser
untuk merekam audio saat wawancara, alat pendukung lainnya yaitu
tripod, slider, monopod, LED dan laptop untuk membackup data dan
editing video.
BAB V
PENUTUP