Kgpaa Iv
Kgpaa Iv
PENDAHULUAN
pada nilai dasar pada kemanusiaan dalam menghasilkan konsep. Fisik, psikis,
manusia memahami tugas dan fungsinya di bumi. Menurut Deni Hermawan dan
Irawan dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Nilai: Nilai di Balik Pesan
1
Deni Hermawan dan Irawan, Pendidikan nilai : Nilai di Balik Pesan Kritis Spritualitas
Islam (Serang : Yayasan dan Pendidikan Sosial Indonesia Maju, 2020), Cet. Ke-1, h. 19
2
Deni Hermawan dan Irawan, Pendidikan Nilai : Nilai di Balik Pesan Kritis Spiritualitas
Islam (Serang : Yayasan Pendidikan dan Sosial Indonesia Maju, 2020), Cet. Ke-1, h. 2-3. Lihat juga
sebagai perbandingan Ahmad Haromaini, ‘Manusia Makhluk Pembelajar : Studi Tafsir Tarbawi’,
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya, vol.12 no.1 (2018), h. 24
1
2
Penejelasan yang telah disampaikan oleh Abdul Munip diatas sangat lah
dalam esensinya secara esoteris maupun aksetorik untuk menjadi manusia yang
sempurna atau dalam Islam “disebut Insan ulil abab dengan menjunjung tinggi
budi luhur dan mengontrol akan hawa nafsunya dengan tujuan untuk mendapatkan
melakukan perbuatan buruk saja sudah merupakan suatu pengendalian hawa nafsu
luhur.” Seperti prespektif Achmad Chodjim dalam bukunya yang berjudul “Serat
3
Abdul Munip, Merekonstruksi Teori Pendidikan dalam Budaya Jawa (Yogyakarta :
Pascasarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2018), Cet. Ke-1, h. 75-76
4
Marbangun Hardjowirogo, Manusia Jawa, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1989), Cet.
Ke-3, h. 63
5
Achmad Chodjim, Serat Wedhatama For our Time: Membangun Kesadaran Untuk
Kembali ke Jati Diri, ( Tangerang Selatan : Bentara Aksara Cahaya, 2016), cet-.ke-1, h. 15-16
3
pengetahuan utama tentang budi luhur, vudi pekerti yang baik. ahklak mulia dana
Budi pekerti yang mulia itu merupakan kearifan yang lokal. Wedhatama
mengajarkan kesucian batin dalam hidup, kehidupan manausia di Dunia ini sangat
berharga oleh karena itu kita haarus berusaha hidup sebagai manusia yang mulia,
“Insan Kamil” atau manusia sempurna agar kita bisa kembali kepada-Nya.”
Hal yang mendasar dalam pendidikan agama islam adalah Iman dan Tauhid
Suwando, et.al. dalam bukunya yang berjudul “Nilai-Nilai Budaya Susastra Jawa”
mengatakan bahwa. 6 “Nilai keimanan tauhid dan Manusia terhadap Tuhan, adalah
kesadaran melalui hati nurani (rasa) ucapan cipta, dan perbuatan (karsa).”
Hal ini juga yang disampaikan oleh: Muhammad Riza Zainudin dalam
kepada Allah Swt ..., pendidikan keimanan kepada kesucian Allah dapat di
rangkaikan dan bertujuan untuk menanamkan asas keimanan, keislaman dan asas
syari’at islam.
6
Tirto Suwondo DKK Nilai-Nilai Budaya Susastra Jaqa, (Jakarta : Pusat Pembinaan dan
pengembangan Bahasa Dapertemen Pendidikan dan kebudayaan, 19994) h-66
7
Muchtar Adan dan Fadululah Muh Said : Ma’Rifatullah, Membangun Kecerdasan
Spritual Intelektual : Emosional, Sosial dan Ahklak Karimah ( Pesantren Al-Qur’an Babussalam,
Bandung ). Cet. Juni 200, h -52
Menurut Muchtar Adam dan Fadlullah Muh dalam bukunya yang berjudul
yang diajarkan Isalam adalah ibadah yang melingkupi seluruh aspek kehidupan
dan bersifat umum, baik ibadah mahdhah seperti ibadah-ibadah wajib, Shalat,
Akan tetapi berbeda dengan pendidikan Islam secara esoteris menurut nilai-
islam esoteris Jawa-Islam. Menurut Kanjeng Gusti Pangeran Adhi Pati Arya
penulis terjamahkan menurut buku “Serat Wedhatama For Out Time” mengatakan
bawah. 9 “Ada empat Tingkatan sembah yang harus dilakukam agar seseorang
dapat Manunggal jati atau yang dalam bahasaa Al-Qur’an disebut: Liqa’ Allah(
للا
ّ ) لقاءyang dalam bahasa indonesia artinya bertemu dengan Allah Swt. Empat
tingkatan sembah itu adalah Sembah Raga, Sembah Cipta, Sembah Jiwa, dan
Sembah rasa”.
Salah satu yang dijelaskan dalam kitab Serat Wedhatama adalah tentang
konsep “sembah Catur supaya lumuntur” (emat sembah supaya dipahami ) dalam
8
Muhammad Riza Zainudin, “Eksistensi Tauhid Dalam Pemikiran Pendidikan Islaam”,
(jurnal : Of Islamica Education). Vol.1, No. 1, h. 21
9
Achmad Chodjim, Serat Wedhatama For Our Time : Membangun Kesadaran Untuk
Kembali ke Jati Diri…, h. 280
10
Acmad Chodjim, Serat Wedhatama For Our Time: Membangun Kecerdasan Untuk
Kembali ke Jati Diri..., h. 282
4
5
kerohaniayaan yang tinggi yang haarus dipahami sebagai pintu pembuka, yaitu
sangkan Paraning dumadi.11 Bagi siapa saja yang sudah mengerti dan memahami
akan selalua ajaran Serat Wedhatama secara tidak langsung ia akan merasakan
bahwa dia bukanlah siapa-siapa, bukanlah apa-apa dan tidak memiliki apa-apa,
sehingga memiliki adab budi luhur yang baik, memiliki sifat zuhud dan tawdhu
terhadap semua mahkluk. “Agama adalah tongkat penuntun jalan oleh karena itu
kita tak perlu merebutkan jenis tongkatnya, tetapi yang lebih penting dan utama
perjalanan hidupnya sehingga menjadi seorang raja, priyai dan pujangga Agung
11
Nur Kholis, Ilmu Makrifat Jawa Sangkan Paraning Dumadi: Eksplorasi Sufistik
Konsep Mengenal Diri Dari Dalam Pustaka Islam kejawen Kunci Swarga Miftahul Djanti, (T.t.p:
CV.Nata Karya, 2018), cet. Ke -1 h. 1-2
12
Ahhmad Chodjim, Serat Wedhatama For Our time: Membangun Kesadaran Untuk
Kembali Kejati Diri…, h. 137
6
tentang nilai-nilai pendidikan islam dan budi luhur yang sangat mendalam dan di
bawa oleh para Wali Sanga untuk mengislamkan tanah Jawa serta pengaruhnya
terhadap kehidupan masyarakat jawa. Oleh karena itu, akhirnya penulis dapat
mengelilingi tentang teori ini, maka penulis memfokuskan batasan masalah yang
dalam penulisan ini bermakna segala sesuatu yang bersifat abstrak dan
tentang bagaimana menjadi manusia yang berbudi luhur, tahu akan esensi
sembah catur serta menjadi manusia yang sempurna (insan kamil). “Karena
7
sejatinya agama adalah untuk meperbaiki ahklak, budi luhur dalam bersosial,
yang tua menyayangi yang kecil dan yang kecil menghormati yang besar itulah
manusia yang berbudi luhur serta menjadi manusia yang sempurna dalam
Sembah Catur Dalam Kitab Serat Wedhatama sebagai sarana menjadi manusia
yang berbudi luhur serta menjadi manusia yang sempurna, melalui jalan (Suluk),
serta seleksi pengambilan sumber data maka penulis menfokuskan pada literasi
maupun pihak lain yang menulis tentang prihal konsep pendidikan tauhid dan
8
yang berbudi luhur serta menjadi manusia yang sempurna melalui jalan (Suluk)
Sembah Catur
berbudi luhur, beradab dan menjadi manusia yang sempurna melalui jalan
Institusi, agar supaya sadar untuk menjadi manusia yang berbudi luhur,
beradab dan menjadi manusia yang sempurna melalui jalan ajaran Sembah
c. Bagi penulis, menambah pengetauan dan penulis juga menjadi motivasi untuk
lebih mengetahui akan pemikiran dan ajaran Islam-Jawa yang telah diajarkan
d. Bagi pembaca, menambah akan pengetahuan juga sejarah akan ajaran dan
Nilai-nilai ajaran Sembahaa Catur dalam Kitab Serat Wedhatama, di tinjau bahwa
pengamatan yang dilakukan peneliti belum ada yang mengkaji hal ini baik dalam
bentuk kajian, seminar atau skripsi dan hal yang serupa, terutama di Universitas
Islam syekh Yusuf Tangerang, maka dari itu penulis tetap mencari guna unutk
mahasiswa pasca sarjana Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung tahun
2018 menjelaskan tentang perilaku ahklak dan juga larangan akan berbuat riya,
hasad, dengki, iri hati dan akun yag lebih terobjek kepada anak-anak, Reni
kebaikan yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak dalam
membaca agar senantiasa berperilaku baik dan menghilakan rasa iri hati,
dengki, angkuh dan lain sebagainya, guna untuk menjadikan hati kita tetap
Gusti Pangeran Adhipati Arya) Mangkunegara IV” oleh Siswo Aris Munandar
dan Atika Afifah, Jurnal Kaca Jurusan Ushuludin STAI Fithrah. Beliau lebih
terobjektif kepada tasawuf dalam ranah ahklak serta kedalam ilmu tasawuf
yaitu berserah diri kepada Allah SWT dengan bertakwa dan bertawakal.
“Dalam Pupuh Sinom yang menekankan harus tawdhu dan tidak boleh angkuh
atau tinggi hati karena orang yang tawadhu akan dimuliakan oleh Allah,
13
Reni Astuti, Nilai-Nilai Pendidikan Ahklak Dalam Serat Wedhatama karya Kanjeng
Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV, (Lampung : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
2018), h.
14
Siswo Aris Munanadar, Ajaran Tasawuf Dalam Serat Wedhatama Karya K.G.P.A.A
Mangkunegara IV, (Ushuludin STAI Al Fitrah: Jurnal Kaca, 2020) Vol 10, No. 1, h. 86
11
seseorang pada Husnul Khotimah.” Karena dalam sifat-sifat yang baik adalah
mencerminkan diri kita tidak ada daya dan upaya serta merta merasa manjadi
manusia yang bodoh akan haus akan ilmu, selanjutnya Siwo Aris Munandar
dalam serat Wedhatama pada pupuh sinom yang menjelakan berserah diri
Allah merupakan ciri yang dapat membuktikan keimanannya, karena salah satu
ciri orang yang beriman adalah dengan bertawakal kepada Allah serta
menerima qodha dan qodharnya Allah SWT.” Dengan adanya jurnal ini kita
para pembaca di ajarkan dari menjalankan sifat tawadhu dan berserah diri
kepada Allah agar tujuan menjadi khusnul khotimah serta mendekatan ridho
c. Jurnal “Filsafat Jawa dalam Serat Wedhatama” oleh Sutrisna Wibawa, Jurnal
mengarah kepada arah filsafar jawa dalam era K.G.P.A.A dalam Serat
Tuhan, alam, hewan dan tumbuhan serta meyakini” akan kesatuannya yang
15
Siswo Ari Munandar, Ajaran Tasawf Dalam Serat Wedhatama ..., h. 88
16
Sutrisna Wibawa, Filsafat Jawa Dalam Serat Wedhatama, (Univerisitas Negri
Yogyakarta: Jurnal Ikabudi, 2013), Vol.2
12
(menjaukan diri dari nafsu angkara), dengan cara mensucikan diri agar apa yang
disapaikan dapat meresap kedalam hati sebagai ilmu yang luhur.” Bagi orang jawa
ajaran kesempurnaan hidup itu harus berdasarkan pada ajaran agama karena
dalam kesempurnaan hidup itu harus dengan mengetahui esensi hidup ini untuk
“Pada orang Jawa tanpa mengenal usia agar mengolah rasa, kalau tidak peka
ingin dipuja, hanya wasapada secara samar-samar selalu ingin dipuja dan semakin
ilmu, akan selalu merasa bodoh dan kurang akan ilmu serta tawadhu dalam
tidak ingin dipuja dan selalu merendahkan diri kepadaa orang lain.”
Serta mengajarkan baik dari kalangan muda dan kalangan tua, jika
kalangan muda lebih menkankan akan ibadah yang menekuni dahulu nilai-nilai
ketauhidan serta dapat mengendalikan hawa nafsu dan belajar mengontrol akan
cinta dunia karena sesungguhnya masa muda kelak akan menempuh masa tua.”
Sedangkan untuk golongan tua yang diajarkan adalah dengan cara mainkan rasa,
rasa disini adalah hati, lebih kepada nilai-nilai ketauhidan yang mendalam secara
esoteris dengan cara berdzikir, beriyadhoh dan betakawa kepada Gusti Allah SWT
dengan tujuan agar bisa mencapai manusia yang sempurna serta mendapatkan
17
Sutrisna Wibawa, Filsafat jawa Dalam Serat Wedhatama, ..., h. 45
13
Dari junal tersebut bisa penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam jurnal
manusia yang sempurna, dalam jurnal ini ada kesamaan dengan yang penulis teliti
kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang lain. Persamaannya dengan yang
lain adalah sama-sama meneliti Kitab Serat Wedhatama dan pemikiran nilai-nilai
a. Reni Astuti.
IV, seperti halnya: sifat Sabar, sifat Ikhlas, menjadi manusia yang jujur dan benar
dan nilai-nilai adab dan ahkal kepada seseama manusia yang sudah penulis
jelaskan diatas.
kehidupn serta ajaran untuk kalangan muda maupun tua dalam Serat Wedhatama
14
yang menyerukan agar tidak terpedaya oleh dunia yang fatamorgana, untuk
kalangan muda agar selalu rendah hati (tawadhu) mencari guru (mursyid) baik,
tidak mabuk keduniaan (zuhud), mengontrol diri (mujahadah) dan uzlah, berserah
diri kepada Tuhan (tawakal) agar bisa merasa cukup dengan nikmat (qan’ah) dan
Makrifat, sedangkan untuk kalangan tua, yaitu harus betakwa dan lain sebagainya
c. Sutrisna Wibawa
hidup dan juga dalam pengajaran untuk kalangan muda dan juga kalangan tua,
untuk kalangan muda yaitu harus lebih dapat mengontrol akan hawa nafs dan juga
bisa mengendalikan diri agar tidak cinta dunia, sedangkan kalangan tua harus
lebih bisa memepertajam rasa, guna untuk mencapai kesempurnaan hidup dan
menggapai ridhonya Allah SWT, seperti yang sudah penulis jelaskan diatas.
Wedhatama dan Sembah Catur supaya lumuntur (empat sembah agar dapat
dipahami) bagi kehidupan agar menjadikan manusia yang berbudi luhur serta
menjadi manusia yang semurna (Insan kamil). Oleh karena itu yang menjadi fokus
akan penelitian ini adalah bagaimana Konsep Pendidika Tauhid Terhadap Ajaran
Sembah Catur Dalam Kitab Serat Wedhatama, yang bisa dipakai untuk semua
golongan karena penelitian ini bertujuan untuk mebuka mata seseorang akan
pentingnya ajaran-ajaran esoteris yang harus ditepmpuh dengan sabar serta jangka
waktu yang panjang karena dalam adanya pelajaran tauhid seseorang akan belajar
15
yang namanya akan tau hidup, sadar diri serta mandiri dalam menjalani perilaku.
sistematis. Secara umum metode penelitiann di artikan sebagai cara Ilmiah untuk
mendapatkan data dan tujuan serta kegunaan tertentu18. Penelitian ini juga masih
bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan atau
dan keaslian. 20
menjelaskan fenemoena secara konkrit melalui pengumpulan data yang valid dari
literatur yang ada, namun penelitian ini tidak memerlukan populasi ataupun
18
Sugiyono, metode penelitian pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2015). Cet.ke- 11, h. 3
19
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ..., h. 295
20
Sugiono, Metodo Penelitian Pendidikan ..., h. 398
21
Racmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2014). Cet. Ke -7, h. 56-57
16
mengimbau penelitian untuk lebih fokus dan terarah juga dikarenakan penelitian
Data adalah suatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih
dibedakan menjadi dua sumber data yaitu data sumber primrer dan data sumber
sekunder.23
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpulan data, data sumber sekunder merupakan data yang tidak langsung
a. Sumber data primer adalah adalah data yang diperoleh atau dikumpulakn oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya dan untuk mendapatkan data
digunakan penulis untuk mengumpulkan data primer antara lain, Buku, Jurnal,
Diskusi Terpokus.25 Sumber data primer yang dipakai oleh penulis adalah
22
Futasan Ali Yusuf, Metodologi Penellitian: modul mata kuliah metodologi penelitian
(Serang: STIE Bina Bangsa, 2012), h. 0, t,d.
23
Sandu Siyoto dan M.Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Literasi
Media Publising, 2015). Cet ke-1 h, 67-68
24
Sugiono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D “, ( Bandung : Alfabeta
2013), Cet. Ke -13. H. 225
25
Sandu Siyoto dan M.Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian ..., h. 67-68
17
Mangkunegara IV.
b. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak diperoleh langsung dari
pihak atau sumber data pokok yang diperlukakan datanya, dan sumber data
primer tersebut. Seperti arsip atau dokumen yang menjelaskan data primer dan
Kitab Serat Wedhatama, ini tersusun atas 5 (lima) BAB dan pada setiap BAB
pendidikan tauhid, nilai-nilai pendidikan islam dan tauhid Internalisasi nilai Islam
BAB III riwayat hidup dan konsep pendidikan tauhid Mangkunegara IV,
26
Mamik, Metodologi Kualitatif, (Sidoarjo : Zifatama, 2015). Cet. Ke-1, h. 71
18
MangkunegaraIV.
yang sempurna.
Pendidikan dalah suatu ilmu yang harus ditempuh dan dipelajari oleh
seluruh manusia, baik dari kalangan anak-anak, kalangan remaja, dewasa maupun
kalangan orang tua, karena dengan adanya pendidikan, manusia akan lebih
yang menegakan tiga nilai utama yaitu: pemenuhan kebutuhan dasar, realisasi diri,
dan bebas dari ketertundukan apapun sebagai esensi serta eksistensi manusia. 27
Manusia “dalam mencari hubungan sebab akibat ataupun asal mula dari
suatu materi ataupun esensi serta renungan terhadap sesuatu wujud, baik materi
ataupun esensinya, asal mula kejadiannya serta substansi dari wujud atau
(توحيدا – (وحد – يوحد berarti menjadikan sesuatu hanya satu ..., yaitu meng-
Esakan Allah SWT, menururt Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab, Tauhid
adalah mengesakan Allah atas apa yang dikhususkan kepadanya.28
27
Deni hermawan an Irawan, Pendidikan nilai : nilai ..., h. 8
28
Unang Setiana, et.al., Dampak Pemikiran tauhid Muhammad bin Abdul Wahab dan
Abdul Hasan Al-Asy’ari Terhadap Dakwah Kontemporer, komunica: jurnal of communication
sciene and islamic Da’wah, Vol. 2, 146-162 (2018) , h. 148
19
20
berpendaat bahwa Tauhid bermakna “beriman keada Allah, Tuhan yang Maha
Esa” yang sering juga disamakan dengan kalimat آلاله االّهللاtiada tuhan
selain Allah”. 29
Allah itu adalah Esa.30 Menurut istilah, Tauhid ialah suatu ilmu yang
dan zaij (mustahil), dan membuktikan kerasulan para rasul-Nya dengan sifat-sifat
mereka yang wajib, mustahil, dan jaiz, serta membahas segala hujah terhadap
Tuhan seluruh alam, Dia-lah yang menciptakan Alam semesta ini beserta isinya.
Karena ayat diatas menjelaskan semua Rasul bahkan sebelum Nabi Muhammad
SAW, itu diutus oleh Allah SWT untuk menegakan kalimat Tauhid dan tidak
29
Yana Sutiana, Ilmu Tauhid, (Bandung: Pustaka Setia, 2019), Cet. Ke -1, h.36
30
Yana Sutiana, Ilmu Tauhid ..., cet. Ke -1, h.37
21
boleh menduakan Allah dengan apapun, seperti halnya kisah Luqman yang
mengajari anaknya untuk bertauhid yang diabadikan oleh Allah SWT didalam
Al’Qur’an.
ظ ْل ٌم َع ِظي ٌم
ُ َش ِْركَ ل ُ َو ِإ ْذ قَا َل لُ ْق َٰ َمنُ ِلِ ْبنِِۦه َوه َُو يَ ِع
ّ ظ ۥهُ َٰيَبُنَى ََّل ت ُ ْش ِر ْك ِبٱَّللِ ۖ ِإن ٱل
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, “Hai anakku,
jangan lah kamu mempersekutukan Allah” sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
melarang akan berbuat syikir (menduakan Allah) “karena sesugguhnya syirik itu
adalah perbuatan yang sangat dzalim, sesungguhnya Allah maha pengampun dan
penuh kasih sayang kepada hamba-Nya terkecuali Syirik, maka tidak ada
ampunan dan pertolongan dari Allah bagi hambanya yang Syirik mendukan
Allah.”
31
Muctar Adam dan fadlullah muh. Said, Ma’rifatullah : Membangun Kecerdasan
Spiritual, Intelektual, Esmosial, Sosial, dan Ahklak Karimah, ( bandung : Pesantren Al-Qur’an
Babussalam 2008). Cet. Ke- 1, h. 16-17
22
ُون
ِ نس ِإَّل ِل َي ْعبُد ِ ْ َو َما َخلَ ْقتُ ْٱل ِجن َو
َ ٱْل
Artinya: “Tidaklah aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan agar meka
beribadah kepadaku”
)163( احد ٌ ۖ ََّل ِإ َٰلَهَ ِإَّل ه َُو الر ْح َٰ َمنُ الر ِحي ُم
ِ َو ِإ َٰلَ ُه ُك ْم ِإ َٰلَهٌ َو
Artinya: “Dan Tuhanmu Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan Melainkan Dia Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
Dengan demikian secara bahasa ilmu tauhid artinya Adalah ilmu tentang
Allah Swt yang Mahsa Esa. Ilmu tauhid juga disebut dengan ; Ilmu Ma’rifat ,
Ilmu Aqo’id, (Aqidah), Ilmu Kalam, Ilmu Ushuluddin dan Fiqhul Akbar.
Allah Dzat yang Maha mutlak itu, menurut ajaran islam adalah Tuhan yang
Ketuhanan yang Maha ESA menjadi dasar Negara Republik Indonesia. Menurut
23
maha Esa.”
Didalam kitab ketauhidan tak lepas dari Iman dan Islam, dikarenakan tauhid
adalah pengetahuan yang meyakini bahwa segala sesuatu itu satu.” Didalam
ajaran Islam apapun yang berkaitan dengan sifat ke-Esaan Allah, bahwa Allah
satu dan tidak boleh menyekutukan-Nya dan ilmu tauhid juga disebut ilmu ushul
dibawa oleh Nabi Muhammad Rasullah ﷺ. “mengikrarkan dengan denga lisan”
hati mengamalkan dengan bentuk keyakinan, dan anggota badan dalam bentuk
“Risalah Tauhid: Ahli Sunnah Wal Jam’ah” mangatakan bahwa. 33 “Ilmu tauhid
32
Tim Ahli Ilmu Tauhid, Kitab Tauhid :At-Tauhid Li ash-Shaff ats-Tsani al-‘Ali,
penerjamah Agus Hasan Bashori., (Jakarta : Daarul Haq 2019). Cet ke-21, h,2
33
Musyhafa Husein Harahap, Risalah Tauhid :Ahli Sunnah wal Jam’ah, (Bekasi Barat:
Maheda Utama Jaya, 2012), Cet. 1, h. -2
24
adalah ilmu yang membahas keteguahan ikatan hati (I’tiqad), untuk mengimani
segala rukun iman serta hal-hal yang berkaitan dengan-Nya, berdasarkan dalil-
dalil yang kuat” ilmu tauhid adalah ilmu pengetahuan yang paling tinggi drjatnya
dalam agama Islam dan merupakan induk/pokok dari segala ilmu pengetahuan
Perlu kiranya kita mengkaji makna kata “Tauhid” ini, sebagaimana yang
didefeniskan oleh para ulama bahasa, ulama kalam, dan filsafat, serta ulama tafsir
dan hadist, secara lafadz kata “Tauhid” ini, tidak ditemukan didalam Al-Qur’an
tetapi ada terdapat didalam hadist Nabi SAW dalam bentuk kata kerja dan
masdar.34
Sebagaimana terdapat dalam kitab Al-Zakah karangan Ibnu Abu Al-Hasan ‘Ali
bin ‘Umar al-Daraqutni yang di kutip oleh Lulu Heri Afrizal dalam Jurnal
mengesakan Allah yang sudah di bahas diatas oleh karena nya ketauhidan adalah
keImanan dan keIslaman yang harus melekat di hati sanubari orang-orang muslim
dengan ini kita memiliki arah dan tujuan yang jelas, yaitu mengharapkan Ridha-
34
Lulu Heri Afrizal, “Rububiyah dan Uluhiyyah sebagai konsep Tauhid: Tinjauan Tafsir,
Hadist dan Bahasa”. Institut Agama Islam Nurul Hakim, Tafsiyah : Jurnal Pendidikan Islam, vol.
2, No. 1, Februari (2018), h. 28
25
berkata:
ٍ علَى ِح َم
ار َ علَ ْي ِه َو
َ سل َم َ ُصلى هللا َ ي َ ُك ْنتُ ِرد:َ قَال،ُي للاُ َع ْنه
ِّ ِْف النب َ ض ِ َو َع ْن ُمعَا ٍذ َر
، »للا؟ِ َو َما َح ُّق ال ِع َبا ِد َعلَى،ِللا َعلَى ِع َبا ِده ِ أَ تَد ِْري َما َحق،ُ « َيا ُم َعاذ:فَقَا َل ِل ْي
َ « َح ُّق للاِ َعلَى ال ِعبَا ِد أَ ْن يَ ْعبُدُوهُ َوَّلَ يُ ْش ِر ُكوا ِب ِه:َ قَال، للاُ َو َرسُولُهُ أَ ْعلَ ُم: ُقُ ْلت
،ش ْيئًا
َسو َل للاِ أَفَال ُ َيا َر: ُ قُ ْلت، »ش ْيئًا َ ب َم ْن َّلَ يُ ْش ِركُ ِب ِه َ َّو َحق ال ِع َبا ِد َعلَى للاِ أَ ْن َّلَ يُ َع ِذ
فَيَت ِكلُوا،ش ْرهُ ْم ّ ِ َ «َّلَ تُب:َاس؟ قَال
َ ش ُر الن ّ ِ َأُب
Artinya: “Dari Mu’ad Radhiyaallahu anhu ia berkata “aku pernah dibonceng
oleh Nabi Muhammad SAW, diatas seekor keledai, lalu Beliau
bersabda “wahau Mu’adz tahukah kamu apa yang Hak Allah SWT
dipenuhi hamba-hamba-Nya, dan Hak hamba yang pasti dipenuhi oleh
Allah? “Aku (Mu’adz) berkata “Allah dan Rasulnya lebih mengetaui,
“Nabi bersabada, “Hak Allah yang wajib dipenuhi bagi para hamba
adalah hendaknya mereka menyembah-Nya saja dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuat apapun, dan Hak para hamba yang
pasti dipenuhi Allah SWT adalah bahwa, dia tidak akan mengaazab
orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan segala apapun. Aku
(Mu’adz) berkata, wahai Rasullah SAW, booleh kah aku menyampaikan
kabar gembira ini kepada manusia, Nabi bersabda, “jangan engaku
sampaikan wahai Mu’adz kepada mereka (manusia) karena akan
membuat (manusia) bersandar (sehingga tidak beramal).” (HR.
Bukhori dan Muslim).
bersifat rahasia yang disampaikan oleh oleh Rasullah Saw kepada sahabat
Mu’adz, agar tidak memberi tahu kepada yag lain karena dikhawatirkan
hadist diatas menjadi sandaran tidak melakukan kebaikan kepada sesama manusia
dan hanya bertakwa kepada Allah SWT, karena sesungguhnya manusia harus
35
Muhammad bin Abdul Wahab Kitab Tauhid, Penerjamah Yusuf Harun, Islamic
Propagation Office in Rabwah, Islamhause (2007), h. 18-20
26
saling berbagi, saling membantu dan saling berbuat kebaikan satu dengan yang
lainnya.
ketuhanan) Islam sebagai istilah asing yang sering pula dikenal untuk ilmu tauhid
ini, Teologi terdiri dari perkataan “theo” artinya tuhan, dan “Logos” yang berarti
ilmu (sciene, study, discaurse), jadi Teologi berarti ilmu tentang tuhan atau ilmu
ketuhanan.36
bukan dengan Teologi maka akan berbeda pemahamannya. Maka dalam Tauhid
dan dalam ilmu tasawuf adalah, memandang bahwa kewajiban pertama yang
harus dilakukan oleh seorag mukmin ialah mengucapkan Syahadah Tauhid atas
ke-Esaan Allah SWT. Tauhid dalam tasawuf merupakan totalitas aktivitas nyata
Maka secara garis besar Tauhid dibagi menjadi tiga macam bagian, yaitu
“terdapat arti kata )( َرب, di antara nya rabb al-walad )ُالولَد
َ (رب
َ artinya
“memlihara anak dengan memberi makanan dan mengassuhnya” )( َرب الش ْيء
36
Saidul Amin, “Eksistensi Tauhid Dalam Keilmuan Ushuludin” Majalah Ilmu
Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajidi, Vol, 22 no. 1,. (juni 2019), h. 73
37
Muhammad Alift, “tauhid dalam Tasawuf: antara Ittihat dan Ittisal” Aqlania, vol, 08.
No. 02. (juli-desember 2017), h. 11
38
Firdaus “Konsep Rububiyah (Ketuhanan) dalam Al’Qur’an”, Jurnal : Diskursus Islam,
Vol. 3, No. 1 (2015), h. 109
27
“memperbaikinya” adapun Ar-rabb) ُّالّ َرب ) adalah tuhan yang merupakan salah
satu dari nama Allah yang jamaknya arbab.
Tauhid ialah. 39 “Mempercayai bahwa pencipta alam semesta ini adalah Esa, tidak
mengesakan Allah, karena Allah-Lah sang pecipta alam semesta ini beserta isinya,
dan Allah-lah Maha raja dari segala raja, oleh sebab itu kita harus juga memiliki
sifat ketuhan dalam arti yaitu ‘sabar, tidak boleh sombong, rendah hati, dan serta
bisa mengasihi dan menyangi serta mencintai sesama manusia, dalam konteks ini
untukhanya untuk menyembah kepada Allah Swt saja dan tidak menyembah
selainnya.40 Mengharap ampunan dan ridha Allah Swt agar dihindari dari
kemusyrikan dan kesesatan seperti yang difirmankan oleh Allah Swt dalam surat
Al-bayyinah ayat: 5
39
Muhammad Hambal, “Pendidikan Tauhid dan urgensinya bagi Kehidupan Muslim” ,
Tadarus : Jurnal Pendidikan Islam, vol. 9, no. 1 (2020), h. 22
40
Muhammad Hambal, “Pendidikan Tauhid dan urgensinya ..., h. 29
28
Allah Swt, sesungguhnya shalat ku, ibadahku, dan matiku hanya karena “Allah
Swt, seluruh yang ada didalam dirinya nafas yang keluar dari hidungnya adalah
dzikir, langkag kakinya menuju kebaikan, dan tangannya selalu memberi kepada
Lah yang mempunyai asama dan sifat-sifat yang yang maha sempurna. 41 Diantara
sekian banyaknya sifat-sifat Allah yang berkenana dengan Aqidahm ada 20 sifat
yang wajib kita letahui, 20 sifat mustahil dan 1 sifat Zaij.42 Jadi, ada tiga pondasi
ketiga, Qoth’ al-tama’ min idrak al-kaifiyah yaitu mengisolasi secara total
keinginan untuk mengetahui hakikat visualisasi nama dan sifat Allah Swt.43
Swt baik 20 nama-nama sifat Allah ataupun Asmahul Husna ( sembilan puluh
41
Muhammad Hambal, “Pendidikan tauhid dan urgensinya ..., h. 30
42
Musyhafa Husein Harahap, Risalah Tauhid ..., h. 16
43
Ade wahidin, “Kurikulum Pendidikan Islam berbasih Tauhid Asma wa Sifat”, Edukasi
jurnal pendidikan agama islam, vol. 3, (2014),
29
sembilan nama Allah), dengan mengimani Asma wa sifat Allah, maka seseorang
Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas tiga garis besar tauhid, Tauhid
memiliki kedudukan yang berbeda tetapi memiliki esensi yang sama, Yaitu
Maka hubungan antara ketiga jenis Tauhid ini bersifat korelatif dan
komprehensif, di mana ia saling menyempurnakan antara satu dengan
yang lainnya, dan tidak ada manfaat salah satunya kecuali ada yang
lain. Oleh karena itu, tidakak ada manfaat Tauhid Rububiyah tanpa
Tauhid Tauhid Uluhiyyah, demikian juga sebaliknya Tauhid
Uluhiyyah tidak dapat dibenarkan tanpa Tauhid Rububiyah, maka
tidak akan sempurna salah satu Tauhid tersebut kecuali kesemua jenis
Tauhid tersebut tergabung antara satu sama lain.
Ketiga tauhid saling memiliki memenuhi satu sama lainnya oleh sebab itu
unttuk dirinya agar hidupnya terarah dan menuju jalan keridhoan Allah Swt,”
sungguh al-Qur’an dan al-Hadist adalah kunci serta pedoman bagi umat manusia
sang pecipta agar dirinya tidak merasa ragu, bisa mengontrol akan hawa nafsu
serta harus yakin akan keesaan Allah untuk dapat mencapai kesempurnaan hidup.”
Ketiga tauhid diatas yang sudah penulis kemukakan sesui dengan isi serat
serat wedhatama dalam dalam pupuh pangkur pada bait ke-12 dengan
44
Muhammad Hambal, “Pendidikan tauhid dan urgensinya ..., h. 31
30
dengan menahan segala hawa nafsu dunia dan semata-mata untuk beribadah
kepada Allah menjalani laku kebaikan berbuat baik dan memiliki adab baik, kata
“orang tua” bukan lah orang tau pada umurnya malinkan tua akan budi luhurnta,
tua akan keilmuannya maka dengan itu Allah kirimkan wahyu, wahyu yang
hakikat hidup didunia ini bukan memperkaya diri malainkan untuk mendapat
ridho Allah dan ditempat nanti di sisi Allah, inilah tujuan hidup yang
sesungguhnya.
Ajaran Islam mengajak manusia untuk meyakini bahwa semesta dunia ini
dan seisinya ada yang menciptakannya. Karena pada dasanya sesuatu ini ada
karena ada yang merancangnya (menciptakannya) maka secara rasional akal sehat
Sutrisna Wibawa. “Filsafat Jawa Dalam Serat Wedhatama” (Jurnal Ikabdi : Universitas
45
manusia, tidak mungkin sesuatu ini ada dengan sendirinya. Meyakini bahwa
hanya Allah Swt yang yang menciptakan seluruh alam semesta ini dari ketidak
adaan menjadi ada itulah yang disebut dengan tauhid.46 Pendidikan islam berarti
sessuatu proses membina seluruh potensi manusia sebagai mahkluk yang beriman,
bertakwa, berfikir dan berkarya untuk kemaslahatan untuk dirinya dan orang lain.
pijakan yang jelas tentang tujuan dan hakikat pendidikan, yakni memperdayakan
potensi fitrah manusia yang condong kepada nilai-nilai kebenaran dan kebijakan
Artinya: “Dan aku tidak menciptakam jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribdah kepada ku ( 56). Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari
mereka dan aku tidak menghendaki supaya memberi aku makan (57).
Sesungguhnya Allah Dia-Lah maha pemberi rizki yang mempunyai
kekuatan lagi sangat kokoh (58)".)Q.S az-dzariyat [51] 56-58).
) ٱلذِى21( َُوا َرب ُك ُم ٱلذِى َخلَقَ ُك ْم َوٱلذِينَ ِمن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَل ُك ْم تَتقُون ۟ س ٱ ْعبُد ُ َٰيَٓأَيُّ َها ٱلنا
ِ شا َوٱلس َما ٓ َء ِبنَا ٓ ًء َوأَنزَ َل ِمنَ ٱلس َما ٓ ِء َما ٓ ًء فَأ َ ْخ َر َج ِبِۦه ِمنَ ٱلث َم َٰ َر
ت ً ض فِ َٰ َرَ َج َع َل لَ ُك ُم ْٱأل َ ْر
)22( ََّلل أَندَادًا َوأَنت ُ ْم تَ ْعلَ ُمون ۟ ُِر ْزقًا ل ُك ْم ۖ فَ َال تَ ْجعَل
ِ ِ وا
Artinya: “Wahai manusia, beribadahlah kepada Rabbmu yanag telah
menciptakanmu dan orang-oranag yang sebelummu, agar kamu
bertakwa (61). Dia-Lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari
langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu sebagai buah-buahan
sebagai rizki untukmu, karena itulah janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui (22). (Q.S al-
Baqoroh [2] : 21-22).
adalah orang yang percaya pada lima tahapan tauhid ini. Lima tahapan tauhid itu
dirumuskan dalam slogan yang indah, la ilaha illallah (tiada Tuhan selain Allah
ُضه
َ تر َ َي ٌءأَ ْف
َ ض ُل ِم ْنهُ َّلَ ْف ْ ولَ ْو َكانَ ش,
َ ُ ض ُل ِم ْن تَ ْو ِح ْيد َِوالصالَة َ شيْأًأَ ْف
َ ض ُ هللا لَ ْم َي ْف ِر
َ ا ِِّن
اجد ٌز ِ سَ َع َال َمالَ ئِ َكتِ ِه ِم ْن ُه ْم َرا ِك ٌع َو ِم ْن ُه ْم
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mewajibkan sesuatu yang lebih utama dari
Tauhid dan Shalat, jika ada sesuatu yang lebih utama darinya, maka
pasti Allah akan mewajibkan kepada para malaikatnya, dianatara
mereka ada yang rukuk dan ada pula yang sujud.
ِ ص ُم ْو ِامنِّ ْي ِد ّمائَ ُه ْم َوأَ ْم َوالَ ُه ْم اِ َِّلّ ِب َح ِقّ َه َاو ِحسا َبُ ُه ْم َعلَى
} هللا { متفق عيه َ َع
49
Muhammad Taqi Mishbah yazdi, Filsafat Tauhid ..., h. 125
33
beribadah semata-mata karena Allah SWT dan berserah diri kepada Allah dengan
harapan mendapatkam ridha-Nya Alla SWT, lalu bagaimana Rasullah Saw diutus
oleh Allah SWT untuk menyempurnakan Ahklak dan menegakan Tauhid serta
harus di implementasikan untuk seluruh manusia alam semesta ini, dan bagaimana
kita menjadi manusia yang percaya lagi mengimani akan segala sesuatu itu ada
karena ada yang menciptakan, yaitu Allah SWT, dan bagaimana kita menjadi
manusia yang bertakwa menjalankan segala apa yang Allah perintahkan kepada
kita serta tidak berbuat dzhalim apa yang allah larang kepada kita. Melakukan
amar ma’ruf nahi munkar serta kita harus mencintai segalal sesuatu karena Allah
hablu minallah serta nilai-nilai pendidikan islam dan tauhid ini mengarahkan
Secara etimologi, nilai berasal dari kata “valere”, yang berasal dari bahasa
latin, yang artinya, berguna, berperilaku dan kuat, sedangkan dalam bahsa
50
Yana Sutiana, Ilmu Tauhid ..., h. 48
34
keistimewaan, dan ilmu ekonomi. 51 Qiqi yuliani Zakiyah dan A. Rusdiana dalam
penjelasannya :52
Khoirudin dalam buku nya yang berjudul “ Pendidikan Berbasis Tauhid prespektif
51
Saifullah Idris, Internalisasi Nilai dalam Pendidikan : Konsep dan Kerangka
Pembelajaran dalam Pendidikan Islam (Yogyakarta : Darussalam Publishing, 2017), Cet. Ke-1, h.
17-18
52
Qiqi Yuliati Zakiyah dan A. Rusdiana, Pendidikan Nilai : Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2014), Cet. Ke-1, h. 14
53
Muhmmad Khoirudin, “Pendidikan Berbasis Tauhid Prespektif Al-Qur’an”, (Bogor :
Unida Pres : 2016), Cet. Ke-1, h. 36
35
dengan seluruh tingkah laku manusia yang mengenai hal baik ataupun buruk
selanjutnya diukur oleh agama, adab, tradisi, etika, estetika kehidupan, moral dan
yang mantap dan teguh, didalam nilia-nilai ketauhidan dalam pembinaan iman.
Takwa dan ahklak mulia pada asaanya meliputi pembinaan tentang keyakinan,
sikap, perilaku dan ahklak mulia serta nilai-nilai luhur budaya bangsa.54
mengatakan bawa.55 “Terdapat dua nilai yang ingin dinamakan melalui peroses
pendidikan dalam ajaran agam Islam, yaitu nilai tentang ketaatan kepada Allah
Swt (taqwa) , dan nilai yang mengatur hubungan sesama manusia (hablu
minannas).”
Nilai-nilai yang termuat didalam sistem nilai Islami dijelaskan oleh Saiful
Idris dalam bukunya yang berjudul “Internalisasi Nilai dalam Pendidikan: Konsep
54
Muhammad Riza Zainudin, “eksistensi Tauhid Pemikiran Pendidikan Islam”, Jurnal Of
islamic Eduvation, Vol. 1, No. 1 (2016), h. 22
55
Qiqi Yuliati Zakiyah dan A. Rusdiana, Pendidikan Nilai : Kajian ..., h. 144
56
Saifullah Idris, Internalisasi Nilai dalam ..., h. 30
36
menurut Rama Yulis yang dikutip oleh Qiqi Yuliani dan A. Rusdiana dalam
bukunya yang berjudul “Pendidikan Nilai: Kajian Teori dan Pratik di Sekolah”,
pemerolehan nilai. Ada nilia yang diperoleh atau lahir yang disebabkan realitis
konkrit yang dipahami dengan belajar menggunakan akal pikiran, dan ada nilai
yang diperoleh dengan dengaan sepiritual. kedua nilai tersebut dengan nilia
sebagai pondasi awal untuk menuju pada pondasi selanjutnya yaitu Islam, Iman
dan Ihsan, Iman merupakan bagian sangat terpenting dalam kehidupan manusia
sebagai bentuk percaya dan yakin adanya wujud Allah Tuhan Sang Maha Kuasa
57
iqi Yuliati Zakiyah dan A. Rusdiana, Pendidikan Nilai : Kajian ..., h. 144
37
dan bentuk keyakinan bahwa tidak ada sesuatu apapun didunia ini menyektukan
Allah. 58
yang secara eksoterik membahas perbuatan, moral, adab dan perilaku berbuat
manusia adalah yang memberi manfaat kepada orang banyak, sedangkan secara
Allah mengimani dan mempercayai bahwasannya segala sesuatu milik Allah dan
tidak boleh menyekutukannya dalam bentuk apapun, berserah diri kepada allah
58
Muhammad Khoirudin, Pendidikan berbasis Tauhid ..., h. 16
59
Saifullah Idris, Internalisasi Nilai dalam ..., h. 36
38
dan selalu tunduk patuh kepada Allah SWT, semata-mata mengharapkan ridha
Allah SWT, bertaqwa kepada Allah dan menerima semua ketetapan dari Allah
dan berserah diri kepada Allah, karena sesungguhnya Allah menciptakan jin dan
rendah hatinya dihadapan Allah, tidak beloh seorang pun yang menonjolkan diri
dihdapan-Nya dan tidak ada ibdah yang mungkin tanpa menunjukan kerendahan
hati kepada Allah SWT.60 Tak lain dan tak bukan esensi dari Islam adalah perilaku
seseorang untuk rendah hati, berbuat baik akan semata-mata karena Allah SWT.
Oleh sebab itu kita senantiasa rendah hati (tawadhu) dan beradab karean
sesungguhnya Allah lebih sangat mencinai hambanya yang beradab dan rendah
hati dibandingkan dengan kepintaran tetapi angkuh, seperti layaknya Iblis yang
pintar dari segala pengetahuan bahkan lebih tinggi drajatnya dibandingkan dengan
para malaikat dan pada akhirnya Iblis di usir oleh Allah kedunia dikarenakan sifat
dan sikapnya yang angkuh kepada sesama mahkluk Allah (Adam). Karena
kultural.” Nilai-nilai dalam aspek teolgi (yang sudah penulis jelaskan dimuka), tak
60
Muhammad Taqi Mishbah yazdi, “Filsafat Tauhid : Mengenal Tuhan Melalui Nalar
dan Firman”, ( Bandung : Arasy : 2003 ), Cet. Ke-1, h. 74
61
Benny Prasetiya et all, “Penguatan Nilai Ketauhidan Dalam Prakis Pendidikan Islam”
(Jurnal : Of Islamic Education), Vol. 3, No. 1 mei 2018, h.
39
pernah mengalami perubahan karena memang lebih bersifat statis dan pasti,
Oleh sebab itu pentingnya akan ilmu ketauhidan terutama kepada peserta
didik sebagai pondasi agar tidak terpengaruh oleh perubahan jaman dan
terpengaruh oleh lingkungan serta menjadi bekal untuknya nanti meperdalam ilmu
agama karena sesungguhnya kehidupan didunia ini hanya sementara saja sejatinya
kehidupan yang nyata adalah akhirat kelak, oleh karen itu memperlajari ilmu
tauhid dengan menamkan nilai-nilai keimanan dan keIslaman dari dalam hati,yang
bisa menahan diri dari hawa nafsu, beperilaku baik, berahklak serta beradab
kalangan muda, remaja dewasa maupun orang tua harus meekuni ketauhidan
karena tujuan akhir dari hidup adalah semata-mata untuk menggapai ridho Allah
Internalisasi nilai Islam dan Jawa adalah berbagai kultur orang-orang Jawa
dalam bentuk perilaku, tata kerama, etikaa dan adab sopan santun serta
menjunjung tinggi nilai kemanusian dalam budi pekerti seperti yang disampaikan
oleh Nisa A’rafiyah Tri Wulandari dalam jurnalnya yang berjudul “Filosofi Jawa
Nromo di Tinjau Dari Sila Ketuhanan Yang Maha Esa” mengatakan bahwa:62
Nisa A’rafiyah Tri Wulandarai “Filosofi Jawa Nrimo Ditinjau Dari Sila Keetuhanan
62
Oleh sebab itu kultur orang Jawa adalah menamkan nilai-nilai berbuat
baik, memprioritaskan akan ahklak dan adab yang dijunjung tinggi, serta rendah
hati kepada kepada orang lain tak lepas dari ketauhidan untuk selalu bertauhid
“Nilai” bukan suatu “Substansi” atau sesuatu yang berdiri sendiri, juga
bukan ide (konsep), ia adalah perjumpaan pengalaman manusia
dengan apa yang dirasakan dengan arti positif baginya, pengalaman
nilai yang positif dihayati dalam perasaan, bukan pada rasio saja
melainkan kepadaa keperibadiannya (cipta, rasa. Dan karsa).
adalah dilihat dari segi laku manusia kepada sesama manusia dan ditinjau dari
segi pengalaman secara esotris (khusus) bukan hanya ditinjau dari segi eksoterik
tersebut melahirkan karakteristik nilai-nilai secara moral kultur orang jawa yang
63
Daryono, “Etos Dagang Orang Jawa : Pengalaman Raja Mangkunegara IV”,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), Cet ke-1, h. 83
41
baru (moderm) yaitu dalam pemahaman tiga sistem. Nilai-nilai moral kultur Jawa
Internalisasi nilai islam dan jawa adalah tak lepas dari kultur Jawa dan
Islam Nusantara yang mengedepankan kepada kultural yang telah ada jauh
sebelum Islam ada ditanah Jawa seperti halnya Isalam Nusantara, dalam Isalam
Nusantara dikesankan sebagai Islam yang ramah, moderat, luwes, anti kekerasan,
multikultur dan hal yang lainnya yang berkaitan dengan kultural ditanah Jawa. 65”
bermoral dan santun dalam segala aspek karena yang sudah melekat dihati orang-
orang jawa adalah bagaimana cara untuk bisa menjadi manusia yang sempurna
(insan kamil).
tentang salah satu peroses tentang seseorang yang ingin memahami hakikat
menurutnya: 66
64
Daryano, “Etos Dagang Orang Jawa ..., h. 84
65
Achmad Syahid, “Islam Nusantara : Relai Agama-Budaya dan Tendensi Kuasa
Ulama”, ( Deppok : Rajawali Perinting 2019), Cet, 1, h. 56
66
Said Ramadhan al-Buthy, The Great Episodes of Muhammad SAW : Menghayati Islam
dari Fragmen Kehidupan Rasulullah Saw, Penerjemah Fedrian Hasmand, et.al. (Jakarta : Noura
Books, 2015), Cet. Ke-1, h. 88
42
muslim (Jawa) pada saat itu yang ingin memahami dan mencapai Ke-Islaman
yang benar, lebih lagi orang-orang muslim yang ingin memahamai menjadi
muslim lainnya untuk mengikuti jalan yang benar dengan cara yang bijak guna
kerusakan yang hanya dapat diobati dengan cara menyendiri dari keramaian serta
mengevaluasi diri sendiri dari suasana yang hening dari patamorgananya dunia
ini.” Semua iti adalah sebab dan akibat terjadinya yang merusak jiwa manusia dan
bahkan menghilangkan sifat dan sikap sombong kepada oang lain, ujub
(mengagumi diri sendiri) dengki, riya dan cinta dunia, semua itu merupakan
67
Ngalamun, ngalaman dan ngalamin di sini, maksud penulis adalah sama dengan
melamun (menyendiri dan merenung) ngalaman sama halnya dengan pengalaman, dan ngalamin
sama halnya dengan apa yang sudah kita alami yang kita lakukan
43
penyakit yang akan merusak hati jiwa manusia dan menodai dirinya sendiri, maka
perbuatannya sendiri. Meskipun seseorang itu dia banyak memberi amal, ibadah
yang apik, tetapi semua itu juga akan merusak dikarenakan niat dan tujuannya
Oleh karena itu menyendiri dari bagian pendidikan Islam serta kultur bagi
orang-orang Jawa, tetapi orag Jawa jika menyendiri maka disebut dengan
bagaimana seseorang bisa menjadi manusia yang berbudi luhur, beradab, beretika
mengerti akan estetika kehidupan serta bersikap bijak dalam setiap perjalanan
Salah satu falsafah jawa yang terkandung dalam Serat Wedhatama pupuh
pangkur, yaitu serat yang berisikan tentang ajaran ajaran-ajaran orang-orang Jawa
untuk tidak terpengaruh kepada keduniawian serta memerangi hawa nafsu yang
Adhipati Aryam (KGPAA) yang mendapatkan gelar Sri Mangkunegara IV. Pada
68
Said Ramadhan al-Buthy, As-Sîrah an-Nabawiyyah Ma’a ..., h. 89
69
Ki Sabdacarakatama,”Serat Wedhatama : Karya Sastra K,G,P,A,A Mangkunegara IV
“Serat wedhatama”, (Yogyakarta : Narassi, 2010 ), Cet .ke-1, h.27
44
Dari bait pangkur ke-14 diatas sangat jelas nasihat yang terkandung Serat
Wedhatama kepada kalangan anak muda, untuk senantiasa menjauhi dunia dan
bisa mengendalikan hawa nafsu guna untuk bisa kembali secara fitrah (suci) agar
bisa menjadi manusia yang sempurna dan berbudi luhur demi menggapai menjadi
penyebaran agama Islam di tanah Jawa para Walisngo hanya mengubah pola
budaya dan tradisi Jawa, dan mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk dengan aturan
“warisan atau tradisi pendidikan yang begitu kental sampai sekarang. Sebagai
bentuk internalisasi dalam budaya pendidikan, sangat jelas terlihat pada praktek di
70
Ki Sabdacarakatama, “Serat Wedhatama ..., h. 27
71
Deni Hermawan dan Irawan, Pendidikan Nilai : Nilai ..., h. 145
45
Kuntowijoyo dalam buku yang sama, bahwa.72 “ Sistem dan modal pendidikan
yang di terapkan didalam manusia Jawa melekat kuat pada pada sistem nilai
dengan sistem simbolik dan juga sistem budaya. Ketiga varian yakni tata nilai,
simbol dan budaya sangatat kental seakan menjadi dasar yang harus di genggam
dan di emban oleh setiap manusia.” Karena itulah ketiganya merupakan bentuk
kepangabdian total kepada Allah Swt dengana Bertuhid, dan berdampak lamgsung
pada manusia (humanisasi) dalam bentuk laku amal dan perbuatan. Makna tauhid
(godhead) ini dalam prakteknya tidak tertuju kepada penghabatan diri kepada
Allah Swt, tetapi semakin memperikat manusia dalam satu kesatuan dalam
tujuan hidup ( unity of purpose of life), yaitu satuu kesatuan bimbingan hidup
(unity of guidence).
budaya pendidikan yang dibaluti oleh nilai-nilai ketauhidan tidak lah mudah ada
beberapa tahap yang harus dilakukan setiap manusia yang belajar. Budaya
pendidikan merupakan hal yang haus di jaga di lestarikan dan di pertahankan serta
harus dapat dipahami oleh setiap manusia, agar terbentuk didalam diri semua
manusia karakter yang baik dan uggul, memperiorotaskan anak nilai-nilai ahklak,
adab etika dan estetika dalam kehidupan, baik dalam pendidikan eksetorik
konsistensi didalam diri manusia dengan tujuan menjadi manusia yang baik dan
unggul, sehingga setiap manusia akan memahmi esensi hakikat manusia untuk apa
72
Deni Hermawan dan Irawan, Pendidikan Nilai : Nilai ..., h. 145-146
46
sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan dan diatur oleh Gusti Allah SWT.
“Dengan tujuan mengharapkan ridho Ilahi dan mencapai titik menjadi manusia
Sejak dahulu orang Jawa mengakui akan keesaan Tuhan sehingga menjadi
inti dari ajaran kejawen, yaitu mengarahkan manusia; sangkan paraning dumadhi
(manunggal kaula Gusti). Bukan sejatinya orang jawa dulu tidak mengenal istilah
“relijius” dan “non-relijius”. Apa yang muncul menjadi pedoman dalam ajaran
lingkungan sekitarnya.73
Akan tetapi kejawen dengan agama itu jelas berbeda karena kajawen
adalah kulturisasi orang-orang jawa sedangkan agama sudah ada sebelum kejawen
itu agama, maka dari sinilah penulis ingin meluruskan bahwasannya kajawen itu
bukanlah agama, melainkan adalah budaya sebagai orang jawa yang kental
akan adat istiadatnya dan menganut serta patuh kepada leluhurnya sebelum agama
Jawa dalam dan Islam Dalam Berbagai Aspel kehidupan” menurutnya bawhwa. 75
73
Sri Harini, Tasawuf Jawa : Kesalhean Spiritual Jawa, (Yogyakarta: Araska, 20199),
Cet. Ke -1, h. 69
74
Menurut penulis adanya agama Islam dan kajawen esensinya adalah sama yaitu; laku
kebaikan, hanya saja tata cara dan doa kajawen itu berbeda dengan ajaran Islam yang dibawa oleh
para wali songo ketanah Jawa
75
Muhamad Ali Musthofa Kamal, “Internalisasi Nilai Jawa dan Islam Dalam Berbagai
Aspel Kehidupan” (Jurnal : Kalam Studi Agama dan Pemikiran Islam), Vol. 10 No. 1, Juni 2016,
h.28
47
diri mereka sebagao orang-orang yang menjunjung tinggi sifat-sifat luhur dan
kultur.” (yang berbagai macam seni, adat sitiadat, tapa berta, dan kepercayaan
kemampuan manusia untuk menangkap kesanyutan yaitu: cipta (akal, rasio, fakir
atau penalaran), rasa (intuisi rasajati), dan karsa (khendak), kesanyutan yang
kemajuan Jawa ketika potensi yang tiga diatas disatukan, maka akan mencapai
kesadaran tingkat tertinggi dari emapat kesadaran yang dilalui yaitu: kesadaran
kesadaran ilahi.” Dari empat kesadaran itu bila disamakan dalam nilai-nilai
ketauhidan maka sama halnya dengan bentuk syari’at, thorikot, hakikat dan
makrifat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Moh. Shoheh dalam Jurnalnya yang
menurutnya bhawa.77
76
Muhammad Ali Mushtifa Kamal, “Internalisasi Nilai Jawa dan Islam ...,” h.29
77
Moh. Shohe,”Karakteristik Pendidikan Tasawuf Menurut Lois Masignon” (Ahsan
media junal: pemikiran, pendidikan dan penelitian ke-islaman), Vol. 4, No.2 Juli 2018, h.
48
adalah lebih mengedepankan nilai-nilai budi yang baik yang menjunjung tinggi
akan etika serta estetika akan tauhidup dan tau hidup, yang dimana bisa dikatakan
ajarannya adalah kejawawen, kejawen dalam arti adalah kultur dan nilai-nilai
orang jawa dalam keyakinan meraka, seperti yang dikatakan oleh Phlip Winn
yang dikutip oleh S. Bayu Wahyoni dalam Jurnalnya yang berjudul “Kejawen
agama tertentu agar mereka tetap menjalankan agamanya tetatpi juga melakukan
Dari pengertian diatas bisa dikatakan agama dan kajawen adalah hal yang
berbeda, agama adalah kepercayaan kepada Tuhan tanpa mengubah akan budaya,
sedangkan kajawen adalah kultur adat istiadat yang telah ada dari leluhur-leluhur
78
S. Bayu Wahyono, “Kajawen Dan ke-Islaman : Suatu Pertarungan iddentitas”, (Jurna :
Ilmu Sosial dan Politik), Vol. 5, No. 1, Juli 2001, h.
49
menurutnya bahwa. 79 “Serat Wirid Hidayat Jati karangan oleh Raden Ngabehi
adapaun tiga tahay yaitu; pertama wurid untuk mencapai kesempurnaan, kedua
Itu adalah tata cara untuk mencapai kesempurnaan dalam hidup agar hidup
menjadi tenang, berkah serta mendapatkan kebahagian lahir maupun batin, karena
seperti yang sudah penulis jelaskan diatas, adapaun kesamaan dengan Serat
adalah sama, yakni menjadi manusia yang sempurna. 80 Esesni Tuhan di antara
Ada dan tidak Ada, dikatakan tidak ada karena Tuhan tidak terindikasi oleh panca
indra, dan diyakini Ada jika seseorang meyakini akan Wujud-Nya Tuhan.81
79
Agus Wahyudi, Zaman Edan Ranggawarsita: menaklukan Hawa Nafsu Di Zaman
Yang Tak Menentu, (Yogyakarta: Penerbit Narasii, 2014), Cet, ke-1 h. 141
80
Menurut penulis, karena Ranggawarsita dengan Mangkunegara Iv adalah sahabat dan
keduanya sama-sama sahabat, oleh sebab itu ilmu yang diajarkan dalam serat wdhatama dengan
wirid hidayat jati esensinya adalah sama, yakni mentauhidkan Allah agar mengetahui esensi hidup
dengan tujuan mendapatkan ridha Allah Swt.
81
Agus Wahyudi, Zaman Edan ..., h. 117
BAB III
Mangkunegara IV
aslinya Raden Mas Sudiro, ia hidup di era yang mana pada saat itu ada
terhadap kesusastraan Jawa, baik dari masa Hindu-Budha maupun masa awal
orang “tua R.M. Sudira, yang kemudian menjadi Sri Mangkuengara IV. Sebutan
Kata Sri. Menurut R.O’G Anderson yang dikutip Oleh Daryono dalam bukunya
yang berjudul “Etos dagang Orang Jawa” mengatakan bahwa. 162 “Sri merupakan
salah satu panggilan kehormatan bagi seorang raja.” dan kata ini pula yang
162
Daryono, Etos Dagang Orang Jawa : Pengalaman Raja Mangkunegara IV (
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), Cet. Ke- 1, h. 36
49
50
pukul 23:00 ( 11 malam), tanggal 8 sapar, tahun Jumakir, Windu Sancaya, 1738
atau tanggal 3 Maret 1811 di Surakart dengan nama Raden Mas Sudira”. Putra
Kanjeng Pangeran Adiwijata I semuanya ada 12 orang, akan tetapi, ada 3 (tiga)
orang yang telah meninggal ketika mereka masih kecil, sehingga yang mash hidup
ada 9 (sembilan) orang, yang lima orang laki-laki dan 4 (empat) orang
peremuan. 164”
sedangkan Raden Mas Sekeli adalah putri Sri Mangkunegara II”, maka secara
a. Dari garis ibundanya (garis putri), ia adalah cucu Sri Mangkunegara II,
Tumenggung, dan buyut atau cicit Sri Suhaan Pakubuwona III, selain ia
juga cicit Seda Ing Lepen Abu atau Pangeran yang wafat ditepi sungai Abu
163
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV : Sebagai Penguasa dan Pujangga
1853 – 1881, ( Semarang : CV Aneka Ilmu, 2006), Cet. Ke- 1, h.76
164
Adapun saudara-saudaranya yang masih hidup ketika itu adalah : (1) Raden Ayu
Mangkujaya, (2) Kanjeng Pangeran Arya Adiwijaya II, (3) Kanjeng Pangeran arya
Kusumadaningrat, (4) Raden ayu Mertadamije, (5) Raden Ayu Surawijaya, (6) Raden Mas
Gandawardaya, (7) Raden Ayu Tumanggung, dan (8) Raden Ayu Panca Wardaya I.
165
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara ..., h. 77
166
Daryono, Etos dagang Orang jawa : Pengalaman raja mangkuneara IV, mengenai
sislsilah dinasti Mangkunegaraan, lhat : Soemohatmoko, “ Pratelan Para Dalam Kanjeng Gusti
51
Soetomo Siswokartono, dalam buku yang sama, begitu jabang bayi Raden mas
Sudira lahir, lalu di minta kakeknya, yaitu Sri Mangkunegara II, untuk dijadikan
putra angkatnya, jadi sejak lahir Raden Mas Sudira di asuh oleh dengan seorang
selirnya yang bernama Mbok Ajeng Dayaningsih untuk diasuhnya, “dalam asuhan
oleh sang “Raja”, untuk mengasuh anaknya, Raden Mas Sudira pun tumbuh
jabang bayi yang di beri nama Sudiro, anak ke-7, pada hari sabtu bertepatan
dengan Ahad legi, 1 Sapar Jimakir 1736 tahun jawa atau, 3 maret 1811, di
Surakarta.”
Kalibu, Eyang dari pihak Ibunya adalah Mangkunegara II, anak kandung
Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Raden Mas Sahid/Said, atau yang
lebih di kenal dengan sebutan Pangeran Sumber Nyowo.” Pendidikan Raden Mas
Sudira tidak formal oleh sebab itu pendidikan Raden Mas Sudira diberikan secara
Pangeran Adipati Arya Managkunegara IV”, Manuskrip No. 1 ( Surakarta : reksa Pustaka
Mangkunegaraan, 1923), h. 1. Lihat juga dalam Kamajaya, pilihan Anggitan KGPAA
Mangkunegara IV isi Serat-Serat Anggitan-Dalam KGPAA Mangkunegara IV, ( Yogyakarta :
yayasan Centini, 1992), h. 2.
167
Adityo Jatmiko, Tafsir Ajaran : Serat Wedhatama, (Yogyakarta : Pura Pustaka,
2012), Cet. Ke- 1, h. 6-7
52
privat, yaitu dengan didatangkan para guru-guru untuk mengajarkan Raden Mas
Sudira kecil ilmu-ilmu membaca, menulis serta sastra dalam bahasa jawa, ia didik
yang dikutip oleh Soetomo dalam buku yang sama, mengemukakan bahwa. 169
kaka sepupu, untuk di ambil sebagai putra sulungnya, karena pada saat itu
Kanjeng Pangeran Riya walaupun sudah menikah tetapi belum dikaruniai buah
hati (anak), oleh sebab itulah Kanjeng Pangeran Riya mengngakat Raden Mas
Sudira sebagai Putra sulungnya (angkatnya),” Raden Mas Sudira, kala itu
langusung diajari oleh Kanjeng Pangeran Riyo yang berlangsung cukup lama,
“yaitu kurang lebih lima tahun masa pendidikan dan pengawasan oleh Kanjeng
Pangeran Riya.”
168
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara ..., h.78
169
Soetomo Siswokartono, Sri mangkunegara ..., h. 79
53
tela cukup umur harus mengikuti pendidikan militer, nah, demikian pula berlaku
kepada Raden Mas Sudira, karena sudah mencapi umur 15 tahun, ia dimasukan
yang disampaikan oleh Letnan Kolonel H.F Aukes yang dikutip oleh Soetomo
Siwokartono dalam buku yang sama bahwa. 170 “perbedaan pendidikan kadet
Surakarta pada tanggal 1 Sapar jumakir tahun 1736 Jawa atau Tahun 1809 M,”
dengan nama kecil Raden Mas Sudiro”. Beliau adalah cicit dari dari
Mangkunegara I yang lebih di kenal dengan nama Raden mas Sahid atau” bisa di
R.M. Sudira kala itu di asuh dengan cara di titippkan, karena merupakan
170
Soetomo Siswokartono, Sri mangkunegara ..., h.79
171
Susilianti et.al., Konsep Sentral Kepengarangan Mangkunegara IV, ( jakarta : CV.Eka
Dharma, 1997), h. 7
54
Wisuda ( diwisuda untuk menduduki suatu jabatan atau ketika naik pangkat).172
Sejarah Dalam Pangiwa Ian Panengan, dalam laporan penelitiannya yaitu sebagai
berikut :
tenang dan kekuasaan Raja Jawa dalam kontrol Pemerintahan Belanda.174 Ketiga,
saat awal di mulainya perang itu selain menjelang akhir masa pemerintahan
pada 1811. Mengenai latar belakang atau penyebab perang itu tetap lah penting
172
Daryono, Etos Dagang Orang Jawa : Penglaman Raja Mangkunegara IV, (
Semarang: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. Ke- 1, h. 37
173
Daryono, Etos Dagang Orang Jawa ..., h. 54
174
Daryono, Etos Dagang Orang Jawa ..., h. 54, lihat juga M.C Ricklefs, A Historis of
Java, h. 114
175
Daryono, Etos Dagang Orang Jawa ..., h. 55
55
Gambar 3.1
PAKU BUWANA I
1705 - 1719
SRI MANGKUNAGARA II
PUTRI + P. NATAKUSUMA
PUTRI + P. ADI WIJAYA I
(CUCU P.B. III)
176
Soetomo Siwokartono, Sri Mangkunegara ..., h. 357
56
dalam pangwia lan panengan, menjelaskn Sulur Galur Sarasilah (silsilah) Trah
atas lahirnya seorang putra/putri sudah menjadi adat atau kultur yang diadaka
yaitu Lek-lekan (tidak tidur semalaman suntuk) selama lima hari”. Sebagai
penegah rasa ngantuk dan untuk menghangatkan suasana biasanya dibacakan serat
atau syair-syair dari para pujangga yang berisikan tembang serta ilmu dan nasihat-
nasihat didalammnya.”
Tetapi dieran modern saat ini ternyata sama hanya saja berbeda tata
caranya, jika dijaman dulu membacakan serat dan tambang diera modern ini
dibacakan tahlil, marhaban dan tasakuran, atau bisa di sebut tuju bulanan dengan
mengharap doa dari para tamu sekaligus menyambung ikatan persaudaraan, atau
juga acara cukur rambut agar cabang bayi mendapatkan doa dengan harapan bisa
berguna bagi dirinya, orang tua, orang lain dan bangsa Indonesia. Ini lah tata cara
yang dari dulu hingga sekarang tetap ada meskipun berbeda caranya tetapi
menandakan kulturisasi itu masih ada dan hidup sampai sekarang, indahnya akan
toleransi dan macam beragama, rass dan budaya semuanya sama rasa tanpa
adanya diskriminasi dan rasis dalam sudut pandang saling membantu sama lain.”
177
Anjar, Menyingkap Serat Wedhotomo, ( Semarang: Aneka Ilmu, 1983), h. 11
57
Gambar 3.2
Amungkarat I (1645-1677)
Sri Mangkunegara II
O + R.Ay. Kusumadaningrat
itu menurut Ardani dalam bukunya yang berjudul “ Al-Qur’an Dan Sufime
178
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara ..., h.358
58
Gambar 3.3
Rd. Djolang Pan Seda Krapjak Pg. Pogoer V. Demak Pg. Poerbaja + 1675
1601 + 13
M. Rangsang Soeltan Agung Raloe Pandansari X Pg. Pekik V. Den. M. Martaporea (ujdelijk
1613 + 45 Soera - Baja vorst 1613
M. R III Mas (Poen M. R IV Djawa Pg. PoerBaja Pg. Blitar Pg. Dipanagara
Kentja) 1703-8 (+ 1733) 1719-27 + 1726 + 1721 Eroe-Tjakarta +
1720
Mangkoe-Negara I ( M. Said)
1757-96
Mangkunegara II Prang-
Wedana 1796-1835
Dochter Dochter
Mangkunegara VII1969-44
Raden Mas Sudira, “ketika baru lahir langsung di asuh oleh kakeknya yaitu Sri
Mangkunegara II, untuk di jadikan Putra angkatnya, R.M Sudira kecil di asuh dan
dibesarkan oleh Mbok Ajeng atas perintah Sri Mangkunegara II. Karena R.M.
Sudira terlahir dari keluarga kerjaan yaitu kerajaan Surakarta yang biasa disebut
Mangkunegaran.”
pada tahun 1833, yaitu pada “saat R.M Sudira mencapai usia 22 tahun, Sri
kedua pada hari sabtu Pahing, Tanggal 20 Rajeb, tahun Dal 1759 atau tahun 1833
M. Pada saat itu pula R.M Sudira dan saat itu pula” Sri Mangkunegara III nama
R.M Sudira di ganti dengan nama Raden Mas Arya Kusuma. 180
pakubuwana IX.181 Dalam memperdalam ilmu agama dan khsusunya ilmu batin,
bersama-sama dengan pimpinan Dewan Ahli Sastra Jawa seperti Paku Buwana
Ilmu Agama dan Ilmu Sastra, seni dan lainnya melingkup Agama dan ajaran
180
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara ..., h. 87
181
Adityo jatmiko, Tafsir Ajaran Serat ..., h. 10
61
diangkat menjadi Pepatih Dalam (patih raja yang mengurus dalam kerjaan). 182
sebagai rajanya dengan malakukan tugas dengan tekun dan yang dikendalikan
oleh Patih yaitu Mangkunegara IV, pada era Sri Mangkunegara III yang dikenal
Our Time” halaman pupuh sinom bait ke 12, 13 dan 14 sebagai berikut: 183
182
Adityo Jatmiko, Tafsir Ajaran Serat ..., h.11
183
Achmad Chodjim, Serat Wedhatama ..., h. 94-95
62
Kuna-kumanira,
Kongsi tumengkeng samangkin,
Kikisane tumegkeng samakin,
Kikisane tan lyan amung ngupa boga”.
Dari pupuh sinom diatas sangat jelas bahwa Mangkunegara IV, secara
meninggalkan kesukaan yag lain, yang dianggap dapat mengganggu tugas nya
menjadi abdi negara, beliau tetap mencari cara lain dalam beribadah sembahyang
yang tertinggal).185
184
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 90-91
185
Adityo jatmiko, Tafsir ajaran serat ..., h. 9
63
pada tanggal 12 Januari 1831 yaitu pada saat R.M. Suidra berumur 22 tahun,
karena berakhirnya perang jawa, lebih lanjut Dr. Th. Pigeud yang d kutip oleh
Siswokartono dalam buku yang sama mencatat bahwa.187 “ Pada hari sabtu Pahing,
tanggal 20 Rajeb, tahun Dal 1759 atau tahun 1833 M. Yang bermula R.M Sudira
penting ialah satu tahun kemudian setelah ia memperoleh penghargaan, yaitu pada
tahaun 1853, Sri Mangkunegara III mangkat (wafat). Barulah pada bulan Maret
1853, tiga bulan lamanya setelah mangkatnya Sri Mangkunegara III, residen
menetapkan era residen Surakarta menunjuk R.M Said atau R.M Arya
186
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 86
187
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 87
188
Soetomo Sisiwokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 94
64
dahulu memakai gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Prabu Prangwadana
IV, maka dengan demikian, P. Arya Gandakusma atau R.M Sudira, harus lebih
berikan pangkat serta dinaikan pangkatnya dai mayor menjadi Letnan Kolonel
maka secara resmi R.M. Sudira atau Pangeran Arya Gandakusuma di angkatlah
menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipatiarya Prabu Prangwadana IV, pada saat
diangkat, usia P. Arya Gandakusuma itu telah mencapai umur 43 tahun, di lihat
untuk meredam itu semua, karena bila di lihat dari sisi lain banyak yang ingin
mendapatkan tahta itu oleh sebab itu residen Surakarta mengirim surat kepada
sehingga akhirnya residen Surakarta Melamar Bandara Raden Ajeng Dhanuk putri
sulung Sri Mangkunegara III almarhum, melalui Sri Susuhan Paku Buwana VII. 190
Dhanuk maka dengan itu tidak ada lagi kecemburuan sosial karena dalam
189
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 94, lihat juga Surat Kakancing
tanggal 7 Maret 1853,
190
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 98
65
oleh sebab itu jelas lah pernikahan K.G.P.A.A.P Prangwadana IV dengan B.R.
meneladeni Raja-raja Jawa yang baik salah satu Raja Jawa yang di teladani
sebagai raja yang baik itu, yang di jelaskan oleh Soetomo Siswokartono dalam
Witaradya ada sifat-sifat Ratu Binatharu Utama atau Raja yang besar dan baik
serta bijaksana, harus memenuhi kelima hal yang baik itu adalah :
1. Mulat yang artiya : melihat, mawas atau waspada dalam segala hal
apapun.
2. Amilala yang artinya : yang memanjakan, memelihara dengan baik
hal-hal yang telah ada.
3. Amiluta yang artinya : hendak berbuat baik agar supaya setiap
orang atau kawula atau rakyat suka kepadanya.
4. Miladarama yang artinya : melaksanakan darma yang baik, agar
supaya tercipta kesejahtraan bagai rakyatnya lahir maupun batin.
5. Palimarama yang artinya : belas kasihan, suka memaafkan kepada
orang yang bersalah kepadanya, (pemaaf).
gebrakan yang bersifat Ragawai dan Rohani, karena dirinya menyadari posisi
akan awal pemerintahannya. Hal itu terbukti dari ucapannya. Yang di tulis oleh
191
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 99
66
Gusti Pangeran Adipati Arya IV, serta diwisudakan menjadi Kolenel Komandan
192
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 100
67
atau 1786 Jawa, yaitu empat tahun setelah ia menjadi K.G.P.A.A.P Prangwadana
Mangunegaraan dan kegemarannya dalam belajar bahasa Sastra dan budaya oleh
Mangkunegara IV jauh kedepan maka dengan itu beliau juga memperoleh gelar
sebagai Pujangga.
maupun sampai ketika ia menjadi Penguasa (raja) dan banyak dibaca oleh
Pinandita.194 Ternyata gelar Satria Pinandita itu di sandang ia masih bernama R.M.
etika.
cerdas dan sterategis dalam bidang kemiliteran pada eri Sri Mangkunegara IV
dengan maklumatnya tertanggal 10 Rabiul Akhir, Tahun Ehe 1796, atau pada
193
Soetomo Siswokartono, Sri mangkunegara IV ..., h. 102
194
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h.107
68
Gamba 3.3.195
Sri Mangkunegara IV
Patih
Jaba – Jero
Para Penawu
Para Penawu
Para Penawu
karena Ia seorang Raja maka banyak masyarakat selain memberi gelar Pujangga,
195
Soetomo Siswokartoono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 143
69
juga masyarakat memberi gelar Satria Pinandita ( yang sudah dibahas sebelumya)
Padmasusastra, Th. Pigeud dan D.A Rinkes yang dikutip oleh Soetomo
Penguasa dan Pujangga (1853 – 1881)” mencatat bahwa. 197 Karya-karya sastra Sri
menjadi :
mengandung unsur ajaran Ngelmu Luhung atau ajaran esoteris yang membahas
akan sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa dan sembah rasa. Karena serat
Wedhatama ini bernialai esoteris yang membahas akan etika, moral dan batin agar
bisa menjadikan manusia yang sempurna dengan ahklak dan budi pekertinya,
karena ajaran sembah catur bisa dipelajari untuk kalangan muda maupun kalangan
196
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara ..., h. 256
197
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara ..., h. 257
70
Mangkunegaraan, dari era Mangkunegara I yang bernama Raden Mas said yang
II, yang bernama Kanjeng Pangeran Arya Prabu Prangwadan II, selanjutnya di era
mangkunegara III, yang bernama Raden Mas Sarengat atau Kanjeng Pangeran
Emasan.”
Mangkunegara IV ada hasil karya nyata yaitu ilmu adiluhung (ilmu tinggi).
Karena dari itu A.K Pringgodigdo berpendapat yang di kutip oleh Soetomo
baik ke arah yang lebih modern dan banyak karya-karya sastra bidaya yang
198
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara ..., h.220
71
adiluhung maka pada dirinya banyak masyarakat jawa yang adanya kombinasi
Mangkunegara IV, Serat tripama adalah Serat yang pertama kali di tulis oleh
berangassumsi bahwa Mangkunegaraan adalah Anak Kompeni. Maka dari itu lah
menciptakan Serat Tripama sebagai ajaran moral yang dijadikan acuan rasional
Pinandita.
Sejarah Raja-Raja Jawa” yang di “kutip oleh Iwan Santaso dalam bukunya yang
199
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkungera IV ..., h. 129
200
Iawan Santaso, Leguin Mangkunegaraan (1808-1942) : Tentara Jawa – Prancis
Warisan Napoleon Bonaparte, ( Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2011 ), Cet. Ke – 1, h. 47
72
Th. Pigeaud, dan D.A. Rinkes, berjumlah sekitar 35 buah yang di kutip oleh
c) Serat – Serat Rerepen dan Manuhara atau pepatah, teak – teki ungkapan
201
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h.257
73
1. Serat Warayagnya
Serat warayagnya “dikarang pada tahun 1874 jawa atau 1856 Masehi,
serat ini dibuat untuk para anak-anaknya dan kalaman muda dalam mencari
jodohnya, Serat Warayagnya di buay dalam Pupuh Dhandhanggula, dan teriri dari
10 bait.202”
2. Serat Wirawiyata
Serat “Wirawiyata terdiri atas dua Pupuh, yaitu Pupuh Sinom yang terdiri
dari 42 pada (bait), dan Pupuh Pangkur yang terdiri atas 14 pada (bait), karya
Sastra ini dibuat pada tahun 1788 jawa atas 1850 Masehi, di buat tiga tahun seteah
Mangkuegaran agar selalu bersikap, jujur, adil, melalukan perbuatan baik, dan
selalu waspada.”
3. Serat Nayawakara
Serat naywakara di tulis pada tahun 1791 jawa atau 1852 Masehi, pada
saat menulis Serat Nayawakara ini Sri Mangkunegara IV, Ia masih bergelar P.A
(b) mentaati peraturan yang ada, dan (c) memiliki watak yang baik.”
202
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 257
203
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 258
204
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 259
74
4. Serat Darmawasita205
Serat ini di tulis paa “tahun 1807 Jawa atau 1878 Masehi.206 Serat
Mangkunegara untuk dapat mencapai cita-cita maka orang itu harus memahami
Serat Solakatama hanya terdiri dari Pupuh Mijil. Yang jumlahnya 31 pada
atau bait.209 “Serat ini di tunjukan bagi golongan muda, agar tidak sombong karena
pemuda yang sombong itu tidak akan di hormati dan tidak di percaya oleh orang
maaf.”
bait. Serat Paliatama di buat pada tahu 1799 Jawa atau 1870 Masehi. 211 Serat ini
205
Darmawassita dari kata darma = sea, padhang, langkung, ngelmu keutamaan atau baik.
Wassita = tutur = ajaran, jadi Darmawasita artinya ajaran yang baik.
206
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 259
207
Soetomo Siwokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 259
208
Solakatama berasal dari kata Saloka = upami = pasemon = perumpamaan. Tama = sea
= becik. Jadi solakatama = pasemon kang becik = perumpamaan yang baik,
209
Soetomo Siswkartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 260
210
Paliatama dari kata pali = pepali = awisan = larangan, atma = putra = anak =. Jadi
Paliatama = awisan tumpra pura atau larangan terhdap anak.
75
baik kalangan muda atau kalangan tua senantiasa mengingat akan Allah.”
7. Serat Sriyatna.212
Karya sastra ini dibuat pada tahun 1790 Jawa atau pada bulan Desember
1861 Masehi. 213 “serat ini dibuat tepat tiga tahaun setelah ia diangkat menjadi Sri
jawab. Serat ini juga mengingatkan agar jangan suka menyakaiti hati orang lain
Serat Tripama “artinya tiga ketaladanan, karya sastra itu hanya terdiri atas
tujuh pada (bait) Dhandanggula, serat ini mengajarkan akan moral dan pendidikan
9. Serat Wedhatama
anak, karya sastra ini adalah karya sastra Sri Mangkunegara IV yang paling
terkenal, karena didalam nya mengajarkan ilmu Adiluhung (ilmu tinggi), inilah
yang akan penulis kupas di Bab dan pembahasaan selanjutnya, “agar penelitian ini
lebih terarah. Belum di ketahui Serat Wedhatama ada yang mengatakan 72 bait
211
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 260
212
Sriyatna dari kata Sri = asri sae, ayu, = pantas;yatna = Priyatna = penget = peringatan.
Jadi Sriyatna = panget lan priyatna murih rahayu atau peringatan agar berlaku hati-hati supaya
selamat
213
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 261
214
Tripama dari kata tri = tiga, pama = pani = upami = ketuladanan atau ketauladanan.
Jadi arti tripama = tiga ketauladanan
215
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 262
76
dan adapula yang mengatakan 100 bait berdasarkan serat yang di himpun oleh Ki
Anggitan Dalam Swargi KGPAA Mangkunegara IV” dan naskah koleksi museum
purwakarta di Jakarta yang dikutip oleh Achmad Chodjim dalam bukunya yang
Kembali ke Jati Diri” menyatakan bahwa serat Wedhatama terdiri dari 72 bait. 216”
Wedhatama terdiri atas Pupuh Pangkur terdiri dari 14 pada (bait), Pupuh Sinom
terdiri dari 18 pada (bait), Pupuh Pocung (Pocong) terdiri dari 15 pada (bait),
Pupuh Gambuh terdiri dari 25 pada (bait), dan jumlahnya terdiri dari “72 pada
(bait). Sementara itu kemudian dikuti oleh Kamajaya, adanya tambahan lagi, yaitu
pada Pupuh Gambuh sebanyak 10 pada (bait), dan tambahan pada pada “Pupuh
Khinanti sebanyak 18 pada (bait), sehingga jumlah pada (bait) menurut versi
luhung atau ilmu yang tinggi, Wedhatama adalah pengetahuan utama tentang
216
Achmad Chodjim, Serat Wedhatam ..., h.14
217
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 263
77
budu luhur, budi pekerti yang baik, ahklak yang mulia, mengontrol hawa nafsu
angkara. 218”
satu yang ditengahkan adalah Babad Sinawung Sekar yang artiya cerita atau
a. Serat Wanagiri
Syair ini di buat era Sri Mangkunegara III, Serat Wanagiri di ciptakan
pada saat Sri “Mangkunegara IV masih bernama P.A. Gandakusuma jabatan nya
sebagai Pepatih dalam Sri Mangkunegara III, Serat Wanagiri terdiri atas : Pupuh
Khinanti ada 32 pada (bait), Pupuh Mijil terdiri atas 23 pada (bait), dan Pupuh
Sinom terdiri dari 19 pada (bait), Serat Wanagiri dibuat pada tahun 1771 Jawa
b. Serat Gripura
Syair dari Serat Gripura terdiri atas Pupuh Dhandhanggula 36 bait, Pupuh
Sinom 16 bait, dan Pupuh Khinanti 34 bait. 221 “Serat ini menceritakan akan
pegunungan.”
218
Achmad Chodjim, Serat Wedhatama ..., h. 15
219
Soetomo Siswokartoni, Sri Mangkunegara IV ..., h. 264
220
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 265
221
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 266
78
c. Serat Tegalganda
dan Pupuh Khinanti terdiri atas 31 bait, Serat Tegalganda dimuat pada tahun 1784
Jawa atau pada tahun 1855 Masehi, atau dua tahun setelah Mangkunegara sebagai
Serat Ngadani Tasikmadu menceritakan pada tahu 1793 Jawa atau pada
kawasan Kabupaten Karang Anyar, dan di beri nama pabrik gula tasikmadu. 223
222
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 266
223
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 267
79
Selain dari pada penulis sebutkan, sebetulnya masih banyak lagi karya-
serta rerepan atau nyayain yang sampai sekarang masih bertahan di daerah pulau
Baik dari Raja Mangkunegara IV yang sangat baik dalam memenej nagari
mampu menciptakan karya-karya sastra yang samapai saat ini karya nya banyak di
Serat Tripama dan Serat Wedhatama. Karena di sini penulus memfokuskan Serat
224
Soetomo Siswokatono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 269
225
Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV ..., h. 270
80
Wedhataa, maka penulis akan menjelaskan akan Serat Wedhatama nya tersebut
Wojowasito yang di kutip oleh Anjar Any dalam bukunya yang berjudul
Pengetahuan” sedangkan kata Tama dari asal kata utama yang berarti : “Baik” jadi
Wedhataa berarti ilmu pengetahuan tentang kebaikan. Menjadikan ilmu yang lahir
dan batin.226
mengendalikan diri dan hawa nafsu, agar manusia dapat menjauhkan diri nafsu
angkara, karena Serat Wedhatama ini dalam mendidik bagi kalangan muda dan
kalangan tua dalam bentuk Syair dan lagu, dihiasi penuh dengan variasi agar
menjiwai ilmu luhur yang dituju, di tanah Jawa(Indonesia) ini yang hakiki itu
Serat Wedhatama ini terdiri dari 72 bait dan satu lagi berupa lima Pupuh
yang menganding 100 bait, naskaah yang berupa 4 Pupuh terdiri dari Pupuh
pangkur 14 bait, Pupuh Sinom terdiri dari 18 bait, Pupuh Pucung atau Pocongt
terdiri dari 15 bait, dan Pupuh Gambuh terdiri dari 25 bait.228 Naskah yang lima
Pupuh berbeda dengan yang empat Pupuh, yaitu Pupuh Gambuh terdiri dari 35
bait, dan Pupuh yang kelima, yaitu Pupuh Khinanti terdiri atas 18 bait, yang
dikupas adalah naskah yang megandung 100 bait, karena akan lebih jelas guna
226
Anajar Any, Menyingkap Serat Wedhatomo ( Semarang : aneka ilmu), h. 3
227
Adiyta Jatmiko , Tafsir Ajaran : Serat Wedhaama, ..., h. 43
228
Achmad Chodjim, Serat Wedhatama ..., h.12
81
jelaskan diatas tetapi yang paling termashur (terkenal) adalah karya kitab Serat
Wedhatama yang menjadikan harum nya nama Mangkunegara IV, baik sebagai
Penguasa dan Pujangga serta Filsuf besar dalam Estetika kehidupan, sebagai
seorang pujangga dan filsuf besar dapat dibuktikan dengan beberapa cukilan,
a) Meskipun Serat Wedhatama itu kecil dan tipis, namun isinya padat
dan lengkap serta luas jangkauannya. Tutur katanya katanya
mengandung makna yang dalam, dan susunan kalimat yang baik,
karena karya asli serat Wedhatama ini menggunakan bahasa Jawa
Aksara, tetapi terjamahannya memang sangat menarik dan membuat
hati bergetar.
b) Seluruh ciptaan Mangkunegara IV menyangkut kebutuhan manusia,
estetika kehidupan serta filosofi laku dalam berperilaku, sebagai asas
pengetahuan kodrat Ilahi, sebagai tuntutan dalam kehidupan
pendidikan, kesusilaan, keluhuran budi, adab, ahklak etika serta moral
keagamaan dan kesempurnaan hidup, agar menjadi manusia yang
sempurna.
c) Dalam deretan pujangga jaman baru K.G.P.A.A Mangkunegara IV
termasuk yang paling unggul dala bidang bahasa, serta termashurnya
tata kalimatnya, oleh karena itu dalam kelompok para pecinta Puisi
tingkat tinggi, beliau menduduki tempat yang pertama.
Oleh karena itulah karangan Mangkunegara IV dalam sejarah kesusteraan
Jawa, Mangkunegara IV mendapat tempat utama dan hingga kini dan seterusnya
akan diingat dan di kenang banyak orang, terutama bagi para pecinta Filsafat,
229
Ki Sabdacarakatama, Serat Wedhatama, ( Yogyakarta : Perum Tembak Mas, 2010),
Cet. Ke- 1, h. 11
82
sebenernya tidak “hanya terletak dalam Karya-Karya sestra sematanya saja, akan
menjelaskan bahwa.230
a. Kyai Sebet.
b. Pagelaran Wayang Madya.
c. Operaa Langendriyan.
d. Pementasan Faragmen. Dan
e. Mahabharata.
Serta nama yang lainnya yang terkenal dengan nama Beksan Wireng
dan masih ada beberapa macam tarian kreasi baru khass
Mangkunegaran, model jelas disebut Jas Langenharjan, yang hingga
kini menjadi perlengkapkan mutlak bagi busana kebesarann mempelai
pria terrutama di daerah Suarakarta, dan semua itu hasil dari karya
Mangkunegara IV.
dalam bidang kemiliteran, sosok yang sangat cerdas dalam mengatur sterategi
campur tangan dengan orang lain yang hanya di kelola oleh keluaraga
Mangkunegaraan, karena hal ini lah beliau menjadi panutan masyakarat Jawa kala
Leguin Mangkunegaraan.
karena dari itu masa Mangkunegara IV menjadi masa jaya keemasan dan juga
mampu membuat karya-karya yang adhi luhung, dalam hal ini Ki sabda
230
Ki Sabdacarakata, Serat Wedhatama ..., h. 12
83
bukunya yang bejudul “Serat Wedhata” beliau menyebutkan bahwa.231 karya dan
sangat luar biasa yang mempunyai gagasan seperti orang medern dan
231
Ki Sabda Carakatama, Serat Wedhataa ..., h. 12-14
84
emapat macam yaitu : sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa dan sembah rasa.
Dengan sempat sembah itulah yang membuat penulis tertarik untuk mengupasnya,
mencangkup ilmu lahir dan ilmu batin ( eksotorik dan esoteris), karena dari
sinilah kita akan mengetahui siapa jati dir kita dan terbuklah hijab anatara diri kita
dengan Tuhan.
menjelaskan akan sembah catur secara detail dan terperinci, karena dipembahasan
kitab sembah catur dan dalam ilmu ketauhidan dalam tinkatan syari’at, thorikot,
hakikat dan makrifat, dalam bahasa jawa yang disebut manungaling kawula gusti.
ahklak yang mulia itu seseorang itu harus menempuhnya dengan cara
232
Soetomo Sisswokartono, Sri Mangkunegara ..., h. 256
85
Jika dalam kultur Jawa ada yang namanya semedi, maka didalam Islam terutama
ranah tasawuf, terdapat yang namanya khalawat alias menyepi untuk bermunajat
sama laku spiritual dalam ranah tasawuf. 234 Dari sini sudah jelas bahwa perbedaan
hanya didalam perkataan saja, akan tetapi laku implementasinya sama satu dengan
yang lain, oleh sebab Islam datang bukan untuk mengubah budaya tetapi Islam
233
Sri Rahani, Tawawuf Jawa : Kesalehan Spiritual Muslim Jawa (Yogyakarta : Araska.
2019), Cet. Ke -1, h. 13
234
Sri Rahani, Tasawuf Jawa ..., h. 42
BAB IV
SERTA IMPLEMENTASINYA
agar bisa tahu hidup, seperti yang sudah di firmankan oleh Gusti Pangesan sejati
Allah Swt. Dalam surat Al-Ikhlas [122] ayat 1-4 sebagai berikut:
membahas secara khusus pada kata (( أحد, presfektif M. Quraish Shihab dalam
85
86
mencangkup keesaan Dzat, keesaan sifat, keesaan perbuatan, serta keesaan dalam
beribadah dan bermuamalah kepada Allah dan kepada sesama manusia (hablu min
keesaan Gusti Pangean Allah Swt, yang meliputi af’al, asma sifat maupun Dzat
dan tidak ada satupun yang menyamai ataupun yang menyerupai diri-Nya, hal ini
akan berbeda jika memaknainya dengan presfektif tasawuf, bahwa seluruh mahkul
Secara syari’at lebih umum bertumpu pada ilmu fiqh maka bisa disebut
silmu lahiriah (eksoterik) dari agama, sedangkan jika lebih jauh maka akan adalah
ilmu tarekat, hakikat dan ma’rifat karena representasi dari ilmu tasawuf, maka
309
M. Quraish Shihab, Tafsur al-Misbah : Pesan ..., h. 610 -612
87
bisa disebut dimensi ilmu batiniyah (esoteris) dari agama agar bisa menjadi
manusia yang sempurna (insan kamil). Maka tarekat, hakikat dan ma’riatlah yang
yang tersembunyi dari Allah Swt, tempat yang tersembunyi itu adalah tempat
mengenal dirinya dan mengenal siapa tuhannya, sebagaimana yang dikatakan oleh
Imam Nawawi yang di kutip oleh Badrudin dalam bukunya yang berjudul
dalam hadist:310
Oleh sebab itu manusia mengetahui siapa sejatinya manusia itu untuk lebih
mengenal siapa tuhannya dan untuk apa diciptakan didunia ini dengan mengetahui
siapa dirinya guna untuk mendekatkan diri kepada Dzat yang maha tunggal yaitu
Allah Swt agar mencapai manusia yang berahklak dan menjadi manusia yang
Seperti pendapat Abdul karim bin Ibrahim al-Jili yang memaknai insan
kamil adalah nuskhah atau copy Tuhan, dan al-Jili mengutip sebuah hadist :312
ُ علَى
َص ْو َرتِه َ َخلَقَ هللا آدَ َم
Artinya : “Allah menciptakan adam dengan bentuk dirinya”
310
Badrudin, Ahklak Tasawuf (Serang : IAIB Press, 2015), Cet ke-2, h. 71
311
Menurut Imam Nawawi (W 676 H) bahwa hadist itu “Laisa hua bi tsabitin” (tidak
dijadikan penerapan hukum). Sedangkan menurut Ibnu Hajar “La asla lahu” (tidak punya dasar)
312
Rosihon Anwar, Ahklak Tasawuf (Bandung : Pustaka setia, 2010), Cet. Ke-10, h.288
88
pun memiliki sifat-sifat itu, melalui konsep ini. Kita memahami bahwa Adam
dilihat dari sisi penciptaannya merupakn salah seorang insan kamil dengan segala
kesempurnaannya. Sebab pada dirinya terdapat sifat Allah nama asama Allah.
Rosihon Anwar juga mengutip dari perkataan Abu Mansur al-Hallaj :314 yang
ب
ِ والشا َر
Artinya : “Maha suci Dzat yang sifat kemanusian-Nya, membuka rahasia cahaya
ketuhanan-Nya yang gemilang. Kemudian kelihatan bagi mahkluk-Nya.
Dengan nyata dalam bentuk manusia yang makan dan minum”.
Rosihin Anwar, mengatakan bahwa.315 ”Tuhan memiliki dua sifat dasar. Pertama
sifat ketuhan (lahut), artinya Allah Swt tidak dapat bersatu dengan manusia,
kecuali dengan cara menempati tubuh manusia setelah sifat-sifat kemanusiaan itu
hilang. Kemudian yang kedua, sifat kemanusian (nasut) artinya Allah Swt,
mengandung tabi’at seperti manusa, yang terdiri dari ruh dan jasad.”
313
Rosihon Anwar, Ahklak Tasawuf ..., h. 288
314
Penurut penulis Abu Mansur al-hallaj adalah salah satu sufi yang sangat radikal.
Sebagaimana Rosihon Anwar dalam bukunya mengatakan bahwa al-Hallaj sangat amat
mempertahankan pendapatnya terkait ucapannya “Ana al-Haqq” bahkan hingga akhirnya ia
dipenjear dan dihukum mati. Karena keteguhan hati al-Hallaj nampak pada saat dia akan dihukum
mati, ketika ia meminta untuk melaksanakan shalat dua rakaat terlebih dahulu, hingga selesai
shalat, ia dicambuk sebanyak seribu kali. Kepala kaki dan tangannya di potong, badannya di bakar
dan kepalanya dibawa ke khurasan untuk di pertontonkan
315
Rasihon Anwar. Ahklak Tasaawuf ..., h. 272-273
89
itu didalam dirinya telah sirna. Al-Hallaj pun menakwilkan bahwa dalam QS. Al-
Baqoroh [2] ayat 34 yang menjelaskan bahwa bahwa dalam diri manusia terdapat
didalam diri Nabi Adam sebenernya ada unsur ketuhanan yang disebut sifat
ruhaniyah, karena yang berhak untuk diberi hanyalah Allah Swt semata. Sebelum
Allah Swt menjadikan mahkluk, Allah Swt melihat akan Dzat-Nya dan Allah
sangat amat mencinytai Dzat-Nya, maka dari cinta inilah yang menjadi sebab
akibat wujud dan sebab dari yang banyak, maka Allah Swt, mengeluarkan sesuatu
dari tiada dalam bentuk copy dari (Dzat) diri-Nya. Yang mempunyai segala sifat
dan nama Allah Swt, bentuk copy ini adalah Nabi Adam, maka pada diri Nabi
Pendapat al-hallaj juga diikuti oleh banyak tokoh, salah satunya adalah
Ibnu al-Arafbi. Sebagaimana yang kembali dikutip oleh Rasihon Anwar, Ibnu al-
Arabi berpendapat bahwa.317 “Ketika Allah Swt meciptakan alam ini, Allah Swt
juga memberikan sifat-sifat ketuhanan kepada segala sesuatu. Alam ini seperti
cermin yang buram dan seperti badan yang tak bernyawa, oleh karena itu Allah
316
Rosihon Anwar, Ahklak Tasawuf ..., h. 271-273
317
Rosihon Anwar, Ahklak Tasawuf ..., h. 284
90
dengan kata lain alam ini merupakan penampakan (ta’jalli) dari asama dan sifat
Allah Swt, yang secara terus menerus. Maka hal tersebut, seperti ungkapan dalam
salah satu karya Ibnu al-Arabi yaitu Fushush al-Hikam, Ibnu al-Arabi juga
إَذّاأَ ْنتَ أَ ْعدَدْتَ ْال َم َرايَا تَ َعد ِدا# ُالو ْجه ْالذَالِكَ إَّل َو ِحدٌ َغيْرأَنّه
َ
Artinya: “Wajah itu sebenernya hanya satu, tetapi jika anda perbanyak cermin,
maka ia menjadi banyak.
Dalam hal ini maka tasawuf adalah cara kita mengenal kepada Gusti Allah
Swt, oleh sebab itu maka dalam presfektif tasawuf terdiri atas ahwal dan
maqomat, ahwal, sebaai bentuk jamak dari kata hal, yang memiliki arrti sebuah
kondisi mental atau situasi kejiwaan yang di capai seorang hamba kepada Allah.
Terkait ahwal atau hal ini, Imam al-Ghaazali menjelasskan yang di kutip oleh Sri
Harini dalam bukunya yang berjudul “Tasawuf Jawa: Kesalehan Spiritual Muslim
318
Sri Harini, Tasawuf Jawa : Kesalehan spiritual Muslim Jawa (Yogyakarta : Araska,
2019), Cet. Ke-1, h.29
91
yang di kutip oleh Sri harini dalam buku yang sama mengatakan bahwa :319
bahwasannya hal dan maqomat adalah cara kita mendekatkan diri kepada Gusti
Allah Maka jelaslah. Seperti yang sudah jelaskan di muka, jika ingin mengenal
siapa Tuhan-Nya terlebih dia harus mengenal siapa dirinya, maka harus
seseorang akan menemukan sejatinya jati diri yang membuka hijab antara dirinya
dan Tuhan-Nya.
berharga untuk umat islam, karena kita diperintahkan mengenal siapa diri kita
sebenernya, untuk itu utuk apa kita diciptakan dan apa tujuan kita dan apakah kita
kembali kepada Gusti Allah Swt. Maka tak jauh berbeda dengan dengan
319
Sri Harini, Tasawuf jawa : Kesalehan ..., h. 29-30
92
pemikiran dan keberadaan Dzat Allah Swt, para wali ditanah Jawa juga
melestarikan dengan cara tersebut hanya saja berbeda dari segi bahasa dan
budaya, salah satunya yang tertuang dalam kitab serat Wedhatama yang
orang yang hanya menekankan syari’at lahir batin, dengan orang yang
terlihat dari budi luhur dan menekankan pentingnya catur sembah kepada Allah
Wedhatama ini terdiri dari 72 bait, naskah yang berupa 4 pupuh terdiri pupuh
pangkur 14 bait, pupuh sinom 18 bait, pupuh pucung 15 bait, dan pupuh gambuh
25 bait. Maka keseluruhan 72 bait, dan adapula yang mengatakan 100 bait dengan
Serat wedhatama ini berisi pelajaran dan petunjuk bagi golongan tua dan
golongan muda artinya bisa untuk siapa saja asal memiliki niat, kesungguhan,
ketabahan dan istiqomah dalam mempelajarinya, bagi orang yang ingin menuntut
320
Insan kamil yang dimaksud penulis adalah mereka yang memiliki adab, etika, budi
luhur dan tau akan jati dirinya sebagai manusia sejati, yang mengetahui siapa dirinya dengan siapa
tuhannya, maka disini penulis menguraikan insan kamil dalam senbah catur (empat sembah) yaitu
: sembah raga, sembah cipa (qalbu), sembah jiwa dan sembah rasa
321
Adityo Jatmiko, tafsir ajaran ..., h.17
322
Ardani, al-Aqur’an dan Sufisme : mangkunegara ..., h.14
93
ilmu lahir batin, orang yang ingin mendapat limpahan anugrah Tuhan harusnya
mengetahui esensi dari kitab Serat Wedhatama ini yang mencangkup sembah
catur supaya lumuntr (empat sembah agar bisa dipahami yaitu : sembah raga,
pelajaran baik dari segi eksoterik maupun dalam segi esoteris, baik kalangan
muda maupun kalangan tua bagi yang ingin mempelajarinya karena Serat
Wedhata adalah suatu pendidikan yang harus ditekuni dengan kesabaran serta
ketabahan dan juga harus dibimbing, didampingi oleh guru agar tidak salah paham
dan tepeleset dari ajaran Al-Qur’an dan Hadist. Karena Serat Wedhata ini
menyingkap esensi akan kehidupan yang sesungguhnya yang akan kita jalani
mencatat ke-100 bait serat Wedhatama yang berupa pupuh pangkur, pupuh
sinom, pupuh pacung, pupuh gambuh dan pupuh khinanti, akan tetapi disini
penulis hanya mengupas inti dari Serat Wedhatama yaitu pada pupuh gambuh
yang terdapat ajaran-ajaran adhi luhung atau ilmu tinggi yang berupa empat
sembah yaitu : sembah raga, sembah cipta (Qlabu), sembah jiwa dan sembah rasa.
akan tetapi disini penulis akan memberikan 100 bait meski penulis sendiri hanya
mengupas pupuh gambuhnya saja, dengan tujuan para pembaca bisa mengetahui
keseluruhan pada isi serat wedhatama. Adapaun keseluruhan 100 bait pada Serat
323
Menurut penulis sembah catur ( sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa dan sembah
rasa ) sama halnya dengan syari’at, tarikat, hakikat dan ma’rifat. Untuk menjadi manusia yang
sempurna harusnya menempuh langkah-langkah itu.
94
Tabel 1.1.324
Pupuh pungkur
324
Achmad Chodjim, Serat Wedhatama ..., h. 17-21
95
Pupuh pangkur berasal dari kata “kur” yang membentuk kata pangkur
325
Achmad Chodjim, Serat Wedhatama ..., h.12
97
bisa juga dengan puncak kerinduan dendam asmara. Dapat dikatakan pupuh
pangkur digunakan sebagai latar belakang suatu serat, oleh sebab ini pupuh
Tabel 1.2.326
326
Achmad chodjim, Serat Wedhatama ..., h.90-97
98
mempunyai arti daun muda atau daun pucuk pohon asam, dalam dunia sastra
pupuh sinom memberikan makna keadaan yang masih muda. Sedangkan metrum
Table 1.3.328
327
Achmad Chodjim, Serat Wedhatam ..., h. 12-13
328
Achmad Chodjim, Serat Wedhatama ..., h. 182-185
102
martatama.
Tidak tertutup,
Taman limut,
Gangguan hati yang melingkupi,
Durmageng tyas kang weh limat,
Larut dalam kemulian,
Karem ing karamat,
4. Karena temggelam dalam ssamodra kasih
Karena karoban ing sih,
sayang,
Sihing sukma ngrebda saardi
Kkasih sayang sukma berkembang sebesar
gengira.
gunung.
Itulah yang pantas ditiru,
Yeku patut tinulat tulat tinurut,
Semua petunjuknya,
Sapituduhira,
Jangan seperti zaman nanti,
5. Aja kaya jaman mangkin,
Banayak anak muda yang menyombongkan
Keh prah mudha mundhi diri,
diri,
Rapal makna.
Sekedar hapal dapat.
Durung becus kesusus selak becus, Belum mumpuni sudah berlagak pinter.
Amaknani rapal, Menerangkan ayat,
6. Kaya sayid weton mesir, Seperti sayid dari mesir,
Pendhak pendhak angendhak, Setiap saat meremehkan,
Gunaning jalma. Kemampuan orang lain.
Kang yedyeku,
Kalebu wong ngaku aku, Yang seperti itu,
Akal alangka, Termasuk orang mengaku-aku,
7.
Elok jawane den mohi, Kemampuan ilmu jawa malah ditolak,
Paksa langkah ngangkah met Memaksa diri mengejar ilmu di mekah.
kawruh ing mekah
Nora weruh, Tidak memahami,
Rosing rasa kang rimuruh, Hakekat ilmu yang dicari,
8. Lumeketing angga, Sebenernya ada didalam diri,
Anggere padha marsudi, Asal mau berusaha,
Kana kene kaanane nora beda. Sana sini tidak berbeda.
Uger lugu, Asal tidak banyak tingkah,
Den ta mrih pralebdeng kalbu, Agar supaya masuk kedalam hati,
Yen kabul kabuka, Bila berhasil akan terbuka,
9.
Ing drajat kajating urip, Drajat tujuan hidup yang sebenernya,
Kaya kang wus winahya sekar Seperti yang telah tersurat dalam tembang
srinata. srinata.
Basa ngelmu, Yang namanya ngelmu,
Mupakat lan panemune, Mufakat bila sesuai dengan penemuan,
10. Pasahe lan tapa, Dicapai dengan tapa,
Yen satria tanahJawi, Bagi kesatria tanah Jawaa,
Kuna kuna kang ginilut tripakara, Dahulu yang menjadi pegenagan tiga perkara.
Lila lamun, Ikhlas bila,
Kalangan nora gegetun, Kehilangan tanpa menyesal,
11. Trima yen ketaman, Sabar jika terkena,
Sakserik sameng dumadi, Sakit hati oleh sesama,
Tri legawa nalangsa srah ing Ketiga lapang dada sambil,
103
adalah kaluak (jawa: keluwek).329 Ini adalah buah yang digunakan sebagai bumbu
karena ada yang mabuk karena makan keluak yang masih belum kering dan masih
mengandung racun yang membuatya mabuk; maka dikenal juga dalam bahasa
yang terdaat dalam pupuh gambuh, karena pupuh gambuh ini yang paling banyak
329
Achmad Chodjim, Serat Wedhatama ..., h. 13
104
diantara semua pupuh dalam serat wedhatama. karena dalam pupuh inilah esensi
dari hakikat dan makrifat dalam sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa dan
sembah rasa, tujuan konkerit yaitu manjadi manusia yang mampu kembali kepada
Table 1.4.331
330
Achamd Chodjim, Serat Wedhatama ..., h. 280
331
Achmad chodjim, Serat Wedhatama For Our Time ..., h. 270-278
105
batin, batin,
Dadi noraa gawe bingung, Sehingga tidak membuat bingung,
Kang padha nembah Hyang Manon. Bagi yang menyembah Tuhan.
Lire sarengat iku, Sesungguhnya syariat itu,
Kena iga ingaran laku, Dapat juga dinamakan laku,
7. Dhingin ajeg kapindone ataberi, Pertama dilakukan teratur, kedua rajin,
Pakolehe putra ningsun, Anakku hassilnya dapat,
Nyenyengger badan mrih kaot. Menyegarakan badan agar sehat dan kuat.
Orang yang seger badannya,
Wong seger badanipun,
Otot, daging, kulit dan batim sumsumnya,
Otot daging kulit balung sungsun,
Mempengaruhi darah membuat tenang
8. Tumrah ing rah memarah antenging ati,
hati,
Antenging ati nunungku,
Ketenangan hati memadukan,
Angruwat ruweding batos.
Menghilangkan kekusutan batin.
Mengkono mungguh ingsun,
Begitulah menurutku,
Ananging ta sarehne asnapun,
Tetapi karena keadaannya berbeda-beda,
Beda beda pandhuk pandhuhuning
9. Beda pula kodrat dan iradat atass manusia,
dumadi,
Sebenernya tidak sama,
Sayaktine nora jumbuh,
Tekad orang yang melaksanakan.
Tekad kang padha linakon.
Namun terpaksa mengajarka,
Nanging ta paksa tutur, Sebagai orang ua gantinya berupa kata,
Rehne tuwa tuwase mung catur, Siapa tahu dapat lestari pedoman laku
10. Bok lumuntur lantaraning reh utami, utama,
Sing sapa temen tinemu, Barang siapa bersungguh-sungguh akan
Nugraha geming kaprabon. menemukan,
Anugrah pakaikan kaprabon.
Semangko sembah kalbu, Sekarang sembah kalbu/cipta,
Yen lumintu uga dadi laku, Jika berkesinambungan menjadi laku,
11. Laku agung kang kagungan Narapati, Laku agung yang dimiliki Raja,
Patitis tetep ing kawaruh, Tetap dan tetap dalam kawaruh,
Meruhi marang kan mamong. Akan mengetahui yang mengasuh diri.
Sucine tanpa banyu, Bersunyinya tanpa air,
Mung nyunyuda mring hardaning Hanya menahan hawa nafsu,
kalbu, Dimulai dari perilaku teratur cermat serta
12.
Pambukane tata titi ngati ati, hati-hati,
Atetep telaten atul, Teguh, sabar dan betuk
Tuladan marang waspaos. Teladan bagi yang waspada.
Mring jatineng pandulu, Pada pengelihatan yang sejati,
Panduk ing ndon dedelan satuhu, Tercapai tujuan yang sebenernya,
13. Lamun lugu legutaning reh maligi, Bila bener-bener taat dalam berkonsentrasi,
Lageane tumalang, Sampai terbiasa dalam kekosongan,
Wenaganing alam kinaot. Terbukalah alam yang lebih tinggi.
Yen wus kambah kadyeku, Bila telah tercapai seperti iu,
14. Surat sareh saniskareng laku, Syaratnya sabar segala tingkah laku,
Kalakone saka eneng ening eling, Berhasilnya dengan cara heneng heningn
106
keakraban, biasanya metrum gambuh digunakan untuk serat atau sastra yang
bersifat nasihat terhadap teman atau keluarga dekat sehingga tak ada lagi perasaan
segan, dan bisa diberikan dalam suasana terbuka. Jiwa dari mertrum gambuh
adalah terus terang dan santai serta sebagai nasihat untuk menjalani laku.332
332
Achmad Chodjim, Serat Wedhatama for Our Time ..., h.13
109
Yang terakhir ini adalah pupuh khinanti ya, meskipun ini tidak menjadi
pembahsan peneliti akan tetapi disini penulis akan memasukan pupuh khinanti
agar melengkapi dalam serat wedhatama ini, maka menjadi genap lah 100 bait
(seratus bait), seperti yang sudah penulis jelaskan dimuka, Pupuh khinanti terdiri
dari dari 18 bait sebagai penutup dari serat wedha tama ini, adapun bait pupuh
Table 1.5.333
333
Achmad chodjim, Serat Wedhatama For Our Time ..., h.406-411
110
khinanti berasal dari kata dasar khanti yang artinya gandeng. Dengan demikian,
kemesraan.334 Dengan metrum ini digunakan oleh penulis sebagai penutup agar
dapat orang membacanya atau yang mendapat nasihat menjadi jelas serta tidak
Dari selurh bait yang sudah penulis sampaikan hanya pupiuh gambuh saja
yang akan penulis jelaskan agar penelitian ini lebih terarah dan terobjek kepada
sembah catur yakni sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa dan sembah rasa.
yang akan peneliti jelaskan sesuai dengan ajaran Kanjeng gusti Pangeran Adhipati
manuia eling cara hidup dan bisa menjadi manusia yang sempurna.
Allah dengan mata hati. Nilai theologis dalam wedhatama dijelaskan dengan
idiom sinepen telenging kalbu, yakni alat untuk melihat Tuhan setelah terlebih
dahulu terbuka hijab anatra hamba dengan Tuhan-Nya.” Hijab yang dimaksud
334
Achmad chodjim, Serat Wedhatama For Our Time ..., h. 13
335
Purwadi, Nilai Theologis Dalam Serat Wedhatama, (Jurnal: Universitas Negri Jakarta,
Diksi Vol. 14, No. 1 Januari 2007), h. 82
113
bahwa. 336 “Religiusitas Islam dalam serat wedhatama pupuh gambuh (SWPG)
terbagi atas lima dimensi sipiritual. Pertama, dimensi keyakinan, kedua, dimensi
agama dan kelima, dimensi pengalamana.” Sama seperti hal nya islam yang
baik berupa agama secara esoteris maupun eksoterik, dan pengalaman, untuk
menadikan hamba sebagai mawas diri dan waspada agar tidak melakukan
sembah cipta , sembah jiwa dan sembah rasa pembahasan yang sedemikian rupa
bisa dikatakan juga ilmu esoteris. 337 Tetapi tidak lepas juga dengan ilmu
eksoterik. 338 karena didalam nya terdapat pelajaran ilmu adahiluhung, yang
mengupas empat macam tingakatan yakni syari’at, tharekat, hakekat dan ma’rifat.
Bila seseorang mengusai ke-empat macam tingkatan itu maka ia akan menemukan
336
Rudi Pernomo, et all, Religius Islam Dalam Serat Wedhataa Pupuh Gabuh, (Jurnal
Smart: semarang, Vol. 7, No. 1 Juni 2021), h. 78
337
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), esoteris adalah pendidikan secara
khusus.
338 338
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) eksoterik adalah pendidikan secara
umum
114
Konsep Mengenal Diri dalam Pustaka Islam Kajawen Kunci surga Miftahul
pembahasan penelitian yakti sembah catur (empat sembah, sembah raga, sembah
cipta, sembah jiwa dan sembah rasa) pengertian semba yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah sebagai ibadat yang dilakukan manusia dalam menjalin
dalam serat wedhatama ia mengajarkan sembah kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan kemulian budi luhur.340 Disini penulis pertama sebagai permulaan akan
A. Sembah Raga
badaniah, atau amal perbuatan yang berisifat lahiriyah. Cara bersunyinya sama
339
Nur Kholis, Ilmu Makrifat Jawa sangkan Paraning Dumadi: Eksplorasi Sufistik
Konsep Mengenal Diri dalam Pustaka Islam Kajawen Kunci surga Miftahul Djanati, (Ponorogo:
Perpustakaan Nasional, 2018), Cet, ke- 1, h.221-222
340
Ardani, al-Qur’an dan Sufisme ..., h.55
115
yang deemikian dikerjakan lima kali dalam sehari yakni shalat subuh, shalat
dzohor, shalat ashar, shalat magrib dan shlat isya. Dengan mengidahkan pedoman
perjalanan hidup yang panjang ditamsilkan sebagai oranag yang magang laku
(calon pelaku).342 Karena ini merupakan ajaran atau semabah bagi pemula, karena
seranget (sembah raga). Itu tidak dicampur dengan tarikat (sembah cipta),
mempelajari ilmu ini tahap demi tahap dari sembah raga samppai nanti mencapai
sembah rasa agar tidak membingunkan bagi yang mempelajari serat wedhatama
ini. 343
Dalam islam shalat adalah tiang agama,bilamana tiang agama itu tak
kokoh maka pondasi itu akan roboh, tetapi bila pondasi itu kokoh maka pondasi
keimanan akan menjadi kokoh. Karena apabila shalatnya baik maka baik pula
perbuatannya, bilamana shalatnya tak benar maka tak benar juga perilakunya.
341
Achmad Chodjim, serat Wedhatama for our Time ..., h.270 (Table 1.4 bait ke 2)
342
Ardani, al-Qur’an dan Sufisme ..., h. 57
343
Anjar any, Menyingkap Serat wedhotomo ..., h. 74
116
Menurut muhyidin yang dikutip oleh Astuti dalam jurnal yang sama mengatakan
bahwa. 345 Dalam shalat ada hakikat dari tujuan sgalat itu sendiri yaitu :
344
Astuti, Bimbingan Shalat Sebagai Media Perubahan Prilaku, (Jurnal: Syarif
Hidayatullah Jakarta, Vol. 6, No. 2, Desember 2015), h. 305
345
Astuti, Bimbingan Shalat Sebagai Media Perubahan Prilaku .., h.307
117
Dalam sembah raga ada dua bahaya yang mengancam cara hidup manusia
yaitu hawa nafsu dan rasa pamrih kepada manusia.346 Maka sembah raga yang
Tetapi agaknya berdaba sembah raga dalam presfektif R.Soenarto dalam serat
Sangsaka Djati yang dikutip oleh Ardani dalam bukunya yang berjudul “Al-
bahwa. 347 “Penyembahan raga (hamba) kepada roh suci yang merupakan
menyembuhan suatu jiwa yang massih muda. Roh Suci uga sipating Pangeran
kang ngwasani nafsu kang patang prakara (penjelamaan sifat Tuhan yang
menguassai empat nafsu, lawamah, amarah, sufi’ah dan mutmainah.” Jika serat
wedhata tama menyebutkan sembah raga yang sudah dijelaskan dimuka yang
dilakukan dengan gerak badan dan menggunakan air untuk berwudhu dan
dikerjakan lima kali dalam sehari. Maka menurut Sangsaka Djati oleh Soenarto
yang dikutip oleh Adityi jamika dalam bukunya yang berjudul “Tafsir Ajaran
Serat Wedhatama” menerangkan bahwa. 348 Sembah raha itu ditujukan kepada Roh
yang perlu dilakukan dua kali pada waktu terbenam matahari dan waktu fajar,”
disini Sangsaka Djati tanpa menyebutkan tentang bersuci, pedoman serta cara
berkesinambungannya.
Maka dengan demikian sembah raga dalam serat wedhatama jauh berbeda,
Maha Esa (Hyang Manon) yang mengajari sembah raga seperti syariat Islam
dengan memakai air, dan disiplin dalam waktu sehari lima kali yang tiada berbeda
346
Adityo jatmiko, tafsir Ajaran Serat Wedhatama ..., h.64
347
Ardani, Al-Qur’an dan Sufisme Mangkunegara IV ..., h.57
348
Adityo Jatmiko, Tafsir Ajaran Serat Wedhatama ..., h.81
118
dengan shalat fardhu.349 Dengan demikian sembah raga wedhata jauh berbeda
dengan sembah Raga Sangsaka Djati dan tampak lebih sesuai denan sgalat lima
fardhu dalam fiqih yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist. Sembah raga adalah
ilmu syari’at kenapa bisa dikatakan ilmu syari’at karena menyangkup ilmu
eksoteris dalam bahasa islam adalah dhohir karena disamakan dengan amalan-
Wedhotomo” mengatakan bahwa. 351 “Yang disebut sarengat itu merupakan laku
(hal yang harus dikerjakan dengan wajib agar mendapatkan pahala) untuk
dilakukan dengan tekun” jika dalam istilah Islam sama halnya dengan sabar dan
sehat: urat, daging, tulang dan sumsum. Hal ini akan mempengaruhi sehatnya
Ini semua dengan islam yang dimana shalat adalah untuk menyebatkan
badan membuat prilaku lebih baik dan mendekatkan diri kepada Allah
menjauhkan sifat dengki, hasad, ujub dan angkuh kepada orang lain karena yang
sudah penulis kemukan diatas dengan shalat menjauhkan dari sifat keji dan
munkar. Karena sembah raga sama halnya dengan syariat yakni rukun Islam yaitu,
349
Ardani, Al-Qur’an dan sufisme ..., h.58
350
Sri Harini, Tasawuf Jawa ..., h. 120
351
Anjar Any, menyingkap Serat wedhotamo ..., h. 75
352
Anjar Any, Menyingkap serat Wedhotomo ..., h. 75
119
Syhadat, Shalat, Puasa, Zakat dan Pergi Haji (bila mampu), merupakan ajaran
Sembah ini kadang-kadang disebut sembah cipta dan kadang pula disebut
sembah kalbu, karena terungkap dalam pupuh gambuh pada bait ke 11 (yang
Karena dari bait itulah sembah cipta bisa dikatakan juga sebagai sembah
kalbu memiliki nama yang berbeda tetapi memiliki esensi makna yang sama.
Sembah cipta atau sembah kalbu ialah menyembah Tuhan dengan lebih
mengutakan peranan kalbu. Sembah ini lanjutan dengan sembah raga apabila
dilakukan dengan sabar istiqomahh terus menerus secara teratur juga dapat
menjadi jalan yang mengantarkan kepada tujuan, bahkan merupakan jalan raya
sang raja kerohanian yang telah mejalani tarekat dan suluk dalam perjalanan
kerohanian (yen uga dadi laku, laku agung kang kagungan narapati).354
medekatkan diri kepada Allah sungguh amat panjang dan tak mudah untuk dilalui
353
Achmad Chodjim, Serat Wedhatam For Our Time ..., h.272 (table 1.4)
354
Ardani, Al-Qur’an dan Sufisme ..., h. 69
120
buah dari ujung perjalanan ini akan mengenal siapa pamongnya dan bertemu dan
dapat melihat yang mamong dirinya selama ini yang menjaga dan mengawasinya
(meruhi marang kang mamong), sebagai ma’rifat dalam bentuk kasyaf yang akan
dibahas disleanjutnya.
Sembah cipta ini berlainan dengan sembah raga yang telah dibahas diatas,
sembah cipta/kalbu ini lebih memperioritas titik beratkan kebersihan dan kesucian
kalbu dar sifat-sifat yang mengotori hati.355 Jika sembah raga mensucikan diri
dengan air (wudhu) dengan cara berthoharahdalam bentuk jasmaniah yang sudah
penulis kemukakan diatas, maka berbeda dengan sembah kalbu ini, sembah kalbu
ini mensucikan diri dengan memperkecil dengan keinginan hawa nafsu dalam
bentuk thaharoh batiniyah seperti terlihat dalam pupuh gambuh bait selanjutnya
sebagai berikut:
hadast menggunaka air untuk membasuh segala kotoran najis lahriyah, maka
355
Ardani, Al-Qur’an dan Sufisme ..., h. 69
356
Achmad Chodjim, Serat Wedhatama For Our Time ..., h.272-273 (table 1.4)
121
noda dan dosa yang disebabkan karena pengaruh dari dorongan nafsu yang
hati, namun bukan berarti meniadakan peranan kebersihan dan kesucian lahir
artinya sembah kalbu ini harus tetap menjaga akan sembah rasa karena dalam
sembah kalbu ini harus bersih dan suci baik lahir maupun batin. Karena sembah
kalbu bila relevansikan dengan Islam adalah jalan seorang hamba kepada sang
pecipta menurut Imam al-Ghazali yang dikutip oleh Zulkifli dan Jamaludin dalam
Ada tiga langkah jalan menuju Allah Swt, yaitu pensuciyan hati,
konsentrasi dalam dzikir pada Allah Swt dan fana fi ilah. Pensuciyan
hati (tathhir al-Qolbi) merupakan langkah pertama dalam bertareqat,
ini terbagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Mawas diri dan penguasaan serta pengendalian nafsu-nafu
b. Membersihkan diri dari ikatan pengaruh keduniaan.
Segala sesuatu yang tersebut diatas sesungguhnya terhubung dengan
pensuciyan hati yang dalam ajaran tasawuf dipercayai mempunyai
kemampuan rohani menjadi alat serta satu-satunya yang bertujuan
untuk ma’rifat (kepada sembah jiwa dan sembah rasa) kepada Allah
swt.
Dalam pengertian Imam al-Ghazali ini sama seperti sembah kalbu dalam
kepada Allah Swt. Dan apbila membicarakan tentang dasar amalan bertiraqat,
peraktek sembah kalbu yaitu mensucikan hati dengan wirid, dzikir dan tahlil,
357
Ardani, Al-Qur’an dan Sufisme ..., h.70
358
Zulkifli dan Jamaludin, Ahklak Tasawuf: Jalan Lurus Mensucikan Diri, (Yogyakarta:
Kalimedia, 2018), Cet. Ke-1, h.125
122
ً ص
)32( يال ِ َس ِّب ُحوهُ بُ ْك َرةً َوأ ً َّلل ِذ ْك ًرا َك ِث
َ ) َو41( يرا ۟ وا ٱ ْذ ُك ُر
َ وا ٱ ۟ ُيأ َ ُّي َها ٱلذِينَ َءا َمن
supaya berzikikir dengan menyebut nama Allah Swt serta bertasbih menyeru
namanya baik diwaktu pagi dan diwaktu petang. Karena berdzikir adalah
mengingat Allah Swt dengan mengingat Allah senantiasa hati menjadi tenang,
damai dan tentram karena seorang hamba yang berthoriqat itu disebut dengan
salik.
Tasawuf: Jalan Lurus Mensucikan Diri” mengatakan bahwa. 359 perkataan tareqat,
kata jamaknya tara’iq dan turuq berasal dari kata kerja taraqa yutriqu atau tariqa
dalam suatu percakapan dalam suatu ayat. Karena tareqat itu adalah suatu
perbuatan amalah yang dilakukan dengan hati mensucikan hati tidak boleh ada
keragu-raguan, iri hati, dendam,iri, dengki, hasad angkuh dan lain sebagainya.
untuk berjumpa dengan Gusti Allah Swt. Menurut Zulkifli dan Jamaludin dalam
buku yang sama mengatakan bahwa.360 adal hal-hal yang harus dipahami dalam
Pengalaman syari’at.
Menghayati hakekat ibdah.
Tidak mempermudah dalam ibadah.
359
Zulkifli dan Jamaludin, Ahklak Tasawuf ..., h.17
360
Zulkifli dan Jamaludin, Ahklak Tasawuf ..., h.122
123
Dari hal-hal yang diatas adalah sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan hadist,
ini sebagaimana yang jelaskan oleh Asmail Azmi dalam bukunya yang berjudul
Pada masa permulaa Islam hanya terdapat dua macam tharekat yaitu:
a. Tharekat Nabawiyah, yaitu amalan yang berlaku dimasa Rasullah,
dan dilaksanakan secara murni. Tharekat ini juga dinamakan dengan
tharekat Muhammadiyah atau syari’at
b. Tharekat Salafiyah, yaitu cara beramal dan beribah pada masa
Sahabat, Tabi’in dan Tab’i al-Tabi’in, dengan maskud memelihara
dan mengembangkan syari’at Rasullah SAW Tharekat ini dinamakan
juga dengan tharekat Salaf al-Shalih.
Dengan adanya penjelasan diatas maka sembah kalbu ini sama dengan
ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang membedakan hanya
narasinya saja, tetapi isi dan maknanya adalah sama, yaitu mentauhidkan Allah
untuk mendapatkan ridho Allah Swt sebagai sarana untuk menjadi manusia yang
sempurna. Karena sembah raga dengan sembah cipta adalah satu dalam kesatuan
mengandung ilmu lahir batin, bila sembah raga menekankan kepada hal yang
zohir maka sembah cipta lebih kepada hal yang batin, tetapi sembah cipta lebih
361
Asmail Azmy, Ahklak Tasawuf: Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: K-Media, 2018),
Cet, ke- 1, h. 104
124
Swt dengan penuh khidmat dan kesabara yang teguh sebar karena ini adalah ilmu
pegangan hidup. Seperti yang dikatakan oleh Susiyonto dalam dalam Jurnalnya
IV yang berisi tiga pegagan hidup yang harus dimiliki orang jawa.
C. Sembah Jiwa
mengutamakan peran jiwa. Jika sembah raga adalah menyangkut dengan syari’at
kemudian sembah cipta(kalbu) sama seperti tharekat, maka sembah jiwa lebih
luas mendalam dengan menggunakan jiwa atau ar-ruh.363 Sama seperti sembah
raga, sembah cipta, sembah jiwa ini juga tidak boleh lepas dari kedua sembah
yang sebelumnya harus sabar serta istiqomah dalam menjalankannya secara terus-
362
Susiyonto, Konsep Tri Ugering Mangkunegara IV sebagai motivassi pengembangan
kewirausahaan: Presfektif Islam (Jurnal: Al-Fikri, Vol.3, No.1, 2020), h. 79
363
Ardani, Al-Qur’an dan Sufisme ..., h. 84
364
Achmad Chodjim, Serat Wedhatama For Our Tim ..., h. 273-274 (table 1.4)
125
sebelumnya, maka sembah jiwa ini menempati kedudukan yang amat penting,
sembah jiwa disebut pepuntoning laku (pokok tujuan akhir perjalanan suluk)
inilah akhir perjalanan hidup batiniyah, cara bersunyinya tidak seperti sembah
raga denga air wudhu atau mandi, tidak pula seperti sembah cipta dengan
menundukan hawa nafsu, tetapi sembah jiwa ini dengan awas emut (selalu
waspada dan ingat kepada Allah) kepada keadaan alam baka (langgeng), alam
ilahi.
bahwa. 365 “Berbeda dengan sembah raga dan sebah cipta, ditinjau dari segi
perjalanan suluk, sembah ini adalah tingkat akhir perjalanan tersebut, sedangkan
sembah raga adalah tingkatan pertama atau permulaan (wong amagang laku), dan
sembah cipta adalah tingkat lanjutan yang disebut dengan sembah cipta
mengingat Allah baik hati maupun pikirannya karena pelaksaan sembah jiwa
harus siap lahir maupun batin, dengan demikian keseluruhannya itu triloka (alam
semesta) tergulung menjadi ssatu begitu pula jagad besar dan jagad kecil digulung
disatu padukan.366 Karena sembah jiwa ini lebih mentitik beratkan seseorang untuk
hatinya, pikirannya serta selurh anggota badannya hanya untuk mengabdi dan
berzikir kepadanya.
365
Ardani, Al-Qur’an dan Sufisme ..., h.85
366
Ardani, Al-Qur’an danSufisme ..., h. 85
126
Karena dalam sembah jiwa ini memiliki godaan dan rintangan untuk
seorang yang sedang menempuhnya yang disebut suluk tingkat akhir, karena
harus tetap mempertahankan sembah yang sebelumnya yakni sembah raga dan
sembah cipta, karena sembah jiwa ini akan banyaknya kejadian aneh yang
dialaminya serta godaan dunia yang lebih menggiurkan dari sembah yang
sebelumnya.367
Abu Al-Abbas Al-Mursi kemudian kembali dikutip oleh ardani dalam buku yang
“Cara bersunyi dalam sembah jiwa ini ialah dengan mensucikan hati
secara keseluruhan dari segala sesuatu selain Allah Swt. Kuncinya
yang mula-mula ialah dengan menghabsi (memenuhi) segenap sudut
ruang hati dengan mengingat Allah (dzikir) kepada Allah dengan
berakhirnya dengan fana (hancur atau lebur) dari segala keseluruhan
dalam keagungan Allah SSwt.”
Apabila sembah jiwa ini direlavansikan dengan tauhid yakni hakikat maka
adalah dengan berdzikir maka sama seperti dengan hakikat yaitu berdzikir kepada
Allah. Seperti yang dikatakan oleh Badrudin dalam bukunya yang berjudul
“Ilmu hakikat itu pada dasarnya dapat disimpulka dalam tiga jenis
pembahasan pertama, hakikat tasawuf, ini diarahkan untuk
membicarakan usaha-usaha membatasi syahwat dan mengendalikan
367
Menurut penulis sembah jiwa ini sangat jarang sekali tercapai karena belajar esensi
esoterisme yang sebenarnya dari ilmu kerohanian yang akan menyelimuti dirinya bilamana tetap
konsisten dalam menjalankan ke semua sembah tersebut
368
Ardani, Al-Qur’an dan Sufisme ..., h.87
369
Badrudin, Ahklak Tasawuf, (Serang: IAIB Press, 2015), cet ke- 2, h.
127
duniawi dengan segala keindahan dan tipu dayanya. 370 Kedua, hakikat
ma’rifat yaitu mengenal nama-nama Allah dengan sifat-sifat-Nya
dengan sungguh-sungguh dalam perjalanan sehari-hari, serta menjaga
kesucian Ahklak. Ketiga, hakikat al-haq, yaitu puncak hakikat yang
dinamakan hadrat al-wujud.
Apa yang dikatakan oleh Badrudin maka sesusi dengan apa yang diajarkan
redaksi yang berbeda akan tetapi memiliki esnsi dan makna yang sama.
Ilmu hakekat bagian dariilmu batin yang kondisinya adalah terbaik bagi
(muhassabah), mawas dari (muraqobah), cinta (mahabbah), roja, khouf, rindu (al-
syauqu), dan intim (al-Uns), oleh karena itu syari’at (sembah raga) tharekat
(sembah cipta) dan hakekat (sembah jiwa) merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan satu denga yang lainnya merupakan mata rantai dalam
teratur, sabar serta istiqomah demi mengapai menjadi manusia yang sempurna,
karema sembah jiwa (hakekat) ini lebih mengutamakan dzikir kepada Allah dari
pada hal yang lainnya maka dengan dzikir kepada tujuan akhir perjalanan ini,
370
Hakikat merupakan kebenaran sejati sebagai akhir dari perjalanan, sehingga tercapai
musyahadat nur ak-tajalli atau terbukanya nur yang ghaib bagi hati seseorang. Lihat juga Labib
MZ, Memahami Ajaran Tasawuf, h. 128
371
Badrudin, Ahklak Tasawuf ..., h. 102
128
sebagaimana dalam firman Allah Swt dalam surat al-Baqoroh ayat 152 sebagai
berikut:
bersyukur dan menysukuri ni’mat Allah yang telah diberikan kepadanya da jangan
seorang yang berhakikat yaitu senantiasa berdzikir dan selalu mensyukuri ni’mat
Allah yang telah diberikan kepadanya, karena dengan berdzikir itulah cara
seorang yang berhakikat dalam sembah raga ini untuk cara berkomunikasi dengan
Tuhan-Nya.
Demikian pula firman Allah Swt dalam ayat 41-42 surah al-Ahzab yang
berisi perintah kepada orang mukmin untuk berdzikir kepada-Nya firman Allah
sebagai berikut:
ً ص
)42( يال ِ َ س ِبّ ُحوهُ بُ ْك َرة ً َوأ
َ ) َو41( َّلل ِذ ْك ًرا َكثِي ًرا ۟ وا ٱ ْذكُ ُر
َ وا ٱ ۟ ُيأ َيُّ َها ٱلذِينَ َءا َمن
Dari ayat diatas memang sama seperti pada sembah sebelumnya yakni
sembah cipta tetapi yang membedakan disini sembah jiawa lebih berat
129
berdzikirnya dan lebih tekun serta menjauhi sifat-sifat yang mengotori hati agar
jiwa ini (hakikat) harus mengosngkan dirinya dari segala urusan duniawi, lalu
lafadz Allah Allah dengan hati tanpa henti. 373 Dan yang selanjutnya adalah tahap
berikutnya buah dari menjalankan ketiga sembah tersebut yakni sembah raga,
sembah cipta, sembah jiwa dari seluruh penghayatan rohaniyah yang demikian itu,
D. Sembah Rasa
Sembah rasa ini adalah punca buah dari keseluruhan sembah yang sudah
penulis jelaskan dimuka, karena sembah rasa ini bermian dengan rasa, rasa yang
dimaksud dengan hati rasa, karena rasa tidak bisa berbohong karena rasa mutlaq
berasal dari hati oleh sebab itu dinamkan sembah rasa karena bermain dengan hati
rasa. sembah yang terakhir ini adalah sembah yang dihayati dengan merasakan
air (wudhu) kemudian sembah cipta mengandung arti thoriqoh yang bersucinya
dengan perilaku serta budi luhur dengan alat batin atau hati, selanjutnya sembah
jiwa yang mengandung arti hakikat yang cara bersucinya dengan alat batin jiwa
atau ruh, maka berbeda pulalah sembah rasa berarti menyembah tuhan dengan
manggunakan alat batin yaitu inti ruh yang paling halus yang disebut dengan
372
Ardani, Al-Qur’an dan Sufisme ..., h.89
373
Ardani, Al-Qur’an dan Sufisme ..., h. 93
374
Ardani, Al-Qur’an dan Sufisme ..., h.94
130
Fuad. Yang menurut Mangkunegara IV disebut telenging kalbu (lubuk inti hati
yang paling dalam) atau bisa juga disebut wosing jiwangga (inti ruh yang paling
halus).375
raga jiwanya, melainkan juga bermakrifat dengan fuad hati sanubarinya. Karena
pelaksanaan sembah rasa ini tidak lagi memerlukan seorang mursyid (guru)
seperti sembah yang ketiga, tetapi sembah rasa ini harus dilakukan dengan sendiri
375
Ardani, Al-Qur’an dan Sufisme ..., h. 94
376
Achmad Chodjim, Serat Wedhatama For Our Time ...,h. 21 (table 1.1)
131
Sembah rasa adalah sembah yang dilakukan bukan dalam perjalan suluk
tujuan yang ingin dituju yaitu dapat melihat Tuhan-Nya dengan fuad hati rasanya
yang bisa juga disebut mata hati karena ini sudah mengarah kepada esoteris ilmu
tasawuf yaitu sama dengan ma’rifatullah (bermakrifat kepada Allah) yaitu dengan
esoterisme.
yang diawali dengan pensucian jiwa dan dzikir kepad Allah secara terus menerus-
menerus sehingga pada ahkirnya akan mampu melihat Tuhan dengan fuad (hati)
esensi cinta yang paling hakiki adalah seseorang muslim yang dapat menggapai
Karena berma’rifat adalah ilmu para Nabi dan rasul yang dimana hatinya
selalu menyebut nama Allah maka dengan dengan begitu segala perbuatannya
yang baik-baik semata-mata karena Allah dengan itulah Allah mengisi hatinya
dengan Nur-Allah, karena para Nabi dan Rasul memperoleh Nur didalam hatinya
377
Acdmad Chodjim, Serat Wedhatama For Our Time ...,h. 275 (table 1.3)
378
Murni, Konsep Ma’rifatullah Menurut Al-Ghzali: Suatu kajian Tentang Imlementasi
Nilai-Nilai Ahklak al-Karimah (Jurnal: of islamic Studies, Vol, 2, No. 1 juni 2014), h. 138
132
serta pengetahuan tanpa belajat dan membaca, tetapi dengan zuhud dialam
semesta serta membebaskan diri dari cinta keduniawian serta mengosngkan hati
dari perbuatan dan sifat keji seraya menghadap secara utuh kepada Allah.
ور ِّمن ربِّ ِهۦ ۚ فَ َو ْي ٌل ِلّ ْل َٰقَ ِسيَ ِة قُلُوبُ ُهم ِّمن ِذ ْك ِر َٰ ْ أَفَمن شَر َح ٱَّللُ صدْرهۥُ ِل
ٍ ُْل ْسلَ ِم فَ ُه َو َعلَ َٰى ن
ِ َ َ َٓ َ
ين َ َٰ َ ٱَّللِ ۚ أ ُ ۟و َٰلَئِكَ فِى
ٍ ِضل ٍل ُّمب
Artinya: “Maka apakah orang-orang yang dibukakan pintu hatinya oleh Allah
untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Tuhan-
Nya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka celaklah
mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu
dalam kesesatan yang nyata.”
Dari firman Allah diatas menurut definsi penulis disana Allah firmankan
adalah untuk senantiasa mengingat Allah dengan dzikir maka dengan dzikir itu
allah ancarkan Nur kedalam hati. Akan tetapi Allah firmankan pula maka
celakalah bagi seseorang yang tak mengingatnya mak hati laksana mengeras
layaknya batu. Inilah esesni dari ma’rifat yaitu hatinya dipenuhi dengan asma
Allah dengan demikian ajatan ma’rifat sangat dimungkinkan terjadi dalam sudut
pandang Islam.
kedudukan yang sama serta ajaran yang sama yaitu mengajarkan manusia agar
dapat melihat Tuhan-Nya dengan rasa mata hatinya dalam hal inilah ma’rifat
Sedangkan ma’rifat berasal dari kata Arafa yang berarti mengetahui atau
mengenal sesuatu. Dan apabila dikorelasikan dengan ilmu tasawuf kesufi-an maka
133
istilah ma’rifat disini mengenal arti mengenal Allah. Maka dalam ilmu ma’rifat
ada yang dimaksud dengan wahdatul wujud ialah adalah ungkapan yang terdiri
dari dua kata, yaitu wahdat dan al-Wujud. Wahdat artinya adalah penyatuan, satu
Seorang hamba perlu menjalani syari’at lahiriah dengan alat raga dan
menjalani penghayatan batiniya: dengan menjalani ahklak terpuji dan
menjauhi ahklak tercela dengan mengutamakan peran alat qalbu dan
menalani maqomat guna meriah kesucian hati menurut tharekat
tertentu: dengan dzikir yang mendalam guna meriah mahabbah Allah
dengan jiwa (Ruh) hingga mencapai tingkat hakikat: dan akhirnya
menjalani penghayatan batiniah yang paling dalam dan paling halus
dengan alat rasa (Sirr) hingga mencapai musyahadah (menyaksikan)
Allah dengan mata hati pada tingkat ma’rifat.
Dari situlah seorang hamba yang menjalani dengan tekun kesabaran akan
mendapatkan buah dari apa yang dijalaninya karena pepatah mengatakan “usaha
itu tak mengkhinatai hasil” dari situ Allah juga melihat hambanya yang
bersungguh-sungguh maka hamba itu pula dizinkan untuk melihat Allah dengan
mata hatinya
dilalui dengan rangkaian yang sangat panjang yang pastinya akan mendapat
379
Badrudin, Ahklak Tasawuf ...,h. 159
380
Ardani, Al-Qur’an dan Sufisme ..., h.125-126
134
hambatan dan cobaan. Lebih dari, itu seorang harus siap lahir batin ketika ia
berarti kita anti akan dunia, tetapi kita sudah tidak mengharapkan apa-apa di dunia
dan hanya menjalaninya sebagai lakon layaknya wayang yang sedang dijalankan
oleh dalang (Allah). Tetapi seseorang yang sudah masuk tahap ini ia bisa
Serat Wedhatama ini sungguh bukanlah ilmu teori malainkan bentuk praktek laku
yang harus dijalani oleh semua orang muslim sepanjang hidupnya didunia. Oleh
karena itulah, Serat Wedhatama adalah jalan menuju kepada kematian, dengan
kembali kepada Dzat yang maha suci sesuai dengan Innanilahi Wa Innalilahi
Roji’un.
Karena bukankah kita ketika lahir dalam keaadaan suci oleh sebab itu
maka kita matipun harus dalam keadaan suci, karena sesungguhnya kematian itu
pasti dan nyata. Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Jum’ah ayat ke 8
sebagai berikut:
ِ قُ ْل إِن ٱ ْل َم ْوتَ ٱلذِى تَ ِف ُّرونَ ِم ْنهُ فَإِنهۥُ ُم َٰلَ ِقي ُك ْم ۖ ثُم ت ُ َردُّونَ إِلَ َٰى َٰ َع ِل ِم ٱ ْلغَ ْي
ِب َوٱلش َٰ َهدَة
فَيُنَ ِبّئ ُ ُكم ِب َما ُكنت ُ ْم
َتَ ْع َملُون
Artinya: “sesungguhnya kematian yang lari dari padanya, sesunggunya kematian
itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada
135
allah, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjaan”
Penutup
5.1 Kesimpulan
yang telah penulis lalukan, penulis akhirnya menemukan akan adanya Nilai-Nilai
Ajaran Sembah Catur Dalam Kitab Serat Wedhatam, berikut ini adadlah beberapa
dijelaskan secara selektif tentang bagaimana ahkal dan berbudi luhur serta
menjadi manusia yang tahu akan dirinya agar dapat mengetahui siapa
dilahirkan pada 1 Sapar Jimakir 1736 Jawa, atau 1809 dalam penanggalan
136
137
masehi.
sembah cipta, sembah jiwa dan sembah rasa yang harus dijalani oleh setiap
orang muslim yang eling akan esensi ketuhanan serta memahami proses
5.2 Saran
5.2.1 Bagi pembaca pada umumya, penelitian skripsi ini dapat menambah
tokoh besar yang sebagai Raja dan Pujangga yang dimilki oleh Indonesia.
138
Dengan itu pula kita bisa mencontoh segala perjuangan dan kebaikan
5.2.2 Bagi pendidik, penulisan skripsi ini dapat menambah referensi akan proses
didalam kelas tetapi juga bisa dilingkungan dan tempat apapun itu,
kepada setiap aspek kehidupan dan tentu saja harus diamalkan dan dijalani
5.2.3 Bagi penulis selanjutnya, penulisan ini masih banyak sekali kekurangan-
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, Lulu Heri. “Rububiyah dan Uluhiyyah sebagai konsep Tauhid: Tinjauan
Tafsir, Hadist dan Bahasa”. Institut Agama Islam Nurul Hakim, Tafsiyah
: Jurnal Pendidikan Islam, vol. 2, No. 1, Februari (2018)
Alif Muhammad Alif. “tauhid dalam Tasawuf: antara Ittihat dan Ittisal” Aqlania,
vol, 08. No. 02. (juli-desember 2017)
Et.all, Unang Setiana. Dampak Pemikiran tauhid Muhammad bin Abdul Wahab
dan Abdul Hasan Al-Asy’ari Terhadap Dakwah Kontemporer.(Komunica:
Jurnal of Communication Sciene and Islamic Da’wah, Vol. 2, 146-162,
2018)
Harahap, Musyhafa Husein. Risalah Tauhid :Ahli Sunnah wal Jam’ah, (Bekasi
Barat: Maheda Utama Jaya, 2012)
Harun Yusuf penerjemah Kitab Tauhid Muhammad bin Abdul Wahab Islamic
Propagation Office in Rabwah, Islamhause (2007)
Hermawan Deni dan Irawan. Pendidikan nilai: Nilai di Balik Pesan Kritis
Spritualitas Islam. (Serang: Yayasan dan Pendidikan Sosial Indonesia
Maju, 2020)
Jatmiko Adityo. Tafsir Ajaran: Serat Wedhatama.(Yogyakarta: Pura Pustaka,
2012)
Kamal, Muhamad Ali Musthofa. “Internalisasi Nilai Jawa dan Islam Dalam
Berbagai Aspel Kehidupan” (Jurnal : Kalam Studi Agama dan Pemikiran
Islam), Vol. 10 No. 1, Juni 2016
141
Kholis Nur. Ilmu Makrifat Jawa Sangkan Paraning Dumadi: Eksplorasi Sufistik
Konsep Mengenal Diri Dari Dalam Pustaka Islam kejawen Kunci Swarga
Miftahul Djanti. (Jakarta: CV.Nata Karya, 2018).
Suwando Tirto dkk. Nilai-Nilai Budaya Susastra Jawa. (Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa Dapertemen Pendidikan dan kebudayaan,
1994)
Tim Ahli Ilmu Tauhid, Kitab Tauhid :At-Tauhid Li ash-Shaff ats-Tsani al-‘Ali,
penerjamah Agus Hasan Bashori., (Jakarta : Daarul Haq 2019).
Zakiyah, Qiqi Yuliati dan Rusdiana A. Pendidikan Nilai : Kajian Teori dan
Praktik di Sekolah (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2014)