Anda di halaman 1dari 26

1

KOMPETENSI GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH


BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) PADA
TINGKAT SMA(TINJAUAN PUSTAKA)

PROPOSAL

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri


Imam Bonjol Padang Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Gelajar
Sarajana Pendidiikan

Oleh :

REZY RAHMI

1614090013

JURUSAN TADRIS IPS KONSENTRASI SEJARAH (A)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

2020

1
2

OUTLINE

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Batasan Masalah

D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penelitian

F. Penjelasan Judul

G. Sistematis Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kompetensi Guru

1. Pengertian Kompetensi

2. Macam-macam Kompetensi

B. Guru

1. Pengertian Guru

C. Pembelajaran Sejarah

1. Pengertian Pembelajaran Sejarah

2. Metode Pembelajaran Sejarah

D. Hingher Order Thinking Skill (HOTS)

1. Konsep Berfikir Tingkat Tinggi

2. Karakteristik Hinger Order Thinking Skill (HOTS)

BAB III METODE PENELITIAN

2
3

A. Jenis Penelitian

B. Sumber Data

C. Teknik Pengumpulan Data

D. Teknik Analisis Data

3
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan pilar utama dalam upaya memajukan dan membangun

suatu bangsa. Taraf kehidupan bagsa dapat meningkat apabila suatu bangsa

tersebut sagat menjamin mutu dan kualitas pendidikan bagi masyarakat. Oleh

karena itu sumber daya manusia yang terlatih dan memperoleh pendidikan yang

layak akan mampu berkontribusi untuk kemajuan bangsa. Pelaksanaan pendidikan

yang optimal berperan penting membentuk karakter generasi penerus bangsa yang

handal. Usaha memajukan bangsa dimaksudkan agar generasi penerus di masa

depan agar memiliki keunggulan dan keahlian untuk bersaing di era global. 1

Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan generasi

penerus bangsa. Melalui pendidikan suatu bangsa akan menjadi berkarakter dan

memiliki daya saing yang kuat dari bangsa-bangsa yang lainnya. Pendidikan juga

akan membentuk bagaimana para penerus bangsa di masa depan akan bertindak.

Pendidikan merupakan tombak yang sangat penting untuk mempersiapkan

Sumber Daya Manusia yang handal, sedangkan guru merupakan ujung tombak

dari pendidikan tersebut.

Proses pembelajaran dan pengajaran yang sering membuat para kita kecewa,

apalagi dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi ajar. Walaupu

1
Hatta Saputra, Pengembangan Mutu Pendidikan Dalam Era Global, (Bndung: CV, Smile’s
Indonesia Institute), 2016. h, 89

4
5

demikian, kita meyadari bahwa ada siswa mampu memiliki tingkat hafalan yang

baik terhadap materi yang diterimanya, namun kenyataan mereka sering kurang

memahami dan mengerti secara mendalam pengetahuan yang bersifat hafalan

tersebut. Pemahaman yang dimaksud ini adalah pemahaman siswa terhadap dasar

kualitatif di mana fakta-fakta saling berkaitan dengan kemampuannya untuk

menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi baru. Sebagian besar siswa

kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan

bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan atau diaplikasikan pada

situasi baru. 2

Pada implementasi kurikulum 2013, guru diharapkan dapat menerapkan

kegiatan pembelajaran berbasis HOTS (higher order thinking skills)atau

keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher

order thinking skills) mencakup kemampuan kritis, logis, reflektif, metakognitif,

dan kreatif.

Higher order thinking skills (HOTS) merupakan proses berfikir yang tidak

sekedar menghafal dan menyampaikan kembali informasi yang diketahui.

Kemampuan tingkat tinggi merupakan kemampuan menghubungkan,

memanipulasi, dan mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah

dimiliki untuk berfikir secara kritis, dan kreatif dalam upaya menentukan dan

memutuskan masalah dalam situasi baru. 3

2
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovasi Progresif, (Jakarta: Kencana ,2009), h.7

3
Hanafiah, dkk., Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 62

5
6

Berdasarkan latar belakang masalah diatas tersebut, penulis merasa tertarik

untuk melakukan penelitan dengan judul ‘’Kompetensi Guru Dalam Proses

Pembelajaran Sejarah Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) di

Tingkat SMA (Tijauan Pustaka)’’

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam

penelitian ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana kompetensi guru dalam proses pembelajaran sejarah berbasis

higher order thinking skills (HOTS).

C. BATASAN MASALAH

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka perlu di lakukan batasan terhadap

masalah yang menjadi ruang lingkup dalam penelitan ini. Adapun batasan

masalah dalam penelitian ini difokuskan pada, kompetensi guru dalam proses

pembelajaran sejarah berbasis higher order thinking skills (HOTS) di tingkat

SMA.

D. TUJUAN PENELITAN

6
7

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui dan mendapatkan informasi tentang bagaiman kompetensi guru dalam

proses pembelajaran sejarah berbasis hinger order thinking skills (HOT) di tingkat

SMA.

E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi teoritis maupun

praktis.

1. Manfaat teoritis

a. Dapat dijadikan sumber informasi ilmiah megenai kompetensi guru

dalam proses pembelajaran sejarah berbasis HOTS.

b. Dapat memberikan referensi sebagai pertimbangan dan peningkatan

untuk penelitan selanyutnya terkait dengan proses pembelajaran sejarah

berbasis HOTS.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

Sebagai sarana untuk mengembangkan daya pikir dan penerapan ilmu

yang didapat, sebagai srana pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan di

bidang penelitian dibidang kependidikan dan menambah pengetahuan tentang

proses pembelajaran sejarah berbasis HOTS untuk meningkatkan

keterampilan berfikir tingkat tinggi.

b. Bagi guru

7
8

Dapat dijadikan guru sebagai acuan dalam mengembangkan proses

pembelajaran berbasis HOTS untuk meningkatkan keterampilan berfikir

tingkat tinggi (khususnya dalam pembelajaran sejarah).

c. Bagi pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pemerintah

sebagai informasi dan dijadikan sebagai bahan pertimabangan bagi para

pengambil kebajikan di bidang pendidikan terkait dengan proses

pembelajaran sejarah berbasis HOTS untuk meningkatkan keterampilan

berfikir tingkat tinggi.

F. PENJELASAN JUDUL

Untuk mempermudah para pembaca memehami makna yang terkandung

dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan pengertian judul tersebut sebagai

berikut:

1. Kompetensi Guru

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara menyeluruh membentuk

kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman

terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi, dan

profesionalisme

2. Seajarah

Sejarah merupakan salah satu mata pelajran sosial di lembaga pendidikan

yang mempelajari peristiwa dan kejadian masa lalu umat manusia.

8
9

3. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa

yang saling bertukar informasi.

4. Hinger order thinking skills (HOT)

Higher order thinking skills (HOTS) merupakan proses berfikir yang tidak

sekedar menghafal dan menyampaikan kembali informasi yang diketahui.

Kemampuan tingkat tinggi merupakan kemampuan menghubungkan,

memanipulasi, dan mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah

dimiliki untuk berfikir secara kritis, dan kreatif dalam upaya menentukan dan

memutuskan masalah dalam situasi baru.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan dan

batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penjelasan judu,

dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan teori, berisi tentang kajian teori tentang kompetensi guru

dalam proses pembelajran sejarah berbasis Higher order thinking

skills (HOTS).

BAB III : Metode penelitan, berisi tentang kajian teori tentang tinjauan

kompetensi guru dalam proses pembelajaran sejarah berbasis

Higher order thinking skills (HOTS).

9
10

BAB IV : Hasil penelitian yang berisi tentang, kompetensi guru dalam proses

pembelajaran sejarah berbasis higher order thinking skills (HOTS).

BAB V : Penutup, yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

10
11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kompetensi Guru

1. Pengertian kompetensi

Dalam UU No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat (10)

dinyatakan tegas bahwa “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh

guru atau dosen dalam melaksanakan tugas dan keprofesionalan”. wujud

profesional atau tidak tenaga pendidik diwujudkan dengan sertifikat pendidik.

Dalam pasal 1 ayat (12) ditegaskan “sertifiikat pendidik adalah bukti formal

sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga

profesional”.

Pengertian ini mengandung makna bahwa kompetensi itu dapat

digunakan dalam dua konteks, yaitu sebagai indikator kemampuan yang

menujukan kepada perbuatan yang diamati, dan sebagai konsep yang

mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan perbuatan serta tahapan-tahapan

secara utuh.4

Kompetensi guru merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru mulai

dari tingkat pra sekolah, tingkat dasar, dan tingkat menegah dapat

4
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum tingakat satuan pendidikan dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru, h.40

11
12

dikategorikan pada dua kategori; kompetensi umum dan kompetensi khusus.

Kompetensi umum adalah kemampuan dan keahlian yang harus dimiliki oleh

setiap guru pada setiap jenjang pendidikan. Sedangkan kompetensi khusus

adalah kemampuan dan keahlian yang harus dimiliki secara khusus oleh

tanaga pendidik tertentu sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan yang

ditekuni.

2. Macam-Macam Kompetensi Guru

a) Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan keterampilan atau kemapuan

yang harus dikuasi oleh seorang guru dalam melihat karakteristik siswa

dari berbagai aspek kehidupan,baik itu moral, emosional, maupun

intelektualnya. Implikasi dari kemampuan ini tentunya dapat terlihat dari

kemampuan guru dalam menguasai prinsip-prinsip belajar, melalui dari

teori belajar hingga penguasaan bahan ajar.

b) Kompetensi sosial

Kompetensi sosial sebagai kemampuan guru untuk berkomunikasi

dan bergaul secara efektif dengan peserta didik dengan peserta didik,

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik,

dan masyarakat sekitar.5

c) Kompetensi kepribadian

5
Kunandar, Op. Cit , h. 77

12
13

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang

mencermnkan kepribadian yang mantap, stabil, berwibawa, dewasa, arif,

menjadi teladan bagi peserta didik, serta memiliki akhlak yang mulia.

Jadi seorang guru diharuskan memiliki kepribadian matang dan

profesional sehingga siswa mencontoh apa yang ada pada diri seorang

guru.

d) Kompetensi profesianal

Kompetensi profesional merupakan kemampuan, keahlian, kecakpan,

dasar pendidik yang harus disesuaikan dalam melaksanakan tugasnya

sebagai guru. Ia akan disebut profesional jika ia mampu menguasai

keterampilan teoritik dan paraktik proses pembelajaran serta

mengaplikasikannya secara nyata. Oemar Hamalik menjelaskan bahwa,

masalah kompetensi propesional guru merupakan salah satu kompetensi

yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan.6

B. GURU

1. Pengertian guru

Guru menurut UU No.14 tahun 2005, guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menelia, dan mengevaluasi peserta didikk pada pendidikan anak usia

dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menegah.

6
Syahruddin Usman, Menjadi Guru Profesional Satuan Tantangan (cet I; Makassar: 2011), h. 37

13
14

Guru adalah sebagai pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan

identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru

harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung

jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. 7

Menurut peneliti guru adalah seseorang yang berprofesi sebagai seorang

pengajar yang didapat melalui jenjang pendidikan keguruan.

Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian

khusus. Sebagai sutu profesi, maka harus memenuhi kriteria profesiona. 8

C. PEMBELAJARAN SEJARAH

1. Pengertian pembelajaran sejarah

Pada dasarnya sejarah adalah suatu kebutuhan sosial yang fundemental,

di mana sejarah berfungsi sebagai memori sosial bagi masyarakat yaitu

dengan menyampaikan pengalaman-pengalaman masa lampau untuk menjadi

pertimbangan dalam menghadapai masalah-masalah masa kini dan masa yang

akan datang. Melalui sejarah manusia akan menemukan kesadaran indentitas

dirinya terutama dalam kehidupan kelompok sebagai suatu masyarakat atau

bangsa. Sejarah juga mempunyai arti penting dalam memperluas cakrawala

berfikir anggota masyarakat.

7
Mulyasa, Op.cit, h. 37
8
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (cet I: Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2002). h.

14
15

Sedangkan pembelajaran sejarah adalah upaya mengorganisasikan

lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.

Pembelajaran ini menitik beratkan pada semua peserta didik, memiliki

berbagai potensi yng siap untuk berkembang seperti minat, intlegesi dan

emosi, peserta didik dapat melakukan berbagai aktifitas dan berinteraksi

dengan lingkungan.9

Untuk itu pembelajaran sejarah hendaknya diselenggarakan sebagai suatu

avontuur bersama dari pengajaran yang diajarkan. Dalam konsep ini, maka

bukan hafalan fakta, melainkan riset bersama antara pengajar dan peserta

didik menjadi model utama. Pembelajran sejarah yang diimplementasikan

secara baik, tidak saja dapat mengembangkan kemampuan ranah kognitif

pada peserta didik, melainkan juga mengembangkan potensi dan menguasi

ranah afektif, bahkan ranah psikomotor dan konatif yaitu ketersediaan

bertindak sesuai dengan kemampuan ranah yang lain. 10

Istialah pemeblajaran berhubungan erat denagn penegertian belajar dan

mengajar. Belajar, mengajar, dan pembelajaran terjadi bersam-sama. Belajar

dapat terjadi tampa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran

formal lainnya.11

9
Omar Hamalik, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algeindo, 1989), h. 61
10
Aman, Model Evaluasi Pembelajran Seajrah, (Yogyalarta: Ombak,2011), h. 97

11
Ni Nyoman Parwati dkk, Belajar dan Pembelajaran,(Depok: PT Rajagrafindo Persada,
2018), h. 107

15
16

2. Metode pembelajran sejarah

Pembelajaran sejarah sebenarnya tida sekedar menyampaikan fakta dan

mengafal materi ajar sejarah, tetapi bagaimana proses pembelajran itu

dilangsungakan agar dapat menangkap dan menanamkan nilai serta

mentransformasikan pesan di balik ralitas sejarah itu kepada peserta didik.

Proses pembelajaran sejarah diharpkan dapat membantu pemantangan

kepribadian dan menumbuhkan kesadaran sejarah bagi peserta didik sehingga

mampu merespon dan berdaptasi denagn perkembangan sosio kebangsaan

yang meliputi dan semakin kompleks.

Adapun beberapa metode utama yang dikembangkan oleh guru dalam

mencapai tujuan-tujuan pemeblajaran adalah sebagai berikut:12

Pertama, metode reseptif. Metode ini terutama berkaitan dengan

tujuan-tujuan dalam lingkungan dominan kognitif yang alam hubungan

sejarah berarti mengetahui fakta-fakta sejarah yang berupa aktivitas manusia

di waktu yang lampau tertutama yang memiliki makna penting bagi

perkemabangan masyarakat dan perjalanan sejarah.

D. HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)

1. Kondep berfikir tingkat tinggi

Keterampilan berfikir tingkat tinggi yang dalam bahasa umum dikenal

sebagai Higher Order Thinking Skill (HOTS) dipicu oleh emapt kondisi: 13

12
Aman,op,cit, h. 102

16
17

a) Sebuah situasi belajar tertentu yang memerlukan strategi pembelajaran

yang spesifik dan tidak dapat digunakan di situasi belajar lainnya.

b) Kecerdasan yang tidak lagi dipandang sebagai kemampuan yang tidak

dapat diubah, melainkan kesatuan pengetahuan yang dipengarugi dalam

belajar.

c) Pemahaman pandangan yang telah bergeser dari unidimensi, linier,

hirarki atau spriral menuju pemahaman pandangan ke multidimensi dan

interaktif.

d) Keterampilan berfikir tingkat tinggi yang lebih spesifik seperti penalaran,

kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan keterampilan berfikir

keritis dan kreatif.

Hingher Order Thinking Skill (HOTS) dalam bahasa indonesia berarti

keterampilan berfikir tingkat tinggi. Menurut petres, ketika seseorang sedang

menerapkan HOTS, ia perlu memeriksakan asumsi dan nilai-nilai,


14
mengevaluasi fakta dan menilai kesempulan. pendapat senada juga

diungkapkan oleh lewis dan smith, keterampilan berfikir tingkat tinggi akan

terjadi jika seseorang memilik informasi yang disimpan dalam ingatan dan

memperoleh informasi baru lalu mengubungan dan mengembangkan

13
Yoki Ariyana dkk, Buku Pembelajran Berorientasi Pada Keterampilan Berfikir Tingkat
Tinggi,(Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2018),h. 5

14
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Berbasis HOTS, (Tangerang: Tri Smart, 2019), h. 3

17
18

informasi tersebut untuk mencapai tujuan atau memperoleh solusi ketika

dalam situasi yang rumit.15

Pada dunia pendidikan, Corebina mengemungkakan bahwa keterampilan

berpikir tingkat tinggi dapat diketahui dari kemampuan kognitif siswa pada

tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi. 16 pendapat ini tidak jauh berbeda juga

dikatakan oleh Tomei bahwa HOTS sebenarnya mencakup transformasi

informasi dan ide-ide. Transformasi ini terjadi jika siswa mampu

menganalisis, mensintesa (menggabungkan fakta dan ide), menggeneralisasi

kemudian menjelaskannya dan yang terakhir dapat membuat kesimpulan atau

menginterpertasikan informasi tersebut.17

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa HOTS atau

keterampilan berfikir tingkat tinggi merupakan proses berfikir secara lebih

matang untuk menghadapi tentangan baru yang lebih runit lalu menjawab

tentangan tersebut. Keterampilan berfikir tingkat tinggi sama artinya jika

seseorang mampu berfikir pada tingkat lebih tinggi bukan hanya menghafal

dan mengulang informasi yang sama lalu menyampaikan informasi tersebut

pada orang lain sama persis dengan informasi pertam.

15
Ibid., h. 2

16
Bela Wicasari & Zeni Ernaningsih, Analisis Kemampuan Berfikir Siswa dalam
Menyelesaikan Permasalahan Matematika yang Berorientasi pada HOTS, Jurnal Prosiding
Seminar Nasional Reforming Pedagogy,(Universitas Senata Dharma, 2016), h. 250

17
Ridwan Abdullah Sani, op. cit., h.2

18
19

Secara lebih lanjut, Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa ada 8 aspek

yang berasosiasi dengan berfikir tingkat tinggi, yaitu:18

a. Tidak ada seorang pun yang dapat berfikir sempurna atau tidak dapat

berfikir sepanjang waktu.

b. Mengingat sesuatu tidak sama dengan berfikir persis tentang sesuatu

tersebut.

c. Mengingat sesuatu dapat dilakukan tanpa memahaminya.

d. Berfikir dapat diwujudkan dalam kata dan gambar.

e. Terdapat tiga tipe intelegensi dan berpikir yaitu analitis, kreatif, dan

praktis.

f. Ketiga intelegensi dan cara berpikir tersebut berguna dalam kehidupan

sehari-hari.

g. Keterampilan berpikir dapat ditingikatkan dengan memahami proses

yang telibat dalam berpikir.

h. Metakognisi adalah bagian berpikir tingkat tinggi.

2. Karakteristik Higher Order Thinking Skill (HOTS)

a. Berfikir kritis dan kreatif

18
Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan,(Jakarta:Bumi Aksara, 2014), h. 122

19
20

Secara teknis, kemampuan berfikir menurut Bloom diartikan sebagai

kemampuan intelektual, yaitu kemampuan menganalisis, mensitesis, dan

mengevaluasi. Dalam bahasa lain kemampuan-kemampuan ini dapat

dikatakan sebagian kemampuan berpikir kritis. 19

Kreativitas adalah kemampuan merancang untuk mentimulasikan

imajinasi berdasarkan data dan informasi yang tersedia, untuk memberikan

gagasan-gasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban

terhadap suatu masalah, yang menekankan pada segi kuantitas,

ketergantungan, dan keragaman jawaban, menerapkannya pemecahan

masalah.20

Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang harus dimiliki

siswa dalam belajar. Berfikir kreatif dapat mendorong siswa untuk

menyebutkan banyak ide dan contoh-contoh serta solusi penyelesakan yang

berhubungan dengan kehidupannya. Hal ini dikarenakan berpikir kreatif

merupakan tahapan berekplorasi dan elemen penting dalam memecahkan

masalah.21

19
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual,(Bandung: Refika Aditama,2011), h. 266

20
Beni S. Ambaraja, Mdel-Model Pembelajaran Kreatif,(Bogor: Tim Kreatif Regina, 2009),
h. 85

21
Elsa Bunga, et al, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Group
Investigation Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Materi Sistem
Pencernaan Makanan Di SMA N 1 Muara Batu Aceh Utara, Jurnal Pendidikan, Vol. 5 No 4, 2016.,
h.67

20
21

21
22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yang bersifat studi

pustaka yang menggunakan buku-buku dan literatur-litaratul lain sebagai objek

yang utama. 22 menurut Bogdam dan Taylor, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy

J. Meleong, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati.23

Sementara itu, penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang

ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang

ada, baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia.24

Dengan penelitian kualitatif, perlu dilakukan analisis deskriptif. Metode

analisis deskriptif memberikan gambaran dan keterangan yang secara jelas,

objektif, sistematis, analitis dan kritis mengenai kompetensi guru dalam proses

pembelajaran sejarah berbasis HOTS pada tingkat SMA. Pendekatan kualitatif

22
Sudarwan Danim,Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi, Persentasi, dan
Publikasi Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa dan Penelitian Bidang Ilmu Sosial, Pendidikan, dan
Humaniora,(Bandung: Remaja Rodsdakarya,2002), h. 51

23
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitan Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2000), h. 3
24
Ibid, h. 17

22
23

yang didasarkan pada langkah awal yang ditempuh dengan mengumpulkan

data-data yang dibutuhkan, kemudian dilakukan klasifikasi dan deskripsi.

B. SUMBER DATA

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data

dapat diperoleh. Apabila menggunakan wawancara dalam mengumpulkan datanya

maka sumber datanya disebut deng informan, yaitu orang yang merespon atu

menjawab pertanyaan-pertanyaan baik secara tertulis atupun lisan. Apabila

menggunakan observasi maka sumber datanya adalah berupa benda, gerak, atau

proses sesuatu. Apabila menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau

catatanlah yang menjadi sumber datanya. 25

Dalam penelitan ini sumber data prmer berupa kata-kata di peroleh dari

buku-buku atau pun jurnal yang telah ditentukan yang meliputi dalam berbagai

hal yang berkaitan dengan kompetensi guru dalam proses pembelajaran sejarah

berbasis HOTS di tingkat SMA. Sedangkan data sekunder adalah data yang

diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari

sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder berupa buku, jurnal, enisklopedia,

majalah, makalah, artikel dan lain-lain yang relevan dengan permasalahan

mengenai kompetensi guru dalam proses pembelajara sejarah berbasis HOTS

pada tingkat SMA.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:PT Rineka
Cipta, 2002), h.107

23
24

Dalam penelitian kepustakaan, metoe yang digunakan untuk mengumpulkan

data penelitian berupa data-data kepustakaam yang telah dipilih, dicari, disajikan,

dan dianalisis. Sumber data penelitian ini mencari data-data kepustakaan yang

substansinya membutuhkan tindakan pengolahan secara filosofis dan teoritis.

Studi pustaka di sini adalah studi pustaka tanpa disertai uji empirik. Data yang

disajikan adalah data yang berbentuk kata yang memerlukan pengolahan supaya

ringkas dan sistematis. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah dengan mengumpulkan buku-buku ataupun jurnal-jurnal tentang

kompetensi guru dalam proses pembelajaran sejarah berbasis HOTS. Kemudian

dipilih, disajikan dan dianalisis serta diolah supaya ringkas dan sistematis

D. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis adalah serangkaian upaya sederhana tentang bagaimana data

penelitian pada gilirannya dikembangkan dan diolah kedalam kerangka kerja

sederhana. Data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk mendapatkan

informasi, namun terlebih dahulu data tersebut diseleksi atas dasar reliabilitasnya.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik annalisis data berupa analisis isi.

Analisis isi merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu data.

24
25

DAFTAR PUSTAKA

Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajran Seajrah, Yogyalarta: Ombak.

Ambaraya.S. Beni. 2009. Mdel-Model Pembelajaran Kreatif, Bogor: Tim


Kreatif Regina.

Ariyana. Yoki. 2018. Buku Pembelajran Berorientasi Pada Keterampilan Berfikir


Tingkat Tinggi, Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto Suharsimi. 200., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,


Jakarta:PT Rineka Cipta

Arikunto. Suharsimi. 2014. Evaluasi Program Pendidikan,Jakarta:Bumi Aksara.

Danim. Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi,


Persentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa dan
Penelitian Bidang Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora,
Bandung: RemajaRodsdakarya.

Ernaningsih.Zeni & Wicasari. Bela.2016.Analisis Kemampuan Berfikir Siswa


dalam Menyelesaikan Permasalahan Matematika yang
Berorientasi pada HOTS, Jurnal Prosiding Seminar
Nasional Reforming Pedagogy,Universitas Senata Dharma.

Hanafiah, 2010 , Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: Refika Aditama.

Hamalik, Omar, 1989, Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algeindo.

Jurnal Pendidikan, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Group


Investigation Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir
Kreatif Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan Di SMA N 1
Muara Batu Aceh Utara oleh Elsa Bunga, et al, , Vol. 5 No 4, 2016

25
26

Kunandar,2008, Guru Profesional Implementasi Kurikulum tingkat satuan


pendidikan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja
Grafondo Persada.

Komalasari, Kokom ,2011, Pembelajaran Kontekstual,Bandung: Refika Aditama.

Mulyasa, 2005, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Moleong,J,Lexy,2000, Metodologi Penelitan Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Parwati, Ni, Nyoman , 2018, Belajar dan Pembelajaran,Depok: PT Rajagrafindo


Persada.

Sani,Abdullah,Ridwan,2019 ,Pembelajaran Berbasis HOTS, Tangerang: Tri


Smart.

Saputra,Hatta,Pengembangan Mutu Pendidikan Dalam Era Global,Bndung: CV,


Smile’s Indonesia Institute.

Trianto,2009, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta:


Kencana.

Usman Syahruddin,2011, Menjadi Guru Profesional, Cet I; Makassar.

26

Anda mungkin juga menyukai