Anda di halaman 1dari 4

Berdinamika Bersama

Perjalanan menuju tempat retret

Perjalanan kami bersepuluh dari Novisiat bruder mtb dengan menggunakan mini bis, kami junga
mampir ke papringan untuk menjemput fater Ricarad berhubungan beliau adalah orang yang akan
menjadi pemandu retret kami nanti. Perjalanan berangkat kami serasa menegangkan dan panjang,
karena ada beberapa saudara yang mabuk perjalanan ditambah ternyata fater juga ikutan mabuk. Ada
beberapa kali kami harus berhenti di spbu untuk mencari toilet umum. Ada hal yang menarik saat
berangkat karena sebelumnya biasa-biasa aja.

Saat dipenjalanan serasa perut saya lapar dank arena saya teringat dalam tas saya membawa buah
pir jadi saya makan. Ketika lagi makan buah pir dan martabak tiba-tiba saudara Santo muntah, untung
saya bukan orang yang jijik dan mudah terbawa suasana kalau tidak bisa-bisa saya juga ikutan muntah.
Mobil yang kami tumpangi pun kian lama kian melaju dengan kencang dan aroma tak sedap dari depan
mulai tercium sampai kebelakang. Tidak lama kemudian ada suara keras dari depan ternyata fater
Ricard menyerah dengan bau tersebut dan muntah. Tidak berselang lama setelah itu, saya dipanggil dan
dimintain kantong kersek.

Kejadian lucu setelah itu tiba-tiba saudara Albert juga minta kantong kresek pula pada saya.
awalnya saya berpikir itu untuk jaga-jaga kalau ada yang minta kantong untuk muntah lagi, karena
pada saat itu saya sedang mengantuk dan hampir tertidur, jadi saya langsung berikan tanpa bertanya
untuk siapa. Ternyata dia juga ikutan muntah. Yang membuat saya tidak habis pikir bagaimana seorang
sopir yang sudah beberapa tahun mengendarai mobil bisa muntah dan mabuk perjalanan, jika
dipikirkan lucu juga sih menurut saya. karena itu kami berhenti untuk kedua kalinya di SPBU mencari
toilet, dan ternyata tempat yang kami tuju hanya tinggal beberapa meter kedepan saja.

Sesampai kami ditempat retret kami disambut oleh seorang ibu namanya bu Nini, beliau adalah
kariawan yang bertugas di rumah retret tersebut. Kami langsung dipersilahkan makan dan minum the
hangat yang sudah disediakan. Sementara saudara santo beristirahat di kamar, selesai makan saya jalan-
jalan sebentar dan kemudian bertemu dengan Suster Kanisia dia adalah suster yang bertanggung jawab
di Rumah retret itu, kami berdua sempat berbincang-bincang, beliau juga sempat bilang dan
memperingatkan saya harus waspada bruder karena tempat ini tanggal satu juni kemarin kemasukan
maling. Setelah itu saya beristirahat kekamar karena merasa badan saya sangat kelelahan.
Misa pembuka kegiatan retret

pada saat kami sedang berbincan-bincang dengan fater Ricard bruder Flavi meminta saya untuk
jadi organis saat misa nanti, saya langsung dengan histeris menanggapi “hah bruder saya masih
amatiran loh”. tapi beliau langsung biang sama saya ndak apa-apa itu adalah bakat dari Tuhan kan tidak
semua orang bisa bermain music. yang saya pikirkan sebenarnya adalah apakah saya siap untuk
mengiring lagunya karena saya harus latihan. lagi pula biasanya saya main music itu hanya saat misa
komunitas saja, saya takut kalau-kalau gerogi apalagi saat retret ini kami hanya satu kongregasi.

karena itu saya minta ijin dengan seorang kariawan untuk latihan main music dikapel, sekaligus
mau lihat semua perlengkapan misa. waktu misa, saya berusaha untuk menghpal semua chord organ
dan tuts siapa tahu nanti saya salah pencet nanti bisa bahaya music dan lagunya bisa beda. ibarat
pepatah orang bilang “music ketimur lagu kebarat” lucu sih. pas saat lagu pembuka saya mengiringinya
dengan ya katakanlah cukup baik untuk seorang amatiran yang baru belajar seperti saya, lagu persiapan
persembahan, sampai lagu penutup. karena itu saya sempat berdoa terimakasih tuhan selesai juga.
meskipun saat misa aku kurang konsentrasi.

Berdinamika Bersama

Dengan selesainya misa pembuka, retret kamipun dimulai begitu pula dengan keadaan heningnya
dan akan berahir pada hari kamis siang nanti. Pertemuan pertama pada hari ini akan dimulai pada
pukul; 20:00 atau jam delapan malam ini dengan penjelasan tema, skejul, dan sedikit pengantar
pertemuan malam ini. Karena kami semua masih dalam keadaan yang kirang vit maka mala mini kami
tidak ada Adorasi, Rosario atau sebagainya tetapi langsung ditutup dengan doa penutup singkat
dilanjutkan dengan lagu Maria.

Selama mengikuti retret ini saya merasa bahagia, terutama bisa berjumpa dengan temam-teman
dari kongregasi lain. Pada hari pertama kami materi yang akan kami perdalami yaitu tentang kaul
kemurnian yang bertolak dari injil mat 19 :11-12 yang berbunyi “akan tetapi ia berkata kepada
mereka: "tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai   saja. Ada
orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang
dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya
sendiri oleh karena kerajaan sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.

Dan dilanjutkan sering antar kelompok pada pertemuan kedua. menurut saya kelompok kami
cukup special karen hanya kelompok kami yang terdiri dari tiga kongregasi sementara kelompok yang
lainnya hanya dua kongregasi saja, adapun sharing kami adalah panggilan kami dan reaksi kami dalam
menanggapi panggilan Tuhan. Bagi sebagian kelompok kami, ada yang menanggapi setelah bekerja
dan memiliki penghasilan sendiri dan ada pula yang setelah tamat sekolah langsung menanggapi
panggilan itu. Itulah materi kami pada hari ini.

Hari kedua kami memperdalami materi tentang kaul kemiskinan, yang bertolak pada II Korintus
8 : 9, yang berbunyi “Kamu tahu tentang kasih kurnia Tuhan kita Yesus Kristus. Dia kaya, tetapi
kerana kamu Dia telah menjadikan diri-Nya miskin supaya melalui kemiskinan-Nya kamu menjadi
kaya”. Dimana kemiskinan kaum religius adalah sebuah kemiskinan yang bertolak dari kemiskinan ijili
sebagaimana yang diajarkan oleh Rasul Paulus.

Pada hari ketiga ini, kami disuguhi tema ketaatan Religius dan nasihat Injil, dan sekaligus
memperdalami materi tentang sebuah ketaatan seorang religius dalam hidup, baik dalam komunitas
sampai pada kepada kongregasi dan para pemimpinnya. Meyakini kalau sebuah ketaatan yang kita
hayati bukan semata-mata hanya sebuah kewajiban saja tetapi amanat dari injil tidak hanya dipraktikan
demi manusia semata tetapi tanda dari ketaatan yang berasal dari Kristus sendiri.

Kendati demikian jaman sekarang ketaatan harus benar-benar dipahami secara sungguh dan
dengan penghayatan yang tidak radikal. Seperti yang termuat dalam Petuah St. Fransiskus pasal III
artikel IV yang mengatakan “apapun yang dibuat dan dikatakannya,merupakan ketaatan yang sejati,
asalkan hal itu baik dan, setahu dia, tidak bertentangan dengan kehendak atasannya.1 Dimana mau
mengatakan bahwa suatu ketaatan jaman sekarang ini bisa dinego. Karena untuk apa menerima suatu
amanat dengan motif ketaatan tetapi tidak bisa melakukannya. Lebih baik tugas itu diemban oleh orang
lain yang lebih bisa melakukannya.

Tetapi dalam konteks ini pula kita tidak semeta-meta langsung menolak perintah itu karena tidak
bisa, ada baiknya hal itu didiskusikan dengan baik. Sehingga tidak menimbulkan sebuah percikan yang
sebenarnya tidak diinginkan karena bertentangan dengan kehendak pimpinan atau para dewan
kongregasi. Tetapi harus dengan refleksi yang mendalam, jangan-jangan atasan lebih memahami
kemampuan atau bakat yang dia miliki yang tidak ia sadari sedari dulu. “Karena itu hendaklah dia
mengurbankan kehendaknya sendiri bagi Allah. Dan hendaklah dia berusaha melaksanakan apa saja
yang diperintahkan oleh atasannya”.2

Dan tidak terasa kalau materi tentang ketiga kaul telah kami dalami pada beberapa hari ini. Hari
berikutnya kami memperdalami tentang identitas kaum religius ditengah duni, apalagi ditengah
mencekam dan merabaknya pandemic Covid-19 ini. Kita sebagai kaum religius kembali diingatkan
1
https://ofm-papua.org/kefransiskanan/petuah-st-fransiskus/ pasal IV diakses pd tgl 20 juni 2021 jam 13:30
2
https://ofm-papua.org/kefransiskanan/petuah-st-fransiskus/ pasal V diakses pd tgl 20 juni 2021 jam 13:42
tentang identitas kita sebagi pembawa sukacita bagi sesama. Ketergerakan hati kita untuk membuka
hati dan mata untuk melihat orang yang kesusahan disekitar kita.

Refleksi

Dalam permenungan pribadi saya, ketergerakan hati saya menjadi seorang religius tak pernah
terlepas dari riwayat hidup saya. Memang pada awalnya tak terbesit sama sekali diotak saya untuk
menjadi seorang bruder. Tetapi benih panggilan itu mulai tumbuh pada saat saya memasuki jejang
SMK. Memang benih dan panggilan saya sangat susah untuk diperjuangkan dan tak mendapat
dukungan tetapi lambat laun benih itu ternyata tumbuh dan direstui oleh orang tua saya.

Karena itu menjadi seorang religius saya harus berani beranjak dari zona nyaman dan
menanggapi panggilan Tuhan, dengan tidak menunda-nunda mengatakan ia pada panggilan Tuhan itu.
Tinggal sekarang bagaimana saya harus memupuk panggilan itu supaya subur dan tetap berakar saja,
dan akarnya kuat melekat pada tanah dan tidak roboh saat ditiup angin.

Anda mungkin juga menyukai