Anda di halaman 1dari 26

MATERNITAS

ANAK
JIWA
MANAJEMEN KEP
KKG
GCS

INTERPRETASI AGD
Rentang nilai normal • pH : 7, 35-7, 45 • TCO2 : 23-27 mmol/L • PCO2 : 35-45 mmHg • BE : 0
± 2 mEq/L • PO2 : 70-100 mmHg • saturasi O2 : 95 % atau lebih • HCO3 : 22-26 mEq/L.
KEKUATAN OTOT
Derajat 0: tidak ada kontraksi otot
Derajat 1: terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak dapat menggerakan persendian
Derajat 2: pasien mampu menggerakkan ekstremitas, namun gerakan ini tidak mampu melawan
gaya berat, misalnya pasien mampu menggeser lengan namun tidak dapat mengangkatnya
Derajat 3: dapat melawan gaya gravitasi tetapi tidak dapat menahan tahanan
Derajat 4: dapat digerakkan melawan gaya gravitasi, dan dapat menahan tahanan ringan - sedang
Derajat 5: normal

12 SARAF KRANIAL
N1 (Olfaktorius, penghidu), NII ( Optikus, lapang pandang dan ketajaman penglihatan), NIII (
Okulomotoris, reaksi pupil), NIV ( trochlear, pergerakan mata), NV ( Trigeminal, sensai fasial,
otot mengunyah), NVI ( Abdusen, abduksi mata), NVII (Facial, ekspresi muka), NVIII( Akustikus,
pendengar dan keseimbangan), NIX (glossopharyngeal, mengunyah, berbicara), NX ( Vagus,
reflek menelan), XI (Spinal accessory, pergerakan leher), NXII (Hypoglossal, pergerakan dan
kekuatan lidah)
SANDAPAN ELEKTRODE EKG
V1: sela iga ke 4 garis sternal kanan
V2: sela iga ke 4 garis sternal kiri
V3: antara v2 dan v4
V4: sela iga ke 5 garis midklavikula
V5: sejajar v4 garis anterior axilla
V6: sejajar v5 garis mid axila

LOKASI INFARK
ST elevasi pada
V1, V2: area septum
V3, V4: anterior jantung
Lead I, aVL, V5, V6: lateral jantung
Lead II, III, aVF: inferior jantung
Lead resiprokal, V1-V3: Posterior jantung
Hiperkalemia : gelombang T lancip.
Hipokalemia : adanya gelombang U.
Hiperkalsemia : interval QT memendek.
Hipokalsemia : interval QT memanjang.
Gelombang P: gambaran proses depolarissi atrium.
Gelombang QRS: gambaran proses depolarisasi ventrikel
Gelombang T: gambaran proses repolarisasi ventrikel.

TEST SCHWABACH, RINNE, WEBER


Nilai visus misalnya 6/300 menunjukkan angka pertama 6 adalah jarak normal yang bisa dibaca
sedangkan angka kedua 300 merupakan hasil yang ditemukan dari pemeriksaan pasien. Nilai
normal 6/6.
Tes schwabach bertujuan membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa
yang pendengarannya normal. Tuli konduksi : getaran garputala memanjang. (Dilakukan dengan
pemeriksa)
Tes Rinne merupakan uji pendengaran dengan garputala untuk mengetahui gangguan pendengaran
antara tuli konduktif dan tuli sensorik. Normal: hantaran udara lebih panjang hantara tulang. Tuli
konduktif: hantaran udara =/ < hantaran tulang. Tuli sensorik: hantaran udara > hantaran tulang.
(Dilakukan hanya pada pasien)
Tes weber untuk mengetahui laterasi hantaran tulang. Hasil normal jika lateralisasi suara sama.
Tuli konduktif: lebih keras terdengar pada telinga yang sakit. Tuli sensorik: suara lebih terdengar
pada telinga yang normal. (Dilakukan hanya pada pasien)
Tonometri alat untuk mengukur tekanan bola mata, normal 10-21 mmHg

BEDANYA NK, NRM, RM, SIMPLE MASK

TANDA SINDROM KOMPARTEMEN (5P)


Pain/nyeri, paralisis/kelumpuhan, parestesi/kesemutan, tertusuk jarum, pulse/denyut nadi,
pale/pucat

ABCDE
Airway : Penalataksanaan jalan nafas dan manajemen trauma cervical
Breathing : Pernapasan dan ventilasi
Circulation : Sirkulasi dengan kontrol perdarahan
Disability : Status neurogenik
Exposure : Pajanan dan Pengendalian lingkungan
LUKA BAKAR RULE OF NINE

DERAJAT LUKA BAKAR


- Derajat I (superficial partial-thickness) Terjadi kemerahan dan nyeri pada permukaan kulit.
Luka bakar derajat I sembuh 3-6 hari dan tidak menimbulkan jaringan parut saat
remodeling.
- Derajat II (deep partial-thickness) Pada derajat II melibatkan seluruh lapisan epidermis dan
sebagian dermis. Kulit akan ditemukan bulla, warna kemerahan, sedikit edema dan nyeri
berat. Dapat sembuh dalam 7 hingga 20 hari dan akan meninggalkan jaringan parut
- Derajat III (full thickness) kerusakan semua lapisan kulit, termasuk tulang, tendon, saraf
dan jaringan otot. Warna pucat-putih, tidak nyeri, dijumpai eskar (koagulasi)
RUMUS KEBUTUHAN CAIRAN LUAS LUKA BAKAR (PARKLAND/BAXTER)
4 ml x luas luka bakar x berat badan
Pemberian 8 jam pertama 50 % dari total kebutuhan cairan.
16 jam berikutnya 50 % dari total kebutuhan cairan (dibagi dalam 25 % pada 8 jam kedua dan 25
% pada 8 jam ketiga)

Urine Output (UO) harus dipertahankan dalam level 0.5-1.0 ml/kgBB/jam pada dewasa dan 1.0-1.5
ml/kgBB/jam pada anak untuk menjaga perfusi organ
Selaput yang membungkus jantung disebut pericardium dimana teridiri antara lapisan fibrosa dan
serosa, dalam cavum pericardii berisi 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan
antara pericardium dan epicardium. Epicardium adalah lapisan paling luar dari jantung, lapisan
berikutnya adalah lapisan miokardium dimana lapisan ini adalah lapisan yang paling tebal. Lapisan
terakhir adalah lapisan endocardium.
Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler (mitral dan trikuspidalis).
Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta dan pulmonal).
Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan oleh pengisian ventrikel
ketika diastole dan mengikuti S2.
Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel pada diastole yang lambat
karena meningkatnya tekanan diastole ventrikel atau lemahnya penggelembungan ventrikel.

1. Controlled ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Indikasi untuk pemakaian ventilator
meliputi pasien dengan apneu. Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negative
atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang
lama. Ventilator type ini meningkatkan kerja penafasan klien.
2. Assist/control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan bila klie n gagal
untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini diatur berdasarkan atas
frekuensi pernafasan yang spontan dari klien, biasanya digukana pada tahap pertama
pemakaian ventilator.
3. Intermitten mandatory
ventilation Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model control,
klien dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin dan
sewaktu waktu diambil alih oleh ventilator
4. Synchronized intermitten mandatory ventilation (SIMV)
SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot tidak begitu lelah
dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan biasanya tergantung pada
aktivitas klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal volume dan atau frekuensi nafas
kurang adekuat.
5. Positive end-expiratory pressure
Modus yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif dengan tujuan untuk
mencegah atelectasis. Dengan terbukanya jalan nafas oleh karena tekanan yang tinggi,
atelectasis dapat dihindari. Indikasi pada klien yang menderita ARDS dan gagal jantung
kongestive yang massif dan pneumonia difus. Efek samping dapat menyebabkan venous
return menurun, barotrauma dan penurunan curah jantung.
6. Continuous positive airway pressure ( CPAP) Ventilator ini berkemampuan untuk
meningka1tkan FRC. Biasanya digunakan untuk penyapiham ventilator.

Anda mungkin juga menyukai