Anda di halaman 1dari 3

Kata Sambutan

Oleh
Drs. Haserepan Sigalingging, M.Pd.

Puji dan syukur disampaikan kepada Tuhan Yang Mahakuasa, dan kepada
panitia, serta semua warga PPRS, dan semua pomparan Sigalingging dan
borunya dimana pun berada, atas terselengganya Mubes 21 Mei 2022 di Medan
dan terlaksananya Pesta Ulang Tahun Tugu ke-40 Ompu Raja Sigalingging di
Sait Nihuta, Pangururan, Kabupaten Samosir.

Tema yang ditentukan Panitia “Parolop-olopon dihasadaon pomparan Ompu


Raja Sigalingging”. Artinya rasa suka cita yang terjadi atas kesatuan bagi marga
Sigalingging dan borunya dimana pun berada. Hal ini tentu karena semua
pomparan Sigalingging yang sudah sempat tidak bernaung dalam satu adat
parhahaanggion namun saat ini bisa bertemu dalam suasan gembira pada saat
ulang tahun ke-40 ini.

Ulang tahun dirayakan dengan suasana gembira, tentu kita akan mengenang
peristiwa penting di masa lalu sebagai ucapan syukur, dan menjadi instropeksi ke
masa depan. Termasuk awal kisah Ompu Raja Sigalingging dan keturunannya,
dan kenangan untuk awal berdirinya tugu 40 tahun yang lalu, serta prestasi yang
dicapai pomparan Ompu Raja Sigalingging. Istilah pomparan itu menunjukkan
ikut sertanya boru dan bere.

Ompu Raja Sigalingging, saya katakan adalah seorang tokoh yang bijaksana. Dia
menanamkan ilmu kepada anaknya (pomparannya) dan juga dilakukan untuk
tidak hanya bertahan di satu wilayah tapi harus bisa menguasai lahan yang luas
karena lahan yang luas merupakan modal dasar untuk hidup dan kekuasaan. Hal
ini terbukti beliau sampai berkuasa di tanah Simalungun dan bisa beradaptasi di
sana dengan penduduk setempat tanpa menghilangkan jati dirinya. Bisa kita
pahami, saat itu, mungkin sekitar 500 tahun yang lalu, harus menempuh hutan
belantara, tidak ada alat komunikasi, transportasi, serta media sosial seperti saat
ini. Wajarlah bisa putus komunikasi dan tali silahturahmi dengan bona pasogit-
nya.

Begitu juga dengan pomparan-nya atau keturunannya, bisa menjelajah ke


berbagai wilayah seperti Dolok Sanggul, Siborongborong, Porsea, Sidikalang,
Siambaton Pakkat, Barus, Manduamas, dan di berbagai desa di Samosir ini.
Akhirnya, terlihat rumah Sigalingging di Sait Nihuta, di samping tugu ini sudah
sepi. Saat ini, semua propinsi di Indonesia sudah berdiri perkumpulan
Sigalingging, yang dulunya dengan sebutan atau nama yang berbeda, tapi
sekarang sudah menjadi satu nama: PPRS (Parsadaan Pomparan Raja
Sigalingging).
Empat puluh tahun yang lalu, berdiri kokoh tugu Ompu Raja Sigalingging. Perlu
dipahami, membangun tugu yang megah ini melibatkan pemikiran, dana, dan
waktu, serta perencanaan yang matang. Tiga tingkat tangga melambangkan anak
Ompu Raja Sigalingging ada tiga anak, yaitu Sigorak, Sitambolang dan
Parhaliang. Di pondasi itu ada Sapa, piring pada masa dulu sebagai tempat
makan bersama, dan di puncak terlihat obor, api sebagai sumber cahaya untuk
semua orang banyak.

Kenangan yang manis, sekaligus sungguh pilu, pembentukan panitia pesta


peresmian tugu sebelum tahun 1980, saya harus disertakan sebagai panitia inti,
dengan alasan karena sudah ada titel doktorandus, saat ini istilah sudah Strata 1.
Saya bangga tapi sungguh sedih karena saat itu, boleh dikatakan Sigalingging
yang sudah Sarjana sangat langka di Medan. Saat ini boleh kita bangga hampir
tiap keluarga Sigalingging sudah tampil banyak sarjana Strata satu, dua, dan tiga.

Pada tahun 1992, ulang tahun ke-10, pomparan Sigalingging dari berbagai penjuru
banyak hadir. Tokoh-tokoh dari luar Sumatera Utara sudah bertambah banyak
dibandingkan dengan peresmian tahun 1982. Semua senang saling menyapa dan
berpartisipasi dalam acara tersebut. Sejak tahun 1992, sudah terbentuk Pengurus
keluarga keturunan marga Sigalingging se-Indonesia. Ketua umum St. Ir. H.R.
Sigalingging (lihat buku tarombo terbitan 2002). Kepanitian masih hanya
didominasi Jakarta dan Medan serta yang membuat SK adalah pengurus panitia
pesta tugu itu, dengan ketua J. Sigalingging/Op. Pangeran.

Satu yang saya ingat pada saat itu, selesai pesta di sore hari, banyak peserta
kesulitan pulang karena transportasi tidak tersedia, baik kenderaan umum,
maupun oleh panitia. Pada tahun 2002, kita memperoleh satu nilai sejarah, yaitu
dengan didahului sarasehan sebagai temu semi ilmiah tentang tarombo Ompu
Raja Sigalingging. Dilanjutkan dengan pesta ulang tahun tugu ke-20. Peserta
pesta sudah semakin banyak, misalnya dari Sidikalang sudah ada sekitar 90 orang.

Pada tahun 2012, kembali mengukir sejarah dengan pesta ulang tahun tugu yang
ke-30. Peserta semakin banyak bertambah. Panitia belum bisa komunikasi
seintensif sekarang. Peserta dari daerah belum dapat didata hanya dengan taksiran
jumlah peserta sepuluh tahun yang lalu dengan pertambahan kira-kira sepuluh
persen. Apa yang terjadi? Ternyata, ada daerah yang hadir sampai lima kali lipat
dari jumlah pesta sepuluh tahun yang lalu. Tentu seksi konsumsi kewalahan
untuk mengatasinya. Semoga untuk tahun ini tidak seperti itu. Perlu juga diingat,
satu hal yang penting nama perkumpulan marga Sigalingging yang beraneka
nama di setiap daerah, misalnya di Medan, namanya Parmasna, lain lagi di
Bandung, lain pula di Jakarta, tapi untuk ulang tahun ke-30 disepakatilah dengan
nama PPRS. Tapi pembentukan pengurus PPRS Indonesia, masih dengan sistem
formateur dan terpilihlah Ketua Dr. (H.C.) Raidir Sigalingging, Wakil Ketua Drs.
Eduard Sigalingging, M.Si, dan Sekretaris Ir. Charles Sigalingging.
Khusus untuk ulang tahun tugu ke-40 ini terjadi masalah besar dalam dua tahun
menjelang pesta: pandemi corona. Pengurus banyak terganggu, tapi di satu sisi
tahun terakhir ini bisa bertemu secara virtual dengan rapat daring atau online,
dengan istilah lain zoom meeting.

Dengan munculnya whatsapp di media sosial Roy Martin dari PPRS Batam
menghimbau supaya dibuat grup whatsapp PPRS Indonesia. Ide ini sangat bagus,
akhir saya sambut, juga Drs. Alboin Sigalinging dari PPRS Bandung dan Drs.
Marudut Sigalingging dari PPRS Karawang sangat antusias serta sambil membuat
grup whatsapp, sekaligus dapat mendata semua PPRS yang sudah terbentuk di
seluruh wilayah Indonesia. Pada saat itu juga terdatalah sebagian besar bahwa
Sigalingging di beberapa daerah masih hanya bisa bergabung dengan PARNA,
dan ada yang bergabung dengan perkumpulan Pomparan Raja Sitempang, yaitu
Sitanggang, Sigalingging, Manihuruk, dan Sidauruk.

Saat Mubes di Medan, di gedung restoran Koki Sunda, ditetapkanlah AD/ART


PPRS Indonesia. Sesudah tugu berumur 40 tahun baru adavAD/ART, yang
disusun hampir satu tahun, dengan beberapa kali zoom meeting, yang digagas
pengurus PPRS Indonesia, dan disambut Panitia Ulang Tahun. Saya saksikan Dr.
Karmon Sigalingging dari PPRS Bandung banyak berperan dengan melihat
referensi yang relevan.

Dengan adanya AD/ART, maka pengurus PPRS pun terbentuklah secara


demokratis yang digiring pengurus PPRS Indonesia, dengan terlebih dahulu
membentuk panitia seleksi (Pansel), dengan melibatkan semua Ketua DPP,
DPW, DPD, PPRS serta para penasehat yang dipimpin panitia Mubes, dan saat
Pesta Tugu ke-40 ini resmi dilantik sesuai dengan anggaran dasar untuk lima
tahun ke depan yaitu periode 2022 sampai dengan tahun 2027. Dalam hal ini
terpilih menjadi Ketua PPRS adalah Kolonel Inf. Cori Sigalingging.

Sesuai dengan anggaran dasar PPRS yang ditetapkan, maka pengurus PPRS yang
baru ini memperoleh tugas yang semakin terarah untuk semakin bersuka cita,
bersatu dalam meraih kesejahteraan PPRS. Semua itu akan bisa tercapai apabila
pengurus DPW dan DPD PPRS dimanapun berada bisa saling mendukung.
Tentu kita sebagai keturunan pomparan Ompu Raja Sigalingging, baik boru, dan
bere dengan berkat dari Tuhan Yang Mahakuasa semua akan indah.

Akhirnya saya sampaikan: Horsik ni si galangan di alaman ni Sidempuan, sai


jumpa ma na jinalahan dapot ma na niluluan. Horas ma dihita sudena.

Anda mungkin juga menyukai