Anda di halaman 1dari 5

TUGAS DASAR – DASAR JURNALISTIK

9 Elemen Jurnalistik Menurut Bill Kovach


Dosen Pembimbing :
Dr. Rita Gani, S. Sos., M.Si.

Disusun Oleh :

Muhammad Al Fahri

10080016279

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2017

SANGGAR OLAH SENI BABAKAN SILIWANGI


Selasa, 21 Maret 2017 saya dan teman-teman saya mengunjungi salah satu komunitas
SOS Baksil atau dikenal dengan ‘Sanggar Olah Seni Babakan Siliwangi’. Sanggar yang terletak
di Jalan Siliwangi no 8, Bandung tersebut terdiri dari art gallery dan tempat workshop. Sanggar
tersebut terbilang sudah cukup lama yaitu berdiri sejak 11 Desember 1982.Saya dan teman-
teman memilih tempat tersebut karena tempat tersebut menjadi salah satu komunitas para
seniman bandung dan menjadi tempat terciptanya para seniman-seniman hebat dan
terkenal.Saya dan teman – teman pergi menuju tempat tersebut sekitar pukul 11 siang hari
setelah selesai mata kuliah Mankom (Manajemen Komunikasi) ,saya bergegas menuju tempat
parkir motor dan berangkat menuju temapt tujuan tersebut ,waktu perjalanan tidak begitu lama
hanya sekitar 15 menit , jalanan pada saat itu begitu ramai tetapi tidak macet untungnya ,saya
dan teman-teman pun akhirnya sampai di tempat tujuan .Lalu setibanya disana kami sedikit
kebingungan karena baru pertama kali ke tempat itu.Lalu kami pun di beritahu oleh tukang
parkir bahwa galerinya ada di atas sedikit tidak begitu jauh dari tempat kami parkir. Saya dan
teman – teman pun berkeliling melihat karya seni berupa lukisan yang di pajang di dinding
galeri, namun galeri tempat lukisan tersebut sangat memprihatinkan , tempat tersebut sudah
begitu rapuh, tua dan rusak . Tapi jangan menilai suatu tempat dari fisiknya tapi lihatlah dari
isinya, dari tempat inilah terlahir seniman-seniman bertaraf internasional yang sudah terkenal
.Setelah melihat dan berkeliling saya dan teman-teman istirahat sejenak disebuah tempat yang
kecil atau bisa dibilang minicafe yang bersebelahan dengan galeri lukisan ,di tempat tersebut
juga di terapkan seni pada dinding yang di cat berupa gambar – gambar, disana kami
mengobrol mengenai SOS baksil dan sedikit bercanda gurau.Saya dan teman-teman hanya
beristirahat sekitar 30 menit dan kemudian kami melanjutkan lagi berkeliling dan bertanya
kepada salah seorang seniman yang sedang ada di tempat tersebut.

Beliau adalah Bapak Tommy Darmawan beliau salah satu seniman yang berkarya di
SOS dan telah tinggal cukup lama di SOS Baksil sebelum tempat tersebut didirikan, kami
sedikit malu untuk bertanya karena tidak terlalu mengerti dan paham mengenai lukisan dan
seni-seni yang berada di art gallery tersebut.Beliau lalu menjelaskan sejarah berdirinya tempat
tersebut. Sanggar Olah Seni – Babakan Siliwangi (SOS.Baksil) merupakan gagasan yang
disampaikan Drs. Anang Sumarna saat masih dinas sebagai Kakanwil DIPARDA Provinsi
Jawa Barat. Sebagai seniman dan ketertarikannya beliau pada olahan bambu, hasrat gagasan
tersebut berupa sebuah wadah kegiatan yang dikenal dengan sebutan sanggar seni dan
sementara lokasi terpilih disekitar lahan Babakan Siliwangi dimana didalamnya telah sering
dijadikan tempat berkarya para maestro, Afandi, Hendra Gunawan, R. Kartono, Sudjana
Kerton, Wahadi, G.Sidharta, Popo Iskandar, Serta Roedyat Martadiradja.Inisiatif sanggar seni
mendapat sambutan positif dari kalangan seniman lainnya hingga kemudian sepakat dengan
nama Sanggar Olah Seni pada pertemuan tanggal 7 Desember 1982 di jalan Cipaganti no 151-
153. SOS.Baksil di resmikan pada tanggal 11 Desember 1982 oleh Joop Ave, Dirjen Pariwisata
Pos dan Telekomunikasi saat itu , dan Rd. Tohny Joesoef terpilih sebagai ketua. Rd. Tohny
Joesoef (1933-2001) adalah seorang seniman juga pendidik. Sebelum menjadi ketua Sanggar
Olah Seni, beliau telah mendirikan Sanggar Ligar ’64 sebagai sarana pendidikan seni rupa
informal di Bandung. Ditangan Tohny Joesoef , sanggar olah seni bukan hanya sebagai tempat
berkreasi dan berapresiasi melainkan juga menjadi tempat dimana masyarakat datang untuk
belajar melukis, melakukan kegiatan – kegiatan seni budaya dan pameran seni rupa di berbagai
wilayah sebagai bentuk pendekatan langsung komunitas seniman di Bandung. Sebagai seorang
ketua beliau memberikan penekanan kepada siswa dan anggotanya untuk berprestasi serta
kepatuhan pada sistem kesenisasian.

Begitulah sejarah terbentuknya SOS Baksil,tidak hanya membahas sejarah saja Pak
Tommy Darmawan pun menceritakan pahit manisnya mengenai SOS dari jaman dahulu hingga
saat ini.Salah satu ceritanya yaitu mengenai dana pembinaan dan perawatan dari dinas
pariwisata dan dana dari pemerintah yang disalurkan kepada provinsi sebesar 175 ribu rupiah
waktu tahun 1982 dan sedikit lucu karena harga vespa baru super tahun itu adalah 350 ribu
rupiah setengah dari dana yang di berikan, wah berarti cukup besar juga dana yang diberikan
dari pemerintah ke tempat tersebut dan dana yang di berikan berlaku setiap bulan .Tidak hanya
itu saja lalu ada subsidi listrik dan subsidi air ledeng juga tetapi ledeng tidak berjalan denga
baik karena waktu itu belum terlalu bagus tapi mengapa bangunan di sanggar tersebut sudah
rusak, rapuh dan tua padahal setiap bulannya mendapat cukup tunjangan dari pemerintah, tapi
sayang ternyata kenyataannya dana bulanan itu tidak pernah sampai sekalipun dan tidak pernah
ada sepeserpun dana tersebut untuk tunjangan Sanggar Olah Seni Baksil dari zaman pertama
kali berdiri hingga saat ini, benar – benar sangat memprihatinkan sekali yang harusnya setiap
bulan rutin mendapat tunjangan tapi kenyataannya tidak pernah ada . Pak Tommy dan yang
lain sudah melakukan upaya ke pemerintahan kota dan propinsi tetapi tidak pernah di respon
oleh pihak tersebut ,yang membuat luar biasanya adalah tempat tersebut bisa bertahan hingga
sekarang ini tanpa dana dari pemerintah sedikitpun hal itu sungguh benar-benar hebat. Lalu
dari manakah dana atau pemasukan sangar ini bisa bertahan hingga sekarang ,dana tersebut
berasal dari hasil penjualan karya seni di sanggar dengan mengambil 10% dari hasil penjualan
karya seni yang laku terjual. Bangunan di tempat itu dari dulu hingga saat ini belum pernah
dirubah atau dibangun ulang bisa terlihat dari bagunan yang sudah cukup tua dan rusak.
Sebelum adanya Babakan Silawangi , daerah Baksil dikenal dengan nama hutan Lebak Gede,
di Lebak Gede tersebut terdapat hamparan sawah yang cukup luas pada tahun 1930 an, pada
tahun 1940 – 1960 an di bagian barat (sekarang sabuga) mulai dibagun rumah-rumah
penduduk.Selain itu di Babakan siliwangi juga terdapat satu mata air yang masih berfungsi di
sebelah timur laut.Begitulah cerita yang di ceritakan Pak Tommy kepada saya dan teman-teman
,beliau sangat terlihat asyik ketika sedang bercerita seperti menghidupkan kembali semangat
beliau ketika masih muda dalam berkarya.

Pada bulan ini sudah ada rencana dari pemerintahan untuk membangun ulang dan
penataan ulang Sanggar Olah Seni Babakan siliwangi agar menjadi tempat yang lebih layak
lagi dan menjadi ketertarikan para warga bandung dalam berkreasi menghasilkan sebuah karya
seni dan menjadi icon kota bandung ,semoga saja hal tersebut bukan hanya sekedar omongan
belakang saja tetapi benar – benar dilaksanakan, dan bagi para pengunjung yang ingin belajar
melukis bisa belajar langsung disana tepatnya di workshop SOS Baksil ,para seniman disana
akan mengajarkan cara melukis kepada para pengunjung dengan senang hati, dan semua
kalangan dari anak-anak , dewasa sampai orang yang sudah tua pun bisa mengikuti kegiatan
belajar melukis. Jika ingin bertanya – tanya mengenai Sanggar Olah Seni Baksil lebih
mendetail lagi bisa langsung ditanyakan disana mengenai lukisan ,patung dan sejarahnya agar
lebih lengkap lagi. Setelah bertanya dan mendengarkan sedikit cerita dari beliau saya dan
teman – teman pun berfoto di art gallery dan foto bersama beliau, kami pun berpamitan dan
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Pak Tommy karena mau
meluangkan waktunya untuk bercerita kepada kami .Disana meskipun tempatnya sederhana
tapi karya lukisannya bagus – bagus dan pada saat saya berkunjung sedang ada acara kesenian
yang sedang diadakan tetapi saya dan teman – teman kurang mengetahui acara tersebut. Saya
dan teman – temanpun segera menuju ke tempat parkir dan meninggalkan Sanggar Olah Seni
Baksil dengan penuh, tawa, ceria dan cerita karena sudah mengetahui asal mulanya tempat
tersebut ,meskipun tidak terlalu detail. Kami pun pergi dari Baksil menuju ke Unisba kembali
untung saja cuaca pada saat itu sangat bersahabat . Dalam 15 menit kemudian saya dan teman
– teman sudah sampai di Unisba untuk memasuki kelas. Jika ingin berkunjung ke SOS Baksil
bisa pergi bersama keluarga, teman atau orang yang spesial .

Anda mungkin juga menyukai