Kelas : XI IPS 4
Biografi : Anak Agung Gede Sobrat
Awal 1930-an, Anak Agung Sobrat memberanikan diri bertemu dan belajar
pada pelukis Walter Spies dan Marcel Bonnet. Spies dan Bonnet adallah
orang yang dianggap sebagai pelopor seni rupa modern Bali, yang mengajari
dan menyebarluaskan teknik dan cara pandang modern dalam melukis.
Setelah belajar dari Spies dan Bonnet, Sobrat semakin kuat menapakkan
jejaknya sebagai seniman seni rupa di Bali. Jika sebelumnya Sobrat hanya
menggambar wayang, setelah bertemu Spies dan Bonnet, tema lukisan dan
tekniknya menjadi meluas. Dia mulai menangkap tema-tema keseharian
dalam lukisannya. Sebutlah seperti kehidupan pasar, lukisan potret, penari,
alam pedesaan dan lain sebagainya.
Sobrat juga rajin mengikuti berbagai pameran. Tahun 1958, dia mengadakan
pameran di Yogyakarta atas sponsor Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Tahun 1963, mengadakan pameran di Jakarta, disusul
kemudian (1970) mengadakan pameran di Surabaya dengan sponsor
Lembaga Indonesia Amerika. Tahun 1971, ia pameran di Jakarta atas
sponsor dari Goethe Institute. Pada tahun 1957 hingga 1959 Sobrat menjadi
pengajar di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Yogyakarta. Ia pun terus
berkarya, hingga akhirnya pada tahun 1980-an Sobrat mendapat
penghargaan dari pemerintah (Wijaya Kusuma dan Dharma Kusuma).
Netri, salah satu putri Anak Agung Sobrat, diakui oleh keluarga sebagai anak
yang paling menuruni bakat ayah mereka dalam hal melukis. Itu karena
Netri seringkali dijadikan objek lukisan potret oleh sang ayah dan diajarkan
secara seksama bagaimana gaya melukis sang ayah. “Saya senang sekali
belajar melukis bersama ayah kami. Beliau sosok yang humoris dan sangat
demokratis dalam mendidik kami, anak-anaknya,” kata Netri yang kini
berprofesi sebagai guru kesenian di sebuah sekolah negeri di Ubud.