Anda di halaman 1dari 13

5 Biografi Senima Patung Indonesia

1. I Nyoman Tjokot

Lahir di Desa Jati, Gianyar, Bali 1886. Wafat di bali pada tahun 1971. Sebenarnya tidak
ada catatan akurat yang menerangka bahwa I Nyoman Tjokot lahir pada 1886. Sebagian sumber
menyebutkan bahwa beliau lahir pada 1888. Ironi memang, seakan-akan hal tersebut memang
tidak perlu dicatatkan.

Hal ini semakin menerangka bahwa Tjokot memang mencorong cemerlang nun jauh
melampaui batas desa, pulau, bahkan negara kelahirannya. Ia lebih awal diapresiasi dan terkenal
di mancanegara, seperti Amerika dan Eropa ketimbang Seantero Indonesia, apalagi Bali.
Apresiasi yang dimaksud di sini adalah Apresiasi seni rupa terhadap karya-karyanya. Tidak
hanya memiliki budaya Indonesia yang menduia tetapi Indonesia juga memiliki seniman yang
semua karyanya diakui oleh dunia.

Ketertarikannya pada patung bermula pada seringnya beliau bersemedi di sebuah Pura
Taro yang berjarak 5km dari desa kelahirannya, yang konon bekas peninggalan Kerajaan
Majapahit. Di sana terdapat beberapa ukiran yang menunjukan keprimitifan. Kasar, tapi enak di
pandang dan bersifat magis. Dari situlah beliau mulai berani mencoba membuat ukiran di atas
kayu. Tidak ada yang menjelaskan motif seperti apa yang ia pelajari saat itu, apakah motif seni
ukir nusantara atau bukan. Dan karya yang dibuatnya tersebut banyak digemari oleh orang-orang
disekitarnya. Padahal, patung yang di buat beliau begitu sederhana, tetapi tetap utuh. Ia membuat
patung tanpa mengubah bentuk kayu, tapi tetap memiliki ornamen.

Dari kayu, beliau mengembangkan imajinasinya menjadi semakin liar. Beliau


menghasilkan karya patung yang semakin ekspresif dengan bentuk-bentuk beraga, dan mata
yang mendelik tajam. Karya-karya beliau memberi nafas dan suasana baru terhadap dunia seni
tiga dimenasi di Kota Bali. Padahal sebelumnya, kesenian patung di Bali mulai bergeser dan
mengejar bentuk-bentuk naturalisme. Karena seperti kita ketahui bahwa kesenian itu erat sekali
hubungannya dengan kebudayaan. Tidak hanya kebudayaan bali, bisa saja kebudayaan suku
batak ataupun kebdayaan yang ada diseluruh negeri ini. Namun berkat beliau, lahirlah sebuah
gaya baru. Yakni ‘Tjokotisme’. Tjokotisme ini tidak hanya sekedar julukan atau nama aliran /
gaya dalan seni patung. Melainkan, secara fisik hal tersebut dapat dijabarkan sebagai karya seni
patung yang penuh dengan ornamen, yang secara selintas mirip dengan relief (Karya seni dua
dimensi) namun dalam versi tiga dimensinya. Tentunya kalian semua sudah mengetahui
pengertian seni rupa 2 dimensi. Ornamen-ornamen yang terpampangpun memiliki karakteristik
berupa wajah-wajah yang mengalami deformasi sedemikian rupa.

Awal-awalnya kemunculan Gaya Tjokot ini kerap ditertawakan hingga diolok-olok,


bahkan oleh Pelukis genius Maestro dari Banjar Taman, Ubud, I Gusti Nyoman Lempad. Karya
seni Tjokot sering disebut kayu bakar oleh Lempad pada tahun 1930-an silam.

Tetapi, Tjokot tepat tidak bergeming dan istiqomah / konsisten. Tekadanya kuat dan
menggunung. Tidak Teruntuhkan. Beliau selalu memantapkan diri dengan kata-kata “Buah
ciptanya bukan kayu bakar, tapi karya berkeunggulan mutu seni”. Dan hal tersebut memang
benar-benar terjadi. Orang-orang yang mencemoohnya mulai mengapresiasi karya-karyanya.
Publik dan pengamat seni mulai memperhatikan usuhanya dalam berkarya. Meski hal tersebut
terjadi setelah berpuluh-puluh tahun berkarya. Beliau merupakan seniman dengan karya-karya
yang unggul namun tetap bersahaja, polos, spontan dalam kehidupan sehari-harinya.

Darisitulah kisah Tjokot mulai melambung ke Mancanegara. Namanya sejajar dengan


Maestro Penari I Ketut Maria dan Maestro Lukis Affandi.  Nama Tjokot lebih tenar di Luar
negeri. Karya-karyanya diburu. Bahkan dikoleksi kalangan elite dan lembaga bergengsi. Saking
terkenalnya, begitu Tjokot meninggal, karya-karyanya tidak tersisa satupun, habis diburu untuk
dikoleksi para penikmatnya.

Bakat beliau di dunia seni benar-benar otodidak tulen, bakatnya mencelat dibentuk oleh
alam dari tatapan mata. Tidak ada guru khusus, kecuali kemauannya, niat jiwanya. Bagi seorang
I Nyoman Tjokot, tugas manusia hidup cuma satu : bekerja sungguh-sungguh, sepenuh jiwa,
hingga menghasilkan karya sebaik-baiknya, sepuncak-puncaknya. Berkat semua dedikasi,
ketekunan dan kerja kerasnya, ia mendapatkan peghargaan Anugerah Seni pada 1969 juga
penghargaan kebudayaan kategori tanda kehormatan satyalencana kebudayaan pada tahuan
(2015).
2. Dolorosa Sinaga

Lahir di Sibolga, Sumatera Utara pada tahun 1953 dengan nama lengkap Dolorosan
Sinaga. “Mematung harus melibatkan kerja keras, banyak masalah teknik yang harus dikuasai
dan yang paling utama adalah bahwa seni patung tersebut menawarkan persoalan relasi
dimensional pada manusia.” Itulah ugkapan seiman pematung Indonesia yang kini juga berkiprah
menjadi pengajar Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta.

Perempuan batak ini menempuh pendidikan di Institut Kesenian Jakarta, St. Martin’s
School of Art, London, Inggris. Kemudian setelahnya ia juga menuntut ilmu di Karnarija
Lubliyana, Yugoslavia dan Piero’s Art Foundry Berkeley, di Amerika Serikat.

Seni Patung merupakan kehidupannya. Ia menjalani kehidupannya sehari bersama karya-


karya seni yang terus diciptakannya. Dolo, begitu nama panggilannya, merupakan anak keempat
dari delapan bersaudara. Ia merupakan Putri dari Karel Mompang Sinaga, seorang pengusaha
dan pendiri Bumi Asih Group. Awalnya ia sama sekali tidak tertarik dengan seni patung. Tapi
ketika ia menempuh pendidikan di IKJ, ia akhirnya mulai menekuni dunia seni patung dan mulai
debutnya di sana.

Selama puluhan tahun ia menjalani profesinya sebagai pematung. Selama puluhan tahun
itupun ia telah mencoba berbagai medium dalam menghasilkan patung. Terakhir, medium yang
ia gunakan untuk membuat patung adalah Logam perunggu. Alasannya menggunakan logam
perunggu sebagai medium adalah karena logam perunggu memiliki kualitas yang memukau serta
permukaannya yang berkilau. Dolo mengatakan bahwa Di dalam perunggu tersimpan nuansa
karakter perempuan dan pada sisi lain perunggu memiliki kekuatan dan ketahanan yang
cenderung sebagai karakter laki-laki dan karena hal itu dapat disimpulkan bahwa dalam karakter
perunggu itu ada dua karakter yang tertentangan, tetapi tak dapat dipisahkan.
Perjalanannya dalam menggeluti dunia sni patung telah berhasil melahirkan banyak
karya. Karya-karya tersebut diantaranya : Gate of Harmony di Kuala Lumpur, Malaysia dan The
Crisis yang dibuatnya pada 1998 bertengger di kota Hue, Vietnam. Semua dialkukannya ketika
perempuan batak ini mendapat kepercayaan untuk mewakili Indonesia dalam Asean Squan
Sculpture Symposium pada tahun 1987.

Dolo merupakan pendiri dari Gallery Somalaing dan Majalah Tapian. Di studionya
(dengan dibantu oleh kurang lebih 15 karyawan) ia merancang pembuatan piala dan thropy.
Rancangan piala tersebut adalah untuk penghargaan Yap Thiam Hien, Kridha, Wanadya
Tahama. Selain itu, untuk anugerah menteri negara urusan peranan wanita untuk almarhumah
Ny. Tien Soeharto dan Trophy kegiatan budaya Jakarta International Women’s Festival.

Yang paling menarik dar karya-karya seorang Dolorosa adalah aspek Gender. Posisi
Gender yang kerap mengungkapkan kemana karya-karyanya berbicara. Melalui karya-karyanya
ia menolak historis feminitas yang kerap dipaksakan atau dilabelkan oleh laki-laki pada
perempuan. Kerja kerasnya dalam dunia seni patung, serta konsennya terhadap pengembangan
kesenian serta budaya membawanya pada banyak penghargaan.

3. I Nyoman Nuarta
Sedikit berbeda dengan dua seniman yang telah dijelaskan sebelumnya. I Nyoman Nuarta
merupakan Seniman Patung (Pematung) yang sangat terkenal di Indonesia. Ia dikenal sebagai
Maestro Patung asal Bali dengan karyanya yang paling terkenal : Patung Garuda Wisnu
Kencana.

Ia lahir pada tanggal 14 November 1951 di Tabanan, Bali. Pria yang menempuh
pendidikan seni rupa di ITB pada tahun 1972 ini merupakan anak keenam dari sembilan
bersaudara. Ayahnya berana, Wirjamidjana dan ibunya bernama Semuda. Pada awalnya ia
mengambil jurusan seni lukis, namun memutuskan untuk pindah ke jurusan seni patung pada
tahun kedua kuliahnya. Karena lebih dahulu menggeluti seni lukis, sudah barang tentu jika
Nuarta pandai menggambar. Pengertian menggambar adalah kegiatan meniru barang, orang atau
binatang dan sebagainya yang dibuat dengan coretan pensil atau alat lainnya pada suatu kertas.
Nuarta cenderung menghasilkan karya bergaya naturalistik dalam membuat karya seni patung,
namun tidak diketahui alirannya dalam seni lukis. Tapi pasti ada diantara macam-macam aliran
seni lukis seperti yang telah dibahas sebelumnya. Sedangkan bahan atau medum yang ia gunakan
sebagai bahan pembuatan patung adalah tembaga dan kuningan.

Sejak Kecil, Nuarta diasuh oleh pamannya yang merupakan seorang guru seni rupa. Ia
tumbuh dan berkembang di lingkungan seni rupa, maka, tidak aneh rasanya jika ia tumbuh
menjadi sosok seniman seperti sekarang ini. Pamannya, Ketut Dharma Susila inilah yang
menjadukan Nuarta mulai memahami dunia seni patung sedar kecil. Setelah lulus SMA ia
memutuskan untuk masuk ITB dan akhirnya memenangkan lomba patung proklamator Republik
Indonesia. Darisitulah debut Nuarta dimulai. Ia mulai dikenal dan diakui oleh banyak orang serta
para seniman di bidang yang sama saat usianya masih begitu muda.

Tidak sampai disitu, Nuarta mulai mengkapanyekan atau mulai menerbarkan virus seni
rupa modern pada masyarakat khususnya generasi muda Indonesia. Ia membangun Studionya
sendiri yang bernama Studio Nyoman Nuarta dan NuArt Sculpture Part di bandung dan di Bali.
Di Studionya itu, NuArt Sculpture, sering juga diadakan pameran karya seni. Jenis-jenis pameran
yang diselenggarakan oleh Nuarta pun beragam dan kerap melibatkan banyak seniman lain.

4. Edhi Sunarso
Edhi Sunarso lahir di Salatiga, Jawa tengah pada hari sabtu tanggal 2 juli tahun 1932.
Mungkin nama Edhi Sunarso tidak begitu banyak dikenal oleh masyarakat umum. Apalagi oleh
anak muda jaman sekarang. Tapi, tahu kah kalian bahwa di balik namanya yang ‘tidak terlalu
terkenal’ terlahir banyak karya fenomenal yang kerap kali di temukan di Jakarta. Contonya,
Monumen selamat datang yang ada di Bundaran Hotel Indonesia ataupun patung pembebasan
Irian Barat yang ada di lapangan Banteng. Sebenarnya, orang-orang akan langsung ‘ngeh’ jika
karyanya disebutkan. Tanpa mereka tahu sosok di balik pembuatan semua mahakarya tersebut.

Setelah lulus dari STSRI atau ASRI Yogyakarta, salah satu dari tokoh seni rupa
Indonesia ini melanjutkan pendidikannya di Visva Bharanti Rabindranath Tagoere University,
India. Selama berpuluh-puluh tahun ia mengabdikan diri sebagai pematung yang banyak
menyiptakan karya berupa monumen bersejarah yang dapat membangkitkan rasa nasionalisme
Bangsa Indonesia.

Selain bakatnya yang memang sudah terlihat dari kecil, ia juga belajar memahat dan
menggambar secara otodidak. Dengan bakat dan tentunya keberuntungan yang menyertainya,
Edhi Sunarso berhasil melejit dan terkenal pada tahun 1950-an. Prestasinya yang lain adalah
ketika ia berhasil dinobatkan sebagai pemenang kedua lomba patung sedunia yang diadakan di
London tahun 1953. Kemudian disusul dengan penghargaan lainnya seperti Medali emas untuk
karya seni patungnya di India. Berturut-turut dari tahun 1956 – 1957. Meski pada saat ini nama
Edhi mulai tenggelam, karena seniman baru selalu hadir dan membawa perubahan. Tapi karya-
karyanya tetap abadi dan juga ikut berkontribusi pada seni yang lahir jaman saat ini.
5. Gregorius Sidharta

Dharta, nama panggilan akrabnya, sering menggunakan medium yang ‘berbeda’ dari
kebanyakan seniman-seniman lain, bahkan cenderung tak lazim. Contohnya, Dharta pernah
membuat patung dengan bahan beras dan mata uang. Selain seni patung, Dharta pernah
menjelajahi cabang seni lain seperti Seni Lukis, Keramik bahkan kerajinan tangan.

Jika bertanya mengenai konsepnya dalam berkarnya, pria kelahiran Yogyakarta, 30


November 1932 ini pernah menjawab “Saya berkarya mengikuti nafas dari hari ke hari, dari pagi
ke pagi hingga malam. Ke depan saya berjalan ke belakang saya menengok, agar perjalanan tak
pernah putus. Dahulu adalah leluhurku, kini saya berada dan esok adalah keturunanku. Satu
rangkaian yang bersambung tak terputus menyongsong masa depan yang abadi.” Dari
jawabannya, Dharta bisa digambarkan sebagai salah satu seniman yang berkarya benar-benar
dari hati. Ia menciptakan apa yang benar-benar ingin ia ungkapkan.

Dalam proses melahirkan karyanya, Dharta seringkali tidak memiliki bayangan atau
konsep yang jelas terhadap hasil akhir karyanya. Meski begitu, ia selalu mengkonsep gagasannya
meski hal tersebut hanya terdapat diotaknya saja (tanpa tergambar di sketsa). Mengapa? Karena
selalu terjadi tarik ulur antara imajinasi, konsep dan medium. Sehingga kadangkala, apa yang
menjadi hasil akhir karyanya tidak sama dengan apa yang telah ia bayangkan. Meski begitu,
karya Dharta tetap sarat akan nilai estetika.

Pengertian estetika menurut para ahli sudah kita bahas sebelumnya, disana dijelaskan
bahwa estetika berarti susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola, dimana pola tersebut
mempersatukan bagian-bagian yang membentuknya dan mengandung keselarasan dari unsur-
unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan. Poin estetika sangat penting, mengingat seni
patung bukanlah karya seni rupa terapan yang juga dilihat nilai fungsionalitas kegunaannya. Dan
hal tersebut merupakan salah satu perbedaan seni rupa murni dan terapan.

Dharta merupakan anak ketiga dari sebelas bersaudara dengan ayah dan ibu seniman.
Ayahnya, Bernadius Soegijo dan Ibunya Claudia Soemirah lah yang menghidupkan kepekaan
estetiknya. Lingkungan keluarganya juga menggemari musik klasik Brat dan jawa dan berbagai
kesenian lain.

Seniman satu ini mempelajari seni patung secara formal di Akademi Seni Rupa Indonesia
(ASRI) Yogyakarta. Meski begitu, sebelumnya, ia telah mempelajari dasar-dasar melukis dari
tokoh-tokoh pelukis, seperti hendra gunawan dan trubus pada era tahun 1950-an. Setelahnya,
setelah lulus dari ASRI Yogyakarta, Ia pergi ke Belanda untuk belajar  di Jan van Eyck
Academie. Setelah kembali ke Indonesia, ia sempat mengajar sebagai Dosen di Jurusan Seni
Rupa ITB.

Penghargaan yang pernah diraihnya diantaranya : Anugerah Seni dari Badan


Musyawarah Kebudayaan Nasioanl pada tahun 1952, Anugerah Seni DKI Jakarta pada tahun
1982, Penghargaan Patung Terbaik dari Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1986, Penghargaan
ASEAN ke-2 untuk kebudayaan, komunikasi dan Karya Sastra pada tahun 1990 dan
penghargaan Rencana Monumen Proklamator di Jakarta.
3 BIOGRAFI SENIMAN PATUNG INTERNASIONAL
1. MICHELANGELO BUONARROTI

Michelangelo Buonarroti lahir di Caprese, Florence pada 6 Maret 1475. Ia selalu disuruh oleh
ayahnya menjadi saudagar bulu domba. Namun, ia bersikeras untuk menjadi seniman yang terkenal.
Namun, ibunya meninggal dunia saat umurnya baru 6 tahun. Pada umur 10 tahun, ia masuk sekolah SD
Florence. Namun, ia merasa bosan dan tidak tertarik dengan pelajaran yang diberikan di sekolahnya. Ia
lebih suka menggambar di bukunya daripada memperhatikan gurunya.

                       Saat berumur 13 tahun, ia menjadi murid Ghirlandaio dan bersahabat baik dengan
Granacci. Ia sangat rajin mendengarkan instruksi dari Ghirlandaio. Ghirlandaio-pun mengetahui bakat
terpendam Michelangelo dalam bidang seni, khususnya bidang seni pahat. Akhirnya, Michelangelo dan
Granacci dikirim oleh Ghirlandaio kepada Lorenzo yang notabene mantan murid Donatello (pemahat
Italia abad 15) di Medici. Ia berhasil membuat patung "Madonna Of Stairs". Namun, guru terbaiknya
tersebut meninggal dunia pada tahun 1492. Lalu ia meninggalkan Medici dan kembali ke kampung
halamannya untuk mempelajari anatomi tubuh manusia. Di Bologna, ia membuat sebuah patung "Dewa
Cinta Cupido" untuk seorang saudagar.
                
                       Michelangelo diminta oleh Uskup Rafaello Riario untuk membuat patung "Pieta". Patung ini
sangat disukai oleh banyak orang. Pada tahun 1504, ia berhasil menyelesaikan patung "Daud" yang
tingginya mencapai 5,2 meter dan "Perang Cascina" yang berduel dengan "Perang Anghiari" buatan
Leonardo Da Vinci. Pada tahun 1505, ia merancang makam Paus Julius II yang berisi patung "Musa" dan
"Tawanan". Pada Bulan Juni 1534, ayahnya yang berusia 90 tahun meninggal dunia. Pada tahun 1520 ia
membangun Gereja San Lorenzo.

                        Pada tahun 1541, ia menyelesaikan "Pengadilan Terakhir". Namun, Uskup Carafa yang
menjadi Paus pada tahun 1555 memerintahkan menghancurkan "Pengadilan Terakhir". Kesehatan
Michelangelo mulai turun dan badannya sakit-sakitan. Akhirnya pada tanggal 18 Februari 1564, sang
Pemahat Ulung Michelangelo Buonarroti meninggal dunia.
PATUNG PIETA

2. AUGUSTE RODIN

François-Auguste-René Rodin (lahir 12 November 1840 – meninggal 17 November 1917 pada


umur 77 tahun), dikenal dengan Auguste Rodin (/[invalid input: 'icon']oʊˈɡuːst roʊˈdæn/ OH-
GOOST ROH-DAN; bahasa Prancis: [oɡyst ʁɔdɛ]̃ ), adalah pematung Prancis dan termasuk salah
satu pematung utama dalam masa modern.[1] Meskipun ia sering dianggap sebagai salah satu
pematung terbesar, Rodin dididik secara tradisional dan bahkan tidak pernah mengenyam
pendidikan di sekolah seni terkemuka di Paris. Patung-patung karyanya yang sangat terkenal dan
abadi adalah Le Penseur (Pemikir), dan Le Baiser (Ciuman).

Pada waktu ia lulus sekolah menengah, guru-gurunya telah mengakui bakat Rodin yang hebat
dalam seni pahat. Rodin pun berencana melanjutkan studinya ke jurusan tersebut, tetapi ia gagal
pada waktu tes. Kegagalan itu menjadikan Rodin mengambil jalur berbeda, yakni bekerja
sebagai perajin dan dekorator. Pada tanggal 8 Desember 1862, Rodin memutuskan untuk
bergabung dengan sebuah ordo biarawan. Di biara, ia juga mengisi waktunya dengan memahat
patung, namun tak pernah meraih kepuasan sehingga patung-patung karyanya ia lemparkan ke
loteng. Dua tahun kemudian, pada tahun 1864, Rodin meninggalkan biara. Ia lalu bertemu Rose
Beuret, seorang penjahit wanita berusia 20 tahun, yang kemudian menjadi model patungnya
sekaligus istrinya. Pada masa-masa itulah Rodin mulai menemukan gaya orisinalnya, dan
semakin berkembang dalam karya-karyanya. Rodin kemudian bekerja di studio Carrier-Belleuse,
dan di sana ia menghasilkan banyak ornamen berkualitas dalam desain arsitektur untuk proyek-
proyek besar seperti Opera Garnier, acara di hotel La Paiva di Champs-Elysees, atau Teater des
Gobelins.
Dalam seni pahat, Rodin memiliki kemampuan menyampaikan perasaan melalui ekspresi wajah
dan melalui bagian-bagian individu dari tubuh manusia. Dia menggoreskan lekukan-lekukan
wajah yang dalam untuk menciptakan bayang-bayang yang kuat, sementara bagian wajah yang
bertekstur memperkuat perasaan hidup dan gerakan—sesuatu yang tak terlihat pada bentuk
pahatan klasik sebelumnya. Pada tahun 1880, pemerintah Prancis menugaskannya untuk
merancang sepasang pintu untuk sebuah museum seni dekoratif yang akan dibangun. Proyek
yang terkenal dengan nama “The Gates of Hell” itu menyita seluruh waktu Rodin di sepanjang
sisa hidupnya, hingga proyek itu tetap belum terselesaikan ketika ia meninggal dunia.

PATUNG THE THINKER

3. HENRY MOORE

Henry Spencer Moore (30 Juli 1898 - 31 Agustus 1986) merupakan seorang seniman
berkebangsaan Inggris. Henry Moore merupakan salah satu seniman patung paling terkenal pada abad
ke-20. Moore memutuskan untuk menjadi pematung pada usia 11 tahun setelah ia mendengar cerita
tentang seniman patung terkenal Italia, Michaelangelo. Dalam era Perang Dunia I, Moore bergabung
dalam militer dan setelah itu ia mendapat beasiswa pada sekolah seni Royal College of Art di London.
Awalnya, karya-karya Moore dianggap jelek oleh gurunya karena menggabung-gabungkan unsur seni
patung Mesir, Oseania, Afrika, dan lain-lain. Setelah lulus dari sekolah seni, ia memulai kariernya sebagai
pematung dan sedikit demi sedikit akhirnya karya-karyanya mendapat penghargaan. Pada tahun 1946,
karyanya mendapat pengakuan dari Museum of Modern Art dan pada tahun 1948 dia memenangkan
hadiah utama untuk karya seni patung pada festival seni Venice Biennale ke-24. Sejak saat itu, reputasi
Moore menanjak dan karya-karyanya banyak mendapat sambutan masyarakat. Karya-karya utama
Henry Moore diantaranya patung yang dipajang di markas UNESCO di Paris, di Lincoln Center di New
York, dan di University of Chicago. Henry Moore meninggal dunia tahun 1986.

PATUNG FAMILY GROUP


TUGAS SENI BUDAYA:
MAKALA
KELAS X MIPA 3
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
 HAWANDANI

Anda mungkin juga menyukai