Anda di halaman 1dari 2

TUGAS INDIVIDU HARI KE – 4

TOKOH PANUTAN ASN JAWA BARAT


A. Biografi
Asep Sunandar Sunarya lahir di Bandung, Jawa Barat, pada 3 September 1955 dari
seorang ibu yang bernama Tjutjun Jubaedah (biasa dipanggil Abu Tjutjun), isteri seorang dalang
terkenal pada masanya yakni Abeng Sunarya (biasa dipanggil Abah Sunarya). Beliau adalah
putra ke tujuh dari 13 bersaudara. Asep Sunandar Sunarya atau yang dikenal dengan Ki Asep
Sunandar Sunarya adalah seorang maestro wayang golek di Indonesia.
Hampir seperti kebanyakan anak-anak lainnya pada zaman itu, Asep kecil senang sekali
dengan dongeng atau kawih yang menyertainya menjelang tidur. Sejak usia 7 tahun ( kelas 1 SD)
minat Asep Sunandar Sunarya terhadap wayang golek sudah mulai tumbuh. Selain karna faktor
turunan juga memang pada zaman itu pagelaran seni Wayang Golek masih digandrungi oleh
masyarakat. Juga, pada saat itu belum ada "saingan" dari jenis seni lainnya sebagaimana terjadi
pada zaman sekarang. Bakatnya ia perlihatkan dengan kegemarannya membuat wawayangan dari
ranting-ranting pohon yang jatuh, tanah liat, dan daun singkong.
Selesai mengenyam pendidikan di tingkat Sekolah Dasar pada tahun 1968, Asep
melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama. Pada masa-masa ini konsentrasi belajarnya
terganggu oleh hobinnya mendalami ilmu pedalangan sampai lulus SMP tahun 1971.
Kesenangan beliau pada dunia Dalang dibuktikan dengan beliau menimba ilmu pedalangan
dengan belajar pada dalang Cecep Supriadi, dalang kondang dari Karawang.
Asep Sunandar Sunarya dengan bersungguh-sungguh mengikuti Penataran Dalang yang
diselenggarakan RRI Bandung pada tahun 1972 dan tercatat sebagai lulusan terbaik.
Tanpa adanya seorang Asep Sunandar Sunarya mungkin Cepot tidak akan sepopuler
sekarang ini. Berkat kreativitas dan inovasinya, Ia berhasil meningkatkan lagi derajat wayang
golek yang dianggap seni kampungan oleh segelintir orang. Peningkatan itu dilakukan dengan
menciptakan wayang Cepot yang bisa mangguk-mangguk, Buta muntah mie, Arjuna dengan alat
panahnya, Bima dengan gadanya begitu pula dengan pakaian wayangnya yang terkesan mewah.
Beliau begitu menyatu dengan dunia wayang golek yang ia geluti, Beliau tidak hanya
sekadar berkarya namun lebih jauh dari itu ia berkarya disertai inovasi dan kreativitas. Karya
Beliau tidak stagnan melainkan dinamis, terus mengikuti perkembangan dan tuntutan zaman,
selain mendalang beliau juga sering berdakwah sehingga penghargaan demi penghargaan, baik
dari tingkat lokal, provinsi, nasional, bahkan manca negara ia dapatkan. Salah satu penghargaan
yang beliau dapatkan adalah endapat mandat dari pemerintah sebagai duta kesenian, untuk
terbang ke Amerika Serikat pada tahun 1986. Hal tersebut mengantarkan beliau menjadi Dosen
Luar Biasa selama 2 bulan di Institut International De La Marionnete di Charleville Perancis
pada tahun 1993 dan diberi gelar Profesor oleh Masyarakat Akademisi Perancis.
Guna melestarikan budaya Sunda khususnya Wayang Golek dan Tarian Sunda beliau
mendirikan Padepokan Giri Harja atau juga dikenal dengan Kampung Giri Harja, kampung seni
di daerah Bandung Selatan. Di sini setiap orang yang ingin belajar wayang golek khususnya
bebas datang.

B. Sikap BerAKHLAK Yang Bisa Diterapkan Sebagai ASN


1. Berorientasi Pelayanan
Nilai Dasar ASN yang bisa dijadikan panutan dari beliau adalah dengan panduan perilaku
berdasarkan prinsip keahlian yang dimiliki diwujudkan dengan dirinya memahami kebutuhan
masyarakat melalui karya-karyanya, bahwa masyarakat tidak hanya sekedar membutuhkan
hiburan, tetapi masyarakat juga membutuhkan edukasi yang dapat dicerna dengan mudah
lewat dialog-dialog saat beliau menjadi dalang.
2. Akuntabel
Sebagai seorang dalang beliau bertanggung jawab terhadap profesi yang beliau geluti, terbukti
beliau melakukan dengan sepenuh hati hingga melahirkan karya-karya yang luar biasa.
3. Kompeten
Beliau yang sudah menjadi dalang dengan berbagai penghargaan baik nasional maupun
internasional ditunjuk sebagai Dosen Luar Biasa di Perancis untuk membantu orang luar tidak
hanya mengetahui tentang seni wayang golek tetapi juga membantu orang lain belajar.
Melalui karya-karyanya beliau juga membuat masyarakat banyak belajar tentang kehidupan.
4. Harmonis
Beliau mendirikan Padepokan Giri Harja sebagai wadah untuk belajar seni khususnya seni
sunda. Tempatnya tidak terbatas hanya untuk orang sunda tetapi untuk semua orang dari latar
belakang apapun.
5. Loyal
Beliau sangat loyal terhadap bidang yang beliau tekuni, kecintaannya terhadap seni Wayang
Golek tidak luntur sebagai caranya melestarikan seni budaya Sunda sebagai bagian dari ciri
bangsa Indonesia yang beragam dengan adat dan budayanya.
6. Adaptif
Saat menjadi dalang beliau terus berinovasi dan menggali kreatifitas sesuai dengan
perkembangan zaman tanpa menghilangkan identitas asli wayang golek itu sendiri
7. Kolaboratif
Beliau adalah sosok yang sangat terbuka untuk bekerja sama, hal tersebut terbukti bagaimana
beliau ditunjuk menjadi Dosen Luar Biasa di Perancis untuk kerja sama antar bangsa serta
mendirikan Padepokan Giri HArja sebagai wadah untuk memanfaatkan sumber daya yang
dimiliki masyarakat dengan tujuan melestarikan budaya bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai