Anda di halaman 1dari 26

BAB 8

WAVELET DAN
SEIMOGRAM SINTETIK

1
Wavelet
Wavelet merupakan kumpulan dari sejumlah gelombang harmonik
yang mempunyai amplitudo, ferkuensi dan phase tertentu.

Tiga karakter gelombang harmonik, yaitu;


1. Amplitudo maksimum
2. Frekuensi
3. Phase, selalu diukur relatif terhadap suatu referensi.

2
Phase-phase (Jenis) Wavelet
1. Zero Phase, adalah wavelet yang mempunyai komponen
frekuensi puncak pada titik referensi nol. Bentuk gelombangnya
simetri terhadap origin.
2. Linier Phase, adalah phase setiap gelombang harmonik yang
merupakan pengkalian suatu tetapan terhadap frekuensi gelombang
harmonik. Spektrum phasenya berupa garis lurus dengan melalui
titik origin.
3. Minimum phase, adalah suatu fungsi wavelet yang energinya
terkonsentrasi di depan (sedekat mungkin dengan t = 0 dan tidak
ada energi lain sebelum t = 0).
4. Maksimum phase, adalah suatu fungsi wavelet yang energinya
terkonsentrasi di belakang.
5. Mixed phase, adalah setiap fungsi wavelet yang selain di atas,
yang pada umumnya merupakan campuran/jumlahan dari bentuk-
bentuk di atas.
3
4
5
Spektrum Wavelet

6
Ricker Wavelet

2
2 f -(f /fm )2
F(f) = ( ) 2 e
 fm

 6
 
  
TD 
fm
-( f m t )2
f(t) = (1- 2 f t ) e
2 2
m
2 flanking side lobes
TR 
TD
3

7
8
9
10
Latihan 1:
1. Compute and plot the
amplitude versus
frequency spectrum.
( Freq = 1/period).
2. Compute and plot the
phase spectrum
referenced at time = 0.2
(phase angle = 360 L/T),
L is the time the peak
lags the referenced, T is
the period between cycle
peak).
11
Seismogram Sintetik
• Seismogram sintetik disebut juga geogram atau teogram adalah
rekaman seismik buatan, yang dibuat dari data log kecepatan dan
densitas. Data kecepatan dan densitas membentuk fungsi koefisien
refleksi (stikogram) yang selanjutnya dikonvolusikan dengan wavelet.

• Seismogram sintetik dibuat untuk mengkorelasikan antara informasi


sumur (lithologi, umur, kedalaman dan sifat-sifat fisis lainnya)
terhadap penampang seismik guna memperoleh informasi lebih yang
lebih lengkap dan komprehensif.

• Sering diperoleh korelasi yang kurang tepat antara data penampang


seismik terhadap seismogram sintetik, karena tidak mudah untuk
memperoleh korespondensi satu-satu antara seismogram sintetik
dengan penampang seismik, mengingat sistem pengumpulan dan
akurasi data berbeda.

12
13
14
15
Koefisien refleksi
• Koefisien refleksi adalah perbandingan amplitudo pulsa terpantul terhadap
amplitudo pulsa datang. Bila lintasan pulsa normal terhadap bidang batas, maka
koefisien refleksinya dapat dihitung dari persamaan,
A
 
r 
2V 
2 V
11
R
A
i V
22 
 V
11
(5.1)
• dengan Ar = amplitudo pulsa terpantul,
• Ai = amplitudo pulsa datang,  dan V adalah kecepatan dan densitas pada masing-
masing indek lapisan.

Polaritas Pulsa Terpantul


Koefisien refleksi dapat bernilai antara -1 dan +1, bila R = 0, berarti tidak terjadi
pemantulan. Perjanjian mengenai polaritas adalah,. Untuk hydrophone (peka terhadap
tekanan), kompresi adalah positif dan merenggang adalah negatif. Untuk geophone
(peka terhadap kecepatan), gerakan partikel dalam arah rambat gelombang adalah
positif, bila berlawanan dengan arah rambat gelombang adalah negatif.

16
Estimasi Wavelet
• 1. Dekonvolusi
• Sebuah trace seismik s(t) berasal dari konvolusi antara wavelet w(t)
dengan stikogram r(t), ditulis sebagai w(t) * r(t) = s(t). Di dalam
transformasi Z ditulis
W(z).R(z) = S(z) (5.2)
• Jika kita punya log stikogram R(z) dari sumur dan trace seismik (tanpa
noise) S(z), maka dengan pembagian polinomial dapat dihitung
wavelet w(z), yaitu
S(z) (5.3)
Wz( )
Rz
()
• Kemudian wavelet w(t) diperoleh melalui transformasi Z balik
terhadap W(z) tersebut.

17
2. Auto korelasi
• Trace seismik secara normal
mengandung banyak wavelet
refleksi, walaupun berbeda kuat,
posisi dan polaritasnya, kita
anggap mempunyai bentuk dasar
yang sama. Sehingga auto korelasi
wavelet akan sama dengan auto
korelasi trace-trace pada bagian
tengahnya. Bagian tengah di sini
artinya bagian yang terletak antara
-L/2 dan +L/2 dengan L adalah
panjang pulsa perpantul (daerah
wavelet refleksi).

18
3. Deterministik
• Pada survey lepas pantai (marine) biasanya
ditempatkan sebuah hydrophone beberapa
meter di bawah sumber seismik, agar dapat
merekam sinyal sumber yang ke bawah.
Dari sinyal tersebut dapat digunakan untuk
mengestimasi efek serapan dan bentuk
wavelet terpantul.

19
4. Analitik
• Bentuk wavelet dapat diperoleh dari analisis atau dibuat
wavelet tiruan, seperti wavelet Klauder (pada vibroseis)
dan wavelet Ricker. Wavelet Klauder adalah auto korelasi
dari sinyal sweep vibroseis, sedangkan wavelet Ricker
dibuat berdasarkan rumus,


t x)
2
2 x
R
() (
12 .e (5.4)

dengan x =  f t, dan f adalah frekuensi t waktu rambat.

R(t) =(1-2x^2) e^-x^2


20
21
Data Sumur
• Data sumur yang diperlukan adalah log sonic, chek shot dan log densitas. Data
yang ideal tentu bebas noise, baik noise instrumen, efek caving maupun noise
koheren dan random lainnya.

• Dari data sumur sering diperoleh data log bagian atas dan data log bagian
bawah tidak sama antara log sonic dengan log densitas, sehingga pada
kedalaman tertentu salah satu datanya tidak lengkap (biasanya data densitas
yang tidak ada). Untuk mengatasi hal yang demikian dianggap data densitas
konstan.

• Chek shot sangat diperlukan untuk koreksi waktu dan kalibrasi waktu sampel
sonic dimulai. Nilai koreksi ini disebut drift yang besarnya dapat positif atau
negatif. Chek shot yang baik diperoleh dari sumur yang sama, karena sering
diperoleh data sonic dari sumur A, sedangkan data chek shotnya dari sumur B,
walaupun sumur tersebut berdekatan. Namun demikian apabila tidak terdapat
chek shot pada sumur tersebut, maupun pada sumur-sumur yang berdekatan
dapat pula dilakukan pencocokan secara manual dengan menggeser-geser
skala waktu sedemikian rupa sehingga diperoleh persesuaian yang cukup baik.

22
23
24
25
26

Anda mungkin juga menyukai