PENDAHULUAN
Infeksi nosokomial atau yang dikenal sebagai Health care-associated infection (HAIs)
mengandung pengertian yang lebih luas yaitu infeksi yang didapat tidak hanya di
rumah sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, infeksi tidak hanya
terbatas pada pasien saja, tetapi juga pada petugas kesehatan yang didapat pada saat
rumah sakit (RS), yang dapat memperpanjang lama rawat serta biaya perawatan di RS,
HAIs menyebabkan tingginya angka morbiditas, mortalitas pada pasien yang terkena
infeksi tersebut dan meningkatkan risiko palsi serebral/kecacatan pada bayi yang
Angka kejadian HAIs menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC)
2011 menunjukkan terjadi 721.800 kasus infeksi neonatus setiap tahunnya dan
sejumlah 75.000 pasien meninggal pada saat perawatan akibat HAIs (Uliyadien,
2014). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 20012 menunjukan
penyebab utama kematian neonatus pada usia 8 – 28 hari adalah infeksi (57,1%).
Divisi Perinatologi Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta (RSCM) pada
tahun 2013 mencatat angka kematian neonatus sebesar 58,34 per 1000 kelahiran hidup
dengan infeksi sebagai salah satu penyebab terbanyak adalah kejadian Central Line
Central Line Associated Blood Stream Infections (CLABSI) adalah infeksi aliran
darah vena (IADV) yang terkait dengan pemasangan jalur sentral dan merupakan
penyebab 70% dari keseluruhan IADV yang ada di rumah sakit (Stevens TP, 2012).
1
CLABSI diartikan sebagai IADV yang berasal dari jalur sentral dimana tidak
Angka Kematian bayi di dunia mencapai lebih dari 130 juta setiap tahun dimana 10
juta bayi meninggal sebelum usia lima tahun, 8 juta diantaranya meninggal sebelum
usia 1 tahun dan 2/3 kematian sebelum usia 1 tahun terjadi pada periode neonatal.
penyumbang 41% kematian pada anak di seluruh dunia (WHO, 2006). Di Indonesia
angka kematian. bayi sangat tinggi yaitu angka kematian bayi 32 per 1.000 kelahiran
hidup. Setiap 1 jam terdapat 10 kematian bayi di Indonesia. Salah satu penyebab
kematian bayi terbanyak adalah prematuritas dan infeksi akibat CLABSI (Risma
Kaban, 2014).
sebagai indikator angka sepsis di rumah sakit. Angka CLABSI juga dapat
intensif neonatus (Isaacs D, 2014). Infeksi pada neonatus dapat dibagi menjadi sepsis
neonatus awitan dini (SNAD) yang terjadi dibawah usia 3 hari kehidupan dan sepsis
neonatus awitan lambat (SNAL) yang terjadi diatas usia 3 hari kehidupan. Secara
umum penyebab infeksi dapat dibagi menjadi 3 faktor utama yaitu faktor host, agent,
dan environment. Faktor host mencakup usia gestasi, berat badan neonatus dan
kelainan kongenital, dimana risiko berbanding infeksi aliran darah terbalik dengan usia
gestasi dan berat badan neonatus; faktor agent mencakup virulensi dan tingkat
2
Secara umum bakteri gram negatif dan jamur dianggap lebih mematikan dibandingkan
bakteri gram positif; faktor environment mencakup faktor risiko infeksi maternal,
higienitas tenaga kesehatan dan lingkungan, durasi pemakaian jalur sentral, durasi
pemakaian ventilator mekanik dan alat bantu lainnya. Terdapatnya minimal satu faktor
risiko infeksi maternal, tingkat kepatuhan cuci tangan yang rendah, prosedur
pemasangan jalur sentral yang tidak sesuai standar operasional prosedur (SOP) dan
durasi pemakaian jalur sentral yang lama dapat meningkatkan risiko infeksi aliran
yang merupakan bagian terbesar dari Infeksi Aliran Darah Vena. CDC melaporkan
menurunkan angka CLABSI hingga 70%, namun banyak penelitian yang mencari
hubungan antar faktor risiko diatas dengan angka CLABSI dan tindakan-tindakan
Pemasangan vena sentral di Ruang NICU RSUD KOJA dengan peripherally inserted
central catheters (PICC), yaitu vena sentral yang dipasang secara perifer dengan
selang berlubang yang lentur dan sangat kecil dengan tutup pada satu ujungnya,
kateter ini dapat dipasang oleh dokter atau perawat yang dilatih secara khusus.
Pemasangan kateter vena sentral ini dilakukan dengan teknik aseptic yang ketat,
kateter dipasang secara perifer melalui vena basilica, median kubiti atau sefalica.
3
Berdasarkan data Registrasi periode bulan Januari – November 2017 di Ruang NICU
RSUD KOJA tahun 2017 ada sebanyak 419 pasien yang terpasang PICC ada sebanyak
226 pasien, Dari 50% yang memakai PICC didapatkan 20% terjadinya CLABSI.
Hal ini menyebabkan peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang terkait
untuk mengetahui hubungan faktor risiko neonatus (usia gestasi dan berat badan lahir),
kepatuhan cuci tangan petugas kesehatan dan pelaksanaan SOP pemasangan jalur
sentral terhadap angka kejadian infeksi aliran darah vena terkait jalur sentral
(CLABSI) pada neonatus di Ruang NICU Rumah Sakit Umum Daerah Koja.
Pemasangan PICC terhadap angka kejadian IADV yang mengalami CLABSI terkait
dengan Hubungan faktor risiko neonatus (usia gestasi dan berat badan lahir),
kepatuhan cuci tangan petugas kesehatan dan pelaksanaan SOP pemasangan jalur
sentral terhadap angka kejadian infeksi aliran darah vena terkait jalur sentral
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah diketahui faktor-faktor yang berhubungan
4
b. Teridentifikasi hubungan berat badan lahir dengan kejadian CLABSI pada
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam upaya
mengurangi atau mencegah kejadian CLABSI pada neonatus yang terpasang jalur
sentral, dengan demikian dapat meningkatkan harapan hidup bayi baru lahir dan
merawat bayi dalam perawatan yang lebih baik, khususnya di Ruang NICU RSUD
KOJA.
Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya guna memperoleh
metode yang paling efektif dalam menurunkan kejadian CLABSI pada neonatus
Memberi informasi tentang faktor risiko infeksi pada neonatus dengan hubungan
pemasangan jalur sentral oleh petugas kesehatan terhadap kejadian CLABSI terkait
jalur sentral.