LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ANALISIS GEOLOGI STRUKTUR 1
BAB I
PENDAHULUAN
Gerakan yang berasal dari dalam bumi atau yang sering disebut gaya endogen
banyak sekali menimbulkan perubahan-perubahan batuan (deformasi) pada kerak
bumi dan juga akibat tenaga yang bekerja pada kulit bumi yaitu tenaga tektonisme,
baik itu secara mendatar (horizontal) maupun vertikal. Hasil dari gaya endogen dan
tenaga yang bekerja mengakibatkan rekahan pada batuan yang menjadi sebab akibat
terbentuknya struktur-struktur geologi salah satunya adalah kekar.
Dalam geologi, kekar adalah pemecahan atau pemisahan dalam formasi
geologis, seperti sesar, yang membelah batuan menjadi kepingan-kepingan
(Wikipedia). Kekar kadang-kadang dapat membentuk retakan yang dalam dan lebar
di dalam batuan. Kekar biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan batu untuk
menahan tekanan yang terlalu besar. Akibatnya, batuan mengalami keretakan di titik
terlemahnya.
Kekar adalah struktur rekahan pada batuan dimana tidak ada atau relative
tanpa mengalami pergeseran pada bidang rekahannya. Kekar dapat terjadi pada
semua jenis batuan, dengan ukuran yang hanya beberapa millimeter (kekar mikro)
hingga ratusan kilometer ( kekar mayor ) sedangkan yang berukuran beberapa meter
disebut dengan kekar minor. Kekar dapat terjadi akibat proses tektonik maupun
perlapukan juga perubahan temperature yang signifikan. Kekar merupakan jenis
struktur batuan dalam bentuk bidang pecah. Karena sifat bidang ini memisahkan
batuan menjadi bagian-bagian terpisah maka struktur kekar merupakan jalan atau
rongga kesarangan batuan untuk dilalui cairan dari luar beserta materi lain seperti air,
gas dan unsur-unsur lain yang menyertainya.
Untuk menjadi seorang eksplorer dibutuhkan akuisisi data yang akurat dan
detail oleh sebab itu mempelajari Analisis Kekar adalah suatu keharusan, di mana
prinsip – prinsip dari kegiatan tersebut sangat bermanfaat dalam kegiatan eksplorasi
dan keteknikan.
1.2.1 Maksud
Untuk mengetahui apa saja yang berhubungan dengan alisis kekar.
1.2.2 Tujuan
1. Kami dapat menganalisis kekar yang terjadi pada suatu daerah.
2. Kami dapat memahami penggunaan Wulf Net dan Scmidht Net dalam analisis
deskriptif problema struktur geologi.
1.3.1 Alat
1. ATM (Drawing Pen dan Pensil)
2. Penggaris 30 cm
3. Busur 360o
4. Papan Standar
5. Jangka
1.3.2 Bahan
1. Kertas kalkir
2. Polar Net
3. Wulf Net
4. Scmidt Net
5. Kalsbeek Net
1.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kekar adalah retakan pada batuan (fracture) yang secara ralatif tidak
mengalami pergeseran pada bidang reakahannya. Kekar merupakan struktur yang
sering dujumpai pada batuan. Kekar yang terbentuk pada batuan yang diakibatkan
dari gaya yang bekerja pada batuan baik tektonik maupun non tektonik. Kekar
dicirikan dengan adanya pemotongan bidang perlapisan batuan, biasanya terisi
mineral lain dan adanya kenampakan breksial. Struktur kekar dapat dikelompokan
berdasarkan sifat dan karakter serta arah gayanya.
Kekar (Joint) adalah rekahan pada batuan yang belum mengalamai
pergerseran. Kekar dapat terbentuk baik secara primer (bersamaan dengan
pembentukan batuan, misalnya kekar kolom dan kekar melembar pada batuan beku)
maupun secara sekunder (setelah proses pembentukan batuan, umumnya merupakan
kekar tektonik). Dari hasil eksperimen dengan memberi gaya pada contoh batuan
akan diperoleh retakan yang menyudut lancip dengan arah gaya kompresi yang tidak
pernah melebihi 45o , umunya sekitar 30o , tergantung sudut geser dalam batuan.
Umumnya dalam batuan sedimen, kekar dapat terbentuk mulai saat
pengendapan atau terbentuk setelah pengendapannya, dimana sedimen tersebut
sedang mengeras. Struktur kekar dipelajari dengan cara statistic, mengukur dan
mengelompokan dalam bentuk diagram Rosset atau dengan diagram kontur (kutub).
Ada beberapa kriteria yang dapat menentukan umur relatif suaru kekar, yaitu :
1. Jika dijumpai kekar yang terletak di bawah bidang ketidakselarasan
mengalami perekahan akibat proses pelapukan dan kemudian diisi oleh
batuan yang terletak di atas bidang ketidakseiarasan tersebut (batuan
penindih terletak di atas bidang ketidakselarasan), maka kekar tersebut
berumur lebih tua dari batuan penindih. Contoh pada batuan penindih
berumur Miosen Tengah maka kekar yang diisi oleh batuan tersebut juga
berumur lebih tua dari miosen Tengah.
2. Kekar berumur lebih tua dibandingkan dengan retas atau urat (vein).
3. Kekar yang dipotong lebih tua dari pada kekar yang memotong (azas
pemotongan).
SALFINA SYARIF A. FARID
09320150085 09320160028
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ANALISIS GEOLOGI STRUKTUR 1
4. Pembentukan kekar gerus dan kekar tarik pada struktur lipatan yang terletak
di lengkungan maksimum terbentuk bersamaan (berumur sama) dengain
proses pembentukan lipatannya.
Mengikut Engelder (1985) ada empat kategori kekar berdasarkan kepada
persekitaran dan mekanisma pembentuknya, iaitu tektonik, hidraulik, pengurangan
beban (unloading) dan kekar pelepasan (release joints).
Sumber : sipanjaitan.blogspot.com
Gambar 2.1 Shear Joint
2. Tension Joint adalah rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya utama
dan sifatnya terbuka
Sumber:www.rci.rutgers.edu
Gambar 2.3 Srinkage Joint
2. Sheet Joint (kekar lembar) adalah kumpulan dari beberapa kekar yang
hampir sejajar dengan permukaan tanah. Biasnya terjadi pada batuan beku.
kekar ini terjadi akibar dari penghilangan beban batuan yang tererosi.
Sumber : www.webpages.uidaho.edu
Gambar 2.4 Sheet Joint.
b. Jejak bagian bawah bidang lemah yang menjadi bidang luncur harus
muncul di muka lereng, dengan kata lain kemiringan bidang gelincir lebih
kecil dari kemiringan lereng.
c. Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser dalamnya
d. Terdapat bidang bebas pada kedua sisi longsoran
2. Longsoran Baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu
bidang lemah yang saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang
lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam batuannya tetapi lebih
kecil dari kemiringan lereng.
Sumber:google.com/longsoranbaji
3. Longsoran Guling
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah
kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang lemahnya.
Sumber:google.com/longsoranguling
Gambar 2.7 Longsoran Guling
4. Longsoran Busur
Longsoran busur adalah yang paling umum terjadi di alam, terutama pada
batuan yang lunak (tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur hanya
terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan mempunyai
bidang-bidang lemah (rekahan) yang sangat rapat dan tidak dapat dikenali
lagi kedudukannya. Pada longsoran bidang dan baji, kelongsoran dipengaruhi
oleh struktur bidang perlapisan dan kekar yang membagi tubuh batuan
kedalam massa diskontinuitas. Pada tanah pola strukturnya tidak menentu dan
bidang gelincir bebas mencari posisi yang paling kecil hambatannya.
Longsoran busur akan terjadi jika partikel individu pada suatu tanah atau
massa batuan sangat kecil dan tidak saling mengikat. Oleh karena itu batuan
yang telah lapuk cenderung bersifat seperti tanah. Tanda pertama suatu
longsoran busur biasanya berupa suatu rekahan tarik permukaan atas atau
muka lereng, kadang-kadang disertai dengan menurunnya sebagian
permukaan atas lereng yang berada disamping rekahan. Penurunan ini
menandakan adanya gerakan lereng yang pada akhirnya akan terjadi
kelongsoran lereng, hanya dapat dilakukan apabila belum terjadi gerakan
lereng tersebut. Longsoran jenis ini sering terjadi di alam, terutama pada
material tanah atau batuan yang lunak.
Sumber:google.com/longsoranbusur
Gambar 2.8 Longsoran Busur