Anda di halaman 1dari 23

YAYASAN WAKAF UMI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR
Kampus II UMI Jl. Urip Sumoharjo KM. 5 Makassar
Teknikpertambangan.fti@umi.ac.id

MATA ACARA I
PENGENALAN STRUKTUR GEOLOGI, STRUKTUR GARIS
DAN STRUKTUR BIDANG

1. Tujuan Praktikum
a. Praktikan dapat mengetahui unsur – unsur dalam struktur geologi.
b. Praktikan dapat mengetahui kegunaan kompas geologi dalam pengambilan data
struktur.
c. Praktikan dapat mengetahu pengunaan notasi untuk menuliskan kedudukan dan
unsur struktur geologi.
b. Praktikan dapat memahami definisi struktur garis dan unsur- unsurnya
c. Paktikan dapat memahami pitch, plunge, trend, bearing
d. Praktikan dapat memahami penggambaran struktur garis
e. Praktikan dapat memahami definisi jurus/arah, dip semu dan dip sebenarnya dari
struktur bidang
f. Praktikan dapat memahami penggambaran strukturbidang.

2. Alat dan Bahan


a. HVS minimal 10 lembar;
b. Kertas Kalkir minimal 10 lembar;
c. Drawing Pen warna hitam;
d. Alat tulis menulis (pensil dan penghapus);
e. Busur 360˚;
f. Jangka ;
g. Buku Milimeter blok A4;
h. Pengaris 30 cm.

3. Dasar Teori
1. Struktur Geologi
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Proses deformasi
adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan akibat dari gaya (force) yang terjadi
YAYASAN WAKAF UMI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR
Kampus II UMI Jl. Urip Sumoharjo KM. 5 Makassar
Teknikpertambangan.fti@umi.ac.id

di dalambumi. Gaya tersebut pada dasarnya merupakan proses tektonik yang terjadi di
dalam bumi.
Di dalam Pengetian umum, geologi struktur adalah ilmu yang
mempelajari tentang bentuk batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta
menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa penulis menganggap bahwa
geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur
geologi, misalnya perlipatan (fold), rekahan (fracture), sesar (fault), dan sebagainya,
sebagai bagian dari satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan
geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala yang lebih besar, yang
mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan sedimentasi, rangkaian
pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya (AH Harsolumakso, 1997 ).
2. Struktur Batuan
Struktur batuan adalah gambaran tentang kenampakan atau keadaan batuan,
termasuk didalamnya bentuk dan kedudukannya. Didasarkan pada proses
pembentukannya, struktur batuan dapat dibedakan menjadi :
a. Struktur primer, yaitu struktur yang terjadi pada saat proses pembentukan
batuan tersebut, misalnya, pada batuan sedimen: bidang perlapisan bersilang
(cross bedding), gelembur gelombang (ripple mark), perlapisan bersusun
(graded bedding), dan sebagainya, pada batuan beku : struktur aliran (flow
structure), kekar akibat pendinginan (cooling joints), dan sebagainya.
b. Struktur sekunder, yaitu struktur yang terjadi kemudian, setelah batuan
terbentuk, yaitu akibat proses deformasi atau tektonik. Jenis struktur yang
termasuk di dalam struktur sekunder diantaranya adalah : lipatan, rekahan
(kekar), patahan (sesar), dan sebagainya.
Geologi struktur yang dimaksudkan pada praktikum ini lebih ditekankan untuk
mempelajari tentang struktur akibat dari deformasi. Walaupun demikian, pada
beberapa kasus, struktur primer akan berguna di dalam analisis struktur, misalnya
untuk menentukan arah sedimentasi, dan sebagainya.
3. Jenis Jenis Struktur Geologi
Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai
produk dari gaya gaya yang bekerja pada batuan, yaitu: (1). Kekar (fractures) dan
Rekahan (cracks); (2). Perlipatan (folding); dan (3). Patahan/Sesar (faulting).
YAYASAN WAKAF UMI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR
Kampus II UMI Jl. Urip Sumoharjo KM. 5 Makassar
Teknikpertambangan.fti@umi.ac.id

Ketiga jenis struktur tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur
struktur, yaitu:
a. Kekar (Fractures)
Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu
gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran.
Secara umum dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b).
Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c)
kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat
dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan
tersebut. Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:
1. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan/rekahan yang membentuk pola
saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama.
Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.
2. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah
gaya utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
3. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak
lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

Gambar 1.1 Kekar Gerus (Shear Joint) dan Kekar Tensional (Tensional Joint)

b. Lipatan (Folds)
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya
tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk
lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua,
yaitu:
Gambar 1.2 Lipatan
Bagian bagian dari lipatan yaitu:
1. Antiklin atau dikenal juga dengan sebutan punggung lipatan, adalah
unsur geometri lipatan yang memiliki permukaan cembung (conveks)
dengan arah cembungan ke atas. Bagian ini mempunyai 2 buah limb
yang arah kemiringannya berlainan dan saling menjauh satu dengan
yang lainnya. Dibagian tengah antiklin terdapat core atau inti antiklin.
2. Sinklin atau atau dikenal juga dengan sebutan lembah lipatan, yakni
unsur geometri lipatan yang memiliki permukaan cekung (konkav)
dengan arah cekungan ke atas. Bagian ini mempunyai 2 buah limb yang
arah kemiringan yang saling mendekat. Dibagian tengah antiklin
terdapat core atau inti sinklin.
3. Limb atau sayap, ialah bidang miring yang membangun struktur sinklinal
atau antiklinal. Limb juga dapat diartikan sebagai bagian dari lipatan
yang posisinya menurun mulai dari lengkungan maksimal sebuah
antiklinal sampai lengkungan maksimal suatu sinklinal. Limb memiliki
bentuk yang panjang dari axial plane pada suatu lipatan ke axial plane
pada lipatan lainnya. Terdapat dua jenis limb yakni back limb yakni
sayap yang landai dan fore limb yaitu sayap yang curam pada lipatan
simetris.
4. Axial plane ialah suatu bidang yang memotong puncak suatu lipatan.
Karena perpotongan tersebut maka bagian samping dari suatu lipatan
menjadi kurang simetris.
5. Axial surface atau hinge surface, merupakan bidang imajiner yang
mana terdapat semua axial line dari suatu lipatan.
6. Crest adalah suatu garis yang menghubungkan titik-titik tertinggi dari
sebuah lipatan pada satu bidang yang sama. Crest mempunyai sebutan lain yakni
hinge line Garis ini mempunyai letak pada bagian tertinggi dari sebuah
lipatan. Crest terbentuk pada crestal plane. Crestal plane ini
merupakan suatu bidang pada lipatan.
7. Through ialah suatu garis yang menghubungkan titik-titik paling rendah
dari bidang yang sama. Through merupakan kebalikan dari crest. Garis
ini teretak pada bagian paling rendah dari sebuah lipatan. Through
terbentuk pada suatu bidang pada lipatan yang disebut dengan trough
line.
8. Pluge merupakan sebuah sudut yang terbentuk karena adanya pertemuan
poros dengan garis horizantal pada suatu bidang vertikal.
9. Inflection point ialah suatu titik yang mana terjadi perubahan pada
sebuah lengkungan yang masih termasuk bagian dari limb.
10. Wavelenght atau disebut juga dengan half, merupakan jarak antara dua
buah inflection point.
11. Core merupakan bagian dari sebuah lipatan yang posisinya berada
disekitar sumbu lipatan.
12. Depresion adalah daerah paling rendah dari puncak sebuah lipatan.
c. Sesar (foult)
Sesar adalah bidang rekahan atau zona rakehan pada batuan yang
sudah mengalami pergesesaran.

Gambar 1.3 Sesar (Foult)


Bagian-bagian sesar:
1. Fault scarp atau bisa disebut fleksur adalah bentuk patahan yang terjadi
akibat dorongan dari satu sisi saja. Dorongan ini menyebabkan salah satu
bagian sesar menjadi naik, sehingga membentuk dinding terjal yang
posisinya lebih tinggi dari pada daerah sekitar. Fault scarp juga biasa
disebut sebagai Cliff atau tebing
2. Jurus sesar (strike of fault) adalah arah garis perpotongan bidang sesar
dengan bidang horisontal dan biasanya diukur dari arah utara
3. Hanging Wall adalah blok yang berada di atas bidang sesar
4. Foot Wall adalah blok yang berada di bawah bidang sesar
5. Bidang Sesar adalah bidang pecah pada batuan yang disertai oleh adanya
pergeseran
6. Fault line (Garis Sesar) adalah garis yang dibentuk oleh perpotongan
bidang sesar dengan permukaan bumi.
7. Dip direction adalah arah dip semu yang tegak lurus dengan strike
8. Dip adalah sudut kemiringan lereng yang diukur dari garis horizontal ke
garis vertikal sesar
4. Kedudukan
Secara geometri, unsur struktur geologi dianggap sebagai bidang-bidang dan garis-garis.
Garis atau bidang tidak selalu merupakan bidang batas dari suatu batuan, tetapi merupakan unsur
yang mewakili batuan atau satuan batuan. Didalam prinsip geometri, suatu bidang atau garis
adalah unsur yang mempunyai kedudukan (attitude) atau orientasi yang pasti di dalam ruang,
dan hubungan antara satu dan lainnya dapat dideskripsikan. Dalam hal ini, suatu bidang atau
garis harus mempunyai komponen kedudukan, yang pada umumnya dinyatakan dalam koordinat
grafis, arah (bearing atau azimuth), dan kecondongan (inclination).
a. Bearing: sudut horisontal antara garis dengan arah koordinat tertentu, biasanya utara atau
selatan.
b. Kedudukan (attitude), merupakan istilah umum untuk orientasi dari sebuah bidang atau garis
di dalam ruang, dan pada umumnya dihubungkan dengan koordinat geografis dan garis
horizontal. Kedudukan terdiri dari komponen arah (bearing atau azimuth) dan kecondongan
(inclination).
c. Arah (azimuth), merupakan istilah umum untuk sudut horizontal antara sebuah garis
dan suatu arah koordinat tertentu. Arah koordinat ini biasanya merupakan arah utara
sebenarnya (true north).
d. Kecondongan (inclination), merupakan istilah umum untuk sudut vertikal (diukur
kearah bawah) antara garis horizontal dan sebuah bidang/garis.

(a) Konvensi kuadran. (b) Konvensi azimuth.

Gambar 1.4 Konvensi untuk mendeskripsikan jurus.


5. Struktur Garis
Struktur Garis adalah struktur batuan berbentuk garis yang mempunyai arah dan
kedudukan. Struktur garis dijumpai sebagai sumbu lipatan, garis sesar dan lain sebagainya. Garis
merupakan unsur dari bidang sehingga kedudukannya dapat mengikuti suatu bidang dan dapat juga
berdiri sendiri sebagai struktur garis. Struktur garis dalam geologi struktur dapat kita bedakan
menjadi dua, yaitu struktur garis riil dan struktur garis semu. Struktur garis riil adalah struktur garis
yang arah dan kedudukannya dapat diamati secara langsung di lapangan, misalnya gores yang
terdapat pada bidang sesar. Struktur garis semu adalah struktur garis yang arah serta kedudukannya
ditafsirkan dari orientasi suatu unsur struktur yang membentuk pada satu kelurusan atau liniasi.
Liniasi adalah keadaan dimana mineral-mineral prismatik membentuk kenampakan penjajaran pada
batuan seperti genggaman pensil. Contohnya pada suatu fragmen breksi besar, mineral-mineral
pada batuan beku, arah liniasi pada struktur batuan, kelurusan sungai, topografi dan sebagainya (NA
Magetsari,1997).

Gambar 1.5 Struktur Patahan atau Sesar


Berdasarkan pembentukannya, struktur garis dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
1. Struktur Garis Primer
Struktur garis primer meliputi liniasi atau penjajaran dari mineral yang terdapat pada
batuan beku tertentu dan arah liniasi dari struktur sedimen.
2. Struktur Garis Sekunder
Struktur garis sekunder meliputi gores garis liniasi memanjang fragmen breksi
sesar, kelurusan dari sungai, garis poros lipatan, topografi dan lain-lain.
Dalam mempelajari struktur garis, ada beberapa istilah-istilah yang digunakan dan
harus dipahami, agar mempermudah dalam menggambarkannya. Istilah-istilah yang
digunakan tersebut, yaitu :
1. Garis: elemen geometri yang ditarik dari sebuah titik yang bergerak dan panjangnya
hanya sepanjang jejak dan titik tersebut. Struktur garis tersebut bisa berupa garis lurus, garis
lengkung maupun garis patah.
2. Plunge: sudut vertikal antara sebuah garis dengan proyeksi garis tersebut pada
bidang horisontal.
3. Trend: jurus dari bidang vertikal yang melalui garis dan menunjukkan arah
penunjaman garis tersebut.
4. Pitch: sudut antara garis dengan jurus dari bidang yang memuat garis tersebut.

Dalam pengertian geologi, suatu struktur garis dapat berdiri sendiri, misalnya struktur
garis berupa arah butiran mineral dan arah memanjangnya suatu tubuh batuan. Pada
umumnya struktur garis berada pada suatu struktur bidang, misalnya sumbu perlipatan
pada bidang perlapisan, gores-garis pada bidang sesar, lineasi mineral pada bidang foliasi,
dan perpotongan dua buah bidang Kedudukan sebuah struktur garis diwakili oleh
sepasang angka : penunjaman (plunge) dan arah penunjaman (trend). Jika struktur garis
tersebut terbentuk pada sebuah struktur bidang yang kedudukannya diketahui, maka
orientasi struktur garis tersebut dapat diwakili oleh sebuah angka yang disebut pitch.
Penunjaman sebuah struktur garis adalah sudut yang dibentuk oleh struktur garis
tersebut dengan bidang horizontal, diukur pada bidang vertikal (Gambar 3.3 ). Nilai
dari penunjaman berkisar antara 0º dan 90º, penunjaman 0º dimiliki oleh garis
horizontal, dan penunjaman 90º dimiliki oleh garis vertikal.
Arah penunjaman sebuah struktur garis adalah arah dari proyeksi struktur garis
tersebut ke bidang horizontal. Arah penunjaman dapat dideskripsikan dengan
menggunakan konvensi kuadran ataupun konvensi azimuth. Arah penunjaman harus
menunjuk pada arah ke mana struktur garis tersebut menunjam. Struktur garis yang
menunjam ke timur tidak sama dengan struktur garis yang menunjam ke barat. Kedua
struktur garis ini berlawanan arah.
Pitch sebuah struktur garis adalah sudut antara struktur garis tersebut dengan
horizontal, diukur pada bidang di mana struktur garis tersebut terbentuk Kisaran nilai
pitch adalah antara 0ºdan 90º. Jika arah penunjaman sejajar dengan garis jurus, maka
pitch = 0º. Jika arah penunjaman tegak lurus garis jurus, maka pitch= 90º. Di lapangan
pitch dapat diukur langsung dengan menggunakan busur derajat, dengan catatan
bidang tersebut tersingkap baik. Kenyataannya kadang- kadang sulit untuk
mendapatkan bidang yang baik di lapangan, sehingga perlu dilakukan perhitungan.
Kedudukan sebuah struktur garis diwakili oleh sepasang angka : penunjaman (plunge) dan
arah penunjaman (trend). Jika struktur garis tersebut terbentuk pada sebuah struktur
bidang yang kedudukannya diketahui, Arah kelurusan (Bearing) dan Rake atau Pitch.
Penunjaman sebuah struktur garis adalah sudut yang dibentuk oleh struktur garis
tersebut dengan bidang horizontal, diukur pada bidang vertikal (Gambar 3.2). Nilai
dari penunjaman berkisar antara 0º dan 90º, penunjaman 0º dimiliki oleh garis
horizontal, dan penunjaman 90º dimiliki oleh garis vertikal. Secara umum,penunjaman
yang berkisar antara 0º dan 20º dianggap landai (shallow),penunjaman yang berkisar
antara 20º dan 50º dianggap sedang (moderate), dan penunjaman yang berkisar antara
50º dan 90º dianggap terjal (steep).
Gambar 1.6 Definisi penunjaman (plunge) dan arah penunjaman (trend) dari
struktur garis. B adalah sudut arah penunjaman. (a) Struktur garis menunjam ke timur.
(b) Struktur garismenunjam ke barat. Arah penunjaman kedua struktur garis berbeda
meskipun kedua struktur garis tersebut memiliki besar yang sama ( ), dan keduanya
terletak pada bidang yang sama.

Gambar 1.7 Beberapa istilah struktur garis.

7. Pitch Struktur Garis

Pitch sebuah struktur garis adalah sudut antara struktur garis tersebut dengan horizontal,
diukur pada bidang di mana struktur garis tersebut terbentuk (Gambar 3.4 ). Kisaran nilai
pitch adalah antara 0º dan 90º. Jika arah penunjaman sejajar dengan garis jurus, maka pitch =
0º. Jika arah penunjaman tegak lurus garis jurus,maka pitch = 90º
Gambar 1.8 Diagram blok menggambarkan : (a) Penunjaman. (b) Pitch. (c)
Pengertian pitch dan hubungannya dengan penunjaman dan arah penunjaman. r = pitch (diukur
pada bidang miring),ß= arah penunjaman (diukur pada bidang horizontal),f = kemiringan
sebenarnya dari struktur bidang, dan θ = penunjaman struktur garis.

Arah pitch harus harus dideskripsikan. Bayangkan jika struktur bidang pada
Gambar 3.3c berjurus NE-SW, yaitu jika garis dari O ke A mengarah ke NE. Arah
pitch untuk garis pada bidang miring dari O ke D adalah NE, sedangkan arah pitch
untuk garis pada bidang miring dari A ke C adalah SW.
Cara Penulisan dan Penggambaran Struktur Garis
Kedudukan struktur bidang secara lengkap dideskripsikan oleh penunjaman
dan arah penunjaman. Penunjaman (dua digit angka) ditulis terlebih dahulu, diikuti
dengan arah penunjaman (tiga digit angka), keduanya dipisahkan oleh tandakoma.
Sebagai contoh, struktur garis yang menunjam 48º pada arah N 300 E ditulis 48º, N
300º E atau 48º, N60º W
8. Struktur Bidang
Struktur bidang adalah struktur batuan yang membentuk geometri
bidang.Struktur bidang dalam geologi struktur terdiri dari struktur bidang riil dan struktur
bidang semu. Struktur bidang riil ini merupakan struktur yang bentuk dan kedudukannya
dapat diamati langsung di lapangan. Bidang perlapisan, bidang ketidakselarasan, bidang
sesar, foliasi, serta kedudukan bidang yang terlipat merupakan struktur bidang riil.
Sedangkan struktur semu merupakan struktur yang bentuk dan kedudukannya hanya bisa
diketahui dari hasil analisa struktur bidang riil yang lainnya, contoh struktur bidang semu
adalahbidangporos lipatan (IC Abdullah,1997).
Berdasarkan pengertian geometri, struktur geologi membedakan struktur garis dan
struktur bidang. Termasuk struktur bidang antara lain: perlapisan batuan, urat (vein),
kekar, sesar, lipatan, ketidakselarasan, dll. Sedangkan yang termasuk struktur garis antara
lain: lineasi, gores-garis, hinge line, dll.
Analisis data struktur geologi secara deskriptif geometri dilakukan dengan cara
mengubah bentuk yang sesunggguhnya kedalam bentuk dua dimensi dengan proyeksi.
Berdasarkan metodanya proyeksi dibedakan menjadi:
1. Proyeksi ortogonal:yaitu penggambaran obyek dengan garis proyeksi dibuat saling
sejajar dan tegak lurus terhadap bidang proyeksi.
2. Proyeksi perspektif: proyeksi suatu obyek terhadap suatu titik, misalnya
proyeksi kutub.
3. Proyeksi stereografis: penggambaran didasarkan kepada perpotongan garis atau
bidang dengan permukaan bola. Proyeksi stereografis banyak dipakai dalam geologi
struktur. Proyeksi ini dan penggunaannya akan dibahas dalam acara Proyeksi
Stereografis.
Gambar 1.9 Kenampakan struktur bidang di Lapangan (perlapisan miring)

9. Kedudukan (Attitude) StrukturBidang


Kedudukan sebuah struktur bidang dapat diwakili oleh sepasang angka. Terdapat
dua cara penulisan yang dapat digunakan untuk menuliskan sepasang angka tersebut,
yaitu :
1. Cara penulisan jurus (strike) dan kemiringan (dip).
2. Cara penulisan kemiringan (dip) dan arah kemiringan (dip direction).
Jurus (Strike) Struktur Bidang Sebuah garis jurus (stike line) dapat didefinisikan
sebagai sebuah garis horizontal yang terletak pada suatu struktur bidang. Sebuah garis
jurus pada suatu struktur bidang dapat dibayangkan sebagai perpotongan antara bidang
horizontal imajiner dengan struktur bidang tersebut (ingat bahwa perpotongan antara
dua buah bidang adalah sebuah garis). Jurus suatu struktur bidang pada lokasi tertentu
adalah sudut antara garis jurus dengan utara sebenarnya. Dengan kata lain, jurus adalah
sudut antara garis horizontal pada suatu struktur bidang dengan utara sebenarnya. Jurus
merupakan besaran sudut yang diukur dalam satuan derajat (0) dengan menggunakan
kompas. Setiap sudut yang diukur dengan menggunakan kompas disebut arah (baearing
atau azimuth)
Jurus suatu struktur bidang dapat dideskripsikan dengan dua cara. Cara pertama
dikenal sebagai konvensi kuadran. Dalam konvensi ini, seluruh kemungkinan. Dalam
diktat ini, arah mata angin dalam bentuk singkatan dalam Bahasa Inggris tidak
diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Kemiringan sebenarnya (true dip) dari suatu struktur
bidang adalah sudut antara struktur bidang tersebut dan sebuah bidang horizontal yang diukur
pada bidang vertikal tertentu. Bidang vertikal yang tertentu ini memiliki orientasi yang tepat
tegak lurus dengan garis jurus. Pada sebuah struktur bidang, kemiringan sebenarnya
selalu merupakan kemiringan lereng yang paling besar, dan arah kemiringan sebenarnya
merupakan arah yang tepat tegak lurus jurus. Arah kemiringan sebenarnya selalu ditentukan
pada arah turun lereng (downslope).

Gambar 1.9 Strike & dip, srike & apperent dip


Istilah-istilah struktur bidang
- Jurus (strike) : arah garis horisontal yang dibentuk oleh perpotongan
antara bidang yang bersangkutan dengan bidang bantu horisontal, dimana
besarnya diukur dari arahutara.
- Kemiringan (dip): besarnya sudut kemiringan terbesar yang dibentuk
oleh bidang miring yang bersangkutan dengan bidang horizontal dan diukur
tegak lurus terhadap jurus/strike.
- Kemiringan semu (apparent dip): sudut kemiringan suatu bidang yang
bersangkutan dengan bidang horisontal dan pengukuran dengan arah tidak tegak
lurus jurus/strike.
- Arah kemiringan (dip direction): arah tegak lurus jurus yang sesuai
dengan arah miringnya bidang yang bersangkutan dan diukur dari arah utara.
- Arah kemiringan semu (apperent dip direction): arah yang sesuai
dengan kemiringan semu dan diukur dari arah utara.
DAFTAR PUSTAKA

AH Harsolumakso, NA Magetsari, IC Abdullah. 1997. : Buku Panduan Praktikum Geologi


Struktur. Teknik Geologi ITB, Bandung,
CARA KERJA

1. Kemiringan Sebenarnya dari Jurus dan KemiringanSemu

Gambar 2.1

Contoh
Dengan menggunakan geometri deskriptif, tentukan kemiringan sebenarnya dari
sebuah bidang perlapisan jika diketahui jurus bidang perlapisan = 3300dan kemiringan
semu pada arah 2600 =250.
Penyelesaian
1. Bayangkan (tidak perlu digambar!) permasalahan dalam tiga dimensi. d adalah
beda tinggi antara jurus PA dan jurus B'C'. 𝜙𝜙 adalah kemiringan sebenarnya, 𝛿𝛿
adalah kemiringan semu, 𝛽𝛽adalah sudut horizontal antara arah kemiringan dan arah
kemiringansemu.
2. Buat konstruksi grafis. Mulai dengan menggambar sumbur koordinat N-S danE-
W (Gambar 2.1b). Letakkan titik A pada perpotongan sumbu-sumbu koordinat.
Gambar garis PQ yang mewakil igaris jurus, yang dibayangkan memiliki ketinggian
yang sama dengan titik A. Gambar garis AB yang sejajar dengan arah kemiringan
semu.
3. Jadikan AB sebagai garis lipat F1,dan putar proyeksi penampang (bidang
penambangan) ke bidang proyeksi peta. Gambar garis AN yang memiliki sudut 𝛿𝛿
terhadap AB, dan gambar garis yang tegak lurus AB dan memotong AN (garis BB').
Sedapat mungkin, jadikan panjang BB' memiliki angka yang bulat dalam satuan
milimeter. Beda tinggi (jarak) antara B dan B' adalah sebesard.
4. Gambar garis XY yang sejajar garis jurus dan melalui titik B. Gambar garis dari
A yang tegak lurus garis jurus dan memotong XY. Namakan perpotongan ini sebagai
titik C. Dapat dilihat bahwa garis AC sejajar dengan arah kemiringansebenarnya.
5. Tentukan titik C' yang terletak di bawah titik C sejauh d. Penentuan ini dilakukan
dengan cara memplot titik C' di sepanjang garis XY dan memiliki jarak sejauh d dari
titik C. Gambar garis AC'. Sudut CAC' adalah kemiringan sebenarnya (𝜙𝜙) dari
bidang perlapisan. Pengukuran dengan busur derajat menghasilkan 𝜙𝜙 =260.
2. Kemiringan sebenarnya dari dua buah kemiringan semu

Gambar 2.2
Contoh
Dua buah kemiringan semu terletak pada sebuah struktur bidang. Kemiringan semu
pertama berarah 2400 dengan besar 250, kemiringan semu kedua berarah 1700 dengan
besar 200. Tentukan jurus dan kemiringan struktur bidang tersebut.
Penyelesaian
1. Bayangkan (tidak perlu digambar!) permasalahan dalam tiga dimensi. Garis AC
tegak lurus jurus (arah garis ini merupakan arah kemiringan sebenarnya). Garis AB
dan AD adalah arah kemiringan semu. Δ adalah sudut horizontal antara AB dan jurus,
dan adalah sudut horizontal antara AB dan AD. 𝜇𝜇 adalah kemiringan semu pada arah
AB, 𝛿𝛿 adalah kemiringan semu pada arah AD, dan 𝜙𝜙 adalah kemiringansebenarnya.
2. Gambar sumbu kooordinat N-S dan E-W berpotongan di titik A. Gambar garis
AB sejajar arah kemiringan semu pertama dan garis AL sejajar arah kemiringan semu
kedua. Panjang kedua garis ini pada dasarnya dapat ditentukan secara bebas.
3. Jadikan AB sebagai garis lipat F1, dan putar bidang penampang yang
mengandung kemiringan semu pertama ke bidang proyeksi peta. Gambar garis AN
yang memiliki sudut 𝛿𝛿 (=250) terhadap AB, dan gambar garis yang tegak lurus AB
dan memotong AN (garis BB'). Sedapat mungkin, jadikan panjang BB' memiliki angka
yang bulat dalam satuan milimeter.
4. Dengan menggunakan AL sebagai garis lipat F2, putar bidang penampang yang
mengandung kemiringan semu kedua kebidang proyeksi peta. Gambar garis AM yang
memiliki sudut 𝜇𝜇(=200).
5. Tentukan posisi titik D.Untuk menentukan titik D, gambar garis antara AL dan
AM yang tegak lurus AL dan memiliki panjang yang sama dengan BB'. Perpotongan
garis ini dengan garis ALadalah titikD.
6. Gambar garis jurus BD. Orientasi BD terhadap sumbu koordinat utara
adalahjurus. Pengukuran dengan busur derajat menghasilkan jurus =3050.
7. Gambar garis AC (yang merupakan arah kemiringan sebenarnya) tegak lurus
dengan garis jurus. Jadikan AC sebagai garis lipat, dan putar bidang penampang yang
mengandung kemiringan sebenarnya ke bidang proyeksi peta. Gambar garis CC' di
sepanjang garis jurus BD dengan panjang yang sama dengan BB' dan DD'. Sudut CAC'
adalah kemiringan sebenarnya. Pengukuran dengan busur derajat menghasilkan
kemiringan = 270.
3. Kemiringan semu ditentukan dari kemiringan sebenarnya

Gambar 2.3
Contoh
Pada bidang perlapisan dengan kedudukan N 450 W/300 SW, tentukan
kemiringan semu pada arah N800W.
Penyelesaian

1. Bayangkan (tidak perlu digambar!) permasalahan dalam tiga dimensi.


Kita
diminta untuk menentukan 𝛿𝛿 berdasarkan 𝜙𝜙 (kemiringan sebenarnya) = 300
dan 𝛽𝛽
(sudut antara arah kemiringan sebenarnya dan arah kemiringan semu) = 550
2. Gambar sumbu kooordinat N-S dan E-W berpotongan di titik A. Gambar
garis
AC dengan panjang bebas sejajar arah kemiringan sebenarnya (tegak lurus
jurus).
Gambar garis SR melalui titik C dan sejajar garisjurus.
3. Jadikan AC sebagai garis lipat F1, dan putar bidang penampang ke
bidang proyeksi peta. Gambar garis AC' yang membentuk sudut 𝜙𝜙
(=300) dengan AC. Titik C' pada proyeksi terputar harus terletak pada
garis SR. Jarak CC' pada bidang proyeksi peta adalah d pada Gambar
3.10a.
4. Gambar garis AQ sejajar dengan arah kemiringan semu yang
diminta (N800W) sampai memotong SR di titik B. Jadikan AB sebagai
garis lipat F2 untuk memutar penampang ke bidang proyeksi peta. Pada
proyeksi terputar, gambar garis BB' yang tegak lurus AB dan memiliki
panjang d. Gambar garis AB'. Sudut antara AB dan AB' adalah
kemiringan semu (𝛿𝛿) pada arah AB. Pengukuran dengan busur derajat
menghasilkan 𝛿𝛿 = 180

Anda mungkin juga menyukai