Fasilitator :
I. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih 12 juta
orang. 7 juta dari 12 juta penderita diabetes tersebut sudah terdiagnosis;
sisanya tidak terdiagnosis. Di Amerika Serikat, kurang lebih 650.000 kasus
diabetes baru didiagnosis setiap tahunnya (health people : 2000). Diabetes mellitus
merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal normal
bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan
yang dikonsumsi. Dalam makalah ini akan dibahas secara lebih rinci apa itu penyakit
diabetes dan cara perawatannya.
III.TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti pembelajaran selama 45 menit, pasien dan keluarga pasien
ruang Cendrawasih RSUD Wangaya diharapkan mampu
a. Menjelaskan tentang Diabetes mellitus
b. Mengenal tanda-tanda dini dan gejala Diabetes mellitus
c. Menjelaskan faktor penyebab terjadinya Diabetes mellitus
d. Menjelaskan cara pengobatan Diabetes mellitus
IV. METODE
Ceramah dan Tanya jawab.
V. MEDIA
a. Alat
1. Leaflet
2. Lembar balik
Sasaran
N Wa Kegiatan Penyaji Pasien dan
O ktu keluarga
pasien
1 5 Pembukaan a. menyampaikan dengan bahasa a. menjawab
Men a. Salam pembuka yang sopan salam
it b. Perkenalan b.
c. Menyampaikan memperhatika
tujuan n
d. Kontrak waktu
2 35 Kegiatan inti a. menyampaika a. menyi
men a. Menyampaikan n materi mak
it materi dengan jelas dan
- Pengertia dan tepat mempe
n DM b. interaktif rhatika
- Penyebab dengan n
pasien dan penyul
DM keluarga uhan
- Tanda b. meneri
dan ma
gejala leaflet
DM c. menan
- Pengobat yakan
an DM hal-hal
- Membagi yang
kan belum
leaflet jelas
- Memberi
kan
kesempat
an pada
pasien
dan
keluargan
ya untuk
bertanya
3 5 Penutup a. menyampaikan kesimpulan a. bersam
men a. menyampaikan dengan jelas a
it materi yang b. menyampaikan salam penyaji
didiskusikan menyi
b. melakukan mpulka
evaluasi n
c. mengakhiri b. menja
kegiatan dengan wab
salam pertany
aan
materi
yang
dibaha
s
c. menja
wab
salam
Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan
selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka
terhadap infeksi. Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani
pengobatan penderita diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan berat badan.
Sebagian besar penderita diabetes tipe II tidak mengalami penurunan berat badan.
Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang
dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum.
Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat
menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang
lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia
beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis).
Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih yang
berlebihan, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan
menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah.
Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton.
Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang
dalam waktu hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin,
penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali
penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakann atau penyakit yang
serius.
Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala-gejala semala beberapa
tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang berupa sering
berkemih dan sering merasa haus. Jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula darah
sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres-misalnya
infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa
menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma
hiperglikemik-hiperosmolar nonketotik.
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi.
Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air
kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air
kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah
yang banyak (poliuri).
D. Pengobatan dari Diabetes Mellitus
Ada 5 komponen dalam pengobatan diabetes mellitus :
a. Perencanaan makanan (Diet)
Penatalaksanaan nutrisi pada diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut :
1) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan mineral).
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
3) Memenuhi kebutuhan energi.
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui caracara yang aman dan
praktis.
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
b. Latihan/ olahraga.
Manfaat Olahraga bagi Diabetisi :
1) Mengendalikan kadar glukosa darah
2) Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah kegemukan)
3) Membantu mengurangi stres
4) Memperkuat otot dan jantung
5) Meningkatkan kadar kolesterol ‘baik’ (HDL)
6) Membantu menurunkan tekanan darah
c. Penyuluhan
EdukasiDM adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan
keterampilan bagi penderita DM dengan tujuan merubah prilaku pasien untuk
meningkatkan pemahaman tentang penyakitnya.
d. Farmakologi/ Terapi seperti diatas.
Berikut ini pembagian terapi farmakologi untuk diabetes, yaitu:
1) Obat Hipoglikemik Oral
a) Sulfonilurea, obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara
Menstimulasi pengelepasan insulin yang tersimpan.
Menurunkan ambang sekresi insulin.
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa.
b.) Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah
normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini
dianjurkan untuk pasien gemuk (Indek Masa Tubuh/IMT >30) sebagai
obat tunggal. Pada pasien dengan berat lebih (IMT 27-30), dapat
dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea.
c.) Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α
glukosidase didalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia pascaprandial.
2). Insulin
Carpenitti, L. J. 2000.