Anda di halaman 1dari 101

Daftar Isi :

1. Konferensi Lintas Dim ensi .................................................................... 1


2. Ziarah Ke Mak am Tuhan ....................................................................... 7
3. Sanggupk ah Tuhan Menerim a Musibah ............................................. 12
4. Ketik a Tuhan Menik ahi Pelacur ........................................................... 15
5. Derita Al-Quran ………………………………………………………………………….. 19
6. Um at-Um at Proselitis ………………………………………………………………… 22
7. Lukisan Cinta dari Denm ark ………………………………………………………. 25
8. Dikejar-kejar Surga, Ditolak Nerak a …………………………………………… 28
9. Tuhan-Tuhan Yang Mencari Tuhan ……………………………………………… 32
10 . Perem puan-Perem puan Yang Ingin Diperkosa …………………………… 36
11 . Mem bebask an Tuhan dari Penjara ……………………………………………. 39
12 . Liburan Jibril Ke Bumi ……………………………………………………………….. 42
13 . Kucit Menggugat ……………………………………………………………………….. 46
14 . Revolusi Mata Hati …………………………………………………………………….. 51
15 . Keluarga Pelangi ……………………………………………………………………….. 61
16 . Rhapsody Seorang Bidadari ……………………………………………………….. 66
17 . Ketik a Hawa Tidak Mencintai Adam …………………………………………… 69
18 . Istri Keem pat Seorang Kiai ………………………………………………………… 75
19 . Kem balikan Senyum ku ……………………………………………………………… 77
20 . Dejavu All Over Again …………………………………………………………………. 79
21 . Kartini, Pelacur Kelas Teri ………………………………………………………….. 83
22 . Anjing Dan Kucing (bag.1) …………………………………………………………. 86
23 . Anjing Dan Kucing (bag.2) ………………………………………………………….. 89
24 . Menyerah Pada Sang Cinta ………………………………………………………… 92
25 . Cintam u Terlalu Muda ………………………………………………………………… 96
Konferensi Lintas Dim ensi

Butiran2 halus berwarna putih m enyapa ram butku yang tak teratur diterjang
angin pergantian m usim , langit sedang gem bira m enurunkan m anik 2 putihnya
untuk dinik m ati m akhluk2 bum i. Salju yang telah m em belai bum i sudah m ulai
m engeras, m em buatku harus berhati2 karena licinnya jalan. Minus 1 derajat
tadi kulihat, dan m alam ini akan sem ak in dingin nam paknya. Aku sangat lelah
setelah seharian bekerja, sehingga jalan setapak m enuju ke rum ah pun rasanya
sangat panjang. Masih juga k ulihat tetangga2ku saling m elem par salju sam bil
tertawa gem bira, aku pun ingin bergabung, tapi rasanya m alas juga, dingin
nam pak nya m erayuku untuk segera m enyam but hangatnya k am arku.

Kubuka pintu k am arku, k unyalakan lam pu, hhm m m ada surat, dibungk us
am plop berwarna biru dengan tulisan di pojoknya "Very Confidential". Tergesa2
kubuka surat itu, tak biasanya aku m enerim a surat dengan tulisan very
confidential, pasti ada sesuatu yang sangat penting di dalam surat itu.

"Anak m uda,

m alam ini jam 12.00 tengah m alam , kutunggu k am u di Meeting Point kita
seperti biasanya. Awas k alau tidak datang.

Tertanda,

Tuhan"

tuhan, ah dia lagi. Not in the right tim e, seenaknya saja dia bikin undangan
tanpa konfirm asi dulu. Padahal dia pasti tahu k alau aku hari ini sangat capek,
karena habis kuliah aku langsung k erja hingga m alam . Pake intim idasi lagi,
pak e awas2an. Kurang ajar m em ang dia, dari dulu selalu begitu. Walaupun aku
juga k urang ajar sebenarnya, kalau m au ketem u dia juga seenak perutku,
kapanpun ak u m au.

tuhan : "Ehem ...ehem m m m ...anak m uda, m atahari, dan bum i.....kalian


kuundang dalam pertem uan ini untuk kum intai pendapat tentang konstelasi
tata surya kalian saat ini, aku hanya agak prihatin, koq akhir2 ini aku sering
dapat laporan dari Jibril k alau ada sem acam keresahan global. Sem akin banyak
yang m enggunakan nam ak u untuk hal2 yang tidak baik. Sem akin banyak yang
m em pertanyak an dan m eragukan k eberadaanku, bahk an sem akin banyak pula
yang sam a sek ali tak percaya keberadaanku. Mulai ada pula yang m encari
"theory of everything". Terus terang aku tersinggung m endengar laporan Jibril,
kehebatan dan keagungank u sebagai tuhan terhina, dan aku lebih tersinggung
lagi, k arena yang m enghinakan hanyalah m ak hluk jelek m acam kalian."

m atahari : " Sabar...sabar... Yang Mulia. Yang m elakukan itu cum a binatang
yang m engaku m anusia itu Yang Mulia. Ham ba, Matahari.., akan selalu
m engagungk an Paduka. Ham ba m asih setia m engem ban tugas m enghidupi
tata surya. Walau terus terang, tugas yang Paduka lim pahkan kepada ham ba
sebenarnya tugas yang am at m em bosankan. Tapi percayalah, ham ba akan
selalu m enjunjung tinggi arasy Paduka."

1
bum i : "Iya...iya...ham ba juga setuju pada pendapat Matahari Paduka Yang
Mulia. Hanya m anusia saja yang m erusak tatanan k osm os Paduk a, ham ba pun
m erasa m alu sebenarnya dihinggapi tubuh ham ba oleh m anusia. Tapi ya
bagaim ana lagi, itu sudah m enjadi tugas ham ba. Walaupun ham ba jijik , tapi
ham ba tetap m elakukannya dem i kesetiaan ham ba pada Paduk a Yang Mulia.
Lihatlah diri ham ba Paduk a, yang cantik m olek, biru m enarik, indah m enawan.
Dalam tata surya ham balah yang tercantik dan terindah Paduka. Manusia2 itu
pula yang m au m erusak k eelok an ham ba, tapi ham ba bersabar. Karena apapun
yang Paduk a berikan kepada ham ba, ham ba yakin itulah yang terbaik buat
ham ba."

Aku tersenyum 2 , m au tertawa tapi gak tega, narsis juga bum i ini, bisa2nya
pam er di depan tuhan. Dalam kegelapan pem bicaraan ini, terus terang aku
m asih agak kebingungan, aku tak bisa m elihat apa2. Otakk u berpikir keras dari
tadi, ada rasa tak ut juga, gila...yang datang dalam pem bicaraan ini m atahari,
wah wah bisa hancur berkeping2 dirik u ini, m ungk in tidak hancur, lenyap tanpa
bek as bahkan. Helium dan hydrogen dalam tungk u fusi dan fisi yang m am pu
m enggeletarkan ruang dan waktu, aku jadi m erinding m em bayangk annya.

tuhan : "Anak m uda, kam u jangan diam saja. Tenang..tenang...ak u tahu apa
yang kam u tak utkan. Dim ensi panas m atahari sudah kuredam , jadi jangan
takut. Hayo..gim ana pendapat kam u..?"

aku : " Ak u sebenarnya ngantuk sekali, lagi2 kau undang aku untuk hal2 nggak
berm utu kaya gini. Lain kali lihat sikon dong tuhan, jangan m ain sikat aja. Apa
badan intelijenm u nggak cukup untuk m em beri laporan kom prehensif tentang
konstelasi tata surya..?"

tuhan : " Dasar anak m uda pem alas, aku tidak m inta banyak wak tum u. Kau
m ak hlukku, tapi m enyem bahk u hanyalah kewajiban sukarela buatm u.
Kuundang k alian sebagai penyeim bang atas laporan badan intelijenku, karena
kau tahu sendiri, sum ber prim er lebih k upercayai daripada sum ber sekunder."

Tiba2 k epalaku seperti terbentur sesuatu, atau lebih tepatnya seperti ditam par.
Sak it juga......

aku : " Heh, berani2 nya m enam par dalam gelap. Siapa tadi..?"

tuhan : " Aku...anak m uda tolol. Ganjaran atas k em alasanm u."

aku : " Lagi2 kau sering m enghukum tanpa sebab, m engadili tanpa
m em buk tik an bersalah. Tapi baiklah, aku akan m enjawab pertanyaanm u.
Kuak ui m em ang ada k eresahan global itu, penyalahgunaan nam am u, keraguan
atas ek sistensim u, dan pencarian am bisius akan "blue chip" sem estam u. Tapi
kukira penyebabnya juga dirim u sendiri k oq, k ejadian2 itu hanyalah "tripple
effect" atas k ediktatoran dan keegoanm u. Kalau engkau tidak bersem bunyi
dibalik jubah sem esta, m ereka m ungkin akan lebih santun dalam hidup."

tuhan : " Aku m au bersem bunyi atau tidak, itu hak prerogatifku anak m uda.
Akulah penguasa tunggal sem esta. Akulah tuhan segala tuhan. Akulah tuhan

2
besar dari segala tuhan2 kecil yang kalian ciptakan. Siapapun yang hidup di
sem estaku, harus tunduk pada kekuasaanku."

aku : " Tuh..k an..!!!. Kau m em ang Maha Som bong, Maha Keras Kepala, Maha
Sok Tahu. Tapi kau m usti m ikir tuhan, trend sek arang sudah berubah. Sem ua
m ak hluk m erinduk an k eadilan dan dem okrasi. Sudah jarang yang m au tunduk
kepada tirani, sem ua kebenaran harus teruji di hadapan m etode ilm iah.
Term asuk percaya keberadaanm u, itupun harus dihadapkan dengan m etode
ilm iah. Kam i bukan m akhluk bodoh lagi yang percaya begitu saja akan
dongeng2 yang diceritakan oleh nenek m oyang, k am i tidak segoblog yang kau
bayangk an m au meyakini dogm a2 indah yang ternyata kosong isinya."

Bum i : " Maafk an ham ba Paduka Yang Mulia, sekali lagi m aaf. Kayaknya anak
m uda ini ada benarnya juga, setidaknya it ulah yang ham ba am ati akhir2 ini.
Trend m em pertanyakan segala hal itu bahkan terakselerasi dengan sem akin
pesatnya perkem bangan teknologi, seakan tak ada tabir lagi di dunia."

aku : " tuhan, begini saja...,selam a kau m enikm ati singgasanam u, apak ah kau
tidak m elihat bahwa sebenarnya dari keresahanlah akhirnya tim bul solusi baru,
dari pem berontakan atas nilai2 bakulah akhirnya m uncul ilm u2 baru. Jik a saja
kam i diam m em bisu dan tidak m ulai bertanya akan kejadian2 di sem esta, k am i
akan jalan di tem pat dan tidak m enem uk an hal2 baru di dunia. Renaissance,
Aufk larung, Englightm ent, Pencerahan, Reform asi, Kelahiran Kem bali, atau
apapun m anusia m enyebutnya adalah hasil dari keresahan itu Tuhan. Jadi
m engapa k au juga ikut resah, toh bagaim anapun polah tingkah m anusia, tak
sam pai m enggoyang arasym u"

tuhan :" Kalian boleh resah dan m enggerutu, tapi jangan sam pai m enyek utukan
aku dong. Gim ana sih kalian ini...?. Harga diriku sangat terobek2 karena kalian
hanya m enyekutukan aku dengan reform is gagal k ayak Yesus, dengan nabi
buta huruf kayak Muham m ad, dengan tua bangka kayak Guru Nanak, dengan
tiran som bong k ayak Stalin dan Lenin, dengan diktator narsis k ayak Mao dan
Kim , dengan dewa2 tolol, dan juga dengan keterbatasan otak k alian."

m atahari : " Maaf m enyela sebentar, cum an m au nanya Paduk a tuhan Yang
Mulia. Sebenarnya batas otak kita itu sam pai dim ana sih..?"

tuhan : " Satu prinsip m atahari, berpikirlah tentang ciptaanku, jangan berpikir
tentang dzatk u, karena otak k alian tak m am pu m enjangkaunya."

aku : " Nggak bisa gitu dong tuhan. Ketika kam i berpikir tentang ciptaanm u,
otom atis kam i juga berpikir tentangm u, k arena pencipta dan yang diciptakan
itu terikat hukum sebab akibat. Karena itu lebih baik m enganggap otak k ami
tak terbatas daripada sebaliknya, karena k au tak pernah jelas m enggariskan
batas itu dim ana. Kau bilang k am i tak m am pu m enjangk au dzatm u, lagi2 kau
prejudice banget dalam hal ini, sedangk an k au belum pernah m em perlihatkan
dzatm u pada siapapun di dunia ini."

tuhan :" Dasar anak m uda tolol, gunakan otak m u dong. Apakah kau tidak
m elihat tanda2 keberadaanku di sem esta ini, begit u banyak tanda dan kau
m asih buta. Tanpa m elihat wujudk u pun, kalau k au m am pu berpikir, kau pasti

3
tahu bahwa aku ini eksis."

Kali ini nada bicara tuhan m ulai k eras, kayaknya dia m ulai naik darah. Aku
m erasakan hawa panas sekali m eram bat di sekujur tubuhk u. Dalam hati aku
m asih harap2 cem as sem oga tuhan tidak seenak udelnya m engelim inasi aku
dari pertem uan ini, atau lebih gawat lagi m enegasik an hakku untuk hidup dan
berpendapat.

bum i : " Anak m uda, dari k em esraanku dengan m atahari k au dapat belajar,
bagaim ana gabungan antara gravitasi dan anti gravitasi berkolaborasi dengan
indah sehingga m enduk ung k ehidupan di perm ukaank u. Dari m atahari kau
dapat belajar dan m em buktik an bagaim ana tuhan m enciptakan hal2 besar dari
hal2 yang sederhana dan sepele. Dariku sendiri kau dapat pula belajar,
bagaim ana perputarank u begitu persisnya sehingga kestabilank u terjaga
sedangk an bila satu detik saja perputaran itu berhenti, aku akan hancur
terberai. Dan itu sem ua m em butuhk an superior intelligent yang m engaturnya
dalam Lauh Mahfudz atau Grand Design sem esta."

aku : " Maaf saja bum i, bukti2 yang k am u tawark an itu sudah terbukti tidak
m anjur lagi. Sem esta ini terbukti chaos, ribut, centang perenang. Tidak ada
keteraturan seperti yang kau bilang itu, apalagi desain ek sak atas k ejadian2.
Jikapun ada keteraturan, itu tak lebih hanya kebetulan saja. Karena lebih dari
99 ,9% berupa ketidak teraturan. Hukum sebab akibat m em ang selalu terjadi,
tetapi hukum sebab akibat yang ada adalah huk um yang harus dalam arti luas
diartikan. Satu sebab bisa m enghasilk an akibat ribuan bahkan jutaan atau
m ilyaran, dan akibat yang satu m ungkin juga dari sebab yang berlainan. Dan
sejauh penelitian m anusia atas sem esta, tidak ditem ukan satupun bukti
em piris dan m eyakinkan bahwa ada sesuatu dibalik terciptanya bintang,
galaksi, planet, black hole, pulsar, nebula, dan apapun itu. Sem ua adalah
rangkaian kejadian dem i k ejadian, tidak ada sesuatupun yang ex-nihilo, sesuatu
yang datang begitu saja, tanpa perm ulaan dan tanpa sebab. Kun fayakun, abrah
kadabrah, hocus pocus.............."

Kudengar ada yang tertawa k ecil2 sam bil sepertinya ditahan, tak beberapa
lam a juga terdengar suara m engaduh kesakitan.

m atahari : " Maaf, m aaf, beribu m aaf Paduk a Yang Mulia. Ham ba bukan
hendak m enertawak an forum ini apalagi Paduka, ham ba hanya m enertawakan
gaya dia ngom ong abrah k adabrah, k ayak crita Aladdin saja. Sekali lagi m aaf
Paduka."

Ah rupanya m atahari yang k etiban pulung hukum an kecil dari tuhan. Dalam
hatiku aku nyukurin, bete banget atas penghorm atan hirarkisnya dari awal
percakapan tadi.

aku : " tuhan, k au pasti setuju k an kalau waktu itu relatif. Dalam kerangka
waktu yang dipunyai m anusia, kau punya waktu tidak terlalu lam a untuk
m em buk tik an keberadaanm u. Mereka sudah sam pai pada tahap siapa yang
berada dibalik "big bang" yang diyakini sebagai awal sem esta, k arena setelah
big bang, sekali lagi aku bilang tidak ada bukti yang bisa m ereka tem ukan
bahwa ada sesuatu dibalik terciptanya benda2 di sem esta. Jik a saja, m ereka

4
tidak juga m enem ukan sesuatu yang m enciptakan big bang, ditam bah lagi
m ereka m enem ukan theory of everything, kalau kalkulasiku tidak salah, akan
sem akin banyak yang m em unggungim u tuhan. Dan itu berarti pula lengkaplah
kegagalanm u, setidak nya kegagalanm u di bum i."

tuhan :" Mem ang m enjengk elk an m ak hlukk u m anusia itu, term asuk k am u anak
m uda. Lebih m enjengk elkan kesok-tahuan kalian tentangku, bertem u aja belum
pernah sudah berani2nya bilang utusanku, bagian dari dirik u, m enjadi m akhluk
yang m engerti pesan2 ku dan m au m elaksanak an pesan2ku, dan juga apa itu
aku lupa nam anya, anggapan bahwa wujud m anusia adalah juga
perwujudank u...hhm m m aku lupa nam anya..."

bum i : " Im ago Dei..tuhan."

tuhan : " Pinter kam u bum i, nah itu Im ago Dei. Evolusi dari m onyet saja m au
m em bandingk an wujudnya denganku, alangkah lancangnya k alian ini. Tetapi
dari laporan Jibril, aku kadang m engerti m engapa m anusia begitu narsisnya,
karena dengan kenarsisan dan am bisi m erek a itu ternyata m erek a bisa
bertahan hidup dan m enjadi pem enang dalam "survival of the fittest". Walau
jujur aku bilang, kem enangan bagi m anusia sangat sering m erupakan bentuk
penindasan terhadap m ak hluk2 lain. Dari Jibril aku tahu juga, m anusia2 yang
m em bawa pesan kebaikan seperti Muham m ad, Yesus, Mani, Zarathustra,
Baha'ullah, dan beberapa yang lain kadang2 terpak sa untuk
m entransendenkan pesan m ereka, bilang bahwa itu dariku, dari tuhan seru
sekalian alam , karena m em ang m anusia pada um um nya terlalu bodoh untuk
percaya pada kebaikan dan m elakukannya dengan senang hati tanpa disertai
em bel2 bahwa sang pencipta yang m em erintahkan itu. Ditam bah lagi m usti
ditam bah diim ingi nikm at surga dan ditakuti dengan siksa neraka."

bum i : " wah tuhan, m aaf m enyela sebentar. Apak ah neraka dan surga itu juga
m itos...?"

tuhan : " Hahahaa.....tentu saja bum i. Surga k alian adalah ketik a k alian gem bira
berbuat baik tanpa pam rih apapun, dan neraka kalian adalah rasa tersik sa
ketika m enyakiti dan berbuat tidak adil terhadap m akhluk lain. Dan tentu saja
kenikm atan terbesar m akhluk bukanlah surga, tetapi m elihat wujudku, bukan
dengan m ata, m elainkan dengan nurani. Mendengark an suaraku, bukan
dengan telinga, m elainkan dengan k ejernihan hati. Merasakan k eberadaanku,
buk an dengan k ulit, tetapi dengan kepek aan jiwa."

aku : " Nah tuhan, k au sek arang telah m asuk neraka buatanm u sendiri, rasa
resah dan tersik sa karena ketidakadilanm u."

Tiba2 ada getaran hebat, aku m erasakan pusing yang am at sangat, panas
sekali serasa api m em bakar kulitk u, k udengar juga suara teriakan sangat keras
yang aku tahu pasti buk an dariku sendiri, m ungkin m atahari atau m ungkin
bum i, aku tak tahu pasti karena gelap m enguasai. Setelah beberapa lam a,
akhirnya getaran dan panas berk urang sedik it dem i sedikit.

tuhan : " m aaf, m aaf, aku lepas kontrol tadi. Kau berani sekali m ulutm u anak
m uda tolol. Bum i, k au sak si atas ucapanku. Makhluk2 ku yang bernam a

5
m anusia yang telah berani m engatasnam akan aku dalam ajarannya, apakah
m ereka pernah bertem u aku...?"

bum i : " Tidak pernah Paduka Yang Mulia, itu tak lebih hanyalah im ajinasi
kreatif m erek a saja. Tapi ngom ong2, ada beberapa yang jujur m inta am pun lho
Paduka Yang Mulia. Sidharta Gautam a, Blaise Pascal, Ghazali, dan beberapa
yang lain lagi telah dengan terang2an bilang bahwa kedekatan denganm u itu
hanyalah im ajinasi k reatif m erek a saja."

tuhan : " Kau dengar sendiri anak m uda, betapa dirik u dicatut sana sini tanpa
sam a sekali ijin dariku. Kenapa aku tak berhak m arah...?, coba k atakan..!!!"

aku : " Sabar dikit napa sih tuhan. Kau berhak m arah, itu m em ang hakm u k oq.
Tapi k au juga harus introspeksi diri, jik a saja engk au lebih transparan m engenai
dirim u, m erek a tidak akan dengan gam pangnya m enghayal tentangm u dan
m enggunakan nam am u seenak udelnya."

m atahari : " Maaf beribu m aaf Paduka Yang Mulia. Jika Paduka sudah tidak
tahan lagi dengan m ak hluk Paduka yang bernam a m anusia, ijinkanlah ham ba
m em eluk k ekasih ham ba bum i, biark anlah kam i bersatu. Sek ian lam a ham ba
berpisah dengannya, rindu ham ba sudah m eluluhlantakkan jiwa Paduka.
Ham ba ingin bersatu dengannya, walaupun setelah itu diri k ami hancur
bersam a. Biarlah setelah itu awal baru tercipta, dengan m atahari baru, planet2
baru, m akhluk 2 baru, sehingga Paduka lebih puas."

tuhan : " Belum waktunya. Kalian, m atahari dan bum i, selesaik anlah tugas
kalian. Aku tahu k alian saling m encintai, tetapi yakinlah, jarak bukanlah
penghalang atas cinta yang tulus nan abadi."

aku : " Wah, begini saja. Boleh atau tidak, bersatulah kalian. Berpelukanlah
kalian. tuhan sek alipun tak berhak m elarang dua insan yang sedang jatuh
cinta."
Cuh..ciuh...cuh....wah sialan, tega2nya tuhan m eludahiku, berkali2 pula....

aku : " Kunyuk kau tuhan, dik tator tak tahu diri. Oke..oke..!!!!, kuakui aku
m em ang kritis terhadapm u, tetapi sekali lagi itu dem i kebaikanm u. Daripada
stem pel nam am u digunakan untuk m engotori tata surya, daripada atas
nam am u m anusia m enjadi tiran bagi sesam anya, daripada karena perilakum u
sem ua m akhluk sem esta kebingungan m encari jati dirinya. Sudahlah, akhirilah
keegoanm u itu. Bersikaplah dem ok ratis dan transparan."

tuhan : " Kau pulang sana, besok pagi kau m usti k uliah. Dari tadi kau bukan
m elaporkan sesuatu m alah protes terus isinya. Tapi jangan lupa anak m uda
tolol, berbuat baiklah tanpa pam rih, itu saja pesank u."

aku : " Ya deh...., tapi jangan lupa pula pertim bangkan k ritikku. Tapi anyway,
untungnya aku dari dulu tidak pernah m engharapkan surgam u. Aku pergi dulu
ya...Bye tuhan, m atahari, bum i..........."

Am sterdam , 7 Maret 20 05

6
Ziarah ke Makam Tuhan

Minggu lalu ada undangan takziyah, tapi seperti biasanya karena kesibuk anku,
aku tidak bisa m em enuhi undangan itu. Allah telah wafat, tapi itu sudah k uduga
sebelum nya, k arena dia sudah lam a sakit2 an. Aku sendiri tidak begitu perduli,
hidup tidaknya tidak terlalu berpengaruh pada diriku.

Maka hari dem i hari berlalu begitu saja, sam pai hari ini. Dalam rapat redaksi di
tem pat aku bekerja, aku m endapatkan tugas untuk m eliput penyebab kem atian
tuhan2 itu. Dari m eja redaktur tadi, tugas ini harus selesai secepat m ungkin,
karena deadlinenya m inggu ini juga. Dasar nasib, terpaksa m alam 2 aku
blusukan ke k uburan k husus tuhan2 . Ya aku anggap sebagai ziarah saja, toh
sejak dulu k alau ada undangan tak ziyah aku gak pernah datang. Bagiku
kem atian adalah awal dari k ehidupan baru, jadi tidak ada yang perlu dijadikan
sebab sedih hati.

Kuburan ini gelap gulita, hanya ada beberapa kunang2 yang kelap kelip di
beberapa sudut. Angin dingin m ulai m enusuk kulit dan tulangk u, bulu kudukku
berdiri. Buk an karena aku takut hantu, tapi karena aku hanya pake kaos
oblong, sehingga ujung2 angin itu seenak jidatnya m em belai pori2ku. Kubuka
pintu gerbang kuburan itu, suara besi yang sudah tua m em ecah keheningan.
Tengok k anan k iri, sem ak in serem saja kelihatannya. Kukeluarkan lam pu
senter yang tadi kubawa, kunyalakan, oh tapi ternyata tidak nyala. Wah m ati
aku pik irku. Ku goyang2 senter itu, sam pai bunyi k lothak klothak. Kunyalakan
lagi, tidak nyala juga. Wah tam at sudah riwayatku, sudah tengah m alam lagi.
Bagaim ana aku bisa m elakukan penyelidikan penyebab m atinya tuhan2 itu,
kalau senter aja aku tidak punya. Padahal peralatan lain sudah aku siapkan
sem ua sebenarnya, untuk penelit ian forensik.

“Heh, ngapain loe di sini?”

Aku k aget bukan alang kepalang, sam pai terkencing2 di celanaku. Geragapan
aku di dalam gelapnya pem akam an itu. Tiba2 ada suara tanpa rupa dan
suaranya berat, seperti orang m arah.

“ Eh hm m , anu, anu, saya m au m elakukan penelitian tentang k em atian tuhan,


saya wartawan koran ‘Suara Alam Lain’ . Hhm m , anu kalau boleh tahu, siapa
Anda..?”

“ Perkenalkan, ak u penjaga kuburan ini.”

Tiba2 tangank u digenggam benda besar, aku diajak salam an rupanya. Spontan
aku goyang2kan tangank u sebagai tanda kenalan juga.

“ Senang bisa berkenalan dengan Anda, jadi Anda m au ketem u tuhan2 itu..?”

“ Lho k oq k etem u, saya m au m elakuk an penyelidikan, saya m au m enyelidiki


m ayat2 m ereka. “

“Haahahahaha…OK, m ari saya antar”

7
Dia m enggandengk u, aku tidak m elihat wajahnya k arena sangking gelapnya,
aku hanya m engikuti saja. Kadang2 kakik u tersandung pathok2 kuburan yang
rupanya bertebaran sepanjang jalan yang kulalui. Dari agak kejauhan, aku lihat
sam ar2 ada cahaya, dan suara orang yang sedang bercakap2 dan tertawa2.

Pintu dibuk a, wow…m ataku seakan2 tidak percaya apa yang dilihatnya, sebuah
café lengkap dengan m eja pool, dart dan bar, di pojok sana ada layar tv sedang
m em pertontonkan pertandingan sepak bola. Kuk edipkan2 m ataku, hanya
untuk m em astikan bahwa ak u tidak sedang berm im pi.

“ Hey, jangan bengong. Oh ya tadi kita kenalan belum nyebutin nam a, aku iblis,
ganti profesi akhir2 ini sebagai penjaga kuburan tuhan2. “

Aku m enoleh, m ataku terbelalak, jantungk u seperti copot, selangk ah aku


m undur k e belakang. Terasa celanaku agak basah, aku terkencing2 lagi
rupanya, sialan bener. Iblis ini sungguh m enyeram kan, grandongnya Mak
Lam pir pun m asih kalah serem . Untung saja tidak dari tadi aku m elihat
wajahnya, di pelataran kuburan tadi gelap sekali.

Hahahahahahahahaha…………………………….!!!!!!!!!!!!!

Seluruh café rupanya m enertawakan ak u.

“ Hey iblis, siapa pula yang k au bawa ini, jangan pula k au bilang hasil buruanm u
ya…hahahhahaha….”

Iblis : “ Selam at m alam tuhan2 sek alian, ini perkenalkan seorang wartawan dari
Koran “ Suara Alam Lain” , m au m elakukan penelitian atas k em atian tuhan2.
Mas Wartawan, saya perkenalk an juga tuhan2 ini kepada Anda, yang lagi m ain
pool itu, Khrisna dan Shang Ti. Yang duduk di bar itu Bapa, Baha’i, dan Cao Dai.
Yang di m eja itu, dari yang m erokok itu adalah Allah, kem udian sebelahnya
Waheguru, dan yang diujung itu Ahuram azda. Sebenarnya ada beberapa tuhan
lain, tapi m erek a sedang nonton sinetron Tersanjung, jadi m alam ini tidak
hadir.”

Aku : “ Senang berkenalan dengan Anda2 sem ua. Maaf terus terang saya kaget,
saya datang untuk m enem uk an penyebab k em atian Anda2 sekalian, tapi m alah
m enem ukan Anda sedang kongk ow di cafe. Jadi, Anda2 ini, para tuhan2,
sebenarnya tidak m ati..?”

Cao Dai : “ Oh tidak anak m uda, kam i hanya pura2 m ati. Kam uflase strategis.”

Allah : “Aku m em ilih m ati, biar tidak ada yang m em belaku lagi, wong aku tidak
butuh dibela k oq. Tidak ada itu perang dem i agam a atau dem i tuhan. Yang ada
perang dem i nafsu.”

Bapa : “Ya m anusia goblog, sek uat apa m erek a itu m au m elindungi tuhan, wong
prestasi terbesarnya saja hanya m enginjakk an k aki di satelit bum i yaitu bulan.
Yang pake bom hydrogen pake reaksi fusi saja tidak m am pu, apalagi
senjatanya cum an clurit, parang , dan cangkul.”

8
Ahuram azda : “Ya, lebih baik m anusia m elupak an tuhan saja, k alau perlu
ditaruh di undang2 dasar bahwa tuhan telah m ati, wong dari dulu tidak ada
buk ti koq k alau tuhan itu m em bantu m anusia, kalaupun k elihatannya
m em bantu, itu lebih k arena sugesti atau k arena k ebetulan saja dapat rejeki,
trus dikaitkan begitu saja dengan tuhan. Jadi kupikir, lebih baik agam a2 itu
dibubarkan saja. Nah k am u sendiri m as wartawan, k am u percaya tuhan..?”

Aku : “ Aku netral saja, kalau sedetik lagi ada bukti bahwa tuhan itu ada, aku
akan percaya tuhan. Tapi bisa juga sebaliknya, jika sedetik lagi ada buk ti bahwa
tuhan tidak ada, aku ak an t idak percaya adanya tuhan. Aku tidak m au gegabah
percaya atau tidak percaya begitu saja. Yang pasti adalah aku tidak percaya
tuhan2 m acam k alian, k arena kalaupun m isalnya tuhan itu ada, aku yakin
tuhan tidak seterbatas seperti kalian2 ini. Yang m enurunkan kitab suci, yang
m enurunkan m akhluk terbaik , yang terjebak dalam sui generis, yang tidak bisa
ditem patkan dalam kom pleksitas k osmos. Maaf jika m enyinggung k alian, tapi
kalian tidak pantas jadi tuhan.”

Shang Ti : “Jadi kam u jelas bukan theis, tetapi bukan pula atheis, deis juga
buk an. Pantheis bukan, panentheis bukan, fideis juga bukan. Pusing deh akika,
m au loe apa dong...?”

Khrisna : “ Aliran baru rupanya hahahhaha......, tapi tentang m em bubarkan


agam a2 , jangan buru2 gitu dong. Loe2 pade m usti tahu m en, kalau 90% lebih
m anusia it u butuh sim bol, butuh balasan, butuh sandaran vertik al. Nah,
m ayoritas m anusia yang goblog ini, yang tidak bisa berpikir m erdeka, yang perlu
dogm a dan aturan, yang tidak m au susah2 pusing berfilsafat, ini m asih butuh
sam a yang nam anya agam a. Punya agam a itu lebih baik sebagai penuntun
m ereka daripada tidak punya sam a sek ali. Tapi juga harus disadari, tidak
percaya tuhan alias atheis itu tidak sepenuhnya juga lepas dari penyak it sejarah
pengkultusan, gak nyem bah tuhan tapi nyem bah Mao, Lenin, St alin, ato Hitler
itu sam a saja bahayanya. Kecenderungan berlebihan itu m em ang sifat
m anusia, sehingga m anusia susah kadang m em bedakan antara k em anusiaan
dan k etuhanan. Nah m as wartawan, anda sekarang sudah tahu bahwa k am i
tidak m ati, anda m au apa...?”

Aku : “Lho saya sekedar m au tabayun, apakah tuhan2 ini bener2 m ati. Nah
ternyata kalian ini pada belum m ati, tapi m anusia m em ang berusaha
m em bunuh kalian, dan celak anya yang m au m em bunuh itu adalah pengikut2
kalian sendiri. Nietszche, Marx, dan sayap2 kiri Hegelian saja kalah
sophisticated, karena m ereka m elawan agam a hanya ketik a agam a itu k orup
dan represif, m enjadi legitim ator dalam pertarungan antar kelas. Sedangkan
banyak um at2 beragam a m em bunuh tuhan m ereka di saat tiap hari m ereka
juga m enyem bah2 tuhan2 itu. Reduksi atas kem ahaanm u adalah pem bunuhan
karakter terbesar sepanjang sejarah m anusia.”

Bapa m em egang gelas birnya, m eneguknya berkali2. Sedangkan Allah tam pak
m urung dan berpikir k eras. Khrisna yang dipojok m anggut2 sam bil sesek ali
m enyodok bola dengan sticknya. Shang Ti yang jadi lawan ngepool Khrisna
tam pak sesekali m elotot kalau nada bicarak u sudah m engganggunya.

Allah : “ Nah wartawan tolol, kam i m em ang belum m ati. Kam i hanya pura2

9
m ati, biar m anusia bisa m encerahkan diri tanpa kam i. Kau jangan pula bilang
bahwa keputusan kam i salah, k am i para tuhan2 sudah rapat m engenai hal itu,
sudah k am i pertim bangkan baik dan buruknya. Di saat science sudah cukup
m aju seperti saat ini, lonceng kem atian untuk tuhan2 tradisional m acam k am i
sudah berdentang, sebelum lonceng itu sem akin keras m endayu, k ami
m em utusk an untuk ‘m ati’. Tuhan2 pagan sudah m ati sejak dari beratus2 tahun
lalu, sekarang giliran kam i. Kam i sadar sesadar-sadarnya, bahwa m ayoritas
m anusia m asih butuh sandaran vertik al, tetapi itu tugas m anusia2 tercerahkan
untuk terpanggil m em beri rasionalitas dan m oralitas m urni m akhluk tanpa
stem pel tuhan. Sekali lagi karena stem pel tuhan adalah hal yang paling am bigu
dan paling sering disalah gunakan.”

Aku :” Jadi, aku harus m enulis apa untuk artik elku ini, apakah aku harus jujur
ataukah..”

Waheguru : “ Dem i kem aslahatan um at, saranku, ini hanya saran lho ya.
Beritakan apa yang dibilang Allah tadi saja, biarlah kam i m ati di sini. Pers bebas
m enulis, sebagai bagian tak terpisahkan dari dem okrasi, dan sebagai tanggung
jawab dari k ebebasan itu adalah kewajiban untuk m enebarkan pencerahan2
intelek tual, bukan sebagai agen propaganda kapitalis, fasis dan puritanis.”

Bapa tiba2 berjalan ke arahku, rupanya dia m enawarkan bir ke aku. Gelas
cukup panjang dengan sedikit busa di puncaknya disodorkan ke aku.

Aku : “ Maaf, aku tidak m inum bir Bapa. Pahit banget di lidahku, bukan karena
dianggap haram atau apa lho ya. Ntar deh, k alau ada bir rasa duren aku coba
m inum . “

Bapa tersenyum kecut, kem udian dia tertawa, dielusnya kepalak u.

Bapa : “ Dasar wong ndeso k owe...”

Aku :” Sebentar tuhan2 sek alian, kem bali ke m asalah tadi, aku m enghorm ati
keputusan kalian, tapi kalian harus tahu, ketim pangan antar m anusia ini
sungguh besar. Di saat yang satu sudah bisa m engintip galaksi dan quasar,
yang lain m asih hidup pak ai cawat dan hidup berburu. Di saat yang satu sudah
bisa keliling dunia dalam hitungan jam , yang satu k akinya bengkak kebanyakan
jalan. Yang satu hidup m ewah di istana2, yang satu di k olong2 jem batan. Jadi
m atinya kalian m ungkin m alah m em punyai akibat buruk bagi sebagian
m anusia, karena m ereka bisa m enjadi layangan yang tiba2 putus, ini m ungkin
lepas dari pengam atan kalian.”

Khrisna : “ Ak selerasi, akum ulasi, distribusi pengetahuan dan kesejahteraan itu


tugas m anusia, bukan tugas tuhan. “

Ahuram azda : “ Tepat Bung Khrisna, m asak kita2 ini harus m elakukan
penelitian, bikin LSM, propaganda tausiyah, ekstensifikasi tarbiyah, bikin
website, nulis artikel, bikin k operasi, ya lucu aja gitu lho. Itu tugas m anusia, tapi
buk an sebagai k ewajiban, tetapi datang sebagai rasa cinta k asih ikhlas
seikhlas2nya terhadap sesam a m anusia, syukur2 k alau sudah m enem bus
kecintaan terhadap sem ua m akhluk , term asuk setan dan iblis hahahha......”

10
Iblis : “ Bung Ahuram azda, jangan rasis gitu dong, please deh. Begini2 aku
sekarang sudah sadar, m erasa k alah sam a m anusia. Mereka bisa lebih bejat
dan psikopat daripada aku, jadi daripada aku k alah pam or, aku juga
m em utusk an untuk m enjadi baik.”

Baha’i : “ Sudah2, begini saja Mas wartawan, m alam ini nginep saja di k uburan
kam i, ada satu tem pat khusus buat tam u, jadi besok pagi kita bisa disk usi lagi.
Sekarang m ari k ita m ak an2 dulu, saya yang trak tir deh. Plat du jour nya k ali ini
gudeg jogja, disertai teh anget tanpa gula. Mari2 m akan….”

Aku yang m em ang lapar segera m engham piri kuali besar isi gudeg itu, diikuti
oleh tuhan2 . Malam itu kam i m akan bersam a sam bil bercanda tak tentu arah,
tentunya ditem ani oleh senyum genit m bak pelayan bar yang juga pak e rok
m ini.

Am sterdam , 19 Februari 200 6

11
Sanggupkah Tuhan Menerim a Musibah

Sudah lam a aku tidak bertem u Mbah Maridjan, dikarenakan ak u harus pergi ke
luar kota m enuntut ilm u. Setelah gem pa di Jogja yang m em bikin hati m iris itu,
pesantren tem pat aku belajar libur, sem ua santri disuruh pulang. Aku segera
teringat Mbah Maridjan, bagaim ana k abar orang tua itu yang dulu sering
m engajari aku filsafat Jawa.

Tergopoh2 aku m enem ui Mbah Maridjan, kucari tadi di rum ahnya beliau tidak
ada. Setengah berlari aku m enyusuri pem atang sawah yang m asih agak basah,
sam bil sesekali m enghirup arom a batang padi yang m erasuk. Kata tetangga
Mbah Maridjan, beliau sering m enyendiri di gubug di tengah sawah kalau sore2
begini. Dari jauh sudah kulihat gubug k ecil beratapk an daun k elapa dan dam en
( batang padi kering). Setelah dek at, kulihat Mbah Maridjan yang sedang
m enyalakan rokok lintingannya. Baunya m enyengat, tetapi segar apalagi
ditam bah suasana sore yang sem ilir.

“ Mbah, Mbah, bagaim ana ini Mbah, m usibah datang silih berganti, sepertinya
sudah waktunya k ita m elakukan tobat nasional. Mbah Maridjan m alah tenang2
saja”

“ Musibah itu bisa jadi rahm at, sebagaim ana rahm at juga bisa jadi m usibah. Ini
hanya kejadian alam biasa Le.”

“ Gim ana sih Mbah, m usibah ini peringatan dari Tuhan Mbah atas dosa2 k ita,
sekaligus juga ujian apak ah kita tabah m enghadapi m usibah.”

“ Tuhan pun tak sanggup m enerim a m usibah, Le”

Aku seperti ditam par langsung di otakk u, apa pula m ak sud Mbah Maridjan ini.

“ Hhhm m , m aksud Mbah Maridjan…?”

“ Tuhan itu Le, baru diduakan saja sudah m arah2 , baru perintahnya tidak
dilaksanakan saja sudah ngirim bencana, lha piye…Tuhannya saja nggak tabah,
ciptaannya bisa lebih gak tabah lagi”

“ Sebentar2 , aku m asih tidak m engerti apa m aksud Mbah Maridjan.”

“ Kam u ini pancen bodho Le, kam u ingat kisah Adam dan Hawa, yang
dikeluarkan dari surga hanya k arena m akan buah Khuldi yang terlarang itu, itu
kan kesalahan sepele, tapi Tuhan m arah, terus Adam dan Hawa ditundung dari
surga. Terus kam u ingat k isah Iblis dan Adam , Iblis disuruh m enghorm ati Adam ,
suruh sujud di depan Adam , lha wong Iblis itu pinter, ya dia nggak m au, dia
hanya m au sujud dan horm at kepada Tuhan, lagi2 Tuhan m arah, purik, akhirnya
Iblis dilak nat. Ingat pulakah kau tentang Sodom dan Gom ora, hanya karena
hom osek sualit as saja seluruh kota dihancurk an. Tuhannya saja k urang dewasa,
jangan pula salahkan um atnya kalau kekanak2an. “

Aku hanya bengong, m endengark an tutur kata Mbah Maridjan yang m engalir
sam bil m engepulkan asap rokok k retek di jari2 tangannya. Sungguh2 gila Mbah

12
Maridjan ini, berani2nya m enggoyang tahta diktatur Tuhan.

“ Aceh sudah lebur, Jogja sudah hancur, Merapi njeblug, kita harus lebih banyak
berdoa Mbah Maridjan, supaya Tuhan m engam puni dosa2 kita.”

“ Hahahahahaha…………………..”

Mbah Maridjan tertawa terkekeh2, sam pai terbatuk2 , sam bil m elihat dengan
pandangan lucu kepadak u.

“ Kam u ini Le, produk jam an m odern koq berpikirnya idiot kaya gitu. Kalau
banyak orang berdosa, dosa m ereka kan kepada alam dan sesam a m anusia.
Minta am pun lah k epada alam , dengan m erawat m ereka dengan baik , m enjadi
bagian dari alam buk an m alah m em perkosanya. Minta am punlah k epada
m anusia2 , berhenti k orupsi, bantulah para fakir m iskin, peliharalah yatim piatu,
jalank an negara dengan jujur dan bersih. Itu yang nam anya m ohon am pun,
kalau m ohon am punnya cum a sam a Tuhan, kam u m alah akan ditertawakan
sam a Dia.”

“ Ya, tapi Mbah Maridjan, kita perlu pertolongan Tuhan untuk bisa lepas dari
derita ini.”

“ Percayalah Le, Tuhan itu egois. Kita harus m em bantu diri kita sendiri, k am u
boleh m inta tolong sam pai air m atam u habis, tapi kalau kam u tidak
m em perbaiki dirim u sendiri, ya percum a. Lihat itu orang Jepang, k ena gem pa
m ereka itu, tapi terus m erek a belajar, bikin gedung dan rum ah yang tahan
gem pa. Lihat orang Belanda, k ena banjir banding m ereka itu, tapi m ereka
bangkit, bikin dam 2 rak sasa, sekarang selam atlah m erek a dari petaka banjir.
Lihat orang2 Eropa, dik aruniai penyakit pes, sam pai separuh penduduknya
m ati, tapi m ereka m em perbaiki diri, dan hidup sehatlah m erek a sek arang.
Bencana itu untuk dipelajari, buk an untuk disesali.”

Dongkol hatik u bukan m ain sam a Mbah Maridjan, dari dulu dia selalu bisa
m em bolak-balik perpektif. Dan dia sudah berani m em perm ainkan syaraf
otakku sekarang, tapi aku berusaha m enguasai diriku.

“Mbah, kita ini m anusia yang egois. Tuhan telah m enciptakan alam dengan
sem purna, dan m enitahkan kita sebagai kalifahnya di dunia ini. Kitalah yang
telah tidak sanggup m em egang am anat Tuhan it u.”

Mbah Maridjan kem bali m eringis, seolah m engejek. Matanya yang kecil bulat
itu m enatap jauh ke ham paran sawah di depannya.

“ Oalah Le, kalau m au jujur sih. Karena konsep Tuhan it u diejawantahkan oleh
m anusia yang egosentris, akhirnya m anusia tam bah kelihatan egois.
Seharusnya kau yang sekolah itu tahu hal kayak gitu, dan itu pandangan
antroposentrism u, kuno sekali cara berpikirm u Le. Manusia itu bagian alam Le,
buk an penguasa alam .”

“ Ya biarin Mbah, pandangan antroposentris kan lebih baik daripada percaya


hal2 m istis kaya sam peyan, ada Nyi Roro Kidul, Tom bak Kiai Plered, Kebo Kiai

13
Slam et hahahaha………., kebo koq dianggep kiai.”

“ Lho siapa bilang Mbah percaya sam a Nyi Roro Kidul, Nyi Roro Kidul itu kan
cum an m itos Le, para kawulo cilik seperti k ita ini kan sering ditipu sam a para
penggede2 istana. Raja2 Mataram jam an dulu m alu k arena di Segoro Lor (Laut
Jawa= red) m ereka kalah dengan tentara Kum peni Walanda dan tentara
Portugis, jadi m ereka m enghibur diri dengan m enciptakan m itos Nyi Roro Kidul,
seolah2 m erek a m asih m enguasai Segoro Kidul (Sam udra Hindia= red),
m em peristri penguasa Segoro Kidul. Cilokone, kita sem ua percaya adanya Nyi
Roro Kidul, kekuatan pusaka2, kita ini m em ang bodho k oq Le, wis bodho
m bodhoni wong m esisan.”

Lagi2 Mbah Maridjan bikin aku klenger, dia bilang dia tidak percaya Nyi Roro
Kidul, ngoyoworo (m engada2) saja Mbah tua satu ini.

“ Mbah, m usibah dem i m usibah ini m enyelim uti k ita, kita harus bergerak
Mbah.”

“ Sim bah di sini saja Le, m engabdikan diri untuk penduduk Merapi. Kam u yang
m asih m uda yang harus bergerak, sadark an orang dari tidurnya, sadarkan orang
dari sik ap fatalis m enghadapi m usibah. Sudah sana, belajar yang bener, santri
kalau k erjaannya m ain PS terus ya kayak kam u ini jadinya. Ilm une nggedabus,
pangertene m bladhus. Belajar sana bagaim ana m engatur bantuan yang tepat
guna dan tepat sasaran, jangan hanya kitab kuning k au pelajari, kitab putih pun
harus k au pelajari, dan jangan lupa sekarang banyak kitab digital yang bisa
dipelajari.“

Sam bil m enggerakkan tangannya m enyuruh aku pergi, Mbah Maridjan m erogoh
sakunya, dikeluarkannya selem bar duit 50 ribu.

“ Ini hanyalah lem baran 50 ribuan Le, k userahkan padam u. Duit ini ak an benar2
jadi m ilikm u k alau kam u m em berikannya kepada yang m em butuhkan, banyak
itu sepanjang k aki Merapi.”

Dilem parkannya duit itu k epadaku, aku m engam bilnya sam bil bingung
m em ikirkan apa m aksud k ata2 Mbah Maridjan yang terakhir tadi.

14
Ketika Tuhan Menikahi Pelacur

Serabut m endung berarak di horizon, sem ilir sang bayu tam pak sem akin keras
m enelusuri sang bahana. Tetapi lelaki itu tertawa2 , sem akin lam a sem akin
keras dia tertawa. Ram but panjang tak terawat yang dipunyainya juga sem akin
awut2an diterjang sang bayu. Sekejap kem udian dia diam , tercenung, m uk anya
jauh m em andang ke haribaan bum i, seolah2 ingin m enelanjangi bum i,
m enem busnya hingga ke pusat2 syarafnya yang panas penuh m agm a. Sekejap
kem udian dia m enangis, m engingat m asa2 itu, m asa k ebodohannya, m asa
dim ana dia tidak sanggup m entransform asik an ide2 revolusionernya kedalam
strategi yang sistem atik . Dia sem akin sesenggukan, bulir2 air jatuh dari kelopak
m atanya.

“ Aku, akulah tuhan itu, aku….aku…aku..iya ak u…”

Dia sem akin tertunduk , airm atanya sem akin deras. Sungguh dia m enyesali satu
ucapannya, yang kelak akan m enjadi boom erang bagi kedewasaan m anusia. “
Pintu k erajaan surga, hanya m elaluiku”, k enapa dulu dia bilang seperti itu.
Jengah dia sudah m elihat tingkah laku m anusia yang m engak u m enjadi
pengik utnya. Dipandang dari sudut m anapun tidak patut dia m enjadi tuhan,
hanya m enam bah m alu saja daftar rentetan kebodohan m anusia sepanjang
m asa. Setelah beribu2 tahun m anusia m enyem bah2 petir, m enyem bah
m atahari, m enyem bah bintang, m enyem bah api, nah ini sekarang m alah
m enyem bah m anusia, m anusia yang m enyem bah m anusia. Kedengaran sangat
klise, tetapi itu terjadi. Di saat m anusia sudah tahu bahwa sem esta punya
m ilyaran galaksi, trilyunan m atahari, dan m ilyaran trilyun planet, m asih saja ada
yang percaya bahwa bum i adalah pusat sem esta, tuhan m enurunkan m akhluk
terbaiknya di bum i, m anusia adalah kalifah bum i, dan sebagainya dan
seterusnya. Serasa ingin m untah, m elihat k em unafikan dan k ebodohan
m anusia2 yang ditinggalkannya.

Aku sudah tidak perduli, toh di saat ini, di m asa ini, di jam an k om puter ini,
diperbaikinya sikap itu dengan teosofi dan filsafat perennial tetap tak
m engubah pandangan m anusia akan kesuperioran ajaran yang dibawanya.
Adakah keselam atan di luar aku, jawabnya k eras sek ali, tidak
tidak….tidaaaakkk dan tidaaaaaaak .

“Sudah k uputuskan, aku ak an m enik ahinya”

dem ikianlah sabda tuhan waktu itu. Tetapi m anusia m em ang pintar m engak ali
tuhan, sehingga keputusan tuhan pun dibelokkan oleh m anipulasi sejarah. Aku
m aklum walaupun aku m arah, sejarah m em ang tak lepas dari k em auan yang
m em buatnya. Sejarah sering dikorupsi dem i kepentingan politik yang
m enulisnya. Sem ua m urid laki2k u tidak m enyetujuinya, bahk an terkesan sinis,
tapi aku tak bergem ing dengan keputusanku. Bukan k einginan nafsuku yang
m em buat aku m em utusk an untuk m enik ah, tetapi dari keinginan terdalam ku
untuk m elawan stigm a perspektif negatif tentang sex sek aligus m engentaskan
perem puan dari penindasan yang m ereka alam i.

Yang tidak orang ketahui, dia bukanlah pelacur. Dia adalah seorang wanita
cerdas yang k uangk at sebagai sahabat sek aligus istrik u. Dan dia adalah nabiku,

15
karena aku ingin m engguncang alam pem ikiran m anusia, wanita pun berhak
m enjadi nabi. Dia bahkan k uangk at sebagai nabi diantara nabi. Walau ak hirnya
aku harus m erasa kalah dengan um atku sendiri, bias patriarki dalam hirarki
ajaranku akhirnya m em bawa kam panye hitam atas istriku. Istrik u dicap sebagai
pelacur, tanpa satu buktipun yang m enduk ung. Tapi peduli am at, m em angnya
kenapa kalau aku m enikahi pelacur, pelacur adalah profesi yang perlu
dihorm ati. Apalagi jika itu dilakukan dengan sepenuh hati dan tanpa paksaan,
dan aku percaya pelacur raga m asih punya hati nurani, yang bejat adalah
pelacur jiwa, pelacur2 intelektual. Dan aku m erasa k alah lagi, um atku terlalu
m engagungk an m oralism e tradisionalnya, m oralisme konservatif yang tidak
berdasar. Moralism e tradisional biasanya m alah justru m elegitim asi represi atas
nam a gender. Dan aku sudah m uak dengan m oralism e tradisional dan
penjaga2nya yang sok suci. Moralism eku adalah m oralism e substansi, bahwa
siapapun berhak m enentukan preferensi esk presi hidupnya dengan koridor
tidak m enindas pihak lain.

Mem ang jejak2ku sengaja dihapuskan atau dibelokkan, tapi aku tidak putus
asa karenanya. Karena aku tahu bagaim ana roda dunia perlu berputar, karena
aku tahu bagaim ana sejarah itu dibentuk, dan aku tahu bagaim ana
kepercayaan itu diciptak an. Ajaranku yang diinstitutisionalkan m enjadi
kendaraan politik paling wahid.

Sekarang betapa jauh asap daripada api, dan asap m em bubung m em enuhi
angkasa luas. Kadang, aku bangga juga dengan tersebar luasnya ajaranku,
ham pir sepertiga penduduk bum i m em eluk ajaranku, tetapi aku tidak bisa
m enjam in bahwa aplikasi teologinya akan m enopang teologi intinya.

Kunyalakan sekedar api unggun didepanku untuk m enghangatkan kebek uan


hatiku, karena otakku m em ang sudah tidak bisa k ugunakan untuk berpikir lagi.
Aku sudah jenuh dan tidak tahu lagi harus berbuat apa, nasi sudah m enjadi
bubur, dan m uk jizat apapun belum tentu bisa m em balik kan situasi yang sudah
m engk ooptasi alam pem ikiran m anusia saat ini.

“Kisanak, jangan bersedih, ini waktunya m engobarkan revolusi pem ikiran


spiritualitas. Jika engkau sudah m erasa kalah sek arang, siapa lagi yang akan
m am pu m enang.”

Kuusap m ataku, berkali2 dan k ulihat k anan kiri, dan secepat kilat k umenoleh
ke belakang. Bajingan, wanita berbaju putih itu yang bicara tadi, m engaget kan
aku saja. Kulihat dia tersenyum , dan m enyalam ik u dengan santun.

“Siapa engkau..?” kuberanik an diri langsung bertanya kepadanya.

“Aku ‘Bum i' anakku, putih bajuku adalah kesadaranku akan rentangk u yang
m enyem ik an k ebijaksanaanku, aku datang kepadam u hanya untuk
m ewartakan bahwa engk au tidak sendiri anakku.”

“Jangan ngawur kau Nenek Tua, aku tidak pernah tahu siapa itu bapakku,
karena ibuku selalu m enyem bunyik annya. Dan kau datang2 m em anggil aku
anak. Ibuk u hanya m engatakan dua hal, bapakk u bukanlah laki2 yang ak hirnya
m enikahi ibuku, dan bapakku adalah m anusia biasa.”

16
“ Anakk u, sem ua yang ada di bum i ini adalah anakk u. Ak ulah yang
m enyaksikan sem ua tingkah laku m erek a dari lahir sam pai m ati. Ak ulah ibu
segala ibu.”

Aku akhirnya m anggut2 , walaupun bingung kepada wanita tua yang m engaku
bernam a Bum i ini.

“ Anakk u, orang2 sepertim u adalah orang2 revolusioner, berani m enentang


status quo, m elawan arus m ayorit as, dan tentunya pecinta2 sejati. Tetapi
seringkali sepeninggal orang2 sepertim u, para pengik utm u m elabeli hidupm u
dengan m ukjizat dan cerita2 irasional, dan tentunya banyak yang
m engk ultusk anm u. Tapi sekali lagi anakku, k am u tidak sendiri. Pem bawa
ajaran besar yang pernah kusaksikan selalu diperlakuk an sam a oleh um atnya.
Dikorupsi sejarah hidupnya untuk kem udian diagungkan m elebihi yang
sem estinya, dan pada akhirnya digunak an untuk kepentingan politik. Tentu
saja, selalu ada hal2 baik dalam ajaran kalian yang m asih digunakan, tetapi
sedikit banyak ajaran kalian salah dim engerti.”

“ Sebentar2 Nenek Tua, kalau benar apa yang engkau bilang, aku ingin ketem u
dengan m erek a.”

“ Hussss, dasar pem berontak k am u, nam ak u Bum i nak . Jangan panggil nenek,
tak jewer kam u ntar. Ikutlah denganku, aku akan pertem ukan k am u dengan
pendahulu ataupun penerusm u. Tapi sebelum nya, k am u tak ajak nonton film .”

Digelandanglah aku sam a nenek tua bernam a Bum i itu, lho nenek tua lagi,
sem oga dia tidak bisa m em baca pikiranku. Mem angnya aku anak kecil m au
dibego2in, kalau dia gadis cantik ya aku panggil gadis cantik, kalau
kenyataannya nenek tua ya m au bagaim ana lagi. Dan cilaka dua belas, dia
ngajak nonton film , nonton film sam a nenek tua oh oh oh , is there anything
better..?.

Aku diajak m em asuki sebuah tirai yang belakangnya gelap sek ali, berdiri
sebentar tangank u dipegang oleh nenek tua itu. Wah jangan2, hhm m jangan2,
….aku sudah agak tak ut2 gitu jangan2 ada sesuatu yang ingin dilakuk an nenek
tua ini terhadapk u. Tiba2 cahaya m em ancar terang, kulihat beberapa fragm en
film di layar besar. Eit tzz, sepertinya aku kenal dengan wanita itu, oww itu ibuku.
Dia sedang berm ain2 dengan tem an sebayanya, di fragm en yang lain aku lihat
kelahiran seorang bayi, oh oh oh itu ibuku yang m elahirkan aku. Ak u lahir di
m usim sem i, bukan di m usim dingin seperti yang sebagian besar m anusia
percayai. Fragm en yang lain lagi aku sedang berk hotbah di tam an dikelilingi
oleh m urid2 kepercayaanku. Nenek tua itu ternyata m enipuk u, ini bukan film
biasa, ini benar2 nyata kehidupanku dulu. Tubuhku bergetar, m engenang
m asa2 berat perjuanganku m elawan ketidak adilan dan penindasan. Di saat
yang sam a aku juga bingung, kekuatan apa yang dipunyai nenek tua ini bisa
m elihat balik kehidupanku dulu.

Tak terasa sem alam suntuk aku m enonton film bersam a nenek tua itu. Setelah
film selesai kantuk segera m enyerangk u. Aku tertidur pulas.

17
Plaakkk….!!!!

Sesuatu yang keras m endarat di pipik u.

“ Hey pem berontak , bangun. Katanya ingin ketem u saudara2 m u”

“ Eh iya iya Nek eh salah iya Bum i. Habis ini kita kem ana...?”

“ Hayo ikut aku..”

Aku digandeng m enuju tirai yang satunya lagi. Tirai dibuka, wah gedung film lagi
seperti yang tadi, bedanya ini yang nonton lebih banyak.

“ Segera sana gabung dengan k awan2 yang senasib denganm u, itu ada
Muham m ad, ada Sidharta, ada Ahm ad Baha’i, ada Mani, ada Zarathustra, dan
banyak yang lain. Sengaja kubuatkan klub film dokum enter buat kalian biar
kalian lebih ‘sadar sejarah’.”

18
Derita Al-Quran

Perkenalkan pem baca, nam aku Al-Quran. Anda pasti sudah kenal saya, secara
langsung m aupun tidak langsung. Saya m ewarnai dunia ini sejak abad ke 7
sam pai sekarang ini, dikum andangkan di seluruh pelosok dunia. Dikenal dari
kolong jem batan Jakarta sam pai istana raja Arabia di pegunungan Alpen. Dari
Bronx di m egapolitan Rio de Janeiro sam pai kantor2 elit di Silicon Valley. Dari
syukuran kelahiran sam pai berkabung atas kem atian. Dari lorong2 sem pit
shantytown di Uganda sam pai di laptop2 m ahasiswa m uslim di Eropa. Aku
praktis ada dim ana2 pem baca, setiap detik jutaan orang m em bacak u. Aku
adalah salah satu dari jutaan saudaraku yang m enyebar di seluruh dunia.

Minggu yang lalu aku disum bangkan oleh seorang anggota DPR di
perpustak aan daerah. Jadi selam a sem inggu ini aku m endapatk an rum ah baru,
aku beruntung sekali, di tem pat baru ini tem anku jadi banyak. Di tem pat yg
lam a, aku cum a dipajang saja, gak pernah dibaca. Dulu aku dijadik an m ahar
perk awinan anggota DPR itu dengan istri pertam anya, setelah dia bercerai
karena istrinya pertam anya tidak m au dim adu, aku diserahkan ke
perpustak aan daerah.

Aku m erasa gem bira sek ali, serasa lepas dari kubangan gelap, tiap hari dulu
aku hanya m elihat m uka2 m asam , hubungan rum ah tangga yg tidak harm onis,
penindasan atas hak 2 istri, anak 2 yang tidak terdidik dengan baik. Begitu
datang aku langsung disam but oleh penghuni2 lam a disini, yang paling tua di
sini dan paling gem uk itu nam anya Veda, yg juga cuk up tua walau tidak setua
Veda ada Tipittak a, ada juga Injil, ada Taurat, ada Upanishad, ada Politica, Ada
Republic, ada Divina Com edia, ada Das Kapital, ada banyak sekali tem an2k u di
sini. Walaupun begitu, aku tidak bisa langsung dekat sam a m ereka sem ua,
yang paling dekat selam a ini m asih Injil, yang sedikit lebih tua daripada dari
aku. Ak u sering curhat dengannya, dia juga yang selam a ini sering m elindungiku
dari olok 2an tem an2 dari rak sebelah kiri, terutam a Das Kapital yang suka
m enggangguku. Tapi aku senang di tem pat baru ini, aku sem akin dewasa,
banyak yang k upelajari dari tem an2 baruku. Aku juga m engangk at adik,
nam anya Aqdas, yang terus terang kuakui k adang lebih dewasa daripada aku.

Di tem pat baru ini aku ditem patkan bersam a tem an2 dari jenisku, yang
akhirnya aku m alah sering disk usi dengan m ereka sem ua. Dari diskusi2 itu aku
m enjadi terbuk a akan warna-warninya dunia filsafat, itu baru dari filsafat
agam a. Lebih beragam lagi k alau aku k adang2 m endengarkan percakapan2
dari tem an2 yang berada di rak sebelah kiri. Dari disk usi itu, aku m enjadi sering
m erenung sendiri,

Beberapa hari lalu aku diam bil dan dibaca oleh seorang anak kecil, um urnya
kira2 14 tahunan, pakaiannya k um al, celananya robek disana-sini, kulitnya
hitam diliputi debu. Setelah m enengok k anan k iri, dia m engam bilk u dan segera
pergi k e m eja dan m em bacaku. Sangat bahagia diriku pem baca sek alian,
setelah sekian lam a aku hanya dipajang, akhirnya ada juga yang m em bacaku.
Mem ang dia kurang lancar m em bacaku, tapi aku bisa m erasakan aura
kerinduan yang sangat dari tatap m atanya dan desah suaranya saat
m em bacak u. Tapi sayang pem baca, tak berapa lam a k em udian petugas
perpustak aan m engusirnya, disertai gertakan2 yang m em ilukan hatiku.

19
Tentunya bagi anak itu lebih m em ilukan lagi, aku m elihat air m ata m enetes di
pipinya. Aku sangat sedih sekali..

Para pem baca, terus terang saja, aku kadang iri sam a Injil, Veda, Tipittak a, dan
yang lain2. Bukannya apa2 , tapi jelas sem ua m engakui bahwa m ereka adalah
ciptaan m anusia, jadi k alau salah ya lum rah, lha m em ang ciptaan m anusia.
Tapi aku di rum ah besar ini adalah satu2nya yang dianggap produk Tuhan,
dianggap sebagai kata2 Tuhan, jadi kalau aku salah seperti salahnya aku tidak
m engharam kan perbudakan, atau salahnya aku m elakukan perhitungan
m atem atika dalam pem bagian warisan, berarti yang salah Tuhan dong, karena
aku adalah k ata2nya Dia. Aku buk an k ata2 Muham m ad. Karena Muham m ad
hanyalah m edium k u. Injil m em ang banyak k esalahan di dalam nya, apalagi
yang edisi Latinnya. Tetapi Injil bisa berkilah bahwa m em ang dia ciptaan
m anusia, yang m em buat adalah m urid2 Yesus. Veda juga bisa selam at dari
tuduhan, k arena m em ang dia ciptaan resi2 , jadi k alau salah ya yang salah resi
yang m em buatnya. Tipittak a juga begitu, Sidharta kan juga m anusia biasa, dia
pasti bisa salah. Tapi aku, sekali lagi aku, aku adalah k ata2 Tuhan, sungguh
pedih hatiku m engingat itu. Ak u telah m enghina Tuhan, tuhan segala alam . Aku
telah digunakan um at untuk m enghina tuhan, m engapakah tuhan yang segala
m aha itu hanya m em punyai k ata2 terbaik seperti aku. Bahasaku m em ang
indah, diksi2k u m em ang m um puni, tapi aku konstekstual, aku ada karena
keadaan, aku ada k arena Muham m ad butuh alat untuk m enyadarkan
kejahiliahannya um at. Muham m ad butuh dogm a sebagai alat, karena orang
bodoh yang celak anya 99 % m anusia tergolong dalam golongan orang bodoh ini
butuh dogm a, butuh sim bol, butuh balasan atas yang dilakukannya, butuh
ancam an dan butuh hadiah. Muham m ad sendiri tidak butuh dogm a dan sim bol,
karena dia m anusia sangat pragm atis dan sekaligus futuristik idealis.
Muham m ad selalu m engingatkan akan bahaya kebodohan atau kejahiliyahan,
karena dia tahu benar akan seperti apa um atnya sepeninggalnya. Wak tu dia
m au m ati, aku ingat benar bahwa dia berkata “ Um atku..um atk u…um atku…”,
kek hawatiran yang tidak berlebihan jika m elihat apa yang terjadi setelah dia
m eninggal. Yang m engantarkan jenazahnya hanya 5 orang, sedangkan yang
lain ribut m em bicarakan vacuum of power. Um ar dengan lantang akan
m enebas leher siapa saja yang bilang Muham m ad m eninggal, bibit2 kultus
yang justru ada di k alangan sahabat2 terdekatnya. Belum kejadian2
m em alukan beberapa lam a setelah dia m eninggal, istrinya Aisyah perang
dengan m enantunya Ali bin Abi Thalib, cucunya Hasan dan Husein dipenggal
kepalanya oleh orang2 haus k ek uasaan, sem ua sahabat terdek atnya m ati
terbunuh karena k ecem buruan karena kekuasaan,

Hidup lebih dari 14 abad m em buatk u m enjadi sak si bisu k enaifan m anusia,
terutam a justru k enaifan jutaan pem baca setiaku. Yang sangat m em buatku
pedih adalah ucapan Muham m ad Abduh sewak tu kem bali dari perjalanannya
ke Eropa, dia lebih m elihat Islam di sana daripada di negeri2 yang selam a ini
m engaku sebagai negeri Islam . Nilai2 persamaan hak lebih dihorm ati di negeri
yang sedikit sekali orang yang bisa m em bacaku, k esejahteraan rakyat kecil
lebih terjam in di negeri2 itu, di saat korupsi dan k om ersialisasi diriku dijadikan
propaganda politik oleh orang2 yang m engaku Islam yang sering hanya dem i
kepentingan sesaat sem ata.

Jika hidupku m em ang ditakdirkan untuk m enanggung beban ini, aku akan

20
m enjalaninya dengan berat hati. Sebenarnya lebih baik aku tiada atau m ati
saja, daripada hidup m enanggung beban m elecehk an tuhan. Daripada tiap
detik dikum andangk an di seluruh dunia, tapi substansi nilaik u dibuang di
pojok2 sejarah, sedangk an nilai2 norm atifnya saja yang jadi keributan
dim ana2.

Pem baca sekalian, doakan aku ya, biar Allah m enguatkan hatiku m enerim a
perlakuan m akhluk2, m enguatkan aku m enghadapi penghinaan2 filosofis ini.
Sudahlah, kurasa sudah cuk up aku curhat, yang lain sudah pada tertidur. Weda
sudah ngorok kudengar, Injil dan yang lain jg sudah tidak terdengar suaranya.
Aku ingin tidur, kalau bisa selam anya, agar penderitaanku ini berak hir,
penderitaan peradaban yg harus kusandang, oh m alang sekali diriku. Terim a
kasih pem baca, sudah sudi m endengarkan k eluh k esahk u.

21
Um at-Um at Proselitis

Hari ini adalah hari bahagia buat Pendeta Markus, dia telah berhasil
m engk ristenk an Paijo, hari ini Paijo akan dibaptis. Usahanya untuk m em buat
Paijo m enjadi salah satu gem bala Yesus ternyata tidak terlalu susah, Paijo yang
tidak berpendidik an dan sangat m iskin itu tertarik untuk m enjadi Kristen hanya
dengan im ing2 beberapa bungkus superm i, sedikit k ata2 m anis, dan tentunya
janji untuk m enjadi bagian dari kerajaan surga Allah Bapa.

Sem ua telah disiapk an, rejuvenasi m ikvah yang telah dim ahk otakan kepada
tuhan Yesus oleh Yohanes, yang harus dialam i oleh setiap gem bala. Dan
m enyebarkan kata2 tuhan Yesus kepada bangsa2 adalah kewajiban,
sebagaim ana tercantum dalam Injil Mathius. Pendeta Markus telah
m enyelam atk an seorang gem bala dari kesesatannya. Diberilah nam a depan
Fransiscus di depan nam a Paijo, untuk m engukuhkan secara lahir batin bahwa
Paijo adalah orang Kristen. Fransiscus Paijo begitulah nam anya sekarang
tam pak m entereng.

Paijo berasal dari kam pung Sum ber Pitu, sangk ing kam pungnya, untuk kesana
harus jalan kaki, k arena belum ada jalan layak yang bisa dilewati m obil atau
sepeda m otor. Paijo sepatu saja tidak punya, k erjaannya tiap hari cum a ngarit,
dan angon sapi. Jari2 kakinya besar dan kasar, begitu pula tangannya. Dulunya
Paijo itu penganut aliran kebatinan, yang oleh pem erintah dianggap sesat dan
tidak diijinkan hidup, tentunya setelah k eluar fatwa dari ulam a2 pusat yang
puritan itu.

Pendeta Markus datang ke desa Sum ber Pitu dalam m isi evangeliknya,
m enyatuk an dunia di bawah kibar kasih Kristiani. Sum bangannya bagi
penduduk desa tidak kecil baik berupa pem bangunan fasilitas desa ataupun
bantuan m akanan dan k ebutuhan sehari2 , ditam bah dengan sisi2 keram ahan
dan kehalusan budi, dengan cepat desa yang sem ula m enjadi sentra penganut
kebatinan itu m enjadi sentra penganut Kristiani. Kontras dengan apa yang
ditawarkan oleh pem im pin2 desa m ereka yang k orup, feodalistik , dan tak
perduli akan k ehidupan sehari2 rakyatnya. Ditam bah pula m ereka sudah m uak
dipameri program 2 partai2 Islam yang hanya datang kepada m erek a waktu
pem ilu, itu belum ditam bah oleh partai2 nasionalis yang sejatinya tak kalah
oportunis dan tak kalah bengis. Kedatangan Pendeta Mark us seakan m enjadi
hujan di tengah kem arau panjang.

**********
Kiai Sahal sangat bangga, dengan m engislam kan Paijo, lengkap sudah tugas
dia untuk m enyelam atk an Paijo dari kekafiran dan kem urtadan. Sejalan dengan
keyakinan dia bahwa hanya daulah Islam iyah lah yang akan m em bawa dunia
ini m enuju k e kesejahteraan lahir batin, begitu pun m akhluk di sem esta yang
m enurutnya berfitrah dalam Islam . Hanya upacara sederhana untuk
m enjadikan Paijo sebagai seorang Muslim , k arena intinya hanya m engucapkan
kalim at syahadat, m engakui bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muham m ad itu
nabi Allah.

22
Paijo diberikannya baju koko, m ilik Kiai Sahal sebenarnya baju kok o it u, tetapi
sudah agak kekecilan karena perut Kiai Sahal sudah m ulai buncit. Peci pun
dibelik an oleh Kiai Sahal, sarung Paijo sudah punya, dibelinya setahun lalu
untuk kem ul, hanya Paijo dipesani benar2 oleh Kiai Sahal untuk belajar
berthaharah, selalu dalam k eadaan berwudhu dan m enghindari segala m acam
najis, baik yg hakiki m aupun yang dzati. Dan tibalah saat2 yang m endebarkan
dan yang dinanti2kan. Paijo m engucapkan syahadat , di m usholla Kiai Sahal
yang letaknya juga didepan rum ah Kiai Sahal. Untuk m em buat Paijo lebih
Islami, diletakk an nam a Muham m ad di depan nam anya. Jadi lengkapnya
Muham m ad Paijo.

Paijo sekarang juga disarankan oleh Kiai Sahal untuk m engikuti sunnah nabi,
m ulai dari puasa senin kam is, m em anjangkan janggut, syiwak gigi sebelum
sholat, dan banyak lagi yang lain sam pai2 Paijo pusing m engingatnya.
Kesalehan norm atif yang ditanam kan Kiai Sahal k epada Paijo, tentunya kalau
Paijo sudah cuk up kuat k e Islam annya, kesalehan norm atif sem acam itu sudah
tidak diperluk an lagi.

Paijo di m ata Kiai Sahal m em punyai peran penting, k arena m enurut inform asi
yang dia dapat, Paijo adalah salah satu pem im pin aliran k ebatinan di desa
Sum ber Pitu. Kalau Kiai Sahal bisa m eng-Islam kan Paijo, itu langk ah awal yang
baik untuk m em bendung arus k ristenisasi yang selam a ini m enjadi m im pi
buruk siang m alam bagi Kiai Sahal dan juga banyak um at Islam di seluruh
dunia.

Sehabis asyar Kiai Sahal pergi ke rum ah Paijo, berjalan k aki satu jam sekedar
untuk m enanyakan kepada Paijo perk em bangannya dalam belajar sholat dan
belajar m em baca Al-Quran. Dengan m uka berseri2 dia m enduga2 seberapa
bagus kem ajuan Paijo selam a dalam didikannya. Paijo walaupun orang
kam pung diakuinya cukup pintar, dan cepat dalam m enerim a sesuatu yang
baru. Tidak salah lagi, apalagi dengan kem am puan Kiai Sahal yang sering
disebut2 orang sekitarnya m em punyai ilm u ladzuni, sem ak in cepatlah Paijo
terangk at dari kejahiliyahannya.

“Assalam u alaykum ….Assalam u alaykum Paijooo…”

“Waalaykum salam warahm atullah Pak Kiai, m onggo..m onggo…silahkan


m asuk..”

Dengan sopan Paijo m em persilahkan Kiai Sahal m asuk, tentunya setelah


m encium tangan Kiai Sahal. Kiai Sahal agak terkejut, di ruang tam u Paijo ada
seorang tam u lain yang diterim a oleh Paijo. Mengenak an pak aian kepasturan,
dengan kalung salib m enggantung. Ada sesuatu yang ganjil begitu pikiran Kiai
Sahal. Begitu juga Pendeta Markus yang rupanya juga belum begitu lam a di
situ. Perasaan aneh dan sedikit k etidak sukaan berkecam uk di dalam hati
Pendeta Markus.

Paijo : “ Lho m onggo silahk an duduk Pak Kiai, oh ya saya perkenalkan ini
Pendeta Markus. Pak Pendeta, ini Kiai Sahal.”

Kiai Sahal dan Pendeta Markus m engulurkan tangan m asing2 dan bersalam an

23
dengan agak ragu2. Mereka berdua sepertinya agak bingung dengan pikiran
m asing2.

Paijo :” Pak Kiai, ingin m inum apa..?”

Kiai Sahal : “ Tidak usah repot2 Jo, air putih saja. Terim a k asih.”

Paijo segera m elesat k ebelakang dan tak lam a kem udian m em bawa segelas
air di atas nam pan untuk Kiai Sahal.

Pendeta Mark us : “ Pak Kiai, sam peyan sudah telat, Paijo sekarang sudah
m enjadi pengikut Yesus, dan sudah dibaptis oleh saya sem inggu yang lalu.”

Kiai Sahal k aget, m engerutk an kening berkali2. Lalu dia m em andang Paijo,
sedangk an Paijo m alah m enunduk.

Kiai Sahal : “ Lho anda m im pi barangkali Pak Pendeta. Saya m ensyahadat kan
Paijo 2 m inggu yang lalu di m usholla saya. Jo, gim ana to k am u ini, k am u tahu ,
kam u tidak akan m asuk surga, kalau k am u m urtad, m elepaskan syahadat,
tidak m engakui Allah sebagai tuhanm u, dan Muham m ad sebagai nabim u.”

Pendeta Markus :“ Kau yang justru tidak m asuk surga Kiai Sahal, karena
engkau bukan gem bala Yesus, engk au adalah gem bala sesat.”

Paijo : “ Maafk an saya Pak Kiai dan Pak Pendeta, setahu saya seorang Islam
yang baik, akan sam a dengan orang Kristen yang baik, akan sam a dengan
kejawen yang baik, bahkan akan sam a pula dengan orang ateis yang baik.
Bukan agam a yang m em buat seseorang m enjadi baik, tetapi k onsistensi
terhadap nilai2 kebaik an. Dan sem ua orang baik m elakukan kebaikan bukan
dem i surga, tetapi dem i kecintaan terhadap pencipta dan ciptaannya.“

Kiai Sahal : “ Jo, darim ana kam u dapat kata2 seperti itu..?”

Paijo : “ Nyuwun ngapunten Pak Kiai, walau saya orang k am pung, tapi saya
m asih m am pu berpikir m erdeka, m engam ati kejadian2 dem i kejadian yang
terjadi sepanjang hidup saya, kesim pulan saya, m anusia sering m enciptakan
perbedaan2 yang tidak perlu, bukannya m encari persam aan dan m engolahnya
dem i k epentingan bersam a. Saya m au m enjadi Islam dan saya juga m au
m enjadi Kristen, itu k arena saya tidak m au m elukai perasaan Pak Kiai dan Pak
Pendeta, karena saya m encintai Pak Kiai dan Pak Pendeta, cinta bagi saya
adalah inti dari agam a dan ideologi apapun. Begitupun k alau suatu saat ada
yang m engajak saya m enjadi ateis, saya akan dengan suk arela m engikutinya,
tanpa harus hanyut di dalam nya. Saya dim ana2, tetapi sejatinya saya tidak
dim ana2. Mem bahagiak an m akhluk lain itu jauh lebih penting daripada ribut2
hanya m asalah agam a dan kepercayaan.”

Pendeta Markus dan Kiai Sahal terdiam , tidak m enyangka m ereka diberi kuliah
bertubi2 oleh pem uda k am pung yang selam a ini dianggap bodoh dan rem eh.

24
Lukisan Cinta dari Denm ark

Cuaca cerah sek ali, m atahari dengan gayengnya m em anasi bum i. Yesus
m engebut m otor Astrea Supra nya, buru2 ingin m enem ui Muham m ad. Ada hal
penting yang ingin disam paik annya pada Muham m ad. Sesam pai di rum ah
Muham m ad, Yesus segera m em arkir sepeda m otornya di depan rum ah
Muham m ad alias ruas jalan, k arena Muham m ad m em ang rum ahnya kecil
sekali, tipe RSSSSS (Rum ah Sangat Sederhana Sam pai Susah Selonjor), dan
tentunya tidak punya halam an depan apalagi tam an. Helm nya segera
disam pirk an di k aca spion.
Ting tong…….Ting tong…..Ting tong………!!!!!!
Yesus m em encet bel berkali2…
“Assalam u alaykum ….Assalam ualaykum …..”
Yesus celingak celinguk di depan rum ah Muham m ad, k em ana nih Muham m ad
pikirnya. Dipencetnya lagi bel berkali2 , tiba2 terdengar suara dari dalam .
“Wa’alaykum salaaamm m ..”
Pintu terbuka, Muham m ad m engucek2 m ata, rupanya dia tadi tidur. Maklum
panas2 begini m em ang enak nya tidur siang.
“ Oh Mas Yesus, m onggo m onggo silahk an m asuk. Shalom …”
“Shalom . Dik Muham m ad, aku gak punya wak tu banyak , sebentar lagi aku ada
presentasi bisnis. Tapi aku ingin menyam paik an sesuatu yang am at penting, Dik
Muham m ad sudah tahu belum , ini ada gam bar k arik aturm u di koran, wah ini
nam anya tindakan subversif. Pencem aran nam a baik, insult, benar2 tidak bisa
diterim a…”
“Wah Mas Yesus, terim a kasih sudah repot2 m engabari saya, tapi saya sudah
tahu sejak lam a. Wong sebelum diterbitkan, m ereka m inta ijin saya untuk
m enerbitkannya. Saya sih m eluluskan saja perm intaan m erek a, saya
m enam akannya m alah “Lukisan Cinta”, ini nam anya dem okrasi yang sehat,
saling m engkritik dan dibum bui dengan sark asm e, dem i adu wacana
m enam bah kedewasaan berpikir dan bertindak, buk ankah itu indah Mas Yesus”
“Dik Muham m ad ini gim ana, k oq m alah nyantai2 saja, lha itu diluar sana
um atm u pada protes besar2 an sam pai bakar2 bendera segala, siap bunuh2an
m alah. Dan lagian kan sudah ada di aturan Islam tidak boleh m em buat
gam barm u.”
“Dulu m em ang peraturannya begitu, tidak boleh ada gam bark u supaya tidak
ada kultus individu, supaya tidak m engulangi kejadian pengkultusan Mas Yesus
dan Mbah Sidharta. Tetapi sekarang sudah bebas k oq, ak u rasa m anusia jam an
sekarang seharusnya sudah pinter tidak m enyem bah sim bol. Eh sebentar ya
Mas”
Muham m ad beranjak sebentar ke belakang, tak lam a kem udian datang lagi
m em bawa nam pan berisi kue dan dua gelas k opi Tugu Luwak kesukaan Yesus.
“Monggo disam bi Mas Yesus, ini kue buatan istri saya Aisyah. Enak lho, dijam in
deh. “
Yesus naik turun jakunnya m em baui kopi kesukaannya m em bentang di
hadapan m ata. Tanpa ba bi bu, segera disruputnya k opi itu.
“Mm hhhh, puji Tuhan. Enak tenan Dik Muham m ad, pinter sam peyan m ilih istri
m em ang.”
Muka Muham m ad m em erah dipuji oleh Yesus.
“ Hehehe, ini yang bikin k opi saya sendiri koq Mas. Kuenya dibuat istri saya”
“Kem bali ke tadi Dik Muham m ad, jadi kam u tidak m arah atau m enuntut
m ereka m em inta m aaf nih…?”

25
“ Tentu saja tidak Mas Yesus, saya sudah sering m engalam i yang lebih parah
dari ini, dilem pari k otoran onta, m asjid di depan rum ah saya dikencingi orang
Badui, m enghadapi orang seperti ini harus sabar, bik in karikatur itu m asih
beradab m enurut saya. Toh kalau m au jujur, banyak juga um at saya yang bikin
karikatur tok oh2 agam a lain, dan buktinya um at agam a lain tidak prot es. Jadi
dalam hal ini saya jujur saja, um at saya m em ang k urang dewasa.”
“MMhhhh, betul juga ya . Tahu nggak Dik Muham m ad, di Belanda baru saja
terbit sebuah buku yang isinya m enceritakan bahwa aku ini seorang
hom osek sual, berkali2 m ain esek2 di tam an Getsem ani dengan m urid2 ku
term asuk Yudas. Dan tadi m alam aku lihat di National Geographic, di situ
dibilang aku m enikah dengan Maria Magdalena dan m em punyai anak satu.
Waduh, m em ang k elihatannya k eterlaluan sih. Tapi kayak nya m em ang lebih
baik bersabar m enghadapi hal2 seperti ini. “
“ Nah kan, um at Mas Yesus aja gak ribut2 tentang itu, padahal k alau dipikir
lebih parah daripada k arik aturku. Menghadapi seseorang yang belum m engerti
itu harus pakai strategi, dengan kepala dingin, tunjukkan cinta kita yang tulus,
suatu saat m erek a akan m engerti esensi ajaran2 yang k ita bawa.”
“ Jujur Dik Muham m ad, yang m asih jadi pikiranku sek arang ini adalah statusku
sebagai tuhan dalam trinitas, ini sepertinya yang um atku belum dewasa dalam
m engartikannya. Padahal di Injil, sudah k ubilang 82 k ali bahwa aku ini anak
m anusia, sepertim u juga Dik Muham m ad. Aku sedang m ikir2 untuk m enuntut
Paulus, Konstantin II, dan ibunya Konstantin II, Helena yang aku pikir m enjadi
cik al bak al disalah arahkannya ajarank u.”
“Begini Mas Yesus, walaupun m ereka percaya Trinitas, asal m ereka
m engam alkan ajaran cinta k asihm u, kalau m enurut saya, m enurut saya lho ya,
dibiark an saja. Toh paham ketuhanan itu kan sifatnya pribadi, apalagi sudah
ada k eputusan Konsili Vatikan II yang m enurutku sudah inklusif dan toleran,
ada keselam atan di luar gereja. Ini bisa dibilang “great leap forward”.”
“ Yo wis lah, sem entara aku tidak akan m engungk it2nya, tapi suatu saat pasti
akan kutuntut. Trus gim ana Dik Muham m ad, bagaim ana strategi untuk
m em ajukan um at ini m enurutm u?”.
“Ada 3 pilar utam a yang harus dibangun dalam civil society , yang pertam a dan
yang terpenting adalah pilar iptek (ilm u pengetahuan dan teknologi), kem udian
pilar kesejahteraan, dan yang k etiga pilar keam anan. Perang dengan alasan
apapun adalah haram saat ini. Pertarungan dunia bukan antara Barat dan
Tim ur, atau Utara dan Selatan, ataupun Kristen dan Islam . Tetapi adalah
pertarungan antara yang lam bat dan yang cepat, siapapun yang lebih cepat
m enguasai tiga pilar itu, dialah yang lebih banyak m engukir sejarah.”
“Berarti m usuh kita siapa dong Dik Muham m ad..?”.
“Musuh kita adalah k ebodohan dan k em iskinan, yang berderivasi kepada siklus
kekerasan. “
“Jadi um at apapun baik yang beragam a atau tidak, harus dibangun supaya
pintar, sejahtera, dan cinta dam ai. Bukan begitu..?
“Tepat sekali Mas Yesus, relevansi ajaranm u tentang k asih m enem ukan
legitim asinya dalam konstelasi politik yang carut m arut saat ini.”
“Eh tapi ngom ong2 , saya pam itan dulu ya Dik Muham m ad, ada presentasi
sebentar lagi.”
Tiba2 dari belakang datang Aisyah, m em bawa nam pan lagi berisi k ue.
“Lho Mas Yesus, koq buru2, ini baru dim inta m au nyobain kue yang baru saya
buat.”
“Maaf Dik Aisyah, ada keperluan nih, lain kali deh pasti saya habisin kuenya.”

26
“Oh silahkan k alau begitu, sem oga sukses dengan presentasinya”

Aisyah tersenyum , senyum yang m anis sekali, gak salah k alau Muham m ad
m em anggilnya “Hum aira” yang artinya kem erah2 an. Pipinya m em ang
kem erah2an begitu tanpa digincu.

Yesus segera m enenteng tas berisi laptop yang dia bawa, sesam pai di luar,
Yesus k aget bukan alang k epalang, sepeda m otornya raib. Lihat kanan k iri tidak
ada juga, ak hirnya sadar kalau sepeda m otor itu dicuri orang.
“Puji Tuhan, sem oga sepeda m otor it u lebih berguna buat pencuri itu daripada
jadi m ilik ku”
“Mas Yesus, m au dianterin pake sepeda onthel saya…?
Muham m ad dengan perasaan bersalah mencoba m enawarkan sedikit bantuan.
“Tidak usah Dik Muham m ad, saya naik angkot saja, terim a k asih ya..Shalom .”
“Shalom ..”
Muham m ad dan Aisyah saling m em andang, ada perasaan kasihan di hati
m asing2 terhadap kejadian yang m enim pa Yesus. Sejenak k em udian,
Muham m ad m encium kening Aisyah.
“Mas Yesus adalah m anusia berjiwa besar Hum aira, k au sudah dengar sendiri
kan apa yang dia bilang ketik a dirundung kesusahan.”
“ Ya suam iku, sem oga bum i sem akin dipenuhi m anusia2 berhati lapang dan
jernih sepertinya.”

Am sterdam , 5 Februari 2006

Peace Up…!!!

27
Dikejar-Kejar Surga, Ditolak Neraka

Surga sedang sedih, dirinya telah m endapat perintah yang sam a sek ali tidak
dim engertinya. Karena m enurut juk lak yang telah dit urunkan itu, dirinya harus
m em buk a pintu untuk m anusia2 yang m engakui adanya Tuhan. Siapapun yang
tidak m engakui adanya Tuhan akan dikecualikan dari surga, atau gam pangnya
dim asukk an neraka. Bagi yang berbuat jahat tetapi yang m asih beragam a dan
bertuhan, tetap saja akhirnya surga harus m em buka pintunya buat orang2
seperti itu, setelah digebukin dan dipanggang habis2 an di neraka tentunya.
Itulah arti dan untungnya sebuah keim anan, begitu bilangnya juklak yang
diterim a surga.

Selam a ini surga sering m enganggur, dan dalam m enganggurnya itu dia sering
ngobrol sam a salah satu penjaga setianya, Ridwan. Ridwan yang sudah
beram but putih ini adalah penjaga surga yang dikirim kan oleh orang2 Islam .
Ridwan orangnya m urah senyum , penuh arti, dan k alau surga bilang cukup
charm ing juga. Ridwan adalah seseorang yang punya em pati tinggi k epada
perm asalahan orang lain.

“Mas Ridwan, piye to.., aku bingung iki, m asak to orang2 yang m enurutku
sangat baik, begitu dam ai kalau dipandang dan dirasakan, m enurut juklak yang
kuterim a ini tidak bisa m asuk surga, sim ply k arena dia tidak beragam a atau
agam anya bukan Islam .”

“ Lha yang sam peyan m aksud itu sopo..?”

“ Banyak Mas Ridwan, lha wong kalau didaftar bisa m encapai jutaan bahkan
m ilyardan jhe. Aku jadi bingung ini, piye to..?, pok oke aku pusing wis.”

“Gitu aja koq repot, ya tinggal ikutin juklak aja to Jeng. “

“Lha aku juga gak m au repot Mas Ridwan, tet api k alau m elihat track record
m ereka selam a m ereka di dunia, banyak dari m ereka ini yang sangat layak jadi
penghuni di sini. Masak to gara2 m erek a beda agam a dan ideologi saja harus
m enerim a diskrim inasi yang im plikasinya sangat jauh. Karena surga dan neraka
itu bedanya jauh sek ali lho, antara kebahagiaan terus m enerus dan penderitaan
terus m enerus. “

“Jeng Surga ini m em ang bandel, kalau juklaknya gitu ya harus dituruti, daripada
sam peyan ntar k ehilangan privilege sebagai t em pat yang paling diinginkan oleh
m ayoritas m akhluk, lho k an tam bah berabe. Mending nyari am annya saja deh.”

Surga m engerutkan keningnya, ini perm asalahan koq jadi tam bah k om pleks
pikirnya. Konsekuensi logis dari pem bangkangan terhadap juklak m em ang
jelas, bisa2 dicabutlah sem ua hak 2nya yang selam a ini dinikm atinya. Setelah
beberapa saat berpikir, dia m engam bil buku besar data base m anusia. Satu per
satu dibukanya lem baran itu, karena dia m em ang m au m enunjukk an kepada
Ridwan apa yang dia m aksud. Data base itu didasark an atas huruf abjad latin,
untuk lebih m em udahkan pencarian saja sebenarnya.

Pada halam an awal buku besar itu m ata surga terpancang pada nam a2 besar

28
yang sudah tidak asing lagi m alang m elintang di dunia pikir dan tanduk
m anusia. Ada Albert Einstein, Aristoteles, Am artya Sen, Arm strong (Karen
Arm strong lengkapnya), dan bejibun nam a lain yang m enurut surga tidak pantas
m asuk neraka, walaupun jelas m ereka tidak agam is, bisa dibilang lebih
spiritualis dan rasionalis.

“Lha ini Mas Ridwan, nam a2 seperti ini lho, yang bagik u koq k asian sek ali ya
kalau m asuk nerak a, ini baru di abjad A lho Mas. Di abjad2 lain ada nam a2
Mohandas Karam chand Gandhi, John Lennon, Marthin Luther King, Bunda
Theresa, Da Vinci, Blaise Pascal, Rom o Mangun, dsb dsb. Jujur Mas Ridwan, aku
sangat m endam bakan m ereka m enjadi penghuni di sini, m erek a telah berjuang
keras dengan segala jiwa raga m erek a untuk dunia yang lebih baik. Lha banyak
diantara m ereka ini sum bangsihnya terhadap k em anusiaan jelas lebih bagus
daripada orang2 berpeci tapi dungu, atau yang adzan tiap hari tapi tirani, yang
sholat tiap hari tapi juga k orupsi, atau yang bertuhan tapi tak m anusiawi. Sekali
lagi jujur ya Mas Ridwan, saya jijik dihuni orang2 bernurani m unafik seperti itu. “

“ Hauuhahahaa.. hauahahahahaha…….., jeng jeng…”

Ridwan tertawa terbahak2 .

“ Jeng, begini lho, lha k alau sam peyan tidak m engikuti juklak, terus nerak a juga
tidak m engikuti juklak, akan jadi apa institusi surga dan neraka ini. Bisa carut
m arut peta percaturan akhirat ntar. Eh sebentar2, saya ada telpon dari Malik.”

Suara handphone berdering, Ridwan segera m em buk anya.

“Ridwan speaking, how m ay I help you..?”

“ Haha….nyom bong lo Ridwan, pak ai bahasa Inggris2an segala. Lo TOEFL aja


gak lulus gaya lo.”

“Eh, saudarak u Malik. Kirain siapa, ada apa nih, ada yang bisa dibanting, eh ada
yang bisa dibantu..?”

“ Ngom ong2 begini saudara Ridwan, aku m em butuhk an bantuanm u untuk


m endapatk an data base m anusia yang m asuk surga, sek edar cross check,
soalnya sering terjadi ada satu orang yang m asuk di daftar surga dan neraka
sekaligus. Ak u tidak tahu penyebabnya, m ungk in jaringan kom puter akhirat
sedang ada m asalah.”

“ Oh gam pang saudara Malik , k ebetulan aku sedang ngobrol dengan Jeng Surga
ini, akan secepatnya saya kirim k an data2 itu lewat em ail. Em ailm u m asih yang
lam a k an..?”

“ Ya betul, aku m asih pakai em ail yang lam a, storagenya gede jadi sangat
nyam an untuk m enyim pan data juga. Ok kalau gitu terim a k asih, ham pir habis
pulsa nih, sam pai k etem u lagi dalam gelom bang yang sam a. Assalam u
alayk um .”

“ Waalaykum salam warahm atullah.”

29
Setelah selesai m enerim a telpon, Ridwan segera m enghadap ke arah surga
lagi.

“ Maaf Jeng, ada interm ezzo tadi, jadi……, sekarang tergantung jeng sendiri,
m au gim ana, saya sih m anut dan m onggo kerso saja. Saya hanya dapat tugas
m enjaga, selanjutnya terserah anda jeng.”

Surga k elihatan berpikir k eras, di saat2 seperti ini dia biasanya akan juga
berk onsultasi dengan neraka. Hhm m m , neraka m em ang keras kepala, surga
tahu benar itu. Tetapi seperti biasanya, neraka itu idealis, yang walaupun
kerjaannya m enyik sa orang, tetapi itu tak lebih karena kejahatan yang m ereka
lak ukan benar2 kejahatan yang datang dari hati nurani, buk an karena k etidak
tahuan, kebodohan, ataupun k eterpaksaan. Sekejap surga m engeluark an HP
Nokia nya.

“ Kang Neraka, aku butuh konsultasi nih, bisa datang sek arang gak ..?”

“ Oh tenang dinda surga, aku lagi gak ada hal2 penting, aku segera k esana.”

Beberapa m enit kem udian, neraka datang. Neraka berpakaian hitam 2 ,


beram but gondrong, dan penuh bekas2 luk a disana sini.

“ Ada apa dinda surga, sepertinya penting sekali.”

“ Begini Kang Neraka, aku m erasa tidak adil kalau orang2 yang banyak berjasa
buat m anusia dan k em anusiannya ini dim asukkan ke neraka, hanya karena
m ereka tidak m engakui Allah sebagai tuhan m ereka, atau hanya karena
m ereka tidak percaya adanya Tuhan.”

“ Hhm m , kebetulan sek ali dinda surga, aku juga akan m enolak m ereka m asuk
ke wilayahku. Mereka tidak patut untuk m enerim a pem balasan jelek atas
perilaku baik m erek a. Karena aku tidak perduli apapun agam a atau ideology
seseorang asalkan dia m am pu berarti dem i perdam aian dan cinta, bagiku dia
patut untuk m enikm ati kenik m atan surgam u dinda.”

“ Terus tentang juklak itu bagaim ana Kang Neraka, kan peraturannya di sana
tidak bilang seperti itu.”

“Rasanya k ali ini kita m usti protes sam a tuhan, atau kadang2 aku berpikir apa
benar ini juklak dari tuhan, rasa2nya goblog banget tuhan kalau bikin juk lak
ngawur k ayak gini.”

Ridwan angk at bicara “ Begini saja, k ita lihat data base m anusia saja. Dan kita
pilah2 m ana yang m enurut juklak m asuk neraka, tetapi seharusnya tidak patut
m asuk neraka.”

Nerak a langsung m enyahuti “ Gandhi jelas aku gak m au klo dia m asuk neraka.
Mahavira yang pendiri Jainism e itu aku juga gak m au, walaupun dia gak
percaya Tuhan. Sidharta aku juga gak m au m em asukkannya ke wilayahku,
walaupun dia berpendapat bahwa tuhan tidak bisa m em bantu pencerahan

30
m anusia. Aristoteles gak m au, walaupun dia berpendapat tuhan hanyalah
ciptaan m anusia belaka, Plato, Socrates, Vivekananda, Rom o Mangun, Rom o
Frans Magnis, Paus Paulus Yohanes II, Bunda Theresa, Maim onides, wah banyak
lagi, biar aku lihat data basenya dulu, besok aku serahkan daftar orang2 yang
aku tolak m asuk wilayahk u.”

“ Kang Neraka, dari daftar yang k au tolak m asuk wilayahm u, aku akan dengan
senang hati m enerim a m ereka dalam wilayah surgaku. “

Sem entara Ridwan m asih m engangguk2 atas kejadian revolusioner yang


dicetusk an surga dan neraka tadi, panggung akhirat m asih m erona terwarnai
nebula2 k osmik .

PS : Ridwan dalam kepercayaan Islam adalah m alaikat yg m enjaga surga, dan


Malik yang m enjaga Neraka, begitulah kata guru m adrasah saya dulu.

31
Tuhan-Tuhan Yang Mencari Tuhan

Bapa sedang jalan2 di surga, m enikm ati sore yang m asih terang benderang.
Pohon surga yang berdaun kecil nan indah m elam bai, disertai angin sepoi2
sem ilir, m enam bah nikm atnya suasana surga. Tiba2 dia ditem peleng. Bapa
jatuh tersungk ur, tapi dengan sigap berdiri lagi. Ternyata Allah (baca = Awlloh =
Bhs Arab) yang m enem pelengnya. Secepat k ilat ditendangnya Allah,
tersungkurlah Allah di pelataran istana surga. Allah tidak m enyerah,
dikeluarkanlah sinar m erah m enyala diarahk an k e Bapa, dan telak m engenai
tubuh Bapa. Bajunya robek sana sini terkena tem bakan jitu Allah. Tapi Bapa
m asih segar bugar, hanya tubuhnya saja yang agak gosong. Bapa langsung
m engeluarkan pentungan besar, berlarilah ia kearah Allah yang m asih terbaring
akibat tendangannya. Allah yang tidak m engira Bapa secepat itu tak bisa
berbuat apa2, pentungan itu bertubi2 m enghajar bagian2 tubuh Allah. Bapa
sem akin sem angat m enghajar Allah, tiba2 ada suara tertawa terbahak bahak
disertai k ilatan lam pu k am era. Blap……

“ Hoiiii, kalian ngapain k ayak anak kecil gitu, udah pada gede koq berantem ,
kayak tidak ada jalan lain aja. Hahahaa…., sudah terekam di kam eraku ribut2
kalian ini, ntar aku k irim k e bum i, biar anak buahm u pada terpingk al2 lihat
tingkah polah kalian”

“Wah jangan dong, please…please…, YHWH, jangan lakukan itu. Itu ak an sangat
tidak bagus pengaruhnya terhadap k onditeku sebagai tuhan. Masak gue dihajar
sam a Bapa edan ini“
“ Sialan, loe yang m ulai, loe ngapain nem peleng tanpa sebab, dasar gendeng..”
“ Loe m ustinya ngaca Bapa, k enapa aku tidak m enghajarm u sek alian,
tem peleng itu m asih m oderat, tidak setara dibandingk an kejahatanm u
m ak hlukm u terhadap m ak hlukku.”
“ Em ang gue salah apa am a loe..?”
“ Tuh tuh…liat tuh, bum i lagi porak poranda karena m akhlukm u, Presiden
Am erika dengan dedengk ot k olot Kristennya sedang m encoba m em porak
porandakan ilm u pengetahuan dan tata dunia. Loe sebagai tuhan m ereka
m ustinya kasih dong m ereka penyuluhan, k alau k urang m engerti tam bah
dengan penataran. Masak gitu aja m inta diajarin”
“ Lho, anak buahm u juga gitu, m em bunuh anak buahku seenak jidatnya, pake
bom bunuh diri lah, pak e alasan jihadlah, justru anak buahm u yang butuh
penataran besar2an. Tak sepatutnya loe nyalahin gue”

YHWH tertawa terbahak2 lagi…., kali ini tam bah keras…

“ Allah, Bapa, kalian ini tolol am at sih, dengan gam pangnya kalian telah
dipenjara oleh anak buah k alian sendiri. Salah k alian sendiri k enapa bisa
dibatasi oleh kit ab suci dan agam a. Dijadik an Tuhan personal, Tuhan yang bisa
m arah, benci dan kelim pungan m elawan k ejahatan, sam pai2 m ak hluknya
harus m em bantunya. Hahaha…, pencipta k oq m elawan yang diciptakannya.
Kalian disem bah sana-sini tapi dikebiri k etuhanan kalian. Ya am pun, k alau idiot
kaya kalian mending gak usah jadi tuhan deh, m alu deh gue”

Kuping Bapa dan Allah terlihat m erah dihina habis2an oleh YHWH, Bapa udah
bersiap2 m engarahk an pentungannya ke YHWH, tapi rupanya YHWH sudah

32
siap2 juga dengan segala kem ungk inan. Bapa m engurungk an niatnya.

Sam bil m enarik nafas panjang, Allah ak hirnya angk at bicara.

“ Baik, baik, YHWH. Jangan banyak bacot loe, loe sendiri kagak lihat jidat loe,
tuh perhatik an anak buahm u yang sedikit tapi yang punya andil terbesar
m erusak alam , Dan loe m usti ingat, kalau anak buah loe para Yahudi yang
narsis itu m enganggap hanya m erek a yang terpilih sebagai pelaksana hukum
Tuhan dan juga kenik m atan dari Tuhan.”

“ Loh, itu k an tidak hanya terjadi pada anak buahku, orang2 Islam juga
m engk laim surga m ilik m erek a, orang2 Kristen juga begitu. So what gitu lho…?”

Perang bacot lagi seru2nya, m ereka dikejutkan oleh suara m usik k eras dari
atas pohon tidak jauh dari tem pat m ereka berada. Ah, m ereka lagi. Si Wishnu,
Syiwa, dan Brahm a lagi naik pohon, m ain2 sam bil berm usik ria. Ketiganya
kelihatan riang gem bira, seakan sedang berpesta atas perjanjian dam ai yang
baru saja m ereka tanda t angani. Sebelum nya dewa bertiga itu juga sering ribut,
m au bunuh2an, k arena perbedaan sifat yang m ereka punyai. Brahm a yang suka
bikin2 sesuatu, sering ribut sam a Syiwa yang k erjaannya usil m erusak barang
orang. Pada awalnya Brahm a m em bentuk front dengan Wishnu karena
kesam aan platform untuk m elawan Syiwa. Tetapi akhirnya m erek a pada
bertobat, tidak m au ribut lagi, dan m enandatangani m em orandum of
understanding. Itupun setelah dim ediatori oleh Dewa Kam a dan Dewi Rati,
Sepasang Dewa-Dewi Cinta.

Tensi akhirnya agak m enurun, alunan m usik nan indah m em buat tiga tuhan di
bawah, Bapa, Allah dan YHWH sedikit teralih perhatiannya dari pertengk aran
sengit m erek a.

“ Naik pohon yuk, m ain sam a m erek a k ayaknya asyik deh…!!!” Allah berinisiatif
untuk m engajak dua tuhan itu bergabung berm ain. Ak hirnya tanpa dikom ando
lagi, m erek a m elupakan insiden m em alukan tadi. Bertiga m ereka berlari saling
m endahului untuk naik ke atas pohon,

Sesam pai di atas, m ereka dengan girangnya berm ain. Ternyata alunan m usik
tentang cinta dan perdam aian itu telah m erukunkan enam tuhan itu.
Sebenarnya ada beberapa tuhan lain yang seharusnya bisa diajak berm ain,
tetapi karena sesuatu dan lain hal m erek a tidak bisa ikut. Budha sedang sakit
bisul, dan harus dirawat di rum ah sakit surga untuk beberapa hari. Dewa2
bawahannya Brahm a, Wishnu, dan Syiwa sedang m engadakan rapat k abinet
m em bahas im plem entasi serta m onitoring perjanjian dam ai. Shang Ti sedang
sibuk m engedit kitab suci, soalnya cetak an terakhirnya sudah ribuan tahun lalu,
jadi ada beberapa ejaan yang harus disem purnakan. Sedangkan Waheguru, hari
ini pergi ke tukang jahit m em betulkan sorbannya.

“Heh, ternyata dam ai itu enak ya, lebih bahagia dan bebas, tidak ada rasa
cem buru dan dengki, wah seandainya dari dulu k ita begini ya, kita k an selalu
bisa berm ain dengan riang.” Wishnu m em buka pem bicaraan dengan kalim at
yang lugu, m em buat yang lain tersenyum 2.

33
Bapa : “ Kalian tahu nggak, setelah gue pikir2, gue tuh m em ang m ustinya m alu
lho jadi tuhan, pertam a gue berjenis kelam in, bias patriark i banget. Yang kedua,
gue punya anak . Jangan2 k alau sperm a gue ditem ukan, ntar gue dikloning lagi.
Tapi ini serius, Tuhan m ustinya tidak terkatakan dan tidak terjebak oleh gender,
sifat2 m akhluk, dan juga tidak pilih kasih. Gue k an m inder kalau lihat alam
sem esta yang guedenya am it2, terus gue ngaku tuhan, beranak pinak di planet
kecil banget bernam a bum i, terus m anusia itu perwujudan gue. Am pun deh,
jijai…”

Allah : “ Gue kalau m alam juga m ikir2 gitu, gue juga m alu sebenarnya. Al-Quran
itu adalah kata2 terbaik gue, yg penuh pengulangan dan juga beberapa
kesalahan itu. Gue tuhan gitu lho, m asak cum an gitu k em am puannya. Dan
anak buah gue di bum i, banyak yang percaya k alau sebelum m enciptakan
sem esta, gue m enciptakan cahaya Muham m ad. Dapat darim ana gitu cerita
ngarang k aya gitu, Enak saja bikin cerita supaya k esannya m anusia itu m akhluk
terbaik. “

Brahm a : “ Wah kalian ini telm i banget sih, dari dulu kenapa sadarnya. Gue sih
dari dulu sadar k oq kalau atas nam a gue itu anak buah gue banyak yang
korupsi lahir batin dem i kepentingan duniawi. Contoh nih, Bangsa Arya bikin
sistem kasta, celakanya m erek a m enyem bah gue lagi. Gue juga k ena batunya,
kacian deh gue.”

YHWH : “ Hhhm m m , tapi k alian tahu nggak , kita ini kayaknya m em ang gak
pantas jadi tuhan deh. Karena konsep tuhan kita dim anusiakan. Walhasil, kita
terjebak oleh pem ikiran m anusia yang secara natural pengen jadi pem enang
dalam survival of the fittest. Yang selalu ingin percaya, bahwa m erek a berbeda
dengan m akhluk2 lain. Dan yang lebih parah lagi, yang selalu m enganggap
bahwa dirinya, kelom poknya, agam anya adalah yang terbaik , titik tanpa ada
kom anya. Ak u punya usul bagaim ana k alau kita m encari Tuhan baru”

Allah : “ Tuhan baru…????, apa m aksudm u.???”

Allah terhenyak m endengar penuturan YHWH.

YHWH : “ Ya, Tuhan baru, per definisi sekaligus per m ateri. Tuhan baru yang
tidak terkait dengan agam a dan k epercayaan. Tuhan sem ua m akhluk yang
tidak pilih kasih dan juga tidak bodoh. Tuhan yang bisa dijelaskan oleh
m ak rokosm os. Tuhan yang tidak bisa dikrangk eng oleh k itab suci. Tuhan yang
buk an diciptak an m anusia, tetapi yang benar2 Tuhan, bisa dibuktikan lewat
m etode ilm iah.”

Syiwa : “ Ah, itu proyek terlalu am bisius. Manusia di bum i k an sudah m encoba
itu, tetapi karena teknologi belum m em ungkinkan, lagi2 karena k ebodohan
m anusia, m ereka m asih celingak celinguk m elihat alam sem esta yang m asih
m isterius ini. Tapi gue salut juga itu, m encari itu lebih gue hargai daripada tak lid
buta atas dogm a2 agam a.”

Allah : “ Gue setuju juga sih, biarlah m anusia2 itu m em aham i alam sem esta
dulu, sam pai m ereka sadar kelem ahan2 yang ada dalam agam a dan ideologi
m ereka. Biark an m erek a m encari Tuhan dengan akal, karena Tuhan dengan

34
im an itu kan tidak usah dicari. Kalau sudah im an, sem uanya sudah titik. Kita ini,
para tuhan2 , m ari kita juga m encari Tuhan.”

Wishnu : “ Sepakat gue, daripada kita ongkang2 dan berm ain di surga, m ending
kita juga m encari Tuhan yang benar2 Tuhan. Buk an m encari sih sebenarnya,
tetapi m em buk tikan dengan m eyakinkan, bukan dengan bukti sekunder.”

Allah : “ Walau gue yakin Tuhan itu ada, walau tidak ada buk ti prim er
em pirisnya, k ita harus fair dalam hal ini, kalau m em ang buktinya suatu saat
nanti tidak ada, ya k ita harus terim a itu dengan legowo. Jangan terlalu
m em pengaruhi hasil, kita harus m enerim a hasil apapun dari pencarian kita.”

YHWH : “ Kayaknya kita perlu m engeluarkan kom unike bersam a, aku usul
supaya m inggu depan kita m engadak an sidang pleno surga. Bagaim ana..?”

“ Sepakaattttttt…!!!!!” Serem pak m ereka m enyetujui usul itu. Sem entara hari
sudah m ulai gelap, sem burat cahaya m entari m asih sedikit m enyisak an hangat
bagi m akhluk2 surga.

35
Perem puan-Perem puan Yang Ingin Diperk osa

Haha.........., rasanya segar sek ali, baru saja aku telah m enggagahi seorang gadis
cantik bernam a Indonesia, cantik tapi bodoh, dengan gincu tebal m engundang
birahi. Sebelum dia k ugilirk an k epada pelanggan2 lainnya, dia harus kucicipi
dulu. Oh ya perkenalkan, nam aku Badu. Pekerjaanku Mucikari, m enjuali
perem puan2 yang kutem ui dijalan, tentu saja yang cantik 2 tapi tidak punya
otak, atau lebih tepatnya punya otak tapi tidak digunakan. Setiap hari aku
berjalan2 dari ujung k e ujung, untuk sekedar m elihat2 siapa tahu ada gadis
baru yang m em enuhi syarat. Aku sudah m elakukan pekerjaan ini bertahun2,
tahun ini, tahun 2005, sudah genap 61 tahun sudah aku m enjalank an profesi
ini. Pekerjaan yang m enyenangkan, aku tak perlu m em eras k eringat, tapi aku
bisa hidup m ewah dan terhorm at.

Kukenal dia beberapa m inggu yang lalu waktu aku lagi jalan2 di m all, kulihat
ada seorang gadis tom boy beram but pendek tapi wajahnya cantik dan
berhidung m ancung. Sedang jalan2 m elintasi etalage toko2 berm erk . Langsung
saja naluriku berjalan, kudek ati dia pura2 m enanyakan dim ana Starbuck s Cafe
terdekat dari situ. Aku pura2 tidak tahu daerah itu, dia pun m enunjukkan arah.
Tet api aku bilang bahwa aku tidak tahu daerah sit u, aku m em intanya untuk
m engantark ank u k e cafe itu dengan im balan CD m usik yang dijual di Starbuck s.
Dia m au saja, dan setelah sam pai di cafe kutawari saja sek alian untuk m inum
kopi bersam aku. Kam i m ulai ngobrol ngalor ngidul tak tentu arah. Dari
percakapan itu aku tahu bahwa dia sebenarnya adalah anak seorang tuan
tanah, tanahnya luas dari Sabang Sam pai Merauk e, tetapi karena
keengganannya m enggarap tanah itu ditam bah ketidaktahuannya akan ilm u
bercocok tanam dan m anajem en, dia biark an orang lain yang m engolah tanah
itu. Dia hanya m enarik sedik it biaya dari orang yang m enggarapnya. Dia pun
lebih suka hijrah k e kota besar yang hingar bingar, karena dengan begitu dia
bisa berdandan m odis, m em punyai peralatan2 m utakhir, dan ber-urbanlifestyle-
ria.

Biasanya, setelah kugagahi, yang tiba selanjutnya untuk m encicipi adalah Im of.
Jika kesem patan m em ungk inkan, m enage a trois pun tidak apa2 , kam i garap
bersam a2 gadis baru itu. Bersam a Im of, yang adalah saudara k em bark u, k am i
adalah entitas m ucikari terbesar dan terhebat yang m ungkin pernah ada di
m uk a bum i ini. Kam i sam a2 dilahirkan di Bretton Woods, sebuah desa k ecil nan
indah di bum i utara sana. Sebagai m ucikari, aku sudah m akan asam garam
kehidupan. Merayu m ereka yang k utem ui dengan im ing2 kekayaan,
kem ewahan, dan tentu saja kem ajuan lahir dan batin. Tidak sem ua berhasil aku
tipu m em ang, tapi sebagian besar berhasil. Gadis2 cantik yang hanya m au
berm ewah2 tapi tidak m au bek erja k eras dan berpikir, ah tentu saja adalah
m ak anan em pukku. Wajah cantik, pantat bahenol, pinggang m irip gitar
Spanyol, tentu saja akan sangat m endatangkan keuntungan yang tidak kecil
untukku.

Untuk m eningkatk an ketergantungan m ereka, m ereka akan kum anja2 dulu


dengan apapun yang m ereka inginkan, jik a sudah ketagihan m ak a m ereka
kuhutangi dulu dengan jum lah yang tidak sedikit. Kuberi m erek a barang yang
indah2, m obil m engk ilap, janji2 m anis, dan ham pir apapun yang m enjadi tanda

36
kem ajuan dan m odern lifestyle. Baru setelah itu, perlahan nam un pasti, k udikte
apa yang harus m ereka lakukan, dengan tujuan akhir m enjadi pelacur
profesional untuk im perium bisnisku. Kadang2, aku sengaja m enyewa agen2
khusus untuk m em perluas im perium bisnis m esum k u, para lover boy adalah
negosiator ulung dalam m erayu dan tentu saja m em asukkan m angsa2 itu ke
dalam lingkaran setan yang telah disiapkan. Setelah m asuk dalam inner circle,
m ereka akan dengan sendirinya belajar bagaim ana m elem par senyum an nak al,
m enggoda untuk segera diajak asyik m ahsyuk di atas ranjang. Tetapi sungguh,
banyak dari m ereka justru belajar sendiri seperti itu. Menjilat dengan k ata2
m anis dan pelayanan yang m em uaskan. Bahkan kalau aku kadang m enjenguk
m ereka, sengaja disiapkan penyam butan yang luar biasa, agar tentu saja aku
berbaik hati untuk m enghutangi m erek a lebih banyak dan lebih banyak lagi.

Sebenarnya aku kadang2 kasihan m elihat perem puan2 itu, selalu saja
sebenarnya ada kesem patan untuk m elepaskan diri dari cengkeram an
im perium ku, tapi m ereka sepertinya enggan dan m alas. Dengan pekerjaan yang
cum a m engangkang dan berm ake up ria itu, rupanya sem akin lam a justru
sem akin m enum pulkan otak m erek a. Mereka sudah bisa seharusnya untuk
berdikari, m ungkin dengan uang yang m ereka punya dan tenaga yang tersisa,
m em buat usaha sendiri agar m artabat m erek a lebih terangkat. Tapi sekali lagi,
m ereka rupanya m alas dan tak berpendirian teguh. Sekali waktu m ereka
m ungkin m encoba m em ikirk annya, dan bilang kepadak u untuk m engangsur
utang m ereka, dan tak m au berhutang lagi. Tapi berulang kali pula m ereka
berubah pikiran, berhutang dan berhutang lagi untuk m em biayai gaya hidup
m ereka yang sudah terlanjur hedonis. Terakhir2 ini bahk an ada di antara
m ereka yang m em inta penghapusan utang, yang pada awalnya tentu saja
kutertawak an, lelucon m acam apa pula ini. Utang koq begitu saja m inta
dihapusk an, dim oratorium k an. Tetapi karena desakan dari pem egang saham di
im perium m esum ku yang sudah m ulai resah oleh tek anan dari k anan kiri,
akhirnya untuk m ereka yang utangnya sudah m encekik leher, apalagi yang
bunganya saja sudah m elebihi pokok nya, terpaksa aku harus hapuskan
utangnya, tentu saja tidak sem ua. Melacur seum ur hiduppun, utang it u tak akan
pernah lunas. Nah beberapa yang penak ut dan penurut, yang walaupun sudah
kem bang kem pis tertim bun utang, dengan gengsinya tak m au m em inta
penghapusan utang. Yah, aku sih senang2 saja. Justru k epada m ereka akan
kugelontorkan utang2 baru yang buk an hanya m encekik m erek a, tetapi juga
anak cucu m erek a. Sehingga lengkap pulalah silsilah k eluarga itu, keluarga
pelacur. Pelacur hati nurani, pelacur yang m asih sering ngom ong m asalah
m oral, pelacur yang am bigu, karena kadang k au lihat m ereka sebagai pelacur
tapi kadang pula k au lihat m ereka berbicara sungguh2 tentang k ehidupan
asketik, tentang surga dan neraka, bahkan tentang Tuhan.

Apabila m erek a sudah m asuk perangkapku, akan k uselenggarakan training


khusus bagaim ana m em uaskan pelanggan. Tentu saja tidak sem ua harus
m ereka tahu, yang paling penting adalah pengetahuan dasarnya saja. Aku ak ui,
aku cukup pelit berbagi ilm u dengan m ereka, aku ajari m erek a bagian2 tertentu
dari Kam a Sutra, tentunya yang hanya berkaitan2 dengan posisi2 yang
berjumlah 64 itu. Selebihnya yang justru lebih penting, bagaim ana m encari
kebahagiaan dengan jalan m enjalin hubungan yang baik antara pria dan wanita
sengaja aku sem bunyikan. Apalagi tentang Kam a Sashtra* , aku sem bunyikan

37
sam a sek ali. Biarlah bagi m erek a seks hanyalah sebatas sek s, m enjadi tujuan
buk an dijadikan alat.

Tentu bisnis begini banyak m aju m undurnya, tapi aku pantang m enyerah,
perangkat2 huk um pun sudah aku jarah dem i m engam ank an posisi k am i. Dan
tentu k upoles dengan ak si2 sosial yang lebih bertujuan untuk m enim bulkan
im ago bersih. Aku dan Im of telah m em punyai tugas m asing2 , tapi kam i saling
m em perk uat.

Tapi Im of akhir2 ini tam pak uring2an, aku dengar banyak k ritik tajam m engalir
ke m eja kerjanya berk aitan dengan saran2 nya akhir2 ini yang k etahuan justru
m em buat pelacur2 itu sem akin tergantung padanya. Mem buat m ereka
sem akin m alas, m em buat m erek a sem akin dalam terjerat dalam dunia hitam .
Kutelepon dia m alam k em arin, sekedar m enanyak an kabarnya. Ak u bilang
tidak usah terlalu dipikirkan apa yang dibilang oleh para aktivis2 LSM itu,
m ereka m em ang sudah pek erjaannya berkoar2 sem acam itu. Mau itu nam anya
Chom sky, Geldof, Bono, Hysham , Prahalad, atau tai kucing, tidak usah terlalu
dim asukk an hati.

Tak terasa, sudah larut m alam . Mengurusi tetek bengek perusahaan ini
sungguh k adang2 m elelahk an. Buk an saja harus bersaing dengan perusahaan
yang terjun di bisnis perm esum an ini, tetapi juga harus pasang m ata dan telinga
akan teriak an2 dari m asyarakat yang dikom pori oleh para aktivis LSM. Sem akin
hari, sem akin m acam 2 saja tuntutan para cecunguk LSM itu. Belum lam a
m ereka berkoar2 tentang corporate responsibility, sekarang sudah lebih berani
lagi m enuntut corporate accountability. Bagaim ana perusahaanku akan
m enguntungkan jik a harus juga accountable atas k erusakan2 dan kerugian
yang disebabk an oleh pihak ketiga yang menjalin bisnis dengan perusahaanku.

Sudah waktunya untuk tidur, besok pagi akan kucari lagi gadis2 seperti itu lagi.
Dan juga akan k ukunjungi pelacur2 yang sudah setia m enjadi anak buahku,
besok ada dua yang akan kukunjungi, gadis hitam m anis bernam a Nigeria, dan
juga seorang gadis yang m elacur hanya sebagai hobby, Saudi Arabia nam anya.
Aku akan m elanglang dari benua k e benua, dari Asia sam pai Afrik a, dari
Am erika Selatan sam pai Eropa Tim ur. Menipu dunia dengan uang dan retorika,
m enyebarkan dem okrasi dengan anark i, m em esumi m oral dan etika.
Oh..betapa gam pangnya dunia k ukuasai.

* Kam a Sashtra = secara harfiah berarti Pengetahuan ttg Kebahagiaan, adalah


kitab klasik dim ana Kam a Sutra hanyalah salah satu bagian kecilnya.

38
Mem bebaskan Tuhan Dari Penjara

Kulihat sam ar2 tuhan m enangis, terduduk dengan m uk a sendu, hhm m m


kasihan juga dia. Hidup di balik penjara begitu lam a, tidak boleh keluar
m enghirup udara segar k ebebasan. Penjara itu terbuat dari em as, berum bai2
hiasan perm ata dan berlian, di sana sini bertaburan hiasan dengan tulisan Arab,
Sansk erta, Pali, Ibrani, Parsi, dan berbagai tulisan dari seluruh penjuru dunia.
Aku hanya bisa m elihat dari kejauhan, sekedar m elirik, karena penjagaan
penjara itu begitu k etat. Berbagai m acam orang m enjaga penjara itu, di ujung
sana kulihat seorang berjubah putih dengan salib di dadanya, di sam pingnya
ada seorang dng swastika dan garis putih dik eningnya, tak kalah seram nya
seorang bersurban m em egang pedang dengan tulisan "Lailahaillallah". Ada
m acam 2 pula tanda2 di sekujur tubuh m ereka, ada yg m em akai jas FPI,
Wahabi, MUI, Klu Klux Klan, Barathiya Janatha, Kach Kahane Chai, dan tak
ketinggalan pula Advent dan Morm on. Wajah m ereka tam pak begitu seram , aku
pun tak berani m enatapnya. Ak u dengar2 siapa saja yang berani m endekati
tuhan tanpa izin m erek a, akan disik at habis. Karuan saja, orang2 takut bukan
m ain. Senjata m ereka begitu lengkap, m ulai dari yang sederhana sam pai
detonator senjata kim ia.

Tapi buk an aku kalau tak berani m endekati penjagaan sek etat itu, dengan
diam 2 aku berusaha m engadakan hubungan dengan tuhan. Mulanya sangat
sulit, m em bikin aku pusing kepala. Setelah berpikir panjang, akhirnya
kutem ukan jalan, aku pura2 m enawark an m ak anan ransum buat para penjaga
itu. Mula2 m ereka curiga sek ali, diselidik inya dengan m ata tajam seluruh
tubuhku, dari ujung kepala sam pai ujung kaki. Sesudah puas m em elototi,
m ereka pun m encoba m enggeledah, tidak puas dengan itu, isi dom petkupun di
geledah, pesan2 SMS di hp-k u juga dibaca satu2 persatu dengan teliti. Ak hirnya
m ereka setuju untuk m em beli m ak anan ransum yang kubuat, dengan syarat
ketat, sebelum m erek a bersedia m em akannya, m ak anan itu harus dicoba dulu
olehku, dan kem udian oleh beberapa binatang yang sengaja dipelihara untuk
m encoba m ak anan itu. Keam anan berlapis2 seperti itu m em ang sengaja
diciptakan oleh m erek a. Bahkan sangking ketatnya, tidak ada satupun patah
kata dari tuhan yang boleh keluar tanpa m elalui m ereka dulu.

Suatu hari aku berkesem patan m endekati tuhan ketika m ereka sem ua sedang
istirahat m akan siang. Setelah k ulihat kanan k iri, aku langsung m elesat
m endek ati penjara tuhan.
" Ssstt, tuhan, apa k abarm u..?"
tuhan hanya m enggeleng sam bil m enghapus air m atanya. Kelihatan dia m au
berk ata2 tapi suara tidak keluar dari kerongk ongannya.
"Eh tuhan, apa yang kau inginkan, m ungkin aku bisa m em bantum u?"
kem bali tuhan m enggeleng, wah payah sekali ini.
" Ngom ong dong, m um pung gak ada orang"
tuhan m enggeleng lagi. Mungkin karena terlalu lam a tidak berkom unikasi,
tuhan ternyata sudah bisu. Wah, aku jadi pusing tujuh keliling. Akhirnya dia
kukasih pulpen dan kertas.
"Tulis apapun yang k au ingink an"
Setelah m enunggu beberapa detik dengan harap2 cem as, tuhan selesai
m enyelesaikan tulisannya. Kertas itu dilipatnya dan diserahkannya k epadaku.
Aku segera pergi dengan tergesa2 agar tidak ada penjaga yang tahu. Tak sabar

39
aku ingin segera ke rum ah, penasaran sekali apa yang ditulisk an tuhan di
kertas itu.

Di sepanjang jalan, sangking tak sabarnya, ak u segera m em buka lipatan kertas


itu. Aku begitu kaget m em baca isinya,
"Bebask an ak u, sekarang atau seluruh bum i akan m enyesal"
Berkali2 aku m em baca k alim at itu, kalim at "bebaskan aku", aku jelas
m engerti, tapi "sek arang atau seluruh bum i akan m enyesal" m em buatku
bingung. Tentu saja tidak gam pang m em bebaskannya dari penjara, dia tahu itu.
Tapi nada kalim atnya m engancam , kalau tidak akan terjadi sesuatu yang besar
sepertinya. Lagian dia m em berinya k epadaku, apalah arti seorang aku jika
dik asih tugas seberat itu. Mem bebaskan tuhan dari penjara, m em bebaskan
tuhan dari penjara, m em bebaskan tuhan dari penjara, terdengar aneh dan
seram ......apalagi dibebank an kepadaku. Tetapi aku gem bira, itu k an tugas
m ulia.

Malam itu aku tidak bisa tidur, tidak bisa m em ejam kan m ata barang
sepicingpun. Jelas tugas ini sangat berat, taruhannya adalah nyawa. Manusia2
yang m enjaga penjara itu m em ang m anusia2 k olot yang m erasa benar sendiri
tanpa bisa m elihat bahwa k ebenaran itu relatif. Apapun alasanku untuk
m endek ati tuhan pasti akan dibantai oleh dogm a2 kaku yang m ereka anut.
Bagi m erek a kebenaran itu final dan celakanya kebenaran tuhanpun telah
disam akan dengan kebenaran m anusia. Sem akin berat lagi, karena yang
m enjaga tidak sedikit, dengan persenjataan lengkap. Sepanjang m alam selain
berpikir keras m enem ukan cara m em bebaskan tuhan, aku juga berharap agar
tuhan tidak benar2 serius dengan ancam annya. Ak u tahu dia m arah m elihat
m anusia2 tolol itu, tapi dia kan pengasih dan penyayang, m ustinya dia
m engasihani m ereka yang m ungkin belum terbuka hati dan pikirannya.
Manusia2 yang belum bisa m engalahkan nafsunya, m anusia2 yang
m encam puradukkan k ebinatangan dan ketuhanan. Sebenarnya apa pula
peduliku m au m em bebask an tuhan, toh aku sudah hidup dengan tenang
walaupun dia terkurung di sana. Tapi rasa k asihanku m ungkin m asih lebih
besar daripada rasa ketidakpedulianku. Terpenjaranya tuhan m em punyai akibat
yang tidak sedikit, m ulai dari gontok2 an, adu jotos, k alau perlu perang,
ujung2 nya penderitaan dan hancurnya peradaban. Jadi m em bebask an tuhan
aku anggap perlu, agar dunia ini lebih dam ai, indah, dan nyam an ditinggali. Tapi
sekali lagi buk an karena ak u peduli sam a tuhan, tapi karena aku kasihan sam a
dia.

Pagi hari, sebelum ayam berkokok, aku sudah sibuk m em persiapkan beberapa
alat yang k upikir akan sanggup m engecoh para penjaga itu. Niatk u sudah
m antap, dengan resiko apapun, aku coba m em bebaskan tuhan. Kusiapkan
gergaji, tali, pisau, dan juga palu yang rencananya akan k ugunakan untuk
m em buk a pintu penjara, sedangk an untuk m engecoh penjaga2 itu sudah
kusiapkan bom asap, yang hanya akan m em buat m ereka pingsan. Kekerasan
kuhindari sejauh m ungkin, karena kalau tidak aku sam a saja sam a m ereka,
suka adu otot buk an adu otak . Jam tiga m alam ketika penjagaan sedang
lengang2nya, dengan sedikit tutup m uka untuk m enyem bunyikan identitasku,
aku berjalan dengan hati deg2an m enuju penjara tuhan. Jika aku m ati karena
m isi ini, aku anggap itu sebagai baktik u untuk m ewujudkan rahm atallil alam in,
rahm at bagi sem esta. Jik a aku terluka, kuharap darahku adalah sak si bahwa

40
hidup ini m em ang tidak m udah, perjuangan tiada ak hir.

Jalan setapak m asih sepi, orang2 m asih tidur. Dingin m enyanyikan kidungnya
diiringi oleh dewi m alam , tapi kutegapk an langkahku. Jarak yang tidak terlalu
jauh dari rum ahku k e penjara tuhan m enjadi serasa jarak antar galaksi. Hanya
bayangan akan senyum anak2 kecil dan ibu2 tua yang bahagia dalam dam ai
yang m enghangatkanku. Rem bulan tidak m enam pak kan diri, m ungkin takut
m enjadi sak si peradaban. Dari k ejauhan tam pak lam pu hingar dari penjara, aku
sengaja m engam bil pintu sam ping. Ak u ingin m em adam kan sistem listrik
seluruh penjara itu dulu, dan setelahnya baru k ulem par bom asap. Ternyata
m em ang sepi di sam ping penjara, segera k um enyelusup ke sistem pusat listrik
itu. Kutaruh bom waktu kecil dan secepat kilat k utinggalk an lagi. Aku segera
bersem bunyi di rim bun sem ak2 di depan penjara, setelah kurasa wak tunya
tepat , k upakai m asker dan kuledak kan bom itu. Segera seluruh penjara
m enjadi gelap, aku segera berlari sekencang2nya ke pintu depan penjara.
Kulem parkan bom asap yang kusiapk an, beberapa wak tu terdengar suara
gedebag gedebug, sesudah itu sunyi senyap. Setelah kurasa am an, kunyalakan
senter yang kubawa. Kumenuju ke pojok ruangan dim ana sistem keam anan
penjara dikendalikan. Kucari2 sebentar di sit u, dan dengan m udah kutem ukan
kunci utam a penjara yang kecil panjang itu. Aku sudah m encari tahu letak kunci
itu sejak lam a, jadi tak terlalu sulit m enem ukannya.

Begitu m endapatkan kunci itu, sebuah k unci yang bertuliskan ayat2 dari kitab
suci, m engendap2 aku m enuju penjara tuhan. Kem bali lagi aku terbayang
tangis tuhan di dalam penjara. Penjara yang m ewah nam un m erupakan bukti
peradaban narsis. Asap m asih m engepul, sepanjang lorong tergeletak tubuh2
beberapa penjaga penjara yang sedang pingsan oleh asap yang k utebark an.
Aku sudah tersenyum 2 , wah senang sek ali bisa m em bebask an tuhan dari
penjara. Penjara yang sudah seum ur dengan peradaban, penjara yang telah
diciptakan oleh nenek m oyang dan diteruskan sam pai sekarang. Sem akin
dek at, sem akin hatik u berbunga2. Kutepis asap perlahan untuk m em pertajam
pandanganku. Hah,.....penjara itu sudah kosong, tuhan telah m em bebaskan
dirinya sendiri. Hanya kutem ukan t ulisan tuhan di dinding penjara
" Pem bebasan tuhan m em ang perlu, tapi pem bebasan m anusia lebih perlu lagi"

41
Liburan Jibril k e Bum i

Sayap2 Jibril m ulai berteriak kelelahan, setelah tugasnya yang terakhir di


sebuah planet di galaksi yang jauh, dia ingin sejenak m enengok jejak
terakhirnya di bum i 1 4 abad yang lalu. Tugas selanjutnya m em ang telah
m enunggu, tapi dia m em inta reses sejenak pada Tuhan untuk sekedar
beristirahat, dan wak tu itu digunakannya untuk m elihat planet sangat kecil
berwarna biru yang m engelilingi bintang berwarna k uning. Sedikit ilm u yang
telah disam paikannya k epada Muham m ad ingin dilihatnya lagi, sekedar
bernostalgia. Jibril tersenyum -senyum sendiri, betapa aneh perjalanan anak
spiritualnya yang bernam a Muham m ad itu. Dia tidak bisa m em baca, karena itu
bodoh sek ali. Pertam a k ali Jibril m endatangi Muham m ad, Muham m ad m alah
ketakutan. Tapi Jibril m em aksa juga m engajari pem uda bodoh tapi jujur itu
beberapa k ata untuk sedikit m engenalkannya pada Sang Pencipta. Kedua k ali
Jibril datang, Muham m ad tam bah k etak utan sam pai dia sak it, istrinya yang
jauh lebih tua dari Muham m ad sendiri, Khadijah, sam pai k ebingungan, dan
m enenangkan Muham m ad. Jibril sam pai geleng2 kepala, tidak tahukah
pem uda ini bahwa dia akan diberi sedikit pengetahuan tentang sang Khaliq.

Tapi Muham m ad cepat sekali belajar, dalam waktu singk at dia telah m enjadi
m anusia yang cuk up dewasa, cukup untuk m enyampaik an kepada m anusia
lain, bahwa yang patut disem bah hanyalah Tuhan. Tuhan yang tak terbayangkan
oleh m ata biasa, tak teruraik an oleh kata, yang untuk m engenal-Nya m anusia
hanya bisa m eraba2.

Betapa berat perjuangan Muham m ad, Jibril sudah tak ragu lagi. Diludahi,
dilem pari k otoran onta, dikejar2 seperti m aling yang m au dibunuh, biasalah itu
untuk utusan Tuhan. Jibril sudah tak kaget lagi, anak spiritual Jibril sebelum nya,
Yesus, m alah m engalam i nasib lebih parah, sam pai digantung di Golgota.
Kebanyakan utusan2 itu m engalami nasib yang ham pir serupa, ditolak oleh
kaum nya, dianggap gila, diusir, beberapa dibunuh. Hanya sedikit sekali yang
cukup berhasil, dalam arti dalam m asa hidupnya punya cukup banyak pengikut.
Sidharta Gautam a salah satunya, anak spiritual yang satu ini m em ang cukup
bandel dan m balelo, lebih suk a m encari "enlightm ent" dengan caranya sendiri.
Lebih suka m encari bahagia tanpa Tuhan, buat apa jauh2 k lo bisa m encari
bahagia k alau dalam dirinya sendiri saja sudah ada. Kadang Jibril jengkel sam a
Sidharta, seperti k acang lupa k ulitnya, tapi tidak apa2 lah pikir Jibril waktu itu.
Yang penting ajaran menuju kebaik annya banyak diikuti orang.

Dari kejauhan Jibril m ulai m elihat sam ar2 planet bum i, seperti k elereng biru
bercak2 putih yang berputar. Kangen..., kangen sekali, 1 4 abad bukan waktu
yang sebentar. Sudah terbayang di otaknya, anak2 kecil berlarian berm ain,
nenek2 tersenyum sam bil nyusur, sungai2 jernih tem pat m anusia m andi, si k ulit
hitam dan si k ulit putih berjalan beriringan, wanita2 berm ata sipit bernyanyi,
sungguh bum i yang berwarna-warni indah. Hm m m m Jibril tersenyum 2 sendiri
seperti gila saja. Tak sabar ingin segera sam pai..............

Sesam pai di bum i, Jibril beristirahat sejenak, di tengah padang pasir yang hanya
ditum buhi beberapa pohon itu. Mengibas2 sayapnya dan m encoba sebentar
m erebahkan diri. Bahagia sek ali Jibril m endapat "short vacation", berm iliar2
tahun sudah dia m engabdi sebagai Menteri Penerangan Sem esta. Ak hirnya dia

42
bisa sedik it bernafas lega.

"Allahu Ak bar, Allahu Akbar, ...." sayup2 terdengar suara pujian kepada Tuhan
dari kejauhan. Jibril sedikit kaget, tapi dia senang sek ali, m isinya berhasil.
Manusia m asih m em besarkan Tuhan, riuh rendah m em uji Tuhan. Dia berdiri,
dari kejauhan kelihatan beberapa puluh m anusia bersorban putih bersem angat
sam bil m engacungk an2 tongk at. Hebat..hebat..m anusia ini sangat m encintai
Tuhan sehingga panas2 begini m au2 nya arak2 an. Jibril tersenyum bangga,
setelah liburannnya selesai, dia akan bisa dengan bangga m em berik an laporan
kepada Tuhan bahwa tugas yang telah diberikan padanya suk ses berat. Tuhan
m ah pasti sudah tahu, tapi k alau Jibril yang lapor sendiri, tentu akan m enaikkan
konditenya Jibril sebagai Menteri Penerangan Sem esta yang bertanggung jawab
dan sukses.

Sem akin lam a sem akin keras suara2 m anusia itu, diam 2 Jibril m engikuti
m ereka, sebenarnya buk an diam2 , k arena m em ang m anusia2 itu tak bisa
m elihat Jibril, kalau Jibril m enam pakk an diripun belum tentu m erek a kuat
m elihatnya, Muham m ad saja sering pingsan kalau m elihatnya dalam wujud asli.
Tek nologi yang dipunyai m anusia pun belum bisa m enjelajahi dim ensi yang
didiam i Jibril.

Sam pailah rom bongan m anusia itu di suatu kam pung, rum ah2 di k am pung ini
berbentuk bulat2 terbuat dari kayu, ternyata rom bongan itu m engetuk pintu
rum ah yang pertam a terlihat, seorang perem puan berk ulit hitam m enggendong
anaknya keluar, tiba2 terdengar suara dor...dor...dor....dor....
Perem puan itu langsung roboh, darah m engalir dari tubuhnya, bahkan seorang
anak k ecil yang digendongnya pun berlum uran darah, ada lubang kecil di
kepalanya yang m engucurkan darah begitu deras. Jibril kaget setengah m ati,
apa salah dan dosa ibu dan anak ini koq sam pai dibunuh sedem ikian rupa, yang
juga m em buat Jibril kaget, ternyata tongkat itu yang digunak an untuk
m em bunuh, dan tidak perlu ditusukkan, Jibril tidak tahu alat apa lagi itu yang
digunakan m anusia untuk m em bunuh. Ah..dia ingat, bukankah dulu sudah ada
tongkat seperti itu, digunakan oleh orang2 Cina untuk pertunjuk an kem bang api
dan ak hirnya untuk senjata.

Rum ah dem i rum ah diobrak abrik, dan sem ua penghuninya dibunuh. Jibril
shock berat, m engapa orang2 berkulit putih yang berbahasa Arab ini
m em bunuh orang2 k ulit hitam ini. Galau m enggelayut dalam diri Jibril, setitik
airm ata m enunjukkan sim patinya, Jibril bergetar, dan akhirnya terbang
berk eliling. Tak jauh dari situ dia m elihat kendaraan2 aneh berwarna putih yang
belum pernah dia lihat, m em punyai roda em pat berwarna hitam bertulisk an UN
di sam pingnya. Jibril penasaran terdam par di daerah m anak ah dia, koq
m anusia begitu tega m em bunuh sesam anya. Darfur..., ya daerah ini bernam a
Darfur, tertera di salah satu tenda yang didiam i oleh beberapa wanita dan
anak2 berk ulit hitam .

Jibril sem akin sedih, di sebelah sana terlihat beberapa wanita berebutan air,
dan di sebelah tenda seorang anak kurus m enangis, m ulutnya dikerubuti lalat.
Jibril kecewa, dia tidak m au liburannya rusak gara2 pem andangan ini. Dia
segera terbang setinggi2 nya, m encoba m encari daerah lain yang m ungkin lebih
indah dan dam ai.

43
Untuk m engurangi sedihnya, Jibril bernyanyi lagu2 k lasik Yunani, sayapnya
digesek2 an sehingga bersuara m enyerupai k ithara, m enyanyikan lagu2 m oral
yang dianjurk an oleh Plato dan Aristoteles. Melayang2 tak tentu arah di
angkasa, Jibril berusaha lepas dari pem andangan m engerik an yang baru saja
dilihatnya. Setelah dirasa agak tenang, Jibril segera berpikir untuk m elanjutkan
perjalanan nostalgianya. Kali ini dia tidak m au terdam par lagi di tem pat yang
salah. Setelah beberapa waktu berpikir, akhirnya dia m em ilih Jerusalem
sebagai persinggahan selanjutnya.

Kota yang indah itu, k ota yang disucik an oleh tiga agam a besar, tem pat
kelahiran Yesus, tem pat istana besar Solom on (Sulaim an) pernah dibangun,
tem pat dim ana Muham m ad pernah m engarahkan m ukanya waktu
sem bahyang. Jerusalem pastilah tenang dan dam ai, karena rahm at tiga agam a
yang dibawanya. Tem pat yang bagus untuk m engisi liburan singk at Jibril di
bum i.

Dari angkasa, Jibril segera m elesat ke bawah sedikit k e arah utara dari
tem patnya sem ula, utara...? ah Jibril tersenyum , arah..? arah ya arah, k hayalan
m anusia saja arah itu. Sam a saja dengan batas, sem esta ini tak berbatas,
sem akin luas m alah, m engem bang ke segala arah. Atau juga langit, m ana ada
langit, m anusia m em ang ada2 saja. Tapi Jibril m em ang m aklum , sam a Tuhan
m anusia m em ang dibikin tidak terlalu pinter, wong sebodoh itu saja sudah
kem inter, apalagi kalau dibikin pinter. Walau kadang2 Jibril juga sedikit protes,
kenapa Tuhan m enyem bunyikan identitas-Nya, m em beri tahu m anusia cum a
setengah hati, celakanya m anusia sok tahu lagi.

Jibril langsung m enuju bukit Zion, dim ana sudah berdiri Masjid indah berkubah
warna em as, Al-Aqsa. Ribuan tahun yg lalu, Haikal Sulaim an pun tak kalah
indahnya. Term angu di em peran m asjid, Jibril m elihat2 sekeliling. Tenteram dan
tenang, adzan berk um andang, m enyam but m ega k em erah2 an di ufuk . Jibril
m enyem patkan diri untuk ikut sholat berjam aah dengan m anusia2 itu.
Menyelam sejenak dalam keagungan-Nya.

Seusai salam , Jibril segera terbang berkeliling, m elihat dari sisi ke sisi,
perubahan dem i perubahan sewarna peradaban, di sebuah k ota yang m enjadi
sum bu kepercayaan. Di pinggir kota, Jibril m elihat beberapa pem uda berlarian,
sam bil sesek ali m elem parkan batu, terdengar suara riuh, dari seberangnya
sebuah k endaraan besar dari besi dan beroda bergerigi panjang berjalan pelan
sam bil sesekali m em untahk an suara2 m engerikan. Beberapa pem uda
tergelet ak berlum uran darah, teriakan Allahu Ak bar bergem a dim ana2,
kendaraan dari besi itu sem akin dekat dengan rum ah2, beberapa m anusia
berpakaian hijau belang2 keluar dari kendaraan besi itu dengan m em bawa
tongkat yang sam a dipergunakan oleh m anusia di Darfur. Tongkat2 itu
diarahkan ke rum ah2 di sepanjang jalan itu, Jibril m elihat beberapa jiwa
m em isahk an diri dari raga dan segera m elayang2 di sekitar rum ah.

Tontonan apa lagi ini, pikir Jibril. Belum lam a dia m elihat m anusia berteriak2
Allahu Ak bar m em bunuhi m anusia lain, sekarang dia m elihat m anusia2
berteriak Allahu Akbar yang dibunuh. Jibril sem akin bingung, terbang m elesat
keluar kota, m encari tahu apa yang terjadi di kota yang dianggap suci ini.

44
Pem andangan di k ota lain tidak lebih m enyenangkan, kendaraan2 besar
m erusakk an rum ah2 dan wanita2 m enangis, di sebelah sana Jibril m elihat
tem bok yang panjang berkelok2 dan di sisi2 nya dihiasi oleh kawat berduri. Jibril
sem akin tidak m engerti, ada apa dengan m anusia ini, bukankah setelah wahyu
terakhir dibisik kannya ke Muham m ad, seharusnya m anusia m em bangun
jem batan, buk an tem bok . Mem bangun persatuan, bukan perpecahan.

Jibril m enangis lagi, k ali ini tidak hanya setetes, deras seperti hujan m usim
gugur, sesenggukan dia m eratapi m isinya, sayap2nya dikepakk an tanpa ritme,
m enim bulk an badai gurun. Hari tiba2 m enjadi gelap, m endung2 bergulung
m em bentuk rantai m enakutkan, Jibril dipanggil Yang Kuasa...

"Aku tidak akan kem bali lagi ke bum i" sum pah Jibril dalam hati.

45
Kucit Menggugat

Malam m asih m em eluk bum i Nusa Dua, sebuah desa k ecil yang asri dan indah
di Bali Selatan. Tem aram lam pu2 hotel dan perum ahan penduduk m enyorot
lem but ke langit, sedikit m engurangi kegelapan sang m alam yang tugasnya
bebarapa jam lagi akan selesai. Sem ua penduduk m asih tertidur, hanya
beberapa pekerja dunia pariwisata yang m asih tam pak m em persiapkan
hidangan pagi.

Dalam lam baian angin yang sejuk , seekor babi berteriak2 m enangis. Air
m atanya deras m engalir seperti sungai Ayung di m usim hujan. Dia berlari
kesana k em ari k ebingungan, dingin m alam tak dihirauk annya. Dia terus berlari,
berlari dan berlari sekencang2 nya. Sakit bekas ik atan di k akinya
tak dirasakannya lagi. Dia hanya ingin hidup, ingin lepas dari kem atian yang
ditakdirkan untuk nya, buk an oleh Tuhan tapi oleh m anusia.

Brukk kkk....
Tiba2 m atanya berkunang2 , dia m enabrak sesuatu di depannya. Ah gara2 Kucit
m enangis, m atanya jadi agak kabur. Kucit pingsan, tak berapa lam a kem udian
dia m ulai tersadar, hah hah......
"Jangan, jangan, jangan, aku jangan dibunuh. Aku m asih ingin hidup. Aku m asih
ingin hidup."
"Heh Kucit, kenapa kam u m alam 2 k eluyuran sejauh ini. Berbahaya tahu, k am u
m asih kecil".

Perlahan2 k ucit m ulai agak jelas m elihat, sem ula hanya bayangan gelap
keputih2an di depan m atanya, tapi kem udian jelas bahwa yang ada di
deapannya adalah seekor sapi.
" Huh..., kukira siapa. Pam an Sapi.., tolonglah ak u.
Please..suerrr...aku saat ini butuh bantuanm u Pam an. Hidupku sedang
diujung tanduk Pam an
Sapi. Ini em ergency..."
"Sssttt, kam u berisik am at. Nangis ya nangis, tapi segitu banget.
Kupingk u sakit t ahu"
" Ak u tak ut Pam an Sapi. Mereka m au m enyem belihku, buat acara Galungan
besok . Lihat nih, buluku berdiri sem ua."
Kucit m enangis lagi, sekeras2nya. Dia berguling2 ke k anan dan ke kiri.
" Heh...babi tak tahu diri. Diaaam m m m ....!!!!!"
Sapi m em bentak Kucit. Kucit jadi terdiam ......
" Toch m anusia gak ada yang denger tangisanku kan Pam an Sapi. Dim ensi
suara m ereka kan lain"
" Iya, tapi kupingku budeg tahu. Aku k an bisa denger suaram u."
Sapi m engelus kepala babi kecil itu dengan lem but, m em buat Kucit
sedikit agak tenang.
" Ayo... ik ut Pam an"
Kucit m enurut saja, m enuruni bukit kecil yang penuh dengan perdu2.
Tanah kapur yang k ering m em udahk an perjalanan m ereka m enuruni bukit,
langkah kucit yang kecil tak sebanding dengan langk ah sapi, m em buat Kucit
harus sedikit agak berlari untuk m engejar ketertinggalannya.

46
Akhirnya m erek a ham pir sam pai di kaki bukit, isyarat sapi m engatakan untuk
m em perpelan langkah. Setelah m elewati barisan pohon2 bam bu k uning,
sam pailah m erek a di kom pleks Puja Mandala. Kucit sudah ragu2 m enjejakkan
langkahnya di pelataran Puja Mandala. Tetapi karena Sapi dengan tenang
m elanjutkan langkahnya, m au tak m au Kucit juga m engik utinya.
Rasanya tak ingin lagi dia m elihat m anusia, traum a m elihat kem atian ibunya
yang m engenaskan tadi m alam m asih sangat m em bek as dalam ingatannya.
Dia m elihat k e k iri dan ke kanan. Bersiap2 atas segala kem ungkinan. Hhm m m
sebelah kanan jalan raya, sepi dan lengang, tak ada orang lalu lalang.

Sebelah kiri yang harus diwaspadai pikir Kucit. Hhhm m m m ...Masjid Agung Ibnu
Batutah, hah tak ada tanda2 orang bangun juga. Kucit m asih juga berjalan
pelan di belak ang sapi. Gereja Maria Bunda Segala Bangsa, wah m alah gelap
gulita. Masih am an pikir Kucit. Dia terus saja berjalan m engikuti sapi, dan tetap
dalam keadaan siap siaga kabur bila ada hal2 m encurigakan. Buddhaguna
Vihara, hhm m m Kucit m elihat puncak nya yang kek uning2an. Tidak ada
orangnya juga, hanya tam pak puncaknya saja yang k adang2 m engkilat diterpa
tem aram lam pu. Bangunan selanjutnya cukup gelap, tidak ada lam pu yang
m enerangi. Sam ar2 di ujung Kucit m elihat ada papan nam a.
Gereja Protestan Bali, oohhh jadi ini gereja juga. Tiba2 Sapi berhenti, m elihat ke
kiri sejenak, dan akhirnya m elangk ahkan k aki. Merek a m em asuki bangunan
putih berbentuk seperti candi. Sapi celinguk an, seperti sedang m encari sesuatu.
Akhirnya berjalan m enaiki tangga yang tidak terlalu banyak itu. Kucit harus
berjuang sedikit ek stra untuk m enaik i tangga2 itu, m ak lum dia m em ang m asih
kecil. Setelah sam pai di atas, sapi berhenti dan m enunggu Kucit yang agak
ketinggalan.
Setelah Kucit sam pai di atas, Sapi m engendus2 k epala Kucit, m em buat Kucit
agak sedikit lega.

Langit Nusa Dua diliputi sedikit m endung kehitam 2an, berarak dari tim ur dan
bercinta satu sam a lain.Angk asa sedang m enghidangkan bulan untuk dinikm ati
m ak hluk bum i, m em ancark an sinar lem but dan m engajak air laut bergoyang.

" Pam an Sapi, kenapa kau m engajakk u ke sini...?"


" Karena penderitaanm u berm ula dari sini Kucit, dari k etidak m engertian
m anusia atas esensi hidup. Karena penderitaanm u juga preseden buruk atas
ajaran2 agam a yang m em perbolehkan pem bunuhan atas bangsa binatang."
" Tapi tidak sem ua agam a sejahat itu Pam an, ada beberapa ajaran agam a yang
m elindungi binatang, dan m enganggap beberapa binatang sebagai m akhluk
suci. Pam an sendiri dianggap sebagai m akhluk suci oleh orang Hindu, k ebalikan
dari aku yang dianggap sebagai santapan. Kurang ajar benar m ereka itu,
m anusia terkutuk "

"Menganggap binatang sebagai m akhluk suci juga tidak m enyelesaikan


m asalah, di dunia ini tidak ada yang suci Kucit. Hanya Tuhanlah satu2nya yang
suci. Sam a seperti orang Islam yang tidak pernah m em akan babi sepertim u,
landasan m ereka buk anlah k arena k am u m em ang m akhluk hidup yang harus
dihorm ati hak 2m u sebagai m akhluk hidup, tapi k arena m erek a jijik m elihat
kam u, m enganggap kam u m em iliki penyakit, dan kalau perlu kam u harus
dim usnahkan dari m uka bumi"

47
" Ah Pam an, biarlah m ereka m enganggapku begitu, yang penting banyak
saudara2ku terselam atk an karena ajaran itu."
" Kau jangan egois babi k ecil, dari jenism u itu m ungkin m enguntungk an, tapi
dari jenisk u ajaran Muham m ad sangatlah barbar, k au bayangkan berapa juta
saja saudara2ku dibunuh tiap tahunnya sebagai binatang korban. Buk annya
dilarang, tapi m alah dianjurkan."
Kucit terdiam ,airm atanya m eleleh....., hatinya geram pertanda am arah,
spontan keluar suaranya grok grok grok dari hidungnya seperti
suara orang ngorok.
" Dasar babi cengeng, kenapa k au m enangis lagi...?"
" Aku teringat ibuku Pam an Sapi, ak u m elihat dengan m ata kepalaku
sendiri bagaim ana ibuku m enjerit2 m enyebut nam ak u saat lehernya
diterpa pisau tajam dan m engucurk an darah begitu derasnya. Inikah bukti
bahwa m anusia m em ang ciptaan Tuhan yang berm artabat,
kejam Pam an...kejam ...m ereka k ejam ...!!!!!!"
"Sudahlah..., itu sudah terjadi. Kem atian bukanlah ak hir kehidupan
Kucit. Kem atian adalah awal k ehidupan baru. Suatu saat kau akan bertem u
ibum u lagi. Kau m asih punya bapak..?"
" Aku tidak pernah tahu siapa bapakku Pam an. Aku lahir dari insem inasi
buatan."
Sapi jengah..., tim bul rasa ibanya yang dalam terhadap babi kecil
disam pingnya itu. Diendusnya k epala Kucit, sam bil dihapusnya airm ata yang
m asih m eleleh di pipi.

"Kau lihat bintang2 di langit itu...?, m ereka juga lahir tanpa Bapak,
bahkan tanpa Ibu. Setiap hari lahir ribuan bintang2 baru, m enyem arakk an peta
sem esta. Walaupun tanpa Bapak Ibu, tapi m ereka tegar, selalu m enawarkan
sinarnya untuk siapapun yang m em butuhk an. Jik a saja m ereka agak lebih
dek at dengan kita, m ereka akan seterang m atahari, bahkan lebih terang lagi.
Kaupun harus selalu begit u Kucit, kehadiranm u harus selalu m enjadi penerang,
berilah m akna2 baru kepada lingkunganm u, junjung tinggi persam aan hak
untuk sem ua jenis m akhluk hidup."

"Pam an, aku harus balas dendam . Kem atian ibu harus dituntask an, nyawa
harus dibalas dengan nyawa. Siapakah m anusia yang m erasa berhak
m em bunuh sesam a binatang, m entang2 m erek a dikaruniai otak yang lebih
baik dari kita. Apa gunanya otak itu kalau perilakunya juga sam a dengan
binatang2 yang lain, bahkan lebih parah.Perbuatan m ereka tak bisa dibiarkan
begitu saja Pam an"

" Kau kira kau bisa m elawan m ereka, gunakan otak m u tolol...!!!!!,
superioritas m erek a jauh di atas k ita, m elawan m ereka buk an dengan
kek uatan nafsu dan kekuatan jasm ani, tetapi kekuatan otak"

"Kekuatan otak, Pam an jangan bergurau. Merek a lebih berotak daripada kita
Pam an. Apakah Pam an belum tahu, di koran2 m ereka, di internet,
di tv, sudah berjejal buk ti2 kalau saja m anusia tidak m endom estikasi
dan m em ak an binatang lain, akan banyak nyawa m anusia lain yang
terselam atkan. “

Di Am erik a Serikat saja Pam an, jika saja penduduknya m au m engurangi

48
konsum si daging 10 % saja, m aka m ak anan berupa biji2 an yang diberikan
kepada binatang yang m enghasilkan daging, akan cukup untuk m em beri
m ak an 60 juta m anusia2 k elaparan tiap tahunnya. Tetapi m ereka m enutup
m ata atas statistik2 seperti itu Pam an. Kurang bukti apa lagi, m ereka sudah
tahu bahwa binatang juga berbahasa, walaupun karena kebodohan m ereka
sendiri, m erek a tidak m engerti bahasa itu. Aku bisa m elihat jin, m elihat setan,
m elihat m akhluk2 aneh di bum i ini Pam an, bahkan aku bisa m engetahui kapan
ada bencana, tapi aku tidak pernah som bong. Tetap m anusia Pam an, dengan
som bongnya
m ereka m encam pakkan bukti2 itu di got sam pah."

"Ada benarnya juga k am u anak ingusan, kebenaran itu tak akan berarti apa2
jika diingkari dan tidak dilak sanak an. Yah, tapi begitulah. Tuhan saja yang
begitu jahatnya m em biarkan k ita didom estikasi sedem ikian rupa tanpa ada
pem belaan apapun dari-Nya."

" Menyalahkan Tuhan juga tidak m em bawa hasil baik Pam an. Buk ank ah Tuhan
sebenarnya sudah lepas tangan sejak Ledak an Besar atau bahasa kerennya Big
Bang itu. Sejak itu, sem esta dibiark an bergerak, bergoyang, berkem bang
sem aunya sendiri. Jik a kita pada kondisi yang sekarang ini, evolusi kita saja
yang kebetulan bernasib jelek. Tapi kita tidak boleh m enyerah pada nasib
Pam an, k ita harus m em berontak. Kita harus m enuntut hak 2 kita, kita tidak
boleh tinggal diam di saat m anusia dengan wajah tanpa dosa m em bantai 9
m ilyar sesam a binatang tiap tahunnya."

"Aku juga tidak m engerti Kucit, dengan kepandaian m erek a, sudah sem estinya
m ereka bisa m enciptakan daging2 sintetis yang tak kalah enaknya dengan
daging2 kita ini. Mungk in dengan m endom estikasi kita, m erek a m asih tetap
berharap m elestarik an status quo m erek a sebagai penguasa alam , bukannya
sebagai bagian dari alam ."

"Hah Pam an ini, teologi harapannya terus yang dikem uk akan. Akuilah Pam an,
the truth is som etim es hurt. Mem ang m enyakitkan untuk m engakui bahwa kita
ini di bum i, sesam a binatang saling m em bunuh satu sam a lain. Piram ida
Kehidupan k atanya. Tapi justru itulah tantangannya Pam an Sapi, k ita harus
m elawan takdir kuno itu. Sem ua binatang harus bisa hidup hanya dari
tum buh2 an. Kau tidak lihat buktinya Pam an, Si Meong, k ucing liar k udisan di
buk it Kam pial sana. Seharusnya dia Carnivore, pem ak an daging. Tapi toch kalau
terpaksa dia bisa m ak an nasi, dan nyatanya hidup sam pai sek arang. Kalau
m asalah dia kudisan, lha itu salahnya sendiri, wong gak pernah m andi"
Sapi tertawa terbahak2..., sam pai perutnya kem bang kem pis, Kucit ikut
m eringis. Suasana sudah m enjadi begit u cair, Kucit sudah tenang
sekarang. Sapi pun kelihatannya m alah sek arang harus m engakui kehebatan
retorika babi kecil itu.
Tiba2 terdengar suara bedug
bertalu2 ...Dug...dug...dug...dugdugdugdug...dug....dug...dug...dug...Kucit kaget
setengah m ati, dia langsung berdiri dan bersiap2 lari sekecang2nya. Sapi
langsung m enghadangnya.....
" Tenang..tenang...itu suara bedug dari Masjid Ibnu Batutah, m erek a m au sholat
Subuh. Sebelum terang ayo ik ut Pam an k e tem pat yang am an, k am u pasti akan
selam at di sana, tapi dengan syarat, jangan sam pai kam u k eluar siang.

49
Janji...???!!!!"
'' Ya deh ak u janji, yang penting ak u selam at Pam an."
Mereka berjalan keluar dari Pura Jagatnata, beriringan seperti bapak
dan anak, sem entara langit Nusa Dua sudah m ulai berwarna sem burat
kek uningan, tanda m entari ak an sebentar lagi m enyapa m akhluk bum i.

NB : 1 . Kucit berarti Babi Kecil dalam Bahasa Bali


2 . Kom pleks Puja Mandala adalah kom pleks 5 tem pat
peribadatan di bukit Kam pial Nusa Dua.

50
Revolusi Mata Hati

" Kawan2 , dalam sem angat kebebasan dan kebersam aan, m arilah kita
kepalk an tangan k ita k e atas dan berteriak m erdeka, sekaligus sebagai tanda
dibukanya rapat singk at m alam ini"
Ruangan riuh, pim pinan rapat, seorang pem uda berbadan gem pal, beram but
kriting dan berkulit hitam segera mem beri aba2.................
"Satu, dua, tiga...."
" Merdek a..................!!!!!"
Ham pir 20 0-an pem uda dan anak2 , pria dan wanita berjubel di tem pat kecil itu.
Suasana pengap nam un begitu cair, dingin cuaca m enam bah k edekatan satu
sam a lain. Merek a lesehan m em bentuk lingkaran, di tengah2 lingkaran,
setangkai m awar m erah dengan beberapa helai daun yang m asih berwarna
hijau tua berdiri tegak m enawarkan cinta dan persahabatan. Serta kain putih
panjang bertuliskan :

*
Follow every rainbow, till you find your dream
A dream that will need all the love you can give
Every day of your life for as long as you live...

Pim pinan Rapat :" Kawan2 senasib serasa, k ita berkum pul di sini, m encoba
m encari jalan keluar terbaik atas nasib bum i. Sem akin k e depan, bum i
buk annya sem akin baik, tetapi m alah sem akin k otor oleh perbuatan m anusia.
Kita m em ang belum lam a dilahirkan, banyak yang belum kita tahu, dan kita
m asih perlu banyak belajar. Tapi satu hal pasti kita tahu, kita berhak
m enentukan m asa depan kita sendiri. Jika keadaan seperti sekarang ini
berlanjut, m asa depan k ita terbelenggu oleh kegelapan, setan2 sem akin berani
berk eliaran dan m em ak ai jubah kebaikan. Dan m au tidak m au kita harus
m engakui, itu m asa depan k ita kawan-kawan. Silahkan...tanggapan dari
kawan2.."

Delegasi Aceh : "Perm asalahan yang kita hadapi sangat kom pleks Kawan2
sem ua. Tapi kalau k ita tilik dari sejarah peradaban m anusia, sudah m enjadi
sunnatullah (hukum alam ) bahwa k esejahteraan bangsa di dunia ini digilirk an.
Jadi..."

Delegasi Rusia : " Interupsi...., k awan..., kau bilang k esejahteraan itu digilirk an.
Dari m ana kau am bil k ata2 itu, kenyataannya adalah k esejahteraan diam bil
atau bahkan diram pas dari m anusia satu untuk kesejahteraan m anusia lain. Itu
sangat berbeda dengan penggiliran. Dan kalau kita m asih waras, k esejahteraan
itu hak sem ua m anusia, buk an hak sebagian kecil m anusia."

Delegasi Iran : " Aku sependapat denganm u k awan dari Rusia. Manusia dari
dulu sam pai sek arang, dari berbagai suku, agam a, ras, selalu m engatakan
bahwa tujuan diciptak an m anusia adalah rahm at bagi alam sem esta, tetapi
kenyataan berbicara lain. Kehadiran kita justru sering m enjadi m alapetaka buat
alam dan penghuninya."

Delegasi Gabon : " Kawan, aku rasa wacana penggiliran kesejahteraan ini tidak
m engena pada substansi rapat kita m alam ini. Yang harus k ita paham i

51
bersam a adalah bahwa bum i ini ak an ditit ipk an kepada kita, dan yang nantinya
akan kita teruskan kepada anak cucu kita. Perm asalahannya adalah apakah
titipan itu akan dengan baik sam pai kepada kita, sehingga k ita suatu saat akan
dengan baik pula m eneruskannya kepada anak cucu kita."

Delegasi Lithuania : " Jawaban atas pertanyaanm u sudah jelas kawan dari
Gabon, k ita akan m ewarisi dunia yang carut m arut. Yang oleh orang tua kita
telah dibelok2an seperti benang kusut. Dan k ita sebagai generasi penerus, tidak
punya pilihan lain, kita harus m enuntut."

Delegasi Rusia : " Dunia sudah gila kawan, planet k ita yang biru dan subur ini,
m asih saja ribuan orang m ati tiap harinya karena k elaparan. Kelaparan yang
terstruktur, kem isk inan yang sengaja dibuat. Jauh lebih banyak dari kem atian
2000 an m anusia di New York karena ulah biadab teroris itu. Dan yang
m em erangi teroris pun tak kalah biadab, hanya m enggunakan isu teroris untuk
kepentingan sendiri. Menguasai dunia dan sum ber2 nya. Mereka bisa ongkang2
di istana dan tanah2 nya yang luas, sedangkan atas ulah m ereka ribuan orang
m em beku di tenda2 sem entara, kek urangan m ak anan dan selim ut hangat di
m usim dingin."

Delegasi Malaysia : " Engk au benar kawan, perang m elawan terorism e, perang
yang patut ditertawak an. Apakah m erek a jujur dengan m enyebut bangsa k am i
teroris, buk ankah bangsa2 utara itulah yang dari dulu teroris, bahk an sekarang
pun m asih m enyebarkan kem atian dan teror di negara2 kam i. Kapitalis2 itu
selalu berprinsip "Bersam a k am i atau m elawan kam i", dan kawan2 pun sudah
tahu pasti bahwa k ata2 "bersam a k ami" sam a dengan "m elayani k ami".
apakah m ereka kira bahwa sistem m erek a yang terbaik . Sistem itu tidak ada
yang sem purna kawan, norm a itu relatif sahabat. Bukank ah bangsa2 dari
Utaralah yang sejak dulu m enjajah dan m eram pok kekayaan bangsa selatan,
m em perkosa hak2 , dan dengan enak nya pergi tanpa pernah m em inta m aaf
sam a sekali. Tujuan m erek a sudah jelas, m enguasai. Siapapun yang m enentang
dihabisi. Sekarang m erek a lebih m enyebut kalangan Islam sebagai lawan,
padahal perang ini bukanlah perang m elawan Islam apalagi terorism e, tapi
perang antara yang m au m endom inasi dan yang tidak m au didom inasi.
Hegem oni bangsa Utara sudah wak tunya dihentik an. Sem ua bangsa berhak
m enentukan nasibnya, siapak ah bangsa Utara yang m erasa berhak m engatur
bangsa Selatan."

Delegasi Vatican :" Ak u setuju kawan, suatu saat jik a Islam telah hancur,
kek uatan apapun yang m encoba m enyaingi atau berkata tidak atas kekuasaan
bangsa Utara, pastinyapun akan dihancurkan"

Delegasi Cina : " Tapi perm asalahan ini tidak hanya m asalah Utara dan Selatan,
Barat dan Tim ur. Lebih jauh dari itu, penguasa2 tiran ada di sem ua negara.
Tidak hanya bajingan global yang ada, tetapi bajingan lokal pun tak kalah
banyaknya."

Delegasi Palestina : " Maaf k awan, agenda utam a kita haruslah m asalah
Palestina. Karena kalau m asalah Palestina tidak diselesaikan, itu akan m enjadi
dosa sejarah yang akan kita tanggung. Tahun 194 8, k am i telah diusir dari tanah
air kam i sendiri, kem udian kam i pun harus terusir dari barak2 pengungsi.

52
Bukankah bangsa m anusia sudah sepakat, bahwa penjajahan itu haram , dan
tak bisa dilegalisasik an dengan alasan apapun. Tapi penjajahan Israel atas
Palestina benar2 di luar batas, tidak hanya tanah kam i yang diam bil, tetapi juga
kebebasan kam i, ak ses ekonom i, bahkan hak k ami untuk tersenyum pun sudah
tiada lagi. Dan penjajahan atas kam i justru m endapat dukungan dari negara
superpower, dan k am i yang berjuang m enuju kem erdekaan justru disebut
teroris. Dem ikianlah k awan2, sejak dulu ketika bangsa terjajah ingin m erdeka,
selalu digem bar-gem borkan propaganda bahwa perjuangan itu salah dan tak
berprikem anusiaan, padahal siapakah yang tidak berprikem anusiaan, yang
m enjajah atau yang dijajah...?. Kau di sana, bangsat Israel, seharusnya tidak
ada delegasi Israel di forum yang dinafasi kem erdek aan dan kebebasan ini."

Delegasi Israel : " Kawan, berpikirlah lebih jernih, engkau bilang begitu karena
engkau belum m engenalk u, aku sendiri tidak setuju ak an kebiadaban bapak ku,
engkau k ira aku senang ketika m elihat saudara2 ku m enangis karena
ketakutan, k elaparan dan k ehausan, sedangkan aku duduk nyam an di depan
televisi, m akan enak dan tidur di kasur em puk . Kam i sudah cukup bersalah
ketika m engusirm u dari tanah k alian dulu, dan kalian sudah cuk up baik dengan
tidak m engungkit2 itu. Kam i tahu bahwa k einginan k alian hanyalah m erdeka
dan hidup berdam pingan. Seharusnya negara Israel pun tidak pernah ada,
tetapi k arena k em urahan m anusia Palestina lah negara Israel ada. Kam i k aum
m uda, berjanji untuk m em buat hubungan k am i dengan k alian m enjadi
hubungan yang sepadan, dan sebagai rasa tanggung jawab kam i sekaligus
sebagai wujud rasa bersalah, kam i berjanji untuk m em bantu kalian sek uat
tenaga untuk bisa sejahtera."

Delegasi Palestina :" Mulut m anis, hanya bicara tapi tak pernah ada buk tinya,
kam i sudah kenyang dengan janji2 kalian sejak perjanjian Oslo. Pim pinan rapat,
saya m inta dengan horm at agar delegasi Israel dikeluarkan dari forum ini."

Mata delegasi Palestina sudah m erah m enyala, seakan2 hendak m enerk am


m angsa. Mencoba berdiri dan m engham piri delegasi Israel. Beberapa delegasi
akhirnya m em egangi bahu delegasi Palestina agar tidak terjadi k eributan yang
lebih parah. Pim pinan delegasi segera m engetukk an palunya.

Pim pinan Delegasi : " Tenang k awan2....saya m ohon untuk tetap m enggunakan
kepala dingin dalam forum ini."

Delegasi Australia : " Kawan, k ita jangan terkotak2 seperti ini, saling curiga di
antara kita, dengan segala alasan. Perang peradaban kita saat ini sengaja
diciptakan, karena tidak ada yang berk uasa kalau tidak ada yang dikuasai.
Hubungan dunia utara dan selatan adalah hubungan tuan dengan buruh.
Hubungan antara Barat dan Tim ur adalah hubungan antara yang m au
m endom inasi dan yang akan didom inasi. Tapi yang kawan harus sadari, kita
tidak bisa puk ul rata. Banyak di antara m anusia2 Barat juga sadar bahwa tata
dunia kita sek arang ini carut m arut, perlu diperbaiki. Tak sedikit m anusia2
Utara m erasa perlu untuk m em perjuangk an m anusia2 dari Selatan. Justru di
forum seperti ini kita bertem u, untuk m em bangun k esadaran bersam a, bahwa
penindas ada di m ana2 tak perduli bangsa, agam a, ras atau em bel2 apapun
yang dia m iliki. Dan penindas2 itu harus kita lawan bersam a2 "

53
Delegasi Ethiopia : " Di saat satu negara bingung m elawan obesitas
(kegem ukan), negara lain k ekurangan m akanan, kalian tahu, kam i cum a
m ak an k ubis2 liar dari sem ak2 itu tiap harinya, itupun tidak selalu ada. Tetapi
ketika k am i m em inta bantuan, kalian bilang itu hanya k esalahan kam i.
Kesalahan bangsa bodoh yang tak m am pu m enghidupi diri sendiri. Tapi kalian
harus juga tahu, ini fenomena global kawan, jika kau m engotori langit, langit
kam ipun terkotori. Jika kau m elubangi ozon, panasnya bum i pun kam i ikut
m erasakan. Kalian bisa bersenang2 tetapi kam i m enerim a akibat dari
perbuatan kalian. Segelintir ada yang m engulurkan tangan, tapi uluran dari
negara kalian pun datang dengan setengah hati, m em bantu kalau sudah
kelaparan k am i m ewarnakan kem atian. Itupun harus dikom pas sana-sini oleh
birokrat2 kam i."

Delegasi Uni Eropa : " Kam i cukup bersedih atas penderitaanm u kawan, karena
bapak2 k am i juga yang m engotori langit biru kita itu. Tetapi negara2 k ami
sudah m enandatangani protokol Kyoto, k am i akan m engurangi em isi gas
rum ah k aca."

Delegasi AS :" Ya, aku akui, picik pikiran bapak 2ku, berpikir keuntungan sesaat
dengan tidak m enandatanganinya, sehingga industri2 m ereka tetap ek sis dan
untung besar. Padahal m ereka dengan sadar-sadar telah m enciptakan kiam at
buat bum i kita."

Delegasi Sierra Leone : " Kem ewahan2 negara kaya sering m enebarkan derita
di negara dunia ketiga. Cincin2 berlian yang orang2 kaya gunak an m em biaskan
darah2 k am i, terpotongnya tangan dan kaki kam i, terbunuhnya bapak , ibu, dan
saudara kam i. Aku m enuntut perhatian para pem akai berlian atas tum pahnya
darah di tanah kam i"

Delegasi Chili : " Kawan, presiden kam i yang begitu baik pun, Salvador Allende,
digulingk an. Sederhana juga k awan, karena dia bilang tidak pada AS. Berani
m enasionalisasi sem ua k ek ayaan negara untuk kesejahteraan rakyat banyak,
dan jelas perusahaan2 besar AS yang m engeruk kekayaan Chili kebak aran
jenggot. Dan dengan gam pangnya m engotaki rejim m iliter yang represif dan
culas."

Delegasi AS :"Kawan, jangan k ira nasibk u lebih baik , m erek a bilang negaraku
m enggunakan asas dem okrasi, tetapi kenyataannya oligarki. Kekuasaan
hanyalah m ilik orang2 berm odal tinggi. Perbudakan m odern m asih m erajalela.
Mereka m au m em bentuk kekaisaran Am erika Utara, setelah Eropa Barat yang
sudah om pong tak punya gigi lagi, m ereka m au m engganti posisi itu, sebagai
penguasa dunia, pem erkosa budaya lokal, dan penjahat yang m em ak sakan
budaya dan sistem nya kepada setiap m anusia di seluruh dunia. Dan jangan kira
kesejahteraan itu m ilik sem ua orang, lebih dari 25 juta penduduk AS hidup di
bawah garis kem iskinan, ratusan ribu tak punya rum ah, jutaan tak punya ak ses
kesehatan yang cuk up."

Delegasi Qatar : " Dok trin Machiavelli sudah m enjadi agam a bagi kebanyakan
politikus, altruisme sudah dibuang di pojok2 sejarah."

Delegasi Cina " Ak u diajari atheist, tidak m em percayai Tuhan, tapi sebagai

54
gantinya aku disuruh m enyem bah Mao Ze Dong. Menyem bah m anusia yang
telah m engakibatkan kelaparan yang m engakibatkan 20 juta orang m ati hanya
karena idealism enya yang kelewatan."

Delegasi Arab Saudi : " Kawan, negaraku k aya m inyak, tapi seluruh m inyak
hanya untuk k ek ayaan m onark hi tak berbudaya itu, yang hanya bisa m em buat
harem , m em perlak ukan perem puan sebagai budak sek s sem ata, dan
m enggunakan k ekayaan nasional untuk m em enuhi rekening2nya di bank2
Swiss. Raja2 itu adalah warisan sejarah yang perlu dibasm i."

Delegasi Brunei : " Seharusnya kekayaan alam dipergunakan untuk


kesejahteraan rakyat dalam jangka panjang. Buk an digunakan untuk hura2 raja
dan hulubalangnya. Nasib kam i Kawan, beberapa dekade lagi, k etik a kekayaan
alam sudah habis, m ak a k am i akan m enjadi pengem is. Sejak kapan pula
m ereka m erasa berhak m em erintah kam i, m enguasai kekayaan alam ,
m em bangun istana seribu satu m alam . Ak u setuju usulm u Kawan, para raja2
itu harus dibasm i."

Delegasi Korea Utara : " Kawan, aku dibiarkan kelaparan oleh keluarga Kim
bangsat itu, k edinginan dan terisolir. Lebih m em ikirk an senjata dan jum awa
daripada kesejahteraan rakyatnya, psycho yang narsis dan perfek sionis."

Delegasi Afghanistan : " Kawan, m ereka m enjual senjata kepada m usuh, untuk
kem udian m usuh itu diperangi lagi, sungguh gila, Logikanya dim ana...?, hanya
segepok uang k awan. Menciptakan perang agar senjata lak u dijual. Mereka
yang berteriak2 m enentang senjata pem usnah m asal, justru m erekalah
pengekspor utam a senjata2 itu. Kawan2 pasti sudah tahu, 9 0 % senjata justru
diproduksi dan dijual oleh negara2 besar seperti AS, Prancis, Russia, dan
Jerm an. Sedangk an, disaat yang sam a m erek a m elarang setiap negara yang
m au m em produksi senjata. Hal ini harus diubah kawan, k ita harus berubah
paradigm a. Kita, m anusia m em buat senjata, oleh karena itu, senjata tidak
berk uasa atas m anusia"

Delegasi Sudan : "Menyedihkan m em ang kawan, di m ana hati m erek a yang


dengan suka rela dan bangga m enciptakan alat2 untuk m em bunuh sesam a.
Tidakkah m ereka tahu, bahwa nyawa walaupun satu, itu berharga dan harus
dihorm ati keberadaannya. Setiap hari ribuan m anusia m enjem put k em atian di
ujung peluru, seak an tidak ada harganya nyawa2 itu."

Delegasi Jepang : "Sudahlah kawan, forum ini jangan m alah digunakan untuk
curhat, sem ua negara punya m asalah m asing2. Kalau forum ini hanya
digunakan untuk curhat, sem inggu lagi pun belum selesai. Satu yang pasti
Kawan2 ....,Orang2 Tua itu harus kita gulingkan, yang m asih m enganggap bahwa
ras, suku, agam a itu lebih penting daripada perbuatan, yang beragam a hanya
dari ritualnya, yang m em entingk an harta dan kekuasaan daripada
kesejahteraan anak cucunya, kau bisa sebut sem ua kesalahan m ereka, tapi
yang paling penting m erek a tidak pantas lagi m em im pin kita, kita gulingkan
m ereka atau k alau perlu kita penjarak an dan kita tatar sam pai sadar"

Delegasi Filipina : "Setuju k awan, m ereka seolah2 m erasa lebih tahu tentang
dunia, m enganggap dunia adalah pengetahuannya. Dan k ita dipak sa untuk

55
percaya, tapi m ana m ungkin kita m em percayainya, kalau hasil dari didikan
m ereka adalah dunia k ita ini yang tak berbudaya, bukannya beradab tetapi
penuh m anusia biadab.

Delegasi Cina : "Kita akan m enggulingk an bapak2 kita, ibu2 kita, pam an2 k ita,
kakek2 kita, dan sem ua yang m enentang ide2 ttg persam aan hak dan
kewajiban warga negara dunia"

Delegasi Indonesia : "Kalau m ereka m elawan.., bagaim ana..?"

Delegasi Kuba : "Ini perang kawan, yang m elawan harus kita bantai, tidak ada
gunanya lagi punya orang2 tua yang justru m enyengsarakan m asa depan
anak2nya"

Delegasi Pantai Gading : "Dengan k ek uatan k ita bersam a, k ita akan singkirkan
orang2 tua yang k urang ajar itu dari percaturan dunia. Kini sudah saatnya, tata
dunia baru yang benar2 baru, bukan hanya retorika."

Delegasi India : " Tetapi sebisa m ungkin kita m enggunakan cara yang elegan,
m enggulingk an m ereka dan kita sadark an"

Delegasi Kuba : "Tidak bisa k awan, perjuangan ini m au tidak m au harus dengan
kekerasan, percayalah padaku, bahwa dengan cara elegan, m ereka tidak akan
bergem ing. Kau sadarkan pun m erek a tak akan m au sadar, nafsu binatang
m ereka adalah nafsu yang sudah m engakar dan m endarah daging, tidak akan
sem buh sebelum m ereka m ati."

Delegasi Tibet : "Kawan, sebaik nya kit a harus berpikir jernih, jangan sam pai
tujuan m ulia k ita, justru kita capai dengan cara yang tidak m ulia. Pem bunuhan
dengan alasan apapun tetaplah tidak bisa dibenarkan. "

Rapat ribut, m asing2 punya pendapat sendiri m engenai bagaim ana revolusi ini
akan dijalankan, forum terpecah m enjadi dua kubu, yang m engingink an revolusi
radikal dan m enginginkan revolusi elegan. Ternyata yang m endukung revolusi
radikal lebih banyak, dan itu m em buat pendukung revolusi elegan bersedih hati
dan ak hirnya walk out.

Delegasi India : "Kawan, aku di sini m ewakili m ata hati, revolusi k ita tak akan
berarti jik a hasil dari revolusi ini justru m em bawa ketakutan dan kehancuran
peradaban. Kau ingat betapa Mahatm a Gandhi dan Martin Luther King tercatat
sebagai pejuang terhebat sepanjang m asa, k arena k elihaian m ereka
m em ainkan politik tanpa kekerasan. Mem ang revolusi elegan lebih
m em butuhk an kesabaran dan perm ainan taktik, tapi bagik u k awan, itulah jalan
terbaik. Jika k alian sem ua m em ilih jalan radik al, saya akan keluar dari forum
ini. Aku tak ingin sejarah menulis darah."

Beberapa dari delegasi juga m em utusk an untuk k eluar dari forum , m au


kem bali k e negara m asing2. Forum sem akin ribut tidak karu2an. Karena tanpa
kekom pak an, gerakan revolusi global ini hanyalah om ong k osong belaka.
Sebagian besar delegasi yang m asih dalam ruangan kebingungan, tanpa
kawan2 yang walk out, rapat ini bisa dibilang k urang representatif. Selain

56
kurang representatif, jalannya revolusi pun akan setengah2 k arena tidak
berlaku di seluruh negara. Setelah disk usi cukup lam a, akhirnya delegasi yang
walk out dim inta untuk kem bali, karena m em ang harus ada perubahan strategi.

Pim pinan Delegasi : " Terim a kasih atas kesediaan kawan2 sem ua untuk
kem bali lagi dalam forum ini. Setelah berdiskusi lagi, sebagian besar delegasi
juga lebih m enyetujui revolusi elegan."

Delegasi Kuba : " Socialism o o m uerte.....Sosialism e atau m ati...........Sosialism e


itu jawaban kawan, percayalah padak u. Tetapi jalan m enuju ke sana berliku dan
penuh tajam nya k erikil dan batu. Tapi jangan pernah m enyerah, karena Tuhan
bersam a para pem berani. Kam i berani bilang tidak atas kekuasaan AS, dan
kam i tahu resikonya. Diisolir habis2 an, akses ekonom i di tutup, tapi kam i tetap
bertahan. Pendidikan tetap gratis buat anak2 Kuba, bahan pokok m asih sangat
m urah untuk rak yat biasa, pengobatan gratis untuk sem ua warga negara. Kami
m em ang tidak kaya, tapi k am i tidak m au m enukar idealism e k am i hanya untuk
m obil2 m engk ilap, atau rum ah2 m ewah. Kam i berbagi suka dan duka bersam a.
Tapi apa yang kam i dapat dari k oran2 kapitalis itu, hanya cacian dan hinaan,
tapi percayalah k awan, kam i tidak akan bergem ing. Bersam a presiden Castro
kam i yang tercinta, kam i akan m enghidupkan negara sosialis yang ideal. "

Delegasi Selandia Baru : "Dalam banyak hal aku setuju denganm u Kawan dari
Kuba. Tetapi harus kita ingat, bahwa tidak sem ua yang berm ulut m anis selalu
m engeluarkan m adu. Lenin fasis, Mao Ze Dong fasis, Musollini fasis, Stalin fasis,
bahkan Castro pun sekarang cenderung fasis. Ketika berhadapan dengan nafsu
m anusia, ideologi k adang tidak m enentukan lagi Kawan2. Tetap harus ada
check and balance dalam pem erintahan. Ak u setuju bahwa sosialism e adalah
sistem yang harus kita gunakan, tetapi aku tidak setuju sam a sek ali jik a jalan
kedidaktoran digunak an untuk m enuju m asyarak at sosialis. Dem okrasi harus
tetap berjalan beriringan dengan sosialism e. walaupun negara2 kaya tak
pernah m engakui bahwa m ereka m em ak ai sistem sosialis. Dalam
kenyataannya sistem m ereka adalah sosialis, walaupun dengan m unafiknya
m enyebut sistem itu welfare state. Yang m asih kita perlu lakukan dalam sk ala
global adalah m entransform asik an welfare state atau sosialism e itu dalam
hubungan antar sem ua negara di dunia ini. Jadi kesejahteraan satu negara
tidak bertum pu di atas penderitaan negara lain.

Delegasi Malaysia : " Benar Kawan, Kam i di Malaysia percaya akan globalisasi,
karena dunia m em ang tidak bisa m enghindari panggilan m asa depan itu. Tapi
globalisasi bukan berarti perekonomian yang dikuasai oleh segelintir orang atau
segelintir kaum ataupun segelintir bangsa. Globalisasi juga berarti transform asi,
jika engk au negara kaya, engk au juga harus m em buat negara lain k aya, jangan
m alah m em erahnya. Dan jalan globalisasi tidak selalu harus sam a, sem ua
negara berhak m enentukan jalannya sendiri2 . Mem ang tidak sem ua negara
dik uasai oleh orang2 yang tepat, tapi jik a m em ang begitu, itu bukan alasan juga
untuk m enguasai negara itu. Percayalah pada k ekuatan rakyat, perk uat m ereka
kalau k au m em ang m au m em bantu, k arena m ereka sendiri yang akan
m enggulingk an kekuatan2 saudara2 sebangsa yang serak ah dan tam ak itu.

Delegasi Iran : " Aku setuju pendapat kawan dari Malaysia, tidak ada sistem
yang benar2 sem purna, sem ua saling m elengkapi. Yang paling penting adalah

57
bagaim ana kita m enghorm ati satu sam a lain"

Delegasi Ghana : " Kalian boleh bilang bahwa globalisasi itu diperlukan, tetapi
globalisasi yang kalian perjuangkan lebih banyak globalisasi barang, sedangkan
m anusia dikecualikan dari globalisasi. Kalau boleh, aku m enam akannnya
globalisasi setengah hati. Sem ua negara diharuskan m em buk a lebar2 batas
negaranya untuk barang2 dari luar negeri, tetapi di saat yang sam a m enutup
rapat2 untuk m anusia yang m encari penghidupan. "

Delegasi Venezuela : " Setuju, globalisasi harus benar2 m enyeluruh, dan bukan
ditentuk an oleh interpretasi globalisasi sebagian negara kaya. Globalisasi
kom oditi, inform asi, ek onomi, budaya, dan globalisasi m anusia. "

Delegasi Indonesia :" Kawan, kam i dicekoki oleh kurikulum 2 sejarah


m enyesatkan, bajingan yang m em bantai ratusan ribu saudara2k u yang
dianggap kom unis itu telah m enjadi pahlawan2 suci di buku2 kam i. Dan sejak
kesuciannya itu, kam i dibungkam dan dikebiri, dihibernasi oleh dogm a2 tak
berarti. Sedangkan dengan sadar di saat yang sam a, pulau2 kam i yang beribu2
itu telah diram pok dan disedot oleh m anusia2 serakah itu, tentu saja dengan
bantuan tangan bangsa2 utara yang datang atas nam a globalisasi. Negara k ami
penuh petualang politik sejati. Dan kini banyak yang m endukung pem bentukan
negara berdasark an agam a"

Delegasi Mesir : " Kawan, sejak kapan pula dalam sejarah dunia ini ada negara
m aju berdasark an agam a...? Tapi orang2 tua k ita m em ang pandai berkhayal,
rom antism e m asa lalu yang tak m asuk akal pun dipaksakan untuk diterapkan
di jam an ini."

Sem ua delegasi m elirik kan m atanya ke delegasi Indonesia dan delegasi Mesir,
gedeg juga m elihat delegasi Indonesia yang m ulai curhat, gedeg m elihat ada
juga yang m enanggapi curhat itu, jaka sem bung bawa golok (udah nggak
nyam bung...guoblok) padahal tadi sudah diputusk an untuk m em bahas
m asalah2 yang lebih substansial. Curhat hanya akan m enghabiskan waktu yang
m em ang singkat ini.

Delegasi Irak : " Kawan, kapan transform asi itu terjadi..? Kita tak bisa
m enunggunya k awan, sek arang atau tidak sam a sekali."

Delegasi Chili: " Kawan, jangan m enunggu lagi, m om entum harus k ita ciptak an.
Dunia sudah bosan dengan tata dunia yang sekarang, m ari kita buat tata dunia
baru yang sosialis dem okratis. Kita bubarkan seluruh negara2 di dunia, kita
bubarkan PBB, dan m ari kita bentuk satu negara, Perserikatan Bum i. Tidak
akan ada lagi batas2 yang irrasional, bum i adalah t em pat tinggal kita bersam a,
dan m ari kita bekerja keras m enuju k esejahteraan bersam a. Kita butuh ribuan
pem im pin m uda yang progresif, revolusioner, pluralis, hum anis, egaliter, altruis.
Karena apa yang kita lakukan sekarang, adalah m asa depan anak cucu di m asa
m endatang. Baik buruknya dunia di tangan k ita, anak cucu k ita yang bisa
m enilainya. Kobark an Revolusi..........!!!!!!!!!!!!!!!"

"Setuju.................!!!!!!!!!!!!!!!" suara bersam a m enggaung, m em antul, sahut


m enyahut, beberapa dari delegasi terlihat m eneteskan air m ata haru.

58
" Merdek a..., m erdek a...., m erdek a...., m erdek a.....!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Forum m enjadi riuh rendah oleh teriakan, pim pinan forum akhirnya
m engetukk an palu tiga kali untuk m em inta forum tenang.

Delegasi Zim babwe : " Kawan, m aaf aku tak bisa m em baca, tapi dari analisa
kawan di sebelah sana tadi..."
Delegasi Chili : " Ak u dari Chili."
Delegasi Zim babwe : " Terim a k asih, ya dari analisa kawan dari Chili tadi, tiada
kata lain yang k ita perlukan adalah revolusi. Mugabe2 bangsat ternyata tidak
hanya ada di negaraku, tetapi ham pir di sem ua k olong bum i. Dan revolusi harus
dilakukan sekarang, atau tidak sam a sek ali. Kelaparan tak m am pu m enunggu
hitungan jam apalagi hari, tangis tak patut kau biark an terjadi berhari-hari.
Kem atian sia2 tak boleh kita biark an setiap detik terjadi."

"Setuju..., Setuju..., Merdek a...., Hidup Rakyat...!!!!!!!!" Forum k em bali lagi riuh
rendah oleh teriakan. Pim pinan rapat segera mengetukkan palunya.

Pim pinan Rapat : " Kalau tidak salah aku m encerm ati, secara aklam asi kita
m em utusk an untuk m engadakan revolusi, dan revolusi yang kita pilih adalah
revolusi elegan, revolusi tanpa kekerasan. Masing2 negara punya penindasnya
m asing2, k ita turunkan m ereka. Dan harus kita lakukan secepatnya, karena
bum i tidak m am pu menunggu lagi. Tapi sebelum nya m ari kita m enyanyi sebuah
lagu untuk m erayakan sem angat k ebersam aan kit a. Bagi yang belum hafal
teksnya bisa dibaca di layar sebelah sana"

Pim pinan rapat m engam bil sebuah gitar akustik .............Mereka m enyanyikan
him ne bersam a2, suasana hingar nam un khusuk......

**
Am
Bertanya sam a-sam a
Am
Belajar sam a-sam a
G Am
Kerja sam a-sam a

Am
Sem ua orang itu guru
Am
Alam raya sekolahku
G Am
Sejahteralah bangsaku 2 x

Pim pinan Rapat : " Kawan, kita m em punyai wak tu sem inggu sebelum hari yang
telah kita tetapkan untuk m erubah wajah bum i, konsolidasik an seluruh
kek uatan k awan2 m uda dan anak2 di seluruh penjuru m ata angin, dan jika kita
bersatu, tak ada yang m am pu m engalahkan k ita. Negara2 ak an tinggal sejarah,
bum i adalah satu. Mari m enangis dan tertawa bersam a2 . Mari m enulis
lem baran sejarah baru bersam a2 . Dim anapun Kawan2 m uda tinggal, turunkan

59
pem im pin2 diktator, turunk an orang2 tua yang sok tahu dari jabatan publik,
bubarkan sem ua instit usi yang m enginjak2 hak2 m ak hluk hidup. Sandi Revolusi
kita adalah Mata Hati, Revolusi oleh Pewaris Bum i Yang Perduli, Untuk Sem ua
Penghuni Bum i Tak Terkecuali. 7 hari dari sekarang, tepat jam 00.00 Greenwich
Mean Tim e (GMT), kita m elak ukan coup serentak di seluruh bagian bum i."

Palu diketukk an tiga kali. Tepuk tangan m em bahana, sem angat m enyala2.
Dalam sekejap, sem ua delegasi telah dikem balikan k e negaranya m asing-
m asing. Jibril tersenyum , forum yang diprak arsainya m enghasilkan
kesepak atan m enggem birakan. Sum pahnya dulu untuk tidak kem bali ke bum i
ternyata harus dicabut. Tugasnya m asih banyak di bum i, bum i butuh nabi2 baru,
nabi yang lebih rasional dan jauh m em andang ke depan. Nabi yang tidak
m erengek2 pada Tuhan, Nabi yang m encari Tuhan dengan otaknya bukan
dengan hatinya. Nabi yang m em im pin rak yat dengan dem okrasi, bukan dengan
keabsolutan hirarki. Nabi2 wanita, Nabi2 pria. Nabi2 m anusia biasa, tanpa
m ukjizat apa2 . Buk an k eturunan dewa, apalagi keturunan Jawa, Arab, Yahudi,
India, Eropa, atau keturunan bangsawan jum awa. Tidak m engak u berbangsa,
selain bangsa m anusia. Nabi yang benar2 nabi, m em bangun m akhluk sem esta
m enuju kebahagiaan sejati.

(* =thanks to "Sounds of Music")


(* * thank s to Iskra Ism aya Taring Padi for his song)

60
Keluarga Pelangi

"Pa, m au k e gereja dulu ya, m isa hari ini Anton harus berangkat agak pagian,
soalnya jadi putra altar", Anton pagi2 sekali sudah berpak aian rapi.
" Papa anterin aja, Papa sek alian m au ke m asjid, ada khatam an Quran, kan
sekali jalan"
"Carla juga m au dianterin dong Pah, hari ini ada eksk ul ballet di sekolah."
" Ok e deh, cum an ada syaratnya, Papa m inta dikenalin am a yang nganterin
Carla kem arin itu, pacar baru lagi ya....?"
"Ah Papa, m asa' syaratnya gitu sih, gak ada syarat lain apa"
"Abisnya ham pir tiap bulan ganti, Papa k an m usti lihat2 dong calon m enantu
Papa" Carla langsung m engham bur ke pundakk u, dicubitnya punggungku.
"Papa nakal ah......!!!!"
Carla, Ida Ayu Carla Am elia Putri Utam i nam a lengk apnya, aku tidak tahu apa
itu nam a yang bagus untuk anakk u itu. Tetangga bilang, nam a itu terlalu tinggi
untuk dia, apalagi m em akai nam a kasta k satria Ida Ayu. Tapi ak u tidak percaya
akan tak hayul itu, bagik u sem ua orang berhak punya nam a yang bagus2. Tapi
m asih saja m ereka sering m engingatkanku akan resiko nam a itu, jik a yang
punya nam a tidak k uat, bisa2 dia sak it2 an atau sifatnya nggak k aru2an. Aku
anggap angin lalu saja, biarlah m erek a ngom ong sam pai berbusa m ulutnya,
nam a sudah aku berik an dan tidak akan aku cabut.

Aku m engam bilnya dan m engangkatnya di saat dia berum ur 1 tahun, dia diberi
nam a oleh orang tua aslinya Koncreng, nam a yang sungguh aku sendiripun tak
ingin m endengarnya. Sum pah wak tu pertam a kali m endengarnya pun, aku ingin
tertawa. Koncreng itu di Bali punya konotasi yang cukup negatif, wanita
sim panan begitu bahasa sederhananya. Atau Sephia dalam kam us Bahasa
Indonesia m odern. Ak u dengar selentingan m em ang, k alau Carla adalah anak
gelap dari gundik kepala desa, tetapi aku tidak perduli. Aku lebih percaya
bahwa lingkungan lebih punya andil besar dalam m em bentuk kepribadian
seseorang. Ida Ayu sengaja aku tam bahkan di depan nam anya untuk
m enunjukkan bahwa dia adalah putri Bali, putri pribum i, yang aku harap kelak
m am pu tegak dan m enjadi seseorang yang m engubah sistem 2 m andul dengan
sistem sosial yang egaliter dan konstruktif . Walau secara resm i dia lahir dari
kasta sudra atau bahkan m ungkin paria, tetapi aku m encoba m enghapus salah
kaprah itu. Kasta itu hanyalah sebutan, walaupun kau anak pedanda atau
pendet a tetapi jika pekerjaanm u berdagang, m ak a k am u seharusnya m em akai
nam a2 Waisya. Sebaliknya walaupun k au lahir dari rahim kuli bangunan, tapi
jika kau m endalam i agam a dan m enjadi pendeta, m aka k au layak m em akai
gelar2 Brahm ana. Dan k asta sam a sekali tak m em pengaruhi kualitas
seseorang dalam m asyarak at.

Antonius Santoso, anak angk atku yang satu lagi, adalah seorang yang sangat
rajin beribadah, setiap m alam m enjelang tidur, tak lupa dia selalu berosario ria
dalam gelap. Kam arnya dipenuhi oleh patung2 Tuhan Yesus dan gam bar Bunda
Maria. Aktif sek ali di gereja, dan juga aktif di Mudika (Muda-Mudi Katolik).
Walaupun dia lebih m em ilih konsep ketuhanan yang cukup k onservatif, dia
seorang yang sangat hum anis, nilai2 pengorbanan Tuhan Yesus dihayatinya
benar2, apalagi kalau di rum ah, walaupun sedang sesibuk apapun atau secapek
apapun, k alau ada yang m em inta tolong, dia langsung bergegas. Kadang2 aku
khawatir, Anton terlalu baik dengan orang, bahkan yang belum dikenalnya

61
sekalipun. Mudah2 an saja tidak ada yang m em anfaatkan k ebaikannya itu. Aku
bertem u dengannya secara tidak sengaja, m ungkin sudah tertulis di Lauh
Mahfudz pertem uan kam i itu. Waktu itu aku jalan2 di kota, m em beli
perlengkapan lebaran. Tiba2 m ataku terantuk oleh pem andangan tak biasa,
seorang anak kecil berpakaian com pang cam ping sedang duduk di tepi trotoar,
beralaskan terpal kecil berwarna hijau, sedang serius m engarahkan m atanya ke
sebuah buku kecil nam un cukup tebal. Aku t ajam kan pandanganku, dia sedang
m em baca "Global Ethics". Ak u geleng2 kepala, kagum cam pur tidak percaya.
Sepanjang ingatanku, anak 2 jalanan tidak ada yang tertarik m em baca hal2
kaya gitu.

" Bagus Dik ...?."


" Hm m , eh...iya Pak. Bagus sekali"
" Isinya apa..?"
" Hm m , banyak sih Pak, tapi intinya, dunia ini harus m engedepank an m oral
daripada kepentingan2 sem entara m anusia. Dan agam a harus jadi alat untuk
m encapai kesejahteraan kolek tif. Jika m anusia m au saling introspeksi dan
berdialog, dunia yang lebih indah adalah m asa depan kita."
Aku seperti ditam par kuntil anak di pagi hari buta, apa aku tidak salah dengar.
Gelandangan di depanku ini m em beri k uliah gratis padaku. Bahasa2 yang dia
gunakan pun bukan bahasa sederhana, layak nya dosen di FISIP yang harusnya
berbicara seperti ini. Percak apan kam i pun berlanjut, sem akin hangat dan
m enarik . Sam pai aku lupa kalau kepergiank u tadi karena m engem ban tugas
dari bundanya anak2 untuk m em beli keperluan lebaran. Ak hirnya karena
diskusi k ami belum selesai, aku m engajaknya belanja sekalian. Sam bil
berputar2 di pasar, m encari sem ua k ebutuhan lebaran yang sudah dicatat, aku
banyak belajar dari anak ini. Pengetahuannya sungguh di luar dugaanku,
seorang Kristiani progresif kalau boleh ak u m enyebutnya.

Tak lupa aku belikan baju untuk dia dan kum inta untuk langsung dipak ai, dan
setelah sem ua belanjaan terbeli, kam i m am pir sebentar di warung m akan
untuk sek edar m engisi perut. Tiba2 terbersit di benakk u untuk m engenalk annya
ke anak2 ku, dan k uajaklah dia ke rum ah. Ternyata anak 2 sangat senang sek ali
dan sejak itu dia sudah m enjadi bagian dari keluarga kam i. Kebetulan ada
kam ar satu yang biasa dipak ai untuk sholat berjam aah, bundanya anak2 usul
agar kam ar itu yang dipakai oleh Anton. Untuk sholat, bisa juga di kam ar tidur
yang cukup besar dan cuk up untuk paling tidak 4 orang.

Aku m em punyai dua anak kandung, Mileva Bening Suryani, berum ur 2 0 tahun,
dia tuna rungu sejak um ur 10 tahun. Yang kedua adalah Muham m ad Albert
Sidharta, berum ur 1 7 tahun, pem uda yang digandrungi gadis2 sebayanya diluar
segala perilakunya yang ugal2 an. Walaupun Bening tidak bisa m endengar,
tetapi puisi2nya sangat m enyentuh, beberapa k ali aku harus m enarik nafas jika
m em baca puisi2nya. Mengalir sepanjang Eufrat dan Tigris, deras seperti
Niagara, m em belah2 peradaban dan akhirnya m enyerahk an diri kepada m uara
segala m uara. Lukisannya pun sangat artistik , tam pak betul keinginannya untuk
selalu m endengar alam dengan hatinya, m endengar k esah dunia dengan
jiwanya, k arena dia tahu telinganya tak berfungsi sebagaim ana m estinya.
Karena cacatnya itu, sam pai um ur 20 tahun, dia belum punya pacar. Pem uda2
itu m ungkin akan terkagum 2 akan elok parasnya. Tetapi jik a kem udian tahu
kalau dia tidak bisa m endengar, m aka m erekapun m undur teratur. Dia senang

62
sekali m enyendiri di kam ar, m enulis dan m elukis. Suatu saat dia pernah
m enyatak an k einginannya untuk belajar m usik, m au m enjadi Beethoven wanita
katanya. Justru aku yang m alah kebingungan, bagaim ana aku harus
m engajarinya. Ak hirnya karena tak m enem ukan jawaban, aku m em beri isyarat
padanya bahwa itu tak m ungk in, atau hanya karena aku tak tahu bagaim ana
m engajarinya.

Tapi akhir2 ini aku lihat wajah Bening lebih cerah dari biasanya, senyum nya
selalu m engem bang. Ak u sem pat heran, tak biasanya Bening bersik ap seperti
itu. Tapi aku diam saja, paling sebentar lagi dia akan cerita apa yang terjadi
dengannya. Benar saja, sehabis m engantar Anton latihan k oor di gereja, Bening
langsung m enyam butk u dan m enggelayut seperti anak kecil di lenganku.
Bening m em ang lebih dekat denganku daripada dengan Bundanya, untuk hal2
yang sangat rahasia biasanya akan cerita padaku, lain dengan Albert yang
selalu cerita m asalah yang sangat pribadi kepada bundanya. Dengan isyaratnya,
aku terbata2 m engerti bahwa anakk u itu baru saja m enem ukan k ek asihnya
dari internet. Dia m em ang tinggal sangat jauh dari k ota kam i, tetapi Bening
m eyakinkanku k alau kali ini ada sesuatu yang tak biasa dengan pacarnya itu.
Bahkan aku ditunjuk kan salah satu puisi yang dibuat oleh pacarnya itu, aku
terharu juga. Konsep cantik dalam puisi itu sudah sedem ikian m aju, benar2
sudah di luar batas lahiriah. Aku turut gem bira, walau di saat yang sam a
kesedihan m endalam m ewarnai aliran darahku. Sudah berapa kali saja
pem uda2 itu m endekati Bening, nam un akhirnya m ereka pergi sem ua karena
kek urangan yang dim iliki Bening. Ak u tak ut kejadian yang sam a akan terjadi
lagi kali ini. Tapi aku tidak ingin m engurangi kebahagiaannya, aku hanya bilang
bahwa k isah cinta May Ziadah dan Kahlil Gibran adalah sebuah kisah cinta yang
indah tiada tara.

Muham m ad Albert Sidharta, sungguh nakal anak ku yang satu ini. Aku m em beri
nam a itu, k arena aku ingin kelak, dia m am pu m enggabungkan pengetahuan
yang dim iliki oleh 3 m anusia yang aku kagum i. Nabi Muham m ad, Albert
Einstein, dan Sidharta Gautam a. Aku sering dipanggil k e sekolah, k arena Albert
sering tidak m asuk atau m eninggalkan pelajaran tanpa alasan yang jelas. Tapi
aku tidak pernah m arah sam a Albert, karena aku tahu betul, Albert m em punyai
pandangan tersendiri m engenai sekolah dan pendidikan. Seringkali di depanku
dia m em protes kurikulum 2 sekolah yang m engek ang kebebasannya
berekspresi, baginya sekolah adalah penjara. Dia lebih senang belajar sendiri
apa yang dim auinya. Am bisinya adalah m usik dan seni.

"Papa, aku m au keluar dari sek olah"


" Maksudm u...., keluar bagaim ana..?"
" Ya keluar Pa, aku nggak betah lagi sekolah, m enghabiskan wak tu. Guru2 yang
m onoton, ilm u2 yang usang, belum lagi peraturan2 yang tak m asuk akal. Aku
bosan Pa.."
"Tapi sekolah tetap penting Albert, karena pintu2 dunia terbuka di depanm u.
Kau tetap bisa belajar apapun yang kau m au di luar jam 2 sekolah"
"Aku sudah m uak Pa, sekolahku yang besar itu tak cukup m enam pung segala
uneg2k u, bahkan seolah2 kawat berduri yang m enghalangi ruang gerakku.
Haruskah aku belajar sesuatu yang dipaksakan untuk aku percayai, sedangkan
aku tidak percaya. Itu hipok rit Pa."
"Hm m m , baiklah. Tapi Papa m inta kam u m em ikirk annya sem alam lagi, besok

63
Papa ak an m endengar lagi apa k eputusanm u"
Sudah aku duga sebelum nya, lam bat atau cepat, Albert pasti akan
m enegasikan institusi2 form al itu. Tapi aku m asih berharap agar dia berubah
pikiran, ak u hanya tidak ingin dia m em ilih jalan yang salah ketika tidak sekolah.

"Pa, keputusanku sudah bulat, aku akan keluar sekolah. Apapun resikonya"
" Albert, jika itu sudah keputusanm u. Papa hanya bisa m endukungnya, dan
apapun yang terjadi, Papa akan selalu m em buka lebar tangan dan dada Papa
untukm u."
" Terim a kasih Pa. Anyway, Papa kan baik hati..."
" Halah ngerayu, pasti ada m aunya ini"
" Mem ang Pa, m inta duit dong, m au beli buk u Madilog-nya Tan Malaka."
"Lah jatah duit untuk buk um u bulan ini kan sudah habis, tapi tanya saja sam a
Bunda, kalau sudah di luar budget, itu hak prerogratif Bunda"
"Boleh Bunda ya..?" Albert mem elas sengaja m erayu bundanya.
" Iya...., tapi Bunda boleh juga m em bacanya ya..?"
"Beres Bunda"
"Oh ya Pa, setelah m enim bang2 juga, akhirnya aku m em utusk an bahwa aku
tidak m em percayai Tuhan"
" Hus..., bicara apa lagi k au ini" k ali ini bundanya anak2 yang dari tadi tak
banyak bicara, rupanya terusik juga. Sepertinya dia kaget.
"Aku butuh spiritualitas Bunda, tetapi dalam Tuhan yang ada di dalam agam a,
aku tak m enem ukan apa2. Mungkin Tuhan ada, tapi aku lebih baik
m enganggapnya tak ada, karena dengan begitu aku akan belajar untuk percaya
pada kekuatanku sendiri"
"Sudah kam u pikirk an baik2 Albert..?, jangan ikut2an hal2 yang sebenarnya
tidak k au m engerti"
"Ya Pah.."
"OK, bagus kalau begitu. Cum a satu yang ingin Papa tek ank an padam u, apapun
pilihanm u, jangan ragu dan jangan pula m engingk ari hatim u."
"Tidak Pa. Albert sam a sek ali tidak ragu"
"Bagus. Dan satu lagi Albert. Kebenaran itu relatif, tidak ada kebenaran m utlak
di dunia ini."
"Albert sudah tahu Pa."
"Sini, dekat sam a Papa"
Aku m encium kening putrak u, terharu, seum ur itu sudah berani m engam bil
keputusan besar. Aku sendiri di saat seum ur dia, m asih seperti k am bing
congek, yang m asih m elihat k anan kiri kebingungan m encari induk sem ang.

Hanya bundanya anak 2 kayaknya m arah besar, m asuk k e kam ar tidur tanpa
bilang apa2. Albert aku m inta untuk tenang, aku yang akan m enyelesaikan itu.
Malam ini aku harus bekerja ekstra k eras untuk m eredam am arahnya, padahal
dari tadi siang aku sudah m em bayangkan servis m em uaskan seperti biasanya.
Huh, m alam ini jangankan servis, reda m arahnya saja sudah beruntung.

Walaupun sudah m enjadi atheist, Albert m asih sering ikut sholat berjam aah
bersam a kam i. Hanya untuk m encium tangan kam i berdua, dan kem udian
bercerita tentang hari2 yang telah dilaluinya. Sehabis m aghrib, kam i selalu
m engum pulkan m ereka sem ua untuk m ak an m alam . Bercanda dan sekedar
bercerita2 tak tentu arah. Di atas jam 7 m alam , setelah sholat Isya' selalu ada
sesi selanjutnya bagi yang ingin m enceritakan m asalah2 pribadi. Kam i selalu

64
bergantian, rata2 anak2 perem puanku lebih m em ilih aku sebagai konselor
m ereka, sedangkan yang laki2 lebih m em ilih Bunda.

Aku didik m ereka dalam kebersam aan, dan tak ada perbedaan antara yang
anak kandung dan anak angkat. Tak ada perbedaan perlak uan karena
kepercayaan. Mereka adalah anak 2ku, buah hatiku. Tanganku hanya dua,
dengan kehadiran m erek a, tangank u akan sebanyak gurita, m enyentuh kisi2
dunia yang tak terpikirk an. Mataku hanya dua, dengan pandangan m ereka,
m ataku akan sem ak in m enyadari keelokan dunia. Telingaku hanya dua, dengan
pendalam an m ereka, m usik2 sem esta akan sem akin indah k edengarannya.
Mulutk u hanya dua, dengan k ata2 m erek a, dunia akan sem akin berwarna. Tapi
cintak u pada m ereka satu, cinta bercam pur harapan besar atas peran-peran
yang akan m ereka am bil dalam percaturan kehidupan.

Am sterdam , 19 Novem ber 2 004


Kado Idul Fitri untuk Lala, Lili, Lulu, Saleh, Ali, Tofa, Zam , Anna, Farhan, Filzah,
Insan, Musa, dan sem ua anak2 di seluruh dunia.

65
Rhapsody Seorang Bidadari

Sore itu aku berjalan2 di tepi sungai, lelah aku setelah seharian bekerja di
sawah. Rasanya lega sekali, padi2 yang selam a ini kurawat sudah m ulai berisi.
Kelopak2 itu sudah m ulai gem uk dan panjang berulir. Bahkan beberapa hari ini
sudah banyak yang m ulai m erunduk ke tanah, m elihat dan m engagum i
darim ana dia berasal dan m endapatkan penghidupan. Mungkin itu yang
dim aksud oleh nenek m oyang untuk m eniru ilm u padi, sem akin berisi tetapi
sem akin m erunduk. Buk an m erunduk tidak percaya diri, tetapi m erunduk
m engagum i Ilahi, sum ber segala ilm u dan pengetahuan. Hari sudah m ulai
gelap, rem ang2 cahaya lam pu dari seberang sungai sudah m ulai k ulihat. Tiba2
aku m elihat bayangan seseorang beram but panjang berjalan m enuju sungai,
m em akai k em ben* dan m enjinjing keranjang kecil.

Langk ahnya pelan m enjem put air sungai, dan berhenti ketik a air telah
m encapai ujung atas kem bennya. Ram but panjangnya segera diurai dan dia
m ulai m erendam kan dirinya di air sungai yang m ulai dingin. Mataku tak
berk edip2 sejak tadi, jarak yang m em isahkan aku dengannya m em ang tidak
terlalu jauh. Sayup2 kudengar dia m enyanyi, detak jantungk u berdegup keras,
suaranya m agis, apalagi didukung oleh suasana sore yang terhiasi oleh jingga
cakrawala. Putri2 kraton yang tertulis di lontar2 Majapahit yang katanya cantik
nan gem ulai itu aku belum pernah m elihatnya, tapi sepertinya yang didepan
m ataku ini tak k alah indah dengan putri2 itu, hanya saja kecantikan dan
gem ulainya tidak tertulis di lontar, tapi tertulis di alam , dengan tinta2 sang
cakrawala. Dia berputar2, berm ain air, terkadang m enyelam , m engam bil pasir
halus dari dasar, dan diusapk annya di seluruh badannya.

Rupanya dia sadar sejak tadi ada m ata yang m engagum i geraknya, dan m ulai
m enatap balik ke arahku. Aku m enjadi kik uk , dan kulam baikan tangan ke
arahnya. Dia juga m elam baikan tangan ke arahku, sam bil tak henti2nya m asih
bernyanyi2 kecil. Dia m elam baikan tangan lagi, m engajakk u untuk turun m andi.
Walaupun dingin, kupak sakan diri juga untuk m engakrabkan diriku dengan air
sungai. Ak u berenang ke seberang, m enelusuri riak 2 air yang m em ancarkan
arom a2 ek sotis. Bayang wajahnya sem akin jelas,dan suara nyanyiannya
sem akin k eras terdengar. Wajahnya bulat, dengan pandangan tajam berwarna
biru. Ternyata dia m enyanyi Asm aradahana, tem bang2 ritmis tentang cinta
seorang anak m anusia. Dia sudah m ulai nakal m elem par2 kan air ke m ukaku,
sam bil tertawa2 renyah, akupun m em balasnya. Kam i tertawa2 , akrab seakan
telah bersatu di kehidupan sebelum nya. Reinkarnasi kedua yang tinggal
m elanjutkan saja. Hanya aku heran, kenapa aku baru bertem u dia sek arang,
buk ank ah dia adalah salah satu penduduk desa seberang. Dia tertawa lagi,
tertawa lagi, k adang k uberanikan diri m em andang tepat lurus k e wajahnya,
saat itulah dia berhenti tertawa, dia tersenyum , senyum yang bukan berasal dari
bum i, aku tahu pasti. Dia m enyelam , beberapa lam a sehingga aku k ebingungan
di k egelapan, k um enoleh k e k anan k iri untuk m encari sosok nya, tapi tak
m uncul2 juga. Tiba2 buk kkk.............ada benda serupa pasir m enabrak
punggungku, aku secepat kilat m enoleh, ham pir saja wajah kam i bertabrak an.
Ternyata ram butnya tadi yang m enabrak punggungku, dan dia kini tepat
beberapa senti di depanku. Begitu dek at hingga aku m endengar nafasnya,
seperti angin2 harapan dari oase yang m enerjang padang pasir. Dia sendiri
sepertinya k aget, tidak m enyangka akan m enabrak punggungk u dari belakang.

66
Aku baru sadar sekarang betapa cantik m akhluk yang berada di depanku ini.
Ram but panjangnya yang hitam legam sedikit m engk ilat oleh sinar rem bulan
yang sudah m ulai m engggantikan tugas sang m entari.

" Cantikkkkk ......" tiba2 suara serak seorang lelaki m em bahana dari atas sungai,
m enim bulk an suara sam bung m enyam bung. Gadis itu langsung beranjak,
m enuju ke tepian lagi. Tapi dia celingukan, seperti sedang m encari sesuatu. Ah
ya, sepertinya dia lupa dim ana m enaruh keranjang kecilnya, ternyata bidadari
bisa juga lupa, aku langsung m engham bur k e darat, kucoba m engingat2
dim ana dia tadi m eletak kan k eranjang kecil itu. Sinar rem bulan yang tidak
begitu terang sem akin m em persulit pandangan. Tapi segera kulihat keranjang
tadi di balik batu di ujung sana, rupanya karena keasyikan berm ain, k ita sudah
agak jauh dari tem pat sem ula. Ak u segera berlari m engam bil keranjang kecil
dari anyam an bam bu itu, dan segera m enyerahk an kepadanya.
" Terim a kasih ya sudah m enem aniku.." dan diapun pergi..............

Dua belas purnam a sudah aku m engenalnya, dan k ehidupanku selalu diwarnai
oleh canda dan kisahnya. Jik a m alam diwarnai rem bulan, k am i akan selalu
pergi k e sungai itu, berm ain dan bernyanyi, tersenyum dan tertawa. Dia
m em ang cantik, seperti nam anya. Tapi sem akin lam a aku m engenalnya,
kecantikan itu sem akin m em buatk u tergila2. Karena cantik yang terpancar
lebih kuat justru dari sikapnya, m elebihi kecantik an raganya yang m em ang
sudah luar biasa. Tapi dia selalu m engelak k etik a k ubilang bahwa dirinya
cantik , apalagi kalau kubilang bahwa dia adalah seorang yang sangat cerdas,
dia pasti m engalihkan pem bicaraan. Apakah dia k ira aku nggom bal, padahal
belum pernah dalam hidupk u aku bilang bahwa hobik u nggom bal. Hobi yang
elitis itu m em ang tidak pas denganku, aku hanya ingin jujur. Aku hanya bicara
apa adanya, tidak m engurangi tidak m enam bahi.

Tapi m em ang sebenarnya k ata2 tak cukup m am pu m elukiskan keindahannya,


tapi aku terus m encoba, walau aku tak tahu apa itu sam pai pada tujuannya.
Tapi begitulah, aku hanya m ak hluk biasa, yang bisa terpesona oleh k eindahan
dan kecantik an, yang bisa m enggelepar oleh suara halus dan rayuan. Aku sering
m engajak nya untuk bicara tentang m asa depan. Bicara tentang langk ah2
m anusia di bum i, tentang segala tingk ah dan perbuatan. Dan diapun
m enim pali, dengan kata2nya yang lem but, diucapkan dengan yakin. Protes2nya
terhadap m anusia yang sewenang2 terhadap alam , terhadap keadaan yang
m em belenggu anak bangsa untuk m aju, atau terhadap nada sinis sebagian
m anusia jika seorang wanita ingin berkarya. Dan k alau keadaan sudah m enjadi
terlalu serius, kitapun bercanda lagi. Bicara tentang kucing yang hari ini tidak
m au m ak an k arena sedang jatuh cinta dengan kucing tet angga, atau tentang
anjing yang nak al m engik uti k em anapun tuannya m elangkahkan k aki. Tertawa
lagi, m enertawak an segala yang bisa ditertawakan. Melepaskan segala beban,
karena beban kadang m em ang tak perlu terlalu dipikirkan. Asal sebagai
m anusia kita sudah m elaksanakan yang terbaik yang bisa kita lakukan.

Suatu m alam aku bertanya padanya, m aukah dia m em berikan senyum


surgawinya untukk u, tidak hanya untuk saat ini, tapi untuk sepanjang
perjalananku m enem puh kehidupan. Dia terdiam , m enerawang......, dan
akhirnya dia bilang dia juga tak ut kehilanganku. Lalu k utanya, m aukah dia
bersam a denganku m encari arti dibalik sem ua ayat2 Tuhan yang tertulis

67
m aupun yang tercipta, m engarungi kapal bersam a m enuju teluk bahagia di
ujung sana. Rona wajahnya berubah, dia kelihatan bingung, lam a sekali dia
terdiam , m engarahkan pandangan ke bum i, seakan m enem bus dan bertanya
kepada bum i akan galaunya, kem udian ke langit, bertanya k epada bintang2
akan risaunya.Di rem ang2 rem bulan, dia m em bisik kan kepadaku, bahwa dia
tak m au m engecewak anku.
" Biark an aku sendiri beberapa purnam a ini...", dan kem udian dia pergi,
m elewati rum pun2 padi yang kekuningan, dan m enyeberangi sungai jernih itu.
Pergi ke desanya yang diseberang. Aku hanya bisa terpaku di sini, k ejadian itu
begitu cepat, sam pai aku tidak sem pat m engucapk an sepatah kata pun. Aku
berteriak2 m em anggilnya, tapi suaraku ditelan oleh anggun langkahnya.

Dia m ungkin belum tahu, bahwa dia tak pernah m engecewakanku, dan tak
akan pernah. Karena seperti yang aku bilang dulu ketika aku pertam a k ali
m enyatak an bahwa aku cinta padanya, bahwa cintaku apa adanya, k elebihan
dan kek urangan itu adalah keniscayaan, bahkan bagi seorang bidadari seperti
dia. Tak ada yang m am pu m em alingk an aku dari cintanya, karena cintaku
buk an k arena cantiknya, tapi karena k ecantikan hatinya. Cintaku bukan pada
keluarbiasaannya, tetapi k arena usahanya untuk tetap m enjadi biasa. Dan aku
tahu setiap yang hidup akan beranjak tua, tapi aku yakin kecantik an hatinya
abadi. Biarlah sem ua m anusia silau akan arom a harum dan tebaran pesonanya,
aku hanya akan m engagum i dia seperti adanya. Beberapa purnam a, sungguh
waktu yang sangat lam a k urasakan. Aku hanya ingin dia kem bali lagi, setiap
m alam yang berhiaskan rem bulan berm ain bersam aku, biarlah m asa depan
tetap m enjadi m asa depan.

68
Ketik a Hawa Tidak Mencintai Adam

Kutinggalk an Indonesia, negeri indah penuh bajingan itu. Bajingan yang bisa
berk am uflase, dalam segala bentuk dan suasana. Terbang m enuju negeri baru
yang m ungk in akan m em berik an nasib lebih baik bagiku. Posisik u sudah cukup
lum ayan di rum ah sakit tem pat aku bek erja, cuk up kalau hanya sekedar
m enghidupi dirik u sendiri, tapi untuk m enghidupi keluarga, apalagi untuk
m enghidupi anak2k u nanti, aku tidak tahu. Setelah kupikir lam a dan atas
persetujuan keluarga, akhirnya aku berangkat juga. Hanya saja ada torehan
luk a yang tersayat m enjelang saat2 k eberangk atanku, tunanganku
m em utusk an untuk tidak m em berikan lagi curahan cintanya kepadak u, jarak
yang terlalu jauh k atanya, alasan klise yang m em buat hatiku hancur,
perjuanganku selam a ini ternyata sia2, pengorbananku terhadapnya terlem par
begitu saja. Tapi aku hanya bisa m enangis, sam pai kacam ataku harus rela
basah oleh deritaku. Mem aluk an m ungk in, bagaim ana m ungkin aku m enangis
di saat usiaku yang sudah m enjelang kepala tiga.

Tertatih2 di negeri baru, aku tidak perduli, hidup kuanggap sebagai perm ainan
judi, kalah dan m enang adalah k eniscayaan. Kehidupan baruku terisi dengan
kerja dan kerja, profesi perawat di sini ternyata tidak sem udah di Indonesia, aku
harus m engurus orang2 tua yang praktis sudah tidak bisa apa-apa, orang2 tua
yang sudah tidak diurus oleh anak2 nya,
yang hanya didatangi jika m ereka sudah m ati, hanya dem i m endapatkan
beberapa dari peninggalannya yang m asih berarti.

Aku pun bisa m enabung, penghasilan yang kudapatk an jelas jauh lebih besar
daripada yang k udapatk an di Indonesia, tak lupa setiap bulan aku akan
m engirim sebagian ke k eluargaku dan sebagian lagi aku sum bangk an untuk
pem bangunan m asjid di RW-k u yang setahuk u sejak aku m asih SMP sudah
m ulai dilakuk an pem bangunan dan sam pai sek arang belum selesai.
Keluargaku begitu bahagia, itu terlihat dari surat2 yang m ereka k irim kan, tak
lupa juga ada salam dari k etua RW segala, yang sangat berterim a k asih telah
m enyelam atk annya dari coreng m oreng cem ooh atas tertunda2nya
pem bangunan m asjid itu.

1 tahun berlalu..........................

Queen's Day, Koningin Dag, orang sini bilang. Sem ua orang keluar dari rum ah,
m erayakan hari kelahiran ratu. Dan hari ini telah tertradisik an m enjadi sebuah
pasar terbuka di seluruh pelosok negeri, sem ua barang2 rum ah yang sudah
jarang dipakai ataupun sudah tidak dipakai akan dipajang di depan rum ah atau
di pusat2 kota untuk dijual m urah, m ungkin bisa dibilang ham pir gratis. Rum ah
jom po tem pat aku bekerja berinisiatif untuk m enghibur para bewoners* dengan
apa yang k am i bisa. Ak u dan para tem an2 sekerja pun m ulai berunding, ada
yang m enginginkan pem utaran film , ada yang dram a, ada yang ballet, ada yang
ingin diadakan sekedar pesta kecil2an, ada pula yang tidak m au m engadakan
acara m engingat kam i kek urangan orang.

Tapi akhirnya diputuskan untuk m em buat dua acara, ballet dan dram a. Ham pir
sem ua dari kam i diharusk an berm ain, bahk an Eric satu2 nya laki2 di antara
kam i pun diwajibk an ikut. Untuk ballet dipilih bagian terakhir dari cerit a "Rom eo

69
and Juliet" yang m engharukan itu, setelah berdebat seru k arena sebagian yang
lain ingin "Don Quixote", karena kisahnya lebih heroik. Untuk dram a k am i
m em utusk an untuk m em aink an "The Inspector-General" sebuah dram a k om edi
ala Rusia. Aneh2 saja m em ang, ternyata Rusia m em punyai perm asalahan yang
ham pir sam a dengan bangsak u Indonesia, penuh dengan pejabat yang korup
dan sewenang2, berteriak2 seakan kom unis* * tetapi berjiwa oligark* * * . Eric
m em bisik u begit u, setelah m elihat aku hanya m elongo saja, k arena aku tidak
tahu apa isi dram a Rusia itu.

Aku kebagian peran m enjadi Juliet, dan setelah beberapa lam a berdebat, Janice
kebagian peran Rom eonya. Sebenarnya peran itu ditugask an k e Eric, tapi Eric
dengan m entah2 m enolaknya, selidik punya selidik, ternyata dia seorang gay,
yang m ungkin jijik jik a bercium an dengan lawan jenisnya seperti ak u ini. Rumor
itu ternyata benar, Eric yang akrab sek ali dengan dunia m alam it u, sepertinya
sudah bosan dengan perem puan dengan segala tetek bengek nya.

Siang itu pertunjukan begitu m eriah, kulihat lagi senyum 2 bahagia di antara
orang2 tua itu, yang biasanya sehari2 cum a bisa m em erintah dan teriak2 m inta
tolong. Dan pertunjuk an balletk u sebagai Juliet adalah pertunjuk an pam ungkas,
dengan adegan cium an Rom eo kepada Juliet, Janice m enciumk u dengan
lem but, lem but sekali, getaran yang bertransform asi m enjadi sensasi indah.
Aku kaget cam pur bingung, cium an itu terasa sangat lain. Geletarnya m eram bat
ke seluruh tubuh...., aku sam pai m enetesk an air m ata.

Setelah acara selesai, Janice m engham piriku, m enanyakan apakah aku baik2
saja, karena m elihat aku m enangis tadi. Ak u bilang baik2 saja, karena aku
m enangis buk an k arena sedih, tapi karena ada sesuatu yang tak terk atakan
dalam cium an tadi. Janice m engundangku datang k e rum ahnya m alam nya,
sekedar untuk m asak bersam a dan k eluar ke pusat k ota untuk sekedar cuci
m ata.

Sudah agak larut ketika k am i pulang dari tem pat kerja k ami, aku dan Janice
yang k ebetulan tinggal tidak terlalu jauh pulang bersam a2 . Dingin m usim sem i
m asih sem ilir m enebarkan nuansanya, m asih m em buat bunga2 sedikit m alu
untuk m enawarkan indahnya. Kam i berjalan agak bergegas, diantara gedung2
kuno dan m useum yang m em ang m enjadi ciri khas kota yang aku tinggali.
Janice berjalan sam bil m enggenggam tanganku, dingin yang tadi aku rasak an,
berubah m enjadi ham bar atau m ungkin netral, aku tidak tahu. Yang pasti aku
seperti cawan anggur yang telah kehilangan isinya, berisi partikel2 udara dan
siap dim asuki oleh tuangan selanjutnya.

Sekitar jam 7 m alam , aku ke dapur untuk m em asak. Tak lam a kem udian
Janice pun datang, dia sudah berpak aian rapi, agak lain dari biasanya. Kam i
pun m asak Tagliatelle* * * * * * * * * , salah satu m akanan favorit yang ham pir
disuk ai sem ua orang di tem pat kerja k ami.

Diam 2 Janice m erangk ulk u dari belakang dan m em bisikk an..


"I love you..."
aku segera m enyibak kan tangannya, dan berbalik arah.
"Kam u gila ya......" dengan nada ketus aku m engucapk annya, tak tahu apa ada
kata lain yang lebih bagus.

70
"Kebahagiaan orang yang dicintai adalah kebahagiaan orang yang m encintai"
dengan tatapan m atanya yang nanar ke arahku, Janice dengan geragapan
m engucapkan k alim at itu.
Aku terdiam ................................................

Kam i tinggal serum ah sekarang, sedari awal aku sudah berusaha


m enyem bunyik an berita ini. Tapi gosip dengan santernya beredar, apalagi di
kalangan kelom pok pengajian PKS (Partai Keadilan Sejahtera) yang sering aku
ikuti. Aku m enjadi terasing di forum yang biasanya syarat pesan2 m oral itu.
Anggapan bahwa aku seorang lesbi m em buat m ereka berhati2 terhadapk u, dan
dari pandangan m ata m ereka tam pak sekali bahwa m ereka seakan jijik
m elihatku. Itupun ditam bah dengan sindiran2 halus nan m enyakitkan ketika
ada ceram ah, tentang berbahayanya hom osek sual (m enyuk ai sesam a jenis
kelamin) baik itu gay ataupun lesbi. Bahkan Hasan, yang selam a ini sangat
dek at denganku, dan aku tahu dia m em ang m enyukaiku, berubah 1 80%
m enjadi m em usuhik u.

Hatik u hancur, arus yang biasanya ram ah k epadak u, kini sem akin deras
m enyeretk u dan m erobek2 pertahananku dengan pusaran2nya yang dahsyat
dan m em atikan. Tapi aku berusaha m enguasai dirik u, apapun yang terjadi, akal
harus selalu berada di atas perasaanku. Kala sendiri di rum ah dan Janice
sedang kerja, aku sering m enangis, m engapa Tuhan m em balas ketaatanku
selam a ini dengan perasaan sepert i ini. Tapi sekali lagi aku tidak perduli,
apakah Tuhan yang katanya penuh cinta itu akan m elarang m akhluknya untuk
m encintai m akhluk lainnya walaupun itu sesam a jenis. Dan aku tahu bahwa
aku tidak sendiri, Janice yang berasal dari keluarga Katolik Ortodok s itupun
m enghadapi perm asalahan yang sam a. Keluarganya sangat m arah begitu
m endengar bahwa kam i sam en leven, m enginjak2 ajaran Bible katanya. Sodom
dan Gom ora sudah diratak an dengan tanah, k arena Tuhan geram atas tindakan
penghuninya, dan sek arang anaknya yang m elakukan hal yang sam a. Tak jauh
beda denganku yang dituduh m akar terhadap ajaran Al-Quran, m elakukan
liwath* * * * dengan terang2 an.

Janice sudah m engatakan tentang hubungan kam i kepada orangtuanya, dan


dia sekarang m enuntutku untuk m elakukan hal yang sam a, liburan sum m er ini
dia ingin aku m em perkenalkan dia k e keluargaku. Aku shock berat, tak tahu
harus berbuat apa, berpikirpun aku tak berani, aku yang sudah sedem ikian
terisolir di k alangan sahabat2 ku itu, tak m au m em bayangkan jika juga harus
terdepak dari k eluargaku yang sangat aku cintai. Sedem ik ian pedih
penderitaanku, dan tidak ada yang bisa aku ajak m em bagi cerita, apalagi
m em bagi duka. Kalutk u sem akin m em uncak, sam pai aku sakit, beberapa hari
ini aku tidak m asuk kerja. Kadang ada pik iran untuk m engakhiri saja hidup ini,
tapi ketika kupikir lagi, bukannya m enyelesaikan m asalah, m alah akan tam bah
m em perparah. Tiba2 ada keinginan untuk m em ainkan hp-ku, dan m ataku
terantuk pada sebuah nam a, Ahm ad, dia yang selalu diam ketika ceram ah
itu dan seketik a berubah m enjadi play m aker dengan canda dan kata2nya
sehabis ceram ah. Aku m eneleponnya...
"Met Ahm ad * * * * * ......." terdengar suara m erdunya di ujung sana.
"Assalam u alaykum , Ahm ad k am u bisa datang k e rum ahku sore ini"
"Hhm m m , aku kerja sam pai jam 5 sore, gim ana klo agak m alam , jam 7 an gitu,
tidak apa2 kan..?"

71
"Ok e deh, k lo kam u capek ya jangan, tapi klo tidak terim a kasih sek ali. Tot
vanavond..* * * * * * "

Ahm ad datang tepat waktu, sudah m enjadi kebiasaannya, justru k arena dia
tidak pernah m em akai arloji. Gatal katanya kalau pakai arloji, dasar orang
kam pung hehehe..., tapi konon Ahm ad ini pinter, dan religius juga, puasa senin
kam isnya gak pernah ketinggalan walau udah lam a di negeri orang. Tapi
persetan dengan itu sem ua, m au dia puasa, m au dia sholat, m au dia bajingan,
aku tidak perduli, aku hanya ingin curhat. Mem inta sekedar pendapat tentang
m asalahk u.

"Tuhan m enghukum k aum Luth di Sodom dan Gom ora, k arena m ereka m au
m elakukan hom oseksual it u dengan paksa, dan wak tu itu akan dilakukan
kepada tam u nabi Luth, sebenarnya jika dengan baik2 dan tidak m em aksa,
m ungkin kejadiannya ak an berakhir lebih bagus"
aku kaget buk an alang kepalang, kata2 m enyejukkan pertam a k ali yang
kudengar dari orang yang kubayangkan beragam a. Setelah aku cerita panjang
lebar tentang diriku, aku hanya bisa berharap bahwa Ahm ad m enasihatiku
baik2 bahwa perbuatanku salah dan sebagainya, atau m enjelaskan bahwa
perbuatank u adalah salah satu m ental disorder ( kelainan jiwa).

"APA (Am erican Psychiatric Association) sudah m enerangk an bahwa


hom osek sual bukan kelainan, begitupun WHO. Kita m enjadi gay, lesbi, biseks
ataupun hetero bisa jadi karena m em ang dari sananya sudah begitu, naturenya
kita sudah diciptakan begitu. Aku sebagai seorang hetero tidak berhak
m enyalahkanm u atas pilihanm u, karena cinta adalah ungkapan tulus seorang
anak m anusia, siapapun itu bahkan Tuhan sekalipun tidak berhak m elarangm u"

pernyataan k eduanya lebih m em buat aku kaget lagi, seorang Ahm ad yang
selam a ini diam ternyata m enyim pan pernyataan2 toleran dan egaliter
sem acam itu.

"Tapi aku pernah juga m encintai seorang laki2 Ahm ad, aku takut kalau aku
m engingk ari k odratku" aku m asih kurang percaya apa yang dik atakan Ahm ad,
aku hanya ragu m ungkin saja dia hanya ingin m engurangi deritaku dengan
ucapan2nya.

"Mem ang, k arena m em ang hom osek sualitas tidak hanya dari nature saja, tapi
juga dari nurture, lingk ungan yang m em bentuk kita. Setiap orang bisa berbeda
dalam tahap identifik asinya, tem an sekolahku, seorang cowok yang sejak
kecil tinggal bersam a neneknya dan dikasih m ain boneka2 an akhirnya dia
m em punyai sifat gay juga"
Krinnggg....Kringgg...Kringg...........
suara bel dipencet, rupanya Janice sudah selesai kerja. Ak u segera bangkit
m eninggalkan Ahm ad dan m em buka pintu untuk Janice.
"Goede avond schatje..* * * * * * * " suara serak Janice langsung k eluar begitu
pintu terbuk a.
"Kom binnen m ijn lieveling..* * * * * * * * "
Janice langsung m encium aku di bibir. Setelah bibirnya lepas, aku segera ingin
m em perkenalk an Janice pada Ahm ad, Ahm ad rupanya agak m elengos,
m ungkin baru pertam a kali bagi dia m enonton adegan cium an dua cewek

72
secara langsung di depan m atanya, sehingga sifatnya yang m alu2 m enuntunnya
untuk lebih baik tidak melihat.

Setelah perkenalan basa basi, Janice langsung pergi ke kam ar m andi, dan aku
m elanjutkan percakapanku dengan Ahm ad di k am ar. Ak u lebih suka di k am ar
karena pem bicaraan k ami m em ang rahasia, dan Janice tahu itu. Dia tidak
cem buru kalau aku m em asukkan cowok ke kam ark u, tapi kalau cewek , dia
pasti akan m arah habis2 an.

Rupanya dibalik diam nya, Ahm ad adalah sahabat yang sangat hangat dan
charm ing, pendengar yang baik dan pengertian. Sehingga dengan itu, aku
m endapatk an perasaan untuk bebas m engungkapk an segala keluh
kesahku. Ak upun cerita panjang lebar tentang m asa laluku di pesantren,
dim ana aku m erasa bahwa kehidupanku sangat dikekang. Apalagi kalau
m asalah cinta2an, m enerim a surat saja disensor habis2an. Jika tidak dari
keluarga, kem ungkinannya k ecil sekali untuk sam pai k e tangan yang dituju.
Mungk in aku m enik m ati hubungan sesam a jenis sejak aku di pesantren, karena
nafsu yang m enggebu dan tanpa ada penyaluran sam a sekali walaupun lewat
surat, banyak di antara k am i yang bercinta di antara kam i sendiri. Aku tidak
tahu angka pasti berapa yang m elak ukannya, tapi yang pasti cuk up banyak di
antara sekitar 3.000 an santriwati yang belajar di pesantren itu. Ahm ad m asih
m endengarkan dengan setia, sam bil kadang m engangguk , atau m enerawang
tak tahu ke m ana.

"Struktur dan paham institusi religi m em ang perlu saatnya banyak dirom bak,
kejadian yang kam u alam i tidak hanya terjadi di pesantren wanita, di pesantren
laki2 pun seperti itu, bahkan buk an rahasia lagi banyak pula terjadi di
kepastoran atau di paroki, di wihara dan sebagainya, dim ana pengek angan
seks telah m elam paui batas norm al."

Lagi2 Ahm ad m em buatku tersentak, darim ana dia tahu k alau k asus
hom osek sual itu terjadi di banyak lem baga2 suci itu. Jangan2 dia ngarang
cerita saja, tapi aku tidak berani bertanya. Sepertinya dia bersungguh2 dengan
ucapannya, dan aku tahu dia orang yang tidak suka berbohong.

"Ahm ad, Janice m em inta aku untuk m em perkenalkannya pada k eluargaku


sum m er ini, sebagai pasanganku tentunya, karena dia sudah m elak ukannya
pada keluarganya, bagaim ana m enurut pendapat kam u...? "

" Aku tidak tahu, itu terserah kam u, kalau k am u rasa orang tuam u siap, tidak
m asalah. Tapi m aafkan kalau aku salah, m enurut pertim bangank u, bapakm u
yang k iai itu pasti akan shock berat. Sebaik nya jangan secara frontal
m em beritahu hubungan kalian, datanglah dulu apa adanya, biarlah Janice
m enjadi sedikit bagian dari k eluargam u, m ungkin kedatangan selanjutnya
ketika suasana sudah cuk up cair, baru kam u bilang terus terang".

Aku m em eluk Ahm ad, dia rupanya kali ini yang kaget....

"Terim a kasih ya......."

tubuh Ahm ad begitu hangat, tiba2 saja aku m engarahkan bibirk u ke bibirnya,

73
dia sem ula m engelak ke belakang, tapi ak u segera menarik tubuhnya kem bali.

"Kam u gila ya.." bisik Ahm ad pelan-pelan.

"Cinta itu tidak sesederhana yang k ita rasa" aku kem bali m em agut bibirnya.

* penghuni panti jom po


* * dari kata kom unal, m engutam akan kepentingan orang banyak.
* * * oligark, seorang yang berjiwa oligarki (pem erintahan berada di sebagian
kecil segm en m asyarak at)
* * * * secara harfiah berarti perbuatan k aum nabi Luth, yaitu hom oseksual.
* * * * * Dengan Ahm ad...., budaya di Belanda k etik a m engangkat telpon,
langsung m enyebut nam a.
* * * * * * Sam pai m alam nanti
* * * * * * * Selam at Malam Sayang
* * * * * * * * Silahkan Masuk Kasihku
* * * * * * * * * Sejenis pasta, bisa juga disebut fetuccini

74
Istri Keem pat Seorang Kiai

Kitab2 k uning berbalut sam pul tebal itu aku ham burk an ke seluruh sudut
kam arku, satu sudutpun tak k ubiarkan lepas dari cengkeram an kem arahanku.
Goresan2 huruf Arab yang selam a ini telah kupelajari dengan tekun ternyata
tidak m em bawa hidupku m enjadi lebih baik. Jeritan jiwak u sudah m elelehkan
belenggu besi yang selam a ini terlalu kuat untuk aku lawan. Ak u telah terkapar
di lem bah yang telah diciptakan oleh institusi2 bejat yang dilegalkan oleh waktu
dan peradaban.

Daqaa'i qul Akbar, Ghoyat at-taqrib, Ushfuriyah, Fadhoit ul Am al, .........aku tidak
tahu lagi, berapa jilid kitab2 kuning yang telah aku pelajari. Aku hanya
m engham burkan m erek a, berharap ada yang m endengarkan kekecewaan
hatiku. Lelah m enangis, aku m engambil kitab terakhir yang m asih tersisa di
m eja belajarku, Uqudul lijain...........spontan aku sobek2 lem baran itu, seakan
m em balas dendam atas isinya yang telah m enyobek 2 harga dirik u sebagai
seorang wanita m uslim ah dan seorang m anusia m erdek a.

Diinginkan diriku oleh si tua itu, seseorang yang selalu m em im pin sholat
berjam aah di k am pungk u, yang sebelum nya telah m em punyai tiga istri, dan
aku dijadik an pelengkap dik arenak an itu sunnah Rasul* . Tidak hanya sunnah
bahkan, ditam bahi label m uákkadah* * dibelakangnya. Ak u tidak habis
m engerti, apakah orang2 itu tidak bisa berhitung m atem atika, bahwa 2 itu lebih
banyak daripada 1, dan k alau m erek a m engerti huk um dem okrasi, bahwa 2
itulah yang akan m enang. Selalu m ereka gem bar-gem bor ayat suci yang
dipotong dem i kepentingan patriarki, "kam u (lak i2) boleh m enikahi wanita satu,
dua, tiga, atau em pat", tanpa m enyebutk an lanjutannya yang m engharuskan
untuk berbuat adil, satu syarat yang sangat berat, bahkan Nabi Muham m ad pun
tidak bisa berbuat adil terhadap istri2nya, hanya adil lahiriah yang beliau bisa
lak sanak an, adil batiniah beliaupun harus angkat tangan. Apalagi jik a ditam bah
dengan lanjutannya bahwa adil itu sangat susah bahkan m ustahil
terlaksanakan oleh seorang lelaki yang beristri lebih dari satu. Betapa berani
m ereka m endasark an legalisasi poligam i atas ayat suci Qurán yang m ulia itu,
sedangk an dengan pongahnya m em otong sebagian untuk m enonjolkan
sebagian yang lain.

Berat sungguh kurasa, m ataku sem akin terpejam , seakan tak m au terbuka lagi.
Hanya setetes dem i setetes air m ata yang m enyelinap dalam ketertutupan itu.
Kehidupanku selanjutnya pasti akan sangat berbeda dari hari2k u sebelum nya.
Dua hari ini perutku sudah tidak m au m enuntut untuk diisi, hanya suaranya saja
yang kadang m engganggu telingaku, tapi perintah hatiku tetap m engatakan
tidak m au. Aku m enutup jendelaku rapat2 , m alu aku pada rem bulan, tak ingin
aku dibelai angin lagi, aku hanya ingin m enyendiri dan m eratap. Mencoba
m encari sedikit alasan untuk tetap hidup dan berkarya sebagai m akhluk .

Sem akin larut, m alam m enarik selim utnya yang lem but, walau aku sudah tidak
bisa m erasakan kelem butan lagi. Kecantikank u selam a ini ternyata tiada
berarti, dan hanya akan k userahkan k epada orang yang tak bisa aku m engerti.
Untuk apa aku belajar selam a ini, kalau ilm u2 it u hanya dipelajari "bil bark ah",
hanya untuk m endapatkan berkah dari pengarang2nya yang telah dipeluk dan
dilum at bumi ratusan tahun yang lalu, sedangkan ilm unya sendiri tidak bisa

75
dipraktekk an, kalaupun bisa sudah ketinggalan kereta peradaban. Rom antism e
m asa lalu berlebihan yang banyak dipunyai oleh m anusia2 beragam a di
jam anku.

Kuhem paskan dalam 2 m ukaku di bantal, sedalam hem pasan asak u yang telah
m encapai titik terendah. Kucoba m enahan nafas, berharap derita batinku
berk urang, tapi ternyata tak m em bantu sam a sekali. Paru2 ku terasa penuh
oleh sam pah2 kehidupan, digerogoti sedikit dem i sedikit, m enyak itkan dan
m engantark an bau2 alam aneh yang tak dim engerti oleh seluruh badanku.

Kubalikkan badan lagi, m encoba m enarik nafas dalam , sedalam tarikan


lubang2 hitam atas bintang2 di sek itarnya, kuulangi berkali2, dan ternyata tak
berpengaruh banyak. Kulepas satu persatu bajuku, jilbabku kulem par entah
kem ana, aku telanjang, tanpa sehelai kainpun m enem pel di tubuhku. Bersujud
di kegelapan, sekali lagi aku m eratap, dan ingatan2 indah itu seakan
m engejek ku, saat aku m asih m enjadi idam an para pem uda kam pung, saat aku
m asih bisa bebas berim ajinasi dan m elukis m asa depanku, saat aku m asih bisa
berbicara tidak, saat daun2 m asih m engucapkan selam at pagi pada parasku.
Telanjang seperti waktu aku pertam a kali m enghirup udara bum i, dan bersujud
pada-Nya seperti sujudk u wak tu m asih hangat m endiam i uterus.

Sum pah serapah hatik u atas nasibk u tak tertahan lagi, kuingin tum pahkan
sem ua. Kenapa aku harus jadi korban sebuah anggapan yang belum tentu
benar. Kalau m ereka m au m elaksanak an sunnah Rasul, kenapa m ereka tidak
m engawini janda2 tua yang tidak punya perlindungan seperti yang dilakukan
Rasulullah. Kalau benar m ereka m au bersunnah, tidakkah m erek a tahu bahwa
istri Rasulullah yang cantik hanyalah Zainab dan Aisyah, sedangkan kiai calon
suam iku ini m em ilih istri2 m uda dan cantik yang m asih gadis saat
dik awini. Dan aku tahu pasti laki2 ini tak pernah m enyentuh pekerjaan dapur,
sedangk an Rasulullah Muham m ad sering m em asak untuk keluarga di waktu
luangnya.

Genggam an tanganku kupukul-2 kan ke lantai, berharap k esedihan ini m am pu


m engeraskan suaranya m enem bus batas2 surga, sehingga Nabi Muham m ad-ku
m au m endengarnya. Mengharap k elem butannya dan k ejeniusannya
m enuntut m anusia2 yang m engak u m engik utinya tet api sam a sekali tidak
m engerti pesannya. Sem akin sakit jari-jem arik u m enabrak lantai2 dingin, tapi
kesesakan jiwaku tak juga berk urang.

Tiba2 teringat ak u akan tajam nya pisau yang sering aku pakai untuk m em otong
bunga m awar di belakang rum ahk u, kilauannya m enarikku untuk m em eluknya,
tidak hanya m em eluk, tetapi m endek ap m anja. Seerat m ungkin, m em bagi
duk aku, dan k arena m em ang tajam nya setajam dunia yang telah m erobek
hidupk u.

Darah berlum uran....hanya k urasakan alirannya, karena gelap m enghilangkan


warnanya.

Tak lam a kem udian..., aku bisa m elihat tubuhku sendiri, telanjang penuh darah,
m em eluk lantai, dan tangis m em bahana dari sanak saudara................

76
Kem balikan Senyum ku

Ibu..., k enapa k au begitu tega m em buangk u di tepi nasib. Apakah m atahari


m em ang sengaja m engham burkan partikel2 nya untuk m enghidupi tata
surya..?, ataukah m atahari sudah kehabisan energi dan akan m enjadi
supernova..?. Melangkah di trotoar2 dekil, di sam ping sky craper tem pat
m anusia2 berdasi dan berm obil Mercy. Ak u m enangis...., akhirnya aku
m enangis setelah sekian lam a aku selalu sesum bar bahwa danau airm ataku
sudah kering disedot oleh rahwana2 kehidupan. Ak u sadar bahwa tangis
terakhirk u adalah tangisku pada ibu, k etik a aku tahu bahwa dia akan pergi
m enem ui-Nya, tetapi dia dengan lantang m engundang m alaikat m aut, bercanda
dengannya, untuk k em udian m em eluknya. Sesudah itu aku berjanji untuk tidak
m enangis, tapi kejadian k em arin wak tu penggerebekan itu benar2
m enghancurk an benteng pertahanank u.

Tak berapa lam a setelah ibu pergi, seorang datang m engusirku. Tidak berhak
lagi ak u tinggal di kam ar k ontrakan 3 x 5 m eter itu, k arena ada orang lain yang
bisa m em bayar dengan teratur dan punya pek erjaan tetap.
======Senyum k u telah berkurang satu.
Akupun m enggelandang, dengan sedikit uang yang tersisa dan baju sekedarnya,
m alam itu aku tidur di em peran toko. Dingin m enusuk tulang, k arena sang
hujan ternyata datang m enjem put kek asihnya, bum i yang sudah m ulai retak.
Aku harus tidur dengan pakaian basah, tidur....?, aku tidak bisa bilang itu tidur,
hanya m erebahkan diri, karena pikiranku m engem bara m enem bus batas2
langit.

Pagi datang dengan cepatnya, aku dikagetkan oleh laki2 dengan suara berat,
m enendang punggungku m enyuruhku untuk bangun. Badannya penuh tattoo,
bunga m awar di bahu sebelah k anan, Che Guevara di bahu sebelah kiri (kurang
ajar betul prem an ini, m enggunakan wajah pahlawan itu untuk m enghiasi tubuh
setannya), ada tat too wanita telanjang, dan tak tahu lagi, sem ua saling
bertum puk m em bentuk pem andangan m engerikan.
"Heh, bocah, baru ya..?"
aku diam saja, ketakutan. Ak u pun tak tahu m aksud pertanyaannya.
"Bangsat, k enapa kau diam saja, bisu...?"
"Tidak..Om "
"Kau baru jadi gelandangan di sini...?"
Aku m engangguk .
"Tanah Abang adalah wilayah kek uasaank u, k au jangan m acam 2 di sini, sini
tasm u..!!!!"
Prem an itu m eram pas tasku, aku tak bisa m elawannya, dia terlalu k uat.
Digeledahnya sem ua isi tasku, dan uang beberapa puluh ribu pun diam bilnya.
Setelah selesai m elakuk an razia tasku, dilem parnya tas itu ke m uk aku.
==========Senyum berikutnya teram bil seorang bajingan
Kulangk ahkan kakiku kem ana dia m engajak, sam pai terasa perutku m eronta
m inta diisi, jam 1 siang k ulihat. Tuntutan lam bungku ternyata tak bisa ditawar2
lagi, k ulihat ada m asjid di ujung jalan. Segera aku m enuju k e m asjid itu, sholat
akan m engurangi letih dan lapar pikirku. Segera kum inum air jernih itu
sepuas2 nya, dan aku berwudhu. Sungguh sejuk k urasakan, k uresapi benar2
doaku..
"Tuhan segala yg hidup, jadikanlah aku termasuk orang2 yang bertaubat dan

77
orang2 yang bersuci"
Terbentang sebentar kenangan2 m asa lalu, aku begitu bahagia bersam a ibu,
walau ayah telah tiada, tapi ibu telah bisa bertindak sebagai ibu dan ayah
bagiku. Bertarung m elawan ganasnya kehidupan dengan lem but dan elegan.
Rum ah Tuhan yang m ewah ini sejuk, karena di pojok2 nya berputar baling2
kipas angin. Kuangkat kedua tanganku
"Allaahu Ak bar" aku pun asyik m ahsyuk m enelusuri kebesaran-Nya. Jiwaku
bergetar, ketika aku berjanji "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan
m atiku hanyalah untuk m u wahai Tuhan seru sek alian alam "
Janji dahsyat yang telah diucapkan m iliaran k ali tiap hari oleh m anusia, tetapi
sedikit sekali yang bisa m ewujudk annya. Akupun tidak , Oh Tuhan dosa apa
yang harus kam i tanggung, berjanji padam u tiap hari, tetapi selalu m engingk ari.
Ingkar janji dengan Sang Khalik .., aku tak tahu lagi apakah itu pantas untuk
seorang m akhluk.
Tak terasa lam a sek ali aku berdiri m enghadap-Nya, tiba2 dari belakang tangan
besar m enarik ku, akupun terseret2 tak k aruan....
"Gelandangan, kalau m au berteduh jangan di m asjid, ini untuk sholat, lihat
pak aianm u yang dek il itu, tidak pantas itu untuk m enghadap Tuhan. Tuhan itu
Rabul Jalaal, Maha Indah, hanya m enerim a yang indah"
"Saya sedang sholat Pak"
"Sudah, kam u jangan alasan, m ana ada anak jalanan sholat, k am u pergi
sana...!!!!"
Aku didorong pergi oleh orang berjubah putih dan berpeci itu. Pikiranku
m em berontak, seberapa picik pikiran m anusia m engartikan k eindahan Tuhan.
Keindahan versi m anusia pun dipaksak an m enjadi keindahan Tuhan. Aku baru
m erasakan kebenaran ucapan guru ngajiku, bahwa m asjid yang abadi itu ada
dalam hatim u. Sujud yang terbaik itu harus terpendam dalam dadam u. Rum ah
Tuhan bukanlah tem bok, tapi jiwa.
====senyum k u diram pas lagi oleh setan berbaju k ebaik an
Hari pun cepat m enjem put senja, tuk kem udian m enyerahk an estafet k epada
m alam . Hari pertam aku sebagai seorang gelandangan.

Aku sudah m ulai m enem uk an iram a hidup, aku bekerja sebagai tuk ang sem ir
sepatu, kalau sem pat aku pun m enawark an jasa m em bersihkan m obil k epada
orang2 yang aku sem ir sepatunya. Aku m asih m encoba tabah m enghadapi
hidup, m encoba tersenyum walaupun getir, m encoba bahagia walaupun
sengsara.
Hingga m alam petak a itu datang, k am i digerebek . Sem ua dim asukkan ke truk
dan kam i dibawa k e suatu tem pat yang kam i tidak k etahui, hanya yang pasti di
luar k ota. Operasi gabungan antara Tram tib dan Tentara itu m endadak sekali,
sehingga k am i pun tak sem pat m enyelam atkan sedikit barang2 yang k ami
sim pan selam a ini.
Barang2 kam i sem ua diangk ut, yang berharga diam bili, yang tidak dibuang
entah kem ana. Kam i diinterogasi seperti residivis yang berlum uran darah baru
m em bunuh k orbannya, dipukul, ditendang, dan yang lebih m enyakit kan
beberapa di antara kam i disodom i dan beberapa yang cewek diperkosa. Dan
satu diantaranya adalah aku, Oh Tuhan kenapa perbuatan terkutuk itu terjadi
padaku. Apak ah Sodom dan Gom ora tidak cukup Kau hancurk an..?
Duniaku hancur, tinggal bayang2 gelap, setan dem i setan, rahwana dem i
rahwana, Dewa Perang Ares telah turun lagi ke bum i, dan m erenggut senyum
terakhirk u.

78
Deja Vu All Over Again

Lem bayung senja m asih m em eluk ufuk langit sebelah barat, dan aku m asih
terantuk2 di tepian sungai kotor, berjalan terhuyung2 m enanggung berat pasir
yang akan kunaikkan k e tepian. Sebentar lagi gelap, aku tahu itu, tapi hari ini
belum penuh sepuluh ribu aku hasilkan dari perasan k eringatku. Rasanya otot-
2ku berteriak m em protes beban yang terlalu banyak ditanggungkan k e m ereka,
tapi pem berontakan itu segera dipadam k an oleh kebijak sanaan otakk u yang
m asih ingin m engangk at dan m engangk at pasir untuk m em enuhi tugas hari ini
m endapatk an satu lem bar uang puluhan ribu. Si Ani, anak ku satu2nya yang
sekarang m asih duduk di bangk u SMA m em butuhkannya untuk m em bayar
uang SPP yang telah m enunggak beberapa bulan. Buk an saja k ewajiban ini
m enyiksa badanku, tetapi juga m enyik sa batink u, ibu m acam apa aku ini yang
tak m am pu m enyekolahkan anaknya, seorang anak yang pandai dan berbakat,
yang rela setiap pulang sek olah berjualan kue di term inal. Ani hanya butuh
beberapa lem bar ribuan lagi untuk dapat m engikuti test sem ester. Sudah
berbulan2 ini aku lihat Ani juga bekerja keras untuk m endapatk an uang untuk
sekolahnya, dan m em ang sebagian besar uang it u sudah didapatkannya, dan
hanya sisa yang kurang saja yang m asih aku harus dapatk an hari ini juga, atau
kalau tidak Ani tidak ak an m endapatkan kartu ujian.

Aku lihat para laki2 yang juga bekerja seperti aku sudah m ulai m andi dan
tertawa2 riang dengan yang lain, m ereka akan sebentar lagi pulang. Aku tahu
ini adalah pekerjaan berat, bahkan bagi para laki2 itu, tapi tentunya lebih berat
lagi bagik u. Merek a para laki2 itu m enggunakan pundak nya untuk m engangkat
pasir dalam dua keranjang, yang berarti dua kali lipat dari yang kuhasilkan
karena aku hanya m enggunakan keranjang yang kugendong. Tapi begitulah,
aku diciptak an oleh Tuhan dengan tenaga yang tidak terlalu besar, untuk
m engangk at satu keranjang saja nafasku sudah m em buru, apalagi untuk
m engangk at dua k eranjang.Gelap sudah m ulai m ewarnai bum i m anusia ini,
tinggal beberapa keranjang lagi dan selesailah tugasku untuk sekedar
m em bahagiak an Ani m em peroleh k artu ujiannya, tem pat penam bangan pasir
sudah m ulai sepi, tinggal ada beberapa m andor pasir saja yang lalu lalang
m em beri hasil jerih payah para penam bang.

Tubuhku sudah lem as, tinggal satu keranjang lagi, dengan langkah agak
kupercepat aku segera turun dengan keranjang di gendonganku, setelah
sam pai di bawah aku segera m em enuhi keranjang itu dengan pasir, sekop dem i
sekop pasir aku m asukk an ke ranjang. Dengan tenaga yang tersisa segera
kugendong keranjang penuh pasir itu, perutku terasa m ual2, m em ang aku
hanya m ak an sedikit sekali tadi siang, karena yang terpikir hanyalah Ani anak
satu2k u itu. Ak u sem akin bersem angat untuk segera m enyelesaik an keranjang
terakhirk u, k ukerahkan seluruh tenagaku untuk naik tapak dem i tapak,
bruk kkk kk kkk kk kkkkkkkkkk ........................sem ua gelap, k unang2 yang tadinya
tiada kini berham buran m ewarnai langit dan penglihatanku.

Begitu aku tersadar, kurasakan pegal2 di sekujur tubuhku, pening di kepalaku


terutam a kurasakan sangat m enyik sa, aku pun pelan2 m em buk a m ataku,
pertam a yang kulihat adalah Ani dengan wajah seperti kelelahan dan kurang
tidur, setelah agak lam a aku pun sadar, aku tidak di rum ah, beberapa ranjang
berwarna putih berjejer di ruangan ini, dan dari ujung k e ujung berlalu lalang

79
para suster m em eriksa pasien. Yah aku di rum ah sak it, lam a kelam aan
ingatanku m ulai pulih, dan kejadian sore m enjelang m alam itu sem akin
kuingat. Segera k ubelai ram but Ani yang hitam legam , Ani tersenyum getir, dan
kulihat air m ata m eleleh dari m atanya yang binar, tapi dia segera
m enghapusnya dengan tangan.

" Ibu, ibu.....ini Ani ibu......Ibu di rum ah sakit sekarang, kem arin ibu jatuh dari
jalan setapak di penam bangan pasir, Ibu m asih m erasakan sakit...?"

Aku m engangguk pelan, k ata2 m asih belum m eluncur dari m ulutk u, terasa
agak sak it bibirku untuk k ubuka, tapi kupak sakan...
"Ani, bagaim ana Ibu bisa sam pai di sini..?
"Waktu itu Ibu pingsan , dan orang2 m em bawa Ibu ke rum ah sakit."
Kita tidak punya uang untuk m em bayar biaya rum ah sakit Ani, sedangk an kau
harus sekolah sebentar lagi"
Tiba2 dari arah pintu datang suam iku, bapaknya Ani.., dengan wajahnya yang
sudah m em erah...dia m engham piri k am i.
"Heh, anak dan ibu tak tahu diri, kenapa kalian di sini, tidak tahukah kalian
kalau k ita ini orang tidak punya, kalau sakit tidak perlu ke rum ah sakit, hayo
pulang...., sak itm u pasti akan sem buh sendiri.", sam bil bilang begitu dia
m enarik lenganku dan m encabut selang infus yang m asih m enem pel di
lenganku. Bau alkohol m enyeruak ke m uk aku. Aku segera ditariknya keluar dari
kam ar itu. Ani berteriak 2 dan m enangis ketak utan. Para suster yang
m em erik sa pasien lainnya hanya bisa bengong m enyaksikan kejadian itu. Aku
terus diseret m elalui lorong2 panjang rum ah sakit, sesam pai di tepi jalan,
suam iku langsung m enuju k e tukang becak dan m enaikinya. Ak u yang m asih
m erasakan sakit di sekujur tubuhku diam saja, hatiku m enangis, cum a tidak
keluar air m ata, m ungkin sudah habis, setelah sekian lam a k ucurahkan.
"Ani, kau pulang jalan k aki saja, biar kita naik becak "

Sesam pai di rum ah aku langsung dihajar habis2 an oleh suam iku, dijam bak
ram butku, ditendang, dan aku pingsan lagi.

Dalam pingsanku, k ubertem u ibuku,sedang duduk bersam a beberapa wanita.


Kuberjalan m endek at,dan duduk bersim puh bersam a m erek a. Aku tidak kenal
m ereka sem ua kecuali ibuku. Kupandangi wajah m erek a satu2 persatu, oh ada
satu yang rasanya kukenal, karena wajahnya yang keibuan itu selalu tam pak
agung, gurat2 wajah pejuang em ansipasi...ya dia Raden Ajeng Kartini. Belum
sem pat aku m engangguk tersenyum , dia sudah m engulurkan tangannya
m em perkenalk an diri. Tangannya dingin, tapi auranya begitu hangat, apalagi
dengan wajahnya yang bulat itu.
Kulihat lagi di sam pingnya, tak kukenal sam a sek ali wajahnya. Dia tersenyum ,
tak kalah agung dari Kartini, m em belai ram butku sejenak , dan m em bisikik u.

"Aku Hawa, ibu segala bangsa, ik utlah bersam a k ami"


Aku terhenyak , di luar segala bayanganku selam a ini, Ibu Hawa ternyata berk ulit
hitam legam , lebih tinggi daripada m anusia pada um um nya, dan beram but
kriting. Pertanyaan dem i pertanyaan m enggelayut di otak ku, tapi aku tidak
berani m engungk apk annya. Akupun m engik uti pem bicaraan antar generasi itu,
jarak sejarah yang ada seakan terjem batani.
"Jam an telah m em posisik an k ita secara tidak adil, m itos bahwa k ita terbuat

80
dari tulang rusuk laki2 telah m erasuk sedem ikian rupa, dan m ayoritas m anusia
m em percayainya. Dan dari situ m erem bet ke segala struktur budaya
m asyarak at, kita sebagai kaum wanita banyak dirugik an", Ibu Hawa m em buka
pem bicaraan dengan kalim at yang m em bikin detak jantungku berdegup keras.
Apakah m itos yang juga aku percayai itu bohong, buk ankah itu tertera di kitab2
suci. Segudang tanya kem bali m enyelinap di otakk u, tapi aku tidak berani
bertanya.
" Tapi apa yang harus kita lakukan Ibu?" , ibuku bertanya dengan lem butnya,
khas orang Jawa yang m em ang terbiasa dengan hirarki.
" Apapun produk sejarah yang ada sekarang ini, yang bersum ber dari m itos
yang secara tidak sadar telah m enjadi pola pik ir kita, k ita harus lawan. Jangan
sam pai kita dengan sukarela m enerim anya."
" Tapi kita berhadapan dengan budaya dan agam a Ibu, sebuah k ekuatan yang
tidak begitu saja bisa k ita lawan. Karena selam a ribuan tahun terbentuk dan
m engakar", Kartini m encoba m em beri tanggapan atas pendapat Ibu Hawa.
" Berat m em ang, tapi bukan berarti tidak bisa. Struk tur pem ikiran m asyarakat
harus k ita rom bak, dari sebuah struktur yang m enganggap budaya dan agam a
adalah segala2nya, m enjadi sebuah struk tur yang m enjadik an budaya dan
agam a sebagai subsistem ilm u pengetahuan. Dengan dem ikian budaya dan
agam a adalah kajian alternatif, bisa dikritisi dan disesuaikan dengan
perk em bangan zam an, tanpa m engurangi nilai2 universalnya."
" Aku tidak m engerti Ibu, bukankah agam a m erupakan pem ikiran yang sudah
final, segala sesuatu sudah ditetapk an hukum nya..?, aku m encoba bertanya,
sebelum aku bertam bah bingung. Sungguh, aku baru kali ini m engikuti diskusi
berat seperti ini. SD sebagai pendidik an terakhirk u hanya m enyisakan keahlian
m em baca dan sedikit m enulis surat, lebih tidak.
" Pem ikiran agam a harus k ita bedakan dengan agam a, agam a harus kita
pandang sebagai nilai2 universal yang ham pir setiap m anusia m enyetujuinya,
m isalnya pem belaan terhadap kaum tertindas, pem bagian kesejahteraan yang
adil, kesetaraan antara pria dan wanita, dsb. Sedangkan pem ikiran agam a
sebagai pengem bangan dari agam a it u sendiri pasti akan terpengaruh oleh
sosio-k ultural m asyarakat. Dan sosio-kultural m asyarakat akan berubah dari
jam an k e jam an, jadi apa yang telah disepakati sebagai yang terbaik di m asa
lalu, bukan berarti yang terbaik di m asa sekarang, k arena back ground-nya pun
jelas berubah"
" Ibu Hawa, apa yang kita butuhkan untuk m ewujudkannya..?" Kartini
tam paknya sangat tertarik dengan topik diskusi, berbinar2 m atanya.
" Ribuan wanita seperti kam u Kartini, k alau perlu jutaan, seperti kam u juga,
hanya k am u harus belajar lagi, tidak perlu ke sekolah kalau k au tak punya
uang, banyak bahan belajar di perpustak aan kalau kau m au.", tatapan m ata Ibu
Hawa m enuju arahku, aku m alu, aku yang lahir ratusan tahun setelah m ereka,
ternyata m em punyai jarak sejarah yang berbanding terbalik. Sem estinya aku
lebih pintar dari m ereka.
Senyum itu m engantarkan aku bangun lagi, tiba2 sak it bek as tam paran dan
tendangan suam ik u datang lagi. Tiba2 pula sem angatku m enjadi m em bara,
aku harus berbuat sesuatu untuk m em perbaik i kehidupanku. Malam it u aku
berpikir keras, bertanya kepada diriku sendiri, apa yang harus kulakukan untuk
m asa depank u dan Ani terutam a.
Besok nya, niatk u sudah m antap, aku ingin bercerai dari suam ik u, aku tak m au
punya suam i yang selalu m enindas, yang m em eluk botol2 alkohol setiap
harinya, yang tak urung m enghancurkan m asa depan Ani, harapanku di m asa

81
depan.

Syukur pada TUhan, perm intaan ceraik u dikabulk an setelah beberapa m inggu
m ondar-m andir di KUA. Sem ua biaya perceraian ditanggung suam iku (sudah
m enjadi m antan sek arang).
Akhirnya m alam ini aku bisa tidur dengan nyenyak untuk pertam a
kalinya.................
Aku, Ani, Ibuku, Ibu Kartini, dan Ibu Hawa berada di pendopo itu lagi....,
m em bentuk lingkaran dan m asing2 tangan kam i saling m em egang, Ibu Hawa
m em inta m ata k am i untuk dipejam k an......
Layar2 dari wak tu k e waktu terbuka, kam i m em bagi duka, ternyata penindasan
itu ada dari m asa k e m asa, berulang..berulang....dan berulang...

82
Kartini, Pelacur Kelas Teri

Jarum jam m enunjuk angk a 2 , dingin sudah m ulai m em belai kulit dan m em inta
perhatian agar aku segera tidur. Aku sudah m em uaskan birahi Pak Reno, lelaki
gendut k epala RT-k u. Dia berjalan terhuyung2 pulang ke rum ahnya. Badannya
bau sekali, m ungkin dia hanya m andi pada bulan Suro saja, nafasnya ngos2an
seperti dikejar m aling, dan ram butnya yang m ulai m em utih itu, sering rontok
kalau terkena tarikan, walaupun sedikit saja. kalau saja dia tidak m em bayar
selem bar ratusan ribu untuk "short attack ", ak u tidak ak an sudi m elayaninya.

Oh ya..perkenalkan nam ak u kartini, aku m em akai k (k ecil) untuk nam aku


karena aku tidak m au m enodai nam a Ibu bangsa Indonesia Raden Ajeng
Kartini. Dia adalah idolak u sejak kecil, m em ang dia hanyalah seorang anak selir
dari asisten Wedana* , tapi cita2nya untuk m em bangun bangsaku sangat aku
kagum i. Ak u tak perduli walaupun dia akhirnya m enyerah kepada nasib dengan
m enikahi seorang bupati, bupati lagi bupati lagi.....aku jadi m uak m endengar
nam a itu..seperti tidak ada nam a lain saja di dunia ini. Bupati yang berkuasa di
wilayah yang cukup luas, disem bah di sana sini, orang m enyungkur kalau bupati
lewat, bisa m enikahi perem puan lebih dari satu, bahkan m ungk in sepuluh.
Tet api kebangsatan priyayi Jawa yang bertitel bupati ini juga tak kalah
m em uak kan, dia akan m enyungkur terhadap penggede2 kum peni, bangsaku
m enyebut dem ikian. Hasil bargaining dari Verenigde Oost-Indische Com pagnie,
bangsaku susah m elafalk annya sehingga m enyebut kum peni dengan
gam pangnya.
Ibu Kartini m em ang m enyerah terhadap tekanan terhadapnya, tapi aku toh
m enyerah juga pada tek anan yang m enghim pitku. Jadi sekali lagi aku tidak
perduli, bagik u Kartini adalah pahlawanku. Tapi begitulah, nam ak u juga kartini,
tentu saja tanpa Raden Ajeng atau Raden Ayu di depannya, dulu waktu aku
m asih sekolah SD, aku dengan bangga m enggunakan K besar di ujung nam aku,
aku ingin m enjadi seperti dia, m enentang kelalim an laki2, berteriak m elawan
kem unafikan para priyayi2 , berharap m enghancurk an budaya m alu2 dan
unggah-ungguh, m encoba m endidik wanita negeri untuk m am pu
m endongakkan wajah m enghadap cerahnya kehidupan.
Tapi cita2 m enjadi hanya sekedar cita2, seperti uap air yang akan segera
m enghilang m em bubung k e angkasa, berarak ke sana k em ari m enawarkan diri.
Aku tidak bisa lagi m elanjutk an ke SMP, walapun rentetan nilaiku cukup
m enjanjik an. Aku term asuk orang yang cuk up cerdas, setidaknya itulah yang
dibilang guru2 SD ku. Tapi beberapa lem bar puluhan ribu tak ada pada diriku,
sehingga dengan sangat terpaksa aku m endekam di rum ah, m enyak sikan
tem an2 sebayaku m em akai sepatu baru, celana baru, tas baru, dan sem ua
yang serba baru, cerah m enjem put harapan. Kadang aku harus m enangis,
m engapa dunia ini terlalu jahat kepadak u, seorang gadis k ecil yang harus
m enabrak k enyataan pahit.
Setiap pagi aku harus bangun, m em bantu ibu m em asak, dan kem udian ikut ke
sawah m em bantu apa saja yang bisa kulak ukan. Sepetak tanah hasil warisan
dari k akek itulah satu2 nya harapan hidup kam i. Itupun sering harus dibiarkan
bero* * k arena pengairan irigasi belum sam pai m enyentuh sawah kam i.
Aku cuk up cantik , tubuhk u putih bersih, ram butk u panjang berom bak, m ataku
bulat disertai bola m ata yang tajam , seperti putri Bali kata ibuku. Dua tahun
setelah aku lulus SD, datang seorang tetangga k am i, Pak Dasad nam anya,
seorang tuan tanah. Dia bilang terus terang pada orang tuaku agar diijinkan

83
m engawinik u, sebagai gantinya sawah sebahu* * * akan diberikan k epada
m ereka. Ibuk u dengan tegas m enolak perm intaan itu, bahkan dia m enangis
sesenggukan. Tapi bapak punya pendapat lain, dia setuju dan bahk an m em inta
persyaratan tam bahan dari Pak Dasad, tegalan yang di pinggir k ali punya Pak
Dasad pun dim intanya juga. Malam nya terjadi perang besar antara bapak dan
ibu, pertam a k ali dalam hidupk u k ulihat m ereka begitu saling benci, saling caci,
sum pah serapah keluar sem ua. Aku hanya diam saja. Hatiku m enangis, tapi
aku tidak bisa berbuat apa2. Aku ingin lari tetapi lari kem ana. Ak u hanya
sesenggukan sendiri di k am ar.
Besok nya aku sudah dipingit, tidak boleh k eluar sam a sekali. Rupanya bapak
lebih superior daripada ibu, dan aku yang harus m enjalani derita dari zam an ke
zam an ini.
Beberapa hari setelahnya pun aku m enik ah, sederhana dan kecil2 an, karena
aku m em ang istri ke sekian dari Pak Dasad. Dan m alam petaka itupun datang,
dengan nafsu Rahwana-nya Pak Dasad m em perkosak u, ya dia m em perkosaku.
Sam a sek ali tidak ada foreplay, sam a sek ali tidak ada kata2 sayang yang
seharusnya sangat diharapk an oleh seorang perem puan. Alih2 tahu tentang G-
spot, bahkan setelah nafsu birahinya terpuask an, diapun tidur terlelap dan
m endengk ur di sam pingku.
Pernikahan kam i tidak berlangsung lam a, Pak Dasad adalah tipe yang ringan
tangan. Pukulan sering m endarat di sekujur tubuhku bila ada sesuatu yang
m enurut dia salah. Lam a kelam aan aku tidak tahan lagi, akupun m inta cerai.
Perm intaanku dikabulk annya, tetapi m asalah tidak berhenti di situ, aku ham il
anaknya. Untuk m enghindari m alu, aku langsung m engungsi ke daerah
perk otaan. Dim ana berlaku filosofi hidupm u adalah hidupm u dan hidupku
adalah hidupku.

Dan lahirlah Dara, m ungil dan cantik, waktu lahir beratnya hanya 2,7 kg. Aku
m em beri nam a dem ikian, karena aku ingin dia bisa terbang bebas seperti
burung dara(m erpati=red), m enem uk an soul m ate-nya dan hidup bahagia
selam a2nya. Untuk m enghidupi Dara, aku bek erja sebagai pem bantu rum ah
tangga. Siang hari aku bekerja, dan m alam hari aku m erawat Dara. Untung
siang hari ada seorang nenek sebelah kos2anku yang rela m enunggui Dara
tanpa bayaran sepeserpun.
Suatu saat aku k etiduran saat m em asak, lelah sek ali karena Dara rewel terus
sem alam an, dan panci tem pat aku m asak itupun hangus dan terbakar. Aku
m endapat m arah besar dan seketika itu pula dipecat dari jabatan pem bantu
rum ah tangga.
Mencari pekerjaan susah sek ali, jangankan untuk aku yang hanya lulusan SD,
para sarjana2 yang telah bertitel berjejer, dan yang m enghabiskan puluhan juta
untuk studinya saja harus berlari pontang-panting ke sana kem ari m encari
sesuap nasi.
Dara kena dem am , aku tidak ada uang sam a sekali, aku pinjam kesana kem ari
tidak ada yang m au m em injam i, Dara m enangis saja tanpa henti, aku sam pai
pusing m endengarnya. Tiba2 pintu k osku dibuka, aku kaget, Pak Budi,
tetanggaku yang ganteng itu m asuk tanpa perm isi. DIa m enawarkan untuk
m em bawa Dara k e dok ter terdekat, tetapi m em inta im balan tubuhk u. Aku
bim bang m em ilih antara nilai harga diri dan kecintaan kepada anak . Ak hirnya
aku m em ilih yang kedua. Itulah pertam a kali aku m enjual tubuhku untuk
beberapa lem bar puluhan ribu. Pekerjaan ringan sebenarnya, walau hati ini
pedih. Tetapi aku tidak punya pilihan lain.

84
Dan m enjadi perem puan penjual cinta pun m enjadi pekerjaanku sejak itu. Aku
tidak tahu kenapa, nam ak u cepat sek ali m enyebar di k alangan underground
pria hidung belang. Kebanyakan m em ang pria baik2 yang m enjadi
langgananku, tetapi juga tak jarang pula para bangkotan tengik itu yang
m enikm ati tubuhk u.
Dara sudah um ur 3 tahun sekarang, sudah m ulai ceriwis, rasa ingin tahunya
sem akin besar, dan sudah m ulai kelihatan tanda2 kecantikan yang ia warisi
dariku.
"Mam a, k enapa setiap hari selalu ada orang kesini..?, apakah m ereka
m enyakiti m am a..?"
"Dara sayang, m ereka tidak m enyakiti m am a, m erek a justru m em bantu m am a,
untuk m em beli m akanan dan m enyekolahkan Dara tahun depan"
"Mam a, jadi apak ah aku nanti..?"
Aku kaget, dan airm ataku m eleleh.
"Dara akan jadi kartini yang tak ak an m enyerah"

* wedana : pem im pin dari k um pulan beberapa kecam atan,


setingk at di bawah bupati
* * bero : tanah puso/ tidak digarap
* * * sebahu : seperem pat hektar

85
Anjing dan Kucing (bag.1)

Rintik hujan sem akin deras, aku hanya berdiri m enunggu di bawah pohon yang
rindang. Arlojik u sudah m enunjukk an angka 5 sore, pertanda sejam sudah aku
m enunggu Ita...., kem anakah gerangan anak ini..?. Kejadian yang sering
berulang m em ang, dia sering telat karena kesibukan yang m em ang k adang
susah ditinggalkan. Begitulah susahnya punya pacar m odel, k alau pem otretan
belum selesai belum bisa m eninggalk an site.

Ita, gadis yang tinggi sem am pai ini sudah beberapa bulan m enjadi kekasihku.
Wak tu itu secara tidak sengaja bertem u dia di lokasi pem otretan, aku
m engantark an catering untuk m ereka. Ita yang wak tu itu sudah k elihatan lapar
banget datang cepat2 m erebut rantang m akanan yang aku pegang, aku yang
baru m asuk ruangan itu cum an bisa bengong. Rantang segera dia buka, dan dia
m ak an dengan lahapnya....
"Eh Mas, jadi lupa nawarin..., m ak an yuk...!!!"
"Terim a k asih, aku udah habis m akan tadi, lagian k an k am u kelihatan
kelaparan, nggak baik ngurangin jatah m akan kam u."
"Nggak apa2 koq, paling aku juga nggak habis, k eep on the line bo', nggak
boleh m akan banyak 2" sam bil m em perlihatkan pinggangnya yang ram ping dia
ngrelain berdiri m uter2 di depanku. Ak u cum an bisa m upenk ngliatnya.
"Ayo...ikut m akan.."
Gadis ini baik sekali pikirku, belum saja k enal sudah m au ngajak m akan
sam a2, serantang bersam a lagi. Aku m uter otak, ah aku tadi lupa m andi, eh
buk annya lupa aku m em ang m ales m andi, udah gitu gak pak e parfum lagi.
Pasti baunya m inta am pun, cuaca panas k aya gini. Ah peduli am at, akhirnya
kuberanikan dirik u duduk bersila didepannya ngadepin itu rantang berdua.
"Mas, bau euy..., blon m andi yach..?'' nah k an baru aja aku duduk, dia udah
protes.
"Eh nggak apa2 k oq Mas, biasa lagi klo lagi panas kaya hari ini.." dia m eralat
ucapannya yang barusan kaya petir m enyam bar ubun2 ku, sam bil tersenyum
m anis.., m anissss sekali....

Di sam pingku si fotografer kelihatan agak kurang ram ah denganku, dari tadi dia
cum a diam seribu bahasa. Mungkin sakit gigi, atau m em ang dia biasa jualan
senyum seribu perak an aku juga nggak tahu. Ak hirnya aku ikut m akan juga,
sam bil sesekali ngelirik si m odel yang suk a cuap2 itu. Ah ngim pi apa aku tadi
m alam , bisa k etem u bidadari seram ah ini. Ah iya, aku ngim pi kejar2 an sam a
m aling..., loh koq jadinya ketem u sam a gadis, joko sem bung bawa golok am at
ya', sam a sek ali gak ada nyam bungnya. Kalau Om -ku aku ceritain, dia pasti
langsung buka prim bon kebanggaannya itu. Kalau ngim pinya ini, artinya inilah,
nom ornya inilah, pantangannya itulah, ah sam pe ngantuk aku k alau ngom ong
sam a dia. Sangking percayanya dia am a itu prim bon, m em bawa istrinya ke
rum ah sakit aja perlu2 nya m ilih hari yang baik.

Begitulah awal yang indah sekaligus m em alukan itu, karena perusahaan


m ereka langganan dengan catering ibuk u, jadilah aku k urir yang tiap hari harus
nganterin m ak anan2 itu. Dan aku sering k etem u dia, yang belakangan aku
ketahui bernam a Ratna Sita Am alia. Kita sering bercanda, kadang sam pe
kelewatan, sam pe k adang aku sedikit jengkel, habisnya m entang2 dia cantik
rupawan dan harum m enawan, selalu ngejek in aku yang belum m andi lah,

86
parfum nya bau sapi lah, kulitnya kaya k uda nil lah, yang kalau aku inget2
sem ua bisa sakit hati aku.

Dia ini hp-nya gak pernah berhenti berdering, k ecuali klo lagi pem otretan, yang
m alam ini diajak nonton film , ditraktir di restoran yang m ahalnya am it2,
diajakin nonton konser, pokoknya gak ada berhentinya. Ak u yang dicritain,
cum an tam bah m elongo aja, nggak tau m usti bilang apa. Sam pai suatu sore,
ketika aku nganterin rantang lagi, m ukanya sem bab, kaya m au nangis..., aku
jadi salting, cuap2 nya hilang sam a sekali...

Aku serahin rantang itu am a fotografer itu, trus sam a Ita, dia m andang aku
sebentar, dan lihat jam tangan Swatch m erah m udanya ..
"Mas, boleh sore ini m inta tolong dianterin ke rum ah..?"
Aku gelagapan, nggak siap dengan pertanyaan sem acam itu..
"Kam u tahu k an klo ak u naik vespa butut..?"
"Mem ang kenapa...?, aku cum an m inta dianterin ke rum ah, m au pake dokar
kek , m au jalan kaki kek, m au dinaikin bajaj k ek, m au nganterin aku nggak ...?"
"Maunya sih m au, tapi ak u m inta bayar..."
"Berapa...?, asal jangan m ahal2 yach.."
"Bayarannya k am u senyum sam a aku satu m enit...."
"Ah curang..., curang...!!!", cubitannya m endarat di pinggangku, waduh sakit
sekali.
"Deal..?"
"Ok e dech, tapi bayarnya besok ya jangan sekarang, aku lagi bete nih."
Setelah sesi pem otretan selesai, aku pun m engantark an dia pulang dengan
vespa bututk u, baru aja m au naik m otor Ita m enangis terisak2, nah aku salting
lagi...
"Ada apa Ita..? tanyaku hati-hati
"Aku benci..benci...ak u benci hidup.."
sum pah, aku tam bah bingung dengan ucapannya itu. Mengham bur dia
didadaku, genggam annya m em uk ul2 dadaku, wah Ita ini apa nggak tahu apa
kalau aku bukan olahragawan yang punya dada bidang, lagian aku kan nggak
salah sam a dia, kenapa aku yang dipuk ulin. Cacingan deh gue eh kasihan deh
gue. Ah tapi aku diam saja, aku biarkan dia nangis dulu, biar am arahnya sedikit
reda. Setelah m enangis beberapa lam a, ak u peluk dia dan kududukkan di sadel
vespaku yang udah m ulai robek di sana sini.
"Kam u ada m asalah apa Ita?"
"Aku benci..., cowok2 itu pada ngejar2 aku karena penam pilan lahiriahku saja,
m ereka sam a sek ali tidak ada yang ngerti aku, diajak yang hura2 saja, ketika
aku ada m asalah tidak ada yang m au ngedengerin."
Ah, ternyata tentang cowok to..., aku tahu m em ang ini gadis yang suka banyak,
ya terang lah udah cantik, m odel, baik lagi, trus gam pang bergaul, dan nggak
som bong. Kebanyakan m erek a org2 tajir lah, tentengannya hp terbaru,
tongkrongannya m obil2 mengkilap, tapi yah itu mem ang nasibnya Ita kali yach.
"Mereka bilang cinta denganku, tapi aku tahu m ereka tidak ada yang serius,
jika saja aku tidak cantik m erek a pasti tidak ada yang m au m endek atik u. Ego
cowok terlalu tinggi, m aunya m enang sendiri, k alau butuh saja m erengek2
datang, kalau sudah tidak butuh, telfon aja nggak pernah."
Ita sudah m enyerang kaum ku ini, walah walah tapi biarlah yang penting aku
tidak m erasa dem ikian. Aku dengerin saja....
"Maunya aku nurut sam a dia, em ang jam an Siti Nurbaya apa, wanita harus

87
m onggo k erso sam a laki2, kita hanya jadi suboordinatnya, terus dunianya
hedonis banget, pandangannya profan, kita kan sudah m erdeka dari pem ikiran
konservatif"
Aku sedikit tersentak , gadis ini ternyata pinter juga, nggak tahu seberapa jauh,
tapi k ayak nya akrab dengan dunia fem inism e. Ak u beranikan am bil tissue di
tangannya, dan ak u hapus sedikit dem i sedikit air m atanya.
"Sudah m arahnya..?" aku berhadapan m uka sam bil tersenyum sekenaku, aku
tahu nggak m anis t api ya sudahlah yang penting k an senyum .
Eh dianya m ulai tersenyum ...., singa betina yang tadi lapar siap m erobek2
m angsa sudah m ulai m enyurutkan taringnya.
"Tidak selam anya dunia ini seperti yang kita k ehendaki, k arena idealism e harus
selalu berhadapan realita, duniam upun begitu nona m anis, cobalah belajar dari
apa yang dibentangkan Tuhan buat k ita, jangan m enyerah ketik a kita
tenggelam , am billah sedikit hikm ah dari pengalam an itu."
Ita tersenyum lagi, dan...m m hhh...dia m encium ak u.

Bum i gonjang-ganjing, langit kelap2 katon.............

88
Anjing dan Kucing (bag.2)

Matahari perlahan berjalan anggun m eninggalkan tem pat tidurnya, burung2


berteriak2 kegirangan bak pororoco* , ehm m m .., senyum Ita sudah m enghiasi
pagiku. Ak u m asih m engusap2 m ataku, m enghilangk an sisa2 tidur yang m asih
terpam pang di m ata. Dia berjingk at2 m enggandeng tanganku,
m engantark ank u k e k am ar m andi, sehelai handuk putih yang sudah
disiapkannya dari tadi disam pirkan di pundakku.

"Sana m andi....., biar bau pete cam pur jengkolnya hilang" Ita m endorongku
m asuk ke kam ar m andi sam bil tertawa renyah, dan segera m enutup pintunya.

Ah Ita selalu datang pagi2 sekali ke rum ahku kalau hari Minggu, sejak kejadian
sore itu, dia sem akin m anja denganku, dia bilang bahwa dia lebih nyam an
bersam aku, bisa m engolok2 aku, bisa bercanda bebas seperti m onyet2 kecil,
m encubit2 sek ujur tubuhku sam pe biru, tanpa tak ut sam a sek ali bahwa aku
akan m arah, karena aku m em ang tidak bisa m arah. Dia bilang juga kalau dia
banyak m au belajar dari aku, belajar m enghargai hidup, belajar m encintai
kesederhanaan, belajar m andiri dan tidak m enggantungkan diri pada orang
lain. Lagi2 aku cum an bengong saat dia bilang seperti itu, buk ank ah itu sangat
berlebihan untuk diucapkan k epadaku, seakan2 aku telah m enjadi seorang
Winnetou* * , pem uda berkulit m erah sang pem bela kebenaran.

Ibuk u selalu bilang untuk berhati2 dengan wanita yang sedang jatuh cinta,
karena cinta seorang wanita itu bagaik an cinta seekor anjing terhadap tuannya.
Suk a dan lara akan rela dijalaninya ketik a wanita m erasa sudah m enem ukan
seorang pria yang patut dicintainya. Dia akan m engikutim u kem anapun engkau
pergi, walaupun m ungkin itu bisa m em bahayakan dirinya sendiri.

Tem an2 satu fakultas gem par, berita bahwa aku pacaran dengan Ita sudah
m erebak ke m ana2. Banyak di antara m ereka yang m encibir, m ereka bilang
hubungan k am i tidak akan berjalan lam a. Mereka seakan telah pernah
m em baca Serat Jayabaya m asa depan hubungan kam i. Ada pula beberapa
yang m em beri ucapan selam at, m ereka bilang hubungan kam i adalah
hubungan petir, hubungan yang m enyatuk an antara bum i dan langit, hubungan
antara Shrek dan Putri Fiona, dan itu patut dirayakan, k arena hubungan seperti
ini sangat jarang ditem ukan di jagad raya.

Hubungan kam i ternyata berjalan lancar2 saja, sam pai suatu saat aku bertem u
dengan tetangga baruku, dia pindah dari k ota L k arena bapaknya lebih m erasa
cocok untuk m enjalank an bisnis di kotak u, dan m ereka m em beli rum ah
persis di depan rum ahku. Suatu sore m ereka m engenalkan diri pada keluarga
kam i, lengkap dengan seluruh anggota keluarga, aku pikir2 keluarga ini contoh
keluarga berencana yang suk ses, salah satu dari sedikit program yang cukup
bagus yang diluncurkan oleh rejim fasis Suharto. Bagaim ana tidak, m ereka
adalah k eluarga yang terdiri dari 4 anggota keluarga, ayah, ibu, dan 2 anak.
Seorang anak perem puan dan seorang anak laki2. Perkenalan m ereka cukup
singk at, sam pai aku sendiri tidak jelas m engingat nam a2 m erek a, tapi ada
sem acam kek uatan yang m enyihirku sehingga m alam itu aku tidak bisa tidur,
dalam perkenalan itu aku sem pat bertatap pandang dengan gadis tetangga

89
baruku it u, dia yang hanya diam saja sam bil hanya sesekali tersenyum kalau
ada pem bicaraan antara bapak ibuku dan bapak ibunya dia yang lucu. Dia tidak
berbicara sepatah k atapun. Ak u tidak tahu, hatik u m engatakan bahwa gadis ini
m em punyai kek uatan yang tidak dipunyai oleh gadis2 lain. Kekuatan m agis-nya
telah m enyihirku sem alam penuh tanpa ak u bisa m elawannya, sedikitpun tidak .

Hari berikutnya, saat aku sedang asyik2 nya m em baca kisah2 Leo Tolstoy* * * di
depan rum ah, gadis yang kem arin itu berjalan seperti m acan luwe (singa
lapar=jawa) m enuju ke arah rum ah kam i, ram but hitam sepunggungnya
tam pak m engk ilat2 dibelai sang m entari, dia m em bawa nam pan kecil...........

"Assalam u alaykum ......, Kak ak...ibu ada di rum ah....?"


aku geragapan, walau aku sudah m elihatnya dari jauh dari tadi, tapi toch aku
grogi m elihatnya...
"Eh...ehm m ...anu....ibu lagi di belakang, m au dipanggilkan...?"
"Kalau k akak tidak berkeberatan"
Aku bergegas pergi k ebelakang, m endapatk an ibuku sedang m em bikin sam bal
pecel untuk m akan nanti m alam . Karena langkahku terburu2 k aya dikejar
hansip, kakik u m enabrak k aki m eja dan aku ham pir saja jatuh terjungk al di
dapur. Ibuku menoleh sam bil geleng2 ...
"Bu, ada anak nya tetangga depan rum ah itu datang, itu lho anaknya yang
perem puan"
Ibu segera bangkit dari kesibukannya dan langsung m enuju ke depan rum ah...
"Eeehhh....Nak ....!!!" k ata2 ibu tersendat, sepertinya ibu lupa nam a gadis itu.
"Aisya Bu, nam a saya Aisya..."
"Oh ya Aisya, saya lupa lagi nam anya, silahkan m asuk Nak Aisya...., Arya ini
gim ana...ada tam u k oq nggak dipersilahk an m asuk."
"Em m hh..anu Bu...!!"ak u jadi bingung ibu bilang begitu, tapi belum selesai
kalim atku sudah dipotong oleh ibu lagi.
"Ada perlu apa Nak Aisya, ada yang perlu kam i bantu..?
"Tidak koq Bu, saya hanya m engantarkan kue jajan buatan Mam a untuk Ibu dan
keluarga"
"Wah terim a kasih sekali, sungguh bahagia kam i m endapatkan tetangga baru
yang begitu baik, repot2 sek ali Mam am u m em buat kue buat kam i, Arya
tem enin Nak Aisya ngobrol yach, Ibu m au ke belakang sebentar nyelesaiin
sam belnya Ibu sam a m asukin kuenya k e kulkas buat buka puasa kam u nanti
sore"
Ah Ibu...., kenapa k am i ditinggalkan berdua...
ruang tam u jadi sangat hening, sam pai kudengar detik2 jarum jam m ewarnai
keheningan, k ulihat sekilas Aisya juga cum a m enundukk an m uka, aku juga
diam seribu bahasa. Aku tiba2 saja blank tidak tahu harus bilang apa.
5 m enit berlalu tanpa sepatah katapun, aku m ulai tidak enak pada diriku
sendiri, bukankah ibu tadi bilang kalau aku disuruh nem enin ngobrol dia. Ah..,
aku lupa...aku bisa nawarin m inum ..
"Ehm m m , A..."belum sem pat aku m enyelesaikan kalim atku, ibu sudah datang
dari belak ang.
"Lho, koq diem 2 an aja berdua, Nak Aisya m au m inum apa..?
Nah kan.., ibu m endahuluiku lagi...
"Mak asih Ibu, saya m au perm isi dulu, m aaf m usti nem enin Mam a nyiapin buat
ulang tahun adik saya Bayu besok."
Akhirnya Aisya pam itan dan m eninggalkan rum ah kam i, aku m enyesal

90
sejadi2 nya karena m elewatkan kesem patan ngobrol sam a dia tadi.
Tibalah saat berbuka, aku m engam bil air teh yang sudah dibuatk an oleh ibu dan
segera kum inum tandas karena sangking hausnya, dan ibu segera m em berikan
kue yang dibawa Aisya barusan. Ibu segera m enyuruhk u m ak an, tetapi aku
tidak punya nafsu m akan, aku teringat2 k ejadian di ruang tam u tadi saja.
Sehabis sholat m aghrib, Ibu mem anggil aku ke kam arnya....
"Arya, k am u baik2 saja...?"
Aku cium tangan ibuku dan aku m enganggukk an kepala...pertanyaan ibuku yg
sederhana ini m enandakan bahwa dia sudah tahu gejolak dalam hatiku.
"Arya, ingatlah...cinta laki2 itu seperti k ucing, yang akan hinggap k em anapun
dan ke siapapun yang m em anjakannya. Kucing akan m akan pem berian
tuannya dengan lahap dan k adang2 m encuri yang bukan haknya.
Tet api k ucing yang bijaksana akan tahu m ana m akanan yang seharusnya dia
m ak an dan m ana yang harus dia hindari. Pria yang bijak sana pun akan tahu
m em bedak an antara wanita dan perem puan biasa."

Aku hanya bisa m engangguk atas nasihat ibuku. Ibu seakan tahu k em ana
darahku akan m engalir, seberapa cepat detak jantungku berdenyut. Ak u cium
tangan ibuku sekali lagi sebagai rasa terim a kasih atas kata2 bijaknya yang
baru kudapat.
Hari2 berlalu dengan cepatnya, hari2 k u diisi dengan canda tawa Ita yang tak
ada henti2nya. Tapi hatiku tak bisa lepas dari sosok Aisya yang sem akin lam a
sem akin k usadari bahwa Aisya lah yang dim aksudkan Ibu sebagai wanita. Aku
tahu itu dari perbincangan2 ibunya Aisya dan ibuku. Aisya adalah gadis yang
sangat cerdas, berbudi halus bak Putri Solo baru turun dari taksi eh salah ..dari
kereta k encana, berprestasi di sekolahnya, kepandaiannya dalam seni tak usah
diraguk an lagi.
Dan sem akin lam a juga sem akin k usadari, bahwa Ita adalah perem puan biasa,
dia m ungkin luar biasa di m ata orang2, tapi sejatinya dia adalah perem puan
biasa. Ak hir2 ini dia sering m enuntutk u untuk berpak aian lebih perlente,
m enuntutku untuk kongk ow2 di m all, m enuntutk u untuk m engecat vespa
bututku biar k elihatan lebih bagus, m engganti joknya, dan sebagainya dan
sebagainya.

Aku kem bali teringat pesan ibuku beberapa bulan lalu, ibu bilang bahwa
kebanyak an kaum perem puan terutam a yang m uda akan lebih cenderung
m encintai laki2 dan buk an pria. Karena lak i2 m em buatnya tertawa2,
sedangk an pria m em buatnya tersenyum gem bira, karena laki2 m enyajikan
hiburan sem ata, sedangk an pria m em berikan nasihat2 berm akna. Karena laki2
m em punyai lengan perk asa dan kuda2 berm esin, sedangk an pria hanya
m enawark an k esederhanaan dan k asih sayang. Karena laki2 m em anjakannya
dengan perhiasan dan k em ewahan, sedangkan pria m em ujanya dengan k ata2
dan pujian.

Ah...seandainya Aisya tahu bahwa ak u sangat m encintainya.

* pororoco = suara keras yang ditim bulkan oleh bertem unya aliran air tawar
sungai Am azon dengan air laut Sam udra Atlantik.
* * Winnetou = seorang pem uda Indian yang m enjadi tok oh utam a dalam
beberapa karya Karl May, seorang penulis Jerm an.
* * * Leo Tolstoy = salah satu pengarang terbesar Rusia

91
Menyerah Pada Sang Cinta

Anna datang dengan nafas tersengal2 , terburu2 k arena 20 m enit lagi dia sudah
harus pergi ke John Robert Power untuk m engik uti les kepribadian. Belum
sem pat dia m engam bil apel Australia kesukaannya, ibunya sudah
m enyam butnya dengan senyum .
"Anna, m akan dulu sana, m am a sudah siapin bandeng presto buat kam u.., tuh
kebetulan m um pung m asih anget"
"Mah, nggak k eburu....Anna m usti nyam pe di John Robert Power secepatnya,
m ak asih ya Mah"
"Aduh anak m am a ini, cuci m uk a dulu sana biar seger, ram butnya diiket yang
rapi, pak e lipstik, dan ganti baju yang bagus, k am u kan m au k ursus
kepribadian, m usti k am u tunjuk kan kalau kam u sudah punya k epribadian yang
baik."
"Ya m ah.....!!!!"
Anna buru2 ke kam arnya, sebuah k am ar yang tidak terlalu ruas tetapi tertata
sangat rapi, disana sini berjejeran piala dan penghargaan atas sem ua
prestasinya selam a ini. Kam ar itu dicat warna biru, warna kesuk aannya. Dia
sangat cinta pada ibunya, m em ang cerewet tapi Anna tahu bahwa itu sem ua
dem i k ebaikan Anna sendiri. Setelah cuci m uka, langsung dia ganti baju,
sekenanya dia am bil baju di dalam lem ari warna pink itu. Segera dia turun dan
m encium ibunya.
"Mah, Anna pergi dulu ya..."
"Lho, m ana lipstiknya...k oq nggak k elihatan m erah...?"
"Nggak sem pet Mah, tuh liat, tinggal 1 0 m enit lagi.." Anna m em ang paling tidak
suka m em akai lipstik dan alat2 k ecantikan yang lain, tapi dia k asihan kalau
bilang terus terang sam a m am anya.

"Ya sudah, ati2 ya..., belajar yang bener..."


"Mak asih Mah, Assalam u alaykum "
Anna segera m elesat naik m enuju m obil BMW warna biru m etalik yang sejak
dari tadi m enunggunya. Mang Udin sopir pribadinya sudah dari tadi ngetem di
garasi. Bu Ratih, ibunya Anna, geleng2 kepala. Dia bangga sekali punya anak
gadis seperti Anna, seorang gadis yang sangat aktif dan sangat pandai, tidak
suka m acam 2 , dan yang lebih m em buat bangga lagi anak gadisnya itu cantik
sekali yang m engingatkan Bu Ratih akan m asa m udanya dulu. Banyak sek ali
pem uda yang m engiba cintanya, dan sering dia berkaca untuk m elihat sisa2
kecantikannya yang rupanya telah banyak berpindah k e anak nya, si Anna.
Kadang bahkan dia iri akan k ecantikan anaknya itu, pipinya yang m erah m uda
kalau tersentuh sinar m entari, bibirnya yang kem erahan disertai dengan
senyum nya yang m anis, ram butnya yang legam , wajahnya ayu, segalanya
dipunyai Anna.

Sam pai didepan John Robert Power, Anna segera m em buk a pintu m obil dan
langsung m engham bur m enuju ruang kelas. Gedubraakkkk kk ....!!!!! Anna
m enabrak seorang pem uda yang sedang ngecat pintu m asuk, bak berisi cat
itupun ngga k aru2an m ewarnai t-shirt lusuh yang dipak ai pem uda itu, belum
lagi tum pahan yang berserak an di lantai.

92
"Astaghfirullah, m aaf, m aaf, m aaf, m aaf sum pah saya nggak sengaja, m aaf ya
Mas..!!!!, saya terburu2 k arena les saya sebentar lagi m ulai"
"Bukan salahnya Nona koq, salahnya saya yang nggak kasih peringatan, lagian
pintunya belum diajari ngom ong, jadi dia tidak tahu m usti ngom ong apa ketika
Nona m au buk a pintu..., jadi atas nam a pintu dan saya m em inta m aaf "
Pem uda itu buk annya m alah m arah, tetapi tersenyum dan m alah dengan nada
bercanda m em inta m aaf.
"Perlu saya ganti berapa Mas atas cat sam a t-shirtnya Mas yang rusak gara2
saya, m aaf sekali lagi. Ini kartu nam a saya dan Mas telpon saya ya, ntar saya
datang ke tem patnya Mas untuk m bayar ganti kerugian, m aaf saya m usti pergi
sekarang karena sudah ham pir m ulai"
Pem uda itu bengong, k ejadiannya berlalu begitu cepat, sekarang dia tak tahu
harus berbuat apa selain harus segera m em bersihkan sem ua tum pahan cat
sebelum orang lain tahu kalau dia telah m enum pahkan cat, yah...gadis itu yang
m enum pahkannya tapi atas kesalahan dia.

Kriiiiiiiiinggggggggg............
"Non Anna, telpon dari Den Ivan...!!!!!" suara Mbok Rum i dari kam ar tam u.
"Ya Mbok, terim a k asih ya.."
Mbok Rum i tersenyum , sungguh dia begitu senang bek erja di k eluarga itu, dia
diperlakukan sangat m anusiawi, tidak seperti tem an2nya pem bantu yang lain.
Si Denok, tem an m ainnya sejak kecil yang ik ut m erantau ke Jak arta, sering
dim arahi sam a m ajik annya, sering dibentak2, itupun setiap bulannya gajinya
sering dit unda2.
"Sayang, ntar m alem pergi ke Hard Rock Cafe yuk...?" jauh dari telepon suara
Ivan, pacar si Anna.
"Mm m m hhh, bukannya aku nggak m au, tapi aku capek sekali, lain k ali aja ya..."
Anna m erasa seluruh tubuhnya m eriang, suhu tubuhnya naik , m atanya m ulai
berk unang2 . Burn out....
"Tapi sayang, k am u dateng dong....soalnya aku udah janjian ngenalin k am u
am a tem en2k u, aku k an m alu k alau kam u nggak dateng." Praakkkk .....suara
telpon jatuh, Anna pingsan dan terjatuh di lantai.
Keesokan harinya Anna terbangun dan m endapati dirinya sedang di rum ah
sakit, ada papa dan m am a, dan ada satu lagi pem uda k usut yang langsung
tersenyum ketika m ata Anna m enoleh ke dia. Senyum pem uda itu, oh senyum
yang begitu dam ai, m em ang penam pilannya k um al tapi Anna tidak tahu
kenapa dia m erasa dalam hatinya bahwa pem uda ini bukanlah orang yang
jahat.Oh ya, Anna lam bat laun ingat, ini adalah pem uda yang k em arin
ditum pahin cat, yang baju dan celananya am buradul karena cat itu belepotan di
seluruh tubuhnya. Tapi Anna tak begitu peduli, pem uda ini m asih orang asing
bagi dia.
"Mah, k enapa Anna di sini...?" Anna m ulai m em buka pem bicaraan dengan
m am anya
"Kam u kecapaian sayang, dan k am u kem arin bertengk ar dengan Ivan, m ungkin
kam u terlalu m em ikirk annya."
"Trus dim ana Ivan..?"
"Dia tidak m au kem ari, dia m asih m arah sam a k am u barangkali.."
"Oh ya, Mas ini katanya punya urusan sam a k am u, dia tadi m alem telpon tapi
kam u sudah di rum ah sakit, jadi m am a suruh saja datang ke rum ah sakit."
Anna segera m enoleh ke pem uda lusuh itu.
"Maaf ya Mas, berapa harus saya ganti atas k esalahan saya kem arin..?"

93
"Itu buk an kesalahan k am u k oq, saya datang ke sini justru untuk m em inta
m aaf k arena kejadian kem arin, dan ingin m enjenguk k am u sem oga k am u
cepet sem buh"
"Tapi Mas, biarlah saya ganti kerugian kem arin, tidak apa2 koq"
"Terim a kasih sek ali, tapi m em ang benar saya tidak dirugik an, saya m alah
bersyukur bisa kenal sam a kam u dan keluargam u, ini ada buku kecil untuk
kam u baca selam a di sini."
Veronik a decides to die.........* , sekilas Anna m elihat judul buku kecil itu, pikiran
Anna sudah m acam 2 , wong baru sakit begitu saja koq sudah dikasih buku
tentang kem atian, wah k urang ajar juga pem uda ini. Tapi dia tidak berani
bilang, jangan2 .......
"Terim a kasih ya Mas"
"Sem oga cepet sem buh ya, jangan lupa berdoa pada Allah, saya pergi dulu,
saya ada k uliah sebentar lagi, Assalam u alayk um "
Pem uda itu ngeloyor pergi dengan senyum nya............................

Anna m erasa bosan sekali, sudah sehari sem alam dia di rum ah sakit. Tidak ada
yang m em perhatik annya sam a sek ali k ecuali m am a dan papanya. Ivan
m em ang benar2 m arah k arena kejadian m alam itu, buktinya sam pai sekarang
sam a sekali belum ada telpon dari dia. Dia teringat pada buk u k ecil yang
dik asih pem uda lusuh itu tadi pagi, perlahan dia m em bukanya...

Veronik a, .....seorang gadis yang punya segalanya, gadis k aya raya dan cantik,
gadis pujaan para pem uda, tapi suatu saat dia bosan dengan sem uanya itu,
karena sem ua itu tidak m em bahagiakan dia, batinnya m asih kosong........

"Bagus juga buku ini" pikir Anna, dia m erasa disindir, walau tidak sem ua dalam
buk u ini cocok dengan situasinya, batinnya tidak kosong seperti Veronika, dan
dia tidak ingin m ati seperti Veronik a, Anna m asih ingin banyak berbuat bagi
m anusia dam k em anusiaannya di dunia ini, tapi ada beberapa yang m em buat
dia berpikir sem alam an. Mengapa pem uda itu begitu perhatian dengan Anna, di
saat pacarnya sendiripun tidak perhatian dengan dia..?. Mengapa senyum
pem uda itu begitu dam ai dirasak annya, m engapa.....

Anna telah jatuh cinta, tanpa alasan m ungk in. Karena pem uda itu sam a sek ali
tidak ganteng, pem uda itu lusuh, pem uda itu ya dia adalah pem uda biasa.Tapi
caranya m em perlakukan wanita, cara dia bicara, cara dia tersenyum ........belum
sem pat dia m enyelesaikan lam unannya HP-nya berbunyi............
"Assalam u alaykum Anna.."
"Waalaykum salam , dengan siapa ya...?Anna bingung, suara orang yang tak
dikenalnya di ujung sana, rupanya di telepon um um atau di wartel karena latar
belakang suaranya ribut seperti kendaran berm otor dan orang bincang2 .
"Dengan pem ujam u, aku Im an yang tadi ngasih k am u buku"
"Oh Mas ya...."
"Udah baikan...?'
"Alham dulillah, anyway thanks bukunya ya..."
"Sam a2, m m m m hhhhh....aku m au ngom ong sesuatu sem oga kam u nggak
m arah...."
"Ngom ong apa Mas..?"
"Aku telah jatuh cinta denganm u, aku t ahu ak u bukan siapa2, ak u sudah cukup
berbahagia bertem u kam u, syukur jika engkau terim a, jika tidakpun aku bisa

94
m enerim a"
Seperti petir m enyam bar ubun2 Anna, lidahnya seperti tertek uk2 , tak tahu
harus bicara apa.....Anna pingsan lagi.....

Dalam pingsannya, Anna duduk berdua dengan pem uda itu di tam an penuh
bunga2 m usim sem i, berlatar belakang kincir angin.....................tidak ada
siapapun di sana kecuali m ereka berdua.............

* sebuah rom an karangan Paulo Coelho

95
Cintam u Terlalu Muda
Cahaya rem bulan m enem bus pohon-pohon randu di sekitar ladang. Suara
jangkrik bersahutan m erayakan kegem biraan m alam yang terang.
"Dita, would you m arry m e...?" bisik Paijo di telinga Dita.
"Jo, k am u serius......?, atau kam u hanya k um bang yang hanya m anis k ala
m engharapkan bunga", sergah Dita penuh tanda tanya.
" Ak u serius Dita, aku akan segera m elam arm u k alau engkau setuju untuk
m enjadi istrik u..."
dan segera m alam berlalu....................................
Dita kena grounded 1 bulan, rahasianya ketahuan sudah, dia pacaran dengan
Paijo, anak pedagang kelontong tetangga RT-nya. Sehari2 hanya nangis saja.....,
buk an karena rindu Paijo tapi karena bosen di rum ah.
"Assalam u alaykum ......", bel berbunyi tepat pagi k e-27 Dita dikurung.
buru2 Dita lari m au m em buka pintu, k esem patan untuk m elihat orang luar
selain dari ibu bapaknya, pikirnya.
"Masuk .....Dita...", teriak ayahnya.
Dita m endelik k arena takut, dia kem bali ke belakang....tapi diam 2 m encuri
dengar siapa tam u yang datang. Paijo dan orang tuanya datang untuk m elam ar
Dita......
"Anak saya tidak akan saya serahkan kepada orang yang tidak bisa
m em bahagiak annya, pergi.....!!!!!!" suara bapak Dita terdengar lantang.
Dita tahu pasti lam aran itu pasti ditolak, alasannya pasti k arena Paijo tidak
kaya lah, Paijo kurang berpendidik an lah, Paijo belum punya rum ah sendiri, dan
beribu alasan lain.
Malam nya Paijo m engurung diri di k am arnya, gelap....gelap....hanya gelap yang
dirasakannya.
Menjelang subuh, Paijo sudah berkem as2, tekadnya sudah bulat, dia akan lari
dari k am pungnya, m alu...m alu sekali. Dia m alu jadi orang m isk in, m alu jadi
orang tak berpendidikan, m alu hidup di k am pungnya sendiri, k am pung yang
dulu sangat dicintainya.
"Saudara2, dem i generasi m endatang yang lebih baik, k orupsi, k olusi, dan
koncoism e, harus dielim inasi dari negara k ita tercinta ini" teriak seorang gadis
cantik m engakhiri orasinya, m ahasiswa-m ahasiswa lain tam pak puas atas
orasinya.
Turun panggung, tangan gadis itu ditarik sam a pem uda beram but gim bal dan
diajak ke pinggir lapangan.
"Dita, ada yang m encarim u, katanya pacar kam u...!!!, cerocos si gim bal.
"Busyet dah, pacar gue.....gue gam par loe m acem 2 ...!!!" Dita m erasa terusik
atas ulah si gim bal.
"Yah, loe dibilangin gak percaya, tuh anaknya nungguin loe di pintu gerbang
kam pus."si gim bal jengkel sam bil ngeloyor pergi.
Dita yang k epanasan habis orasi tam bah jengk el saja, sudah jengk el sam a

96
pejabat2 Indonesia yang k erjanya cum a m erusak bangsa, ditam bah lagi ada
yang ngaku2 jadi pacarnya dia, tanpa sepengetahuannya lagi, k etem u aja
belum pernah pikirnya.
Sam bil bersungut2 dia bergegas ke pintu gerbang kam pus, kam pus yang telah
m em buat dia lebih m em aham i derita rakyat dan derita kaum lem ah, suatu hal
yang tidak pernah dirasakannya dalam keluarganya yang berada.
"Heh, loe......., sapa loe ngaku2 jadi pacar gue, blon pernah nyungsep k e got
loe...", Dita langsung nyerocos begitu ketem u cowok yang dim aksud si gim bal.
"Tenang Dita...", jawab cowok itu tenang.
"Tenang, tenang.......tenang nenek m oyang loe..., kalo ngajak berantem jangan
beraninya sam a kaum hawa doang."Dita nyerocos lagi nggak berhenti.
"Dita yang m anis..."cowok itu m ulai bicara pelan dan halus, m em buat Dita agak
sungk an, apalagi dia dibilang m anis, dia m ulai m endengarkan.
"Hurry up, I am listening..." gertak Dita
"Kam u m em ang nggak berubah dari dulu, tapi k am u nggak akan pernah bisa
galak denganku.."ucap cowok itu dengan penuh percaya diri.
Dita tam bah penasaran, belagu am at cowok ini pik irnya.
"Heh, loe gak usah bertele2, apa m ak sud k edatanganm u..., cepet bilang
sebelum aku kehilangan kesabaran..."
"Kam u inget tem en m ainm u wak tu kecil yang punya garis k ecil di atas bibir
atasnya, yang sering nyuri m angga tet angga bersam am u...?."cowok itu
m encoba m eredakan kem arahan Dita dengan pertanyaan.
Dita berpikir keras, m encoba m engingat k em bali m asa lalu pahitnya yang
berusaha dia kubur dalam 2. Masa lalu dalam k ediktatoran keluarga, suatu hal
yang am at dia benci dan dia tentang habis2an saat ini bersam a tem an2
m ahasiswa seluruh negeri.
"Kam u......, Kam u...., Paijo...!!!!!." Dita terbata2
Cowok itu m engangguk. Dita lem as lunglai, serasa terasa lagi seluruh syarafnya
karena kaget.
Beberapa hari berlalu..............
"Dita, setelah kupik ir m atang, aku akan m enyuntingm u, k alau dirim u bersedia
m enjadi pendam ping hidupk u...?," Paijo dengan hati2 m em beranikan diri
m em inta Dita untuk m enik ah, walaupun dia takut kalau Dita sudah tidak
m encintainya lagi. Dita m ungkin berubah pikirnya, sudah jadi gadis
m etropolitan.
"Tapi Paijo, ortuk u pasti gak setuju, kam u m asih ingat k ejadian waktu itu
kan....?,"sanggah Dita dengan wajah sedih.
"Aku sadar hal itu, tapi yang akan berum ah tangga itu k ita, asal kita saling
m encintai, kita akan bersam a2 m ewujudkan cita dan cinta kita yang telah kita
im pikan dulu.., kita nikah dengan wali hakim .."ujar Paijo sungguh2.
Dita linglung, dia harus m em ilih antara cinta dan orang tua, sebuah pilihan
pahit, peribahasa "If there are two choices, choose the third one" tidak berlaku
lagi sek arang. Pilihannya benar2 cum a dua, Paijo atau orang tua.

97
Setelah kusut sem alam itu karena banyak pikiran, Dita akhirnya m em utuskan
m em ilih Paijo, pilihan yang pahit sebenarnya, tapi dia tak bisa m engingkari
kalau dia m asih m encintai Paijo, terbukti dia belum pernah sekalipun begitu
sreg dengan cowok2 yang m engejarnya walaupun m ereka ganteng dan kaya,
setelah sekian lam a pisah dengan Paijo.
Pernikahan dilangsungkan sederhana di m asjid k am pus, sangat sederhana,
hanya dihadiri tem an2 terdekat saja.
Setelah m enik ah, Paijo dan Dita tinggal di satu kontrakan, selain untuk m engirit
ongkos, m ereka berencana m em beli rum ah sederhana dari tabungan m ereka
selam a ini.
Mereka sam a sek ali tak m au m engem is pada orang tua, hal yang tabu dalam
pandangan m erek a. Merepotkan m erek a lagi setelah k erepotan2 m ereka sejak
m ereka dilahirkan.
Paijo bek erja sebagai redaktur sebuah harian ibukota sebagai cerpenis dan
pencipta puisi, sek aligus m enyalurkan hobinya sejak kecil. Dengan uang
seadanya, m ereka m encoba bertahan hidup di ganasnya kehidupan ibu kota.
Setahun sudah berlalu.......
Dengan m enghisap rokoknya dalam 2, Paijo berpikir k eras...belum satu puisipun
terhasilkan dari sibuk nya di depan kom puter hari ini. Pikirannya kalut dan
bingung, Dita hamil..., k ontrakan sebentar lagi habis, m usti diperpanjang,
apalagi penerbit an puisinya tinggal lusa.
Dia m em andang Dita yang k etiduran di sam pingnya, wajah ayu tanpa dosa yang
setia m enem ani perjalanan hidupnya. Dia tidak habis pikir k adang, anak
konglom erat yang m au m em bagi hidup dengan orang k ecil seperti dia.
Jarum jam berdentang 2 kali, dan satu puisipun terselesaik an. Matanya sudah
tidak bisa diajak k om prom i lagi......Paijo tertidur..
Paijo terbangun, m atahari dengan garang m em belai m ukanya yang kusut,
jendela telah terbuka, dia m encium bau m ie goreng kesukaannya, rupanya Dita
telah m asak. Tapi dia k aget setengah m ati, kom puternya telah m ati, padahal
dia belum m enyim pannya di file.
"Dita..............!!!!!!!!"Paijo berteriak keras.....
"Ya.........!!!!" jawab lem but Dita dari belakang.
"Siapa yang m em atikan k om puter..?"Paijo berteriak k eras, m erah m uk anya
tanda m arah.
"Saya, k an Mas Jo tidur m alam tadi.." jawab Dita m asih sibuk dengan
m asakannya.
"Kam u tahu, aku harus m enyelesaikan puisi itu dan besok ak an terbit, dan saya
belum m enyim pannya, kam u keterlaluan Dita, tidak tanya2 aku dulu", Paijo
m enuju ke belakang dengan bersungut2.
"Itu puisi untuk m em bayar k ontrakan, untuk m em bayar m akan, apa k am u
nggak ngerti...?"
"Ya, tapi kan saya tidak tahu kalau belum disim pan Mas..."
"Tapi k am u kan harus tanya dulu..., kam u m em ang k eras kepala...., sudah salah

98
m em bantah terus.., kam u tidak pernah berubah Dita.." Paijo m ulai kehilangan
kontrol atas om ongannya.
Dita m ulai berubah air m ukanya m endengar ucapan Paijo, air m ata m ulai
m eleleh di pipinya. Dita pergi k e kam ar dan m enguncinya. Paijo hanya bisa
m elenguh m em andangi jalanan kota Jak arta yang sibuk dan penuh polusi. Dia
duduk lagi di depan k om puter, m engingat2 lagi apa yang ditulisnya tadi m alam .
Sejam berlalu......
Pintu kam ar berderit...
"Ternyata orang tuaku benar, kau tidak bisa m em bahagiak an aku, kau hanya
berm ain dengan k hayalanm u, berm ain dengan puisi2m u, tidak ada gunanya
lagi aku bersam am u, kau tidak pernah m engerti aku, aku tidak m au m ati
dalam filosofi2 dalam otakm u itu, aku m au pulang k e orangtuak u..., selam at
tinggal Jo..!!!", dng m em bawa sebuah tas jinjing Dita segera melesat pergi.
Paijo m elongo, bingung m au berbuat apa, rasanya tidak percaya, kata2 yang
keras dan cepat, sedikitpun tak ada waktu m enjawabnya...
Dita segera hilang ditelan tik ungan jalan, hilang di antara2 bajaj dan m obil2 ,
Paijo m enggigil.........gadis cantik itu telah pergi, tak m eninggalkan
apapun.................................................................................. kecuali sesal.

Am sterdam , Agustus 200 3

99
Bibliography :
1. Bible. Holy Book of Christianity
2. Al-Quran. Holy Book of Islam
3. Bhagawad Gita + Veda. Holy Book of Hinduism
4. Tipitak a. Holy Book of Buddhism
5. Einstein, Albert. The World As I See It. BNP Publishing, 19 34 .
6. Armstrong, Karen. History of God. New York: Ballantine Books, 1994.
7. Armstrong, Karen. Islam , A Short History. New York: Modern Library, 20 02 .
8. Armstrong, Karen. Buddha. Jogjakart a: Bentang Budaya, 200 3.
9. Hawking, St ephen. Brief History of Tim e. New York: Bantam Books, 19 88 .
10 . Weinberg, Steven. Dream s of A Final Theory. New York: Vintage, 1 99 4.
11 . Dawkins, Richard. God Delusion. London: Bantam Press, 2 00 6.
12 . Dawkins, Richard. Selfish Gene. Oxford: Oxford Univ. Press, 19 89 .
13 . Barbour, Ian. When Science Meets Religion. San Francisco: Harper, 20 00.
14 . Toffler, Alvin. Power Shift. New York: Bant am Books, 1991 .
15 . Diam onds, Jared. Guns, Germ s, and Steels. New York: WW Norton, 1 999 .
16 . Gandhi, Mohandas K. My Experim ent With Truth. Beacon Press, 1993
17 . Greene, Brian. The Elegant Universe. New York: WW Norton, 2003 .
18 . Greene, Brian. Fabric of Cosm os. New York: Alfred Knopf, 2004.
19 . Singer, Pet er. Anim al Liberation. New York: Harper, 2001.
20 . Singer, Pet er. One World. Yale: Yale Univ. Press, 2002 .
21 . Aristotle. The Basic Works of Aristotle. New York: Modern Library, 2001 .
22 . Chom sky, Noam. Hegem ony or Survival. New York: Henry Holt&Co, 2003.
23 . Sen, Am artya. Developm ent As Freedom . New York: Alfred Knopf, 1999.
24 . Stiglitz, Joseph. Globalization and Its Discont ents. New York: WW Norton, 20 03 .
25 . Sachs, Jeffrey. The End of Poverty. New York: Penguin Press, 2005.

100

Anda mungkin juga menyukai