4 27 1 PB
4 27 1 PB
Dokter beriklan: Sebuah tinjauan menurut Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) ISSN 2598-179X (cetak)
tahun 2012. JEKI. 2017;1(1):13–7. doi: 10.26880/jeki.v1i1.4. ISSN 2598-053X (online)
Abstract People’s need for medical competency information in an era when marketing may be expressed explicit-
ly or implicitly, both in print and electronic media, has become a polemic for doctors. To publicly announce one’s
capability, the simplest way would be through advertisements. A literature search was conducted to answer
ethical questions of advertising doctors. Ethically, both self-advertisements and health/beauty products associ-
ated with identity and title of a physician are not justified unless the physician has non-active license and/or the
product advertisement is a non-health, non-beauty, and does not involve the title and attributes of the physician.
Further in the implementation, it is expected that the Medical Ethics Council of Honor is able to formulate new
regulations to help colleagues who experience ethical dilemmas related to advertising doctor.
satu faktor yang berperan dalam terciptanya dilema mempromosikan atau mengiklankan dirinya,
etik ini. Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan barang, dan/atau jasa guna kepentingan dan
reputasi, upaya promosi diri dalam bentuk iklan keuntungan pribadinya, sejawat, maupun pihak lain
pun bermunculan. Mengandalkan dunia jurnalistik kelompoknya.
sebagai wadah pembentukan citra, tidak sedikit Larangan pengiklanan ini ditegaskan kembali
promosi dengan kedok artikel-artikel ‘ilmiah’ dalam KODEKI tahun 2012 pasal 4 tentang memuji
bertebaran dewasa ini. Selain membentuk citra, diri yang berbunyi bahwa “Setiap dokter wajib
meningkatkan popularitas adalah salah satu tujuan menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat
lainnya dalam beriklan. Ketenaran ini kemudian memuji diri.”5 Setiap dokter wajib mempertahankan
dapat ditempuh secara singkat melalui artikel yang profesionalisme dalam menginformasikan kualitas
menyebar secara viral di dunia maya. kompetensi dan kewenangan diri kepada sejawat
Selanjutnya, beriringan dengan meningkatnya profesi kesehatan dan/atau kepada publik.
kesohoran seorang dokter, berbagai tawaran untuk Dokter wajib menjamin bahwa setiap informasi
menjadi duta merek, bintang iklan, presenter yang disampaikan bersifat faktual dan terhindar
acara, dan profesi lainnya di dunia hiburan pun dari segala niat dan upaya untuk menunjukkan
berdatangan. Dapat kita jumpai di televisi baik stasiun kehebatan diri atau memuji diri melalui wahana/
televisi di dalam maupun luar negeri, banyak dokter media publik, seperti pertemuan dengan khalayak,
yang kemudian memberikan testimoni klinis atas media massa, media elektronik, dan media
suatu produk atau menjadi bintang iklan maupun komunikasi berteknologi canggih lainnya. Tindakan
duta merek dari berbagai produk dengan klaim yang tergolong ke dalam kegiatan memuji diri
kesehatan dan kecantikan. Keberadaan seorang adalah mengiklankan kemampuan/kelebihan-
dokter dalam iklan suatu produk sering diartikan kelebihan yang dimiliki seorang dokter baik secara
sebagai keberpihakan dokter tersebut atas produk lisan maupun tulisan, dalam berbagai wahana/
kesehatan dan kecantikan terkait. Hal ini kemudian media publik dalam dan luar negeri. Hal ini dapat
dapat menggiring sebuah opini dalam masyarakat berupa tulisan yang mengandung pernyataan
bahwa produk tersebut ‘direkomendasikan’ oleh superlatif, yang antara lain menyiratkan pengertian
dokter karena telah ‘terbukti manfaatnya secara “satu-satunya ahli” atau makna yang serupa dengan
klinis’. Padahal, di balik layar dokter tersebut pernyataan keunggulan, keunikan, atau kecanggihan
tidaklah berperan dalam memutuskan kombinasi pelayanan pribadi yang cenderung menyesatkan dan
komposisi maupun melakukan pembuktian bersifat pamer, sehingga dapat menimbulkan kesan
manfaat klinis atas produk tersebut. Adanya potensi yang keliru terhadap profesi.
timbulnya kesalahpahaman masyarakat kemudian Oleh karena itu, bila ditemukan keberadaan
mengundang sebuah kaji etik, di mana dokter artikel yang memuat nama seorang dokter dengan
dalam kasus ini seolah memberikan rekomendasi konten yang bersifat memuji-muji dokter, dokter
produk kepada pasien yang mana dapat mencederai yang bersangkutan harus segera mengajukan surat
pasien dan/atau bersifat penipuan publik karena keberatan terhadap konten artikel tersebut karena
rekomendasi yang diberikan bukanlah semata-mata isinya yang bersifat kurang etis. Contoh lainnya
demi kebaikan pasien melainkan untuk keuntungan adalah pembagian selebaran dan/atau kartu nama
bisnis. yang mengandung informasi yang bersifat komersial.
Bila merujuk pada KODEKI, kartu nama yang
Tinjauan Etik dibenarkan secara etik hanyalah kartu nama dengan
Sejatinya, hal ini telah diatur dalam KODEKI konten terbatas pada identitas tanpa adanya muatan
tahun 2012 dalam pasal 3 tentang kemandirian superlatif maupun komersial.5
profesi pada cakupan pasal butir (2) poin c
yang menyatakan bahwa setiap dokter dilarang Hal-hal yang Dianggap Tidak Melanggar Etik
melakukan perbuatan “...yang mengakibatkan Larangan beriklan kemudian dapat dikecualikan
hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi,”5 pada kasus-kasus dimana dokter yang bersangkutan
yang salah satunya adalah dengan melibatkan tidak memiliki STR yang aktif (tidak berpraktik
diri, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagai dokter) atau produk yang diiklankan tersebut
dalam segala bentuk kegiatan yang bertujuan untuk tidak memiliki klaim kesehatan/kebugaran/
kecantikan, dengan catatan dalam kontennya tidak pengiklanan fasilitas pelayanan kesehatan sangat
memunculkan gelar maupun atribut kedokteran perlu memperhatikan pembahasan mengenai
sama sekali. Tidak diperbolehkannya penggunaan batasan dokter beriklan seperti di atas, terutama
gelar maupun atribut kedokteran dikarenakan jika iklan yang direncanakan memuat figur dokter
oleh keadaan masyarakat yang kurang memahami sebagai bagian dari kontennya.
perihal aktif tidaknya STR dokter sehingga hal ini
diharapkan dapat membantu masyarakat dalam KESIMPULAN
membedakan dokter dengan STR aktif dan STR
tidak aktif. Adanya perubahan fokus utama dari sekadar
Adapun pemasangan iklan pada media cetak memberikan informasi demi kebaikan pasien
dalam rangka pengenalan awal praktik, pengumuman kemudian bergeser menjadi kepentingan komersial
cuti praktik, dan pengumuman kembali buka demi memikat ‘pelanggan’ menjadikan aktivitas
praktik pasca cuti diperbolehkan dengan ketentuan periklanan tersebut mencederai hakikat profesi
besar iklan yang dimuat berukuran maksimum 2 dokter yang seharusnya melakukan segala sesuatu
kolom x 10 cm dan hanya berisi informasi nama, semata-mata demi kebaikan pasien. Tujuan
jenis spesialisasi, alamat, waktu praktik, nomor keterlibatan seorang dokter sebagai dokter dalam
telepon (seperti ketentuan papan nama praktek) iklan hanya dibenarkan untuk tujuan memberikan
dengan nomor surat ijin praktik lengkap, tanpa informasi yang dapat dipertanggungjawabkan
disertai properti persuasif apapun maupun alasan secara EBM dan keprofesian, misalnya dalam iklan
cuti praktiknya tersebut.5 layanan masyarakat terkait program kesehatan
Sementara itu, dalam UU Praktik Kedokteran tertentu. Di sisi lain, tindakan memuji diri atau
tahun 2004 pasal 41 disebutkan bahwa dokter bersifat mempromosikan produk atau layanan
yang telah mempunyai surat izin praktik dan komersial oleh dokter adalah hal yang berpotensi
menyelenggarakan praktik kedokteran wajib merendahkan marwah profesi kedokteran. Oleh
memasang papan nama praktik kedokteran pada karena itu, segala bentuk periklanan diri seorang
lokasi praktik.6 Untuk itu, dalam KODEKI tahun dokter dan periklanan produk dengan klaim
2012 juga dicantumkan bahwa pemasangan plang kesehatan dan kecantikan yang melibatkan dokter di
nama dokter pada lokasi praktik tidak digolongkan dalamnya secara etik tidak dibenarkan berdasarkan
dalam tindakan beriklan apabila memenuhi KODEKI tahun 2012. Lebih lanjut lagi, diharapkan
ketentuan yang telah ditetapkan. Ketentuan tentang MKEK mampu mengembangkan sebuah regulasi
pemasangan plang nama tersebut kemudian diatur baru maupun fatwa untuk menindaklanjuti sejawat
dalam pasal 4, cakupan pasal butir (2), yakni plang yang tersangkut dilema etikolegal ini.
maksimal berukuran 60 cm x 90 cm dengan latar
belakang putih dan warna huruf hitam. Dalam plang KONFLIK KEPENTINGAN
hanya memuat nama, jenis spesialisasi, nomor surat
izin praktik, waktu praktik, dan nomor rekomendasi Tidak ada konflik kepentingan.
IDI. Dengan penerangan yang wajar, plang dipasang
pada dinding bangunan di depan tempat praktik REFERENSI
atau di tepi jalan bagi praktik perorangan, dan di
depan/dinding lorong masuk ruang praktik pada 1. Badan Pengembangan dan Pembinaan
rumah sakit, puskesmas, klinik bersama, maupun Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
kantor kesehatan.5 Republik Indonesia. Kamus besar Bahasa Indonesia
Termasuk dalam hal yang diperbolehkan [Internet]. 2016 [disitasi 2017 Jul 4]. Diunduh dari:
dalam beriklan adalah pengiklanan melalui fasilitas http://kbbi.web.id
layanan kesehatan, misalnya rumah sakit dan/
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
atau klinik. Batasan beriklan dari fasilitas layanan
Profil kesehatan Indonesia 2016. 2017. Diunduh
kesehatan secara umum diatur secara tersendiri
dari: http://www.pusdatin.kemkes.go.id/download.
dan lebih fleksibel sebagaimana yang diatur dalam
php?file=download/pusdatin/lain-lain/Data-dan-
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) no.
Informasi-Kesehatan-Profil-Kesehatan-Indonesia-
1787/MENKES/PER/XII/2010.7 Hanya saja,
2016-smaller-size-web.pdf
16 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 1 No. 1 Okt 2017
Prawiroharjo P dan Meilia PDI