Anda di halaman 1dari 84

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KARYA AKHIR
FAKTOR RISIKO DEPRESI DAN OBESITAS SENTRAL
TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA PROVINSI DI
INDONESIA: ANALISIS DATA RISKESDAS 2018

Karya Akhir Untuk Mendapatkan Keterangan Keahlian di Bidang

Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

Oleh :
Achmad Shofwan Hadi, dr.
NIM. 011718136306

Pembimbing :
Dr. Achmad Lefi, dr., Sp.JP(K)
Prof. Dr. Budi Susetyo Pikir, dr., Sp.JP(K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RSUD Dr.
SOETOMO SURABAYA
2022

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKTOR RISIKO DEPRESI DAN OBESITAS SENTRAL TERHADAP


KEJADIAN HIPERTENSI PADA PROVINSI DI INDONESIA: ANALISIS
DATA RISKESDAS 2018

KARYA AKHIR

Karya Akhir Untuk Mendapatkan Keterangan Keahlian di Bidang


Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

Oleh :
Achmad Shofwan Hadi, dr.
NIM. 011718136306

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH
DARAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RSUD Dr.
SOETOMO SURABAYA
2022

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LEMBAR PENGESAHAN

Faktor Risiko Depresi dan Obesitas Sentral Terhadap Kejadian Hipertensi


Pada Provinsi di Indonesia: Analisis Data RISKESDAS 2018

Achmad Shofwan Hadi, dr


NIM: 011718136306

Karya akhir ini telah disetujui untuk diajukan pada tanggal 17 Februari 2022
Oleh:

Pembimbing
Dr. Achmad Lefi, dr, Sp.JP(K)-FIHA
.........................

Prof. Dr. Budi S. Pikir, dr, Sp.PD, Sp.JP(K)-FIHA

.........................

Mengetahui,

Koordinator Program Studi Ketua Departemen


Ilmu Penyakit Jantung Kardiologi dan Kedokteran Vaskular
dan Pembuluh Darah

Dr. Andrianto, dr, Sp.JP(K)-FIHA Prof. Dr. Yudi Her Oktaviono,


dr, Sp.JP(K)-FIHA, MM

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS


HASIL PENELITIAN KARYA AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Achmad Shofwan Hadi, dr
NIM : 011718136306
Judul Penelitian : FAKTOR RISIKO DEPRESI DAN OBESITAS SENTRAL
TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA PROVINSI DI INDONESIA:
ANALISIS DATA RISKESDAS 2018.

Dengan ini menyatakan bahwa karya akhir ini adalah hasil karya saya sendiri
dan benar keasliannya serta berasal dari data asli dan bukan hasil rekayasa. Apabila
di kemudian hari penelitian ini mengandung plagiasi atau penjiplakan atau hasil
karya orang lain, maka saya bersedia bertanggung jawab. Demikian pernyataan ini
saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.

Surabaya, 7 Februari 2022


Yang membuat pernyataan,

Achmad Shofwan Hadi, dr


NIM. 011718136306

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR


UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Airlangga Surabaya, saya yang bertanda


tangan di bawah ini:
Nama : Achmad Shofwan Hadi, dr.
NIM. : 011718136306
Program Studi : Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Departemen : Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Fakultas : Kedokteran
Jenis : Karya Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Airlangga Surabaya Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-Exclusice
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Faktor Risiko Depresi dan Obesitas Sentral Terhadap Hipertensi Pada


Provinsi di Indonesia: Analisis Data RISKESDAS 2018”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalty
noneksklusif ini, Universitas Airlangga Surabaya berhak menyimpan, mengalih
media atau formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis atau pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 7 Februari 2022


Yang Membuat Pernyataan

Achmad Shofwan Hadi, dr.


NIM. 011718136306

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,

rahmat dan anugerah-Nya sehingga karya akhir dengan judul “Faktor Risiko

Depresi dan Obesitas Sentral Terhadap Hipertensi Pada Provinsi di

Indonesia: Analisis Data RISKESDAS 2018” dapat terselesaikan. Penulis

menyadari bahwa karya akhir ini tidak dapat selesai dengan baik tanpa bantuan,

bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kami haturkan kepada Dr. dr. Achmad Lefi, Sp.JP(K) dan Prof.

Dr. dr. Budi Susetyo Pikir, Sp.PD, Sp.JP(K) atas segala ide, bimbingan, dukungan

dan semangat yang telah diberikan dalam menyelesaikan penelitian ini. Selain itu,

pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT, Ak., CMA selaku rektor Universitas

Airlangga; Prof. Dr. dr. Soetojo, Sp.U(K) dan Prof. Dr. dr. Budi Santoso,

Sp.OG(K) selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; dr. H.

Harsono dan Dr. dr. Djoni Wahyuhadi, Sp.BS(K) selaku direktur RSUD dr.

Soetomo Surabaya atas kesempatan belajar yang diberikan.

2. dr. Muhammad Aminuddin, Sp.JP(K) dan dr. Agus Subagjo, Sp.JP(K) selaku

kepala Departemen Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah saat kami

menempuh pendidikan dan Prof. Dr. Yudi Her Oktaviono, dr. Sp.JP(K), MM

selaku kepala Departemen Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah saat ini

atas kesempatan belajar yang diberikan.

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3. Dr. Andrianto, dr. Sp.JP(K) selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Jantung

dan Pembuluh Darah Fakulatas Kedokteran Universitas Airlangga atas

kesempatan menempuh pendidikan dan bimbingan serta bantuan selama

pendidikan.

4. dr. Aldhi Pradana, Sp.JP(K) selaku koordinator penelitian pada Program Studi

Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Fakulatas Kedokteran Universitas

Airlangga atas segala bimbingan dan bantuan selama melakukan penelitian.

5. Seluruh staf pengajar Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh

Darah Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD dr. Soetomo: Prof.

Dr. R.M. Yogiarto, Sp.JP(K), Prof. Dr. dr. Djoko Soemantri, Sp.JP(K), Prof.

Dr. dr. Budi Susetyo Pikir, Sp.JP(K), Prof. Dr. dr. Rochmad Romdhoni,

Sp.JP(K), dr. RP. Soeharsohadi, Sp.JP(K), dr. Iswanto Pratanu, Sp.JP(K), dr.

Esti Hindariati, Sp.JP(K), dr. Budi Baktijasa, Sp.JP(K), Dr. dr. I Gde Rurus

Suryawan, Sp.JP(K), dr. Bambang Herwanto, Sp.JP(K), Dr. dr. Achmad Lefi,

Sp.JP(K), Prof. Dr. dr. Yudi Her Oktaviono, Sp.JP(K), Dr. dr. J. Nugroho Eko

P., Sp.JP(K), Dr. dr. Andrianto, Sp.JP(K), dr. Moh. Budiarto, Sp.JP(K), dr. M.

Yusuf A, Sp.JP(K), Ph.D, Dr. dr. Meity Ardiana, Sp.JP(K), dr. Rosi Amrilla

Fagi, Sp.JP(K), dr. Rerdin Julario, Sp.JP(K), dr. Aldhi Pradana, Sp.JP(K), dr.

Nia Dyah Rahmianti, Sp.JP, dr. Ratih Rachmanyati Pasah, Sp.JP, dr. Alisia

Yuana Putri, Sp.JP, dr. Nadya Lutfah, Sp.JP, dr. Anudya Kartika Ratri, Sp.JP,

dr. Rendra Mahardhika Putra, Sp.JP, dr. Suryo Ardi Hutomo, Sp.JP, dr. Dian

Paramita K, Sp.JP, dr. Christian Pramudita B, Sp.JP, dr. Hendri Susilo, Sp.JP,

dr. Irma Maghfirah, Sp.JP atas segala bimbingan, bantuan dan semangat yang

diberikan selama pendidikan.

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6. Pembimbing penelitian kami di bidang epidemiologi dan statistika: Dr. dr. Budi

Utomo, M.Kes, Dr. dr. Pudji Lestari, M.Kes, Bu Rahma Weni S.Km, dan Pak

Tantra S.Km.

7. Kepala Departemen dan Seluruh Staf Pengajar Divisi Kardiologi

Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga – RSUD dr. Soetomo : Prof. Dr. dr. Teddy Ontoseno, Sp.JP, Sp.A(K),

Dr. dr. Mahrus A. Rahman, Sp.A(K), Dr. dr. I Ketut Alit Utamayasa, Sp.A(K),

dan dr. Taufiq Hidayat, Sp.A(K) yang telah banyak membimbing penulis

selama masa pendidikan di Divisi Kardiologi Departemen/SMF Ilmu Kesehatan

Anak.

8. Kepala Departemen/SMF Ilmu Penyakit Dalam, Pulmonologi dan Kedokteran

Respirasi, Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Anestesiologi dan Reanimasi dan

staf pengajar atas kesempatan belajar serta bimbingan selama pendidikan.

9. Kepala ruangan rawat inap PPJT, IGD, IGD PPJT, Poliklinik Jantung Rawat

Jalan dan Poliklinik PPJT, CVCU, IDIK (Cath Lab), dan Ekokardiografi beserta

seluruh staf paramedik RSUD dr. Soetomo Surabaya.

10. Seluruh karyawan Departemen/SMF Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh

Darah (Mbak Jeki, Mbak Fita, Mbak Anna, Mbak Lina, Mbak Agustin, Pak

Doni, Pak Tomo, Pak Rin, dan Pak Bambang (alm.) atas segala bantuan, kerja

sama, dan motivasi selama pendidikan.

11. Seluruh pasien yang telah kami rawat atas ketulusan dan kerjasamanya,

sekaligus menjadi guru bagi kami selama pendidikan.

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

12. Kakak-kakak dan rekan-rekan seperjuangan saya dalam menyusun karya akhir

di bidang Riskesdas ini : dr. M. Satya Bhisma, dr. Evan Lusida, dr. Yusuf Azmi,

dr. Primasitha, dan dr. Hanestya.

13. Rekan-rekan seangkatan Cardiolaoch : dr. M. Insani Ilman, dr. Bagus Fitriadi,

dr. M. Firdani Ramadhan, dr. Bunga Novitalia, dr. Rachmat Ageng Prastowo,

dan dr. Ivan Satria Pratama.

14. Seluruh rekan-rekan PPDS-1 Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga atas segala kerjasama, bantuan dan

semangat selama pendidikan.

15. Keluarga kecil saya: istri saya dr. Damba Bestari, SpKJ yang memberikan

inspirasi penelitian ini dan anak saya Mutiara Langit Sore yang senantiasa

menjadi sumber semangat dan tenaga saya. Terima kasih telah membantu dalam

menyelesaikan berbagai tugas dan menjadi motivasi serta semangat terbesar

dalam menyelesaikan pendidikan ini.

16. Orang tua saya: ayah saya Hadi Yussalam dan ibu saya Umiana Shofia, serta

adik-adik saya Aini Mas’ula Apt. dan M. Ali Luthfi S.Ip yang senantiasa

mendoakan, memberi dukungan dan semangat selama masa pendidikan.

17. Kedua mertua saya: dr. Agung Hadyono, SpOG dan dr. Nalini Muhdi, SpKJ(K)

yang senantiasa mendoakan, memberi dukungan dan semangat, serta turut

menjaga keluarga kecil saya selama saya menempuh masa pendidikan.

18. Seluruh keluarga besar dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu

per satu yang turut berkontribusi terhadap karya akhir ini.

Penulis menyadari bahwa karya akhir ini masih banyak kekurangan, oleh

karena itu kami harapkan saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan di masa

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mendatang. Penulis berharap karya akhir ini dapat bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan. Tidak lupa penulis menyampaikan permintaan maaf yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak atas segala kekurangan dan kesalahan yang

dilakukan selama menjalani pendidikan.Penulis menyadari bahwa karya akhir ini

masih banyak kekurangan, oleh karena itu diharapkan saran dan kritik dari semua

pihak demi perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap karya akhir ini dapat

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Penulis juga menyampaikan permintaan maaf yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak atas segala kekurangan dan kesalahan yang dilakukan selama

menjalani Pendidikan.

Surabaya, 7 Februari 2022

Achmad Shofwan Hadi, dr.

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRAK

Faktor Risiko Depresi dan Obesitas Sentral Terhadap Kejadian Hipertensi


Pada Provinsi di Indonesia: Analisis Data Riskesdas tahun 2018
Achmad Shofwan Hadi 1, Achmad Lefi 1, Budi Susetyo Pikir1
1
Departemen Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah,
Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, Indonesia

Latar Belakang. Hipertensi masih merupakan masalah kesehatan mayor yang


menyebabkan morbiditas dan mortalitas penyakit jantung dan pembuluh darah.
Berbagai studi telah meneliti hubungan langsung antara depresi dan obesitas
dengan kejadian hipertensi. Namun, masih sedikit yang meneliti hubungan tidak
langsung anatara tiga variabel ini.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan langsung dan tidak
langsung antara prevalensi depresi dengan hipertensi melalui obesitas sentral pada
penduduk Indonesia di tahun 2018.
Metode. Ini adalah penelitian kuantitatif, observasional analitik berbasis data
sekunder dengan desain cross-sectional. Data diambil dari data laporan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018 yang sudah dalam bentuk
data agregat dari hasil survey pada anggota rumah tangga di 34 propinsi Indonesia.
Pengujian yang digunakan adalah analisis jalur dan uji Sobel test dengan program
AMOS versi 23.0 untuk menilai hubungan langsung dan tidak langsung depresi dan
obesitas terhadap hipertensi. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk
memastikan pengaruh faktor perancu pada hipertensi.
Hasil. Rata-rata prevalensi (+ SD) depresi, obesitas sentral dan hipertensi pada
tahun 2018 berturut-turut adalah 6,21% (+ 2,30); 31,26% (+ 4,80); dan 31,07% (+
4,76). Terdapat relasi positif tidak langsung antara depresi dengan hipertensi
melalui obesitas sentral (p= 0,041). Efek langsung dari depresi berkaitan dengan
17% kemungkinan menjadi obesitas sentral (p= 0,009) dan efek langsung dari
obesitas sentral berkaitan dengan 32,7% kemungkinan menjadi hipertensi (p=
0,001). Tidak ada hubungan langsung yang signifikan antara depresi dengan
hipertensi. Pengaruh faktor perancu terhadap hipertensi adalah 21,9% (p= 0,007),
masih lebih rendah jika dibandingkan dengan pengaruh depresi dan obesitas sentral.
Kesimpulan. Adanya efek tidak langsung yang signifikan dari gejala depresi
(dimediasi melalui obesitas sentral) pada orang Indonesia menunjukkan bahwa
obesitas sentral dapat menjadi variabel perantara yang menghubungkan gejala
depresi dan hipertensi.

Kata kunci: Hipertensi; depresi; obesitas sentral; analisis jalur

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT

The Association of Depression and Central Obesity on Hypertension in Indonesian


Provinces: a Path Analysis of the Indonesian Basic Health Surveys 2018 Data

Achmad Shofwan Hadi 1, Achmad Lefi 1, Budi Susetyo Pikir1


1
Department of Cardiology and Vascular Medicine
Faculty of Medicine, Airlangga Universitiy – dr. Soetomo General Hospital Surabaya,
Indonesia

Background. Hypertension is still a significant health problem that causes morbidity and
mortality in cardiovascular disease. Various studies have examined the direct relationship
of depression and obesity with hypertension. However, few have investigated the indirect
relationship among these three variables.
Objective. This study aims to analyze the direct and indirect relationship between the
prevalence of depression and hypertension through central obesity in the Indonesian
population.
Methods. This quantitative, analytical observational study is based on secondary data with
a cross-sectional design. The data is taken from the Indonesian Basic Health Surveys
Report (Riskesdas) of the Health Research and Development Agency of the Ministry of
Health of the Republic of Indonesia in 2018, which is already in the form of aggregated
data from survey results on household members in 34 Indonesian provinces. We used path
analysis and the Sobel test using AMOS version 23.0 program to assess the direct and
indirect relationship of depression and obesity to hypertension. Multiple linear regression
analysis was used to determine the effect of confounding factors on hypertension.
Results. The average prevalence (+ SD) of depression, central obesity and hypertension in
2018 was 6.21% (+ 2.30); 31.26% (+ 4.80); and 31.07% (+ 4.76). There was an indirect
positive relationship between depression and hypertension through central obesity (p=
0.041). The direct effect of depression was associated with a 17% chance of being centrally
obese (p= 0.009), and the direct effect of central obesity was associated with a 32.7%
chance of becoming hypertensive (p= 0.001). There is no significant direct relationship
between depression and hypertension. The effect of confounding factors on hypertension
was 21.9% (p= 0.007), still lower than the effect of depression and central obesity.
Conclusion. The existence of a significant indirect effect of depression (mediated through
central obesity) in Indonesians suggests that central obesity can be an intermediate variable
linking depression and hypertension.

Keywords: Hypertension; depression; central obesity; path analysis.

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. i


LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................... ii
PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ..................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................xv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan umum ..................................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan khusus .................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ..................................................................................................................... 4
1.4.1 Manfaat teoretis ................................................................................................. 4
1.4.2 Manfaat praktis .................................................................................................. 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................6
2.1 Definisi dan Diagnosis Obesitas ............................................................................... 6
2.2 Epidemiologi dan Patofisiologi Obesitas .................................................................. 7
2.3 Tatalaksana Obesitas................................................................................................. 9
2.4 Definisi dan Diagnosis Depresi .............................................................................. 10
2.5 Epidemiologi dan Patofisiologi Depresi ................................................................. 12
2.6 Tatalaksana Depresi ................................................................................................ 14
2.7 Definisi dan Diagnosis Hipertensi .......................................................................... 15
2.8 Epidemiologi dan Patofisiologi Hipertensi ............................................................. 16
2.9 Tatalaksana Hipertensi ............................................................................................ 18
2.10 Hubungan Obesitas dengan Depresi ..................................................................... 19
2.11 Hubungan Depresi dengan Hipertensi .................................................................. 22
2.12 Hubungan Obesitas dengan Hipertensi ................................................................. 23
2.13 Studi Tentang Hubungan Depresi dan Obesitas dengan Hipertensi ..................... 26
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ...............................................28
3.1 Kerangka Konseptual .............................................................................................. 28
3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................................................ 29

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 4 METODE PENELITIAN ......................................................................................30


4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................................. 30
4.2 Populasi Penelitian .................................................................................................. 31
4.3 Sampel Penelitian ................................................................................................... 31
4.3.1 Besar sampel .................................................................................................... 31
4.4 Variabel Penelitian .................................................................................................. 32
4.5 Definisi Operasional ............................................................................................... 32
4.6 Prosedur Penelitian ................................................................................................. 33
4.6.1 Pengumpulan data ............................................................................................ 33
4.6.2 Analisis data ..................................................................................................... 33
4.7 Kerangka Operasional............................................................................................. 34
4.8 Lokasi, Waktu dan Jadwal Penelitian ..................................................................... 34
4.8.1 Lokasi penelitian .............................................................................................. 34
4.8.2 Waktu penelitian .............................................................................................. 35
4.9 Etika Penelitian ....................................................................................................... 35
4.10 Jadwal Penelitian .................................................................................................. 35
BAB 5 HASIL PENELITIAN ...........................................................................................36
5.1 Pengumpulan Data Penelitian ................................................................................. 36
5.2 Deskripsi Data Penelitian........................................................................................ 37
5.3 Analisis Jalur........................................................................................................... 42
5.3.1 Uji normalitas .................................................................................................. 42
5.3.2 Uji analisis jalur ............................................................................................... 43
5.4 Analisis Variabel Perancu ....................................................................................... 45
BAB 6 PEMBAHASAN ....................................................................................................46
6.1 Hubungan Depresi dengan Hipertensi Melalui Analisis Jalur ................................ 46
6.2 Hubungan Depresi dengan Obesitas ....................................................................... 48
6.3 Hubungan Obesitas dengan Hipertensi ................................................................... 49
6.4 Faktor Perancu ........................................................................................................ 50
6.5 Limitasi Studi.......................................................................................................... 52
BAB 7 KESIMPULAN .....................................................................................................54
7.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 54
7.2 Saran ....................................................................................................................... 54
Daftar Pustaka ....................................................................................................................56
Lampiran ............................................................................................................................61

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proporsi Obesitas 2007-2018 ...............................................................8


Gambar 2.2 Proporsi obesitas menurut provinsi (2018) ..........................................8
Gambar 2.3 Prevalensi depresi menurut provinsi (2018) ......................................12
Gambar 2.4 Prevalensi depresi menurut kelompok umur (2018) ..........................13
Gambar 2.5 Prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis, konsumsi obat, dan
pengukuran .............................................................................................................17
Gambar 2.6 Strategi terapi hipertensi ....................................................................19
Gambar 2.7 Mekanisme inisiasi hipertensi pada obesitas......................................25
Gambar 3.1 Kerangka konseptual .......................................................................... 28
Gambar 4.1 Diagram jalur ..................................................................................... 30
Gambar 4.2 Kerangka operasional ......................................................................... 34
Gambar 5.1 Model analisis jalur ............................................................................ 44

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Gangguan Depresi Mayor Menurut DSM-V ........... 11
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut ISH ...................................................... 16
Tabel 4.1 Definisi operasional penelitian .............................................................. 32
Tabel 4.2 Jadwal penelitian .................................................................................... 35
Tabel 5.1 Prevalensi hipertensi provinsi menurut Riskesdas 2018 ........................ 37
Tabel 5.2 Prevalensi depresi provinsi menurut Riskesdas 2018 ............................ 39
Tabel 5.3 Prevalensi obesitas sentral provinsi menurut Riskesdas 2018 ............... 40
Tabel 5.4 Deskripsi variabel penelitian.................................................................. 41
Tabel 5.5 Uji normalitas secara multivariat ........................................................... 42
Tabel 5.6 Uji analisis jalur, pengaruh langsung dan tidak langsung...................... 43
Tabel 5.7 Uji pengaruh perancu terhadap hipertensi ............................................. 45

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Deskripsi data penelitian .................................................................... 61


Lampiran 2 Anggaran penelitian............................................................................ 65
Lampiran 3 Surat layak etik ................................................................................... 66

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR SINGKATAN

ACE Angiotensin-converting Enzyme


Ang II Angiotensin II
AMOS Analysis of Moment Structure
ANS Autonomic Nervous System
ART Anggota Rumah Tangga
CRF Corticotropin-releasing Faktor
BBB Blood-brain Barrier
BDNF Brain-derived Neurotrophic Faktor
BPS Badan Pusat Statistik
BS Blok sensus
CRP C-reactive Protein
DALYs Disability Adjusted Life Year
DM Diabetes Mellitus
DASH Dietary Approaches to Stop Hypertension
DSBS Daftar Sampel Blok Sensus
DSM-V Diagnositc Statistic Manual of Mental Disorders, Fifth
Edition
GFR Glomerular filtration rate
GR Glukokortikoid Reseptor
HPA Hipotalamus-hipofisis Axis
HR Heart Rate
HRV Heart Rate Variability
IHME Institute for Health Metrics and Evaluation
IMT Indeks Massa Tubuh
ISH International Society of Hypertension
KEMENKES Kementerian Kesehatan
KRT Kepala Rumah Tangga
MDD Major Depressive Disorder
MINI Mini-International Neuropsychiatric Interview
MMM May Measurement Months
OR Odds Ratio
PPS Probability Proportional to Size
PSG Pemantauan Status Gizi
RAAS Renin-angiotensin-aldosteron System
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
RR Relative Risk
SNRI Serotonin Reuptake Inhibitors
SNS Simpatic Nervous System
SP Sensus Penduduk
SSP Sistem Saraf Pusat
SSRI Selective Serotonin Reuptake Inhibitors
TD Tekanan Darah
WHO World Health Organization
YLDs Years Lived with Disability

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obesitas dan depresi adalah dua masalah kesehatan masyarakat utama di

usia remaja dan dewasa. Obesitas dan depresi sangat umum dan terkait dengan

berbagai komplikasi kesehatan, termasuk hipertensi, penyakit jantung koroner,

dan peningkatan kematian (Nemiary et al., 2012). Obesitas merupakan salah satu

faktor risiko utama terjadinya hipertensi. Semakin tinggi nilai indeks massa tubuh,

semakin tinggi pula risiko hipertensi (Aronow, 2017). Obesitas, hipertensi,

gangguan kardiovaskular, metabolisme, dan penyakit ginjal yang terkait

dengannya merupakan ancaman utama bagi kesehatan global (Perreault, 2021).

Perkembangan obesitas di seluruh dunia telah meningkat lebih dari dua kali

lipat sejak tahun 1980 dan pada tahun 2015 sekitar 604 juta orang dewasa

mengalami obesitas (Perreault, 2021). Di Indonesia sendiri berdasarkan

Pemantauan Status Gizi (PSG) Kementerian Kesehatan, sekitar 25,8 persen

penduduk dewasa tergolong obesitas pada 2017. Jumlah itu melonjak dua kali lipat

dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 10,6 persen (Kemenkes RI, 2018a).

Sedangkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan

prevalensi obesitas penduduk dewasa mencapai 21.8%, meningkat dari

sebelumnya 15.4% di tahun 2013 (Kemenkes RI, 2018b).

Depresi dan obesitas sering terjadi bersamaan. Sebuah meta-analisis dari

19 studi menunjukkan hubungan dua arah antara depresi dan obesitas. Dalam

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

penelitian tersebut orang yang mengalami depresi memiliki 37% peningkatan

risiko menjadi obesitas, dan orang yang mengalami obesitas memiliki 18%

peningkatan risiko mengalami depresi (Mannan et al., 2016). Gangguan depresi

dapat dialami oleh semua kelompok usia. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan

gangguan depresi sudah mulai terjadi sejak rentang usia remaja (15-24 tahun),

dengan prevalensi 6,2%. Pola prevalensi depresi semakin meningkat seiring

dengan peningkatan usia, tertinggi pada umur 75+ tahun sebesar 8,9%, 65-74

tahun sebesar 8,0% dan 55-64 tahun sebesar 6,5%. Depresi dapat dikaitkan dengan

hipertensi melalui aktivitas adrenergik yang berlebihan dan menginduksi

penekanan aktivasi sistem kardiovaskular secara berulang (Kemenkes RI, 2018b).

Hipertensi sendiri merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah

satu penyebab utama kematian prematur di dunia. Organisasi kesehatan dunia

(World Health Organization/WHO) mengestimasikan saat ini prevalensi

hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia (Kemenkes RI,

2020). Di Indonesia sendiri hasil dari Riskesdas 2018 menunjukkan angka

prevalensi hipertensi pada penduduk >18 tahun berdasarkan pengukuran secara

nasional sebesar 34.11% (Kemenkes RI, 2018b). Angka tersebut lebih tinggi dari

Riskesdas 2013 sebesar 25.8% (Kemenkes RI, 2013). Data dari Pusat Data

Informasi Kemenkes tahun 2019 dan menurut Institute for Health Metrics and

Evaluation (IHME) tahun 2017, secara global kontributor terbesar beban penyakit

(Disability Adjusted Life Year/DALYs) dan penyebab kematian terbesar adalah

penyakit kardiovaskular (31.8%) di mana hipertensi memiliki peranan penting

dalam perkembangannya. Namun jika dilihat dari Years Lived with Disability

(YLDs) atau tahun hilang akibat kesakitan atau kecacatan, maka persentase

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

terbesar adalah pada gangguan mental (13.5%) di mana depresi merupakan

penyumbang terbesar dari gangguan mental tersebut (Kemenkes RI, 2020).

Data dari Kemenkes tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yang

mengutarakan asosiasi antara depresi dan obesitas dengan Hipertensi. Kabir et al

pada tahun 2006 dalam penelitian epidemiologinya yang bertajuk Bogalusa Heart

Study mengutarakan bahwa depresi dan obesitas berkaitan dengan hipertensi, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga, dengan melihat tingginya

angka depresi dan obesitas serta hipertensi pada Riskesdas 2018, perlu dilakukan

studi di Indonesia mengenai hubungan antara depresi dengan hipertensi melalui

obesitas sebagai variabel mediasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur

hubungan antara depresi dan obesitas dengan hipertensi melalui analisis jalur pada

penduduk Indonesia menurut data Riset Kesehatan Dasar 2018. Dengan

diketahuinya hubungan antara depresi dan obesitas dengan hipertensi di Indonesia,

dapat dilakukan perumusan kebijakan yang dapat mencegah meningkatnya

mortalitas maupun morbiditas yang disebabkan penyakit tersebut, serta

penanganan yang lebih akurat dan komprehensif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat hubungan langsung antara prevalensi depresi dengan

obesitas sentral sebagai variabel mediasi?

2. Apakah terdapat hubungan langsung antara prevalensi obesitas sentral

dengan hipertensi?

3. Apakah terdapat hubungan langsung antara prevalensi depresi dengan

hipertensi?

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4. Apakah terdapat hubungan tidak langsung antara prevalensi depresi

dengan hipertensi melalui obesitas sentral sebagai variabel mediasi?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan langsung atau tidak langsung antara prevalensi depresi

dengan hipertensi melalui obesitas sentral pada penduduk setiap provinsi di

Indonesia di tahun 2018.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui hubungan langsung antara prevalensi depresi dengan obesitas

sentral sebagai variabel mediasi pada penduduk setiap provinsi di

Indonesia.

2. Mengetahui hubungan langsung antara prevalensi obesitas sentral dengan

hipertensi pada penduduk setiap provinsi di Indonesia.

3. Mengetahui hubungan langsung antara prevalensi depresi dengan

hipertensi pada penduduk setiap provinsi di Indonesia.

4. Mengetahui hubungan tidak langsung antara prevalensi depresi dengan

hipertensi melalui obesitas sentral sebagai variabel mediasi pada penduduk

setiap provinsi di Indonesia.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat teoretis

Sebagai dasar penilaian hubungan langsung maupun tidak langsung antara

faktor risiko depresi terhadap hipertensi melalui faktor risiko obesitas sentral pada

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

penduduk setiap provinsi di Indonesia.

1.4.2 Manfaat praktis

1.4.2.1 Manfaat bagi pemerintah

Menjadi salah satu alat ukur penentuan strategi pencegahan maupun

pengobatan pada hipertensi, obesitas, dan depresi di setiap provinsi di Indonesia.

1.4.2.2 Manfaat bagi tenaga kesehatan dan provider layanan kesehatan

1. Memperoleh data klinis, sebagai pedoman dalam manajemen kasus

hipertensi, obesitas, dan depresi yang sesuai terhadap pasien berdasarkan

hasil prediksi ilmu kedokteran dan statistika.

2. Menjadi landasan evaluasi penyediaan pelayanan kesehatan di negara

Indonesia demi tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal, berkualitas,

holistik, dan komprehensif.

1.4.2.3 Manfaat bagi pasien dan masyarakat

1. Mengetahui dan mencegah terjadinya hipertensi, obesitas, dan

depresi yang dapat mempengaruhi kualitas hidup dan tingkat

kesehatan masyarakat.

2. Mengetahui hubungan antara faktor risiko depresi dan obesitas

terhadap hipertensi, sehingga setiap kejadian depresi, obesitas

dan hipertensi dapat tertangani dengan optimal dan

komprehensif.

3. Memperoleh pelayanan kesehatan yang terstandar, optimal,

prima, berkualitas, holistik, dan komprehensif.

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Diagnosis Obesitas

Obesitas merupakan akumulasi lemak atau jaringan adiposa yang

berlebihan atau abnormal di dalam tubuh yang mengganggu kesehatan akibat

keterkaitannya dengan risiko perkembangan penyakit lain seperti diabetes melitus,

penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan hyperlipidemia (Panuganti, Nguyen dan

Kshirsagar, 2021). Obesitas diklasifikasikan berdasarkan indeks massa tubuh

(IMT), yang dikalkulasi berdasarkan berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat

tinggi badan dalam meter. Obesitas didefinisikan sebagai IMT >30 kg/m2. IMT

merupakan alat ukur yang sederhana untuk mendiagnosa obesitas, karena memiliki

korelasi dengan massa lemak dan terkait dengan morbiditas dan mortalitas seperti

yang ditunjukkan oleh berbagai studi epidemiologis (Nimptsch, Konigorski dan

Pischon, 2019). The International Obesity Task Force merekomendasikan nilai cut-

off obesitas yang lebih rendah untuk populasi Asia, yaitu IMT >25 kg/m2 (Goda

dan Masuyama, 2016).

Mengukur IMT adalah langkah pertama yang diterima secara umum untuk

menentukan tingkat kelebihan berat badan. IMT mudah diukur, andal, dan

berkorelasi dengan persentase lemak tubuh dan massa lemak tubuh. IMT

memberikan perkiraan yang lebih baik dari total lemak tubuh dibandingkan dengan

berat badan saja. IMT dapat menimbulkan estimasi berlebihan tingkat adipositas

pada individu yang kelebihan berat badan tetapi sangat berotot (misalnya, atlet

profesional atau binaragawan) dan menimbulkan estimasi lebih rendah pada orang

tua karena hilangnya massa otot yang terkait dengan penuaan (Perreault, 2021).

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Selain mengukur IMT, sebaiknya dilakukan pengukuran lingkar pinggang

pada pasien yang dianggap kelebihan berat badan atau yang memiliki obesitas

untuk menilai obesitas sentral. Lingkar pinggang 40 inci (102 cm) untuk pria dan

35 inci (88 cm) untuk wanita dianggap meningkat dan menunjukkan peningkatan

risiko kardiometabolik (Jensen et al., 2014). Pengukuran lingkar pinggang tidak

diperlukan pada pasien dengan IMT 35 kg/m2 karena hampir semua individu

dengan IMT ini juga memiliki lingkar pinggang yang tidak normal dan sudah

berisiko tinggi mengalami adipositas (Perreault, 2021).

Lingkar pinggang merupakan metode untuk mengukur obesitas sentral dan

memberikan informasi risiko independen yang tidak diperhitungkan oleh BMI.

Pasien dengan obesitas sentral (juga disebut adipositas sentral, visceral, android,

atau obesitas tipe pria) memiliki peningkatan risiko penyakit jantung, diabetes,

hipertensi, dislipidemia, penyakit hati berlemak nonalkohol (Janssen, Katzmarzyk

dan Ross, 2004), dan memiliki angka kematian keseluruhan yang lebih tinggi

(Gnatiuc et al., 2019). Lingkar pinggang digunakan dengan IMT untuk

mengidentifikasi orang dewasa pada peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas,

terutama dalam kisaran IMT 25 sampai 35 kg/m2.

2.2 Epidemiologi dan Patofisiologi Obesitas

Prevalensi obesitas telah meningkat hampir tiga kali lipat sejak tahun 1975,

dengan lebih dari 650 juta orang dewasa di dunia (13%) mengalami obesitas pada

tahun 2016. Prevalensi obesitas tertinggi di Amerika Serikat (38,2%) dan terendah

di Jepang (3,7%) (Nam dan Park, 2018). Menurut data Riskesdas, prevalensi

obesitas pada tahun 2013 di Indonesia adalah 14,8%. Angka ini meningkat menjadi

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

21,8% pada tahun 2018, dengan prevalensi obesitas tertinggi berada di Provinsi

Sulawesi Utara (30,2%) dan terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (10,3%)

(Kemenkes RI, 2018b).

Gambar 2.1 Proporsi Obesitas 2007-2018


Sumber: Kementerian Kesehatan 2007, 2013, 2018

Gambar 2.2 Proporsi obesitas menurut provinsi (2018)


Sumber: Kemenkes RI, 2018

Obesitas terjadi akibat keseimbangan energi positif (asupan energi >

penggunaan energi) yang terjadi secara berkelanjutan (Schwartz et al., 2017).

Keterkaitan antara genetik dan obesitas telah ditunjukkan oleh beberapa penelitian.

Gen FTO dikaitkan dengan adipositas. Gen ini mungkin menyimpan banyak varian

yang meningkatkan risiko obesitas. Leptin adalah hormon adiposit yang

mengurangi asupan makanan dan berat badan. Resistensi leptin seluler dikaitkan

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dengan obesitas. Jaringan adiposa mensekresi adipokin dan asam lemak bebas yang

menyebabkan inflamasi sistemik yang selanjutnya menyebabkan resistensi insulin

dan peningkatan kadar trigliserida, sehingga berkontribusi terhadap obesitas.

Obesitas dapat menyebabkan peningkatan deposisi asam lemak di miokardium

yang menyebabkan disfungsi ventrikel kiri. Hal ini juga telah terbukti mengubah

sistem renin-angiotensin yang menyebabkan peningkatan retensi garam dan

peningkatan tekanan darah. Adiposit telah terbukti memiliki aktivitas inflamasi dan

protrombotik yang dapat meningkatkan risiko stroke. Adipokin adalah sitokin yang

terutama diproduksi oleh adiposit dan preadiposit. Pada obesitas, makrofag yang

menginvasi jaringan juga memproduksi adipokin. Perubahan sekresi adipokin

menyebabkan peradangan kronis tingkat rendah, yang dapat menyebabkan

perubahan metabolisme glukosa dan lipid dan berkontribusi pada risiko

kardiometabolik pada obesitas viseral (Panuganti, Nguyen dan Kshirsagar, 2021).

2.3 Tatalaksana Obesitas

Tatalaksana obesitas mencakup modifikasi diit, intervensi perilaku,

medikasi, dan intervensi surgikal jika dibutuhkan. Modifikasi diit harus di-

individualisasi dengan pemantauan ketat penurunan berat badan reguler. Diit

rendah kalori direkomendasikan, dapat berupa restriksi karbohidrat ataupun lemak.

Diit rendah karbohidrat menyebabkan penurunan berat badan yang lebih besar pada

bulan-bulan pertama dibandingkan diit rendah lemak. Ketaatan pasien terhadap

pengaturan diit sangat berpengaruh terhadap kesuksesan penurunan berat badan.

Intervensi perilaku/psikoterapi dapat mencakup terapi perilaku kognitif, wawancara

motivasi, dan psikoterapi interpersonal. Intervensi perilaku lebih efektif jika

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dikombinasikan dengan pengaturan diit dan olahraga. Medikasi antiobesitas dapat

diberikan untuk IMT >30 atau >27 dengan komorbiditas. Medikasi tentu harus

dikombinasikan dengan pengaturan diit, olahraga, dan intervensi perilaku.

Beberapa contoh medikasi antiobesitas termasuk phentermine, orlistat, lorcasering,

liraglutide, dan lain-lain. Orlistat biasanya merupakan pilihan pertama karena

kurangnya efek sistemik akibat limitasi absorbsi. Indikasi untuk terapi surgikal

adalah IMT >40 atau >35 dengan kondisi komorbiditas berat. Pasien harus

mentaaati perubahan gaya hidup pasca operasi, kunjungan kontrol, dan program

olahraga. Operasi bariatrik yang umum dilakukan contohnya Rou-en-Y-gastric

bypass dan adjustable gastric banding (Panuganti, Nguyen dan Kshirsagar, 2021).

2.4 Definisi dan Diagnosis Depresi

Definisi merupakan gangguan suasana hati menyebabkan perasaan

kesedihan dan hilangnya ketertarikan secara persisten. DSM-V (Diagnositc

Statistic Manual of Mental Disorders, Fifth Edition) mengklasifikasikan gangguan

depresi menjadi 5, yaitu gangguan disregulasi suasana hati disruptif, gangguan

depresi mayor, gangguan depresi persisten (distimia), gangguan disforik

premenstrual, dan gangguan depresi akibat kondisi medis lain. Ciri umum dari

semua gangguan depresi ini adalah kesedihan, kekosongan, atau suasana hati

iritabel, bersamaan dengan perubahan somatik dan kognitif yang secara signifikan

mengganggu kapasitas fungsional individu. Berikut merupakan kriteria diagnosis

gangguan depresi mayor menurut DSM-V (American Psychiatric Association,

2013):

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 2.1 Kriteria diagnosis gangguan depresi mayor menurut DSM-V


Gangguan Depresi Mayor Setidaknya 5 dari 9 gejala berikut selama periode 2

(MDD/major depressive minggu (dengan setidaknya 1 gejala berupa mood


disorder) depresif atau iritabel atau anhedonia)

1. Mood depresi atau iritabel


2. Kurangnya ketertarikan
3. Penurunan konsentrasi
4. Insomnia atau hipersomnia
5. Perubahan nafsu makan atau berat badan
6. Rasa lelah yang berlebihan
7. Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah
yang berlebihan
8. Pemikiran berulang mengenai kematian atau
ide bunuh diri
9. Agitasi atau retardasi psikomotor

• Gejala menyebabkan gangguan signifikan


pada fungsi sosial, okupasional, dan fungsi
lain.
• Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis
suatu zat atau kondisi medis lain
• Tidak pernah ada episode manik atau
hipomanik.
• Gejala tidak dapat dijelaskan sebagai
gangguan skizoafektif atau gangguan psikotik
lain.

Diagnosis depresi kadang dapat menjadi sulit pada populasi umum. Proses

skrining dapat difasilitasi dengan menggunakan wawancara berstruktur sebagai

bagian dari penilaian. Salah satu instrumen yaitu Mini-International

Neuropsychiatric Interview (MINI) dapat digunakan pada fasilitas pelayanan

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kesehatan. MINI tersusun atas pertanyaan singkat yang berfungsi sebagai

wawancara diagnostik terstruktur untuk gangguan psikiatri mayor, termasuk

depresi. MINI berguna sebagai bagian dari penilaian klinis pada pasien-pasien

tertentu dengan gejala psikiatri yang tidak jelas. MINI juga dapat membantu pasien

memahami dan mem-verbalisasi masalah mereka (Pettersson et al., 2018).

2.5 Epidemiologi dan Patofisiologi Depresi

Gangguan depresi mayor merupakan gangguan pskiatri yang sangat sering

terjadi, dengan prevalensi seumur hidup sekitar 5 sampai 17% (rata-rata 12%).

Tingkat prevalensi hampir 2 kali lipat lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-

laki. Meskipun rata-rata usia saat terdiagnosis adalah sekitar 40 tahun, survei

terbaru menunjukkan adanya peningkatan insidensi pada populasi yang lebih muda

akibat penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang (Bains dan Abdijadid, 2021).

Gambar 2.3 Prevalensi depresi menurut provinsi (2018)


Sumber : Riskesdas, 2018

Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi depresi pada penduduk usia

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

>15 tahun di Indonesia berdasarkan wawancara dengan instrumen MINI adalah

sebesar 6,1%, dengan cakupan pengobatan hanya sebesar 9%. Gangguan depresi

dapat dialami oleh semua kelompok usia. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan

gangguan depresi sudah mulai terjadi sejak rentang usia remaja (15-24 tahun),

dengan prevalensi 6,2%. Pola prevalensi semakin meningkat seiring dengan

peningkatan usia, tertinggi pada umur >75 tahun sebesar 8,9%. Perempuan lebih

sering mengalami depresi (7,4%) dibandingkan laki-laki (4,7%). Depresi juga

paling sering terjadi pada individu yang tidak/belum pernah sekolah, dan tingkat

depresi semakin menurun seiring meningkatnya pendidikan individu (8,2% pada

kelompok yang tidak/belum pernah sekolah versus 3,1% pada kelompok yang tamat

D1/D2/D3/Perguruan Tinggi). Berdasarkan status pekerjaan, depresi paling sering

terjadi pada kelompok pengangguran (8,1%) (Kemenkes RI, 2018b).

Beberapa mekanisme biologis dengan kemungkinan peran dalam

patofisiologi gangguan depresi mayor (MDD) telah diidentifikasi, dan telah

dihipotesiskan bahwa mekanisme ini mungkin memiliki peran baik dalam etiologi

maupun perkembangan gangguan. Terdapat 4 mekanisme sentral: inflamasi, aksis

hipotalamus-hipofisis (HPA), pertumbuhan neutrofik dan vitamin D. Peningkatan

regulasi inflamasi mungkin terlibat dalam perkembangan depresi dengan

Gambar 2.4 Prevalensi depresi menurut kelompok umur (2018)


Sumber: Riskesdas 2018

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

menurunkan produksi monoamin (misalnya, serotonin), dan meningkatkan

produksi katabolit triptofan yang beracun bagi otak. Meta-analisis menunjukkan

bahwa subjek yang mengalami depresi memiliki peningkatan signifikan dari pro-

inflamasi sitokin interleukin-6, 7, 8 dan reaktan fase akut C-reactive protein (CRP)

dibandingkan dengan kontrol. Temuan bahwa TNF-alfa secara signifikan lebih

tinggi pada mereka yang mengalami >3 episode episode mendukung patofisologi

inflamasi dalam kaitannya dengan perkembangan/progresi depresi. Hiperaktivitas

sumbu HPA sebagai faktor penyebab MDD juga telah ditunjukkan oleh berbagai

studi. Hiperaktivitas ini mungkin disebabkan oleh malfungsi reseptor

glukokortikoid yang merusak sirkuit umpan balik negatif dari sumbu HPA.

Kerusakan reseptor glukokortikoid dapat menyebabkan depresi melalui gangguan

neurogenesis dan penurunan volume hipokampus (Verduijn et al., 2015).

Rendahnya kadar brain-derived neurotrophic faktor (BDNF) merupakan

indikator penurunan pertumbuhan neurotropik yang merupakan salah satu

mekanisme patofisiologis penting dari MDD. Meta-analisis menunjukkan bahwa

pasien depresi memiliki kadar BDNF yang lebih rendah daripada kontrol. Meta-

analisis juga menunjukkan antara kadar vitamin D yang rendah dan depresi.

Berbagai mekanisme patofisiologi yang menjelaskan keterkaitan vitamin D dan

depresi telah diusulkan, misalnya, vitamin D mungkin bersifat neuroprotektif

dengan mengurangi kadar kalsium neurotoksik di otak sehingga defisiensi vitamin

D akan menghambat proses ini dan menyebabkan depresi (Verduijn et al., 2015).

2.6 Tatalaksana Depresi

Manajemen depresi biasanya mencakup penggunaan medikasi anti-depresi

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dan psikoterapi. Terapi kombinasi dikaitkan dengan tingkat perbaikan gejala

depresi yang lebih tinggi, peningkatan kualitas hidup, dan peningkatan ketaatan

terapi. Terapi lini pertama untuk depresi adalah SSRI (selective serotonin reuptake

inhibitors), misalnya fluoxetine, citalopram, fluvoxamine, dan lain-lain. Kelompok

medikasi lain yang dapat diberikan pada pasien depresi antara lain SNRI

(serotonin/norepinephrin reuptake inhibitors) seperti venlafaxine dan duloxetine,

antidepresan atipikal seperti buproprion dan mirtazapine, antidepresan trisiklik

seperti amitriptilin, dan lain-lain. SNRI merupakan anti-depresan lini kedua apabila

pasien tidak memberikan respon terhadap SSRI. Terapi kognitif perilaku dan terapi

interpersonal merupakan psikoterapi yang telah terbukti efektif untuk depresi.

Terapi elektrokonvulsif berguna terutama pada pasien yang tidak merespon anti-

depresan, pasien psikotik, dan risiko tinggi bunuh diri (Chand dan Arif, 2022).

2.7 Definisi dan Diagnosis Hipertensi

Menurut panduan International Society of Hypertension (ISH) tahun 2020,

hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik >140 mmHg dan/atau

tekanan darah diastolik >90 mmHg setelah pemeriksaan berulang. Pada setiap

kunjungan, tekanan darah diukur sebanyak 3 kali dengan interval 1 menit. Rata-rata

tekanan darah dikalkulasikan berdasarkan 2 pengukuran terakhir. Jika tekanan

darah pada pengukuran pertama <130/85, maka tidak perlu dilakukan pengukuran

lebih lanjut. Rata-rata tekanan darah >140/90 pada 2-3 kunjungan klinik

mengindikasikan hipertensi. Diagnosis dapat ditegakkan pada kunjungan tunggal

apabila tekanan darah >180/110 mmHg dan terdapat bukti penyakit kardiovaskular

(Unger et al., 2020).

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 2.2 Klasifikasi hipertensi menurut ISH


Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

TD normal <130 dan <85

TD tinggi-normal 130-139 dan/atau 85-89

Hipertensi Derajat 1 140-159 dan/atau 90-99

Hipertensi Derajat 2 >160 dan/atau >100

Sumber : International Society of Hypertension, 2020

2.8 Epidemiologi dan Patofisiologi Hipertensi

Lebih dari satu miliar orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi,

dengan estimasi prevalensi global sampai dengan 45%. Prevalensi hipertensi yang

tinggi konsisten pada semua strata sosial ekonomi. Prevalensi hipertensi meningkat

seiring dengan pertambahan usia dan mencapai 60% pada populasi >60 tahun. Pada

tahun 2010, survei kesehatan global dari 67 negara melaporkan hipertensi sebagai

penyebab utama kematian dan kecacatan di dunia sejak tahun 1990. Estimasi

terbaru menunjukkan jumlah penderita hipertensi dapat meningkat sebanyak 15

hingga 20%, dan dapat mencapai hampir 1,5 miliar pada tahun 2025 (Iqbal dan

Jamal, 2022).

Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi hipertensi pada penduduk usia >18

tahun di Indonesia berdasarkan diagnosa oleh dokter atau tenaga kesehatan adalah

sebesar 8,4% pada tahun 2018, menurun dari sebelumnya sebesar 9,4% pada tahun

2013. Berdasarkan konsumsi obat anti-hipertensi, prevalensi hipertensi di Indonesia

pada tahun 2018 adalah 8,8%, menurun dari sebelumnya sebesar 9,5% pada tahun

2013. Sementara itu, prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran pada penduduk

umur >18 tahun adalah 34,1%, meningkat dari sebelumnya sebesar 25,8% pada

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tahun 2013. Baik berdasarkan diagnosa dokter, konsumsi anti-hipertensi, ataupun

pengukuran pada penduduk umur >18 tahun, hipertensi paling sering terjadi pada

kelompok umur >75 tahun, jenis kelamin perempuan, tidak/belum pernah sekolah,

tidak bekerja, dan tinggal di perkotaan (Kemenkes RI, 2013, 2018b).

Patogenesis hipertensi sangatlah kompleks dan multifaktorial. Ginjal

merupakan organ kontributor sekaligus organ target pada proses hipertensi, dan

penyakit ini melibatkan berbagai interaksi antar sistem organ dan berbagai jalur

yang saling berkaitan.

Gambar 2.5 Prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis, konsumsi obat, dan pengukuran
Sumber: Kemenkes 2018

Faktor yang memiliki peranan penting dalam patogenesis hipertensi

termasuk genetik, aktivasi sistem neurohormonal (sistem saraf simpatik dan sistem

renin-angiotensin-aldosteron), serta peningkatan asupan garam (Hamrahian, 2017).

Peningkatan absorbsi garam yang menyebabkan ekspansi volume, gangguan sistem

RAA, dan peningkatan aktivasi sistem saraf simpatik menyebabkan peningkatan

resistensi perifer total dan peningkatan afterload, yang selanjutnya menyebabkan

perkembangan hipertensi (Iqbal dan Jamal, 2022).

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.9 Tatalaksana Hipertensi

Pilihan gaya hidup sehat dapat mencegah ataupun menunda onset hipertensi

dan mengurangi risiko kardiovaskular. Menurut konsensus ISH, modifikasi gaya

hidup merupakan terapi lini pertama untuk hipertensi. Modifikasi gaya hidup juga

meningkatkan efek dari terapi anti-hipertensi. Modifikasi gaya hidup harus

mencakup reduksi garam, diit sehat (diet DASH/Dietary Approaches to Stop

Hypertension), membatasi konsumsi alkohol, penurunan berat badan, berhenti

merokok, dan aktivitas fisik reguler (olahraga aerobik 30 menit selama 5-7 hari per

minggu), mengurangi stres (misalnya dengan meditasi), dan mengurangi paparan

terhadap polusi udara.

Target esensial adalah penurunan tekanan darah setidaknya 20/10 mmHg,

idealnya <140/90 mmHg. Target optimal adalah penurunan tekanan darah hingga

<130/80 mmH untuk usia <65 tahun dan <140/90 mmHg untuk usia >65 tahun.

Target tekanan darah diusahakan untuk tercapai dalam waktu 3 bulan. Karakteristik

medikasi anti-hipertensi yang ideal adalah medikasi yang terbukti secara medis

dapat mengurangi morbiditas/mortalitas terkait hipertensi, menggunakan regimen

satu kali sehari, harga terjangkau, mampu ditoleransi dengan baik, dan memberikan

keuntungan pada populasi pengguna. Monoterapi dapat dipertimbangkan pada

pasien dengan hipertensi derajat 1. ISH merekomendasikan intervensi gaya hidup

selama 3-6 bulan sebelum mencoba medikasi anti-hipertensi, kecuali pada

hipertensi derajat 2, pasien dengan risiko tinggi, atau pasien dengan diabetes,

penyakit ginjal kronis, penyakit kardiovaskular, dan penyakit kerusakan organ yang

dimediasi hipertensi, dimana medikasi anti-hipertensi harus segera diberikan tanpa

penundaan (Unger et al., 2020).

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 2.6 Strategi terapi hipertensi


Sumber: International Society of Hypertension, 2020

2.10 Hubungan Obesitas dengan Depresi

Meta-analisis menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan bidireksional antara

depresi dan obesitas; individu yang obesitas memiliki peningkatan risiko sebesar

55% untuk mengalami depresi, sementara individu yang depresi mengalami

peningkatan risiko sebesar 58% untuk menjadi obese (Luppino et al., 2010).

Aspek imunologi dan inflamasi terlibat dalam interaksi antara depresi dan

obesitas. Pada respon imun yang normal, peradangan dan perubahan perilaku

adaptif terjadi hanya untuk sementara waktu. Namun, jika respons ini menjadi

berlebihan atau berkepanjangan, maka respon inflamasi dapat memberikan efek

buruk kepada berbagai regio otak yang terlibat dalam pengaturan perilaku

kompleks, tidak hanya dalam kontrol asupan makanan dan persepsi rasa kenyang,

yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan energi, tetapi juga ber-implikasi pada

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kognisi dan suasana hati dan sangat berkontribusi pada inaktivitas, penambahan

berat badan dan perubahan metabolisme yang mendalam. Berbagai literatur

melaporkan bahwa obesitas merupakan suatu penyakit dimana terjadi peradangan

kronis tingkat rendah. Hal ini ditandai dengan peningkatan sitokin proinflamasi

yang bersirkulasi dan akumulasi sel imun di berbagai jaringan dan organ, termasuk

SSP. Selama fase stres kronis. Terdapat bukti bahwa sitokin ini mendorong perilaku

depresi dengan mengganggu sintesis neurotransmiter dan transduksi sinyal.

Aktivasi imun perifer ini, baik melalui jalur humoral maupun jalur saraf, terutama

jalur vagal, dapat menginduksi keadaan inflamasi otak, yang tidak hanya

berhubungan dengan disregulasi metabolik, tetapi juga dengan perubahan emosi

dan perilaku (Milano et al., 2020).

Berbagai mekanisme telah diusulkan mengenai bagaimana sitokin dan sel-

sel imunitas dapat mempengaruhi perilaku dan suasana hati. Kadar sitokin seperti

IL-1β, IL-6 dan TNF-α meningkat di otak selama kondisi stres atau depresi kronis

dan berasal baik dari produksi lokal, di sistem saraf pusat atau dari translokasi

melalui sawar darah-otak (blood-brain barrier / BBB) dari perifer. Sitokin

proinflamasi dengan memiliki akses ke berbagai regio otak dengan melintasi BBB

melalui sistem transpor aktif jenuh atau melalui jalur tidak langsung termasuk

aktivasi sel glial, khususnya mikroglia, dalam SSP. Aktivasi mikroglia biasanya

memberikan tindakan protektif pada sistem saraf pusat, akan tetapi, aktivasi yang

tidak teratur dan kronis dapat, menjadi berbahaya. Di dalam otak, sitokin

proinflamasi mengaktifkan sistem neuroendokrin, merusak metabolisme dan fungsi

neurotransmiter serta mengubah plastisitas saraf dan sirkuit otak. Telah terbukti

bahwa sitokin inflamasi, termasuk IL-6 dan TNF-α, bersama dengan faktor

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

inflamasi lainnya, mampu menginduksi sintesis enzim indoleamine 2,3-

dioxygenase (IDO) dan GTP-cyclohydrolase 1 (GTP-CH1) dalam

monosit/makrofag dan sel dendritik, yang menyebabkan perubahan signifikan

dalam biosintesis monoamina (misalnya, serotonin dan dopamin) dan memainkan

peran penting dalam regulasi suasana hati dan fungsi kognitif (Milano et al., 2020).

Hiperaktivasi aksis HPA, yang menyebabkan pelepasan kortisol nonadaptif

tanpa henti, adalah salah satu temuan paling konsisten dalam gangguan pskiatri.

Paparan jangka panjang terhadap kortisol menyebabkan kerusakan dan hilangnya

saraf di daerah limbik yang rentan terhadap stres dan terkait dengan depresi, seperti

hipokampus dan amigdala. Beberapa mekanisme yang mempengaruhi pelepasan

dan metabolisme kortisol dapat berperan dalam obesitas dan gangguan depresi

mayor. Peradangan kronis khas dari obesitas dapat mengganggu fungsi reseptor

glukokortikoid (GR), sehingga menginisiasi umpan balik negatif dan dengan

demikian menekan aktivitas HPA. Sitokin proinflamasi mengaktifkan elemen

kaskade transduksi seluler yang menghambat translokasi nuklear GR atau

mengganggu interaksi GR dengan elemen respons dalam promotor gen (Milaneschi

et al., 2019).

Hiperaktivasi aksis HPA jangka panjang juga dapat ditemukan pada hampir

separuh orang dewasa dengan obesitas (“obesitas hiperkortisolistik”). Bahkan pada

usia muda, hampir 10 kali lipat peningkatan risiko obesitas telah diamati pada anak-

anak dengan tingkat kortisol jangka panjang tinggi. Paparan kortisol tinggi dapat

menyebabkan obesitas melalui beberapa mekanisme: (1) peningkatan nafsu makan

dengan preferensi untuk makanan padat energi; (2) promosi adipogenesis dan

hipertrofi terutama pada lemak viseral; (3) penekanan termogenesis dalam brown

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

fat dengan reduksi pengeluaran energi (Milaneschi et al., 2019).

Fakta bahwa depresi menyebabkan peningkatan berat badan seiring

berjalannya waktu juga dapat disebabkan oleh gangguan neuroendokrin. Depresi

menginduksi obesitas melalui aktivasi jangka panjang dari sumbu HPA. Kortisol,

dengan adanya insulin, menghambat enzim penggerak lipid, suatu proses yang

dimediasi oleh reseptor glukokortikoid yang ditemukan di depot lemak, terutama

pada lemak viseral intra-abdominal. Mekanisme penting lainnya adalah penerapan

gaya hidup yang tidak sehat, seperti aktivitas fisik yang tidak adekuat dan preferensi

diit yang tidak sehat, sehingga menyebabkan obesitas. Penggunaan antidepresan

juga diketahui dapat menyebabkan peningkatan berat badan (Luppino et al., 2010).

2.11 Hubungan Depresi dengan Hipertensi

Guerra et al. mendemonstrasikan peningkatan prevalensi depresi pada

pasien hipertensi sampai dengan sembilan kali lipat (Rubio-Guerra et al., 2013).

Meta-analisis oleh Meng et al. menunjukkan adanya kontribusi depresi dalam

insidensi hipertensi, dimana terdapat sekitar 42% peningkatan risiko hipertensi

pada kelompok yang mengalami depresi. Keterkaitan antara depresi dan hipertensi

bergantung pada waktu. Pada kohort dengan durasi follow-up yang pendek, terdapat

sedikit kontribusi dari depresi terhadap risiko hipertensi, tetapi pada kohort dengan

durasi follow-up yang cukup panjang (minimal 3 tahun), terdapat keterkaitan positif

antara hipertensi dan depresi (Meng et al., 2012).

Beberapa mekanisme mungkin dapat menjelaskan mengapa depresi

menyebabkan peningkatan risiko hipertensi. Pertama, gejala depresi mungkin

terkait dengan tekanan darah tinggi melalui gaya hidup yang tidak sehat seperti

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kurangnya aktivitas fisik, merokok dan penyalahgunaan alkohol, dan komorbiditas

dengan sindrom metabolik atau kelebihan berat badan/obesitas.

Kedua, depresi mungkin berhubungan dengan disregulasi pada aksis

hipotalamus-hipofisis-adrenal dan menyebabkan peningkatan sekresi CRF

(corticotropin-releasing faktor), sehingga merangsang hormon

adrenokortikotropik, dan pelepasan kortisol. Ketiga, studi menemukan bahwa

depresi dikaitkan dengan disfungsi sistem saraf otonom (ANS / autonomic nervous

system), termasuk peningkatan aktivitas simpatis dan penurunan aktivitas

parasimpatis, yang berkontribusi pada peningkatan tekanan darah. Studi

menemukan bahwa terdapat aktivitas saraf simpatis yang tinggi pada pasien

depresi, sebanding dengan yang diamati pada pasien dengan hipertensi esensial.

Studi juga menemukan bahwa depresi dikaitkan dengan peningkatan aktivitas

sistem saraf simpatik otot. Tingkat aktivasi simpatis menurun secara signifikan

dengan pengobatan SSRI (selevtive serotonin reuptake inhibitor).

Terdapat dugaan bahwa mekanisme ketidakseimbangan ANS pada depresi

mungkin disebabkan oleh penurunan fungsi vagal, seperti penurunan variabilitas

denyut jantung (HRV / heart rate variability). Studi menemukan bahwa depresi

dikaitkan dengan penurunan HRV secara signifikan. Hal dapat disebabkan oleh

efek antidepresan ataupun akibat efek residual pada sistem neurofisiologis. Faktor-

faktor lain seperti peradangan dan kerentanan genetik juga mungkin terlibat dalam

perkembangan hipertensi pada pasien depresi (Meng et al., 2012).

2.12 Hubungan Obesitas dengan Hipertensi

Konsekuensi utama dari kelebihan berat badan atau obesitas adalah

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

prevalensi hipertensi yang lebih tinggi, disertai gangguan kardiorenal dan

metabolik terkait. Studi pada populasi yang beragam di seluruh dunia telah

menunjukkan bahwa terdapat hubungan linier antara IMT dan tekanan darah

sistolik dan diastolik. Perkiraan risiko dari Framingham Heart Study, misalnya,

menunjukkan bahwa 78% hipertensi primer (esensial) pada pria dan 65% pada

wanita dapat dikaitkan dengan peningkatan berat badan yang berlebihan. Studi

klinis menunjukkan bahwa mempertahankan IMT <25 kg/m2 efektif dalam

pencegahan primer hipertensi. Penurunan berat badan ikut menurunkan tekanan

darah pada sebagian besar subjek hipertensi (Hall et al., 2015).

Obesitas dikaitkan dengan ekspansi volume cairan ekstraseluler dan

peningkatan aliran darah di banyak jaringan yang selanjutnya meningkatkan aliran

balik vena (venous return) dan curah jantung (cardiac output). Peningkatan

reabsorpsi natrium ginjal memainkan peran penting dalam menginisiasi

peningkatan tekanan darah yang terkait dengan obesitas.

Subjek dengan obesitas membutuhkan tekanan darah lebih tinggi dari

normal untuk mempertahankan keseimbangan natrium, menunjukkan gangguan

natriuresis tekanan ginjal. Terdapat 3 faktor utama yang mengganggu natriuresis

tekanan ginjal dan meningkatkan tekanan darah selama peningkatan berat badan

yang cepat dan berlebihan (gambar 7): (1) kompresi fisik ginjal karena peningkatan

lemak sinus viseral, retroperitoneal, dan ginjal; (2) aktivasi sistem renin-

angiotensin-aldosteron (RAAS), termasuk aktivasi reseptor mineralokortikoid yang

tidak bergantung pada aldosteron; dan (3) aktivasi sistem saraf simpatik (SNS),

terutama peningkatan aktivitas saraf simpatis ginjal (Hall et al., 2015).

Peningkatan lemak viseral dan retroperitoneal dapat meningkatkan tekanan

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

darah dengan menekan ginjal secara fisik. Akumulasi lemak berlebih di dalam dan

sekitar ginjal berhubungan dengan peningkatan tekanan intrarenal, gangguan

tekanan natriuresis, dan hipertensi. Selain menekan ginjal, lemak sinus

retroperitoneal dan ginjal dapat menyebabkan peradangan dan perluasan matriks

ekstraseluler meduler ginjal yang selanjutnya dapat mengganggu fungsi ginjal.

Akumulasi lemak di dalam dan di sekitar ginjal mungkin memiliki efek lipotoksik

tambahan pada ginjal. Akumulasi lipid di organ dapat mengganggu fungsi organ

melalui peningkatan stres oksidatif, disfungsi mitokondria, dan stres retikulum

endoplasma (Hall et al., 2015).

Gambar 2.7 Mekanisme inisiasi hipertensi pada obesitas


Sumber: Hall et al., 2015

Subjek obesitas, terutama mereka dengan obesitas viseral, mengalami

peningkatan ringan hingga sedang dalam aktivitas renin plasma, angiotensinogen,

aktivitas angiotensin-converting enzyme (ACE), angiotensin II (Ang II), dan

aldosteron. Aktivasi RAAS terjadi meskipun retensi NaCl, ekspansi volume, dan

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

hipertensi, yang biasanya menekan sekresi renin dan pembentukan Ang II. Berbagai

mekanisme meningkatkan aktivasi RAAS pada obesitas, termasuk kompresi ginjal

dan peningkatan aktivasi SNS.

Beberapa penelitian juga menduga adanya peran RAAS lokal di jaringan

adiposa. Ang II juga diduga berperan dalam pertumbuhan dan diferensiasi adiposit

pada hewan coba. Aktivasi RAAS dapat berkontribusi pada cedera glomerulus dan

hilangnya nefron yang berhubungan dengan obesitas tidak hanya dengan

meningkatkan tekanan darah tetapi juga melalui efek intrarenal. Sebagai contoh,

konstriksi arteriol eferen oleh Ang II memperburuk peningkatan tekanan hidrostatik

glomerulus yang disebabkan oleh hipertensi arterial (Hall et al., 2015).

Obesitas umumnya menurunkan tonus parasimpatis dan meningkatkan

aktivitas simpatis. Perubahan aktivitas otonom ini terkait dengan peningkatan

denyut jantung (HR), penurunan variabilitas HR, dan penurunan sensitivitas

barorefleks, serta hipertensi. Peningkatan HR pada kondisi obesitas terutama terjadi

karena penurunan tonus parasimpatis daripada peningkatan aktivitas simpatis.

Sebaliknya, penurunan berat badan meningkatkan tonus parasimpatis dan

variabilitas HR sembari menurunkan HR (Hall et al., 2015).

2.13 Studi Tentang Hubungan Depresi dan Obesitas dengan Hipertensi

The Bogalusa Heart Study mengevaluasi hubungan direk dan indirek antara

gejala depresi, IMT (indeks massa tubuh), dan hipertensi pada populasi birasial

(Afrika Amerika – kulit putih). Studi ini melibatkan 1.017 partisipan berusia 12-62

tahun. Pada studi potong lintang ini, terdapat 2 hipotesis. Yang pertama, gejala

depresi secara langsung berkaitan dengan IMT. Yang kedua, gejala depresi

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

berkaitan secara langsung dengan IMT dan IMT berkaitan secara langsung dengan

hipertensi (Kabir et al., 2006).

Studi Bogalusa menunjukkan adanya hubungan direk dan indirek antara

gejala depresi dan hipertensi. Gejala depresi berkaitan dengan hipertensi secara

tidak langsung (indirek) melalui kaitannya dengan IMT yang lebih tinggi baik pada

populasi kulit putih maupun Afrika Amerika. Studi ini juga mendemonstrasikan

adanya efek langsung (direk) yang tidak signifikan antara depresi dan hipertensi

pada populasi kulit putih. Pada studi Bogalusa, IMT berkaitan erat dengan

hipertensi.

Temuan studi mengindikasikan bahwa faktor-faktor yang berkaitan dengan

IMT secara tidak langsung juga berkaitan dengan hipertensi akibat adanya efek

mediasi melalui IMT. Faktor-faktor ini termasuk etnis, jenis kelamin, usia, gejala

depresi, riwayat merokok, dan aktivitas mayor. Kesimpulan penting dari studi ini

adalah bahwa keberadaan efek indirek signifikan (yang di-mediasi melalui derajat

IMT yang lebih tinggi) baik pada populasi kulit putih dan Afrika Amerika

menunjukkan bahwa IMT dapat menjadi variabel intermediet yang

menghubungkan gejala depresi dan hipertensi (Kabir et al., 2006).

Asosiasi non-signifikan antara hubungan direk antara depresi dan hipertensi

pada studi Bogalusa dapat dijelaskan oleh keberadaan efek indirek gejala depresi

terhadap hipertensi yang predominan. Individu yang depresi memiliki dan

mempertahankan IMT yang lebih tinggi (efek indirek), yang kemudian bertanggung

jawab terhadap insidensi hipertensi dan penyakit kardiovaskular seiring berjalannya

waktu (Kabir et al., 2006).

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka konseptual

3.1 Kerangka Konseptual

Penelitian ini menggunakan data sekunder secara agregat dari 34 provinsi

dari seluruh Indonesia yang diambil dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018.

Riskesdas merupakan survei berskala nasional dengan desain potong lintang (cross

sectional) dan non-intervensi. Dari data Riskesdas tersebut didapatkan prevalensi

data kejadian depresi, obesitas, dan hipertensi dalam bentuk data agregat hasil dari

wawancara, pengukuran, maupun pemeriksaan.

Berdasar data agregat 34 provinsi di Indonesia dari Riskesdas 2018 tersebut,

penulis akan meneliti pengaruh depresi terhadap hipertensi melalui obesitas sentral

sebagai variabel intervening/mediasi. Kerangka konsepnya dideskripsikan pada

gambar 3.1.

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:


1. H1: Terdapat hubungan langsung dari prevalensi depresi terhadap obesitas

sentral pada penduduk Indonesia

2. H1: Terdapat hubungan langsung dari prevalensi obesitas sentral terhadap

hipertensi pada penduduk Indonesia

3. H1: Terdapat hubungan langsung dari prevalensi depresi terhadap

hipertensi pada penduduk Indonesia

4. H1: Terdapat hubungan langsung antara prevalensi depresi terhadap

hipertensi melalui obesitas sentral sebagai variabel mediasi

Dari rincian tersebut terdapat 2 garis besar hipotesis yang diambil garis

besar. Pertama, prevalensi depresi diduga berhubungan langsung dengan kejadian

hipertensi. Kedua, prevalensi depresi diduga berhubungan tidak langsung dengan

kejadian hipertensi. Hubungan tidak langsung tersebut terjadi karena depresi

berhubungan langsung dengan obesitas sentral dan obesitas sentral berhubungan

langsung dengan hipertensi, sehingga peran obesitas sentral adalah sebagai variabel

mediasi antara depresi dengan hipertensi.

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif kuantitatif dengan

rancangan studi korelasi, berbasis data sekunder dengan desain cross sectional.

Tujuan dari penelitian untuk mendapatkan hubungan langsung dan tidak langsung

depresi terhadap hipertensi melalui obesitas di Indonesia berdasarkan data sekunder

dari Riset Kesehatan Dasar Indonesia periode 2018 (Ahn, 2002). Teknik analisis

menggunakan path analysis (analisis jalur) di mana konstelasi masalahnya

tergambar pada diagram jalur di bawah ini:

Gambar 4.1 Diagram jalur

Keterangan:

X1: Variabel depresi

X2: Variabel obesitas sentral

X3: Variabel hipertensi

p12: Koefisien jalur (pengaruh) variabel X1 terhadap X2

p23: Koefision jalur (pengaruh) variabel X2 terhadap X3

p13: Koefisien jalur (pengaruh) variabel X1 terhadap X3

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

α1 dan α2: Pengaruh faktor lain yang tidak diteliti

4.2 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh rumah tangga dari setiap provinsi di

Indonesia yang masuk kerangka sampel Sensus Penduduk 2010 dengan total

720.000 blok sampel dengan rincian 1 blok sampel terdiri dari 10 rumah tangga dan

1 rumah tangga terdiri dari minimal 2 penduduk.

4.3 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah seluruh rumah tangga di Indonesia dalam kerangka

Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2018 yang masuk dalam sampel

Riskesdas 2018. Target sampel yang dikunjungi 300.000 rumah tangga dari 30.000

Blok Sensus (BS) Susenas yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan

metode PPS (probability proportional to size).

4.3.1 Besar sampel

Besar sampel dari metode PPS di atas kemudian ditentukan menggunakan

linear systematic sampling, dengan two stage sampling.

Tahap 1: Melakukan implicit stratification seluruh Blok Sensus (BS) hasil Sensus

Penduduk (SP) 2010 berdasarkan strata kesejahteraan. Dari master frame 720.000

BS hasil SP 2010 dipilih 180.000 BS (25%) secara PPS untuk menjadi sampling

frame pemilihan BS. Memilih sejumlah n BS dengan metode PPS di setiap strata

urban/rural per Kabupaten/Kota secara systematic sehingga menghasilkan Daftar

Sampel Blok Sensus (DSBS). Jumlah total BS yang dipilih adalah 30.000 BS.

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tahap 2: Memilih 10 rumah tangga di setiap BS hasil pemutakhiran secara

systematic sampling dengan implicit stratification pendidikan tertinggi yang

ditamatkan KRT (Kepala Rumah Tangga), untuk menjaga keterwakilan dari nilai

keragaman karakteristik rumah tangga.

Dari seluruh data yang terkumpul didapatkan data agregat dari masing-

masing provinsi sejumlah 34 provinsi.

4.4 Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel independen (eksogen) pada penelitian ini adalah prevalensi depresi

b. Variabel dependen (endogen) adalah prevalensi hipertensi

c. Variabel intervening (mediasi) adalah prevalensi obesitas

4.5 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi operasional penelitian


No Variabel Definisi Operasional Metode Skala
Pengukuran
1 Prevalensi Persentase tingkat Prevalensi Data dalam
Hipertensi kejadian hipertensi hipertensi bentuk
berdasarkan hasil berdasarkan persentase
pengukuran tekanan pengukuran: sehingga
darah sistolik ≥140 Anggota rumah termasuk
mmHg dan atau tekanan tangga (ART) > 18 data Rasio
darah diastolik ≥90 tahun, dengan rata
mmHg di seluruh – rata hasil
propinsi di Indonesia pengukuran
pada penduduk usia 15 tekanan sistolik >
tahun ke atas 140 mmHg dan
atau diastolik > 90
mmHg.
2. Prevalensi Persentase jumlah ART Persentase jumlah Persentase
depresi umur ≥ 15 tahun yang ART umur ≥ 15 sehingga
saat ini mengalami tahun yang saat ini termasuk
gangguan depresi mengalami data Rasio

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

menurut MINI (Mini gangguan depresi


International menurut MINI
Neuropsychiatric (Mini International
Interview) Neuropsychiatric
Interview) dibagi
dengan jumlah
seluruh ART
berumur ≥15 tahun
3. Prevalensi Persentase jumlah Persentase Persentase
obesitas sentral penduduk dengan lemak obesitas sentral sehingga
abdominal (sentral) dari jumlah termasuk
berlebih yang terdapat di penduduk > 15 data Rasio
daerah abdomen atau tahun dengan
perut. Pengukuran nilai lingkar perut
lingkar perut dilakukan laki – laki > 90
pada penduduk dewasa atau perempuan >
usia ≥ 15 tahun 80 cm
dibandingkan
seluruh penduduk
> 15 tahun diukur
lingkar perut

4.6 Prosedur Penelitian

4.6.1 Pengumpulan data

Data diambil dari data laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Indonesia dari tahun 2018 yang sudah

dalam bentuk data agregat dari hasil survey pada kepala keluarga di Propinsi

seluruh Indonesia. Seluruh data yang dibutuhkan kemudian ditabulasikan dalam

excel sesuai dengan variabel dan pengukuran dari variabel yang dibutuhkan.

Tabulasi kolom merupakan variabel sedangkan baris adalah data propinsi.

4.6.2 Analisis data

Pengelolaan data dilakukan menggunakan program IBM AMOS (Analysis of

Moment Structure) versi 23. Data dari variabel independen, mediasi, dan dependen

berupa data rasio akan diolah secara deskriptif dengan melihat nilai mean, standar

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

deviasi, kemudian uji statistik yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis)

karena menguji pengaruh langsung, sedangkan pengaruh tidak langsung dengan

menggunakan uji Sobel. Nilai p yang digunakan adalah 0,05.

4.7 Kerangka Operasional

Gambar 4.2 Kerangka operasional

4.8 Lokasi, Waktu dan Jadwal Penelitian

4.8.1 Lokasi penelitian

Pengambilan data oleh Balitbangkes dilakukan di seluruh provinsi di

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Indonesia. Lokasi penelitian adalah dilakukan di Surabaya, di Indonesia.

4.8.2 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan selama 3 bulan mulai bulan November 2021 sampai dengan

Januari 2022.

4.9 Etika Penelitian

Penelitian ini telah memperoleh surat keterangan layak etik dari dari Komite

Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dengan No.

31/EC/KEPK/FKUA/2022.

4.10 Jadwal Penelitian

Tabel 4.2 Jadwal penelitian


No Jenis kegiatan Oktober November Desember Januari
2021 2021 2021 2022
1 Penyusunan X
proposal
2 Penyusunan X X
instrumen
3 Uji coba X X
instrumen
4 Pengumpulan X X
data
5 Pengolahan data X X

6 Analisis data X X

7 Penyusunan X X
laporan
8 Pengumpulan X
laporan

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Pengumpulan Data Penelitian

Data penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data

yang diperoleh dari pihak lain dan tidak diambil sendiri oleh peneliti. Data sekunder

diambil dari Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2018. Data tersebut berasal dari

hasil survey yang dilakukan Dinas Kesehatan tingkat propinsi dari seluruh

Indonesia. Data yang digunakan adalah persentase sesuai dengan rumus yang ada

di metode penelitian. Jika dirinci lebih lanjut adalah sebagai berikut :

1. Hipertensi adalah persentase tingkat kejadian hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah

diastolik ≥ 90 mmHg di seluruh propinsi di Indonesia pada penduduk usia

18 tahun ke atas di tiap propinsi

2. Depresi adalah persentase jumlah ART umur ≥ 15 tahun yang saat ini

mengalami gangguan depresi menurut MINI (Mini International

Neuropsychiatric Interview) di tiap propinsi

3. Obesitas adalah persentase jumlah penduduk dengan lemak abdominal

(sentral) berlebih yang terdapat di daerah abdomen atau perut. Pengukuran

lingkar perut dilakukan pada penduduk dewasa usia ≥ 15 tahun di tiap

propinsi.

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.2 Deskripsi Data Penelitian

Data penelitian dibagi menjadi variabel bebas yaitu depresi, variabel

mediasi adalah obesitas sentral dan variabel tergantung adalah hipertensi.

Kemudian yang menjadi variabel confounding/perancu adalah diabetes melitus,

gagal ginjal kronis, konsumsi rokok. Berikut deskripsi selengkapnya:

Tabel 5.1 Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥18
tahun menurut provinsi, Riskesdas 2018
Hipertensi (Pengukuran) N
No Provinsi
% IK95% tertimbang
Aceh 26,45 25,67 - 12.259
1
27,24
Sumatera Utara 29,19 28,46 - 32.944
2
29,94
Sumatera Barat 25,16 24,29 - 12.650
3
26,04
Riau 29,14 28,19 - 15.807
4
30,12
Jambi 28,99 27,91 - 8.760
5
30,09
Sumatera Selatan 30,44 29,50 - 20.231
6
31,40
Bengkulu 28,14 27,08 - 4.777
7
29,22
Lampung 29,94 29,10 - 20.484
8
30,80
Bangka Belitung 29,90 28,55 - 3.605
9
31,30
Kepulauan Riau 25,84 24,17 - 5.052
10
27,59
DKI Jakarta 33,43 32,13 - 27.195
11
34,75
Jawa Barat 39,60 38,93 - 121.153
12
40,27
Jawa Tengah 37,57 37,02 - 89.648
13
38,12
DI Yogyakarta 32,86 31,59 - 10.318
14
34,15
Jawa Timur 36,32 35,81 - 105.380
15
36,84
Banten 29,47 28,34 - 31.052
16
30,61

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Bali 29,97 28,97 - 11.242


17
30,99
Nusa Tenggara Barat 27,80 26,69 - 11.881
18
28,92
Nusa Tenggara Timur 27,72 26,92 - 11.505
19
28,54
Kalimantan Barat 36,99 35,91 - 11.924
20
38,09
Kalimantan Tengah 34,47 33,26 - 6.470
21
35,70
Kalimantan Selatan 44,13 42,91 - 10.162
22
45,35
Kalimantan Timur 39,30 37,81 - 8.957
23
40,81
Kalimantan Utara 33,02 30,97 - 1.675
24
35,13
Sulawesi Utara 33,12 32,09 - 6.307
25
34,16
Sulawesi Tengah 29,75 28,76 - 7.221
26
30,76
Sulawesi Selatan 31,68 30,84 - 21.142
27
32,53
Sulawesi Tenggara 29,75 28,68 - 5.902
28
30,85
Gorontalo 29,64 28,14 - 2.898
29
31,20
Sulawesi Barat 34,77 33,03 - 3.068
30
36,55
Maluku 28,96 27,52 - 3.914
31
30,45
Maluku Utara 24,65 23,30 - 2.725
32
26,04
Papua Barat 25,90 23,90 - 2.163
33
28,00
Papua 22,22 20,96 - 7.730
34
23,53
INDONESIA 34,11 33,91 - 658.201
34,32

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 5.2 Prevalensi depresi pada penduduk umur >15 tahun menurut provinsi, Riskesdas
2018
Depresi* N
No Provinsi
% IK95% tertimbang
1 Aceh 4,4 4,0 - 4,8 13.285
2 Sumatera Utara 7,9 7,3 - 8,5 36.147
3 Sumatera Barat 8,2 7,6 - 8,8 13.683
4 Riau 6,6 6,1 - 7,2 17.165
5 Jambi 1,8 1,5 - 2,1 9.439
6 Sumatera Selatan 3,4 3,0 - 3,8 21.889
7 Bengkulu 4,8 4,2 - 5,5 5.144
8 Lampung 3,2 3,0 - 3,6 21.994
9 Bangka Belitung 6,5 5,7 - 7,3 3.884
10 Kepulauan Riau 3,7 3,0 - 4,5 5.431
11 DKI Jakarta 5,9 5,2 - 6,7 28.747
12 Jawa Barat 7,8 7,3 - 8,2 130.528
13 Jawa Tengah 4,4 4,2 - 4,6 95.461
14 DI Yogyakarta 5,5 4,92 - 6,1 10.811
15 Jawa Timur 4,5 4,3 - 4,8 111.879
16 Banten 8,7 8,0 - 9,5 33.269
17 Bali 5,1 4,6 - 5,7 11.885
18 Nusa Tenggara Barat 8,8 8,0 - 9,7 12.945
19 Nusa Tenggara Timur 9,7 9,0 - 10,4 12.666
20 Kalimantan Barat 6,2 5,6 - 6,8 12.876
21 Kalimantan Tengah 3,9 3,3 - 4,5 6.981
22 Kalimantan Selatan 4,8 4,4 - 5,3 10.982
23 Kalimantan Timur 6,2 5,4 - 7,1 9.602
24 Kalimantan Utara 5,7 4,7 - 7,0 1.816
25 Sulawesi Utara 6,6 6,0 - 7,4 6.754
26 Sulawesi Tengah 12,3 11,4 - 13,2 7.763
27 Sulawesi Selatan 7,8 7,3 - 8,4 22.798
28 Sulawesi Tenggara 6,3 5,6 - 7,1 6.440
29 Gorontalo 10,3 9,1 - 11,6 3.117
30 Sulawesi Barat 4,3 3,3 - 5,5 3.380
31 Maluku 5,3 4,6 - 6,2 4.329
32 Maluku Utara 9,3 8,3 - 10,5 2.976
33 Papua Barat 7,4 6,3 - 8,7 2.343
34 Papua 4,0 3,5 - 4,5 8.279
INDONESIA 6,1 6,0 - 6,2 706.689
*berdasarkan Mini International Neuropsychiatric Interview

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 5.3 Prevalensi obesitas sentral pada penduduk umur ≥ 15 tahun menurut provinsi,
Riskesdas 2018
Obesitas Sentral* N
No Provinsi
% IK95% tertimbang
1 Aceh 30,2 29,4-31,1 12.841
2 Sumatera Utara 34,9 34,1-35,8 35.399
3 Sumatera Barat 32,8 31,9-33,7 13.447
4 Riau 32,5 31,6-33,5 16.811
5 Jambi 24,6 23,6-25,7 9.278
6 Sumatera Selatan 27,1 26,2-28,0 21.467
7 Bengkulu 29,3 28,2-30,4 5.047
8 Lampung 26,0 25,2-26,8 21.646
9 Bangka Belitung 33,8 32,6-35,1 3.823
10 Kepulauan Riau 33,7 31,9-35,5 5.221
11 DKI Jakarta 41,9 40,6-43,1 27.645
12 Jawa Barat 32,0 31,4-32,6 127.351
13 Jawa Tengah 28,8 28,3-29,3 93.894
14 DI Yogyakarta 32,0 30,5-33,4 10.678
15 Jawa Timur 30,4 29,9-30,9 110.288
16 Banten 30,6 29,6-31,6 32.588
17 Bali 36,9 35,7-38,1 11.795
18 Nusa Tenggara Barat 25,3 24,3-26,3 12.645
19 Nusa Tenggara Timur 19,3 18,6-20,1 12.323
20 Kalimantan Barat 25,6 24,7-26,6 12.574
21 Kalimantan Tengah 24,7 23,7-25,7 6.833
22 Kalimantan Selatan 29,2 28,3-30,2 10.714
23 Kalimantan Timur 37,3 36,0-38,7 9.426
24 Kalimantan Utara 32,5 30,7-34,3 1.787
25 Sulawesi Utara 42,5 41,4-43,5 6.640
26 Sulawesi Tengah 32,9 31,9-34,0 7.615
27 Sulawesi Selatan 31,6 30,8-32,4 22.383
28 Sulawesi Tenggara 30,4 29,0-31,8 6.308
29 Gorontalo 36,6 35,1-38,2 3.076
30 Sulawesi Barat 27,1 25,7-28,5 3.324
31 Maluku 31,8 30,2-33,3 4.185
32 Maluku Utara 32,1 30,7-33,6 2.917
33 Papua Barat 34,6 32,7-36,5 2.287
34 Papua 31,7 30,2-33,3 7.749
Indonesia 31,0 30,8-31,2 692.007
*Lingkar perut laki-laki (> 90cm), lingkar perut perempuan (> 80 cm)

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 5.4 Deskripsi variabel penelitian


Std.
Variabel N Minimum Maximum Mean Median
Deviation
Obesitas Sentral 34 19,30 42,50 31,26 31,75 4,80
Depresi 34 1,80 12,30 6,21 6,05 2,30
Hipertensi 34 22,22 44,13 31,07 29,83 4,76
DM 34 0,60 2,60 1,38 1,30 0,50
Gagal Ginjal
34 0,18 0,64 0,39 0,40 0,10
Kronis
Konsumsi rokok 34 18,80 28,10 23,49 23,35 2,60
Sumber: Lampiran

Hasil deskripsi dapat dilihat seluruh data berjumlah 34. Ini adalah jumlah

propinsi di seluruh Indonesia. Persentase penduduk di propinsi Indonesia yang

memiliki obesitas sentral terendah adalah 19.30 % yaitu propinsi Nusa Tenggara

Timur, tertinggi 42,50 % pada propinsi Gorontalo. Rata – rata persentase obesitas

dari seluruh propinsi 31,26 % + 4,80 %. Persentase penduduk di propinsi Indonesia

yang penduduknya mengalami depresi, terendah adalah 1.80 % yaitu propinsi

Jambi, tertinggi 12,30 % pada propinsi Sulawesi Tengah. Rata – rata persentase

penduduk dengan depresi dari seluruh propinsi 6,05 % + 2,30 %. Persentase

penduduk di propinsi Indonesia yang penduduknya mengalami hipertensi, terendah

adalah 22.22 % yaitu propinsi Papua, tertinggi 44,13 % pada propinsi Sulawesi

Tengah. Rata – rata persentase penduduk dengan hipertensi dari seluruh propinsi

31,07 % + 29,83 %.

Kemudian variabel perancu yaitu DM, gagal ginjal kronis dan konsumsi

rokok diperoleh hasil persentase DM tertinggi ada di propinsi DKI Jakarta, terendah

di propinsi NTT, persentase gagal ginjal kronis tertinggi di propinsi Kalimantan

Utara, terendah di propinsi Sulawesi Barat. Persentase konsumsi rokok tertinggi di

propinsi Lampung, terendah di propinsi Papua. Nilai rata – rata mencerminkan

standar untuk menentukan apakah persentase di masing masing propinsi diatas rata

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

– rata atau dibawah rata – rata.

5.3 Analisis Jalur

Analisis yang digunakan adalah analisis jalur. Analisis ini dipilih karena ada

variabel mediasi yang berfungsi sebagai perantara hubungan variabel bebas dengan

terikat. Sehingga pengaruh yang dibangun adalah pengaruh langsung dan tidak

langsung. Program yang digunakan adalah AMOS versi 23. Sebelum dilakukan uji

analisis jalur maka harus dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji

multivariat normal. Jika nilai CR dibawah 2,58 maka distribusi seluruh variabel

adalah normal.

5.3.1 Uji normalitas

Tabel 5.5 Uji normalitas secara multivariat


Variabel min max skew c.r. kurtosis c.r.
Depresi 1,800 12,300 0,536 1,276 -0,026 -0,031
Obesitas Sentral 19,300 42,500 0,086 0,206 0,541 0,644
Hipertensi 22,220 44,130 0,706 1,682 0,323 0,384
Multivariate 4,579 2,438
Sumber: Lampiran

Hasil uji normalitas data menggunakan uji multivariat normal diperoleh

nilai CR dibawah 2,58 yaitu 2,438. Sehingga distribusi seluruh variabel adalah

normal. Maka uji lanjut dengan analisis jalur bisa dilakukan.

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 5.1 Model analisis jalur

5.3.2 Uji analisis jalur

Berikut adalah hasil pengujian analisis jalur selengkapnya baik secara

pengaruh langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung diolah dengan AMOS,

sedangkan pengaruh tidak langsung dilakukan dengan Sobel Test, karena program

AMOS tidak ada pengujian pengaruh tidak langsung.

Tabel 5.6 Uji analisis jalur, pengaruh langsung dan tidak langsung
Pengaruh Hubungan antar variabel Koefisien Critical P R2
jalur Ratio value
Langsung Depresi ➔ Obesitas 0,413 2,603 0,009 0,170
Sentral
Depresi ➔ Hipertensi 0,116 0,741 0,459 0,327

Obesitas ➔ Hipertensi 0,514 3,274 0,001


Sentral
Tidak Depresi ➔ Obesitas Sentral 0,212 2,039 0,041
langsung ➔ Hipertensi
Sumber: Lampiran

Tabel 5.3 dapat diinterprestasikan sebagai berikut:

1. Pengaruh depresi terhadap obesitas diperoleh nilai koefisien 0,413.

Koefisien ini bertanda positif yang berarti semakin tinggi persentase

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

penduduk di propinsi yang depresi maka semakin tinggi persentase

penduduk yang mengalami obesitas. Hasil nilai p value diperoleh 0,009.

Nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga pengaruh depresi terhadap obesitas

ini signifikan. Kemudian besarnya pengaruh depresi terhadap obesitas

adalah 17 %.

2. Pengaruh depresi terhadap hipertensi diperoleh nilai koefisien 0,116.

Koefisien ini bertanda positif yang berarti semakin tinggi persentase

penduduk di propinsi yang depresi maka semakin tinggi persentase

penduduk yang mengalami hipertensi. Hasil nilai p value diperoleh 0,459.

Nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga pengaruh depresi terhadap hipertensi

ini tidak signifikan.

3. Pengaruh obesitas terhadap hipertensi diperoleh nilai koefisien 0,514.

Koefisien ini bertanda positif yang berarti semakin tinggi persentase

penduduk di propinsi yang obesitas maka semakin tinggi persentase

penduduk yang mengalami hipertensi. Hasil nilai p value diperoleh 0,001.

Nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga pengaruh obesitas terhadap hipertensi

ini signifikan. Besarnya pengaruh depresi dan obesitas terhadap hipertensi

adalah 32,7 %.

4. Pengaruh tidak langsung depresi terhadap hipertensi melalui obesitas

diperoleh nilai koefisien 0,212. Hasil nilai p value diperoleh 0,041. Nilai ini

lebih kecil dari 0,05 sehingga ada pengaruh tidak langsung yang signifikan

depresi terhadap hipertensi melalui obesitas.

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.4 Analisis Variabel Perancu

Untuk memastikan bahwa ada faktor perancu yang berpengaruh pada

hipertensi maka dilakukan uji regresi linier berganda. Hasil selengkapnya dari

pengaruh variabel perancu terhadap dependen yaitu hipertensi dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 5.7 Uji pengaruh perancu terhadap hipertensi

Variabel Perancu Koefisien t p


Konstanta 2,888 0,007
DM 0,440 2,637 0,013
Gagal Ginjal Kronis 0,069 0,407 0,687
Konsumsi Rokok 0,061 0,371 0,713
Koefisien Determinasi (R2) 0,219

Hasil pengujian menunjukkan variabel DM berpengaruh terhadap hipertensi

karena nilai signifikansi 0,013 (p < 0,05). Sedangkan gagal ginjal kronis dan

konsumsi rokok tidak berpengaruh signifikan. Arah pengaruh DM terhadap

hipertensi adalah positif, yaitu semakin tinggi persentase penduduk yang

mengalami DM di suatu proponsi maka semakin besar penduduk yang mengalami

hipertensi. Besar pengaruh seluruh variabel dapat dilihat dari nilai koefisien

determinasi yaitu 21,9 %. Jika dibandingkan dengan variabel bebas dan mediasi

maka pengaruh variabel perancu lebih rendah. Sehingga peran variabel bebas dan

mediasi lebih menonjol dalam menyebabkan hipertensi.

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 6

PEMBAHASAN

Berdasarkan data riskesdas tahun 2018, rata-rata prevalensi hipertensi yang

diukur dari 34 provinsi di Indonesia adalah 31,07%, lebih rendah dari data seluruh

dunia 33,4% dan dari daerah asia tenggara dan Australia 35,4%, tetapi lebih tinggi

dari prevalensi data sebelumnya tahun 2013 (25,8%) (Kemenkes RI, 2013; Beaney

et al., 2019). Selain itu, skrining May Measurement Months (MMM) di Indonesia

pada tahun 2018 menunjukan hanya sekitar 47,6% orang sadar menderita

hipertensi, 47,4% sedang menjalani pengobatan hipertensi dan diantaranya 78,0%

masih memiliki tekanan darah yang tidak terkontrol (Turana et al., 2020). Hal ini

menunjukan rendahnya kesadaran tentang hipertensi dan sulitnya pengelolaan

hipertensi di komunitas Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman, edukasi, dan

modifikasi gaya hidup sebagai terapi lini pertama antihipertensi harus dilakukan

karena dapat mencegah atau menunda timbulnya hipertensi dan dapat menurunkan

risiko kardiovaskular (Piepoli et al., 2016).

6.1 Hubungan Depresi dengan Hipertensi Melalui Analisis Jalur

Analisis jalur pada studi ini merupakan metode untuk menilai efek

langsung dan tidak langsung dari variabel independen depresi, variabel mediasi

obesitas, dan variabel dependen hipertensi. Berbeda dengan metode analisis regresi

persamaan tunggal (konvensional) yang hanya mampu menilai efek langsung dari

variabel independen-dependen, metode ini mampu mengkoreksi kesalahan yang

disebabkan penggunaan variabel dependen (obesitas) sebagai variabel

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

independen/mediasi untuk variabel dependen lainnya (hipertensi), ketika variabel

independen/mediasi tersebut (obesitas) juga dipengaruhi oleh variabel independen

lain (depresi). Kelemahan analisis regresi persamaan konvensional adalah

kemungkinan menghasilkan perkiraan yang bias karena efek tidak langsung

variabel. Sehingga keunggulan penelitian ini mampu menganalisis hubungan antara

depresi, obesitas, dan hipertensi dengan lebih akurat (Ahn, 2002).

Studi ini menunjukan adanya hubungan positif tidak langsung antara

depresi terhadap hipertensi melalui obesitas (koefisien jalur: 0,212; p= 0,041).

Sedangkan efek langsung dari depresi menunjukan hubungan positif signifikan

terhadap obesitas dan positif tidak signifikan terhadap hipertensi (koefisien jalur

0,413; p= 0,009 dan koefisien jalur 0,116; p= 0,459). Temuan ini menunjukan

bahwa, gejala depresi berhubungan dengan hipertensi terutama melalui prevalensi

obesitas yang tinggi.

Pada penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Kabir et al pada tahun

2006 bertajuk Bogalusa Heart Study, juga menunjukan hasil serupa untuk

hubungan tiga variabel yang sama. Analisis data primer mereka menunjukan bahwa

peningkatan skor gejala depresi berkaitan dengan 14% (OR= 1,14; p=0,02)

peningkatan kemungkinan hipertensi karena adanya tingkat indeks masa tubuh

(IMT) yang tinggi pada ras kulit putih dan Afrika Amerika. Selain itu efek langsung

dari gejala depresi juga menunjukan hubungan positif tidak signifikan terhadap

hipertensi pada ras kulit putih (OR=1,05; p= 0,22) dan bahkan hubungan negative

signifikan pada ras Afrika Amerika (OR 0,81; p= 0,004) (Kabir et al., 2006).

Sebuah penelitian analisis jalur lainnya juga menunjukan hasil yang serupa bahwa

depresi dan ansietas memiliki hubungan tidak langsung terhadap hipertensi melalui

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

variabilitas denyut nadi yang dipengaruhi gangguan system syaraf otonom (Chen

dan Kao, 2020).

Namun, studi prospektif CARDIA pada tahun 2000 menunjukan bahwa

gejala depresi meningkatkan resiko hipertensi bahkan setelah menyesuaian untuk

faktor risiko hipertensi lainnya dalam model analisis regresi logistik (OR=1,78;

interval kepercayaan (IK) 95% 1,06-2,98). Hubungan ini berkorelasi signifikan

pada ras kulit hitam, namun tidak pada ras kulit putih yang memiliki insiden

hipertensi lebih rendah (Davidson et al., 2000). Di sisi yang lain ada juga studi

prospektif (r = 0,003-0,005; p= 0,93) dan meta analisis (OR= 0,89; IK 95%= 0,62-

1,28) yang menyimpulkan tidak adanya hubungan depresi dengan hipertensi

(Goldberg, Comstock dan Graves, 1980; Vancampfort et al., 2014). Perbedaan hasil

dari berbagai peneltian ini mungkin disebabkan adanya efek tidak langsung yang

dominan dari gejala depresi yang dapat dibuktikan dengan penelitian metode

analisis jalur.

6.2 Hubungan Depresi dengan Obesitas

Besar pengaruh depresi terhadap obesitas pada penelitian ini adalah 17%

(koefisien jalur 0,413; p= 0,009). Artinya semakin tinggi presentase penduduk yang

mengalami depresi maka semakin tinggi pula presentase obesitas. Dalam meta

analisis dari empat penelitian, prevalensi obesitas sentral adalah 41,6% pada 3118

pasien dengan depresi berat (OR= 1,37; IK 95%= 0,92-2,05) (Vancampfort et al.,

2014). Depresi adalah penyebab dan akibat dari obesitas, melalui aktivitas jangka

panjang dari aksis hypothalamic–pituitary–adrenal (HPA). Peningkatan kortisol

atau glukokortikoid meningkatkan konsumsi makanan dan menyebabkan obesitas

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

sentral. Di sisi lain, Kelebihan berat badan dan persepsi kelebihan berat badan akan

meningkatkan tekanan psikologis, menyebabkan ketidakpuasan bentuk tubuh,

menurunkan harga diri, dan menyebabkan gangguan pola makan yang merupakan

faktor resiko dari depresi (Atlantis dan Ball, 2008; Hewagalamulage et al., 2016).

Sebagai contoh, sebuah meta-analisis dari 15 studi observasional prospektif (n >

62.000 pasien) menemukan bahwa depresi meningkatkan risiko menjadi obesitas

(OR=1,58; IK 95%= 1.33-1.87), dan obesitas meningkatkan risiko depresi pada

pemantauan perkembangan pasien (OR 1.55; IK 95% 1,22-1,98) (Luppino et al.,

2010).

6.3 Hubungan Obesitas dengan Hipertensi

Besar pengaruh obesitas dengan hipertensi pada penelitian ini adalah 32,7%

(koefisien jalur 0,514; p= 0,001) yang berarti semakin tinggi perenstasi penduduk

yang mengalami obesitas, maka semakin tinggi presentase penduduk yang

mengalami hipertensi. Peningkatan lemak tubuh baik dinilai dari IMT atau lingkar

pinggang sangat berkaitan dengan peningkatan tekanan darah. Studi jantung

Framingham yang melibatkan 5.209 pasien diikuti secara prospektif selama 44

tahun, menunjukan bahwa kelebihan berat badan (overweight [IMT 25-29,9 kg/m2]

dan obesitas [IMT > 30 kg/m2]) menyumbang sekitar 26% kasus hipertensi pada

pria dan 28% pada wanita (RR= 1,48 IK95%= 1,24-1,75 untuk overweight dan RR=

2,23; IK 95%= 1,75-2,84 untuk obesitas)(Wilson et al., 2002). Sebuah prospektif

studi lain di cina, yang melibatkan 10.265 pasien normotensi, juga meneliti

hubungan penambahan lingkar perut dengan diagnosis baru hipertensi. Dalam enam

tahun pemantauan, studi tersebut menyimpulkan bahwa baik laki-laki maupun

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

perempuan yang mengalami obesitas sentral pada pemantauan, menunjukan risiko

hipertensi yang lebih besar terlepas dari status obesitas sentral pada awal

pemeriksaan. Dibandingkan dengan kelompok referensi, penambahan lebih dari 5%

lingkar perut meningkatkan risiko hipertensi unutk laki-laki (RR= 1,34; IK 95%

1,15-1,57) dan perempuan (RR=1,28; IK 95% 1,10-1,50). Risiko hipertensi juga

menurun pada mereka yang lingkar perutnya berkurang sebanyak 2,5% (RR= 0,81;

IK 95%= 0,67-0,98)(Zhao et al., 2017). Sementara kelebihan berat badan dan

obesitas meningkatkan risiko hipertensi, tidak dapat disangkal juga bahwa

hipertensi biasa terjadi pada individu yang tidak kelebihan berat badan dan bahwa

faktor-faktor selain kelebihan berat badan juga mempengaruhi tekanan darah.

6.4 Faktor Perancu

Untuk memastikan besar pengaruh faktor perancu pada hipertensi, kami

melakukan analisis regresi linier berganda untuk faktor DM, gagal ginjal kronis dan

penggunaan rokok terhadap hipertensi. Dari faktor tersebut didapatkan DM

memberikan pengaruh signifikan, sedangkan gagal ginjal kronis dan konsumsi

rokok tidak berpengaruh signifikan. Besar pengaruh seluruh variabel perancu

adalah 21,9%. Pengaruh ini lebih kecil apabila dibandingkan dengan pengaruh

variabel bebas dan mediasi (32,7%) sehingga pengaruh variabel bebas dan mediasi

lebih besar dari pada variabel perancu dalam menyebabkan hipertensi. Hubungan

tidak signifikan dari gagal ginjal kronis dan riwayat merokok dari data penelitian

ini masih belum dapat dijelaskan, mungkin dapat dibuktikan lebih lanjut dengan

penelitian raw data atau penelitian data primer.

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Hipertensi merupakan masalah yang umum terjadi pada pasien DM dan

penyakit ginjal kronis. Pada pasien yang menderita DM, ada relasi yang dekat

antara kejadian hipertensi dengan albuminuria yang merupakan cikal bakal

nefropati diabetik. Kejadian hipertensi meningkat secara pararel dengan tingkat

keparahan nefropati diabetik dan secara bersamaan hipertensi juga memperburuk

nefropatinya (Epstein dan Sowers, 1992). Pada sebuah studi yang melibatkan 981

pasien DM tipe 1, hipertensi terjadi pada 19% pasien dengan normoalbuminuria,

30% dengan peningkatan albuminusia, dan 65% pada makroalbuminuria (Parving

et al., 1988). Pada DM tipe 2, dari 3.500 diagnosis baru, ada 39% pasien menderita

hipertensi. Sekitar setengah diantaranya menderita hipertensi terjadi sebelum

timbulnya albuminuria (Hypertension in Diabetes Study (HDS), 1993).

Prevalensi hipertensi adalah sekitar 80-85% pada pasien dengan gagal ginjal

kronis (Whaley-Connell et al., 2008). Prevalensi ini meningkat seiring dengan

perburukan laju filtrasi ginjal (GFR). Data dari studi Modification of Diet in Renal

Disease, misalnya, menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi meningkat secara

progresif dari 65 menjadi 95% bersamaan dengan turunya GFR dari 85 menjadi 15

mL/menit/ 1,73 m2 (Buckalew et al., 1996).

Efek rokok terhadap hipertensi bersifat kontroversial. Pada keadaan akut,

rokok dapat secara sementara meningkatkan tekanan darah. Sebagai contoh, dalam

satu studi yang melibatkan perokok normotensi, rata-rata peningkatan tekanan

darah sistolik setelah penggunaan rokok adalah sekitar 20 mmHg. Tekanan darah

kemudian turun 10-15 menit setelah berhenti merokok. Namun, ketika orang

tersebut melanjutkan merokok (merokok satu batang setip 15 menit dalam 1 jam)

tekanan darah akan tetap naik (Groppelli et al., 1992). Pada kedaan kronik,

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

beberapa kelompok pasien yang merokok dilaporkan memiliki tekanan darah lebih

rendah dari pada yang tidak merokok (Green, Jucha dan Luz, 1986; Mikkelsen et

al., 1997; Primatesta et al., 2001). Tetapi, ada pula studi yang mengemukakan

bahwa merokok meningkatkan kemungkinan masked hypertension yang sebaiknya

juga diterapi sama seperti pasien hipertensi lainnya (Verberk, Kessels dan de

Leeuw, 2008). Namun demikian, efek samping merokok yang cukup besar pada

risiko kardiovaskular telah diketahui dengan baik dan pasien yang menderita

hipertensi direkomendasikan untuk berhenti merokok (Doll et al., 1994).

Hubungan tidak signifikan gagal ginjal kronis dan riwayat merokok

terhadap hipertensi pada penelitian ini mungkin disebabkan karena limitasi studi,

di mana kami menggunakan data sekunder dan bukan data primer, serta data yang

digunakan adalah data agregat, bukan raw data.

6.5 Limitasi Studi

Limitasi studi ini adalah penggunaan data sekunder yang diambil dari Riset

Kesehatan Dasar Nasional tahun 2018 dan merupakan data agregat, bukan raw

data. Namun demikian, keakuratan data sekunder ini dapat dipercaya. Hasil uji

normalitas data ini adalah 2,438 (CR < 2,58) sehingga distribusi seluruh variabel

data adalah normal. Selain itu hasil uji analisis jalur kami tidak berbeda dengan

hasil uji analisis jalur sebelumnya yang menggunakan data primer dengan variabel

serupa (Kabir et al., 2006; Chen dan Kao, 2020). Limitasi lain berkaitan dengan

data sekunder ini adalah keterbatasan variabel perancu yang bisa kami masukan

kedalam analisis penelitian. Hal ini menyebabkan perbedaan hasil hubungan

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

variabel perancu dan hipertensi dengan beberapa studi sebelumnya (Verberk,

Kessels dan de Leeuw, 2008; Whaley-Connell et al., 2008).

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 7

KESIMPULAN

7.1 Kesimpulan

1. Prevalensi depresi dengan prevalensi hipertensi pada provinsi di Indonesia tidak

perhubungan langsung.

2. Prevalensi depresi berhubungan langsung dengan prevalensi obesitas sentral

pada provinsi di Indonesia dengan besar pengaruh 17%.

3. Prevalensi obesitas sentral berhubungan langsung dengan hipertensi pada

provinsi di Indonesia dengan besar pengaruh 32,7%.

4. Prevalensi depresi berhubungan tidak langsung dengan prevalensi hipertensi

pada provinsi di Indonesia. Prevalensi depresi berhubungan dengan hipertensi

melalui obesitas sentral.

7.2 Saran

1. Penelitian analisis jalur berikutnya diharapkan menggunakan data primer agar

dapat mengukur kekuatan hubungan variabel risiko.

2. Penelitian analisis jalur berikutnya diharapkan menggunakan raw data agar

dapat mengukur keakuratan hubungan variabel risiko.

3. Penelitian analisis jalur berikutnya diharapkan dapat memperbanyak variabel

perancu dengan data primer agar dapat mengetahui hubungan murni variabel

dengan lebih akurat.

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4. Masyarakat dengan hipertensi diharapkan dapat melakukan perubahan gaya

hidup dengan memperhatikan kesehatan mental, pola makan, dan lingkar perut

serta kontrol tekanan darah dengan rutin.

5. Masyarakat dengan depresi dianjurkan untuk berkonsultasi kepada psikolog,

psikiater, dan/atau mengikuti terapi grup yang diselenggarakan lembaga sosial

terkait agar dapat memperoleh bantuan dan mencegah timbulnya komplikasi

lebih lanjut.

6. Masyarakat dengan obesitas diharapkan mengikuti anjuran pemerintah yang

tertuang dalam Gerakan Nasional Tekan Angka Obesitas (GENTAS).

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Daftar Pustaka

Ahn, J. (2002) “Beyond Single Equation Regression Analysis: Path Analysis and
MultiStage Regression Analysis,” American journal of pharmaceutical education,
66, hal. 37–42.

American Psychiatric Association (2013) Diagnostic and statistical manual of


mental disorders : DSM-5. Diedit oleh A. P. Association dan A. P. A. D.-5 T.
Force. Arlington, VA: American Psychiatric Association.

Aronow, W. S. (2017) “Association of obesity with hypertension,” Annals of


translational medicine, 5(17), hal. 350. doi: 10.21037/atm.2017.06.69.

Atlantis, E. dan Ball, K. (2008) “Association between weight perception and


psychological distress,” International Journal of Obesity, 32(4), hal. 715–721.
doi: 10.1038/sj.ijo.0803762.

Bains, N. dan Abdijadid, S. (2021) “Major depressive disorder,” StatPearls


[Internet].

Beaney, T. et al. (2019) “May Measurement Month 2018: a pragmatic global


screening campaign to raise awareness of blood pressure by the International
Society of Hypertension.,” European heart journal, 40(25), hal. 2006–2017. doi:
10.1093/eurheartj/ehz300.

Buckalew, V. M. J. et al. (1996) “Prevalence of hypertension in 1,795 subjects


with chronic renal disease: the modification of diet in renal disease study baseline
cohort. Modification of Diet in Renal Disease Study Group.,” American journal of
kidney diseases : the official journal of the National Kidney Foundation, 28(6),
hal. 811–821. doi: 10.1016/s0272-6386(96)90380-7.

Chand, S. P. dan Arif, H. (2022) Depression. Treasure Island (FL).

Chen, T. Y. dan Kao, C. W. (2020) “Effect of psychosocial factors and heart ate
variability on blood pressure control in patient with primary hypertension:A path
analysis,” European Heart Journal, 41(Supplement_2), hal. ehaa946.3410. doi:
10.1093/ehjci/ehaa946.3410.

Davidson, K. et al. (2000) “Do depression symptoms predict early hypertension


incidence in young adults in the CARDIA study? Coronary Artery Risk
Development in Young Adults.,” Archives of internal medicine, 160(10), hal.
1495–1500. doi: 10.1001/archinte.160.10.1495.

Doll, R. et al. (1994) “Mortality in relation to smoking: 40 years’ observations on


male British doctors,” BMJ (Clinical research ed.), 309(6959), hal. 901–911. doi:
10.1136/bmj.309.6959.901.

Epstein, M. dan Sowers, J. R. (1992) “Diabetes mellitus and hypertension.,”

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Hypertension (Dallas, Tex. : 1979), 19(5), hal. 403–418. doi:


10.1161/01.hyp.19.5.403.

Gnatiuc, L. et al. (2019) “General and Abdominal Adiposity and Mortality in


Mexico City: A Prospective Study of 150 000 Adults.,” Annals of internal
medicine, 171(6), hal. 397–405. doi: 10.7326/M18-3502.

Goda, A. dan Masuyama, T. (2016) “Obesity and Overweight in Asian People,”


Circulation Journal, 80(12), hal. 2425–2426. doi: 10.1253/circj.CJ-16-1087.

Goldberg, E. L., Comstock, G. W. dan Graves, C. G. (1980) “Psychosocial factors


and blood pressure.,” Psychological medicine, 10(2), hal. 243–255. doi:
10.1017/s0033291700044007.

Green, M. S., Jucha, E. dan Luz, Y. (1986) “Blood pressure in smokers and
nonsmokers: epidemiologic findings.,” American heart journal, 111(5), hal. 932–
940. doi: 10.1016/0002-8703(86)90645-9.

Groppelli, A. et al. (1992) “Persistent blood pressure increase induced by heavy


smoking.,” Journal of hypertension, 10(5), hal. 495–499. doi: 10.1097/00004872-
199205000-00014.

Hall, J. E. et al. (2015) “Obesity-Induced Hypertension,” Circulation Research,


116(6), hal. 991–1006. doi: 10.1161/CIRCRESAHA.116.305697.

Hamrahian, S. M. (2017) Pathophysiology of Hypertension, Medscape. Tersedia


pada: https://emedicine.medscape.com/article/1937383-overview#showall.

Hewagalamulage, S. D. et al. (2016) “Stress, cortisol, and obesity: a role for


cortisol responsiveness in identifying individuals prone to obesity.,” Domestic
animal endocrinology, 56 Suppl, hal. S112-20. doi:
10.1016/j.domaniend.2016.03.004.

“Hypertension in Diabetes Study (HDS): I. Prevalence of hypertension in newly


presenting type 2 diabetic patients and the association with risk factors for
cardiovascular and diabetic complications” (1993) Journal of Hypertension,
11(3), hal. 309–317. doi: 10.1097/00004872-199303000-00012.

Iqbal, A. M. dan Jamal, S. F. (2022) Essential Hypertension, StatPearls


[Internet]. Tersedia pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539859/.

Janssen, I., Katzmarzyk, P. T. dan Ross, R. (2004) “Waist circumference and not
body mass index explains obesity-related health risk.,” The American journal of
clinical nutrition, 79(3), hal. 379–384. doi: 10.1093/ajcn/79.3.379.

Jensen, M. D. et al. (2014) “2013 AHA/ACC/TOS guideline for the management


of overweight and obesity in adults: a report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines and

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

The Obesity Society.,” Circulation, 129(25 Suppl 2), hal. S102-38. doi:
10.1161/01.cir.0000437739.71477.ee.

Kabir, A. A. et al. (2006) “Association of symptoms of depression and obesity


with hypertension: the Bogalusa Heart Study.,” American journal of
hypertension, 19(6), hal. 639–645. doi: 10.1016/j.amjhyper.2005.10.026.

KEMENKES RI (2013) “Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013,” Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, hal. 1–384.

KEMENKES RI (2018a) “Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017,”


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat, hal. Hlm 1-
150.

KEMENKES RI (2018b) Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018, Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Tersedia
pada: https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/
(Diakses: 7 Februari 2022).

KEMENKES RI (2020) Hipertensi Si Pembunuh Senyap, InfoDATIN. Tersedia


pada: https://www.kemkes.go.id/article/view/20030900006/hipertensi-si-
pembunuh-senyap.html (Diakses: 7 Februari 2022).

Luppino, F. S. et al. (2010) “Overweight, obesity, and depression: a systematic


review and meta-analysis of longitudinal studies.,” Archives of general
psychiatry, 67(3), hal. 220–229. doi: 10.1001/archgenpsychiatry.2010.2.

Mannan, M. et al. (2016) “Is there a bi-directional relationship between


depression and obesity among adult men and women? Systematic review and
bias-adjusted meta analysis.,” Asian journal of psychiatry, 21, hal. 51–66. doi:
10.1016/j.ajp.2015.12.008.

Meng, L. et al. (2012) “Depression increases the risk of hypertension incidence: a


meta-analysis of prospective cohort studies.,” Journal of hypertension, 30(5), hal.
842–851. doi: 10.1097/HJH.0b013e32835080b7.

Mikkelsen, K. L. et al. (1997) “Smoking related to 24-h ambulatory blood


pressure and heart rate: a study in 352 normotensive Danish subjects.,” American
journal of hypertension, 10(5 Pt 1), hal. 483–491. doi: 10.1016/s0895-
7061(96)00487-6.

Milaneschi, Y. et al. (2019) “Depression and obesity: evidence of shared


biological mechanisms.,” Molecular psychiatry, 24(1), hal. 18–33. doi:
10.1038/s41380-018-0017-5.

Milano, W. et al. (2020) “Depression and Obesity: Analysis of Common


Biomarkers,” Diseases . doi: 10.3390/diseases8020023.

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Nam, G. E. dan Park, H. S. (2018) “Perspective on Diagnostic Criteria for Obesity


and Abdominal Obesity in Korean Adults.,” Journal of obesity & metabolic
syndrome, 27(3), hal. 134–142. doi: 10.7570/jomes.2018.27.3.134.

Nemiary, D. et al. (2012) “The Relationship Between Obesity and Depression


Among Adolescents.,” Psychiatric annals, 42(8), hal. 305–308. doi:
10.3928/00485713-20120806-09.

Nimptsch, K., Konigorski, S. dan Pischon, T. (2019) “Diagnosis of obesity and


use of obesity biomarkers in science and clinical medicine.,” Metabolism: clinical
and experimental, 92, hal. 61–70. doi: 10.1016/j.metabol.2018.12.006.

Panuganti, K. K., Nguyen, M. dan Kshirsagar, R. K. (2021) “Obesity,” StatPearls


[Internet], hal. 135–138.

Parving, H. H. et al. (1988) “Prevalence of microalbuminuria, arterial


hypertension, retinopathy and neuropathy in patients with insulin dependent
diabetes.,” British medical journal (Clinical research ed.), 296(6616), hal. 156–
160. doi: 10.1136/bmj.296.6616.156.

Perreault, L. (2021) Obesity in adults: Prevalence, screening, and evaluation -


UpToDate, UpToDate. Tersedia pada:
https://www.uptodate.com/contents/obesity-in-adults-prevalence-screening-and-
evaluation (Diakses: 8 Februari 2022).

Pettersson, A. et al. (2018) “The Mini-International Neuropsychiatric Interview is


useful and well accepted as part of the clinical assessment for depression and
anxiety in primary care: a mixed-methods study.,” BMC family practice, 19(1),
hal. 19. doi: 10.1186/s12875-017-0674-5.

Piepoli, M. F. et al. (2016) “2016 European Guidelines on cardiovascular disease


prevention in clinical practice: The Sixth Joint Task Force of the European
Society of Cardiology and Other Societies on Cardiovascular Disease Prevention
in Clinical Practice (constituted by representat,” European heart journal, 37(29),
hal. 2315–2381. doi: 10.1093/eurheartj/ehw106.

Primatesta, P. et al. (2001) “Association between smoking and blood pressure:


evidence from the health survey for England.,” Hypertension (Dallas, Tex. :
1979), 37(2), hal. 187–193. doi: 10.1161/01.hyp.37.2.187.

Rubio-Guerra, A. F. et al. (2013) “Depression increases the risk for uncontrolled


hypertension.,” Experimental and clinical cardiology, 18(1), hal. 10–12.

Schwartz, M. W. et al. (2017) “Obesity Pathogenesis: An Endocrine Society


Scientific Statement.,” Endocrine reviews, 38(4), hal. 267–296. doi:
10.1210/er.2017-00111.

Turana, Y. et al. (2020) “May Measurement Month 2018: an analysis of blood

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pressure screening results from Indonesia.,” European heart journal


supplements : journal of the European Society of Cardiology, 22(Suppl H), hal.
H66–H69. doi: 10.1093/eurheartj/suaa031.

Unger, T. et al. (2020) “2020 International Society of Hypertension Global


Hypertension Practice Guidelines,” Hypertension, 75(6), hal. 1334–1357. doi:
10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.15026.

Vancampfort, D. et al. (2014) “Metabolic syndrome and metabolic abnormalities


in patients with major depressive disorder: a meta-analysis of prevalences and
moderating variables.,” Psychological medicine, 44(10), hal. 2017–2028. doi:
10.1017/S0033291713002778.

Verberk, W. J., Kessels, A. G. H. dan de Leeuw, P. W. (2008) “Prevalence,


causes, and consequences of masked hypertension: a meta-analysis.,” American
journal of hypertension, 21(9), hal. 969–975. doi: 10.1038/ajh.2008.221.

Verduijn, J. et al. (2015) “Pathophysiology of major depressive disorder:


mechanisms involved in etiology are not associated with clinical progression.,”
Translational psychiatry, 5(9), hal. e649. doi: 10.1038/tp.2015.137.

Whaley-Connell, A. T. et al. (2008) “CKD in the United States: Kidney Early


Evaluation Program (KEEP) and National Health and Nutrition Examination
Survey (NHANES) 1999-2004.,” American journal of kidney diseases : the
official journal of the National Kidney Foundation, 51(4 Suppl 2), hal. S13-20.
doi: 10.1053/j.ajkd.2007.12.016.

Wilson, P. W. F. et al. (2002) “Overweight and obesity as determinants of


cardiovascular risk: the Framingham experience.,” Archives of internal medicine,
162(16), hal. 1867–1872. doi: 10.1001/archinte.162.16.1867.

Zhao, Y. et al. (2017) “Association of 6-year waist circumference gain and


incident hypertension.,” Heart (British Cardiac Society), 103(17), hal. 1347–
1352. doi: 10.1136/heartjnl-2016-310760.

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran

Lampiran 1 Deskripsi data penelitian

Rata-rata variabel

Report
Obesitas.Sentra Depresi Hipertens DM Gagal.Ginjal.Kroni Konsumsi.Roko
l i s k
N 34 34 34 34 34 34
Minimum 19.30 1.80 22.22 .60 .18 18.80
Maximu
42.50 12.30 44.13 2.60 .64 28.10
m
1.376
Mean 31.2559 6.2147 31.0671 .3947 23.4941
5
1.300
Median 31.7500 6.0500 29.8250 .3950 23.3500
0
Std. 2.3033 .4985
4.80260 4.75806 .10270 2.60139
Deviation 7 2

Test normalitas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Obesitas.Sentral .101 34 .200* .972 34 .525
Depresi .110 34 .200* .974 34 .593
Hipertensi .179 34 .007 .955 34 .170
DM .179 34 .008 .931 34 .033
Gagal.Ginjal.Kronis .118 34 .200* .983 34 .872
Konsumsi.Rokok .090 34 .200* .962 34 .273
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Korelasi Nonparametric

Correlations
Hipertensi DM
Correlation Coefficient 1.000 .481**
Hipertensi Sig. (2-tailed) . .004
N 34 34
Spearman's rho
Correlation Coefficient .481** 1.000
DM Sig. (2-tailed) .004 .
N 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Korelasi
Correlations
Hipertensi Gagal.Ginjal.Kronis
Pearson Correlation 1 .188
Hipertensi Sig. (2-tailed) .286
N 34 34
Pearson Correlation .188 1
Gagal.Ginjal.Kronis Sig. (2-tailed) .286
N 34 34

Korelasi
Correlations
Hipertensi Konsumsi.Rokok
Pearson Correlation 1 .075
Hipertensi Sig. (2-tailed) .673
N 34 34
Pearson Correlation .075 1
Konsumsi.Rokok Sig. (2-tailed) .673
N 34 34

Regresi

Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
Konsumsi.Rokok, DM,
1 . Enter
Gagal.Ginjal.Kronisb
a. Dependent Variable: Hipertensi
b. All requested variables entered.

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .468a .219 .141 4.41069
a. Predictors: (Constant), Konsumsi.Rokok, DM, Gagal.Ginjal.Kronis

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 163.465 3 54.488 2.801 .057b
1 Residual 583.626 30 19.454
Total 747.091 33
a. Dependent Variable: Hipertensi
b. Predictors: (Constant), Konsumsi.Rokok, DM, Gagal.Ginjal.Kronis

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Beta Tolerance VIF
Error
(Constant) 21.434 7.421 2.888 .007

1 DM 4.198 1.592 .440 2.637 .013 .936 1.069


Gagal.Ginjal.Kronis 3.180 7.812 .069 .407 .687 .916 1.092
Konsumsi.Rokok .111 .298 .061 .371 .713 .978 1.023
a. Dependent Variable: Hipertensi

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran Tambahan Analisis Jalur

Maximum Likelihood Estimates

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimat Labe
S.E. C.R. P
e l
Obesitas.Sentra <-- .33 2.60 .00 par_
Depresi .861
l - 1 3 9 1
<-- .32 .45 par_
Hipertensi Depresi .240 .741
- 4 9 2
<-- Obesitas.Sentr .15 3.27 .00 par_
Hipertensi .509
- al 5 4 1 3

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate
Obesitas.Sentral <--- Depresi .413
Hipertensi <--- Depresi .116
Hipertensi <--- Obesitas.Sentral .514

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label


Depresi 5.149 1.268 4.062 *** par_4
d1 18.573 4.572 4.062 *** par_5
d2 14.799 3.643 4.062 *** par_6

Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate
Obesitas.Sentral .170
Hipertensi .327

Total Effects (Group number 1 - Default model)

Depresi Obesitas.Sentral
Obesitas.Sentral .861 .000
Hipertensi .678 .509

Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)

Depresi Obesitas.Sentral
Obesitas.Sentral .413 .000

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Depresi Obesitas.Sentral
Hipertensi .328 .514

Direct Effects (Group number 1 - Default model)

Depresi Obesitas.Sentral
Obesitas.Sentral .861 .000
Hipertensi .240 .509

Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)

Depresi Obesitas.Sentral
Obesitas.Sentral .413 .000
Hipertensi .116 .514

Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

Depresi Obesitas.Sentral
Obesitas.Sentral .000 .000
Hipertensi .438 .000

Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

Depresi Obesitas.Sentral
Obesitas.Sentral .000 .000
Hipertensi .212 .000

HASIL SOBEL TEST

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 2. Anggaran penelitian

No Jenis Pengeluaran Biaya


1 Alat tulis dan bahan habis pakai Rp. 1.000.000
2 Perjalanan Rp. 500.000,00
3 Perlengkapan pendukung (internet, dll) Rp. 500.000,00
4 Lain-lain (Publikasi jurnal internasional, Rp. 10.000.000,00
seminar, laporan)
Jumlah Rp. 12.000.000,00

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 2. Surat layak etik

KARYA AKHIR FAKTOR RISIKO DEPRESI... ACHMAD SHOFWAN HADI

Anda mungkin juga menyukai