Anda di halaman 1dari 2

ASAL USUL NAMA DESA KARANGREJO

   Dahulu sebelum tahun 1950an terdapat sebuah desa yang bernama “Pomahan”. Di
desa itu terdapat kurang lebih 50 kepala keluarga. Kondisi desa itu dikelilingi oleh sawah dan
di sampingnya terdapat aliran sungai Bengawan Solo yang menyebabkan desa itu sering
tergenang banjir karena meluapnya air dari Bengawan Solo tersebut. Rumah mereka juga
masih terbuat dari kayu, meski sudah beratab genteng. Karena seringnya banjir di desa itu
para penduduk setempat pindah dan mencari tempat yang agak jauh dari desa mereka yang
dulu. Desa Karangrejo adalah nama baru dari tempat tinggal mereka. Desa yang terletak di
samping tanggul yang sangat tinggi yang konon tanggul itu peninggalan Belanda. tujuan
ketika pindah dari desa yang dulu tidak akan terjadi banjir lagi dan nama Karangrejo berarti
hidup dengan damai dan “rejo-rejo” (makmur, mengalami perubahan). Setelah pindah dari
desa Pomahan, di sana sudah tidak pernah terjadi banjir sampai sekarang kecuali pada tahun
ke 5 setelah pindah dari Pomahan terjadi banjir yang setinggi dada orang dewasa dan
menenggelamkan rumah-rumah. Konon banjir tersebut berasal dari aliran sungai-sungai kecil
dari Lamongan.
Ibu Mucholifah yang mengalami kejadian itu yang memang sebelum usia 8 tahun dia
pernah tinggal di desa Pomahan dan ikut pindah juga ke desa baru. Dulu memang sering
terjadi banjir hingga warga desa pomahan pindah ke tempat lain. Mereka yang asalnya punya
satu rumah di desa pomahan, ketika pindah ke desa karangrejo rumah mereka diganti, begitu
pula dengan mereka yang punya lebih dari satu petak tanah atau rumah.
Menurut informan desa pomahan memang sering banjir, mungkin dikarenakan letaknya
yang berdekatan dengan Bengawan Solo dan kondisi tanah tersebut yang mudah terkikis air,
orang disana biasanya menyebutnya dengan “lemah wedi” (tanah yang bercampur dengan
pasir yang jika dibuat menanam pohon bisa subur, warnanya agak kecoklatan).
Dari cerita di atas saya mengklasifikasikan sebagai legenda. Karena cerita yang
menurut informan ini memang terjadi pada zaman dulu dan masih ada tempat itu sampai
sekarang, dan jika ingin melihat tempat itu bisa langsung mendatanginya. Dalam cerita di
atas terdapat harapan dari para penduduk desa Pomahan dengan bepindah ke desa yang baru
“Karangrejo”agar tidak tergenang banjir. Dimana pada tahun 50’an rumah penduduk masih
sangat terbilang sederhana, sifat dari rumah tersebut sangat rapuh dan berukuran kecil dan
dinding masih terbuat dari kayu tidak seperti sekarang yang megah. Orang-orang yang
seumuran dengan ibu Mucholifah pada umumnya mengerti akan cerita asal usul desa
Karangrejo itu.

Anda mungkin juga menyukai