Anda di halaman 1dari 9

VIA DOLOROSA, SEBUAH SAJAK DARI SEBUAH KITAB

Ia berjalan kearah timur,

dengan luka yang bercucuran di tubuhnya

Luka-luka itu telah menjadahi kain putih

yang membungkus hidupnya

Sampailah ia pada sebuah tempat: Via Dolorosa

di sana, kesengsaraan menjelma akar-akar pohon

yang memakan badan jalan

ia bertemu dengan titisan tuhan

yang berkata kepadanya " Aku akan membasuh lukamu,

dengan riak darahku".

Padang, 2021
PENJARA ADAM

Penjara adam: sebuah bola waktu

yang tak akan pernah berhenti berputar.

Dalam tubuhmu, nadi menyimpul erat

jiwa-jiwa yang rindu akan tanah kelahiran

Dalam diam, kau bertanya:

Mengapa?

Jalan pintas malah membawamu pada sebuah realita,

di mana sajak-sajak mengepul

Bulan mengais-ngais cahaya

dan kau, menunggu sungai yang mengalir

di tubuhmu mengering

Dalam diam, kembali kau bertanya

Kapan?

Angin-angin yang merobek layar sekocimu reda

Jarum jam yang mengurungmu berhenti berdenting


Hingga sebuah prosesi terjadi,

Kau akan menemukan dirimu pada sebuah liang,

dengan cahaya menghitam yang akan menuntunmu

menju tempat kelahiran

Dan dalam kebingungan kau bertanya,

Sekarang apa?

Padang, 2021
SEBUAH KISAH CINTA

Ia menemui dirinya ialah Qabil

Yang rela membunuh Habil demi cinta

Kini, ia berdoa

Jadikannlah ia Adam

Yang rela dicampakan dari surga hanya karena cinta.

Lalu, ia berharap

Jadikanlah ia mesias

Yang rela terluka

Dan darahnya digunakan untuk membasuh luka-luka umatnya yang ia cinta.

Padang, 2021
DAN

dan Aku berdoa menjadi Adam

lalu meminta pada Tuhan

supaya tidak ada Hawa

agar tidak ada silsilah manusia.

dan, di sini,

Aku

Padang, 2020
UNTA BERBULU DOMBA

Unta itu menemukan dirinya telah ada

bersamayam dalam angin di tengah gurun

Ia lahir dari serpihan-serpihan pasir

yang berjatuhan kala surga runtuh

Kini ia menemukan dirinya

menjelajahi padang rumput

yang ditumbuhi sabda tuhan yang hijau dan ranum

ia mengunyahnya selayak domba

yang khatam akan bahasa rerumputan

konon rerumputan yang tumbuh di sana

ialah guguran kebahagiaan

yang tuhan limpahkan langsung

dari Taman Eden

kini ia menemukan dirinya


berkaca pada telaga cermin

ia menatap dirinya yang buram

apakah ia seekor unta,

ataukah seekor domba,

atau malah ia menemukan dirinya

ialah Don Quixote

yang konon ajal pernah berkata padanya

“surga telah melupakanmu, dan neraka tak lagi mengenalimu”

Padang, 2020
MEMENJARAKAN CINTA

Selesai sudah kita memenjarakan cinta

Mengurungnya dengan jeruji waktu

Dan memasungnya dengan sebuah perpisahan

Cinta yang malang,

Dengan kata-kata yang terbakar di antara siluet langit kirmizi

disaksikan langsung oleh matahari yang mencelupkan sebagian wajahnya

ke permukaan air laut hingga beriak, meneerjemahkan raut muka sang mega dunia

konon cinta ialah medan perang,

yang di tanah-tanahnya berceceran darah kering berbau amis

lalu pada akhirnya akan bersemi kembang-kembang mekar

sebuah bau keharuman

ialah bau cinta

konon pula, diam ialah emas, yang tertimbun begitu dalam, bersanding dengan fosil-fosil

bekas kehidupan masa lampau, hingga tiada lagi harga.

Padang, 2020
BIODATA PENULIS

Wais Al Mukhlis, merupakan seorang mahasiswa


jurusan Sastra Indonesia di Universitas Andalas.
Lahir di Padang, 22 Januari 2001.

Email : waisalmukhlis97@gmail.com

No. Hp : 089618038149

Instagram : wais.3gp

Anda mungkin juga menyukai