Anda di halaman 1dari 6

SOSIOLOGI SASTRA

“KRITIK SOSIAL DI TOILET DALAM CERPEN “CORAT- CORET DI TOILET”


KARYA EKA KURNIAWAN
TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA”

REVIEW SKRIPSI
Review skripsi ini diajukan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Sosiologi
Sastra

Disusun Oleh:
WAIS AL MUKHLIS
1910722003

Dosen Pengampu:
Dra. Armini Arbain, M.Hum

JURUSAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
202
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan review skripsi dengan judul “Kritik Sosial Di Toilet
Dalam Cerpen “Corat-coret di Toilet” karya Eka Kurniawan Tinjauan Sosiologi
Sastra” sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Sosiologi Sastra yang diampu oleh
Ibu Dra. Armini Arbain, M.Hum.

Penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam review skripsi ini. Semoga
ulasan skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

25 Oktober 2021

Penuli
I. INFORMASI SKRIPSI YANG DIREVIEW
1. Judul skripsi : ”Kritik Sosial DI Toilet Dalam Cerpen “Corat-Coret
Di Toilet” Karya Eka Kurniawan”
2. Instansi : Universitas Andalas
3. Nama Penyusun : Sukma Hayati
4. Tahun : 2020
5. Deskripsi singkat :

Skripsi ini membahas tentang kritik sosial di toilet dan menjelaskan bentuk-bentuk penyampaian
kritik sosial dalam cerpen “Corat-Coret Di Toilet” karya Eka Kurniawan. Skripsi ini
menggunakan metode tinjauan sosiologi sastra, yakni sosiologi karya. Teori yang digunakan
dalam skripsi ini ialah teori Alan Swingewood.

II. REVIEW SKRIPSI

1. Permasalahan yang Di Kaji Dalam Skripsi


Peneliti mengungkapkan beberapa permasalahan yang dikaji dalam penelitiannya,
meliputi:
a. Kritik Sosial yang terdapat di toilet dalam cerpen “Corat-Coret di Toilet” Karya Eka
Kurniawan.
b. Bentuk-bentuk penyampaian kritik dalam cerpen “Corat-ceoret di Toilet” karya Eka
Kurniawan.
2. Alasan Peneliti Mengambil Tema yang Diangkat Dalam Penelitian
Peneliti menjelaskan bahwa dalam cerpen “Corat-coret di Toilet” ini terdapat aspirasi
pemuda-pemudi indonesia pada saat itu yang mereka tuangkan pada diding toilet. Coretan
tersebut bukan hanya sebagai coretas semata yang memenuhkan dinding toilet, namun juga
tertulis ungkapan-ungkapan fakta reformasi yang terjadi dan mendokumentasikannya melalui
coretan dan gambar.
Diketahui bahwa toilet merupakan tempat kumuh yang tidak seharusnya menjadi sarana
untuk mengungkapkan ketidakpuasan dan kegelisahan terhadap pemerintah. Oleh karena itu,
peneliti mengungkapkan ia tertarik mengangkat tema ini sebagai bahan penelitian karena
dianggap tidak lumrah dan tidak biasa. Selain itu, peneliti mengungkapka bahwasanya
pembahasan ini juga berkaitan dengan kondisi masyarakat pada saat itu, jarangnya ditemukan
tempat yang aman untuk menyalurkan aspirasi masyarakat di dalam suatu kepemerintahan pada
zaman tersebut.
3. Teori Yang Digunakan Oleh Peneliti
Dalam pengkajiannya, penuliti menggunakan teori pendekatan sosiologi sastra yang
mengacu pada kritik sosial yang terdapat di dalam karya sastra, kemudian menghubungkannya
dengan fakta di luar karya. Hal ini dikemukakan oleh Swingewood (1992) yang menjelaskan
bahwa model hubungan yang terjadi pada karya sastra merupakan refleksi sosial.
Sementara itu, menurut Engin Fahri Isin yang dikutip dari artikel yang berjudul “Ilmu Sosial
Dasar” mengatakan bahwa sosial merupakan sesuatu hal yang menjadi inti dari orang-orang
berhubungan walaupun masih adanya perdebatan tentang interaksi bagi para orang tersebut.
Metode yang digunakan peneliti untuk meneliti kajiannya yaitu metode kualitatif yang
bersifat deskriptif, yitu teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik penyajian data.
Dalam penelitiannya ini, peneliti meneliti tentang kritik sosial dan bentuk-bentuk penyampaian
kritik yang terdapat dalam cerpen “Corat-coret di Toilet” ini. Peneliti mengkaji tentang
bagaimana kritik sosial yang terjadi pada masa-masa awal reformasi dan bagaimana bentuk-
bentuk penyampaian kritiknya.
4. Pembahasan Skripsi
Pada BAB I, peneliti menjelaskan tentang latar belakang dari cerpen “Corat-coret Di
Toilet” ini. Peneliti mengkaji tentang bagaimana sekumpulan mahasiswa memperdebatkan
persoalan reformasi yang sedang berlangsung, pergerakan revolusi dan kebijaksanaan para
pejabat pada masa awal-awal reformasi atau pasca orde baru. Peneliti mengemukakan
bahwasanya mahasiswa pada masa itu meluapkan aspirasinya lewat sebuah dinding toilet. Lalu,
mahasiswa lainnya juga menanggapi permasalahaan yang tertuang di dinding toilet secara bebas
tanpa adanya rasa takut dari ancaman pemerintah yang pada saat itu menjadi sesuatu yang
menakutkan bagi mereka, alih-alih menjadi tempat yang amat sebagai tempat penyalur aspirasi.
Selain itu, peneliti juga mangkaji perihal ketidak jelasan sistem pemerintahan pada awal-awal
pelaksanaan refermasi. Cerita pada cerpen ini berlatar pada tahun 1999, satu tahun setelah
terjadinya pelengseran rezim Orde Baru yang dianggap sebagai rezim yang kaku karena
pemerintah terlalu mengatur hak masyarakat untuk bersuara. Namun, pada kenyataannya era
reformasi yang dianggap sebagai periode demokrasi dengan sistem politik yang terbuka dan
liberal, tak jauh beda dari era Orde Baru, telihat dari para mahasiswa yang tak berani secara
langsung meluapkan aspirasinya kepada pemerintah dan lebih memilih menuangkannya lewat
dinding toilet.
Pada BAB II, peneliti mengkaji unsur instriksik pada cerpen “Corat-coret Di Toilet” yang
ia fokuskan kepada alur, tokoh dan penokohan, tema, latar, dan konflik yang terdapat dalam
cerpen. Paneliti menemukan bahwasanya cerpen yang ia teliti ini menggunakan alur maju yang
ceritanya tersusun secara kronologis. Lalu, cerpen yang diteliti ini berlatakan pada tahun 1999 ,
satu tahun setelah digulingkannya rezim Orde Baru. Secara keseluruhan, penulis menemukan
bahwa, sepanjang cerita cerpen ini berlangsung hanya ada satu latar tempat yaitu toliet. Lanjut
pada latar sosial yang ditemukan penulis dalam cerpen “Corat-coret Di Toilet” ini yaitu keadaan
sosial yang menggambarkan kegaduhan, kotor, dan unek-unek.
Peneliti juga menjabarkan tentang tokoh dan penokohan yang terdapat pada cerpen yang
ia teliti ini lewat kutipan dalam cerpen. Peneliti menemukan tokoh yang terdapat dalam cerita ini
yaitu berupa sekumpulan mahasiswa yang mengunjungi toilet di lingkungan kampusnya.
Kemudian peneliti juga mendapatkan konflik yang ada pada cerpen ini lewat kutipan-kutipan
dari cerpen. Konflik yang ditemukan oleh peneliti dalam cerpen ini berupa perselisihan
mahasiswa di toilet lingkungan kampus. Konflik tersebut tidak melibatkan fisik secara langsung,
melainkan menjadikan dinding toilet sebagai media untuk para tokoh mengutarakan isi hatinya,
yang mengakibatkan konflik tersebut muncul.
Peneliti juga mengambil beberapa kutipan dari para ahli untuk menentukan tema yang
terdapat dari dalam cerpen yang ia teliti ini. peneliti menemukan temanya yaitu mengenai kritik
sosial yang disampaikan melalui dinding toilet. Terlihat dari awal hingga akhir cerita membahas
tentang kritik sosial di toilet yang dilakukan oleh mahasiswa.
Pada BAB III, peneliti mengkaji perihal kritik sosial dari cerpen “Corat-coret Di Toilet”.
Peneliti menjelaskan tentang kritik sosial yang terjadi pada awal-awal Reformasi. Peneliti
menemukan banyaknya krisis yang terjadi setelah runtuhnya rezim Orde Baru. Masyarakat yang
menuntut perubahan dan perbaikan dari berbagai aspek pada awal Rerofmasi dirasa sangat sulit
untuk didapatkan karena beberapa oknum yang menyalah gunakan kekuasaannya. Maraknya
korupsi membuat keadaan ekonomi pada masa itu sangat kritis.
Lanjut peneliti menjabarkan kritik sosial pada cerpen yang ia teliti ini, dengan latar
belakang awal-awal era Reformasi yang mengiming-imingkan sebuah perubahan, tidak membuat
masyarakat senang. Namun, dilain sisi refrmasi juga memberikan perubahan kecil yang cukup
berarti bagi perkembangan sejarah Indonesia, yaitu negara menjajikan hak kebebasan untuk
berkumpul dan berpendapat. Tapi dalam pelaksanaannya, semuanya hanya omong kosong
belaka. Dalam cerpen yang ia teliti ini, mahasiswa memperlihatkan bahwa masyarakat tidak puas
dengan refrmasi yang sedang berlangsung kala itu. karena masih banyaknya campur tangan
penguasa di masa lalu yang masih menduduki kursi pemerintahan.
Peneliti juga melayangkan kritikan sosial terhadap kekotoran di toilet. Peneliti
menjalaskan bahwasanya toilet yang dijadikan tempat untuk menyampaikan aspirasi mahasiswa
merupakan tempat yang tidak tepat. Walau bisa dikatakan tidak banyak tempat bagi masyarakat
untuk menuangkan aspirasi yang berbau revolusioner, tapi hal tersebut masih tidak tepat karena
dinilai merusak lingkungan dan menimbulkan keadaan yang tidak nyaman. Dalam cerpen
“Corat-coret Di Toilet” yang menjadi bahan kajian peneliti, peneliti menemukan dua bentuk
penyampaian kritik, yaitu bentuk sastra kritik bersifat humor dan bentuk sastra kritik bersifat
sinis.
5. Kesimpulan Skripsi
Peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitiannya bahwa:
a. Kritik terhadap reformasi yang dianggap gagal, sehingga terdapat beebrapa mahasiswa
yang menghendaki tindakan revolusi untuk perubahan.
b. Kritik terhadap kekotoran di toilet. Seharusnya toilet tidak menjadi sarana bagi mahasiswa
untuk menyalurkan aspirasinya karena toilet merupakan tempat umum dan siapa saja bisa
masuk ke sana. Hal tersebut akan memnimbulkan perasaan tidak nyaman dan tidak enak
dipandang oleh mata.
c. Kritik terhadap pemerintah. Pada cerpen ini diceritakan bahwa pemerintah tidak lagi
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Walaupun reformasi telah dilaksanakan,
namun nyatanya masih banyak para pejabat yang melakukan korupsi dan malah bertambah
ke pejabat-pejabat lainnya.
d. Kritik sosial dalam cerpen “Corat-coret di Toilet”, ialah bentuk sastra kritik bersifat humor
dan bentuk sastra kritik bersifat sinis. Tempat analisis berlangsung yaitu di toilet kampus
yang menjadi media alternatif untuk menyalurkan ekspresi bagi mahasiswa secara tertulis
melalui coretan. Hal tersebut dikarenakan aspirasi yang tersumbat, sehingga memilih
media lain untuk menyalurkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hayati, S. (2020). KRITIK SOSIAL DI TOILET DALAM CERPEN “CORAT- CORET DI TOILET”KARYA
EKA KURNIAWAN. Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai