Anda di halaman 1dari 12

Kritik Sosial dalam Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2016

Diajukan Kepada

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Peneliti:

Bella Karisma (140388201014)

Tessa Dwi Leoni, M.Pd.

Wahyu Indrayatti, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2018
Kritik Sosial dalam Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2016

1)
Bella Karisma, 2)Tessa Dwi Leoni, 3)Wahyu Indrayatti

Email: Wandie.bella@gmail.com

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Jl. Politeknik Senggarang Telp. (0771) 4500099 ; Fax (0771) 4500099
PO BOX 155 – Tanjungpinang 29115
Website : www.fkip.umrah.ac.id e-mail : fkip@umrah.ac.id

ABSTRAK

Bella Karisma, 2018. Kritik Sosial dalam Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas
2016, Skripsi. Tanjungpinang: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim
Raja Ali Haji. Pembimbing I: Tessa Dwi Leoni, M.Pd. Pembimbing II:
Wahyu Indrayatti, M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kritik sosial dengan
menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang terdapat dalam kumpulan
cerpen pilihan kompas 2016. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah
kumpulan cerpen pilihan kompas 2016. Setelah itu dianalisis dengan
pendekatan sosiologi sastra untuk mengetahui wujud kritik sosial. Metode
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bersifat kualitatif, yaitu
penelitian yang bersifat mendeskripsikan data-data berkaitan dengan kritik
sosial berupa kata-kata bukan angka. Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Metode ini memiliki
langkah-langkah pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan
data, dan kesimpulan. Kritik sosial dalam kumpulan cerpen pilihan kompas
2016 mengenai kekejaman rezim dalam pergolakan politik yang
membentang dari masa transisi Orde Lama menuju Orde Baru, baik secara
kehidupan sosial maupun ekonomi yang termasuk kritik sosiokultural.
Kritik sosial terhadap ketimpangan sosial, kemiskinan, pelacuran, dan nilai-
nilai moral dalam kehidupan sosial yang juga merupakan bentuk kritik
sosiokultural, serta kritik sosial terhadap tradisi, kepercayaan lokal, mitos,
dan adat istiadat yang terkadang tidak lepas dari pengekangan yang
mengandung kritik psikologi, mistik, dan mitopoeik.

Kata Kunci: Cerpen, kritik sosial, Sosiologi sastra.


1
Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Universitas Mmaritim Raja Ali Haji.
2
Staff Pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mmaritim Raja Ali Haji.
3
Staff Pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mmaritim Raja Ali Haji.

1
PENDAHULUAN

Karya sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan merupakan

kenyataan sosial. Pengarang mengangkat realita-realita sosial yang luput oleh

kebanyakan orang dan menjadikannya sebagai sebuah pengungkapan masalah-

masalah sosial yang terjadi di kehidupan sekitar pengarang. Hal itulah yang

menyebabkan munculnya kritik sosial.

Bentuk kritik sosial dalam karya sastra merupakan bahan dasar yang

kemudian diolah sedemikian rupa dengan kombinasi imajinasi dan intelektualitas

pengarang sehingga menjadi sebuah karya sastra. Kritik sosial dalam karya sastra

selalu disebut memiliki multi-interpretasi, tergantung dari sisi mana yang kita

telusuri dan latar kearsipan apa yang kita miliki.

Salah satu karya sastra yang dapat dijadikan bahasa komunikasi

pengungkapan kritik sosial adalah cerpen, cerpen menghadirkan pengalaman

estetik, bahan perenungan, dan menyajikan banyak hal lain yang dapat menambah

pengetahuan manusia yang menghayatinya melalui ceritanya yang singkat atau

dapat habis sekali baca. Oleh karena itu cerpen sebagai karya sastra mengandung

nilai-nilai pendidikan yang dapat dijadikan sumber pengetahuan dan

pembelajaran.

Kumpulan cerpen pilihan kompas 2016 sangat tepat untuk dijadikan objek

penelitian karena dominan menggarap tema-tema sosial, namun tidak melupakan

tradisi dengan berbagai varian mitos dan kepercayaannya, yang masih mewarnai

sebagian hidup manusia modern. Kumpulan cerpen pilihan kompas 2016

2
menyajikan empat tema besar mengenai kritik sosial dalam 20 cerpen terbaik

pilihan kompas Minggu sepanjang 2016 yang dimuat menjadi satu buku.

Oleh karena itu Kritik sosial dalam Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2016

merupakan penelitian yang sangat layak untuk diteliti karena banyak memiliki

manfaat dalam memajukan dan mengembangkan kesusastraan Indonesia.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Objek

penelitian adalah kumpulan cerpen pilihan kompas 2016 yang diterbitkan oleh

Kompas Media Nusantara, tebal halaman 186 dan terdapat 20 cerpen di dalam

buku tersebut. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

membaca, mengidentifikasikan, Mengklasifikasi setiap kalimat atau wacana di

dalam cerpen yang terdapat kritik sosial, Memasukkan data dalam tabel kertas

kerja penelitian untuk selanjutnya di analisis berdasarkan landasan teori, dan

menyimpulkan data dengan memeriksa kembali data yang telah dianalisis dan

mendiskusikan dengan pembimbing. Kemudian dilakukan dengan teknik analisis

data menurut Sugiyono (2014: 247), yaitu; (1) meredukasi data, (2) penyajian

data, (3) penarikan kesimpulan. Tahapan yang dilakukan yaitu merangkum,

memilih hal-hal penting, serta mengklasifikasikan kritik sosial dalam kumpulan

cerpen pilihan kompas 2016. selanjutnya peneliti menyajikan data dan

memasukkan data (cerita pendek yang telah dianalisis) ke dalam tabel, dan

selanjutnya peneliti menarik kesimpulan berupa jawaban dari rumusan masalah

penelitian.

3
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan proses pengumpulan data dan analisis data yang telah dilakukan

peneliti, maka diperoleh data hasil penelitian sebanyak 63 kutipan teks yang

berkaitan dengan kritik sosial dalam kumpulan cerpen pilihan kompas 2016

sebagai berikut.

Cerpen “Tanah Air” karya: Martin Aleida yang termasuk kritik sosikultural,

dan terdapat kritik sosial yang dikaji dengan sosiologi sastra untuk melihat karya

sastra sebagai dokumen sosial yaitu mengkritik kekejaman rezim yang terjadi

pada masa pergolakan politik pada masa peralihan Orde lama menuju Orde baru.

Hal ini dapat di lihat pada kutipan teks berikut:

Dari kawan-kawannya sesama pelarian, yang tak bisa pulang karena paspor
mereka dirampas penguasa baru di tanah yang kutinggalkan, ku dengar dia
merasa sangat bersalah.(halaman 2)

Dia bersama ratusan kawan senasib disingkirkan ke sebuah kota kecil, jauh
dari Peking. Dia merasa benar-benar dikucilkan, disingkirkan, dari dunia
yang wajar. Dilarang keluar dari kompleks perumahan. Dari seorang yang
terlatih menulis, dia menjadi pengangkut kotoran manusia untuk pupuk
tanaman.(halaman 3)

Susah payah aku menjelaskan kepadanya, bahwa ada kekuasaan yang begitu
buruk rupanya, sehingga sampai hati memisahkan seorang anak tunggal dari
ayahnya. (halaman 6)
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka tema pertama mengenai kekejaman

rezim dalam pergolakan politik terdapat dalam cerpen “Tanah Air” (Martin

Aleida). Cerpen yang termasuk kritik sosiokultural menurut Edmund Willson

(dalam Tarigan, 2011: 212), kritik sosiokultural adalah interpretasi sastra dalam

aspek-aspek sosial ekonomi dan politisnya. Yang merupakan pusat perhatian

pokok pada kritik ini adalah interaksi karya sastra dengan kehidupan; dan

interaksi ini tidak hanya mencakup implikasi sosial, ekonomi serta politik karya

4
tersebut, tetapi juga dalam pengertian yang amat luas, mencakup implikasi-

implikasi moral dan kulturalnya.

Cerpen tersebut merefleksikan kenyataan sosial mengenai pergolakan politik

saat peralihan kekuasaan dari Orde Lama menuju Orde Baru, berbalut kisah tragis

rumah tangga yang saling berjauhan. Menurut Angger (2009: 7-10) teori sosial

kritis dengan menggunakan kajian Sosiologi sastra yang menggangap bahwa

karya sastra sebagai refleksi atas kenyataan sosial. Adapun kutipan teks sebagai

berikut.

Dari kawan-kawannya sesama pelarian, yang tak bisa pulang karena paspor
mereka dirampas penguasa baru di tanah yang kutinggalkan, ku dengar dia
merasa sangat bersalah. (Tanah Air, 2016: 2).
Kutipan teks tersebut merefleksikan kenyataan sosial pada masa peralihan

Orde Lama menuju Orde Baru yaitu segala hal banyak mengalami perubahan, dan

masa Orde Baru sangat anti terhadap kritik mengenai pemerintahannya baik

secara tertulis maupun tidak tertulis, mereka tidak memperdulikan kehidupan

masyarakat yang tidak mendukung kepemimpinannya, bahkan tak sedikit dari

mereka yang diasingkan (Sulastomo, 2008: 192). Hal tersebut juga tercermin

dalam kutipan berikut.

Dia bersama ratusan kawan senasib disingkirkan ke sebuah kota kecil, jauh
dari Peking. Dia merasa benar-benar dikucilkan, disingkirkan, dari dunia
yang wajar. Dilarang keluar dari kompleks perumahan. Dari seorang yang
terlatih menulis, dia menjadi pengangkut kotoran manusia untuk pupuk
tanaman. (Tanah Air, 2016: 3).
Susah payah aku menjelaskan kepadanya, bahwa ada kekuasaan yang begitu
buruk rupanya, sehingga sampai hati memisahkan seorang anak tunggal dari
ayahnya. (Tanah Air, 2016: 6).
Kutipan teks di atas menggambarkan kenyataan sosial mengenai Orde Baru

yang dianggap masa perbaikan dari Orde Lama, perbedaan cara pemerintahan

5
hingga berusaha memenuhi Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) membuat Orde Baru

memusatkan kepeduliannya terhadap kelompok masyarakat yang mendukungnya

dengan paham fasisme (paham golongan nasionalis ekstrem yang menginginkan

pemerintahan otoriter), dan mengabaikan masyarakat yang tidak patuh ataupun

mengkritik permasalahan di awal pemerintahan Orde Baru. Bahkan mereka akan

diasingkan jika tetap mengkritik ataupun melawan pemerintahan yang

berlangsung (Sulastomo, 2008: 195).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan tentang

kritik sosial dalam kumpulan cerpen pilihan kompas 2016 yang dipaparkan dalam

bab IV, maka peneliti menyimpulkan bahwa kumpulan cerpen pilihan kompas

2016 yang terdiri dari 20 cerpen sebagai objek penelitian pada umumnya

mengandung kritikan sosial yang terbagi ke dalam 4 tema sosial, yaitu kekejaman

rezim dalam pergolakan politik, relasi sosial yang tidak setara, relasi personal

yang rumit melahirkan konflik-konflik tidak terduga, dan tradisi dengan varian

spiritualitas dan pengekangan.

Tema sosial mengenai kekejaman rezim dalam pergolakan politik, dapat

ditemukan pada cerpen “Tanah Air” (Martin Aleida), “Sejarah” (Putu Wijaya),

“Tukang Cukur” (Budi Darma), “Mengapa Mereka Berdoa Kepada Pohon”

(Faisal Oddang), “Wayang Potehi: Cinta yang Pupus” (Han Gagas) dengan

terdapatnya 18 kutipan teks. Kelima kisah ini disatukan oleh satu pandangan,

bahwa kekejaman rezim penguasa membawa dampak kekerasan demi kekerasan,

dan akhirnya menimbulkan pembunuhan dan korban yang jumlahnya tak

6
terhitung, baik dalam sosial maupun ekonomi. Kekejaman rezim penguasa itu

membentang sejak masa kolonialisme, kekuasaan absolut Orde Lama, dan

dilanjutkan pada masa Orde Baru.

Tema mengenai relasi sosial yang tidak setara ditemukan dalam cerpen

“Istana Tembok Bolong” (Seno Gumira Ajidarma), “Anjing Bahagia yang Mati

Bunuh Diri” (Agus Noor), “Nalea” (Sungging Raga), “Penglihatan” (Masdhar

Zainal), “Jaket Kenangan” ( Gerson Poyk) ditunjukkan dengan terdapatnya 16

kutipan teks. Kelima kisah ini disatukan oleh satu pandangan yaitu mengkritik

relasi sosial yang tidak setara yang berhubungan dengan kejujuran, keadilan, dan

kebijiksanaan dalam kehidupan sosial yang mengakibatkan ketimpangan sosial

dan kemiskinan dalam ruang-ruang ekonomi, tetapi juga bisa melahirkan upaya-

upaya bertahan hidup dengan beragam cara. Selanjutnya, kritik sosial yang terjadi

akibat relasi personal dalam pergaulan kehidupan yang melahirkan konflik-

konflik tidak terduga dan tidak berkesudahan dapat ditemukan pada cerpen “Gulai

Kam-bhing dan Ibu Rapilus” (Ahmad Tohari), “Senjata” (Sori Siregar), “Celurit

Warisan” (Muna Masyari), “Nelayan yang Malas Melepas Jala” (Damhuri

Muhammad), dan “Sepasang Merpati dalam Sebuah Cerita” (Supartika) dengan

terdapatnya 12 kutipan teks.

Selanjutnya, Tema sosial mengenai tradisi dengan varian spiritualitas dan

pengekangan dapat ditemukan dalam cerpen “Roh Meratus” (Zaidinoor),

“Terumbu Tulang Istri” (Made Adnyana Ole), “Perempuan Pencemburu” (Gde

Aryantha Soethama), “ Belis Si Mas Kawin” (Fanny J Poyk), dan “Setelah 16.200

Hari” (Triyanto Triwikromo). Terdapat 17 kutipan teks dalam kelima cerpen

tersebut, dengan satu pandangan yaitu mengkritik mengenai tradisi, adat istiadat,

7
kepercayaan lokal, dan mitologis yang masih berkembang dalam sebagian besar

masyarakat modern di Indonesia yang terkadang tidak lepas dari varian

spiritualitas dan pengekangan.

Berdasarkan wujud kritik sosial dengan menggunakan kajian sosiologi sastra

untuk melihat karya sastra sebagai cerminan kenyataan sosial, disimpulkan bahwa

terdapat kritik terhadap kekejaman rezim dalam pergolakan politik yang

membentang dari masa transisi Orde Lama menuju Orde Baru, baik secara

kehidupan sosial maupun ekonomi. Kritik sosial terhadap ketimpangan sosial,

kemiskinan, kejujuran, keadilan, dan kebijkasanaan dalam kehidupan sosial, serta

kritik sosial terhadap tradisi, kepercayaan lokal, mitos, dan adat istiadat yang

terkadang tidak lepas dari pengekangan.

IMPLIKASI

Penelitian ini memiliki implementasi dalam dunia pendidikan, Hal tersebut

terlihat dari adanya fenomena yang dapat direalisasikan pemanfaatannya sebagai

bahan ajar cerpen di Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu, untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam mengidentifikasi, mendemonstrasikan nilai-nilai yang

terkandung dalam kumpulan cerpen yang dibaca, dan menganalisis unsur-unsur

pembangun cerita pendek dalam kumpulan cerita pendek. Kritik sosial dalam

kumpulan cerpen pilihan kompas 2016 tidak hanya dapat dijadikan sebagai bahan

ajar oleh guru, tetapi juga dapat dijadikan bahan untuk membantu menumbuhkan

sifat sosial yang baik pada siswa, hal tersebut tercermin dari nilai-nilai sosial yang

terkandung dalam kumpulan cerita pendek. Oleh karena itu, guru harus

mengingatkan agar siswa dapat melatih sifat sosial dengan peduli sesama dan

8
mencintai tradisi lokal yang dapat dipandang dengan baik di tengah kehidupan

yang semakin individualis saat ini.

Selain itu, penelitian ini mampu meningkatkan minat dalam mengapresiasi

sastra khususnya cerpen. Hal ini dapat mendorong siswa agar tidak hanya

membaca cerpen saja, tetapi juga dapat mengapresiasi, mengkritik, dan berkreasi

lebih mendalam lagi terhadap cerpen.

SARAN

Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, peneliti memberikan saran yang

dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak-pihak tertentu, antara lain:

1. Guru, khususnya guru Bahasa Indonesia, kumpulan cerpen pilihan kompas

2016 berisi 20 cerpen terbaik pilihan kompas sepanjang tahun 2016 yang

dapat diimplementasikan sebagai bahan pengajaran Bahasa Indonesia

mengenai pembelajaran cerpen, dan memaknai isi cerpen karena

mengangkat tema sosial sekaligus kritik sosial yang baik dalam hidup

bermasyarakat.

2. Siswa dapat mengambil nilai-nilai yang baik dari kritik sosial yang ada

dalam kumpulan cerpen pilihan kompas 2016 dan menghindari nilai-nilai

yang buruk dari kritik sosial tersebut.

3. Peneliti lain diharapkan dapat mengambil cakupan permasalahan yang

lebih luas lagi, agar kajian penelitian lebih mendalam dan bermanfaat.

4. Penikmat cerpen, sebaiknya jangan hanya sekadar membaca cerpen untuk

hiburan, tapi juga mampu mengapresiasi dan mengkritik cerpen tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abrams, H.M. 1980. The Mirror and the Lamp: Romantic Theory and the Critics
Tradition. Oxford: Oxford University Press.
Alfan, Muhammad dan Kamaluddin. 2015. Dinamika Politik di Indonesia:
Perjalanan Politik Sejak Orde Lama Hingga Reformasi. Bandung:
Pustaka Setia.
Arcana, Putu Fajar. 2017. Tanah Air: Cerpen Pilihan Kompas 2016. Jakarta:
Kompas Media Nusantara.
Angger, Ben. 2009. Teori Sosial Kritis. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Danandjaja, James. 1986. Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain.
Jakarta: Pustaka Grafitipers.
Effendi. 2015. Bimbingan Apresiasi Prosa Naratif Cerita Pendek. Tangerang:
Pustaka Mandiri.
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS.
Ismawati, Esti. 2013. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Ombak.
Kosasih. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.
Kurniawan, Heru dan Sutardi. 2012. Proses Kreatif Menulis Cerita Pendek Edisi
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Moleong, Lexy. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nurgiantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi Cetakan Kelima. Yogyakarta:
Gadjah Mada University.
Nurgiantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi Edisi Revisi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University.
Nuryatin, Agus dan Irawati. 2016. Pembelajaran Menulis Cerpen. Semarang:
Cipta Prima Nusantara.
Priyatni, Endah Tri. 2010. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis.
Jakarta: Bumi Aksara.
Purba, Atilan. 2012. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rickleefs, M. C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi.

10
Semi, Atar. 2013. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Raja Grafindo.
Sugiyono.2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sulastomo. 2008. Transisi Orde Lama Ke Orde Baru. Jakarta: Kompas Media
Nusantara.
Susanto, Dwi. 2016. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: CAPS.
Soekanto, Soerjono. 2017. Sosiologi Sebagai Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Tarigan, Henry Guntur. 2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Thrall, William Flint and Hibbard Austin. 1960. Hand book to Literature. New
York: The Odyssey Press.
Tim Redaksi. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Bahasa Edisi
Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

11

Anda mungkin juga menyukai