Anda di halaman 1dari 13

University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA MONOLOG


SURAT KEPADA SETAN KARYA PUTU WIJAYA:
TELAAH SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA
SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

Oktalifa Hanna Maulina, Ali Imron Al-Ma’ruf

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan latar sosio-historis Putu Wijaya,


mendeskripsikan struktur naskah drama monolog Surat Kepada Setan karya Putu Wijaya,
memaparkan bentuk kritik sosial dan implementasi hasil penelitian sebagai bahan ajar sastra di
SMA. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, objek penelitian ini adalah kritik
sosial dalam naskah drama monolog Surat Kepada Setan karya Putu Wijaya, sumber data yang
digunakan berupa sumber data primer dan sumber data sekunder, dengan teknik pengumpulan
data yaitu pustaka, simak, dan catat dan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik
dialektika. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)
latar sosio-historis Putu Wijaya, seorang sastrawan produktif yang dilahirkan di Tabanan Bali
pada tanggal 11 April 1944 telah banyak melahirkan karya seperti drama, novel cerpen, puisi,
esai, dan skenario film, ia juga dikenal sebagai seorang aktor dan sutradara yang handal, semua
itu tidak lepas dari pengaruh latar belakangnya yang sering bergabung dengan sastrawan-
sastrawan kenamaan, (2) secara struktur, alur dalam monolog Surat Kepada Setan terdiri atas
tiga bagian, yakni eksposisi, komplikasi, dan resolusi atau denouement, tokoh utamanya adalah
tokoh Aku yang berwatak bulat (terdapat juga tokoh gubernur dan pimpinan calon TKW),
dialog yang ada sudah sekaligus dalam bentuk monolog yang dimainkan oleh satu tokoh dengan
beberapa karakter, latar tempat dalam monolog ini cakupannya umum yang secara implisit
adalah negara Indonesia, latar waktu terjadi pada tahun 2005, dan latar sosial (kehidupan bangsa
Indonesia yang penuh dengan permasalahan), tema monolog tersebut adalah introspeksi bangsa
Indonesia, sesuai dengan amanat yakni mengajak masyarakat untuk memperbaiki diri, (3) kritik
sosial yang terdapat dalam naskah drama monolog Surat Kepada Setan karya Putu Wijaya
adalah, (a) stratifikasi sosial, (b) manusia yang egois, (c) hilangnya kepercayaan pada produk
nasional, (d) kejahatan korupsi, (e) penyimpangan wewenang oleh para wakil rakyat, (f) media
massa yang kurang berkualitas, (g) peningkatan kemiskinan dan pengangguran, (h)
kesejahteraan TKW, (i) kesetaraan gender, (j) hilangnya kehormatan bangsa Indonesia, dan (k)
sifat manusia yang menyerupai sifat setan, serta (4) implementasi hasil penelitian yang
digunakan sebagai bahan ajar sastra di SMA, yakni relevansi unsur-unsur intrinsik dan nilai
kritik sosial dengan standar isi, relevansi pembentukan kepribadian dalam diri peserta didik, dan
penerapan nilai-nilai edukatif dalam pembelajaran.

Kata kunci: kritik sosial, naskah drama monolog Surat kepada Setan, sosiologi sastra,
implementasinya bahan ajar sastra di SMA.

207
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

1. Pendahuluan dekaan Republik Indonesia ke-60. Monolog


yang lahir pada tahun 2005 ini, merupakan
Karya sastra merupakan hasil per- bagian dari respon pengarang dan
paduan antara keadaan lingkungan penga- masyarakat di sekitarnya yang melihat
rang dan psikologi isi hatinya yang diiringi semakin bobroknya bangsa Indonesia.
dengan daya kreativitas yang tinggi. Feno- Nilai kritik sosial dalam monolog
mena-fenomena yang pengarang rasakan Surat Kepada Setan, tidak akan dapat
sebagai bagian dari masyarakat, menim- merubah keadaan bangsa Indonesia, tanpa
bulkan suatu hasrat untuk melakukan aksi, adanya upaya sadar yang dilakukan oleh
pendapat, bahkan kritik, baik kaitannya semua pihak untuk memperbaikinya. Salah
masalah sosial, pemerintahan, kebudayaan, satu cara efektif untuk dapat mengapresiasi
pendidikan, dan sebagainya yang diung- karya sastra itu dan kemudian menerapkan
kapkan melalui karyanya. nilai-nilai positifnya, adalah dengan pembe-
Fungsi karya sastra sering pula lajaran sastra. Termasuk dalam hal ini mono-
dijadikan sebagai sarana kritik sosial, karena log Surat Kepada Setan yang dapat dijadikan
kritik sosial dianggap sebagai cara yang sebagai bahan ajar sastra di SMA. Al-Ma’ruf
cukup ampuh untuk menyampaikan suara (2013:1-2) menegaskan bahwa, selain pen-
(hak) pengarang dan kaum yang dalam didkan agama dan pendidikan kewarga-
konteks tertentu termarjinalkan. Pengarang negaraan, salah satu pelajaran yang
yang dalam hal ini adalah subjek kreator mengajarkan moral atau budi pekerti guna
karya sastra, sering menampilkan kritik mendukung pencerahan batin adalah sastra.
sosial dalam karyanya, dengan tujuan yang Menyaksikan pementasan drama/teater atau
berbeda dan dengan tema kritik yang membaca sastra berarti mengenal berbagai
berbeda pula pada tiap periodisasi sastra. karakter yang sebagian besar merupakan
Nurgiyantoro (2013:455-456) menam- refleksi dari realitas kehidupan.Ketika mem-
bahkan bahwa, wujud kritik sosial novel- baca karya sastra, tidak hanya terhibur tetapi
novel Angkatan Balai Pustaka misalnya, juga menangkap nilai-nilai moral yang dapat
lebih berkaitan dengan adat-istiadat dan memperhalus budi pekerti dan mendukung
dominasi golongan tua yang “tak lekang oleh terbentuknya watak dan kepribadian yang
panas, tak lapuk oleh hujan”. Itu terutama dilandasi oleh iman dan taqwa.
terlihat dalam hal mengatur dan menentukan Monolog Surat Kepada Setan yang
jodoh untuk anak-anak muda. Ada berbagai sarat kritik sosial, tetap menarik perhatian
aspek kehidupan sosial yang lebih menarik, pembaca atau penontonnya ketika dipen-
aktual, dan relevan untuk diceritakan dan taskan. Hal ini dikarenakan monolog ter-
diamanatkan sesuai dengan derap kehidupan sebut mampu diterima oleh khalayak umum
modern, dan bukan sekadar masalah jodoh dengan bahasanya yang apa adanya. Jalan
saja. Namun demikian, sebenarnya terdapat cerita yang kompleks namun jelas
berbagai aspek kehidupan sosial yang hakiki, dipaparkan, juga menjadi salah satu nilai
dan itu bersifat universal, tidak hanya tambah dalam monolog ini. Akhir cerita
berlaku dan tidak terikat oleh batas waktu yang tidak terduga juga mampu memberikan
dan tempat. kesimpulan tentang apa yang sebenarnya
Pengarang yang sering mengangkat ingin disampaikan Putu Wijaya. Dalam hal
tema kritik sosial adalah Putu Wijaya, ini tentunya tetap membutuhkan bantuan
seorang dramawan, novelis, cerpenis, esais, pembelajaran sastra.
aktor, sutradara, seniman, dan penulis Penelitian ini bertujuan untuk meng-
skenario yang produktif. Salah satu karyanya ungkapkan latar sosio-historis lahirnya
yang mengangkat kritik sosial adalah drama monolog Surat Kepada setan. Tujuan selan-
monolog Surat Kepada Setan. Drama jutnya yakni mendeskripsikan keterjalinan
monolog ini lahir karena tuntutan latar unsur-unsur yang membangun struktur
waktunya, yakni pada 17 Agustus 2005, drama monolog Surat Kepada Setan karya
bertepatan pada hari peringatan kemer- Putu Wijaya, sekaligus mendeskripsikan

208
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

kritik sosial yang terkandung di dalamnya, hidup pengarang yang jenius, menelusuri
dan juga memaparkan implementasi kritik perkembangan moral, mental, dan
sosial sebagai bahan ajar sastra di SMA. intelektualnya, yang tentu menarik. Biografi
Penelitian yang mengkaji kritik sosial dapat juga dianggap sebagai studi yang
pada berbagai jenis karya sastra memang sistematis tentang psikologi pengarang dan
sudah banyak dijumpai. Salah satunya proses kreatif.
adalah penelitian milik Istiana Shalihati Keterjalinan unsur-unsur dalam
(2012) yang berjudul “Kritik Sosial dalam sebuah penelitian karya sastra juga penting
Kumpulan Puisi Lalu Aku Karya Radhar untuk membangun struktur dalam karya
Panca Dahana: Tinjauan Sosiologi Sastra”. tersebut. Nurgiyantoro (2013:60)
Berdasarkan hasil pembacaan sosiologi menyimpulkan bahwa, pada dasarnya
sastra ditemukan kritik sosial meliputi (1) analisis struktural bertujuan memaparkan
Kritik sosial terhadap modernitas tampak secermat mungkin fungsi dan keterkaitan
dalam puisi “Dunia Fantasi”, “Lelaki Tua antarberbagai unsur karya sastra yang secara
Stasiun Kota”, dan “Batu batu Menggeser bersama-sama menghasilkan sebuah
Waktu, Acehku”, (2) Kritik sosial terhadap kemenyeluruhan. Analisis struktural tidak
kekuasaan tampak dalam puisi “Panggung cukup dilakukan hanya sekadar mendata
Tuamu, Sobatku”, (3) Kritik sosial terhadap unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya
disorganisasi keluarga tampak dalam puisi peristiwa, plot, tokoh, latar, atau yang lain.
“Sisa Sore di Daster Misna” dan “Sebutir Namun, yang lebih penting adalah
Kata dan Tempat Tidur”, (4) Kritik Sosial menunjukkan bagaimana hubungan antar-
terhadap bencana alam tampak dalam unsur itu dan sumbangan apa diberikan
puisi“Batu batu Menggeser Waktu, terhadap tujuan estetik dan makna
Acehku”. keseluruhan yang ingin dicapai.
Penelitian ini memiliki kebaruan dari Ide yang dituangkan pengarang dalam
penelitian sebelum-sebelumnya, yakni pada karyanya, dapat dalam berbagai bentuk
objek yang diteliti.Objek dalam penelitian untuk tujuan-tujuan tertentu. Salah satu yang
ini yang berupa naskah drama monolog sering diusung pengarang dalam karyanya
Surat Kepada Setan karya Putu Wijaya, adalah kritik sosial. Kritik dalam KBI
sepengetahuan peneliti belum pernah ada (2011:248&506) diartikan sebagai kecaman,
yang menggunakannya.Sehingga dapat sedangkan sosial artinya berkenaan dengan
dipertanggungjawabkan keasliannya. masyarakat atau juga suka memperhatikan
Tahap analisis/pengkajian terhadap kepentingan umum. Menurut Sitanggang,
suatu karya sastra akan lebih baik jika dkk., (1997:58) kritik sosial, disebut demi-
didahului dengan mengkaji latar sosio-his- kian karena drama didominasi oleh aspek
trois pengarang. Hal tersebut jelas membantu amanat yang berisi imbauan agar pembaca
proses analisis untuk lebih mudah men- tidak melakukan hal-hal yang buruk yang
dapatkan makna secara totalitas, mengingat digambarkan dalam karya, atau pembaca
pengarang merupakan subjek kreatornya. dianjurkan meniru hal-hal yang baik. Jadi,
Fungsi pendekatan biografi tersebut menurut dapat disimpulkan kritik sosial merupakan
Wellek dan Warren (1993:88) yakni, untuk kecaman terhadap masalah yang berkenaan
menjelaskan makna alusi dan kata-kata yang dengan masyarakat.
dipakai dalam karya sastra. Kerangka Pembelajaran sastra merupakan alter-
biografis dapat membantu mempelajari natif yang efektif untuk dapat mengapresiasi,
masalah pertumbuhan, kedewasaan, dan mengkaji, dan merealisasikan nilai-nilai
merosotnya kreativitas pengarang. positif dalam suatu karya sastra, termasuk di
Wellek dan Warren (1993:82) mene- dalamnya adalah kritik sosial. Menurut
kankan bahwa, biografi hanya bernilai Rahmanto (2004:15), apabila karya-karya
sejauh memberikan masukan tentang sastra dianggap tidak berguna, tidak ber-
penciptaan karya sastra. Akan tetapi, biografi manfaat lagi untuk menafsirkan dan
dapat juga dinikmati karena mempelajari memahami masalah-masalah dunia nyata,

209
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

maka tentu saja pengajaran sastra tidak akan lebih lanjut. Untuk menarik keseimpulan
ada gunanya lagi untuk diadakan. Namun, secara ilmiah, maka terdapat keabsahan data
jika dapat ditunjukkan bahwa sastra itu dalam penelitian ini, yakni menggunakan
mempunyai relevansi dengan masalah- teknik triangulasi. Teknik triangulasi yang
masalah dunia nyata, maka pengajaran sastra digunakan dalam penelitian ini adalah
harus dipandang sebagai sesuatu yang triangulasi data dan metode, yakni
penting yang patut menduduki tempat yang membandingkan data penelitian dengan
selayaknya. penelitian lain, sekaligus membandingkan
Fungsi sastra dan pembelajarannya data dengan metode yang ada terhadap data
akan lebih dapat dirasakan manfaatnya dengan metode lain. Teknik analisis data
apabila diikuti dengan pemilihan bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah
yang baik. Artinya, apabila fungsi sastra dan teknik dialektika, mengingat bahwa
pembelajarannya benar-benar ingin dapat penelitian ini termasuk dalam penelitian
bermanfaat, maka harus memperhatikan isi/ sosiologi sastra.
kemasan bahan ajar yang tepat. Rahmanto
(2004) menyebutkan bahwa terdapat tiga 3. Hasil dan Pembahasan
aspek dalam memilih bahan pengajaran a. Latar Sosio-Historis Pengarang
sastra, yakni bahasa, psikologi, dan latar
belakang budaya. Pada penelitian tentang Pengarang sebagai kreator sebuah
kritik sosial ini yang dapat dijadikan sebagai karya sastra, tidak dapat dilupakan begitu
bahan ajar sastra di SMA, juga saja. Riwayat hidup pengarang turut
memperhatikan ketiga aspek tersebut. melatarbelakangi terciptanya sebuah karya,
dalam hal ini riwayat hidup termasuk dalam
2. Metode Penelitian pendekatan biografis. Putu Wijaya yang
Jenis penelitian dalam penelitian ini dikenal sebagai sastrawan mempunyai nama
adalah kualitatif yang bersifat deskriptif, yang cukup panjang, yaitu I Gusti Ngurah
dengan strategi studi kasus (embedded case Putu Wijaya. Berdasarkan ciri namanya,
study research). Subjek dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa ia berasal dari Bali.
adalah peneliti sendiri selaku instrument Putu Wijaya dilahirkan di Puri Anom,
kunci, sedangkan Objek penelitiannya adalah Tabanan, Bali pada tanggal 11 April 1944.
kritik sosial dalam naskah drama monolog Pada masa remaja ia sudah menunjukkan
Surat Kepada Setan karya Putu Wijaya. Data kegemarannya pada dunia sastra. Saat masih
yang digunakan berupa data kualitatif. Data duduk di sekolah menengah pertama di Bali,
kualitatif dalam penelitian ini berupa kritik ia mulai menulis cerita pendek dan beberapa
sosial dalam wacana Surat Kepada Setan di antaranya dimuat di harian Suluh
karya Putu Wijaya. Terdapat dua sumber Indonesia, Bali. Ketika duduk di sekolah
data yakni sumber data primer berupa menengah atas, ia memperluas wawasannya
monolog itu sendiri, dan sumber data dengan melibatkan diri dalam kegiatan
sekunder berupa penelitian-penelitian sandiwara. Setelah selesai sekolah menengah
terdahulu yang relevan. atas, ia melanjutkan kuliahnya di
Data-data kualitatif tersebut Yogyakarta, kota seni dan budaya. Ia kuliah
dikumpulkan dengan menggunakan teknik di Fakultas Hukum, UGM, ia juga mem-
pustaka,simak, dan catat. Pada teknik pelajari seni lukis di Akademi Seni Rupa
pustaka, peneliti melakukan pembacaan Indonesia (ASRI), drama di Akademi Seni
secara menyeluruh terhadap naskah drama Drama dan Film (Asdrafi), dan mening-
monolog Surat Kepada Setan, selanjutnya katkan kegiatannya bersastra. Dari Fakultas
teknik simak dilakukan dengan cara Hukum, UGM, ia meraih gelar sarjana
menyimak kata-kata, ungkapan, atau kalimat hukum (1969), dari Asdrafi ia gagal dalam
yang sesuai dengan objek penelitian, dan penulisan skripsi, dan dari kegiatan ber-
teknin catat merupakan pencatatan data yang kesenian ia mendapatkan identitasnya
telah diperoleh agar dilakukan penelitian sebagai seniman (https://sites.google.com/

210
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

site/ sastrawanindonesia/home/biografi-sas- Tarigan.Terdapat tiga tahapan dalam


trwan-putu-wijaya). penceritaannya, sebagai berikut.
Naskah drama monolog Surat a) Eksposisi
Kepada Setan bermula dari sebuah esai yang Pada tahap ini diawali
isinya mengkritisi keadaan Indonesia pada dengan tokoh Aku memperkenal-
masa kemerdekaan ke-60. Proses kan dirinya dengan menyebutkan
penciptaannya tepat pada tanggal 17 Agustus usianya yang sama dengan
2005. Berawal dari sebuah esai itulah maka negaranya, sekaligus bertepatan
struktur monolog drama tersebut tidak dengan hari kemerdekaan Republik
seperti struktur karya sastra pada umumnya. Indonesia ke-60 tahun. Tokoh Aku
Putu wijaya tidak meghadirkan konflik dalam tahap ini sangat detail
ataupun memberikan opini-opini pribadi memperkenalkan keberadaan diri-
kaitannya dengan mengkritisi keadaan nya sebagai bagian dari masyarakat
situasi dan kondisi Indonesia kala itu. Akan Indonesia, tepatnya penggambaran
tetapi, ia memberikan kebebasan kepada peristiwa di hari kemerdekaan RI
pembaca/penonton untuk menimbulkan ke-60 tahun. Hal ini dapat dilihat
konflik didalam benaknya masing-masing. dari kutipan berikut ini.
Putu Wijaya dalam menghasilkan Hari ini usiaku 60 tahun.
karya sastra mempunyai ciri kepengarangan, Radio mengobral lagu-lagu kebang-
beberapa diantaranya: 1) judul karya- saan sejak subuh buta. Tepat pukul
karyanya kebanyakan berjudul pendek, 2) sepuluh pagi di lapangan parkir ada
upacara menaikkan sang saka merah
tema banyak mengangkat tentang
putih. Anak-anak menyanyikan lagu
keterasingan manusia modern dan kehidupan Indonesia Raya dengan mengharukan.
yang absurd, 3) alur cerita terlalu banyak, 4) Sementara rumah-rumah sederhana di
menggunakan gaya stream of consciousness, sepanjang rel kereta api membuat
5) gaya penulisannya bertolak dari yang sungai merah putih yang berliku
ada, 6) sering menampilkan khazanah Bali, panjang. Rakyat jelata berlomba naik
dan 7) banyak dipengaruhi latar sosial- pohon pinang. Ibu-ibu rumah-tangga
budaya Jawa. tarik tambang.Penyandang cacad
bertanding volli duduk. Bapak-bapak
b. Analisis Struktural Naskah Drama main sepakbola dengan memakai das-
ter. Gadis-gadis kecil berlomba
Monolog Surat Kepada Setan Karya
menangkap belut.
Putu Wijaya
Analisis struktur yang akan dilakukan
Tahap eksposisi ini juga
dalam penelitian ini menggunakan pendapat
memperkenalkan karakter-karakter
dari Herman J. Waluyo yang berupa plot,
lain yang akan dibawakan oleh
penokohan, dialog, setting, tema, amanat,
tokoh Aku. Karakter-karakter yang
dan petunjuk teknis. Adapun petunjuk teknis
dikenalkan tersebut, nantinya akan
dalam penelitian ini tidak diikutsertakan
mengembangan konflik pada tahap
karena dalam monolog ini tidak ditemukan
komplikasi. Karakter-karakter yang
petunjuk teknis untuk memberikan
dimaksud adalah tokoh seorang
simbolisasi pada satu penekanan ekspresi.
gubernur dan para calon TKW
Walaupun sebenarnya jika monolog ini
yang batal diberangkatkan ke luar
dianalisis dalam bentuk pementasan, akan
negeri.
banyak ditemui petunjuk teknisnya. Berikut
b) Komplikasi
analisis strukturnya.
Pada tahap komplikasi ini, to-
1) Alur
koh Aku sudah mulai mendapatkan
Analisis alur terhadap naskah drama
gangguan-ganguan atau peng-
monolog Surat Kepada Setan
halang dalam mencapai tujuannya,
menggunakan teori milik Henry Guntur
yang tidak lain tujuannya adalah
agar perut menjadi kenyang.

211
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

Gangguan dan penghalang itu Jangan-jangan sejak tadi, sejak


adalah seribu calon TKW yang kemaren-kemaren, sejak 30 tahun,
dipasrahkan oleh Gubernur. Putu sejak 60 tahun yang lalu, tanpa aku
Wijaya dalam memaparkan ta- sadari, aku sudah kehilangan
kemaluan. Jangan-jangan kita semua
hapan ini menggunakan teknik
memang tidak punya kemaluan lagi.
sorot balik atau flash back dari
tahapan yang sebelumnya. Hal ini
Tokoh Aku memiliki ren-
terlihat dari kutipan berikut.
cana untuk dapat menaklukkan
Awasssssss! Jangan terlalu dekat,
Mbak, Ibu, Dik, sayang, aku bisa koit, setan. Ia bermaksud untuk berpura-
malah nanti tidak bisa melihat! pura bekerja sama dengan setan
Mundur! Udah ah! Di situ saja, aku dengan segala tipu dayanya, sete-
sudah tahu kok, jumlah kalian seribu, lah setan tertipu dan percaya,
semuanya sudah kena tipu dan barulah tokoh Aku akan
sekarang mau mengadu.Betul nggak? membunuhnya. Akhirnya, tahap
Betul!!!!! Jawab mereka seru (SKS, penyelesaian pada monolog ini
2005:2). dapat ditandai dengan adanya
balasan surat dari setan. Balasan
Pemunculan konflik mulai surat tersebut ternyata berisi tulisan
kembali datang, setelah tokoh Aku surat tokoh Aku yang dituju untuk
kebingungan dengan nasib para setan. Tokoh Aku kaget begitu
calon TKW, kemudian giliran mengetahui bahwa dirinya mengi-
menyalahkan para pejabat/ wakil rim surat untuk dirinya sendiri. Ia
rakyat yang tidak mungkin mau tidak dapat menerima kenyataan,
bertanggung jawab dan bangunnya jika dirinya adalah setan dalam arti
tokoh Aku dari mimpinya. Hal kiasan sebagai pelaku kejahatan di
tersebut justru berupa konflik yang negerinya sendiri.
akan mengawali jalan cerita
menuju klimaks. 2) Penokohan
Penokohan merupakan pengga-
c) Denouement bungan makna antara tokoh dan
Klimaks atau puncak masa- perwatakannya. Monolog ini menam-
lah terjadi ketika tokoh Aku pilkan tiga karakter, yakni tokoh Aku
kehilangan kemaluannya. Kema- itu sendiri, gubernur, dan pemimpin
luan yang dimaksud bukanlah TKW. Tokoh Aku memiliki karakter
kemaluan (organ vital) yang yang egois, tidak konsisten, dan mudah
sebelumnya diceritakan sesaat cemas.Tokoh yang kedua adalah gu-
setelah tokoh Aku mimpi. Kema- bernur, seorang wakil rakyat sewenang-
luan yang sesungguhnya ingin wenang, dan mementingkan dirinya
dijelaskan oleh Putu Wijaya adalah sendiri.Tokoh selanjutnya adalah para
kemaluan yang berarti harga diri. calon TKW, mereka diwakilkan oleh
Hal ini dapat dilihat pada kutipan pemimpinnya yang sedang berjuang
monolog berikut. meminta pertanggung jawaban.
Tiba-tiba aku terkejut.
Ternyata, ternyata, maaf nyuwun
3) Dialog (Percakapan)
ngampuro, I am so sorry, tidak ada
kata lain yang bisa menggantikan Dialog merupakan percakapan
ucapan ini, kemaluanku sudah hilang. antara tokoh satu dengan tokoh yang
Kok bisa hilang ya? Hilang Bang, lainnya. Dalam drama monolog ini,
hilang, padahal tadi masih gagah di dialog terjadi antara beberapa tokoh
sini. Wong aku eman-eman kok.Coba yang sebenarnya tidak dalam bentuk/
periksa sekali lagi. Ya Tuhan benar ciri percakapan. Hal ini dapat dilihat
blas hilang! Aduh, aduh bagaimana dalam kutipan berikut yang telah
aku bisa hidup tanpa kemaluan.

212
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

digubah seakan-akan berbentuk perca- latar waktu diketahui dari sebutan usia
kapan dalam drama, bukan monolog. yang ke-60 tahun baik usia tokoh Aku
maupun negara Indonesia, dan latar
(TKW) : “Kalau Bapak juga mau makan, itu sosial dapat dilihat dari watak tokoh
namanya lempar batu sembunyi tangan, lalu Aku yang mudah cemas dengan
siapa lagi yang bisa kami harapkan?” perbuatannya sendiri, ia juga mampu
mengamati keadaan sosialnya yang
(Tokoh Aku) : “Yang lain-lain! Kan dalam hal ini tentang pegawai negeri
banyak. Itu lho para konglomerat!” yang pulang lebih pagi.

(TKW) : “Ah mana sempat! Semuanya 5) Tema


juga mengaku melarat!” (SKS, 2005:2).
Tema adalah gagasan (makna)
dasar umum yang menopang sebuah
4) Setting/ latar karya sastra sebagai struktur semantik
Latar disebut juga sebagai lan- dan bersifat abstrak yang secara
dasan tumpu, menunjuk pada pengertian berulang-ulang dimunculkan lewat
tempat, hubungan waktu sejarah, dan motif-motif dan biasanya dilakukan
lingkungan sosial tempat terjadinya secara implisit (Nurgiyantoro, 2013:
peristiwa-peristiwa yang diceritakan 115). Adapun tema yang terkandung
(Abrams dalam Nurgiyantoro, dalam monolog Surat Kepada Setan
2013:302). Peneliti menemukan tiga adalah introspeksi bangsa Indonesia.
latar dalam monolog Surat Kepada Berikut kutipannya.
Setan yakni, latar tempat diimplisitkan Tiba-tiba aku terkejut. Ternyata,
secara umum yakni di Indonesia ternyata, maaf nyuwun ngampuro, I am so
sorry, tidak ada kata lain yang bisa
(lapangan parkir, rumah, pemukiman, menggantikan ucapan ini, kemaluanku
kantor gubernur, dan kantor walikota), sudah hilang. Kok bisa hilang ya? Hilang
latar waktu (terjadi pada tahun 2005), Bang, hilang, padahal tadi masih gagah di
dan latar sosial-budaya (masalah yang sini. Wong aku eman-eman kok.Coba
diangkat berupa masalah sosial). periksa sekali lagi. Ya Tuhan benar blas
Berikut ini kutipan yang menerangkan hilang! Aduh, aduh bagaimana aku bisa
ketiga latar tersebut. hidup tanpa kemaluan. Jangan-jangan sejak
Hari ini usiaku 60 tahun.Radio tadi, sejak kemaren-kemaren, sejak 30
mengobral lagu-lagu kebangsaan sejak tahun, sejak 60 tahun yang lalu, tanpa aku
subuh buta. Tepat pukul sepuluh pagi di sadari, aku sudah kehilangan kemaluan.
lapangan parkir ada upacara menaikkan Jangan-jangan kita semua memang tidak
sang saka merah putih. Anak-anak punya kemaluan lagi (SKS, 2005:4).
menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan
mengharukan… (SKS, 2005:1). c. Kritik Sosial Naskah Drama Monolog
Surat Kepada Setan Karya Putu
Rasa takut mulai menusuk. Wijaya
Sukmaku bergetar, ngeri kalau-kalau setan
menyerang karena merasa terhina.Habis aku Kritik dalam KBI
sudah memperlakukannya seperti idiot. (2011:248&506) diartikan sebagai
Sebentar-sebentar kalau ada mobil berhenti kecaman, sedangkan sosial artinya
di depan rumah, aku panik, siap kabur. Tapi berkenaan dengan masyarakat atau juga
jebulnya itu hanya pegawai negeri yang
pulang naik angkot sebelum selesai jam
suka memperhatikan kepentingan
kantornya. Kan Jum’at… (SKS, 2005:5). umum. Jadi, dapat disimpulkan kritik
sosial merupakan kecaman terhadap
masalah yang berkenaan dengan
Pada kutipan di atas, latar tem- masyarakat.
pat berupa lapangan parkir. Sedangkan

213
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

Handayani, dkk., (2005:44) Gadis-gadis kecil berlomba


dalam hasil penelitiannya menangkap belut (SKS, 2005:1).
menyimpulkan bahwa, tindakan kritik Sementara di pemukiman
merupakan bentuk dari salah satu mewah orang-orang masih tidur
mendengkur menikmati hari
kesadaran manusia atas realitas yang
libur.Banyak yang tak mau
dihadapi. Tindak kritik yang merupakan mengibarkan bendera. Untuk apa kata
respon dari sebuah peristiwa tersebut mereka, apa kibaran bendera satu hari
menghasilkan sebuah kreativitas yaitu bisa mengubah kebrengsekan yang
dalam bentuk karya sastra yang sudah berkerak puluhan tahun? (SKS,
merupakan medium dalam 2005:1).
menyampaikan respon tersebut. Jadi, Monolog di atas
tindakan kritik tidak perlu dipahami menceritakan tentang tokoh Aku
sebagai tindakan yang dapat membuat yang sedang menyampaikan
disintegrasi, tetapi sebaiknya dianggap peristiwa peringatan hari
sebagai usaha yang dapat memberikan kemerdekaan Republik Indonesia
sumbangan dalam menciptakan ke-60 tahun. Terlihat ketimpangan
harmonisasi sosial. gaya hidup yang begitu jelas antara
Penelitian ini menemukan strata tinggi dan strata rendah. Hal
berbagai kritik sosial yang multidimensi tersebut seakan-akan mampu
dari naskah drama monolog Surat menyimpulkan kesadaran
Kepada Setan karya Putu Wijaya. kebangsaan yang belum semuanya
Berikut ini pemaparan berbagai kritik dimiliki oleh bangsa Indonesia dari
sosial dalam naskah drama monolog berbagai golongan kelas sosial.
Surat Kepada Setan. 2) Kritik Sosial terhadap Manusia
1) Kritik terhadap Perbedaan Gaya yang Egois
hidup berdasarkan Startifikasi Keegoisan yang
Sosial menguntungkan diri sendiri juga
Monolog Surat Kepada ditemui dalam monolog Surat
Setan menceritakan situasi yang Kepada Setan. Keegoisan ini
menggambarkan adanya stratifikasi digambarkan ketika seseorang
sosial atau yang biasa disebut kelas ingin lebih memiliki segalanya dari
sosial (kelas rendah dan kelas apa yang dimiliki oleh orang lain.
atas), ketika tokoh Aku Hal ini dapat dilihat pada kutipan
menjelaskan keberadaan dirinya di berikut.
tengah-tengah ketimpangan yang Aku sendiri kelaparan. Gusti
terjadi di masyarakat. Berikut Allah, kataku bersemedi, apa lagi yang
kutipannya. bisa aku ganyang sekarang. Mulutku
Hari ini usiaku 60 asem, harus olahraga sebab perutku
tahun.Radio mengobral lagu-lagu gembung kebanyakan angin. Aku
kebangsaan sejak subuh buta. Tepat harus mengunyah, kalau tidak makan
pukul sepuluh pagi di lapangan parkir badanku lemes. Kalau lemes
ada upacara menaikkan sang saka bagaimana aku bisa jaim? (SKS,
merah putih. Anak-anak menyanyikan 2005:1).
lagu Indonesia Raya dengan
mengharukan. Sementara rumah- 3) Kritik Sosial terhadap Hilangnya
rumah sederhana di sepanjang rel Kepercayaan pada Produk Nasio-
kereta api membuat sungai merah nal
putih yang berliku panjang. Rakyat Kritik sosial akan hilang-
jelata berlomba naik pohon pinang. nya kepercayaan masyarakat pada
Ibu-ibu rumah-tangga tarik produk nasional dalam monolog
tambang.Penyandang cacad bertanding ini, ditandai ketika tokoh Aku
volli duduk. Bapak-bapak main
menginginkan makanan yang
sepakbola dengan memakai daster.

214
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

paling lezat. Kemudian ia walikota aku dikirim ke Gubernuran.


menyinggung pula keadaan Sebelum Gubernur menyarankan
masyarakat yang lebih menyukai datang ke Presiden aku ingatkan
produk luar negeri karena jaminan bahwa Presiden sedang repot
mengurus korupsi, jadi lebih baik
mutu. Ia sudah tidak percaya lagi
beliau saja yang berperan. Apa yang
pada produk dalam negeri karena bisa aku makan, Bapak Gubernur?
terlalu banyak penipuan, baik (SKS, 2005:1).
dalam hal bahan mentah, merek
tiruan, hingga pengaruh adanya 6) Kritik Sosial terhadap Tayangan
kasus korupsi. Media Massa yang Kurang
4) Kritik terhadap Kejahatan Korupsi Berkualitas
Kritik sosial terhadap Pada monolog Surat
kasus korupsi yang terdapat dalam Kepada Setan, juga menyinggung
monolog ini pada saat tokoh Aku kritik sosial berkaitan dengan
menyampaikan kekecewaannya kurang berkualitasnya media
pada produk nasional yang massa. Kembali, semua perma-
kebanyakan menipu, serta bapak salahan terjadi karena faktor bisnis
presiden yang sebelumnya akan yang menguntungkan segelintir
dijadikan tempat pengaduan tapi orang. Monolog ini menyinggung
segera ingat bahwa beliau sedang hampir semua jenis media massa
sibuk menangani kasus korupsi. pada saat itu kurang berkualitas.
Berikut kutipannya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan
…Segala yang impor itu berikut.
jaminan mutu, buatan Indonesia alah
lebih banyak menipu. Makanya Lho ya kan? Koran itu lho,
korupsi penting, itu sudah profesi yang televisi apalagi, edhan sekarang.
paling afdol untuk melipatgandakan Makin rusuh beritanya, makin banyak
rezeki.Harga proyek satu juta, bodo iklannya, makin tinggi oplagnya,
kalau ongkos bikinnya tidak bisa makin nomor satu ratingnya. Namanya
diteken jadi sepuluh perak, lainnya juga cari makan (SKS, 2005:2).
digerogoti. Jangan takut, rakyat sudah
biasa ditipu semalam suntuk. Mereka 7) Kritik Sosial terhadap Peningkatan
malah ketagihan (SKS, 2005:1).
Kemiskinan dan Pengangguran
Kritik sosial yang berkaitan
5) Kritik Sosial terhadap dengan kemiskinan dan
Penyimpangan Wewenang oleh pengangguran merupakan dasar
Para Wakil Rakyat cerita dari monolog Surat Kepada
Pada monolog Surat Setan ini. Keseluruhan isi dari
Kepada Setan, terdapat beberapa monolog ini berakar dari
penyimpangan wewenang oleh kemiskinan yang salah satunya
para wakil rakyat. Maksudnya, berdampak pada meningkatnya
para wakil rakyat yang seyogyanya pengangguran. Hal tersebut
adalah pemimpin bagi rakyat, disimbolkan dari tokoh Aku
justru melakukan hal-hal diluar sendiri, yang mewakili sebagian
kewenangannya, dan juga dengan besar masyarakat Indonesia dengan
mudah melempar sistem birokrasi. keadaan terbelenggu oleh
Hal ini dapat dilihat pada kutipan kemiskinan. Berikut kutipannya.
di bawah ini.
Jadi bukan soal makan atau Iya, Pak, apa lagi! Itu kan
tidak, tapi mau makan apa hari ini, bagian tugas Bapak sebagai pemimpin
Pak, kataku mengadu pada Bupati. rakyat, bukan hanya urusan perut kami
Tapi cepat-cepat aku disuruh pergi (SKS, 2005:2).
menjumpai Pak Wali. Dari kantor

215
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

Monolog di atas mencerita- Setan ini. Kaum perempuan


kan saat tokoh Aku mengadu pada menuntut persamaan hak layaknya
gubernur karena perutnya yang seperti kaum laki-laki yang dapat
lapar, dengan cara membela diri. memperoleh pekerjaan dengan
Pembelaan diri yang dilakukan layak. Hal tersebut dapat dilihat
oleh tokoh Aku yakni, dengan pada kutipan di bawah ini.
alasan nasib yang ditanggungya Kami perempuan. Perempuan
juga merupakan salah satu bukan rakyat karena dianggap tidak
kewajiban gubernur selaku wakil masuk hitungan! Ya kami selalu
rakyat yang harus diberikan solusi. dikorbankan! Makanya kami selalu
menuntut persamaan!!!! Kalau terus-
8) Kritik Sosial terhadap Permintaan terusan cuci-tangan tidak mau
menghiraukan, kami akan turun
Peningkatan Kesejahteraan TKW
tangan! (SKS, 2005:3).
Monolog Surat Kepada
Setan juga sangat jelas mengi-
Kutipan di atas mencerita-
sahkan kaum perempuan (dalam
kan ketika para calon TKW itu
hal ini TKW) yang sejatinya
menuntut haknya untuk menda-
dilindungi dan berhak sejahtera
patkan pekerjaan agar dapat hidup
harus mendapatkan perlakuan yang
sejahtera. Mereka juga menuntut
sangat kejam dari orang-orang
persamaan gender. Kaum perem-
yang tidak bertanggung jawab. Hal
puan itu merasa bahwa mereka
ini dapat dilihat pada kutipan
tidak masuk hitungan dalam
berikut.
kategori rakyat Indonesia. Maka
Tenang, itu gampang Dik,
katanya sambil menunjuk seribu orang dari itu, mereka selalu menuntut
TKI yang tidak jadi diekspor ke luar persamaan, apapun taruhannya.
negeri sebagai pembantu karena Mereka mengancam, jika tetap
“N.G”.Itu semua aja ambil.Habis kalau tidak ada tanggapan akan tuntutan
nggak mati, pulangnya babak belur persamaan haknya, maka mereka
semua seperti Nirmala Bonar. Yang akan melakukan segala macam
selamat, dipereteli di bandara oleh aksi.
calo-calo yang kejemnya ngajubilah,
lupa bahwa ibunya juga perempuan 10) Kritik terhadap Hilangnya Kehor-
yang susah cari makan… (SKS, matan/ Harga Diri Bangsa Indo-
2005:2). nesia
Kritik sosial terhadap
Monolog di atas menceri- hilangnya kehormatan bangsa
takan tentang nasib calon TKW Indonesia diperoleh dari perma-
yang disampaikan oleh gubernur. salahan-permasalahan yang me-
Ia menceritakan nasib seribu calon nimpa bangsa ini. Sehingga oleh
TKW yang gagal diberangkatkan Putu Wijaya selaku pengarang,
ke luar negeri karena suatu alasan. dijadikan tema-tema kecil dalam
Lagipula, banyak TKW yang pada monolog Surat Kepada Setan ini
akhirnya bukan mendapat income yang nantinya akan membawa
seperti yang diharapkan, melainkan jalan cerita menuju klimaks. Beri-
mendapatkan siksaan hingga kut kutipan monolognya tentang
meninggal dunia. hilangnya kehormatan bangsa
Indonesia.
9) Kritik Sosial Menuntut Kesetaraan Tiba-tiba aku terkejut.
Gender Ternyata, ternyata, maaf nyuwun
Kritik sosial terhadap ngampuro, I am so sorry, tidak ada
kesetaraan gender juga disinggung kata lain yang bisa menggantikan
dalam monolog Surat Kepada ucapan ini, kemaluanku sudah hilang.

216
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

Kok bisa hilang ya? Hilang Bang, kita harus berhenti membuat jarak, lalu
hilang, padahal tadi masih gagah di merangkul.Memeluk Setan supaya dia
sini. Wong aku eman-eman kok.Coba merasa akrab, lalu berjalan
periksa sekali lagi. Ya Tuhan benar bersebelahan, berpegangan tangan,
blas hilang! Aduh, aduh bagaimana bagai prajurit yang saling setia kawan,
aku bisa hidup tanpa kemaluan. sebab kita sama-sama berjuang. Mari
Jangan-jangan sejak tadi, sejak bergotong-royong dengan Setan! (SKS,
kemaren-kemaren, sejak 30 tahun, 2005:5).
sejak 60 tahun yang lalu, tanpa aku
sadari, aku sudah kehilangan Singkat cerita, ia
kemaluan. Jangan-jangan kita semua mengirimkan surat kepada setan
memang tidak punya kemaluan lagi yang berisi ajakan untuk
(SKS, 2005:4).
bekerjasama, setelah ditunggu
sekian lama dan akhirnya datang
Kutipan di atas
juga surat balasa dari setan, betapa
menceritakan saat tokoh Aku baru
ia terkejut. Ternyata surat tu surat
saja bangun dari mimpinya. Ketika
yang ia tulis untuk setan, ia tidak
dirinya bangun, ia terkejut
bisa menerima kalau dirinyalah
mengetahui bahwa kemaluannya
sang setan yang menyebabkan
telah tiada. Kemaluan yang
kebobrokan di negeri ini.
digambarkan pada adegan yakni
kemaluan yang berarti organ vital,
d. Implementasi Hasil Penelitian
akan tetapi yang sebenarnya ingin
Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA
disampaikan oleh pengarang
adalah kemaluan yang bermakna Sufanti (2010:12) menjelaskan
harga diri bangsa Indonesia. bahwa, pembelajaran sastra selama ini
Dengan cara mengklamufasekan merupakan bagian yang tidak
istilah kemaluan, maka pence- terpisahkan dengan pembelajaran
ritaannya semakin menarik. bahasa yang disatukan dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini
11) Kritik Sosial terhadap Sifat
ditujukan oleh nama mata pelajaran
Manusia yang Menyerupai Sifat
yaitu dengan memunculkan secara
Setan
eksplisit kata sastra dalam nama mata
Kritik sosial terhadap sifat
pelajaran yaitu Bahasa dan Sastra
manusia yang menyerupai sifat
Indonesia. Selain itu, walaupun nama
setan ini, semuanya ada pada
sastra tidak dimunculkan, tetapi secara
adegan kedua. Adegan kedua ini
substansi muatan sastra selalu menyatu
pulalah yang penceritaannya paling
dengan muatan materi bahasa.
mendominasi judul monolog Surat
Kepada Setan. Adegan ini diawali Hasil analisis kritik sosial
dengan kecurigaan tokoh Aku dalam naskah drama monolog Surat
kepada setan yang kaitannya Kepada Setan karya Putu Wijaya, dapat
dengan kebobrokan di Indonesia diimplikasikan dalam pembelajaran
saat itu.Tokoh Aku mendapatkan sastra di SMA/ sederajat. Hasil tersebut
ide, untuk mengatasi masalah itu. ialah mengenai unsur-unsur intrinsik
Ia berniat untuk melakukan atau unsur pembangun naskah monolog
sandiwara dengan berpura-pura Surat Kepada Setan.Unsur-unsur
mengajak setan untuk bekerjasama. tersebut berupa tema, plot, penokohan,
Berikut kutipan monolognya. amanat, dialog, latar, dan petunjuk
teknis. Hasil analisis lain dalam
Sudah waktunya kita harus
ganti taktik.Sebaliknya dari membenci penelitian ini adalah mengenai nilai
sebab itu hanya memboroskan energi, kritik sosial. Kritik sosial banyak
ditemukan pada karya sastra yang

217
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

mengangkat tema-tema hubungannya kepengarangan Putu Wijaya, yakni judul


dengan masyarakat dan segala karya-karyanya kebanyakan berjudul
aktivitasnya yang kurang berkenan. pendek, tema banyak mengangkat tentang
Dikatakan demikian, karena kritik sosial keterasingan manusia modern dan kehidupan
difokuskan untuk menanggapi perilaku/ yang absurd, alur cerita terlalu banyak,
aktivitas masyarakat yang dianggap menggunakan gaya stream of consciousness,
kurang tepat, bahkan melanggar norma- gaya penulisannya bertolak dari yang ada,
norma dalam masyarakat yang telah sering menampilkan khazanah Bali, dan
disepakati. banyak dipengaruhi oleh latar belakang
Jawa.
Implementasinya dapat diguna- Berdasarkan analisis struktural, unsur-
kan sebagai bahan ajar sastra di SMA unsur naskah drama monolog tersebut
karena beberapa hal yang cukup menunjukkan kepaduan dan hubungan yang
relevan, yakni (a) relevansi unsur-unsur harmonis dalam mendukung totalitas makna
intrinsik dan nilai kritik sosial dengan struktur monolog Surat Kepada
standar isi, (b) relevansi pembentukan Setan.Unsur-unsur tersebut yakni tema,
kepribadian dalam diri peserta didik amanat, alur, penokohan, latar, dan dialog.
usia SMA, yang lebih dikhususkan Kritik sosial yang terdapat dalam
untuk persiapan terjun dalam naskah drama monolog Surat Kepada Setan
masyarakat, dan (c) penerapan nilai- karya Putu Wijaya adalah (1) kritik sosial
nilai edukatif dalam pembelajaran. terhadap stratifikasi sosial, (2) kritik sosial
terhadap manusia yang egois, (3) kritik
Berdasarkan uraian di atas sosial terhadap hilangnya kepercayaan pada
dapat disimpulkan bahwa naskah drama produk nasional, (4) kritik sosial terhadap
monolog Surat Kepada Setan relevan kejahatan korupsi, (5) kritik sosial terhadap
untuk dijadikan sebagai materi penyimpangan wewenang oleh para wakil
pembelajaran di SMA. Sebelum sampai rakyat, (6) kritik sosial terhadap media
pada nilai-nilai kritik sosia, siswa massa yang kurang berkualitas, (7) kritik
terlebih dahulu mencari unsur-unsur sosial terhadap peningkatan kemiskinan dan
intrinsik di dalamnya. Kemudian pengangguran, (8) kritik sosial terhadap
dengan sendirinya akan langsung kesejahteraan TKW, (9) kritik sosial
memahami makna kritik sosial yang terhadap kesetaraan gender, (10) kritik
ada. Kritik sosial dalam monolog terhadap hilangnya kehormatan bangsa
tersebut, untuk keseluruhannya Indonesia, dan (11) kritik sosial terhadap
diharapkan dapat meningkatkan sifat manusia yang menyerupai sifat setan.
kepekaan siswa akan masalah sosial di Implementasi hasil penelitian yang
lingkungannya, mencegah siswa terlibat digunakan sebagai bahan ajar sastra di SMA,
dalam masalah-masalah sosial yang ada yakni (a) relevansi unsur-unsur intrinsik dan
sebagai subjeknya, dan tentunya siswa nilai kritik sosial dengan standar isi, (b)
diharapkan menjadi pribadi yang kritis, relevansi pembentukan kepribadian dalam
mampu menyuarakan hak-hak rakyat diri peserta didik usia SMA, yang lebih
secara bijaksana. dikhususkan untuk persiapan terjun dalam
4. Simpulan masyarakat, dan (c) penerapan nilai-nilai
edukatif dalam pembelajaran.
Setelah dilakukan penelitian terhadap
naskah drama monolog Surat Kepada Setan
karya Putu Wijaya dan implementasinya
sebagai bahan ajar sastra di SMA.Maka
dapat dikemukakan beberapa kesimpulan.
Berdasarkan pendekatan biografi, maka
dapat diperoleh kesimpulan tentang ciri

218
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

Daftar Pustaka Shalihati, Istiana. 2012. “Kritik Sosial


Dalam Kumpulan Puisi Lalu
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2013. “Revitalisasi AkuKarya Radhar Panca Dahana:
Drama Untuk Pencerahan Batin”. Tinjauan Sosiologi Sastra”.
Makalah disampaikan dalam Skripsi.FKIP.Universitas
Seminar Pengajaran Sastra oleh Muhammadiyah Surakarta.
HMP PBSID FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta tanggal Sitanggang, S. R. H., dkk. 1997. CITRA
11 November 2013. MANUSIA (dalam Drama Indonesia
Modern 1960 – 1980). Jakarta: De-
Handayani, Yuni Attin, dkk. 2005. “Kritik partemen Pendidikan dan Kebu-
Sosial Kuntowijoyo dalam Novel dayaan.
Wasripin dan Satinah: Tinjauan
Sosiologi Sastra”. Kajian Linguistik Sufanti, Main. 2010. Strategi Pengajaran
dan Sastra. 17 (32):43-50. Bahasa Dan Sastra Indonesia.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Wellek, Rene dan Austin Warren. 1993.
Gadjah Mada University Press. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT
Gramedia.
Badan Bahasa. 2011. (Kamus Bahasa
Indonesia untuk pelajar). Jakarta: web: (https://sites.google.com/site/ sastra-
Balai Pustaka. wanindonesia/home/biografi-
sastrwan-putu-wijaya, diakses
Rahmanto, B. 2004.Metode Pengajaran tanggal 2 Mei 2014, pukul 17.15
Sastra. Yogyakarta: Kanisius. wib.)

219

Anda mungkin juga menyukai