Anda di halaman 1dari 6

KIPRAH SYEKH MAGELUNG SAKTI DALAM PENYEBARAN ISLAM DI

KARANG KENDAL

Ditulis : Mukamad Selamet


NIM : 2021.1.24.1.03009
Semester :2C
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENDAHULUAN

Banyak tokoh ternama yang penuh sejarah yang pernah menginjakkan kaki di Cirebon.
Sebagian diantaranya akhirnya wafat dan dimakamkan di kota yang memiliki julukan kota
udang ini. Salah satu tokoh yang dikenal dalam legenda di tanah Jawa adalah Syekh
Magelung Sakti. Kini, Makam Syekh Magelung Sakti menjadi salah satu daya tarik kota
Cirebon dan banyak dikunjungi wisatawan. Beliau sangat dihormati oleh masyarakat
setempat karena jasa-jasa beliau yang mampu mengislamkan seluruh masyarakat
karangkendal. Syekh Magelung Sakti adalah seorang ulama murid Sunan Gunung Jati yang
berpenampilan sangat khas yaitu dengan menggelung rambut panjangnya. Konon
rambutnya sendiri panjangnya hingga menyentuh tanah, karena tidak bisa dipotong dengan
apapun dan oleh siapapun. Sehingga dia lebih sering mengikat rambutnya (gelung),
kemudian dikenal sebagai Syekh Magelung (Syekh dengan rambut yang tergelung).
PROFIL DESA KARANG KENDAL

Desa Karang Kendal Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon memiliki objek wisata religi
yang banyak di kunjungi masyarakat dari berbagai daerah. Disana dimakamkan seorang
wali dari murid Sunan Gunung Jati yaitu Syarif Syam yang dikenal sebagai Syekh Magelung
Sakti.
Batas-batas administratif Desa Karang Kendal yaitu: Sebelah barat berbatasan dengan
Desa Sibubut, sebelah utara berbatsan dengan Desa Grogol, sebelah selatan berbatasan
dengan desa Dukuh dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Pegagan Lor. Desa Karang
Kendal memiliki luas 400.286 H dengan fungsi yang berbeda-beda, sesuai dengan
kegunaanya. Kantor desa Karang Kendal terletak di jalan utama menuju makam Syekh
Magelung Sakti. Desa Karang Kendal telah memiliki berbagai sarana transportasi umum dan
komunikasi yang relatif memadai, antara lain: jalan yang relatif bagus dapat dilalui oleh
berbagai jenis kendaraan, seperti truck, mobil, bis, dll. Jarak pusat pemerintahan desa ke
kecamatan 3km, ke kabupaten 28 km dan ke provinsi 170 km. Desa karang kendal juga
terkenal dengan sepak bola nya. Untuk memfasilitasi warganya yang gemar terhadap olah
raga terdapat lapangan sepak bola. Untuk penerangan rumah, hampir semua warga
menggunakan jasa PLN untuk menerangi rumahnya.
Demi terwujudnya masyarakat yang cerdas, sebagaimana yang dicanangkan oleh
pemerintah dengan wajib belajar sembilan tahun, maka di desa Karang Kendal terdapat
berbagai lembaga pendidikan, seperti: TK ada empat milik swasta, empat SD milik
pemerintahan dan satu SLTP/sederajat milik pemerintah. Akan tetapi jika para siswa ingin
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, mereka harus keluar dari desa Karang Kendal. 1

1
Sumber : Pemdes Karangkendal dikunjungi tanggal 20-02-2022
PEMBAHASAN
Syekh Magelung Sakti alias Syarif Syam alias Pangeran Soka alias Pangeran
Karangkendal. Konon Syekh Magelung Sakti berasal dari negeri Syam (Syria), hingga
kemudian dikenal sebagai Syarif Syam. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa ia
berasal dari negeri Yaman.Syarif Syam memiliki rambut yang sangat panjang, rambutnya
sendiri panjangnya hingga menyentuh tanah, oleh karenanya ia lebih sering mengikat
rambutnya (gelung).2 Sehingga kemudian ia lebih dikenal sebagai Syekh Magelung (Syekh
dengan rambut yang tergelung). Mengapa ia memiliki rambut yang sangat panjang ialah
karena rambutnya tidak bisa dipotong dengan apapun dan oleh siapapun,kecuali oleh
ibunya. Namun karena ibunya telah wafat, maka tidak ada lagi yang bisa memotong
rambutnya. Sebelum wafat, ibunda syekh magelung sakti berwasiat supaya ia pergi ke tanah
Jawa. Karenanya, kemudian ia berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari
siapa yang sanggup untuk memotong rambut panjangnya itu. Jika ia berhasil
menemukannya, orang tersebut akan diangkat sebagai gurunya. Hingga akhirnya ia tiba di
Tanah Jawa, tepatnya di Cirebon.
Pada sekitar abad XV di Karangkendal hidup seorang yang bernama Ki Tarsiman atau
Ki Krayunan atau Ki Gede Karangkendal, bahkan disebut pula dengan julukan Buyut
Selawe, karena mempunyai 25 anak dari istrinya bernama Nyi Sekar. 3 Dugaan kuat, mereka
itulah orang tua angkat Syarif Syam di Cirebon. Konon, Syarif Syam datang di pantai utara
Cirebon mencari seorang guru seperti yang pernah ditunjukkan dalam tabirnya, yaitu salah
seorang waliyullah di Cirebon. Dan di sinilah ia bertemu dengan seorang tua yang sanggup
dengan mudahnya memotong rambut panjangnya itu. Orang itu tak lain adalah Sunan
Gunung Jati. Syarif Syam pun dengan gembira kemudian menjadi murid dari Sunan
Gunung Jati, dan namanya pun berubah menjadi Pangeran Soka (asal kata suka). Tempat
dimana rambut Syarif Syam berhasil dipotong kemudian diberi nama Karanggetas.
Setelah berguru kepada Sunan Gunung Jati di Cirebon, Syarif Syam alias Syekh
Magelung Sakti diberi tugas mengembangkan ajaran Islam di wilayah utara. Ia pun
kemudian tinggal di Karangkendal, Kapetakan, sekitar 19 km sebelah utara Cirebon, hingga
kemudian ia lebih dikenal sebagai Pangeran Karangkendal. Sosok Syekh Magelung Sakti
tidak dapat dilepaskan dari Nyi Mas Gandasari, yang kemudian menjadi istri beliau.
Pertemuan keduanya terjadi saat Syekh Magelung Sakti yang di kenal juga sebagai Pangeran
Soka, ditugaskan untuk berkeliling ke arah barat Cirebon. Pada saat ia baru saja selesai
mempelajari tasawuf dari Sunan Gunung Jati, dan mendengar berita tentang sayembara Nyi
Mas Gandasari yang sedang mencari pasangan hidupnya. Babad Cerbon juga tidak jelas
menyebutkan siapakah yang dimaksud sebagai putri Mesir itu. Namun, menurut
masyarakat di sekitar makam Nyi Mas Gandasari di Panguragan, dipercaya bahwa Nyi Mas
Gandasari berasal dari Aceh, adik dari Tubagus Pasei atau Fatahillah, putri dari Mahdar
Ibrahim bin Abdul Ghafur bin Barkah Zainal Alim. Ia diajak serta oleh Ki Ageng Selapandan
sejak kecil dan diangkat sebagai anak, saat sepulangnya menunaikan ibadah haji ke
Makkah.
Versi lain menyebutkan Nyi Mas Gandasari, merupakan putri Sultan Hud dari
Kesultanan Basem Paseh (berdarah Timur Tengah), merupakan salah satu murid di
pesantren Islam putri yang didirikan oleh Ki Ageng Selapandan. 4 Konon katanya, karena
kecantikan dan kepandaiannya dalam ilmu bela diri, telah berhasil menipu pangeran dari
Rajagaluh, sebuah negara bawahan dari kerajaan Hindu Galuh-Pajajaran yang bernama

2
Wawancara “ Rasim” tokoh masyarakat tanggal 08-04-2022
3
Wawancara “Jana” keluarga kuncen tanggal 10-04-2022
4
https://phokam.id/2020/02/22/sejarah-desa-karangkendal-kec-kapetakan-kab-cirebon/ diakses pada tanggal 25-02-2022 pukul
22:12
Prabu Cakraningrat. Pada waktu itu, Cakraningrat tertarik untuk menjadikannya sebagai
istri. Tak segan-segan ia pun diajaknya berkeliling ke seluruh pelosok isi kerajaan, bahkan
sampai dengan ke tempat-tempat yang amat rahasia. Hal inilah yang kemudian
dimanfaatkan oleh Pangeran Cakrabuana, orang tua angkat Nyi Mas Gandasari untuk
kemudian menyerang Rajagaluh. Ki Ageng Selapandan yang juga adalah Ki Kuwu Cirebon
waktu itu dikenal juga dengan sebutan Pangeran Cakrabuana , berkeinginan agar anak
angkatnya, Nyi Mas Gandasari, segera menikah. Setelah meminta nasihat Sunan Gunung
Jati, gurunya, keinginan ayahnya tersebut disetujui Putri Selapandan dengan syarat calon
suaminya harus pria yang memiliki ilmu lebih dari dirinya.
Meskipun telah banyak yang meminangnya, ia tidak bisa menerimanya begitu saja
dengan berbagai macam alasan dan pertimbangan. Oleh karenanya kemudian ia pun
mengadakan sayembara untuk maksud tersebut, sejumlah pangeran, pendekar, maupun
rakyat biasa dipersilakan berupaya menjajal kemampuan kesaktian sang putri. Siapapun
yang sanggup mengalahkannya dalam ilmu bela diri maka itulah jodohnya. Banyak
diantaranya pangeran dan ksatria yang mencoba mengikutinya tetapi tidak ada satu pun
yang berhasil. Seperti Ki Pekik, Ki Gede Pekandangan, Ki Gede Kapringan serta pendatang
dari negeri Cina, Ki Dampu Awang atau Kyai Jangkar berhasil dikalahkannya. Hingga
akhirnya Pangeran Soka memasuki arena sayembara. Meskipun keduanya tampak imbang,
namun karena faktor kelelahan Nyi Mas Gandasari pun akhirnya menyerah dan kemudian
berlindung dibalik Sunan Gunung Djati. 5 Namun, Pangeran Soka terus menyerangnya dan
mencoba menyerang Nyi Mas Gandasari dan hampir saja mengenai kepala Sunan Gunung
Jati. Tetapi sebelum tangan Pangeran Soka menyentuh Sunan Gunung Jati, Pangeran Soka
menjadi lemas tak berdaya. Sunan Gunung Jati pun kemudian membantunya dan
menyatakan bahwa tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Namun, kemudian
keduanya dinikahkan oleh Sunan Gunung Jati. Selain berjasa dalam syiar Islam di Cirebon
dan sekitarnya, Syarif Sam dikenal sebagai tokoh ulama yang mempunyai ilmu kanuragan
tinggi pada zamannya. Ia membangun semacam pesanggrahan yang dijadikan sebagai
tempat ia melakukan syiar Islam dan mempunyai banyak pengikut. Sampai dengan akhir
hayatnya, Syekh Magelung Sakti dimakamkan di Karangkendal, dan sampai sekarang
tempat tersebut selalu diziarahi orang dari berbagai daerah.
Di situs makam Syekh Magelung Sakti terdapat sumur peninggalan tokoh ulama
tersebut, padasan kramat, depok (semacam pendopo) Karangkendal, jramba, kroya,
pegagan, dukuh, depok Ki Buyut Tersana, dan pedaleman yang berisi pesekaran, paseban,
serta makam Syekh Magelung Sakti sendiri.Berjauhan dengan makam suaminya Syekh
Magelung Sakti, makam Nyi Mas Gandasari terdapat di Panguragan, sehingga ia kemudian
dikenal juga sebagai Nyi Mas Panguragan. Setiap diadakannya acara ngunjungan karang
kedal, dari pihak pengurus makam Nyi Mas Ganda Sari akan mengirim makanan kepada
pihak pengurus makam Syekh Magelung Sakti. 6 Hal tersebut merupakan suatu contoh bukti
kebaktian istri kepada suami. Hal tersebut akan terus dilakukan untuk mengajarkan kita
sebagai anak cucunya terutama perempuan agar senantiasa berbakti kepada suaminya.

5
https://www.historyofcirebon.id/2021/09/istri-syekh-magelung-sakti.html diakses pada tanggal 27-02-202 pukul 21:39
6
Wawancara “ Jana “ keluarga kuncen tanggal 10-04-2022
Peninggalan Tradisi
1. Rujak Wuni
Sesuai cerita yang berkembang di tengah masyarakat atau orang-orang tua tempo
dulu, pada masa lalu Syekh Magelung Sakti menundukkan Ki Gede Tersana dari
Kertasemaya, Indramayu, sehingga anak buah Ki Tarsana tersebut yang berupa makhluk
halus pun turut takluk. Namun, makhluk gaib melalui Ki Tersana meminta syarat agar
setiap tahunnya diberi makan berupa sesajen rujak wuni. Dari cerita inilah selanjutnya,
tradisi menyerahkan sesajen daging mentah tersebut berlangsung setiap tahun di
Karangkendal. Menurut salah satu tokoh masyarakat setempat, jika tidak melakukan tradisi
tersebut maka akan terjadi malapetaka terhadap masyarakat Karang Kendal sendiri
maupun masyarakat Grogol yang daerahnya hasil pemekaran dari wilayah Karangkendal.
Menurutnya masyarakat pernah tidak melakukan tradisi itu, tetapi warga karangkendal dan
bekas wilayahnya akan diserang wabah penyakit sampai ada yang meninggal juga.
Semenjak saat itu tidak ada masyarakat yang berani melakukan pemberhentian tradisi itu.
Karena khawatir kejadian di masa lalu akan menimpa keluarga mereka. 7
2. Ngunjung Karangkendal 
Adalah tradisi atau adat kebiasaan yang dilakukan masyarakat Desa Karangkendal,
Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon. Upacara adat itu diselenggarakan dalam rangka
mengenang jasa Syekh Magelung Sakti, Leluhur masyarakat desa tersebut. Yakni, dalam
upaya menaklukan dan mengislamkan Prabu Cakraningrat dari kerajaan Rajagaluh
Majalengka. Dalam upacara Ngunjungan Karangkendal itu intinya adalah melakukan
Tahlilan sebagai ungkapan do’a dab syukuran atas jasa Syekh Magelung Sakti yang telah
gigih mengambil peran melakukan Daqwah islam di wialayah Cirebon.Untuk menghormati
para tamu dari berbagai daerah lain, yang dating dalam upacara itu, masyarakat
Karangkendal membuat dodol, sebagai hidangan dan oleh – oleh bagi mereka. Bahan dasar
pembuatan dodol berupa tepung beras ketan, gula merah, terkadang dicampur dengan gula
pasir, serta santan kelapa. Bahan – bahan tersebut dimasak menggunakan GRENGSENG,
sejenis wajan besar terbuat dari tembaga. Agar menghasilkan dodol yang berkualitas, dalam
pemasakannya selalu diaduk – aduk terus menerus hingga merata. Pengerukannya terbuat
dari tembaga yang bergagang kayu. Biasanya pembuatan dodol dilakukan siang hari dari
pukul 07.00 hingga 17.00, kadang juga dilakukan malam hari, seusai sholat isya hingga
menjelang waktu subuh. Menurut sejarah, pembuatan dodol tersebut dilakukan Syekh
Magelung Sakti dimasa lalu, sebagai ungkapan terimakasih kepada kedua orang
pembantunya, yakni Ki Wandan dan Ki Campa, karena keduanya demikian setia dalam
menemani pengembaraan leluhur masyarakat karangkendal itu sejak dari tanah
kelahirannya di Syam (Syiriah) hingga sampai di karangkendal. Konon, Ki Wandan dan Ki
Campa sangat menyukai dodol itu, yang dimasa lalu, makanan itu disebutnya “IWEL –
IWEL”.8
Sebagai warisan budaya, hal tersebut masih dipertahanan oleh masyarakat sebagai
bakti kepada leluhur . Bagi yang tidak mengerti tentang adat dan budaya,hal itu akan
dicampur adukan dengan agama yang jelas jelas agama itu tidak mempunyai kebudayaan.
Agama dan budaya tidak bisa dibenturkan, maka alangkah baiknya kita sebagai masyarakat
yang cerdas harus menyikapinya dengan cerdas. Sekian saja pemaparan “ KIPRAH SYEKH
MAGELUNG SAKTI DALAM PENYEBARAN ISLAM DI KARANG KENDAL” saya meyadari
masih banyak kekurangan dalam penyampaian dan yang lainnya saya ucapkan mohon maaf
dan terima kasih.

7
Sumber : Pak Rasim (tokoh mayarakat Grogol) wawancara tanggal 29-03-2022
8
Sumber : Pak Amsori (tokoh masyarakat karangkendal) wawancara tanggal 30-03-2022

Anda mungkin juga menyukai