Anda di halaman 1dari 18

2.

PANEL atau PELAT BAJA


Perencanaan Kekuatan Pelat

5.1
1

Perencanaan Kekuatan Pelat


Pembebanan Pelat

Aspek pembebanan pelat baja menentukan cara pelat baja


didesain. Pembebanan pelat baja akan dipelajari pada balok
tersusun yang ditunjukkan di atas.
2

1
Perencanaan Kekuatan Pelat
Pembebanan Pelat

Ketika komponen balok dibebani, oleh beban terpusat R,


seperti yang ditunjukkan gambar di atas,

Perencanaan Kekuatan Pelat


Pembebanan Pelat

atau oleh beban terdistribusi merata Q, maka

2
Perencanaan Kekuatan Pelat
Pembebanan Pelat

pelat sayap dari profil, oleh beban Q, menekan tepi atas pelat
badan dengan gaya yang besarnya sama dengan beban Q, dan
dengan demikian mentransfer beban Q ke tepi pelat badan.
5

Perencanaan Kekuatan Pelat


Pembebanan Pelat

seperti di tunjukkan di atas. Jika kita sekarang memperhatikan


pelat badan sebagai suatu komponen teresendiri, maka
Komponen pelat badan juga terbebani dengan beban
merata Q pada tepi atas.
6

3
Perencanaan Kekuatan Pelat
Pembebanan Pelat

Sekarang jika kita memperhatikan segmen tertentu dari pelat


sepanjang a;
a adalah bidang pelat yang terdekat antara penampang – penampang yang dicegah
terhadap tekukan atau perpindahan ke samping, baik oleh pemasangan pengaku maupun
sokongan. [Baca SNI 03 – 1729 – 2002 butir 8.6.2]. 7

Perencanaan Kekuatan Pelat


Pembebanan Pelat

Segmen pelat sepanjang a ini dibebani Q pada tepi atasnya.

Dapatlah difahami bahwa pembebanan Q menimbulkan

4
Perencanaan Kekuatan Pelat
Pembebanan Pelat

tegangan tekan f c pada penampang pelat yang luasannya adalah a t (t


adalah tebal pelat).
Dalam konteks perencanaan pelat, f c disebut tegangan tekan tumpu.
Bersamaan dengan f c, pada penampang yang melintang yang
luasannya ditandai dengan h t. 9

Perencanaan Kekuatan Pelat


Pembebanan Pelat

timbul tegangan lentur fb yang jika pelat dalam keadaan


elastis, bervariasi linear seperti yang ditunjukkan di atas.
Dari mekanika teknik, dapatlah difahami bahwa, bersamaan
dengan tegangan lentur fb pada penampang ht 10

5
Perencanaan Kekuatan Pelat
Pembebanan Pelat

Bersamaan dengan timbulnya tegangan lentur, timbul pula


tegangan geser v pada penampang - penampang ht maupun
penampang - penampang at.

11

Perencanaan Kekuatan Pelat


Tipe-Tipe Pembebanan Plat

Cara perhitungan dan desain kekuatan pelat berbeda menurut


jenis tegangan yang timbul pada penampang pelat.

Kebanyakan pakar dan SNI 03 – 1729 – 2002 memperbedakan


pelat dalam konteks perencanaan menurut cara pelat dibebani
sbb:

12

6
Perencanaan Kekuatan Pelat
Tipe-Tipe Pembebanan Plat

Pelat yang hanya dibebani tegangan geser v direncanakan


terhadap KUAT GESER pelat badan [SNI 03 – 1729 – 2002
(8.8).

13

Perencanaan Kekuatan Pelat


Tipe-Tipe Pembebanan Plat

Hampir pada setiap kejadian, suatu pelat badan terbebani


geser dan lentur sekaligus. Pelat seperti ini didesain sebagai
komponen pelat dengan INTERAKSI GESER LENTUR [SNI 03
– 1729 – 2002 (8.9).
14

7
Perencanaan Kekuatan Pelat
Tipe-Tipe Pembebanan Plat

Pelat yang hanya dibebani tegangan tekan tumpu fc


direncanakan terhadap KUAT TUMPU pelat badan [SNI 03 –
1729 – 2002 (8.10).
15

Perencanaan Kekuatan Pelat


Tipe-Tipe Pembebanan Plat

Pelat yang dapat dibebani tegangan tumpu fc pada tepi tingginya (tepi h), seperti
pada kasus pelat badan dari komponen aksial tekan (kolom) suatu struktur baja.16

8
Desain Kekuatan Pelat
Kuat Geser Nominal Besar tegangan
geser, τ, yang
timbul pada
penampang pelat
adalah:

Vu Q
τ=
It

Akan tetapi karena lebar penampang (t) adalah kecil, maka τ dapat diaproksimasi
dengan kesalahan yang tak-berarti sebagai:
Kuat geser baja dapat diaproksimasi sebagai 60% kuat
Vu Vu
τ= = lelehnya; maka formula ini, dengan demikian, dapat dinyatakan
Aw ht dalam konteks kuat geser nominal penampang (Vn) sebagai:

V V
0.6 f y = n = n yang jika dinyatakan dalam kuat geser nominal
Aw ht penampang adalah: 17

Desain Kekuatan Pelat


Kuat Geser Nominal
Vn = 0.6 f y ht = 0.6 f y Aw dan ini adalah limit state-1 dalam desain
kekuatan pelat badan yaitu :
Limit State KEKUATAN PENAMPANG NOMINAL

SNI 03 – 1729 – 2002 menyatakan limit state-1 ini dalam bentuk LRFD pada butir
8.8.1 dan 8.8.3, sebagai:

Vu ≤ ønVn
Vu adalah beban geser terfaktor pada pelat badan.
øn adalah faktor resistensi yang disajikan dalam
Tabel 6-4-2, SNI – 03 – 1729 – 2002.
Vn = 0.6 f y Aw [Persamaan 8.8.3.a (SNI 2002)]
f y adalah tegangan leleh penanpang (MPa)
Aw adalah luasan penampang pelat (mm 2)
18

9
Desain Kekuatan Pelat
Kuat Geser Nominal
Perlu diperhatikan bahwa kekuatan nominal penampang yang dinyatakan formula ini
hanya dapat dikerahkan oleh penampang pelat, jika tidak ada kegagalan lain, yang
terjadi mendahuluinya. Kegagalan tekuk pada pelat berkondisi tertentu (yang akan
dijelaskan di bagian berikut) dapat terjadi mendahului pengerahan kekuatan nominal.
Jika kegagalan tekuk terjadi mendahuli maka pengerahan kekuatan nominal
penampang tidak terjadi . Formula limit state-1 ini, dengan demikian, hanya dapat
digunakan jika dapat dipastikan bahwa pelat berkondisi yang sedemikian sehingga
tidak memungkinkan kegagalan tekuk terjadi mendahulu pengerahan kekuatan
nominal.
Dapat disimak dari pembahasan tentak komponen struktur tekan pada kuliah
Struktur Baja-1 yang lalu bahwa keterjadian tekuk pada suatu komponen
bergangantung pada taraf kelangsingan komponen tersebut, yang selanjutnya
bergantung pada dimensi komponen dan kekuatan materialnya.
Untuk suatu pelat badan, selain pada kekuatan materialnya, keterjadian tekuk
padanya bergantung pada:
• Tinggi pelat (h)
• Tebal pelat (tw), dan
• Panjang pelat (a) 19

Desain Kekuatan Pelat


Kuat Geser Nominal
SNI 03 – 1729 – 2002 menyatakan bahwa tekuk geser tidak terjadi pada pelat jika

h k E
≤ 1.10 n [Persamaan 8.8.2.a (SNI 2002)]
tw fy
5
kn = 5 + 2
a
 
h

tw tebal pelat badan (mm).


h adalah tinggi pelat badan, yaitu jarak dari serat bawah
pelat sayap atas ke serat atas pelat sayap bawah (mm)
E modulus elastisitas logam pelat (MPa)

Maka formula desain untuk limit state-1 [persamaan 8.8.3.a (SNI 2002)] digunakan
jika kondisi pelat memenuhi persamaan 8.8.2.a di atas.

20

10
Perencanaan Kekuatan Pelat
Kuat Tekuk Geser

Elemen pelat yang terbebani tegangan geser v juga dapat


menekuk
Perhatikan resultan tegangan-tegangan geser yang saling
ortogonal !!
21

Perencanaan Kekuatan Pelat


Kuat Tekuk Geser

Tegangan tegangan geser yang saling ortogonal menimbulkan


resultan – resultan gaya, seperti yang sedang ditunjukkan.
Resultan kiri-bawah dan kanan-atas adalah gaya tekan pada
daerah diagonal pelat.
22

11
Perencanaan Kekuatan Pelat
Kuat Tekuk Geser

Pada penampang sepanjang daerah diagonal ini bekerja gaya tekan akibat
kedua resultan tadi, maka disebut MEDAN TEKAN. (Perhatikan bahwa pada
diagonal yang lain adalah medan tarik).
Sekarang jika diperhatikan medan tekan ini secara tersendiri. Maka
dapat difahami bahwa daerah medan tekan pada pelat ini akan
berkelakuan sebagai komponen struktur tekan (kolom). 23

Perencanaan Kekuatan Pelat


Kuat Tekuk Geser

yang karena sangat langsing (t kecil dibanding dengan panjang diagonal), akan
tertekuk oleh aplikasi tegangan-tegangan geser.

24

12
Perencanaan Kekuatan Pelat
Kuat Tekuk Geser

“Kondisi perletakan kedua ujung”

Jika medan tekan diperlakukan sebagai komponen struktur tekan, maka kuat
tekuknya bergantung pada: panjang tekuk medan tekan (Lk-cf), kebebasan
berrotasi ujung-ujung medan tekan (kondisi perletakan), dan dimensi
penampangnya (tw).
Dapat dilihat bahwa Lk-cf bergantung pada a dan h, dan kebebasan berotasi
ujung – ujung bergantung pada taraf penjepitan oleh pelat sayap dan pelat
pengaku. 25

Perencanaan Kekuatan Pelat


Kuat Tekuk Geser
Karena berkelakuan sebagai komponen struktur tekan, penentuan kuat tekuk geser
dari medan tekan pada pelat ditempuh dengan cara dan atas prinsip yang sama
dengan yang ditempuh untuk menentukan kuat tekuk komponen struktur tekan (lihat
bahan kuliah Struktur Baja-1). 2
π E
Timoshenko dan Woinowski-Kreiger: τ cr = k
Tegangn Kritikal Tekuk Pelat adalah →  h
2

12(1 − µ 2 ) 

 tw 
2
 h 
k = 5.34 + 4.0 

 tw 

PPBBI ’83 menggunakan persamaan di atas untuk menentukan kuat tekuk pelat
badan;.
Akan tetapi, SNI 03 – 1729 – 2002 menggunakan persamaan – persamaan
empiris dari hasil – hasil studi terakhir tentang kuat tekuk pelat badan.

26

13
Perencanaan Kekuatan Pelat
Kuat Tekuk Geser
SNI 03 – 1729 – 2002 tentang kuat tekuk geser nominal (Vn) pelat badan:
 kn  1 jika dimensi pelat memenuhi:
Vn = 0.6 f y Aw 1.10 
kn E  h  k E [Pers. 8.8-4,
 fy   h  1.10 ≤   ≤ 1.37 n
  (SNI 2002)]
t  fy  tw  fy
 w 

dan

0.9 Aw k n E jika dimensi pelat memenuhi:


Vn = 2
 h  [Pers. 8.8-5,
   h  kn E
t    ≥ 1.37 (SNI 2002)]
 w  t  fy
 w 

27

Desain Kekuatan Pelat


Kuat Tekuk Geser
Kedua persamaan terakhir ini menyatakan limit state-2 dalam desain kekuatan
pelat badan yaitu :
Limit State KUAT TEKUK GESER pelat badan.

Maka formula desai kuat pelat terbebani geser, dalam bentuk LRFD, adalah:

Vu ≤ ønVn
Limit-state 1: Kuat Geser Nominal

Vn = 0.6 f y Aw [Persamaan 8.8.3.a (SNI 2002)]

Limit-state 2: Kuat Tekuk

 kn  1 jika
Vn = 0.6 f y Aw 1.10 
 fy 
 h
  kn E  h  k E [Pers. 8.8-4,

t


1.10 ≤   ≤ 1.37 n (SNI 2002)]
 w  fy t
 w fy
28

14
Desain Kekuatan Pelat
Kuat Tekuk Geser
Limit-state 2: Kuat Tekuk
atau
0.9 Aw k n E jika [Pers. 8.8-5, (SNI 2002)]
Vn = 2
 h


 ≥ 1.37
kn E
 h  t  fy
   w 
t 
 w 

29

Desain Kekuatan Pelat


Interaksi Geser Lentur
Sekarang, untuk
pelat badan yang
dibebani interaksi
lentur-geser, jika
momen lentur tidak
dipikulkan kepada
pelat badan
(momen lentur
dipikul hanya oleh
pelat – pelat
sayap), maka:
Pelat badan harus memenuhi Vu ≤ ønVn [Butir 8.8.2, (SNI 2002)]

Jika lentur turut di-sharing-kan dengan pelat badan, maka secara serentak, pelat
badan harus memenuhi:

V ≤øV
u n n
dan seluruh penampang
balok (pelat badan dan M ≤ øM
u n
Kuat Geser pelat sayap) harus Kuat Lentur
memenuhi:
30

15
Desain Kekuatan Pelat
Interaksi Geser Lentur
Kedua formula desain terakhir, masing – masing dapat dinyatakan dalam bentuk
rasio seperti berikut ini:

Mu Vu
≤ 1.0 ≤ 1.0
φM n φVn
Perhatikan bahwa karena beban lentur dan beban geser bekerja serentak pada
penampang yang sama (catatan: Vu pada perencanaan pelat hanya dibebankan
kepada pelat badan) maka jika lebih banyak kekuatan nominal penampang
dikerahkan untuk memikul beban geser, berkuranglah kekuatan nominal penampang
yang dapat dikerahkan untuk memikul beban lentur.
Dan sebaliknya, jika lebih banyak kekuatan penampang dikerahkan untuk memikul
beban lentur, berkuranglah kekuatan nominal penampang yang dapat dikerahkan
untuk memikul beban geser.

31

Desain Kekuatan Pelat


Interaksi Geser Lentur
Interaksi ini dapat dinyatakan secara matematis sebagai:
Mu V
+ u ≤ 1.0
φM n φVn
Hasil penelitian menyatakan bahwa penampang pelat masih dapat memikul beban
gaya geser walau telah seratus persen kekuatan penampang dikerahkan untuk
memikul momen lentur, maka SNI 03 – 1729 – 2002 menyatakan formula di atas
sebagai:
Mu V [Pers. 8.9-2, (SNI 2002)]
+ 0.625 u ≤ 1.375
φM n φVn
Mn adalah kuat lentur nominal dari penampang balok
(penampang pelat sayap dan penampang pelat badan)
dihitung berdasarkan butir 8.2, 8.3 dan 8.4 (SNI 2002).
Vn adalah kuat geser nominal pelat badan, dihitung
menurut cara untuk pelat tebebani tegangan geser saja.
32

16
Desain Kekuatan Pelat
Interaksi Geser Lentur

Maka formula desain kekuatan pelat yang terbebani geser dan lentur
adalah:

Mu V [Pers. 8.9-2, (SNI 2002)]


+ 0.625 u ≤ 1.375
φM n φVn

33

Desain Kekuatan Pelat


Kuat Tumpu
Formula desain
dalam format
LRFD untuk pelat
badan dibebani
tegangan tumpu fc
adalah:

Ru ≤ øRb
[Pers 8.10-1, (SNI 2002)]

Ru adalah beban tumpu tervaktor (N)


ø adalah faktor resistensi, sesuai Tabel 6.4-2 (SNI 2002).
Rb adalah kuat tumpu nominal penampang pelat (N)

34

17
Desain Kekuatan Pelat
Kuat Tumpu
Limit state-1 dalam desain kuat tumpu pelat adalah:
Limit State KEKUATAN PENAMPANG NOMINAL

Rb = (5k + N ) f yt w Untuk a/d > 1 [Persamaan 8.10-3.a (SNI 2002)]

Rb = (2.5k + N ) f y t w Untuk a/d ≤ 1 [Persamaan 8.10-3.a (SNI 2002)]

k adalah tebal pelat sayap ditambah jari – jari peralihan (mm).


N adalah dimensi longitudinal pelat perletakan atau tumpuan, minimal
sebesar k (mm)
a adalah jarak beban terpusat terhadap ujung balok
d adalah tinggi balok

35

Desain Kekuatan Pelat


Kuat Tumpu
Limit state-2 dalam desain kuat tumpu pelat adalah:
Limit State KEKUATAN terhadap TEKUK

KUAT TEKUK DUKUNG dari pelat [Persamaan 8.10-4 (SNI 2002)]

KUAT TEKUK LATERAL dari pelat [Persamaan 8.10-5 (SNI 2002)]

KUAT TEKUK LENTUR dari pelat [Persamaan 8.10-6 (SNI 2002)]

Perhatikan bahwa untuk Kuat Tekuk Dukung, sama seperti kuat penampang
nominal, SNI 03 – 1729 – 2002 membedakan formula berdasarkan rasio a/d.
Ini karena, pada rasio a/d tertentu, yaitu secara umum jika a/d > 1, daerah pelat
badan berstatus medan lentur, dan pada rasio a/d tertentu, daerah pelat badan
berstatus medan geser.
Karena pola tekuk pelat berbeda menurut status daerah pelat, maka adalah benar
pendekatan (SNI 2002) yang membedakan kuat tekuk berdasarkan rasio a/d.
36

18

Anda mungkin juga menyukai