Anda di halaman 1dari 2

DARURAT PUTING BELIUNG, MASYARAKAT BOJONEGORO HARUS WASPADA!

Angka kejadian Puting Beliung di Bojonegoro dalam kurun waktu sebulan terakhir meningkat
cukup signifikan. Sejak awal Nopember hingga pertengahan Desember, Puting Beliung telah enam
kali terjadi dan menerjang lebih dari 44 Desa di 12 Kecamatan. Akibatnya lebih dari 1378 rumah
penduduk dan 23 fasilitas umum rusak, total kerugian mencapai > Rp. 2,3 Milyar.
Memperhatikan dampak Puting beliung, Pemerintah dan Masyarakat harus meningkatkan
kewaspadaan. Bupati Bojonegoro telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang “Darurat
Kebencanaan” mulai tanggal 9 Nopember – 31 Desember 2019, harapannya agar masyarakat
menyiapkan diri dalam menghadapi Puting Beliung, baik sebelum, pada saat maupun setelah
kejadian.

Pengertian dan Proses Terjadinya Puting Beliung


Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), angin Puting Beliung (Tornado
Kecil) merupakan angin kencang yang datang secara tiba-tiba, mempunyai pusat dan bergerak
melingkar menyerupai spiral. Seperti halnya Angin Tornado, Puting Beliung juga berwujud kolom
udara yang berotasi kuat, membentuk corong vertikal dari awan hingga menyentuh tanah.
Perbedaannya terletak pada kecepatan angin, diameter, skala pergerakan, dan durasi. Pada
Tornado, kecepatan mencapai 402,25 km/jam, diameter 1,6 km, skala pergerakan1,6 km dan durasi
hingga 1 jam. Sedang Puting Beliung kecepatan 40-50 km/jam, diameter ratusan meter, skala
pergerakan < 5 km, dan durasi antara 3-5 menit.
Menurut National Geographic, Puting Beliung terjadi ketika udara hangat dan lembab
bertabrakan dengan udara kering dan dingin. Udara dingin terdorong ke udara yang hangat,
membentuk badai petir. Udara hangat naik melalui udara dingin membentuk updraft (pengangkatan
udara) yang mulai berputar ketika angin berubahan kecepatan atau arah secara tajam. Updraft yang
berputar menarik lebih banyak udara hangat dari badai yang bergerak sehingga kecepatan
putarannya meningkat. Udara dingin yang dialiri oleh gelombang angin kencang di atmosfer, akan
memberikan lebih banyak energi. Tetesan air dari udara lembab mesocyclone kemudian membentuk
awan corong, yang akan terus tumbuh ke bawah dan akhirnya turun menyentuh tanah yang disebut
dengan angin Puting Beliung.
Masyarakat sering terkecoh antara Angin Puting Beliung dan angin kencang. Meskipun
memiliki dampak kerusakan yang hampir sama, namun keduanya merupakan fenomena yang
berbeda. Menurut National Weather Service (NWS) United States, perbedaan terletak pada
terbentuknya corong/pusaran angin yang hanya terjadi pada angin Puting Beliung, sedang pada
angin kencang meskipun memiliki kecepatang tinggi (104-117 km/jam) pusaran angin tidak
terbentuk.

Mengapa Intensitas Puting Beliung Meningkat?


BNPB mencatat bahwa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir jumlah bencana meningkat
pesat, dan 98% diantaranya disebabkan oleh bencana hidrometeorologi, termasuk Puting Beliung.
Peningkatan intensitas dan jumlah bencana hidrometeorologi, sangat terkait dengan Perubahan
Iklim. Menurut studi yang dilakukan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), peningkatan
temperatur sebesar 1 ⁰C akan menyebabkan peningkatan kadar air sebanyak 7% di atmosfer.
Skenario terburuk memproyeksikan peningkatan suhu sebesar 6 ⁰C akan menaikkan tingkat
kelembaban atmosfer sebanyak 40%. Peningkatan suhu rata-rata di bumi akibat pemanasan global
menyebabkan evaporasi meningkat, apalagi Indonesia yang terletak antara 2 benua dan berada di
garis katulistiwa berpotensi menerima radiasi pendek sinar matahari yang dapat meningkatkan
akselerasi evaporasi. Jika evaporasi meningkat, maka kelembaban di atmosfer ikut meningkat yang
memicu peningkatan variabilitas presipitasi dan pembentukan awan-awan konvektif, terutama awan
cumulonimbus (CB), yang memicu Puting Beliung dan bencana hidrometeorogi lain.
Mengenal Sifat dan Tanda-Tanda Terjadinya Puting Beliung
Penelitian Sadarang (2018), menyatakan angin Puting Beliung biasanya terjadi di musim
pancaroba dan hujan, pada rentang waktu pukul 12.00 – 18.00 WIB. Pada rentang waktu tersebut
matahari memberi energi maksimal untuk proses konveksi sehingga udara menjadi tidak stabil dan
terbentuk awan konvektif cumulonimbus. Angin Puting Beliung biasanya tidak akan terjadi berulang
dilokasi yang sama dalam waktu singkat dan akan cenderung bergerak secara garis lurus.
Beberapa gejala yang mengindikasikan terjadinya angin Puting antara lain: 1) Udara terasa
panas dan gerah sejak sehari sebelumnya; 2) Terjadi peningkatan suhu 4⁰C (pagi-siang); 3).
Kelembaban udara tinggi > 60%; 4) Muncul awan putih berlapis – lapis dengan batas tepi sangat jelas
berwarna abu-abu seperti bunga kol (Cumulus), yang kemudian berubah warna dengan cepat
menjadi abu-abu hitam (Cumulonimbus); 5) Gerakan dahan dan ranting semakin cepat karena
hembusan angin; 6). Terjadi hujan deras secara tiba-tiba, jika di tempat kita yang terjadi adalah
hujan gerimis, maka kemungkinan terjadi Puting Beliung sangat kecil.

Upaya Mitigasi Dampak Puting Beliung


Adapun upaya yang dapat dilakukan dalam mitigasi dampak Puting Beliung terbagi menjadi
tiga, yaitu Upaya sebelum (preventif), pada saat terjadi dan pasca terjadinya Puting Beliung. Upaya
preventif yang dapat dilakukan masyarakat untuk meminimalisir korban dan kerugian materiil,
antara lain: 1) Melakukan evaluasi pohon-pohon yang berusia tua, batang keropos, berkanopi terlalu
lebar, akar menyembul ke permukaan, berasal dari stek, akar terusik pekerjaan proyek dan
berdiameter >25 cm. Pohon dengan karakteristik tersebut dievaluasi untuk dilakukan pemangkasan,
atau bahkan penebangan dan diganti dengan pohon baru; 2) Memperkuat atap rumah; 3) Tidak
memarkir kendaraan di bawah/ di dekat pohon; 4) Mengenali ciri dan tanda-tanda Puting Beliung; 5)
Selalu meng-update info tentang prakiraan cuaca; 6) Menghindari bepergian apabila langit tampak
awan gelap dan menggantung; 7) Menyiapkan lokasi aman untuk mengungsi jika suatu saat Puting
Beliung terjadi; 8) Menyimpan nomor layanan darurat (Damkar, BPBD, dll)
Upaya kewaspadaan yang dilakukaan saat terjadi Puting Beliung, antara lain: 1) Menjauh dari
lokasi kejadian; 2) Jika tidak memungkinkan menjauh, masuk ke rumah/ tempat yang aman dan
kokoh; 3) Jika tempat berlindung/rumah ada indikasi roboh, maka segera berlari keluar rumah untuk
mencari tempat berlindung lain yang kokoh; 4) Jika dalam kondisi berkendaraan, diupayakan menepi
ditempat aman dan menghindari berteduh di bawah pohon besar, baliho, papan reklame, jalur kabel
listrik, di bawah jembatan ataupun di jalan layang; 5) Waspada terhadap benda yang diterbangkan
angin puting beliung, untuk menghindari kematian dan cedera serius.
Pasca kejadian Putting Beliung, langkah yang bisa dilakukan antara lain: 1) Melakukan
koordinasi dengan berbagai pihak dalam upaya pertolongan para korban termasuk menghubungi
layanan darurat; 2) Mendirikan posko bencana serta posko evakuasi korban; 3) Mendirikan tempat
penampungan korban bencana sementara sebelum posko yang lebih layak dibangun; 4) Melakukan
koordinasi bahan bantuan untuk para korban bencana.
Dengan melakukan upaya-upaya diatas, diharapkan kerugian materiil dan jatuhnya korban
jiwa maupun luka dapat diminimalisir.

Penulis,
Laily Agustina Rahmawati, S.Si., M.Sc.
Dosen Ilmu Lingkungan Universitas Bojonegoro

Anda mungkin juga menyukai