2)

a. Diketahui :
Laba bersih: Rp 110.500.000
Penghasilan diluar usaha: Rp 12.500.000
Kerugian luar biasa: Rp 11.500.000
Pajak terutang: Rp 21.250.000
Bonus: 5000lbr @Rp 100.000

Berdasarkan data diatas, sebagai seorang akuntansi maka untuk melakukan pencatatan
yang benar sehingga menjadi wajar dan sesuai dengan PSAK yang berlaku maka akuntan
tersebut harus mencatatnya sesuai dengan PSAK 1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan.
Komponen laporan keuangan menurut PSAK 1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan
setidaknya memuat tentang Laporan Posisi Keuangan ,Laporan Laba Rugi Komprehensif ,Laporan
Perubahan Ekuitas selama periode; Laporan Arus Kas selama periode, Catatan atas Laporan
Keuangan.
Didalam laporan laba rugi menurut PSAK 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan
setidaknya memuat beberapa komponen seperti Pendapatan, Biaya keuangan, Beban pajak,
pendapatan komprehensif, dan lainnya. Sedangkan, didalam laporan neraca setidaknya
memuat beberapa komponen seperti Properti Investasi, provisi, investasi dengan menggunakan
metode ekuitas, aset yang dimiliki untuk dijual, dll.
Menurut saya, agar pencatatan menjadi wajar dan sesuai PSAK 1 Tentang Penyajian
Laporan Keuangan maka seharusnya laba bersih sebesar Rp 110.500.000, penghasilan diluar
usaha Rp 12.500.000, kerugian luar biasa sebesar Rp 11.500.000, dan pajak terutang sebesar Rp
21.250.000 dimasukkan/dicatat kedalam laporan laba rugi. Sedangkan pembagian bonus
sebesar Rp 500.000.000 (5.000lbr x Rp 100.000) dicatat kedalam laporan neraca karena dicatat
sebagai modal saham tambahan perusahaan.
b,c)
Berdasarkan data diatas maka dapat diilustrasikan laporan laba rugi Perusahaan XZ sebagai
berikut:

PENDAPATAN
Pendapatan Komprehensif Lain
Penghasilan diluar usaha 12.500.000
Laba Sebelum Pajak 12.500.000
Kerugian Luar Biasa (11.500.000)
Laba Tahun Berjalan 1.000.000
Pajak Terutang (21.250.000)
Laba Setelah Pajak (20.250.000)

Jumlah laba yang harus dilaporkan oleh perusahaan XZ adalah sebesar (Rp 20.250.000)
sehingga, berdasarkan ilustrasi pengungkapan perhitungan laba rugi tersebut yang sesuai
dengan PSAK 1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan dapat dikatakan Perusahaan XZ
Banjarmasin mengalami kerugian.

3.
Konsep aset dapat dikatakan sebagai suatu manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa
mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau
peristiwa masa lalu. Berdasarkan hal itu dapat diartikan bahwa aset memiliki ciri utama berupa memiliki
manfaat ekonomi dimasa mendatang, diperoleh dan dikuasai oleh unit usaha tertentu, dan hasil dari
transaksi masa lalu.
 Berdasarkan ilustrasi transaksi PT AB Surabaya dengan Tn AS maka hal tersebut tidak dapat
diperlakukan sebagai aset lancar karena:
1. Hak paten/hak merek merupakan penggolongan dari aset tetap karena hak paten sulit
untuk dicairkan dananya (likuiditas rendah).
2. Jumlah barang kosmetik dan alat kecantikan senilai Rp 55.000.000 yang dikirimkan oleh
PT AB Surabaya kepada Tn. AS juga merupakan tergolong aset tetap karena barang
tersebut merupakan barang berwujud/aset berwujud yang dimiliki PT AB Surabaya
untuk digunakan dalam penyediaan barang.
Tugas artikel yang berjudul Social and Environmental Disclosures and Holistic Growth in the
Positive Accounting Theory (PAT) View merupakan artikel yang meneliti dan menguji tentang
pengungkapan sosial dan lingkungan perusahaan dan pertumbuhan holistic dalam pandangan
Teori Akuntansi Positif (PAT) dimana data untuk penelitian artikel tersebut diperoleh dari
sumber sekunder yang dikumpulkan dari laporan tahunan yang telah diaudit serta rekening
bank uang deposito yang terdaftar di Nigeria. Secara khusus, artikel tersebut menyelidiki
tentang hubungan yang ada antara tanggung jawab sosial perusahaan dan pengembalian aset,
leverage, dan ukuran perusahaan.
Penelitian ini dilakukan untuk . Tetapi, hasil penelitian berdasarkan hasil analisis regresi
menggambarkan bahwa terdapat hubungan positif antara mendukung hipotesis rencana bonus
dan hipotesis biaya politik. Sedangkan hubungan hipotesis hutang/ekuitas memiliki hubungan
negative.