Anda di halaman 1dari 4

Nama : Mansur, S.

Pd
No. UKG : 201504041567

LK 0.1 Modul 5 : BILANGAN


Judul Modul BILANGAN
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Keterbagian, Faktor Bilangan Prima, Kelipatan Bilangan
2. Kongruensi Modulo
3. Notasi Sigma, Barisan dan Deret
4. Induksi Matematika
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah dan definisi) di ini 1. Keterbagian, Faktor Bilangan Prima, Kelipatan Bilangan
A. Keterbagian
Bilangan bulat 𝑎 membagi habis bilangan bulat 𝑏 (ditulis 𝑎|𝑏)
apabila terdapat bilangan bulat 𝑘 sehigga 𝑏 = 𝑎𝑘. Jika a tidak
membagi habis 𝑏 maka dituliskan 𝑎 ∤ 𝑏.
Beberapa teorema tentang keterbagian:
a) Jika 𝑎|𝑏 dan 𝑏|𝑐 maka 𝑎|𝑐
b) Jika 𝑎|𝑏 dan 𝑎|(𝑏 + 𝑐) maka 𝑎|𝑐
c) Jika 𝑝|𝑞 maka 𝑝|𝑞𝑟 untuk semua 𝑟 ∈ 𝑍
d) Jika 𝑝|𝑞 dan 𝑝|𝑟 maka 𝑝|𝑞 + 𝑟

B. Faktor Persekutuan Terbesar


Suatu bilangan bulat 𝑑 disebut faktor persekutuan dari 𝑎 dan 𝑏
apabila 𝑑|𝑎 dan 𝑑|𝑏.
Bilangan bulat positif 𝑑 disebut FPB dari 𝑎 dan 𝑏 jika dan hanya
jika:
a) 𝑑|𝑎 dan 𝑑|𝑏
b) Jika 𝑐|𝑎 dan𝑐|𝑏 maka 𝑐 ≤ 𝑑
Bilangan bulat 𝑎 dan 𝑏 disebut relatif prima (saling prima) jika
FPB (𝑎, 𝑏)=1
Beberapa teorema FPB:
a) Jika FPB (𝑎, 𝑏) = 𝑑 maka FPB (𝑎: 𝑑, 𝑏: 𝑑 = 1)
b) Untuk setiap bilangan bulat positif 𝑎 dan 𝑏 terdapat dengan
Keterbagian, tunggal bilangan bulat 𝑞 dan 𝑟 sedemikian sehingga 𝑏 =
𝑞𝑎 + 𝑟 dengan 0 ≤ 𝑟 < 𝑎
c) Jika 𝑏 = 𝑞𝑎 + 𝑟, maka FPB (𝑏, 𝑎) = FPB (𝑎, 𝑟)
d) Untuk setiap bilangan bulat tak nol 𝑎 dan 𝑏 terdapat bilangan
bulat 𝑚 dan 𝑛 sedemikian sehingga FPB (𝑎, 𝑏) = 𝑎𝑚 + 𝑏𝑛
e) Jika d|𝑎𝑏 𝑑𝑎𝑛 𝐹𝑃𝐵 (𝑑, 𝑎) = 1, maka d|𝑏
C. Bilangan Prima
Faktor Bilangan bulat 𝑝 > 1 disebut bilangan prima jika mempunyai
Persekutuan faktor positif hanya 1 dan 𝑝. Bilangan bulat positif yang lebih
Terbesar besar dari 1 dan bukan bilangan prima disebut bilangan
Keterbagian, komposit (tersusun).
Faktor Teorema:
Bilangan a) Jika sisa pembagian b oleh a relatif prima dengan a maka b
Prima, relatif prima dengan a.
Kelipatan b) Setiap bilangan positif yang lebih besar dari 1 dapat dibagi
Bilangan oleh suatu bilangan prima
c) Setiap bilangan bulat 𝑛 > 1 merupakan bilangan prima atau
Bilangan Prima 𝑛 dapat dinyatakan sebagai perkalian bilangan-bilangan
prima tertentu.
d) Jika 𝑛 suatu bilangan komposit maka 𝑛 memiliki faktor 𝑘
dengan 1 < 𝑘 ≤ √𝑛

D. KPK
Definisi:
KPK
a) Bilangan-bilangan bulat 𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑛 dengan 𝑎𝑖 ≠ 0 untuk 𝑖
= 1, 2, … , 𝑛 mempunyai kelipatan persekutuan 𝑏 jika 𝑎𝑖 |𝑏
untuk setiap 𝑖.
b) Jika 𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑛 bilangan-bilangan bulat dengan 𝑎𝑖 ≠ 0
untuk 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛, maka kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari bilangan-bilangan tersebut adalah bilangan bulat
positif terkecil di antara kelipatan-kelipatan persekutuan
dari 𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑛.
Teorema:
a) Jika 𝑏 suatu kelipatan persekutuan dari 𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑛 maka
𝐾𝑃𝐾 [𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑛]|𝑏.
b) Jika 𝑚 > 0 maka 𝐾𝑃𝐾[𝑚𝑎, 𝑚𝑏] = 𝑚 × 𝐾𝑃𝐾[𝑎, 𝑏].
c) Jika 𝑎 dan 𝑏 bilangan-bilangan bulat positif, maka 𝐾𝑃𝐾[𝑎, 𝑏]
× 𝐹𝑃𝐵(𝑎, 𝑏) = 𝑎𝑏.
2. Kongruensi Modulo
A. Kekongruenan
Definisi:
a) Jika 𝑚 suatu bilangan bulat positif membagi 𝑎−𝑏 maka
dikatakan 𝑎 kongruen terhadap 𝑏 modulo 𝑚 dan ditulis 𝑎≡𝑏
(𝑚𝑜𝑑 𝑚).
b) Jika 𝑚 tidak membagi 𝑎−𝑏 maka dikatakan 𝑎 tidak kongruen
terhadap 𝑏 modulo 𝑏 dan ditulis 𝑎≢𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚).
Teorema:
a) Untuk bilangan bulat sebarang 𝑎 dan 𝑏, 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) jika
dan hanya jika 𝑎 dan 𝑏 memiliki sisa yang sama jika dibagi 𝑚.
b) Untuk 𝑚 bilangan bulat positif dan 𝑝,𝑞, dan 𝑟 bilangan bulat,
berlaku
(1) Sifat Refleksif
𝑝≡𝑝 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
(2) Sifat Simetris
𝑝≡𝑞 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) jika dan hanya jika 𝑞≡𝑝 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
(3) Sifat Transitif
(4) Jika 𝑝≡𝑝 (𝑝𝑝𝑝 𝑝) dan 𝑝≡𝑝 (𝑝𝑝𝑝 𝑝) maka 𝑝≡𝑝 (𝑝𝑝𝑝
𝑝)
Kekongruenan c) Jika 𝑝,𝑞,𝑟, dan 𝑚 adalah bilangan-bilangan bulat dan 𝑚>0
sedemikian hingga 𝑝≡𝑞(𝑚𝑜𝑑 𝑚), maka:
(1) 𝑝+𝑟≡𝑞+𝑟(𝑚𝑜𝑑 𝑚)
(2) 𝑝–𝑟≡𝑞–𝑟(𝑚𝑜𝑑 𝑚)
(3) 𝑝𝑟≡𝑞𝑟(𝑚𝑜𝑑 𝑚)
Kongruensi d) Jika 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) dan 𝑐≡𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka
Modulo (1) 𝑎+𝑐≡𝑏+𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
(2) 𝑎−𝑐≡𝑏−𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
(3) 𝑎𝑐≡𝑏𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
Sistem Residu e) Jika 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) dan 𝑐≡𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka 𝑎𝑥+𝑐𝑦≡𝑏𝑥+𝑑𝑦
(𝑚𝑜𝑑 𝑚)
f) Jika 𝑝≡𝑝𝑞(𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka 𝑝𝑟≡𝑞𝑟 (𝑚𝑜𝑑 𝑚𝑟).
g) Jika 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka 𝑎𝑛≡𝑏𝑛 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) untuk 𝑛 bilangan
bulat positif.
h) Misalkan 𝑓 suatu polinom dengan koefisien bilangan bulat,
yaitu
𝑓(𝑥) = 𝑑0 𝑥 𝑛 + 𝑑1 𝑥 𝑛−1 + 𝑑2 𝑥 𝑛−2 + ⋯ + 𝑑𝑛−1 𝑥 + 𝑑𝑛

Dengan 𝑑0 , 𝑑1 , … , 𝑑𝑛 masing-masing bilangan bulat.


i) Jika 𝑎 suatu solusi 𝑓(𝑥)≡0(𝑚𝑜𝑑 𝑚) dan 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka
𝑏 juga solusi 𝑓(𝑥) itu.
j) Jika 𝑑|𝑚 dan 𝑎≡𝑏(𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑑)
k) Misalkan (𝑎,𝑚)=𝑑
𝑚
𝑎𝑥=𝑎𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) jika dan hanya jika 𝑥 ≡ 𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑑 )
l) Misalkan (𝑎,𝑚)=1.
𝑎𝑥≡𝑎𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) jika dan hanya jika 𝑥≡𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
m) Jika 𝑎𝑥≡𝑎𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑝) dengan 𝑝∤𝑎 dan 𝑝 bilangan basit, maka
𝑥≡𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑝)
n) Diketahui bilangan-bilangan bulat 𝑎,𝑝,𝑞,𝑚, dan 𝑚>0.
𝑚
(1) 𝑎𝑝≡𝑎𝑞(𝑚𝑜𝑑 𝑚) jika dan hanya jika 𝑝 ≡ 𝑞(𝑚𝑜𝑑 (𝑎,𝑚))
(2) 𝑝≡𝑞(𝑚𝑜𝑑 𝑚1) dan 𝑝≡𝑞(𝑚𝑜𝑑 𝑚2) jika dan hanya jika
𝑝≡𝑞(𝑚𝑜𝑑[𝑚1,𝑚2])

B. Sistem Residu
Definisi:
a) Suatu himpunan {𝑥,𝑥,…,𝑥} disebut suatu sistem residu
lengkap modulo 𝑚. Jika dan hanya jika untuk setiap y dengan
0≤𝑦<𝑚, ada satu dan hanya satu 𝑥 dengan 1≤𝑖<𝑚,
sedemikian hingga 𝑦≡𝑥(𝑚𝑜𝑑 𝑚) atau 𝑥≡𝑦(𝑚𝑜𝑑 𝑚).
b) Suatu himpunan bilangan bulat {𝑥1,𝑥2,…,𝑥𝑘} disebut suatu
sistem residu tereduksi modulo 𝑚 jika dan hanya jika:
a) (𝑥𝑖,𝑚)=1,1≤𝑖<𝑘
b) 𝑥𝑖≡𝑥𝑗(𝑚𝑜𝑑 𝑚) untuk setiap 𝑖≠𝑗
c) Jika (𝑦,𝑚)=1, maka 𝑦≡𝑥𝑖(𝑚𝑜𝑑 𝑚) untuk suatu 𝑖=1,2,…,𝑘
c) Ditentukan 𝑚 adalah suatu bilangan bulat positif. Banyaknya
residu di dalam suatu sistem residu tereduksi modulo 𝑚
disebut fungsi 𝜙-Euler dari 𝑚, dan dinyatakan dengan 𝜙(𝑚).
Teorema sistem residu:
1) Ditentukan (𝑎,𝑚)=1
Jika {𝑥1,𝑥2,…,𝑥𝑘} adalah suatu sistem residu modulo 𝑚 yang
lengkap atau tereduksi, maka {𝑎𝑥1,𝑎𝑥2,…,𝑎𝑥𝑘} juga
merupakan suatu sistem residu modulo 𝑚 yang lengkap atau
tereduksi.
2) Teorema Euler:
Jika 𝑎,𝑚∈Ζ dan 𝑚>0 sehingga (𝑎,𝑚)=1, maka 𝑎𝜙(𝑚)≡1(𝑚𝑜𝑑
𝑚)
3) Teorema Kecil Fermat:
Jika 𝑝 adalah suatu bilangan prima dan 𝑝 tidak membagi 𝑎,
maka 𝑎𝑝−1≡1(𝑚𝑜𝑑 𝑝)
4) Jika (𝑎,𝑚)=1, maka hubungan 𝑎𝑥≡𝑏(𝑚𝑜𝑑 𝑚) mempunyai
selesaian 𝑥=𝑎𝜙(𝑚)−1.𝑏 +𝑡𝑚
5) Teorema Wilson:
Jika 𝑝 adalah suatu bilangan prima, maka (𝑝–1)!≡−1(𝑚𝑜𝑑 𝑝)
6) Jika 𝑛 adalah suatu bilangan bulat positif sehingga (𝑛–1)!≡–
Notasi 1(𝑚𝑜𝑑 𝑛), maka 𝑛 adalah suatu bilangan prima.

Sigma 3. Notasi Sigma, Barisan dan Deret


A. Notasi Sigma
Secara umum bentuk notasi sigma didefinisikan
∑𝑛𝑘=1 𝑎𝑘 = 𝑎1 + 𝑎2 + 𝑎3 + ⋯ + 𝑎𝑛
Sifat:
Barisan dan 1. ∑𝑛 𝑘=1 1=𝑛
2. ∑𝑘=𝑎 𝑐𝑓(𝑘) = 𝑐 ∑𝑏𝑘=𝑎 𝑓(𝑘)
𝑏
Deret 3. ∑𝑏𝑘=𝑎 (𝑓(𝑘) + 𝑔(𝑘)) = ∑𝑏𝑘=𝑎 𝑓(𝑘) + ∑𝑏𝑘=𝑎 𝑔(𝑘)
4. ∑𝑚−1𝑘=1 𝑓(𝑘) + ∑𝑛𝑘=𝑚 𝑓(𝑘) = ∑𝑛𝑘=1 𝑓(𝑘)
5. ∑𝑛 𝑘=𝑚 𝑓(𝑘) = ∑𝑛+𝑝
𝑘=𝑚+𝑝 𝑓(𝑘 − 𝑝)
B. Barisan dan Deret
1) Barisan dan Deret Aritmetika
Definisi:
Notasi Barisan Setiap dua bilangan berurutan mempunyai selisih yang tetap
Sigma, Rumus suku ke-n:
Barisan
Sebagai
𝑈𝑛 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏
dan Deret Fungsi
Deret:
1
𝑆𝑛 = 𝑛(𝑎 + 𝑈𝑛 )
2
1
𝑆𝑛 = 𝑛[2𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏]
2
Barisn
Fibonaci 2) Barisan dan Deret Geometri
Definisi:
Barisan yang mempunyai perbandingan tetap antara dua
suku berurutan
Rumus suku ke-n:

𝑈𝑛 = 𝑎𝑟 𝑛−1

Deret:
Golden Ratio 𝑎(𝑟 𝑛 − 1)
𝑆𝑛 =
𝑟−1
𝑎(1−𝑟 𝑛 )
𝑆𝑛 = , dengan 𝑟 ≠ 1
1−𝑟

Deret tak hingga:


𝑎
𝑆∞ =
1−𝑟

C. Barisan sebagai Fungsi


a) Barisan berderajat satu (linear) adalah bila selisih tetap
diperoleh dalam satu tingkat pengerjaan,
b) Barisan berderajat dua bila selisih tetap diperoleh dalam dua
tingkat pengerjaan dan seterusnya.
Bentuk umum dari barisan-barisan itu merupakan fungsi
dalam n sebagai berikut:
Selisih tetap 1 tingkat 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛 + 𝑏
Selisih tetap 2 tingkat 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛 2 + 𝑏𝑛 + 𝑐
Selisih tetap 3 tingkat 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛 3 + 𝑏𝑛 2 + 𝑐𝑛 + d
D. Barisan Fibonacci
Barisan Fibonacci adalah barisan rekursif (pemanggilan ulang /
pengulangan) yang ditemukan oleh seorang matematikawan
berkebangsaan Italia yang bernama Leonardo da Pisa
Jadi barisan ini didefinisikan secara rekursif sebagai berikut.
𝐹𝑛 = {0, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑛 = 0 1, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑛 = 1 𝐹𝑛 − 1 + 𝐹𝑛 − 2, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑙𝑎𝑖𝑛𝑛𝑦𝑎

E. Golden Ratio
Golden ratio atau rasio emas (𝜑=1.618205...) merupakan suatu
Postulat Peano nilai rasio (ratio number) konvergen yang diperoleh apabla
suku-suku di atas dua belas pada barisan fibonacci dibagi
dengan satu suku sebelumnya.

4. Induksi Matematika
Indusi a. Postulat Peano
Matematika Definisi Induksi 1. 1 adalah anggota Ν.
2. Setiap anggota 𝑥∈Ν mempunyai pengikut 𝑝(𝑥)∈Ν.
Matematika 3. Dua bilangan di Ν yang berbeda mempunyai pengikut yang
berbeda.
4. 1 bukan pengikut bilangan 𝑥∈Ν yang manapun.
5. Jika subhimpunan 𝑆⊆Ν memuat 1 dan pengikut dari setiap
bilangan di 𝑆, maka 𝑆=Ν.
b. Definisi Indusksi Matematika
Teknik pembuktian yang baku dalam matematika dan
merupakan salah satu metoda/alat yang digunakan untuk
membuktikan suatu pernyataan matematika, khususnya
pernyataan-pernytaan yang berkaitan dengan bilangan asli atau
Prinsip bilangan bulat positif
c. Prinsip
Misalkan {𝑃𝑛} adalah suatu barisan proposisi (pernyataan) yang
memenuhi kedua persyaratan ini:
(i) 𝑃𝑁 adalah benar (biasanya 𝑁 adalah 1).
(ii) Kebenaran 𝑃𝑘 mengimplikasikan kebenaran 𝑃𝑘+1≥𝑁.
Maka, 𝑃𝑛 adalah benar untuk setiap bilangan bulat 𝑛≥𝑁.
2 Daftar materi yang sulit dipahami di modul ini 1. Kongruensi Modulo
2. Induksi Matematika
3 Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi 1. Kongruensi Modulo
2. Induksi Matematika

Anda mungkin juga menyukai