3. Bilangan Prima
Teorema 1.12 : Jika sisa pembagian 𝔟 oleh 𝔞 relatif prima dengan
𝔞
maka 𝔟 relatif prima dengan 𝔞
Definisi 1.5 : Bilangan bulat 𝔭 > 1 disebut bilangan prima jika
mempunyai faktor positif hanya 1 dan 𝔭. Bilangan bulat positif
yang lebih besar dari 1 dan bukan bilangan prima disebut
bilangan komposit (bilangan tersusun).
Teorema 1.13 : Setiap bilangan positif yang lebih besar dari 1
dapat dibagi oleh suatu bilangan prima.
Teorema 1.14 : Setiap bilangan bulat 𝑛 > 1 merupakan bilangan
prima atau 𝑛 dapat dinyatakan sebagai perkalian bilangan-
bilangan prima tertentu.
Teorema 1.15 : Jika 𝑛 suatu bilangan komposit maka 𝑛
memiliki faktor k dengan 1 < k ≤ √ 𝑛
1. Notasi Sigma
Notasi Sigma merupakan bentuk singkat penulisan penjumlahan
yang panjang.
Secara Umum, Notasi sigma didefinisikan sebagai berikut:
𝑛
∑ 𝑎𝑘 = 𝑎1 + 𝑎2 + 𝑎3 + ⋯ + 𝑎𝑛
𝑘=1
Sifat-Sifat Notasi Sigma sebagai berikut:
a. ∑𝑘=1 1 = 𝑛
b. ∑𝑏 𝑐 𝑓(𝑘) = 𝑐 ∑𝑏 𝑓(𝑘)
𝑘=𝑎 𝑘=𝑎
c. ∑𝑏 𝑓(𝑘) + 𝑔(𝑘) = ∑𝑏 𝑓(𝑘) + ∑𝑏 𝑔(𝑘)
𝑘=𝑎 𝑘=𝑎 𝑘=𝑎
d. ∑𝑚−1 𝑓(𝑘) + ∑𝑛 𝑓(𝑘) = ∑𝑛 𝑓(𝑘)
𝑘=1 𝑘=𝑚 𝑘=1
e. ∑𝑛 𝑓(𝑘) = ∑𝑛+𝑝 𝑓(𝑘 − 𝑝)
𝑘=𝑚 𝑘=𝑚+𝑝
𝑢𝑛 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏
Dengan un = Suku ke-n, a = Suku Pertama dan b = beda/ Selisih
3. Deret Aritmatika
Bentuk Umum Rumus jumlah n suku pertama deret aritmatika
adalah:
𝑛 𝑛
𝑆𝑛 = ∑ 𝑢𝑘 = ∑ 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏
𝑘=1𝑛=1
b. Barisan dan Deret Geometri
1. Barisan Geometri
Suatu barisan u1, u2, u3,… un-1, un disebut barisan geometri jika:
𝑢𝑛
= konstan = r
𝑢𝑛−1
2. Rumus Suku ke-n Barisan Geometri
Jika suku pertama u1=a dan perbandingan dua suku yang
berurutan disebut rasio r, maka rumus umum suku ke-n barisan
geometri adalah:
𝑢𝑛 = 𝑎𝑟𝑛−1
3. Deret Geometri
Rumus umum jumlah suku deret geometri dapat ditentukan
sebagai berikut:
Sn = u1+ u2+ u3+… +un-1+ un
= a + ar + ar2 + ar3 + … + ar n-1......(1)
Masing-masing ruas pada persamaan (1) dikalikan dengan r
sehingga didapat
rSn = ar + ar 2 + ar 3 + ar 4 + … + ar n.. .(2)
Kurangkan persamaan (1) dengan persamaan (2),
diperoleh: Sn – rSn = a – arn
Sn(1-r) = a(1-rn)
𝑛 𝑛
𝑎(1−𝑟 ) 𝑎(𝑟 −1)
Sn = atau Sn = dengan r ≠ 1
(1−𝑟) (𝑟−1)
4. Deret Geometri Tak Hingga
Terlihat jelas bahwa nilai 𝑆𝑛 sangat diperngaruhi oleh nilai lim 𝑟𝑛.
Jika
𝑛→∞ −1 < 𝑟 < 1, lim 𝑟𝑛 akan menjadi nol
sehingga deret tak hingga itu
𝑛→∞ mempunyai jumlah
𝑎
𝑆∞ =
(1 − 𝑟)
5. Golden Ratio
Golden ratio atau rasio emas (𝜑 = 1,618205 …) merupakan suatu
nilai rasio (ratio number ) konvergen yang diperoleh apabila
suku- suku di atas dua belas pada barisan fibonacci dibagi dengan
satu suku sebelumnya. Dalam barisan Fibonacci, F12 bernilai 89,
F13
bernilai 144, F14 bernilai 233, dan F15 bernilai 377. Apabila
dilakukan perhitungan dengan cara membagi suatu suku dalam
deret Fibonacci dengan suku sebelumnya, maka akan diperoleh
suatu bilangan yang menuju ke arah Golden Ratio atau Rasio
Emas (φ
=1.618).
Adapun contoh golden ratio ada pada tubuh manusia yang dapat
dilihat pada tangan manusia, diyakini bahwa perbandingan panjang
antara ujung tangan ke siku dengan siku kepangkal tangan
menghasilkan ratio. Begitu juga dengan rasio pembagian atas
Panjang pangkal telapak tangan ke siku dengan ujung telapak
tangan ke pangkal telapak tangan, perbandingan antara panjang
tangan manusia dengan panjang dari siku ke pangkal tangan turut
menghasilkan golden ratio.
KB 4 Induksi Matematika