Anda di halaman 1dari 8

LK. 1.1.

Identifikasi Masalah
Nama : Roudotul Hasanah

NIM : 2008220137

Jenis
No. Masalah yang Diidentifikasi Analisis Identifikasi Masalah
Permasalahn

1 pedagogik, Pedagogik: Ketika peserta didik kurang memperhatikan penjelasan guru,


literasi, dan memiliki motivasi yang rendah dalam belajar, cemas, dan
numerasi. 1. Peserta didik kurang mengantuk dalam belajar maka akan berdampak pada:
memperhatikan penjelasan
guru  Kemampuan pemahaman konsep matematika berkurang
2. Rendahnya semangat/motivasi  Rendahnya hasil belajar matematika
belajar peserta didik dalam
pembelajaran Hal tersebut sejalan dengan yang diapaparkan oleh Irfan (2018) dalam
3. Peserta didik cemas ketika penelitiannya yang mengatakan bahwa peserta didik menganggap bahwa
matematika adalah mata pelajaran yang paling sulit dipahami sehingga nilainya
belajar matematika kurang memuaskan. Dan hasil yang tidak memuaskan itu disebabkan kurangnya
4. Peserta didik mengantuk di dorongan (motivasi) dari diri peserta didik untuk mempelajari matematika.
jam pelajaran berlangsung Hal lain mengenai kecemasan juga ditegaskan oleh Yufida dkk (2019) yang
menjelaskan bahwa setiap peserta didik memiliki tingkat kecemasan yang
berbeda-beda dalam matematika. Tingkat kecemasan dibagi menjadi tiga
tingkatan yaitu, tingkat kecemasan rendah, tingkat kecemasan sedang,
dan tingkat kecemasan tinggi. Ashcraft dan Faust (dalam Yufida) menyatakan
bahwa kecemasan matematika yang tinggi akan mengakibatkan
kemampuan hitungyang rendah, pengetahuan yang kurang mengenai
mtematika, dan ketidakmampuan dalam menemukan strategi khusus dan
hubungan dalam bidang matematika.
Numerasi: 1. Numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep
bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari.
1. Kemampuan siswa dalam
hitungan dasar Contoh pada materi operasi penjumlah dan pengurangan matriks:
(penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian)
Jika A= (−4
−1
3 −2 )
2 3 , dan B= −2
5( 0 −3
−1 −4 )
, Tentukan hasil dari A – B!

masih lemah. Jawaban yang benar A – B = (1 0


−9 4
6
2 )
Jawaban peserta didik A – B = (
−3 0
1 4 −6
0
)
Kemampuan numerasi peserta didik masih rendah akan
menyebabkan:

 Peserta didik mengandalkan teman yang dianggap pintar


dalam menyelesaikan soal
 Pembelajaran membutuhkan waktu lebih lama sehingga
terkadang tujuan pembelajaran tidak tercapai.
 Hasil belajar rendah

Liteasi:

1. Peserta didik kurang mampu Literasi Matematika adalah kemampuan seseorang untuk merumuskan,
menggunakan dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks masalah
memahami soal-soal / literasi
kehidupan sehari-hari secara efisien. Kemampuan literasi matematika siswa tidak
matematik hanya memiliki keterampilan berhitung tetapi juga kemampuan berpikir logis dan
kritis dalam pemecahan masalah. Kelly (2013) dalam Alex (2016)
menjelaskan salah satu indikator yang menunjukkan rendahnya literasi
mateatis peserta didik Indonesia adalah hasil survei yang dilakukan
oleh Programme for International Student Assessment (PISA) yang
mengukur kemampuan anak usia 15 tahun dalam literasi membaca,
matematika, dan ilmu pengetahuan. Terakhir pada tahun 2012 skor
rata-rata Indonesia 375 menempatkan peringkat Indonesia pada posisi
64 dari 65 negara. Indonesia selalu masuk pada peringkat jajaran
terbawah klasemen dan juga skor yang diperoleh selalu di bawah rata-
rata, jelas ini bukan hasil yang diharapkan.
Beberapa hasil temuan di sekolah mengenai sumber
belajar yang hanya mengandalkan buku paket,
kemampuan memahami literasi matematik yang rendah
mengakibatkan proses belajar hanya menunggu
penjelasan guru secara detail.

2. Sumber belajar terpaku pada


buku paket di sekolah dan
sumber yang berasal dari
guru

2 kesulitan 1. Peserta didik tidak menguasai 1. Menurut Anita (2014) penguasaan materi prasyarat merupakan tanda
belajar peserta materi prasyarat. Misalkan dalam kesiapan murid untuk mengikuti pelajaran materi matematika selanjutnya.
didik termasuk materi matriks. Untuk melakukan Konsep lanjutan akan sulit dipahami sebelum memahami dengan baik konsep
sebelumnya yang menjadi prasyarat. Penguasaan materi prasyarat akan
peserta didik operasi penjumlahan dan berakibat pada kemampuan matematika yang lainnya seperti kemampuan
berkebutuhan pengurangan matriks, peserta pemecahan masalah.
khusus dan didik harus sudah menguasai
masalah operasi bilangan bulat 2. Danuri (2016) menjelaskan bahwa Pada proses pembelajaran matematika
pembelajaran banyak yang mampu menghafal dengan baik materi-materi matematika tetapi
tidak tahu bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupannya sehari-hari.
(berdiferensiasi 2. Rendahnya kemampuan peserta
didik dalam menyelesaikan Hal ini disebabkan karena sesuatu yang merupakan fakta dalam kehidupan
) di kelas sehari-hari tidak pernah dimunculkan dalam proses pembelajaran
masalah kontekstual. Contoh dalam
berdasarkan menyelesaiakan soal pemecahan (kekontekstualan dalam prosees pembelajaran matematika belum
pengalaman masalah yang berkaitan dengan dimunculkan)
mahasiswa SPLTV.
saat menjadi
guru.

3 Membangun Komunikasi antara orangtua dan Kurang perhatiannya orang tua terhadap pendidikan anaknya yang terjadi di
relasi/hubunga guru tentang perkembangan peserta tempat saya mengajar rata-rata dikarenakan kurang pahamnya orangtua terhadap
pendidikan. Orangtua tidak mau tahu bagaimana kesulitan anaknya dan hal apa
n dengan didik hanya terjadi saat pembagian
yang dapat membantu anaknya dalam proses belajar. Peran orangtua dalam
peserta didik rapot. Bahkan banyak orangtua yang mengawasi anak terhadap penggunaan gawai juga menjadi sumber masalah
dan orang tua mewakilkan pengambilan rapot karena dengan seringnya bergadang bermain gawai peserta didik tidak bisa
peserta didik. kepada saudara atau tetangganya mengikuti pembelajaran dengan baik.
karena orantua peserta didik sibuk Menurut Ardiansyah (2020) pendidikan orangtua sangat berpengaruh
bekerja terhadap keberlangsungan pendidikan peserta didik, karena jika orang tua
berpendidikan tinggi peserta didik akan cenderung mengikuti apa yang di
dapatkan orang tuanya. Tidak terkecuali dalam era. Pendidikan orangtua bisa
mempengaruhi berpikir kritis matematika peserta didik ini karena jika pendidikan
orangtuanya tinggi, peserta didik akan cenderung lebih semangat berhubungan
dan bertanya kepada orangtua sehingga jika orangtua menginstruksikan
peserta didik untuk belajar.

4 Pemahaman/ Peserta didik masih belum terbiasa Kita telah tahu bahwa fakta dilapangan menunjukkan bahwa pelajaran
pemanfaatan dengan model pembelajaran inovatif. matematika sangat abstrak dan sangat sulit dipahami. Banyak peserta
didik yang merasa cemas dan takut dalam belajar matematika
model-model
sehingga membuat hasil belajarnya tidak maksimal. Oleh karena itu
pembelajaran diperlukan pembelajaran pembelajaran inovatif berdasarkan karakteristik
inovatif materi dan peserta didik. Menurut Pasaribu dkk (2019) Pembelajaran inovatif
berdasarkan adalah pembelajaran yang dikemas oleh pebelajar atas dorongan gagasan
karakteristik barunya yang merupakan produk dari learning how to learn untuk melakukan
langkah-langkah belajar, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Tetapi
materi dan fakta dilapangan ketika saya mencoba menerapkan pembelajaran dengan model
peserta didik. pembelajaran yang inovatif peserta didik kesulitan memahami materi, sehingga
menyebabkan penggunaan waktu tidak efektif. Guru tetap dituntut untuk
menjelaskan kembali secara detail dan rinci dari konsep dasar.

5 Materi terkait 1. Peserta didik banyak yang keliru 2. Pada pembelajaran yang saya temukan di lapangan, peserta
Literasi menentukan hasil saat didik masih kesulitan membedakan antara tanda bilangan dan
numerasi, mengoperasikan bilangan baik tanda operasi hitung pada bilangan. Contoh pada materi operasi
Advanced bilangan bulat maupun pecahan. penjumlah dan pengurangan matriks:
material,
miskonsepsi,
Jika A= (
−1 2 3
−4 3 −2 ), dan B= (
−2 0 −3
5 −1 −4 )
, Tentukan hasil dari A – B!

HOTS.
Jawaban yang benar A – B = (1 0 6
−9 4 2 )
Jawaban peserta didik A – B = (
−3 0 0
1 4 −6 )
2. Peserta didik mengalami
miskonsepsi pada materi 3. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal materi peluang
peluang ialah: (1) kesalahan yang berhubungan dengan konsep kombinasi diantaranya
kesalahan dalam menggunakan dan menerapkan rumus, penyebabnya adalah
siswa tidak teliti dan tidak dapat memahami maksud soal, (2) kesalahan dalam
menentukan nilai kombinasi, penyebabnya adalah karena siswa tidak paham
dan lupa konsep kombinasi karena kemiripan konsep permutasi dan
kombinasi, (3) kesalahan dalam menghitung
Lumbantoruan (2020) megatakan bahwa materi peluang merupakan soal yang
berhubungan dengan logika dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dalam
pemecahan masalah soal cerita perlu penguasaan terminology, konsep,
prinsip, algoritma dan pemahaman bahasa yang baik.

4. Miskonsepsi pada pada peserta didik materi dimensi tiga


diantaranya tidak memahami maksud soal dan gambar yang
3. Peserta didik mengalami
salah; Rendahnya dasar pemahaman konsep perhitungan;
miskonsepi pada materi dimensi
Menurut Fitriyani dkk (2013) Penyebab kegagalan peserta didik dalam
tiga. pembelajaran ruang dimensi tiga adalah imajinasi peserta didik tentang ruang
dimensi tiga masih kurang. Penyelesaian persoalan ruang dimensi tiga tidak
hanya memerlukan keterampilan peserta didik namun juga memerlukan daya
pikir, penalaran dan kemampuan peserta didik untuk mengimajinasikan
hubungan antar objek dan ruang dimensi tiga.

6 pemanfaatan 1. Peserta didik tidak memiliki gawai 1. Banyak peserta didik yang tidak dapat mengikuti PJJ saat pandemi
teknologi/inova yang memadai/ tidak mampu dikarenakan keterbatasan ekonomi sehingga menyebabkan pemahaman
si dalam membeli kuota internet pada setiap materi sangat memprihatinkan. Keadaan ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sari (2021) yang menjelaskan bahwa
pembelajaran. berdasarkan hasil survey diperoleh hasil 58,8% peserta didik kurang tertarik
mengikuti pembelajaran matematika dengan sistem daring, 64,7%
peserta didik terkendala sinyal internet ketika mengikuti pembelajaran
matematika, 70,6% peserta didik kurang mendapatkan pemahaman
mengenai materi pembelajaran matematika dengan sistem daring, 100%
peserta didik beranggapan bahwa mata pelajaran matematika merupakan
mata pelajaran yang sulit karena berkaitan dengan angka dan rumus.

2. Berdasarkan wawancara terhadap peserta didik di semua kelas yang saya


ampu, mereka mengatakan bahwa lebih sering bermain medsos dan game
daripada menggunakan gawai untuk belajar. Hal tersebut tentu sangat
mempengaruhi kemampuan matematik peserta didik. Hal ini sejalan dengan
penjelasan Yulianti (2022) bahwa semakin baik sikap-sikap pola asuh orang
tua yang diberikan pada anaknya maka semakin baik pula sikap tanggung
2. Peserta didik kurang bijak dalam jawab peserta didik. Semakin baik pemanfaatan media gadget yang
digunakan peserta didik maka semakin baik pula sikap tanggung jawab
memanfaatkan gadget.
peserta didik. Begitu juga semakin baik pola asuh orang tua dan semakin baik
pemanfatan media gadget  maka semakin baik pula sikap tanggung jawab
peserta didik. Sebaliknya semakin buruk pola asuh orang tua dan semakin
buruk pemanfaatan media gadget maka semakin buruk sikap tanggung jawab
peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, M. (2020). Kontribusi tingakat pendidikan orangtua, lingkungan, dan kecerdasan logis terhadap kemampuan kritis
matematis. Jurnal Pendidikan Matematika (Kudus), P-ISSN 2615-3939 | E-ISSN 2723-1186, Vol 2 No 2.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/jmtk DOI: http://dx.doi.org/10.21043/jmtk.v3i2.8578

Danuri. (2016). Pengembangan Modul Matematika 3 Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Memfasilitasi Pemahaman Konsep
Dan Kemandirian Belajar Mahasiswa Pgsd. Elementary School, Vol 3 No 2, 173-183.
https://journal.upy.ac.id/index.php/es/article/view/576

Fitriani, D. A. (2013). Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Pembelajaran Matematika Materi Pokok Ruang Dimensi Tiga Ditinjau Dari
Kecerdasan Visual-Spasial Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Klaten Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Matematika
dan Matematika SOLUSI, Volume 1, Nomor 6, September 2017, 27-34.
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1420529

Irfan, Nurul. (2018). Hubungan Motivasi Belajar Dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika. Ekuivalen, VOL 31
No 1, 47-53. https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1313578

Isyam, Yufiza Afkarina Nizar. (2019) DENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL TIMSS KONTEN
ALJABAR DITINJAU DARI TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA. Kadimka, Vol 10 No 1, 74-84.
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1149254

Lindawati, S. (2018). Literasi Matematika Dalam Proses Belajar Matematika Di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Prinsip Pendidikan
Matematika, 1(1), 28-33. https://jprinsip.ejournal.unri.ac.id/index.php/jpri/article/view/18

Lumbantoruan, J. H., & Male, H. (2020). Analisis Miskonsepsi Pada Soal Cerita Teori Peluang Di Program Studi Pendidikan
Matematika. Jurnal EduMatSains, 4(2), 156-173. https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1470753

Mena, Alex B. (2016). Literasi Matematis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Kontekstual Ditinjau dari Adversity Quotient
(AQ). Kreano, Vol 7 No 2, 187-198. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano/article/view/6756/6215
Pasaribu, F. T., Sofnidar, S., Iriani, D., & Ramalisa, Y. (2019). Pelatihan Merancang Pembelajaran matematika Yang
Inovatif. CARADDE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 60-66.
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1242607

Putri, A. P., Nursalam, N., & Sulasteri, S. (2014). Pengaruh penguasaan materi prasyarat terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas VIII SMPN 1 Sinjai Timur. MaPan: Jurnal Matematika Dan Pembelajaran, 2(1), 17-30. https://journal3.uin-
alauddin.ac.id/index.php/Mapan/article/view/2718

Sari, A. N. (2021). Analisis Kesulitan Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Dalam Proses Pembelajaran Daring SMP Negeri 2
Baki. JP2M (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Matematika), 7(2), 9-18.
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/2461226

Yulianti, S., Permana, S. A., & Budiastra, K. (2022). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Pemanfaatan Media Gadget Terhadap
Sikap Tanggung Jawab Peserta Didik Sekolah Dasar Kelas V di Kecamatan Jumo. Jurnal Kewarganegaraan, 6(1), 354-
366. https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/2445

Anda mungkin juga menyukai