Anda di halaman 1dari 10

UJI KELAYAKAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

PROBING-PROMPTING BERBASIS KEUNGGULAN


LOKAL KUDUS
Himmatul Ulya1, Ratri Rahayu2
1
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muria Kudus
2
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muria Kudus

Email: 1himmatul.ulya@umk.ac.id, 2ratri.rahayu@umk.ac.id

ABSTRAK

Pembelajaran matematika saat ini masih membuat siswa merasa kurang tertarik dan cemas ketika
mengikuti pelajaran matematika. Selain itu, kemampuan literasi siswa masih tergolong rendah. Hal ini
dibuktikan dengan siswa kesulitan ketika mendapat soal cerita dan soal yang memerlukan pemikiran
tingkat tinggi. Rendahnya kemampuan literasi matematika siswa juga diakibatkan karena kurangnya
penerapan permasalahan pada kehidupan nyata dalam pembelajaran. Tujuan penelitian ini yaitu
mendapatkan hasil pengembangan perangkat pembelajaran probing-prompting berbasis etnomatematika
untuk meningkatkan kemampuan literasi dan menurunkan kecemasan matematika siswa yang valid.
Berdasarkan hasil penilaian dari validator didapatkan rata-rata nilai uji kelayakan silabus sebesar 3,57
(sangat baik), RPP sebesar 3,64 (sangat baik), modul sebesar 3,69 (sangat baik), LKS sebesar 3,75 (sangat
baik), TLM sebesar 3,70 (sangat baik), dan AKM sebesar 3,67 (sangat baik). Hasil ini mengindikasikan
bahwa perangkat pembelajaran probing-prompting berbasis keunggulan lokal yang dikembangkan
dinyatakan valid atau layak untuk digunakan.

Kata kunci : keunggulan lokal Kudus, kecemasan matematika, literasi matematika, probing-prompting,
uji kelayakan

379
PENDAHULUAN negatif siswa terhadap matematika, dan
sebaliknya. Ketidaksenangan tersebut akan
Pembelajaran matematika saat ini
memunculkan rasa takut pada matematika
belum diarahkan agar siswa dapat
sehingga matematika akan menjadi momok
menerapkan konsep untuk menyelesaikan
bagi siswa. Rasa takut terhadap matematika
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal
akan menjadikan siswa cemas apabila
ini sejalan dengan Hendriana (2012) yang
berhadapan dengan matematika.
menyatakan bahwa siswa hanya
Kecemasan yang dialami siswa terhadap
menghafalkan konsep dan definisi
matematika disebut sebagai kecemasan
matematika tanpa mengetahui maksudnya.
matematika. Siswa yang memiliki tingkat
Selain itu, pembelajaran matematika yang
kecemasan tinggi akan memiliki prestasi
terjadi masih didominasi oleh pengenalan
belajar yang rendah. Hal ini sejalan dengan
rumus-rumus serta konsep-konsep verbal,
hasil penelitian Zakaria, et al., (2012) yang
tanpa ada perhatian yang cukup terhadap
menunjukkan bahwa siswa yang
pemahaman siswa (Siswono, 2012).
mempunyai prestasi tinggi mempunyai
Kecenderungan pembelajaran tingkat kecemasan matematika yang
matematika yang monoton dan prosedural rendah, dan sebaliknya.
berdampak pada kemampuan matematika
Kecemasan matematika yang tinggi
siswa terutama kemampuan literasi
juga dapat disebabkan oleh pembelajaran
matematika yang rendah. Rendahnya
matematika yang kurang menyenangkan.
kemampuan literasi matematika siswa dapat
Menurut Wahyudin (2010), kecemasan
dilihat dari laporan hasil Programme for
matematika pada siswa muncul sebagai
International Student Assessment (PISA)
akibat dari guru yang juga merasa cemas
tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat
tentang kemampuan matematikanya. Untuk
63 dari 69 negara (OECD, 2015). Selain itu,
mengatasi hal tersebut, maka kerangka
hasil dari evaluasi The Third International
pembelajaran matematika harus diubah
Mathematics and Science Study (TIMSS)
dengan membiasakan siswa belajar aktif,
tahun 2015 Indonesia menduduki peringkat
kreatif, dan menyenangkan sehingga
44 dari 49 negara dengan skor rata-rata 397
diharapkan kecemasan matematika dapat
dari rata-rata skor internasional 500 (Mullis,
diminimalisir dan kemampuan literasi
et al., 2015). Skor tersebut masih di bawah
matematika siswa dapat meningkat.
skor rata-rata internasional yaitu 500.
Berdasarkan hasil wawancara
Kemampuan literasi matematika
dengan salah satu guru matematika SD NU
siswa di Indonesia rendah disebabkan oleh
Nawa Kartika Kudus dalam analisis
beberapa faktor, di antaranya siswa tidak
kebutuhan awal diperoleh bahwa siswa
dibiasakan dengan soal-soal dengan tingkat
merasa kurang tertarik dan cemas ketika
berpikir tinggi. Guru hanya memberikan
mengikuti pelajaran matematika. Siswa
latihan soal mengenai pemahaman konsep
merasa takut ketika diminta guru untuk
(level rendah) sehingga siswa tidak terbiasa
mengerjakan soal atau mengkomunikasikan
memecahkan masalah literasi. Tjalla (2009)
pendapatnya. Siswa cenderung merasa
memperoleh berbagai temuan tentang
bosan ketika mengikuti pelajaran
kelemahan literasi matematika siswa
matematika karena guru hanya menerapkan
Indonesia, salah satunya adalah siswa
pembelajaran konvensional dengan metode
lemah dalam menerapkan pengetahuannya
ekspositori. Selain itu, kemampuan literasi
untuk menghubungkan konsep matematika.
siswa masih tergolong rendah. Hal ini
Selain itu, kebiasaan untuk membaca
dibuktikan dengan siswa kesulitan ketika
sambil berpikir sampai dapat memahami
mendapat soal cerita dan soal yang
informasi esensial dalam pembelajaran
memerlukan pemikiran tingkat tinggi.
matematika belum menjadi kebiasaan
Siswa kesulitan menerjemahkan kalimat
siswa. Hal ini berarti porsi berpikir
soal ke dalam model matematika,
mekanistik masih besar daripada porsi
menggunakan konsep matematika ke dalam
penalaran.
permasalahan nyata, dan kesulitan dalam
Rendahnya kemampuan literasi menghubungkan antarkonsep, serta aplikasi
matematika menyebabkan munculnya sikap masalah matematika dalam kehidupan

380
sehari-hari. Rendahnya kemampuan literasi prompting akan melatih siswa berinteraksi
matematika siswa juga diakibatkan karena dan membiasakan siswa mendapatkan
kurangnya penerapan permasalahan pada pertanyaan-pertanyaan yang membantu
kehidupan nyata dalam pembelajaran. untuk menemukan pengetahuan sendiri. Hal
ini bertujuan agar tercipta pembelajaran
Budiono dan Wardono (2014)
yang menyenangkan sehingga dapat
menyimpulkan bahwa literasi matematika
mengurangi kecemasan matematika siswa.
siswa mengalami peningkatan setelah guru
Arisetyawan, et al. (2014) menyatakan
menerapkan model pembelajaran berbasis
bahwa pembelajaran matematika yang
masalah serupa PISA berbantuan Lembar
bernuansa budaya akan membuat
Kerja Siswa (LKS). Selain itu rata-rata
pembelajaran matematika lebih bermakna
literasi matematika siswa dengan
dan bermanfaat untuk meningkatkan aspek
pembelajaran tersebut lebih baik dari siswa
kognitif siswa. Pembelajaran yang
yang menggunakan model konvensional.
mengaitkan materi dengan budaya akan
Hasil penelitian Ulya, Masrukan, dan
mendorong siswa untuk mengaitkan
Kartono (2012) menyimpulkan bahwa
pengetahuan yang dimiliki dengan budaya
dengan pembelajaran probing-prompting
dan permasalahan dalam kehidupan nyata
memberikan hasil belajar yang lebih baik
sehingga diharapkan siswa dapat
daripada yang mendapat pembelajaran
menyelesaikan masalah literasi matematika
konvensional. Jadi agar kemampuan literasi
dan kemampuan literasi matematika siswa
matematika siswa meningkat perlu
akan meningkat.
diterapkan pembelajaran probing-prompting
dan dilatih dengan soal-soal serupa PISA Berdasarkan latar belakang
serta dikaitkan dengan nilai-nilai budaya tersebut, maka rumusan masalah dalam
lokal. Hal ini sejalan dengan penelitian penelitian ini, yaitu bagaimana kevalidan
Oktiningrum, Zulkardi, dan Hartono (2016) perangkat pembelajaran probing-prompting
yang menyatakan bahwa soal PISA dengan berbasis etnomatematika untuk
konteks budaya Indonesia mampu meningkatkan kemampuan literasi dan
memunculkan kemampuan literasi siswa menurunkan kecemasan matematika siswa.
berupa kemampuan dasar matematika. Tujuan penelitian ini yaitu mendapatkan
hasil pengembangan perangkat
Penelitian yang telah dilakukan
pembelajaran probing-prompting berbasis
Indiyani dan Listiara (2006) memperoleh
etnomatematika untuk meningkatkan
hasil bahwa untuk menurunkan kecemasan
kemampuan literasi dan menurunkan
matematika dalam menghadapi pelajaran
kecemasan matematika siswa yang valid.
matematika dapat dilakukan dengan
menggunakan metode cooperative learning.
Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa
BAHAN DAN METODE
terdapat perbedaan signifikan dari
kecemasan siswa dalam menghadapi Jenis penelitian ini yaitu R&D
pelajaran matematika pada kelas (Research and Development) dengan
eksperimen dan kontrol. Kelompok model pengembangan dari Borg & Gall
eksperimen yang mendapat perlakuan (2003). Tahapan pengembangannya
mengalami penurunan skor kecemasan, meliputi studi pendahuluan, perencanaan,
sedangkan kelompok kontrol tidak uji coba dan validasi, dan diseminasi. Di
mengalami penurunan skor kecemasan dalam penelitian ini hanya sampai pada
dalam menghadapi matematika. tahap ketiga, yaitu uji coba dan validasi.
Kegiatan pada studi pendahuluan digunakan
Berdasarkan permasalahan tersebut,
untuk memperoleh data terkait
diperlukan pembelajaran inovatif dalam
permasalahan yang terjadi selama
pembelajaran matematika untuk
pembelajaran. Tahap perencanaan meliputi
meningkatkan kemampuan literasi dan
merencanakan dan mengembangkan
mengurangi kecemasan matematika siswa.
perangkat pembelajaran yang meliputi
Pembelajaran kooperatif merupakan salah
silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
satu alternatif dalam pembelajaran inovatif.
(RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), modul,
Pembelajaran kooperatif tipe probing-
soal Tes Literasi Matematika (TLM), dan

381
Angket Kecemasan Matematika (AKM). Perangkat pembelajaran disebut
Tahap selanjutnya yaitu uji coba dan valid atau layak digunakan jika masing-
validasi terhadap perangkat pembelajaran masing perangkat pembelajaran masuk
yang dikembangkan. Pada tahap ini hanya dalam kategori baik atau sangat baik.
sebatas memperoleh validasi dari ahli
sehingga dapat menghasilkan draf 1
perangkat pembelajaran yang siap HASIL DAN DISKUSI
diujicobakan. Kelayakan perangkat pembelajaran
Instrumen penelitian yang dapat ditentukan berdasarkan kriteria
digunakan untuk mengumpulkan data yaitu validasi perangkat pembelajaran yang
lembar validasi perangkat pembelajaran. dilakukan oleh ahli. Penilaian perangkat
Metode pengumpulan data dalam penelitian pembelajaran oleh ahli digunakan untuk
ini menggunakan penilaian validator menilai kelayakan dan sebagai pedoman
terhadap perangkat pembelajaran yang penyempurnaan perangkat pembelajaran
dikembangkan. Data yang diperoleh yang dikembangkan. Validasi dilakukan
selanjutnya dianalisis secara deskriptif oleh tiga ahli yang berkompeten untuk
dengan menentukan rata-rata skor penilaian menilai kelayakan perangkat pembelajaran
dari validator. Penilaian perangkat yang disusun pada tahap perencanaan.
pembelajaran oleh validator dikonversi Rekapitulasi analisis data kevalidan
dengan kriteria 1,00 < x ≤ 1,99 (tidak baik); perangkat pembelajaran oleh ahli disajikan
1,99 < x ≤ 2,99 (kurang baik); 2,99 < x ≤ pada Tabel 1.
3,49 (baik); dan 3,49 < x ≤ 4,00 (sangat
baik).

Tabel. 1 Rekapitulasi Validasi Perangkat Pembelajaran


Validator
No Perangkat Rata-rata Keterangan
1 2 3
1. Silabus 3,70 3,20 3,80 3,57 Sangat Baik
2. RPP 3,57 3,50 3,86 3,64 Sangat Baik
3. Modul 3,53 3,65 3,88 3,69 Sangat Baik
4. LKS 3,63 3,63 4,00 3,75 Sangat Baik
5. TLM 3,50 3,60 4,00 3,70 Sangat Baik
6. AKM 3,57 3,57 3,86 3,67 Sangat Baik

Perangkat pembelajaran probing-


prompting berbasis keunggulan lokal valid atau layak digunakan dengan
yang dikembangkan dikatakan valid atau perbaikan berdasarkan saran dari ahli.
layak digunakan jika rata-rata nilai hasil Validasi silabus meliputi 10
penilaian validator terhadap masing- aspek penilaian, yaitu : (1) identitas, (2)
masing perangkat pembelajaran berada standar kompetensi, (3) kompetensi
pada kategori baik atau sangat baik. dasar, (4) materi pembelajaran, (5)
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran, (6) indikator
silabus, RPP, modul, LKS, TLM, dan pencapaian kompetensi, (7) penilaian, (8)
AKM memperoleh rata-rata nilai alokasi waktu, (9) sumber belajar, dan
berturut-turut 3,57; 3,64; 3,69; 3,75; 3,70; (10) bahasa. Rata-rata nilai validasi
dan 3,67 yang masuk dalam kategori silabus berdasarkan penilaian validator
sangat baik. Hal ini disimpulkan bahwa adalah 3,57 yang artinya silabus berada
seluruh perangkat pembelajaran dalam kategori sangat baik sehingga
yang dikembangkan dapat dikatakan silabus dapat digunakan dengan sedikit
revisi.

382
Catatan Tindak Catatan Tindak
No No
Validator Lanjut/Revisi Validator Lanjut/Revisi
1. Pada kegiatan Merevisi kegiatan atau dipahami
pembelajaran pembelajaran
belum membuat dengan
siswa aktif menambah 3. Pada kegiatan Menambahkan
seluruhnya, kegiatan dan pendahuluan langkah pada
sebaiknya kegiatan pertanyaan perlu kegiatan
pembelajaran (probing- disampaikan SK pendahuluan,
dikembangkan lagi prompting) dan KD kepada yaitu guru
agar semua siswa sehingga dapat siswa dengan menyampaikan
lebih aktif membuat seluruh jelas SK dan KD di
siswa lebih aktif awal
2. Alokasi waktu Menambah pembelajaran
ditambah alokasi waktu 4. Alokasi waktu Menambahkan
3. Sediakan waktu Merevisi kegiatan untuk alokasi waktu
khusus untuk pembelajaran mengerjakan untuk latihan
mengulang materi dengan soal-soal latihan soal
pembelajaran menambah lebih baik
kegiatan review ditambah
materi
pembelajaran Penilaian modul oleh validator
meliputi 3 aspek utama, yaitu (1) format
RPP dinilai oleh validator dengan penulisan, (2) isi, dan (3) bahasa. Modul
memperhatikan 8 aspek, yakni : (1) yang telah divalidasi oleh pakar
kelengkapan komponen RPP, (2) memperoleh rata-rata nilai 3,69 yang berarti
perencanaan rumusan tujuan pembelajaran, modul sangat baik sehingga dapat
(3) perencanaan pengelolaan kelas, (4) digunakan dengan revisi. Catatan yang
perencanaan penggunaan sumber belajar, diberikan oleh validator serta tindak lanjut
(5) perencanaan penggunaan standar proses yang dilakukan untuk perbaikan modul
dalam pembelajaran, (6) perencanaan disajikan pada Tabel 4.
langkah-langkah pembelajaran sesuai
dengan model probing-prompting berbasis Tabel 4. Revisi Modul
etnomatematika, (7) perencanaan penilaian, Catatan Tindak
dan (8) bahasa yang digunakan dalam RPP. No
Validator Lanjut/Revisi
Validasi RPP yang dilakukan oleh ahli 1. Penulisan perlu Memperbaiki
masuk dalam kategori sangat baik dengan dicek kembali kesalahan
rata-rata 3,64. Hal ini berarti RPP dapat tulisan
digunakan dengan sedikit revisi. Catatan 2. Peta konsep Memperbaiki
dan saran perbaikan yang diberikan oleh perlu dicek bentuk peta
validator serta tindak lanjut yang dilakukan kembali konsep agar
untuk perbaikan RPP disajikan pada Tabel semua tulisan
3. dapat terbaca
Tabel 3. Revisi Rencana Pelaksanaan 3. Soal latihan Menambah soal
Pembelajaran lebih latihan dalam
Catatan Tindak diperbanyak lagi modul
No
Validator Lanjut/Revisi 4. Pemberian Memperbaiki
1. Alokasi waktu Alokasi waktu contoh budaya contoh budaya
sebaiknya dipindah di awal lokal yang ada lokal yang ada
diletakkan di atas (identitas) RPP di Kudus di Kudus dan
disesuaikan juga disesuaikan
2. Gambar RPP dicetak dengan dengan yang
sebaiknya menggunakan pengetahuan ada lingkungan
berwarna agar tinta berwarna siswa, sebagai siswa
mudah dilihat

383
Catatan Tindak untuk perbaikan instrumen TLM diuraikan
No
Validator Lanjut/Revisi pada Tabel 6.
contoh buah
delima sudah Tabel 6. Revisi Instrumen Tes Literasi
jarang Matematika
ditemukan di Catatan Tindak
No
lingkungan Validator Lanjut/Revisi
siswa 1. Kalimat soal Memperbaiki
sebaiknya kalimat soal
Aspek utama dalam penilaian LKS disederhanakan agar lebih
mencakup 3 hal, yaitu (1) format penulisan, agar lebih dipahami siswa
(2) isi, dan (3) bahasa. Rata-rata nilai yang dipahami siswa
diperoleh dari penilaian LKS yaitu 3,75.
Hal ini berarti LKS termasuk dalam kriteria Penilaian instrumen AKM meliputi
sangat baik sehingga dapat digunakan aspek format, bahasa dan penulisan soal,
dengan revisi. Catatan yang diberikan oleh serta isi. Aspek-aspek tersebut diuraikan
ahli serta tindak lanjut yang dilakukan kembali secara lebih rinci, yaitu : (1)
untuk perbaikan LKS diuraikan pada Tabel memuat identitas siswa dan soal, (2)
5. petunjuk soal menggunakan bahasa yang
Tabel 5. Revisi Lembar Kerja Siswa sederhana dan mudah dipahami oleh siswa,
Catatan Tindak (3) pertanyaan butir soal menggunakan kata
No tanya atau perintah yang benar, (4)
Validator Lanjut/Revisi
pertanyaan butir soal menggunakan bahasa
1. Alokasi waktu Memperbaiki yang sederhana dan mudah dipahami oleh
belum sesuai alokasi waktu siswa, (5) kalimat yang digunakan adalah
dengan isi dan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, (6)
materi pecahan materi soal sesuai indikator kecemasan
matematika, dan (7) materi soal mengukur
kecemasan matematika siswa. Rata-rata
Penilaian terhadap instrumen TLM nilai yang diperoleh berdasarkan penilaian
meliputi 10 aspek penilaian, yaitu (1) validator terhadap instrumen AKM yaitu
kejelasan petunjuk pengerjaan soal, (2) 3,67. Hal ini berarti instrumen AKM
kesesuaian soal dengan kompetensi dasar termasuk dalam kategori sangat baik
dan indikator, (3) kesesuaian soal dengan sehingga AKM dapat digunakan dengan
aspek kognitif Tes Literasi Matematika revisi. Catatan dan saran perbaikan dari
(TLM), (4) kesesuaian isi materi yang validator AKM serta tindak lanjut untuk
ditanyakan dengan jenis sekolah dan perbaikan instrumen AKM disajikan pada
tingkatan kelas, (5) pertanyaan Tabel 7.
menggunakan kata tanya atau perintah yang
benar, (6) penulisan soal menggunakan Tabel 7. Revisi Angket Kecemasan
ukuran huruf dan mathematics equations Matematika
yang tepat, (7) tampilan gambar pada soal Catatan Tindak
jelas dan mudah dipahami, (8) rumusan No
Validator Lanjut/Revisi
butir soal menggunakan bahasa yang 1. Gunakan Memperbaiki
sederhana dan mudah dipahami oleh siswa, bahasa sesuai kalimat sesuai
(9) rumusan butir soal menggunakan bahasa dengan KBBI kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar, dan (10) yang baku
rumusan butir soal tidak menimbulkan 2. Penggunaan Memperbaiki
penafsiran ganda. Rata-rata penilaian TLM kata sebaiknya kalimat agar tidak
yang diperoleh dari validator yaitu 3,70 jangan menimbulkan
yang artinya instrumen TLM berada dalam menimbulkan makna ganda
kategori sangat baik sehingga TLM dapat multitafsir
digunakan dengan sedikit revisi. Catatan
dan saran perbaikan serta tindak lanjut

384
Perangkat pembelajaran yang telah pembelajaran yaitu menyusun perencanaan
divalidasi dan mendapat masukan dari pembelajaran. Menurut Depdiknas (2008),
validator selanjutnya diperbaiki sehingga perencanaan pembelajaran hendaknya
layak untuk diujicobakan. Uji coba terhadap dikembangkan dengan menyesuaikan
perangkat pembelajaran meliputi uji coba kebutuhan dan karakteristik sekolah, siswa,
lapangan terbatas dan uji coba lapangan mata pelajaran, dan lain-lain. Apabila
skala luas sehingga diperoleh perangkat perencanaan pembelajaran telah dilakukan
pembelajaran yang final. dengan matang, maka guru dan siswa akan
lebih mudah dan terarah dalam
Rata-rata nilai yang diberikan
melaksanakan pembelajaran. Salah satu
validator terhadap silabus yaitu 3,57 dan
perencanaan pembelajaran yang dapat
termasuk dalam kriteria sangat baik. Saran
dilakukan oleh guru yaitu penyusunan RPP.
perbaikan dari validator terhadap silabus
Trianto (2007) menyatakan bahwa RPP
yang dikembangkan dalam penelitian ini
merupakan panduan guru dalam melakukan
yaitu perbaikan pada penjabaran kegiatan
kegiatan pembelajaran yang dituangkan
pembelajaran dan penambahan alokasi
dalam skenario kegiatan.
waktu. Kegiatan pembelajaran disarankan
agar dapat membuat siswa lebih Modul yang telah divalidasi ahli
berpartisipasi aktif lagi dalam termasuk dalam kategori sangat baik
pembelajaran, mengalokasikan waktu untuk dengan rata-rata nilai 3,69. Revisi yang
mengulang materi pembelajaran, dan disarankan validator terhadap modul yang
menambah alokasi waktu. Silabus dikembangkan yaitu perbaikan kesalahan
dikembangkan agar dapat menjadi pedoman penulisan kata/kalimat dalam modul dan
dalam pengembangan perencanaan tulisan pada peta konsep tidak terlihat
pembelajaran seperti pembuatan RPP, sepenuhnya karena tertutup oleh gambar.
pengelolaan pembelajaran, dan pembuatan Selain itu, pemberian contoh budaya lokal
sistem penilaian. Menurut Sunipah (2008), Kudus hendaknya disesuaikan dengan
silabus harus selalu dikaji dan pengetahuan siswa. Perbaikan tersebut
dikembangkan secara terus-menerus dengan kemudian ditindaklanjuti agar modul dapat
berpedoman pada evaluasi dalam digunakan siswa untuk belajar secara
pembelajaran. Silabus yang dikembangkan mandiri dan terbimbing. Pengembangan
dalam penelitian ini menggunakan model modul dalam penelitian ini bertujuan untuk
pembelajaran probing-prompting berbasis menyediakan sumber belajar yang tepat
keunggulan lokal Kudus. Hal ini berarti bagi siswa. Modul berisi materi pecahan
kegiatan pembelajaran sampai dengan yang dikaitkan dengan ragam budaya yang
penilaian yang dikembangkan dalam silabus ada di Kudus. Melalui pengaitan materi
dikaitkan dengan pembelajaran probing- dengan budaya diharapkan siswa lebih
prompting berbasis keunggulan budaya mudah dalam mempelajari konsep-konsep
lokal yang ada di Kudus. matematika. Hal ini sejalan dengan
pendapat Ulya (2016) yang menyatakan
Penilaian ahli terhadap RPP yang
bahwa dengan pembelajaran matematika
dikembangkan yaitu 3,64, artinya RPP
yang dikaitkan dengan budaya, siswa lebih
masuk dalam kategori sangat baik.
mudah mengerti konsep matematika yang
Berdasarkan penilaian validator, RPP yang
dipelajari. Hal ini akan menciptakan
dikembangkan dalam penelitian ini
pembelajaran matematika yang menarik dan
mendapat beberapa masukan, antara lain
inovatif sehingga akan berdampak pada
mengenai letak alokasi waktu dalam RPP,
meningkatnya kemampuan literasi
pewarnaan gambar dalam RPP, perlu
matematika dan kecemasan matematika
penyampaian SK dan KD pada kegiatan
siswa akan berkurang.
pendahuluan, dan penambahan waktu untuk
mengerjakan soal-soal latihan. Dengan Nilai rata-rata dari validasi LKS
penyampaian SK dan KD pada kegiatan yaitu 3,75 yang berarti LKS termasuk
pendahuluan, diharapkan siswa dalam kriteria sangat baik. Saran perbaikan
mendapatkan gambaran kompetensi yang dari validator untuk LKS yang
harus dikuasai. Salah satu hal penting yang dikembangkan yaitu mengenai alokasi
harus dilakukan sebelum pelaksanaan waktu yang harus disesuaikan dengan isi

385
dan materi. LKS yang disusun berisi bahasa yang baku dan tidak menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan multitafsir mengingat pentingnya
langkah pembelajaran probing-prompting penggunaan bahasa sesuai dengan kaidah
dengan dihubungkan dengan kekayaan bahasa yang benar. Sari (2015) menyatakan
budaya Kudus. LKS yang dikembangkan bahwa bahasa Indonesia dalam
dalam penelitian ini digunakan sebagai kedudukannya sebagai bahasa nasional
salah satu penunjang dalam proses digunakan sebagai pemersatu berbagai suku
pembelajaran. Di dalam LKS disediakan di Indonesia. Hal ini berarti apabila
soal dan pertanyaan yang dapat membantu pengguna angket berasal dari berbagai
siswa menemukan konsep pecahan. LKS macam suku di Indonesia dapat memahami
dalam penelitian ini digunakan sebagai bahasa yang digunakan. Angket kecamasan
sarana diskusi kelompok sehingga siswa matematika yang dikembangkan dalam
dapat berinteraksi dan saling bertukar penelitian ini digunakan untuk
pikirian dengan teman kelompoknya. Hasil mendapatkan gambaran data kecemasan
penelitian Simon, Sukmawati, dan Hasjmy atau informasi tentang diri siswa ketika
(2014) menyimpulkan bahwa melalui mengikuti pembelajaran matematika.
metode diskusi, aktivitas siswa dalam
Pengembangan perangkat
pembelajaran matematika akan meningkat.
pembelajaran dalam penelitian ini telah
Hal ini diharapkan dapat membantu siswa
melalui proses sesuai model pengembangan
untuk mempelajari matematika sehingga
perangkat Borg & Gall. Berdasarkan hasil
kemampuan literasi matematika dapat
validasi dan catatan saran perbaikan dari
meningkat dan kecemasan matematika
validator diperoleh hasil bahwa masing-
siswa akan berkurang.
masing perangkat pembelajaran yaitu
Hasil penilaian pakar terhadap silabus, RPP, modul, LKS, TLM, dan AKM
TLM yaitu 3,70 sehingga TLM termasuk dinyatakan valid atau layak digunakan
dalam kriteria sangat baik. Revisi yang tetapi perlu dilakukan revisi. Hasil
diberikan dari validator yaitu pemilihan perbaikan perangkat pembelajaran
kalimat soal. Kalimat soal disarankan agar selanjutnya digunakan untuk uji coba
lebih dapat disederhanakan sehingga siswa lapangan dalam skala terbatas dan skala
lebih mudah untuk memahaminya. TLM luas sehingga diperoleh perangkat
yang dikembangkan untuk mengukur pembelajaran final.
kemampuan literasi matematika siswa.
Pengembangan soal didasarkan pada 3
aspek kognitif dalam literasi matematika, KESIMPULAN
yaitu (1) knowing, (2) applying, dan (3) Berdasarkan hasil penilaian dari
reasoning (Mullis, et al., 2015). Instrumen validator didapatkan rata-rata nilai uji
tes yang dikembangkan setidaknya kelayakan silabus sebesar 3,57 (sangat
memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas. baik), RPP sebesar 3,64 (sangat baik),
Hal ini senada dengan Matondang (2009) modul sebesar 3,69 (sangat baik), LKS
yang menyatakan bahwa alat ukur dapat sebesar 3,75 (sangat baik), TLM sebesar
dikatakan baik jika instrumen tersebut valid 3,70 (sangat baik), dan AKM sebesar 3,67
dan reliabel. Setelah TLM divalidasi oleh (sangat baik). Hal ini berarti perangkat
ahli dan dinyatakan dapat digunakan, pembelajaran probing-prompting berbasis
selanjutnya instrumen diujicobakan dengan keunggulan lokal yang dikembangkan
skala terbatas untuk memperoleh kriteria seperti silabus, RPP, modul, TLM, dan
validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat AKM dinyatakan valid atau layak untuk
kesukaran soal. digunakan.
Rata-rata nilai dari para ahli
terhadap AKM yaitu 3,67 sehingga AKM
termasuk dalam kriteria sangat baik. Saran DAFTAR PUSTAKA
perbaikan dari validator yaitu penggunaan Arisetyawan, A., et al. 2014. Study of
bahasa dalam angket tersebut. Kalimat Ethnomathematics: A Lesson From
dalam angket disarankan agar dapat The Baduy Culture. International
menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah

386
Journal of Education and Research, Mathematical Literacy. Journal on
2(10): 681-688. Mathematics Education, 7(1): 1-10.
Borg, W.R. dan Gall, M.D. 2003. Organization for Economic Coperation and
Educational Research: An Development (OECD). 2015. PISA
Introduction, Seventh Edition. New 2015 Results in Focus. Tersedia di
York: Longman. https://www.oecd.org/pisa/pisa-
2015-results-in-focus.pdf.
Budiono, C.S. dan Wardono. 2014. PBM
Berorientasi Pisa Berpendekatan Sari, I. P. 2015. Pentingnya Pemahaman
PMRI Bermedia LKPD Kedudukan dan Fungsi Bahasa
Meningkatkan Literasi Matematika Indonesia Sebagai Pemersatu
Siswa SMP. Unnes Journal of Negara Kesatuan Republik
Mathematics Education, 3(3): 210- Indonesia (NKRI). Prosiding
219. Seminar Nasional Bulan Bahasa
yang diselenggarakan oleh
Departemen Pendidikan Nasional
Universitas Bengkulu: 234-242.
(Depdiknas). 2008. Panduan
Penyusunan RPP. Jakarta: Simon, Sukmawati, dan Hasjmy, M. A.
Departemen Pendidikan Nasional, 2014. Peningkatan Aktivitas
Dirjen Manajemen Pendidikan Pembelajaran Matematika
Dasar dan Menengah, Direktorat Menggunakan Metode Diskusi
Pembinaan Sekolah Menengah Kelompok di SDN 03 Suti
Atas. Semarang. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, 3(9).
Hendriana, H. 2012. Pembelajaran
Matematika Humanis dengan Siswono, T.Y.E. 2012. Implementasi
Metaphorical Thinking Untuk Pendidikan Karakter dalam
Meningkatkan Kepercayaan Diri Pembelajaran Matematika.
Siswa. Jurnal Iinfinity, 1 (1): 90- Prosiding Seminar Nasional
103. Pendidikan Matematika yang
diselenggarakan UIN Syarif
Indiyani, N.E. dan Listiara, A. 2006.
Hidayatullah Jakarta: 1-12.
Efektivitas Metode Pembelajaran
Gotong Royong (Cooperative Sunipah. 2008. Penyusunan Silabus dan
Learning) untuk Menurunkan Rencana Pelaksanaan
Kecemasan Siswa dalam Pembelajaran (RPP) Matematiika
Menghadapi Pelajaran Matematika SD dalam Rangka Pengembangan
(Suatu Studi Eksperimental Pada KTSP. Yogyakarta: Pusat
Siswa Di SMP 26 Semarang). Pengembangan dan Pemberdayaan
Jurnal Psikologi Universitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Diponegoro, 3 (1): 10-28. Matematika.
Matondang, Z. 2009. Validitas dan Tjalla, A. 2009. Potret Mutu Pendidikan
Reliabilitas Suatu Instrumen Indonesia Ditinjau dari Hasil-Hasil
Penelitian. Jurnal Tabularasa, Studi Internasional. Jurnal Ilmiah
6(1),87-97. Psiko-Edukasi, 6 (2): 100-120.
Mullis, I.V.S., et al. 2015. TIMSS 2015 Trianto. 2007. Model Pembelajaran
International Results in Terpadu dalam Praktik dan Teori.
Mathematics. Chestnut Hill, MA: Jakarta: Prestasi Pustaka.
TIMSS & PIRLS International
Ulya, H. 2016. Pembelajaran Matematika
Study Center, Boston College.
Berbasis Etnomatematika untuk
Oktiningrum, W., Zulkardi, dan Hartono, Membangun Karakter Cinta Tanah
Y. 2016. Developing Pisa-Like Air dan Kreativitas Belajar
Mathematics Task With Indonesia Matematika. Prosiding Seminar
Natural And Cultural Heritage As Nasional Psikologi yang
Context To Assess Students

387
diselenggarakan oleh Universitas
Muria Kudus: 29-39.
Ulya, H., Masrukan, dan Kartono. 2012.
Keefektifan Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Probing-Prompting dengan
Penilaian Produk. Unnes Journal of
Mathematics Education, 1(1): 26-
31.
Wahyudin. 2010. Monograf: Kecemasan
Matematika. Bandung: Program
Studi Pendidikan Matematika SPS
UPI.
Zakaria, E., Zain, N.M., Ahmad, N.A., dan
Erlina, A. 2012. Mathematics
Anxiety and Achievement Among
Secondary School Students.
American Journal of Applied
Sciences, 9(11), 1828-1832.

388

Anda mungkin juga menyukai