Anda di halaman 1dari 18

LK.2.1.

3 SIKLUS 2

LK 2.1.3 PENENTUAN AKAR PENYEBAB MASALAH

Nama Guru :ISHAK


Asal Institusi : SMK Negeri 3 enrekang
NPM : 239 001 495 041
LPTK : Universitas Negeri Makassar
Analisis akar penyebab Masalah terpilih yang akan
No Hasil eksplorasi penyebab masalah akar penyebab masalah
masalah diselesaikan
1 Rendahnya daya tangkap dan pemahaman serta nilai hasil Setelah dilakukan eksplorasi Berdasarkan akar penyebab Dari beberapa akar masalah
belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika penyebab masalah maka dapat masalah, maka hasil analisis yang telah ditemukan dan
1.1 Kajian Literatur ditentukan akar penyebab akar penyebab masalah : analisis maka saya dapat
1.1.1 Ahmadi &Supriyono (2013: 95), mengemukakan bahwa masalah Rendahnya daya Rendahnya daya tangkap dan memilih dua masalah yang
gejala kesulitan belajar seperti prestasi belajar rendah tangkap dan pemahaman serta pemahaman serta nilai hasil akan diselesaikan adalah :
dibawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas. nilai hasil belajar peserta belajar peserta didik dalam 1. Rendahnya daya tangkap
Biasanya hasil belajar yang dicapai tidak sebanding dengan didik dalam pembelajaran pembelajaran matematika dan pemahaman serta
usaha yang dilakukan. Siswa dalam mengerjakan tugas matematika di akibatkan diakibatkan oleh metode nilai hasil belajar peserta
oleh metode pengajaran yang pengajaran yang monoton didik terhadap dalam
tidak maksimal, lambat dalam menyelesaikan tugas.
monoton serta penggunaan serta penggunaan metode pembelajaran matematika
Kesulitan belajar siswa terjadi ketika siswa mengalami
model pembelajaran yang yang kurang variatif hal ini tentang perkalian matriks.
hambatan atau gangguan belajar sehingga siswa tidak kurang variatif. didukung oleh
paham dapat belajar secara wajar. Siswa cenderung sulit (Jenis Masalah 1)
1. Rendahnya hasil belajar
untuk memahami pelajaran, salah satunya mata pelajaran siswa dilihat dari hasil 2. Metode pengajaran yang
matematika. Untuk mempelajari matematika, diperlukan raport pendidikan siswa monoton serta penggunaan
pemahaman dan penguasaan konsep matematika. Kesulitan 2. Pendidik tidak mengupdate model pembelajaran yang
belajar siswa dapat diatasi dengan mengupayakan ilmu yang dimiliki tentang kurang variatif.
ketrampilan guru dalam mengajar di kelas. Dengan peran model-model (Jenis Masalah 2)
guru tersebut maka dapat menciptakan suasana belajar yang pembelajaran yang kreatif
menyenangkan dan menarik membuat siswa nyaman dan inovatif
belajar matematika. 3. Kurangnya motivasi belajar
Sumber : JOURNAL OF EDUCATIONAL REVIEW peserta didik
AND RESEARCH 4. Tidak adanya kesadaran
dan kedisiplinan untuk
LK.2.1.3 SIKLUS 2

https://journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/JERR/arti belajar baik di sekolah


cle/viewFile/3538/pdf#:~:text=Berdasarkan%20hasil%20 maupun dirumah.
penelitian%20terdapat%204,siswa%2C%20serta%20kura
ngnya%20kedisiplinan%20siswa.
1.1.2 Adapun faktor umum yang menyebabkan rendahnya
pemahaman siswa pada mata pelajaran matematika : 1.
Siswa Menganggap Pelajaran Patematika Sulit Matematika
merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
sangat berperan penting dalam perkembangan dunia.
Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang
kurang disukai dan dianggap rumit oleh siswa. Pelajaran
matematika kurang disukai dan dianggap rumit karena
rendahnya penguasaan atau kemampuan siswa dalam
menguasai konsep dasar matematika. Banyak yang tidak
menyukai pelajaran matematika karena pelajaran
matematika dianggap pelajaran yang rumit, sulit, dan
banyak rumus yang dihapal. 2. Kurangnya Minat Siswa
Minat adalah suatu rasa ketertarikan seseorang terhadap
suatu hal tanpa ada yang menyuruh. Minat sangat
berpengaruh terhadap belajar. Karena bila pelajaran tidak
sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan serius dalam
menerima pelajaran tersebut. 3. Kurangnya Konsentrasi
Siswa Konsentrasi belajar merupakan salah satu aspek
psikologis yang seringkali tidak mudah untuk diketahui
oleh orang lain selain dari individu yang sedang belajar.
Banyak dari siswa SD yang ketika belajar, ketika Guru
sedang menjelaskan materi pelajaran, beberapa siswa tidak
memperhatikan, ada yang melamun, mengantuk, dan
mengobrol dengan teman disampingnya. 4. Rendahnya
Pemahaman Konsep Siswa Pemahaman konsep adalah
kemampuan siswa dalam menguasai suatu pelajaran.
LK.2.1.3 SIKLUS 2

Sumber : JOURNAL OF EDUCATIONAL REVIEW


AND RESEARCH
https://journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/JERR/arti
cle/viewFile/3538/pdf#:~:text=Berdasarkan%20hasil%20
penelitian%20terdapat%204,siswa%2C%20serta%20kura
ngnya%20kedisiplinan%20siswa.
1.1.3 Heruman (2009:76) mengemukakan bahwa kesulitan
belajar matematika terutama disebabkan oleh sifat khusus
dan matematika yang memiliki obyek abstrak.
Pembelajaran matematika yang berjalan saat ini cenderung
ditujukan pada keterampilan siswa mengerjakan dan
menyelesaikan soal-soal matematika. Banyak siswa secara
individual kurang memaharni konsep matematika yang
pada hakikatnya merupakan ilmu deduktif aksiomatis dan
berangkat dan hal-hal yang abstrak, sehingga siswa kurang
termotivasi terhadap pembelajaran matematika. Menurut
Aisyah dkk (2007:35) proses pembelajaran matematika
ditekankan pada penalaran, pengembangan sikap kritis,
logis, dan keterampilan menerapkan matematika, sehingga
siswa harus memiliki kemampuan memahami konsep
matematika sebagai prasyarat utama. Oleh karena itu, guru
berperan penting dalam menyampaikan konsep-konsep
matematika kepada siswanya yang memiliki - taraf konkret.
Kesalahan dalam penyampaian konsep matematika oleh
guru berakibat fatal terhadap siswa dalam menghadapi
permasalahan berikutnya yang masib berbubungan dengan
konsep tersebut.
Sumber: Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4
No.4ISSN2354-614X 344
https://media.neliti.com/media/publications/118980-ID-
peningkatan-motivasi-belajar-matematika.pdf
LK.2.1.3 SIKLUS 2

1.1.4 Ardila dan Hartono (2017) mengemukakan bahwa


factor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa
yaitu:
a. kurangnya minat siswa terhadap pelajaran matematika.
b. kurangnya konsentrasi siswa selama proses
pembelajaran.
c. Rendahnya pemahaman konsep siswa.
d. kurangnya kedisiplinan siswa.
Sumber : Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika,
6(2).
https://doi.org/10.33373/pythagoras.v6i2.966
1.1.5 Andri, Rini dan Parida (2021) mengemukakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar
siswa pada pelajaran matematika yaitu:
a. kemampuan pemecahan masalah matematis
b. kemampuan komunikasi matematis
c. kemampuan koneksi matematis
d. kemampuan representasi matematis.
Sumber : J-PiMat: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1),
295-306.
https://doi.org/10.31932/j-pimat.v3i1.1129
1.2 Hasil wawancara dengan :
1.2.1 Kepala Sekolah : Nurdin,S.Pd,.M.Si
Mengatakan bahwa Siswa masih kurang dan susah
memahami materi yang dismpaikan serta capaian
pembelajaran peserta didik belum maksimal.diakibatkan
oleh :
a. Siswa memiliki kesulitan belajar
b. Metode Belajar tidak sesuai dengan karakter siswa
c. Siswa sering begadang pada malam hari
1.2.2 Wakasek Kurikulum : Agussalim, S.Pd
Mengatakan bahwa siswa masih kurang dan susah
memahami materi yang dismpaikan serta capaian
LK.2.1.3 SIKLUS 2

pembelajaran peserta didik belum maksimal.diakibatkan


oleh :
a. lingkungan belajar yang tidak kondusif, sehingga
memungkinkan seseorang siswa tidak dapat belajar
dengan baik
b. Kurangnya perhatian dan kepedulian orang terhadap
pendidikan anaknya
c. Media pembelajaran yang digunakan tidak sesuai
1.2.3 Guru Matematika/Teman Sejawat : Khaerul Mubarak, S.Pd
Mengatakan bahwa Siswa masih kurang dan susah
memahami materi yang dismpaikan serta capaian
pembelajaran peserta didik belum maksimal.diakibatkan
oleh :
a. Siswa memiliki permasalahan pribadi atau keluarga
b. Banyaknya siswa yang bekerja membantu orang tua
untuk kebutuhan keluarga sehingga waktu untuk belajar
kurang
1.2.4 Pakar/Dosen : DR. Andi Asrifan, S.Pd.,M.P (Dosen
Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang)
Mengatakan bahwa Siswa masih kurang dan susah
memahami materi yang dismpaikan serta capaian
pembelajaran peserta didik belum maksimal.diakibatkan
oleh :
a. Kurangnya strategi pengajaran yang efektif
b. Metode pengajaran yang monoton dan variatif
c. Motivasi belajar dari dalam diri siswa sendiri itu kurang
d. Memiliki Masalah kesehatan
2 Metode pengajaran yang monoton serta penggunaan model Setelah dilakukan eksplorasi Berdasarkan akar penyebab
pembelajaran yang kurang variatif. penyebab masalah maka dapat masalah, maka hasil analisis
2.1 Kajian Literatur ditentukan akar penyebab akar penyebab masalah
2.1.1 (Jalinus, 2016) menyatakan bahwa media pembelajaran masalah Penguasaan guru
merupakan segala sesuatu yang menyangkut software dan terhadap model, metode dan Penguasaan guru terhadap
hardware yang dapat digunakan untuk menyampaikan isi stategi pembelajaran inovatif model, metode dan stategi
LK.2.1.3 SIKLUS 2

materi ajar dari sumber pembelajaran ke peserta didik masih kurang diakibatkan pembelajaran inovatif masih
(individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, oleh kurannya penguasaan kurang ini didukung oleh :
perasaan, perhatian, dan minat pembelajar sedemikian trategi pembelajaran serta a. Hasil belajar siswa
rupa sehingga proses pembelajaran (di dalam/ di luar kurannya ketrampilan guru rendah
kelas) menjadi lebih efektif. dalam mengajar di kelas
Sumber : Jalinus, N. dan A. (2016). Media dan Sumber b. Minat dan motivasi
sehingga tidak dapat belajar siswa kurang
Pembelajaran. Kencana
menciptakan suasana c. Terlihatnya banyak
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JP2/article/view
/38941. belajar yang nyaman, prilaku tidak disiplin
2.1.2 Irfan,S.Pd (2020) mengemukakan bahwa solusi dalam menarik dan menyenangkan
dalam proses belajar
menghadapii kendala yang dihadapi dalam menerapkan mengajar.
pembelajaran inovatif Guru harus selalu mengupdate
perkembangan zaman terkait model pembelajaran inovasi
dan terus, mencoba untuk melakukan hal yang baru
berdasarkan zaman. Guru harus mampu membuat rencana
pembelajaran dengan baik dan menetapkan waktu
berdasarkan fase sehingga materi yang di ajarkan bisa
tersistematis dan tercapai kompetensinya. Guru harus
lebih kreatif merancang dengan menggunakan fitur atau
aplikasi pembelajaran yang terintegrasi dengan internet
sehingga memudahkan proses pembelajaran.
Membiasakan peserta didik menemukan masalah dan
menguji masalah tersebut secara tim serta memecahkan
masalah tersebut secara tim Sekolah memberikan
pembekalan dan evaluasi mengenai pembelajaran inovatif
setiap tahun ajaran baru.
Sumber:
(https://ayoguruberbagikemdikbud.go.id/artikel/pembelaj
aran-inovatif/)
2.1.3 Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa model
pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar
yang menggambarkan perencanaan kurikulum,
kursuskursus,rancangan unit pembelajaran, perlengkapan
belajar, buku-buku pelajaran, program multimedia, dan
LK.2.1.3 SIKLUS 2

bantuan belajar melalui program komputer.


Sumber: Tibahary, A. R., & Muliana, M. (2018). Model-
model pembelajaran inovatif. Scolae: Journal of
Pedagogy, 1(1), 54-64.
http://ejurnal.stkipdamsel.ac.id/index.php/scl/article/view
/12
2.1.4 Model pembelajaran merupakan salah satu komponen
penting dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang
efektif akan sangat membantu dalam proses pembelajaran,
sehingga tujuan pembelajaran akan lebih mudah
tercapai.Menurut Komalasari (2010: 57) model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru.
Sumber : (Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah
Dasar FKIP Unsyiah Volume 2 Nomor 1, 88-97 Februari
2017
2.2 Hasil wawancara dengan :
2.2.1 Kepala Sekolah : Nurdin,S.Pd,.M.Si
Mengatakan bahwa rendahnya penguasaan guru
terhadap model, metode dan stategi pembelajaran inovatif
diakibatkan oleh :
a. Supervisi dan pengawasan tidak berjalan dengan baik
b. Guru lebih mementingkan pencapaian materi
kurikulum daripada pemahaman siswa
c. Guru kesulitan menagtur alokasi waktu.
2.2.2 Wakasek Kurikulum : Agussalim, S.Pd
Mengatakan bahwa rendahnya penguasaan guru
terhadap model, metode dan stategi pembelajaran inovatif
diakibatkan oleh :
a. Guru lebih sering menggunakan metode lama, yaitu
ceramah
b. Rendahnya daya kreatifitas guru dalam menerapkan
pembelajaran inovatif
LK.2.1.3 SIKLUS 2

2.2.3 Guru Matematika/Teman Sejawat : Sartika, S.Si


Mengatakan bahwa rendahnya penguasaan guru
terhadap model, metode dan stategi pembelajaran inovatif
diakibatkan oleh :
a. Guru terlalu focus mengajar tanpa mengindahkan apa
yang dimau oleh siswa
b. Guru kurang percaya diri saat mengajar
2.2.4 Pakar/Dosen : DR. Andi Asrifan, S.Pd.,M.P (Dosen
Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang)
mengatakan bahwa rendahnya penguasaan guru
terhadap model, metode dan stategi pembelajaran inovatif
diakibatkan oleh :
a. Kurangnya pemahaman guru tentang model
pembelajaran yang inovatif
b. Adanya penyampaian materi yang satu arah tanpa ada
timbal balik dari siswa
c. Kurangnya penguasaan materi ajar serta kesulitan
dalam mengelola kelas
d. Kolaborasi antara guru dan siswa belum terbangun
e. Ketidaksiapan guru dalam mengajar menjadikan guru
masih kaku ketika mengajar
3 Guru belum membangun relasi dan komunikasi yang baik Setelah dilakukan eksplorasi Berdasarkan akar penyebab
dengan peserta didik orang tua siswa penyebab masalah maka dapat masalah, maka hasil analisis
3.1 Kajian Literatur ditentukan akar penyebab akar penyebab masalah guru
3.1.1 A. M.Sardiman., 2004), 143-144 menjelaskan peran guru masalah guru belum belum membangun relasi dan
menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut : membangun relasi dan komunikasi yang baik dengan
1. Prey Katz, menggambarkan peranan guru sebagai komunikasi yang baik dengan peserta didik dan
komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat- peserta didik dan orang tua siswa di akibatkan
nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan,
orang tua siswa di akibatkan oleh kurangnya keterlibatan
pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku
oleh kurangnya keterlibatan orang tua dalam suatu
serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan
2. Havighurst, menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah orang tua dalam suatu kegiatan disekolah ini
sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, kegiatan disekolah didukung oleh:
LK.2.1.3 SIKLUS 2

sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebagai a. Kurang aktifnya komite


kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai sekolah
mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai b. Kurangnya
pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua partisipasi orang tua
3. James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan dalam event yang
peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan
diselenggarakan sekolah
materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran
c. Kurangnya orang tua
sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa
yang hadir jika diundang
Sumber: Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada untuk pertemuan
file:///C:/Users/user/Downloads/PENGARUH_KOMUNIK d. Jarangnya kunjungan
ASI_ORANG_TUA_DAN_GURU_TERHADAP_KR.pdf rumah yang dilakukan
3.1.2 DeVito, (2012). Untuk pelaksanaan rencana agar maksimal, pihak sekolah.
guru perlu membangun kedekatan dengan orang tua. Guru
berusaha mendapatkan persepsi yang baik dari orang tua.
Dalam membangun persepsi kepada orang tua guru
melakukan berbagai upaya. Persepsi akan mempengaruhi
pesan apa yang akan kita serap atau stimulus apa yang akan
kita tangkap Perhatian khusus dalam bentuk jalinan
komunikasi yang cukup dekat, memberi informasi secara
konsisten tentang berbagai kegiatan di sekolah, memberi
feed back atau merespons pesan yang dikirim oleh orang tua
menjadi bagian dari upaya guru dalam membangun persepsi
positif orang tua siswa.
Sumber : The interpersonal communication book (13th ed.).
New York: Pearson.
http://journal.unpad.ac.id/jkk/article/view/23620

3.1.3 Sucia, (2016) bahwa ketika melakukan kegiatan belajar


mengajar dikelas, perlu diciptakannya suasana yang
LK.2.1.3 SIKLUS 2

membuat siswa merasa senang, agar siswa merasa nyaman


dan semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Sumber : Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni
2020, hlm. 99-113
http://journal.unpad.ac.id/jkk/article/view/23620
3.1.4 Triwardhani & Chaerowati, (2019). Namun tidak semua
hubungan terbangun dengan baik. Permasalahan yang
muncul dari individu yang terlibat dalam komunikasi
mungkin saja muncul karena proses komunikasi begitu
dinamis, kondisi bisa berubah sehinggahambatan akan
muncul. Perlu upaya untuk mengatasinya sehingga
komunikasi akan berjalan secara efektif
Sumber : Interpersonal communication among parents and
children in fishermen village in Cirebon Indonesia.
Malaysian Journal of Communication, 35(2).
http://journal.unpad.ac.id/jkk/article/view/23620
3.1.5 Wisman (2017) mengatakan bahwa guru akan sukses dalam
melakukan pengajaran terhadap siswanya, dengan adanya
pemahaman karakteristik. Pendidikan di sekolah sangat
membutuhkan keterlibatan orang tua untuk mewujudkan
proses pendidikan yang lengkap. Tidak terpisah antara
program belajar dari sekolah dan pola asuh anak di rumah.
Semuanya saling berkaitan dan akan memberikan hasil yang
maksimal. Ketika di rumah, anak akan melakukan aktivitas
dan berkomunikasi dengan orang tua dimulai dari bermain
hingga belajar, namun ketika berada di sekolah, anak akan
berinteraksi dengan guru. Oleh karena itu, perlu adanya
pengetahuan karakter dari setiap siswa dari adanya
kesinambungan dan keselarasan antara kegiatan belajar di
lingkungan sekolah dengan pendidikan di rumah.
LK.2.1.3 SIKLUS 2

Sumber : Komunikasi efektif dalam dunia pendidikan.


Jurnal Nomosleca, 3(2).
http://journal.unpad.ac.id/jkk/article/view/23620
3.2 Hasil wawancara dengan :
3.2.1 Kepala Sekolah : Nurdin,S.Pd,.M.Si
Mengatakan bahwa Guru belum membangun relasi dan
komunikasi yang baik dengan peserta didik dan orang tua
siswa.diakibatkan oleh Guru sering kali memiliki jadwal
yang padat dengan tugas-tugas mengajar dan administratif.
Sementara itu, orang tua juga sibuk dengan pekerjaan dan
tanggung jawab keluarga. Keterbatasan waktu dapat
menghambat komunikasi dan pertemuan.
3.2.2 Wakasek Kurikulum : Agussalim, S.Pd
Mengatakan bahwa Guru belum membangun relasi dan
komunikasi yang baik dengan peserta didik dan orang tua
siswa.diakibatkan oleh beberapa orang tua mungkin
kurang aktif dalam pendidikan anak-anak mereka karena
berbagai alasan. Ini bisa menjadi hambatan dalam
membangun kolaborasi yang positif. Kolaborasi yang positif
antara guru dan orang tua adalah kunci untuk menciptakan
pengalaman pendidikan yang sukses bagi murid. Meskipun
ada beberapa hambatan yang mungkin timbul, dengan
komunikasi terbuka, pemahaman bersama, keterlibatan
aktif, dan dukungan, kolaborasi yang positif dapat dibangun
untuk kebaikan anak-anak dan perkembangan mereka di
sekolah.
3.2.3 Guru Matematika/Teman Sejawat : Sartika, S.Si
Mengatakan bahwa Guru belum membangun relasi dan
komunikasi yang baik dengan peserta didik dan orang tua
siswa.diakibatkan oleh oang tua dan guru sangat mungkin
memiliki pandangan yang berbeda mengenai pendidikan dan
perkembangan anak. Hal ini dapat menyebabkan konflik
dapat muncul jika perbedaan ini tidak dikomunikasikan
dengan bijak.
LK.2.1.3 SIKLUS 2

3.2.4 Pakar/Dosen : DR. Andi Asrifan, S.Pd.,M.P (Dosen


Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang)
mengatakan bahwa Guru belum membangun relasi dan
komunikasi yang baik dengan peserta didik dan orang tua
siswa.diakibatkan oleh:
a. Keterbatasan waktu
b. Komunikasi yang tidak efektif
c. Perbedaan pendapat
d. Kurangnya keterlibatan orang tua dalam suatu kegiatan
sekolah
4 Guru belum maksimal dalam memanfaatkan ICT yaitu Setelah dilakukan eksplorasi Berdasarkan akar penyebab
pembelajaran yang berbasis komputer dan multimedia dalam penyebab masalah maka masalah, maka hasil analisis
pembelajaran dapat ditentukan akar akar penyebab masalah Guru
4.1 Kajian Literatur penyebab masalah Guru
belum maksimal dalam
4.1.1 Menurut Abidin (2016), dengan adanya inovasi pada TIK, memanfaatkan ICT yaitu
belum maksimal dalam
maka orang dengan cepat dapat belajar dan penyampaian pembelajaran yang berbasis
memanfaatkan ICT yaitu komputer dan multimedia
informasi menjadi lebih mudah. Fungsi TIK itu lebih dari
sekadar mentransfer materi pembelajaran ke lingkungan pembelajaran yang berbasis dalam pembelajaran di
digital karena mereka diharapkan dapat menyediakan komputer dan multimedia akibatkan oleh kurangnya
komunikasi, kerja sama, dan metakognisi. dalam pembelajaranpengetahuan guru tentang
Livingstone, (2012). TIK merupakan salah satu kekuatan diakibatkan oleh kurangnya IT (laptop/komputer,
pendorong dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas pengetahuan guru tentang infokus, printer, dan
tinggi. TIK dapat meningkatkan mutu pengajaran, internet) ini didukung oleh :
IT (laptop/komputer,
pembelajaran, dan manajemen di sekolah sehingga a. Banyaknya guru tidak
infokus, printer, dan terlalu lancar
membantu meningkatkan standar
internet) menggunakan Laptop,
Sumber : Abidin, Yunus. (2016). Revitalisasi Penilaian
Pembelajaran dalam Konteks Pendidikan Multiliterasi LCD dan Komputer.
Abad ke-21. Bandung: Refika Aditama. Livingstone, b. Minat dan motivasi
(2012). Critical reflections on the benefits of ICT in belajar siswa kurang
education”, Oxford Review of Education, Vol. 38 No. 1, pp. c. Hasil belajar siswa
9-24. rendah
LK.2.1.3 SIKLUS 2

https://suyanto.id/hambatan-utama-penggunaan-tik-dalam-
pembelajaran-dan-strategi-mengatasinya/
4.1.2 Nikolopoulou dan Gialamas, (2016) Seiring dengan
perkembangan dan kemajuannya, TIK mampu
memberikan solusi dan layanan baru untuk kegiatan
pendidikan. TIK dapat menawarkan alat baru untuk
meningkatkan pengetahuan. Penggunaan TIK dalam
pendidikan telah meningkatkan minat peserta didik.
Meskipun alat TIK semakin populer, banyak guru masih
memiliki tantangan untuk mengintegrasikan alat TIK
dalam kegiatan pembelajaran.
Nikolopoulou dan Gialamas (2016) mengelompokkan
tantangan penggunaan TIK dalam proses pembelajaran
dari tiga aspek, yaitu kurangnya dukungan (lack of
support), kurangnya kepercayaan (lack of confidence),
dan kurangnya perlengkapan (lack of equipment).
Sumber : Nikolopoulou, K. and Gialamas, V. 2016,
“Barriers to ICT use in high schools: Greek teachers’
perceptions”, Journal of Computers in Education, Vol. 3
No. 1, pp. 59-75.
https://suyanto.id/hambatan-utama-penggunaan-tik-dalam-
pembelajaran-dan-strategi-mengatasinya/
4.1.3 S. Nasution (1990) menjelaskan bahwa; Tekhnologi
pendidikan dapat ditafsirkan sebagai media yang lahir dari
perkembangan alat komunikasi yang digunakan untuk
tujuan pendidikan. Alat-alat itu lazim disebut “hard ware”.
Ada pula yang memandang tekhnologi pendidikan sebagai
suatu pendekatan yang ilmiah kritis, dan sistematis tentang
pendidikan. Pendirian itu mengutamakan “software”-nya.
Tanpa alat-alat, pendidikan tidak dapat dijalankan. Konsep
tekhnologi pendidikan telah membuka lebar dari
LK.2.1.3 SIKLUS 2

perkembangan teoritis, penelitian dan implementasinya


dilapangan pendidikan. Makna tekhnologi pengajaran
dalam pengertian mutakhir meliputi pengelolaan gagasan,
prosedur, biaya, mesin dan manusia di dalam proses
pengajaran yang melibatkan peralatan fisik yang
menyalurkan informasi.
Sumber : S. Nasution, Teknologi Pendidikan, (Bandung,
Jemmar, 1990), h. 20
https://media.neliti.com/media/publications/285638-
dampak-penggunaan-media-pembelajaran-ber-
e0a99567.pdf
4.2 Hasil wawancara dengan :
4.2.1 Kepala Sekolah : Nurdin,S.Pd,.M.Si
Mengatakan bahwa Guru belum maksimal dalam
memanfaatkan Information and Comunikation Tecnology
(ICT). atau pembelajaran yang berbasis komputer dan
multimedia dalam pembelajaran diakibatkan oleh guru
tidak memiliki pengetahuan tentang TIK, dan tidak adanya
kemauan guru untuk memanfaatkan TIK.
4.2.2 Wakasek Kurikulum : Agussalim, S.Pd
Mengatakan bahwa Guru belum maksimal dalam
memanfaatkan Information and Comunikation Tecnology
(ICT). atau pembelajaran yang berbasis komputer dan
multimedia dalam pembelajaran diakibatkan oleh Arus
listrik di sekolah tidak normal serta internet tidak dapat
menjangkau keseluruh kelas.
4.2.3 Guru Matematika/Teman Sejawat : Sartika, S.Si
Mengatakan bahwa Guru belum maksimal dalam
memanfaatkan ICT yaitu pembelajaran yang berbasis
komputer dan multimedia dalam pembelajaran
diakibatkan oleh tidak adanya kemauan guru untuk
belajar menggunakan tegnologi tersebut serta
LK.2.1.3 SIKLUS 2

kurangnya pelatihan guru dalam penggunaan


tegnologi tersebut.
4.2.4 Pakar/Dosen : DR. Andi Asrifan, S.Pd.,M.P (Dosen
Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang)
Mengatakan bahwa Guru belum maksimal dalam
memanfaatkan Information and Comunikation Tecnology
(ICT) atau pembelajaran yang berbasis komputer dan
multimedia dalam pembelajaran diakibatkan oleh
a. kurangnya pengetahuan guru tentang IT
(laptop/komputer, infokus, printer, dan internet)
b. Kesulitan dalam mengoprasikannya disebabkan oleh
faktor usia.
c. Kurannya mengikuti pelatihan-pelatihan tentang
pemanfaatan Information and Comunikation
Tecnology (ICT) atau pembelajaran yang berbasis
komputer dan multimedia
5 Penanaman prilaku budaya disiplin dilingkungan sekolah masih Setelah dilakukan eksplorasi Berdasarkan akar penyebab
rendah. penyebab masalah maka dapat masalah, maka hasil analisis
5.1 Kajian Literatur ditentukan akar penyebab akar penyebab masalah
5.1.1 Aslamiyah, S. S. (2020). Pendidikan karakter dapat masalah penanaman prilaku penanaman prilaku budaya
terwujud dengan adanya budaya sekolah yang bagus.
budaya disiplin dilingkungan disiplin dilingkungan sekolah
Budaya sekolah awalnya dibentuk dalam jaringan yang
sekolah masih rendah masih rendah diakibatkan
sifatnya formal, yang mana serangkaian nilai, norma, dan
diakibatkan oleh kurangnya oleh kurangnya penanaman
aturan ditentukan dan ditetapkan oleh pihak sekolah sebagai
panduan bagi warga sekolah dalam berpikir, bersikap dan penanaman contoh akhlak contoh akhlak mulia
bertindak. Aturan tersebut dilakukan secara berulang-ulang mulia dikalangan pendidik dikalangan pendidik terhadap
dan terus-menerus. Dalam perkembangannya, secara terhadap peserta didiknya peserta didiknya ini didukung
perlahan budaya sekolah akan tertanam melalui jaringan oleh:
kultur yang informal. Pembentukan budaya sekolah a. Masih banyaknya guru
dipengaruhi oleh adanya perilaku disiplin dan tidak disiplin datang terlambat dan
siswa. Disiplin merupakan suatu tindakan yang tidak tepat waktu pada
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai saat mengajar.
LK.2.1.3 SIKLUS 2

ketentuan dan peraturan. Sedangkan tidak disiplin adalah b. Masih adanya guru
perilaku tidak taat pada berbagai ketentuan dan peraturan. memperlihatkan contoh
Sumber: Aslamiyah, S. S. (2020). Implementasi Tata Tertib tidak baik di depan siswa
Sekolah Dalam Penanaman Budaya Disiplin (merokok sementara
Siswa. Ta’lim: Jurnal Studi Pendidikan Islam, 3(2), 1-12 mengajar)
https://media.neliti.com/media/publications/541074- c. Tingginya pelanggaran
implementasi-tata-tertib-sekolah-dalam-p-a0186689.pdf disiplin siswa dalam
5.1.2 Kemendiknas (2010:18) yang menyatakan bahwa nilai-
proses belajar mengajar
nilai pendidikan karakter bangsa dapat dilaksanakan melalui
integrasi dalam setiap mata pelajaran, contohnya karakter
disiplin. Integrasi nilai-nilai disiplin terdapat dalam
kompetensi dasar yang dikembangkan menjadi sebuah
indikator sehingga tujuan pembelajaran di kelas dapat
terwujud dengan maksimal. Kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru di kelas untuk menanamkan karakter disiplin
disajikan melalui kegiatan pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan. Selain itu guru juga selalu memberikan
motivasi pada siswa dan menginternalisasikan nilai-nilai
kedisiplinan di dalamnya. Pembelajaran yang dilakukan
oleh guru tidak terlepas dari model dan metode
pembelajaran yang dikaitkan dengan karakter disiplin bagi
siswa.
Sumber : Borobudur Educational Review, Vol. 3, No. 1
(2023) Penanaman Karakter Disiplin Pada Siswa Sekolah
Dasar
file:///C:/Users/user/Downloads/9013-Article%20Text-
34771-2-10-20230716.pdf
5.2 Hasil wawancara dengan :
5.2.1 Kepala Sekolah : Nurdin,S.Pd,.M.Si
Mengatakan bahwa penanaman prilaku budaya disiplin
dilingkungan sekolah masih rendah diakibatkan oleh
LK.2.1.3 SIKLUS 2

lemahnya kepribadian guru, kurangnya pengawasan dan


penegakan aturan.
5.2.2 Wakasek Kurikulum : Agussalim, S.Pd
Mengatakan bahwa penanaman prilaku budaya disiplin
dilingkungan sekolah masih rendah diakibatkan oleh
kurangnya kesadaran siswa, dan kurangnya dukungan dari
orang tua siswa serta lingkungan sekitar tidak
mendukung.
5.2.3 Guru Matematika/Teman Sejawat : Sartika, S.Si
Mengatakan bahwa penanaman prilaku budaya disiplin
dilingkungan sekolah masih rendah diakibatkan oleh
a. kurangnya kesadaran dalam diri sendiri dalam
menjalankan suatu aturan.
b. Manajemen waktu yang kurang baik
5.2.4 Pakar/Dosen : DR. Andi Asrifan, S.Pd.,M.P (Dosen
Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang)
Mengatakan bahwa penanaman prilaku budaya disiplin
dilingkungan sekolah masih rendah diakibatkan oleh
a. Lemahnya pemegang kebijakan atau pimpinan dalam
menjalankan suatu aturan.
b. Kurangnya penanaman contoh akhlak mulia dikalangan
pendidik terhadap peserta didiknya.
c. Kurangnya kesadaran dalam hati dan dalam jiwa
seseorang, yang memberikan dorongan bagi orang yang
bersangkutan untuk melakukan sesuatu sebagaimana
yang ditetapkan oleh norma dan peraturan yang berlaku.
d. Tidak adanya komitmen, kesadaran dan kebersamaan
setianp stakeholder dalam menjalankan aturan.
LK.2.1.3 SIKLUS 2

Petunjuk: Setelah mengeksplorasi penyebab-penyebab masalah, langkah selanjutnya adalah menentukan akar penyebab masalah yang paling mendekati konteks
yang dihadapi guru di kelas/sekolahnya. Gunakan petunjuk berikut untuk membantu Anda dalam penentuan akar penyebab masalah:

1. Berkonsultasi dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat dan pakar/pihak terkait:


 Diskusikan temuan Anda mengenai penyebab masalah
 Bagikan informasi tentang penyebab masalah yang telah Anda identifikasi dan jelaskan konteks spesifik yang Anda hadapi.
 Tanyakan pendapat, saran, dan rekomendasi mereka dalam menentukan akar penyebab masalah yang paling relevan.
2. Analisis dan Pertimbangan:
 Tinjau kembali data dan informasi yang telah Anda kumpulkan selama eksplorasi penyebab masalah.
 Pertimbangkan konteks kelas/sekolah yang Anda hadapi dan evaluasi akar penyebab masalah yang paling relevan untuk situasi tersebut.
 Identifikasi akar penyebab masalah yang memiliki dampak signifikan terhadap hasil pembelajaran atau tantangan yang dihadapi oleh guru
dalam tugas sehari-hari.
3. Penentuan Masalah dan Akar Penyebab:
 Pilih minimal 2 (dua) masalah yang paling sesuai dengan tugas keseharian guru.
 Jelaskan akar penyebab dari setiap masalah yang dipilih secara rinci.
 Tinjau kembali penelitian dan analisis Anda untuk memastikan akar penyebab tersebut relevan dan memiliki potensi untuk diatasi.

Pastikan untuk mencatat informasi yang diperoleh dalam lembar kerja dan gunakan sebagai panduan dalam langkah-langkah berikutnya untuk menemukan
solusi bagi masalah yang telah diidentifikasi

Anda mungkin juga menyukai